Anda di halaman 1dari 32

KEMAMPUANBERPIKIRLOGIS DANHOTS

(Disusun Untuk MemenuhiTugas MataKuliah Evaluasi Pembelajaran)

DosenPengampu: Nukhbatul Bidayati Haka, M.Pd

DisusunOleh:

Annisa teia Kusuma W 1811060383


Atika septiana 1811060305
Dewi Fatmawati 1811060309
Dian Eka Putri 1811060300
Diny Safitri P 1811060431
Evelin Jannathia W 1811060125
Faizatul A’la 1811060319
Falsyah Ayu Sekarimah 1811060126
Fikri Fitrizon 1811060286
Panca Fadilah 1811060347

Kelas/Semester : C/ Semester 6

PROGRAMSTUDIPENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAMNEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya se-
hingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulisan makalah
ini adalah sebagai salah satu tugas matakuliah Evaluasi Pembelajaran.
Adapun isi dari makalah ini adalah membahas tentang kemampuan dalam
berpikir secara logis dan hots. Harapannya adalah melalui makalah ini,pembaca
dapat memahami apa serta bagaimana kemampuan berpikir logis dan hots
tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nukhbatul Bidayati Haka,
M.Pd selaku pengampu matakuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga termotivasi dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah inipenulis merasa masih banyak kekurangan,
sehingga masih diperlukan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

BandarLampung, 30 April 2021


Biologi C 2018

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LatarBelakang 1

1.2 RumusanMasalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1KemampuanBerpikirLogis 3

2.2 Higher Order of Thinking Skil (HOTS) 8

BAB III PENUTUP 27

3.1 Kesimpulan 27

3.2 Saran 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila


mereka dihadapkan pada satu masalah atau situasi yang harus di pecahkan.
Dalam Peraturan MenteriNo. 22 tahun 2006 tentang Standar Isiuntuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa biologi perlu diberikan
kepada semua peserta didik (siswa) untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis,a nalitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjama.
Pendidikan di abad 21 diperlukan untuk melatih keterampilan
memecahkan masalah dan kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan
berpikir yang mendukung pemecahan masalah salah satunya yaitu kemampuan
berpikir logis. Berpikir logis merupakan cara berpikir yang runtut, masuk akal,
dan berdasarkan fakta-fakta objektif tertentu (Hadi, 2004). Berpikir logis dapat
diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang
sah menur utaturanlogika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar
(valid) sesuai dengan pengetahuan- pengetahuan sebelumnyayang sudah
diketahui.Serta HOTS (HigherOrder Thinking Skills) merupakan kemampuan
berpikirpada tingkat lebih tinggi daripada sekedar menghafalfakta dan
menyampaikan kembali informasi yang diketahui peserta didik. Higher order
thinking skills akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan
infromasi yang sudah tersimpan didalam ingatannya dan mengaitkannya atau
menata ulang sertamengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu
tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaanyangsulit
dipecahkan.
Dalam suatu proses pembelajaran, kemampuan berpikir peserta didik
dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui
persoalan pemecahan masalah. Pengalaman atau pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan

1
dalam pemecahan masalah, sehingga kemampuan berpikirnya dapat
dikembangkan. Betapa pentingnya pengalaman ini agar peserta didik mempunya
istruktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis serta mengevaluasi
suatu permasalahan.
Menyadari pentingnya suatu sistem pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, maka diperlukan adanya pembelajaran yang lebih
banyak melibat kansiswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Hal
ini dapat terwujud melalui suatu bentuk sistem pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif
yang menanamkan kesadaran berpikir kritis, kreatif, logis, maupun hots.

1.2 RumusanMasalah
Adapun rumusa nmasalah dari makalah tentang kemampuan berpikir
logis dan hots ini,yaitu sebagai berikut:
1. Apayangdimaksud dengan kemampuan berpikirlogis?
2. Bagaimana konsep dari berpikirlogis?
3. Apayangdimaksud dengan HOTS(Higher OrderThinking Skills)?
4. Bagaimanakonsep dariHOTS (Higher Order Thinking Skills)?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah tentang kemampuan berpikir logis dan hots
ini,yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi kemampuan berpikirlogis?
2. Untuk memahami konsep dari berpikirlogis?
3. Untuk mengetahui definisiHOTS(Higher OrderThinking Skills)?
4. Untuk memahami konsep dariHOTS(Higher Order Thinking Skills)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemampuan Berpikir Logis


Berpikiradalah proses umum untukmenentukan sebuah isu dalam
pikiran(Solso,2007).Solsojugamengatakanbahwa berpikiradalahproses yang
membentukrepresentasimentalbarumelaluitransformasiinformasi oleh
interaksikompleks dariatribusimentalyang mencakup pertimbangan,
pengabstrakan,penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan
konsep, kreativitas dan kecerdasan. Berpikir merupakan berbicara
dengandirinyasendirididalambatin;mempertimbangkan, merenungkan,
menganalisis, membuktikansesuatu, menunjukkan alasan- alasan, menarik
kesimpulan, meneliti suatu jalanpikiran, mencari berbagai hal
yangberhubungansatusamalain,mengapaatauuntukapasesuatuterjadi,
sertamembahassuaturealitas(Poespoprodjo,2011).Sebagaimanayang telah
diuraikan,maka berpikirmerupakanaktivitasyangdilakukanolehseseorang
dalammengumpulkanide-ideatauinformasi-informasiyangada dengancara
menghubungkanantarabagian-bagianinformasiyang telahdiperolehtersebut dengan
masalahyangsedangdihadapi1
LogisataulogikaberasaldarikataYunanikuno“logos”yang berarti
hasilpertimbanganakalpikiranyang diutarakanlewatkatadandinyatakan lewatbahasa
(Poespoprodjo,2011).Logika adalahilmuberpikir (Solso,2007). Sedangkan
menurutMaran(2007),logikadidefinisikan sebagaiilmu
pengetahuandankecakapanuntukberpikir lurus(tepat).Logika sebagaiilmu
pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematissehinggamembentuksuatukesatuanserta memberikanpenjelasan tentang
metode-metodedanprinsip-prinsippemikiranyang tepat.Sedangkan logika
sebagaikecakapanmerupakansuatuketerampilanuntukmenerapkan hukum-
hukumpemikiranyang tepatdalampraktik.Berdasarkanbeberapa pendapatyang
1
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing : A Revision of
Bloom's Taxonomy of Educational Objectives, Complete Edition. New York: Addison Wesley Longman. Hlm
24

3
telahdiuraikanmengenaidefinisilogis,makalogisdapat diartikan sebagai hasil
pemikiran dari seseorang yang dapat diutarakan melalui katadan dinyatakan
melalui bahasa.
Berpikirlogismerupakancaraberpikiryang runtut,masukakal,dan
berdasarkan fakta-fakta objektif tertentu (Hadi, 2004). Berpikir logis juga
dapatdiartikansebagai kemampuansiswauntukmenarikkesimpulanyang sah
menurutaturanlogika dandapatmembuktikankesimpulanitubenar (valid) sesuai
dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yangsudah diketahui (Siswono,
2008).2
Berpikirlogismerupakanmasalahmengemukakanidedalamurutan
linearkatakatasehinggakonstruksinya“kelihatan”benar(Albrecht,2004).
Berpikirlogisadalahmenggunakan seperangkat pernyataan untuk mendukung
sebuahgagasan melaluipenuturanyang sistematis.Siswayang berpikirlogis
akanmengungkapkanide ataugagasannyadalamurutankata-katayang
terstrukturlinear sehinggasemua konstruksiargumennyamenjadibenar.
Supayasiswasampaipada kegiatanberpikir logishendaknya siswa dibiasakan
untukselalutanggapterhadappermasalahanyang dihadapidenganmencoba menjawab
pertanyaan “mengapa,apadan bagaimana”(Nuraida, 2014).
MenurutAlbrecht(2004) agar dapatberpikir logis,maka harus
dipahamidalillogikayang merupakanpetaverbalyangterdiriatastigabagian yang
menunjukkangagasanprogresif,yaitu:(1)dasarpemikiranatau“fakta” tempatberpijak;
(2)argumentasiataucara menempatkandasar pemikiran
bersama,yaituprosestersusunyangmenghubungkandasar pemikiransatu denganyang
lain; (3)kesimpulan atau hasilyang dicapai dengan menerapkan argumentasi pada
dasar pemikiran. Berdasarkan uraian tiga dasar berpikir
logistersebut,contohpenggunaanberpikir logisdalamkehidupansehari-hari
misalnya,jika dasarpemikirannyaberbentuknomoratauukuran,maka argumentasiada
hubungannyadenganhitung-menghitung.“Sayamemerlukan
ongkosRp.4.500,00untukpiknikke Baturaden.Saya mempunyaitabungan
Rp.3.000,00. Sehingga masihkurangRp.1.500,00”.Halini,dasar pemikirannya
2
Rustaman, N.Y. (2011). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Prosiding Seminar Biologi 8 (1) pp. 16-34, Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung. Hlm 76

4
adalah dua pernyataan yang pertama,sedangkan argumentasinyaadalahjumlahyang
dibutuhkandikurangidenganjumlah sekarangyangtersedia,sama
denganjumlahtambahanataukekuranganyang diperlukan. Kesimpulandalil tersebut
ialah pernyataanyangterakhir.
Pendapatlainmengenaiberpikir logisdisampaikanjuga olehNi’matus
(2011)yang menyatakanbahwakarakterisktikdariberpikirlogisyaitu:(a) keruntutan
berpikir; (b)kemampuan berargumen; (c) penarikan kesimpulan.
Berikutadalahdeskripsitentang karakteristikkemampuanberpikirlogisyang telah
disampaikan oleh Ni’matus (2011):

No Karakteristik Berpikir logis Indikator masalah.


1. Keruntutan berpikir  Siswamenyebutkanseluruhinformasi
dariapayangdiketahuidanapayang
ditanyakan soal dengan tepat.
 Siswa dapat mengungkapkan secara
umum semiua langkah yang akan
digunakan dalam penyelesaian
masalah
2. Kemampuan berargumen  Siswa dapat mengungkapkan alasan
logis mengenai seluruh langkah-
langkahpenyelesaianyang akan
digunakandariawalhingga mendapat
kesimpulan dengan benar.
 Siswadapatmenyelesaikansoalsecara tepat
pada setiap langkah serta dapat
memberikan argumenpada setiap langkah-
langkah yang digunakan dalam
pemecahan masalah.
 Siswa mengungkapkan alasan yang
logisuntukjawabankhiryangkurang tepat.
3. Penarikan kesimpulan  Siswamemberikankesimpulandengan
tepat padatiap langkah penyelesaian.
 Siswa mendapat suatu kesimpulan
dengan tepat padahasil akhirjawaban

SedangkanmenurutPane dkk(2013)kemampuanuntukmengikuti
aturanlogisyang bersifatkonservasipadatahapoperasionalkonkret
ditandaidengankemampuandalamidentitas,reversibility dandecenter.
PenelitiannyadilakukanterhadapsiswaSD bertipe kecerdasanlogis matematis.

5
Berikut indikator pengukur kemampuan konservasi volume
3
padasiswaSDyangdisampaikan oleh Panedkk (2013):
No Proses Berpikir Logis Indikator
1 Identitas Subjek menyebutkan/menuliskan:
 Data berupa fakta atau pernyataan dari
masalahyangadadi lembarsoal.
 Databerupaukuranbangunruang yangyang ada
pada lembar soal besertasatuannya.
 Penyelesaianhitungan
matematika(memenuhimasing-masing
bangunruang) dengan memenuhi syarat untuk
melakukan operasi hitung.
 Mengecekkembalikebenarandataberupa fakta dan
data yang digunakan untukmenyelesaikan masalah.
 Pengecekan kembali kebenaran langkah
langkah/prosedur/rumusyang digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
 Kesesuaianantaradatadanstrategiyang digunakan
dengan masalah.

2. Reversibility dan Subjek menentukan/menyebutkan/menjelaskan:


Decenter  Strategi/cara/langkah/rumus yang tepat untuk
memecahkan masalah.
 Perubahan bentuk tempat suatu wadah
tidakmengubahukuranzatyangadadidalamnya.
 Jikasuatubendaberadadidalamwadah
berisiairdanbendatersebutdikeluarkan maka
berkurangnya volume air sebesar
vomuebendayangdikeluarkan.
 Alasan dan jawaban yang sama (ketika subjek
berada pada tahap
keduapenyelesaianmasalahbagianreversibility dan
decenter).
 Kebenaran konservasi (reversibility dan decenter).

Berdasarkanpengertianberfikirlogisyang telahdiuraikantersebut,
makaprosesberpikirlogismerupakanprosesberpikiryang dilakukan seseorang

3
Stiggins, R.J. (1994). Student- Centered Classroom Assessment. New York Macmillan College Publishing
Company. Hlm 89

6
menurutsuatupola tertentudalammenyelesaikanmasalah sehingga diperoleh suatu
hasil dengan menerapkan argumentasipada
dasarpemikiran.Penelitimenyusunindikator proses berpikir logisdengancara
mengadaptasidarikarakteristikberpikir logis yangdisampaikan oleh Ni’matus (2011)
Mengukur kemampuanberpikir logisdapatmenggunakanTestof Logical
Thinking (TOLT) yang dapat dimodifikasi namun tetap
disesuaikandenganindikator kemampuanberpikirlogis.4

 Indikator berpikir logis (Tobin&Capie,1981)


(1)mengontrolvariabel(controling variable);
(2) penalaran proporsional(proporsional reasoning);
(3) penalaran probabilistik (probabilistic reasoning);
(4) penalaran korelasional(correlationalreasoning);
(5)penalaran kombinatorik (combinatorialthingking)

No. Indikator Aspekyangdiukur

1. Mengontrol variable Kemampuandalammerencanakan,


(controling variable) mengimplementasikandan menginterprestasikan suatu
informasi

2. Penalaranproporsional(pro Kemampuandalam menentukan danmembandingkan


porsional reasoning) rasio

3. Penalaranprobabilistic Kemampuandalammenginterprestasikandatayangdipe
(probabilistic reasoning) rolehberupabesarnyakemungkinan terjadinyasuatu
kejadian
4. Penalaran Kemampuan dalam menentukan apakah
korelasional(correlational duakejadian/variablesaling berhubungan atau tidak
reasoning)
5. Penalaran kombinatorik Kemampuan dalam menentukan kombinasi dari
(combinatorial thingking) sebuah kejadian.

4
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud. Hlm 54

7
2.2 Higher Order of Thinking Skil (HOTS)
Higher Order of Thinking Skil (HOST) adalah kemampuan berfikir kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif yang merupakan kemampuan berfikir tingkat
tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metaognitif
yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendisain, dan
memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOST yaitu analisis yang merupakan
kemampuan berfikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks
tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berfikir dalam mengambil keputusan
bedasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berfikir dalam
membangun gagasan/ide-ide. Kemampuan-kemampuan ini merupakan kemampuan
berfikir level atas pada taksonomi Bloom yang terbaru hasil revisi oleh Anderson dan
Krathwohl.

Higher Order of Thinking Skil (HOST) atau kemampuan berfikir tingkat tinggi
dibagi menjadi empat kelomok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan,
berfikir kritis, dan berfikir kreatif. Dalam membentuk sistem kontekstual IPA proses
berfikit tingkat tinggi yang bisa digunakan adalah berfikir kritis. Keterampilan
berfikir kritis diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat
ini selain hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak
yang membuatmasalah bagi manusia dan lingkunganny. Para peneliti pendidikan
menjelaskan bahwa belajar berfikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang
materi, tetapi belajar bagaimana cara mengkaitkan berfikir kritis secara efektif. 5

 Konsep Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher Order Thinking Skills(HOTS) merupakan kemampuan berpikir yang


tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa
melakukan pengolahan (recite). HOTSpada konteks asesmen mengukur kemampuan:
1) Transfer satu konsep ke konsep lainnya.
2) Memproses dan menerapkan informasi.
3) Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda.

5
Kemdikbud. (2016). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS)Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud. Hlm 87

8
4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
5) Menelaah ide dan informasi secara kritis.
Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTStidak berarti soal yang
lebih sulit dari pada soal recall (Kemdikbud, 2016).
Dini (2018:175) menyatakan pula Higher Order Thinking terjadi ketika
peserta didik terlibat dengan apa yangmereka ketahui sedemikian rupa untuk
mengubahnya, artinya siswa mampu mengubahatau mengkreasi pengetahuan yang
mereka ketahui dan menghasilkan sesuatu yangbaru. Melalui higher order thinking
peserta didik akan dapat membedakan ide ataugagasan secara jelas, berargumen
dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampumengkonstruksi penjelasan,
mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleksmenjadi lebih jelas, dimana
kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana pesertadidik bernalar. 6
Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi transfer informasi, berpikir
kritis, dan pemecahan masalah. Pembelajaran untuk mentransfer merupakan
pembelajaran bermakna karena peserta didik dapat menerapkan pengetahuan dan
keterampilannya dan mengaitkan informasi yang satu dengan yang lainnya. Adapula
pembelajaran dengan berpikir kritis supaya peserta didik dapat berargumentasi,
merefleksikan, dan mengambil keputusan sendiri. Pembelajaran berbasis masalah
bertujuan agar peserta didik dapat mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap
masalahnya baik secara akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari (Brookhart,
2010:5-8).
Stiggins (1994) menyatakan dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom
sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001) HOTS
pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Proses berpikir
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

6
Ibid

9
Gambar 2.1. Proses Berpikir Kognitif pada Taksonomi Bloom
Sumber : https://mayolazamacona.wordpress.com/2014/11/02/blooms-taxonomy/

Pemilihan kata kerja operasional (KKO) yang disajikan Tabel 2.2 untuk
merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan
KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada
ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’
bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan
didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus
lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja
‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut
kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja
operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan (Widana, 2017:3).7

7
Kemdikbud. (2015). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud. Hlm 5

10
Tabel 2.2 Kata Kerja Operasioanal Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Sumber : http://enggar.net/2016/06/kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-bloom/

Widana (2017: 3) mengemukakan jika dilihat dari dimensi pengetahuan,


umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur
dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda,
menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi
pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning),
dan mengambil keputusan yang tepat. 8
Heong, et al (2011:121-122) menyatakan dimensi pembelajaran Marzano
mengasumsikan bahwa proses pembelajaran melibatkan interaksi dari lima jenis
berikut berpikir:
1) Sikap dan persepsi positif tentang pembelajaran
2) Berpikir terlibat dalam memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan
3) Berpikir terlibat dalam memperluas dan menyempurnakan pengetahuan
4) Berpikir terlibat dalam menggunakan pengetahuan secara bermakna
5) Kebiasaan pikiran yang produktif
Kerangka kerja dalam pembelajaran akan membantu untuk:

8
Op cit. Hlm 7

11
 Mempertahankan fokus pada pembelajaran;
 Mempelajari proses pembelajaran; dan
 Merencanakan kurikulum, instruksi, dan penilaian
Dimensi pembelajaran Marzano merupakan model komprehensif yang
menggunakan apa yang para peneliti dan ahli teori ketahui belajar untuk
mendefinisikan proses pembelajaran. Dimensi dari belajar menawarkan cara berpikir
dan proses belajar yang kompleks sehingga studi dapat diikuti setiap aspek dan
mendapatkan wawasan tentang bagaimana mereka berinteraksi. Kelima jenis
pemikiran didasari sebagai lima dimensi pembelajaran yang penting untuk
keberhasilan pembelajaran. Mempertimbangkan lima aspek penting dari
pembelajaran.
Mengacu pada konsep HOTS beberapa ahli Widihastuti (2015:82) menyatakan
bahwa HOTS merupakan keterampilan berpikir pada tingkat/level yang lebih tinggi
yangmemerlukan proses pemikiran lebih kompleks mencakupmenerapkan (applying),
menganalisis (analyzing), mengevaluasi(evaluating), dan mencipta (creating) yang
didukung olehkemampuan memahami (understanding), sehingga: (1) mampuberpikir
secara kritis (critical thinking); (2) mampu memberikanalasan secara logis, sistematis,
dan analitis (practical reasoning);(3) mampu memecahkan masalah secara cepat dan
tepat (problemsolving); (4) mampu mengambil keputusan secara cepat dan
tepat(decision making); dan (5) mampu menciptakan suatu produk yangbaru
berdasarkan apa yang telah dipelajari (creating). Dengandemikian, untuk dapat
mengembangkan HOTS ini maka harus sudah memiliki pengetahuan (knowledge) dan
mampumengingatnya (remembering), serta pemahaman (comprehension)dan mampu
memahaminya (understanding).
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus
(Kemdikbud, 2016). Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam
konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik.
Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global. Stimulus juga dapat diangkat dari
permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan
Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang
digunakan dalam penulisan soal HOTS.

 Karakteristik Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

12
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai
bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di
tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS
(Widana, 2017:5-8) :
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis,
merefleksi,memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda,
menyusun,menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan
untukmengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal
HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.9
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan
mengambil keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib
dimiliki oleh setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam
HOTS terdiri atas :
a. Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar.
b. Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-
cara sebelumnya.
‘Difficulty’ is not same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam
butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi kecuali melibatkan
prosesbernalar (Kemdikbud, 2016). Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah
kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang
sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak
termasuk higher orderthinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu
soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta
didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga
9
Heong, Y.M., Othman, W.B., Yunos, J.BM., Kiong, T.T.,Razali, B.H and Mohamad, M.M.B. (2011). The
Level of Marzano Higher Order Thinking Skills among Technical EducationStudents. International Journal of
Social Science and Humanity. Hlm 90

13
memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan
berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk
membangun kreativitas dan berpikir kritis.10

2. Berbasis permasalahan kontekstual


Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalamkehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan
konsep-
konseppembelajarandikelasuntukmenyelesaikanmasalah.Permasalahankontekstual
yangdihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan
hidup,kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan
danteknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk
pulabagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan
(relate),menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan
mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikanpermasalahan dalam konteks nyata (Kemdikbud, 2015:5)

3. Menggunakan bentuk soal beragam


Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal
HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan
informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini
penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip
objektif. Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan
kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penilaian yang
dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.Terdapat beberapa
alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang
digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut:
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber
pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan
jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh
(distractor). 11
b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
10
Ibid

14
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman
peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara
pernyataan satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-
soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang
bersumber pada situasi kontekstual.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes
untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau
simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut : a)
bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio
butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa dan
b) jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase,
angka, simbol, tempat, atau waktu. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
d. Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik
soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah.
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat.
3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal
diusahakan relatif sama.
4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku
teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal
apayang tertulis dibuku. Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar
diberikan skor1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya

11
Dini, H.N.(2018). Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi
Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika pp. 170-176, UniversitasNegeri Semarang, Semarang.
Hlm 78

15
sendiri dalam bentuk tertulis. Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah seperti
Ujian Sekolah (US) bentuk soal HOTS yang disarankan cukup 2 saja, yaitu bentuk
pilihan ganda dan uraian. Pemilihan bentuk soal itu disebabkan jumlah peserta US
umumnya cukup banyak, sedangkan penskoran harus secepatnya dilakukan dan
diumumkan hasilnya.Sehingga bentuk soal yang paling memungkinkan adalah soal
bentuk pilihan ganda dan uraian.Sedangkan untuk penilaian harian, dapat
disesuaikan dengan karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran.
Pemilihan bentuk soal hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu
assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning.
Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif mengembangkan soal-soal
HOTS sesuai dengan KI-KD yang memungkinkan dalam mata pelajaran yang
diampunya.Wawasan guru terhadap isu-isu global, keterampilan memilih stimulus
soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-aspek
penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan butir-butir
soal yang bermutu.12

 Penyusunan Soal HOTS


1. Langkah- Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak
selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal),
dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah langkah penyusunan
soal-soal HOTS (Widana,2017:21) :
a. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru secara
mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang
dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
b. Menyusun kisi-kisi soal
12
Ibid

16
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik
untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah
dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang
sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong
peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih
stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.
Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir
soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada
aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal,
sesuai format terlampir.
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

 Contoh Soal HOTS pada Mata Pelajaran Biologi SMA


1. Topik: Sistem Organ Ekskresi
Perhatikan gambar berikut ini

17
Salah satu proses pembentukan urin, terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, misalnya urea. Proses itu berlangsung di dalam
organ....
A.1
B.2
C.3
D.4
E.5
Jawaban : D
Pembahasan : Proses pembentukan urin yang terjadi di nefron ginjal melalui
tahap-tahap filtrasi, rearbsorpsi dan augmentasi. Filtrasi atau penyaringan terjadi
di bagian glomerulus (1) dan kapsul Bowman (2) dan menghasilkan urin primer.
Rearbsoprsi atau penyerapan kembali terjadi di tubulus proksimal, lengkung
Henle (3), tubulus distal (4) dan sebagian tubulus pengumpul (5), dan
menghasilkan urin sekunder. Augmentasi atau proses penambahan zat-zat sisa
yang tidak dibutuhkan tubuh terjadi di tubulus distal, sehingga menghasilkan urin
sesungguhnya. Urin sesungguhnya akan disalurkan menuju tubulus pengumpul,
medula, pelvis, dan kemudian ureter.

2. Topik : Pertumbuhan dan Perkembangan


Dua kecambah kacang hijau diletakkan di suatu tempat. Kecambah ke-1
diletakkan di tempat yang terkena cahaya, sedangkan kecambah ke-2 diletakkan di
tempat yang tidak terkena cahaya. Berikut data hasil pengamatan kecambah
selama 7 hari:

Berdasarkan data di atas, kesimpulan yang dapat diambil yaitu....


A.cahaya merupakan faktor yang tidak dibutuhkan dalam pertumbuhan.
B.pertumbuhan kecambah tidak memerlukan cahaya.
C.cahaya sangat mempengaruhi pertumbuhan kecambah.
18
D.cahaya diperlukan dalam jumlah sedikit untuk pertumbuhan kecambah.
E.cahaya dapat menghambat pertumbuhan kecambah.
Jawaban : E
Pembahasan : Cahaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Cahaya berhubungan dengan kerja hormon auksin.
Aktivitas hormon auksin dihambat oleh cahaya. Pada kondisi tidak ada cahaya,
kerja auksin menjadi sangat optimal sehingga memacu pembelahan dan
pemanjangan sel. Akibatnya, tumbuhan tumbuh sangat cepat, tetapi berdaun pucat
karena tidak dapat membentuk klorofil.

3. Topik : Materi Genetik


Molekul tRNA merupakan jenis RNA yang terdapat dalam sitoplasma yang
memiliki basa nitrogen berpasangan dan yang tidak berpasangan. Salah satu
lengan tRNA yang tidak berpasangan, saat sintesis protein digunakan untuk....
A.membentuk pita tunggal RNA yang akan ditranskripsi.
B.mengirimkan informasi genetik ke dalam ribosom.
C.membawa asam amino hasil translasi.
D.menerjemahkan asam amino yang akan dibentuk.
E.membantu DNA untuk mensintesis kodon.
Jawaban : C
Pembahasan : Ada tiga jenis RNA, yaitu mRNA, tRNA, dan rRNA. Ketiga jenis
RNA ini terlibat dalam proses sintesis protein di dalam sel. Messenger RNA atau
mRNA merupakan untaian hasil transkripsi dari DNA yang menyampaikan
informasi genetik yang selanjutnya akan diterjemahkan menjadi asam amino.
Transfer RNA terdapat di dalam sitoplasma. Pada molekul tRNA terdapat bagian
yang basa-basa nitrogennya saling berpasangan dan ada bagian yang basa
nitrogennya tidak berpasangan. Salah satu lengan tRNA yang tidak berpasangan
merupakan tempat membawa asam amino saat terjadi sintesis protein. Ribosomal
RNA merupakan penyusun ribosom yang banyak digunakan sebagai dasar
klasifikasi organisme secara molekuler.

4. Topik : Metabolisme Sel Enzim Katabolisme/Anabolisme


Berikut ini adalah pernyataan mengenai fotosintesis.
1.Menggunakan pigmen klorofil a dan b untuk fotosistem.
19
2.Terjadi di dalam bagian stroma.
3.Sumber energi berupa ATP dan NADPH.
4.Terjadi reaksi fotolisis.
5.Salah satu akseptor elektron berupa NADP+.
Pernyataan yang terkait dengan proses reaksi gelap fotosintesis adalah....
A.1 dan 2
B.1 dan 3
C.2 dan 3
D.3 dan 4
E.2 dan 5
Jawaban : C
Pembahasan : Reaksi gelap dalam fotosintesis dapat berlangsung baik ada cahaya
maupun tanpa cahaya. Reaksi ini terjadi di bagian dalam stroma. Pada reaksi
gelap, ATP dan NADPH yang dihasilkan pada reaksi terang digunakan sebagai
sumber energi untuk mereduksi karbon dioksida menjadi glukosa. Pembentukan
glukosa dari karbon dioksida akan melalui siklus Calvin.

5. Topik : Bioteknologi
Tahap-tahap kloning gen insulin dari manusia adalah sebagai berikut:
1.Isolasi gen insulin dari manusia.
2.Penyisipan DNA donor ke dalan vektor plasmid.
3.Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease.
4.Transformasi DNA ke dalam sel bakteri.
5.Deteksi gen insulin apakah mampu di ekspresikan oleh bakteri.
Urutan pekerjaan yang harus dilakukan adalah....
A.1) – 2) – 3) – 4) – 5)
B.1) – 3) – 2) – 4) – 5)
C.1) – 5) – 3) – 4) – 2)
D.5) – 4) – 3) – 2) – 1)
E.4) – 5) – 1) – 2) – 3)
Jawaban : B
Pembahasan : Kloning gen atau teknik DNA rekombinan merupakan teknik
rekayasa genetik yang digunakan untuk menyisipkan gen dari suatu organisme ke
dalam gen organisme lain, sehingga organisme tersebut membawa sifat-sifat
20
tertentu dari gen yang disisipkan. Contoh penggunaan teknik ini adalah produksi
insulin manusia dengan menggunakan sel bakteri. Tahap-tahap kloning gen
insulin tersebut meliputi:
1. Donor DNA insulin (manusia) dipotong oleh enzim restriksi endonuklease.
2. Plasmid dari sel bakteri diekstraksi dan dipotong oleh enzim restriksi
endonuklease.
3. DNA insulin dari manusia dengan DNA plasmid digabungkan.
4. DNA yang telah bergabung dengan plasmid dikembalikkan ke dalam sel
bakteri (transformasi).
5. Mendeteksi gen insulin yang telah dikloning, apakah mampu diekspresikan
oleh bakteri atau tidak; tahap selanjutnya adalah peningkatan ekspresi gen
terkloning dan produksi insulin dalam jumlah yang banyak.

 Peran Soal HOTSdalam Penilaian


a. Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan
padapendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar
olehpendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil
belajaroleh Pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk
memantau danmengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.Penilaian
hasilbelajar peserta didik meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaianaspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian
lainyang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggung jawab wali kelas atau guru
kelas.Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan
penugasansesuai dengan kompetensi yang dinilai. Penilaian keterampilan dilakukan
melaluipraktik, produk, proyek, portofolio, dan atau tehnik lain sesuai dengan
kompetensiyang dinilai. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk
ulangan,pengamatan, penugasan,dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Penilaian hasil

21
belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk penilaian akhir dan ujian
sekolah.13

b. Peran Soal HOTS dalam Penilaian


Saat melakukan Penilaian, guru dapat menyisipkan beberapa butir soal
HOTS.Berikut dipaparkan beberapa peran soal-soal HOTS dalam meningkatkan
mutuPenilaian (Widana, 2017:23-24) :
1. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21
Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat
membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan
pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang
dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang
baik (beriman dan taqwa, rasa ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan sosial dan
berbudaya, mampu beradaptasi, serta memiliki daya saing yang tinggi); b)
memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan kreatif, problem solving,
kolaborasi, dan komunikasi); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual,
digital, dan auditori.14
Penyajian soal-soal HOTS dalam Penilaian dapat melatih peserta didik untuk
mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi
abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan
berpikir kritis (creative thinking and doing), kreativitas (creativity) dan rasa
percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan
menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari
(problem-solving).
2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah
Dalam Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS
secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masingmasing.
Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah
di lingkungan satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang
terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual. Dengan
13
Kemdikbud. (2013). Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm
85
14
Ibid

22
demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat
menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Di
samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam ujian sekolah dapat meningkatkan
rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.Sehingga
peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian untuk memecahkan
berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.
3. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari- hari.Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar
terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian
peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam
kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di
masyarakat.Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan
stimulus kontekstual dan menarik dalam Penilaian, sehingga munculnya soal-
soal berbasis soal-soal HOTS, yang diharapkan dapat menambah motivasi
belajar peserta didik.
4. Meningkatkan Mutu Penilaian
Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu
pendidikan.Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal
HOTS, makadiharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Ditinjau
dari hasil yangdicapai dalam US dan UN, terdapat 3 kategori sekolah yaitu: (a)
sekolah unggul,apabila rerata nilai US lebih kecil daripada rerata UN; (b)
sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan rerata nilai UN
yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh rerata nilai UN
juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila rerata nilai US lebih besar
daripada rerata nilai UN.15
Masih banyak satuan pendidikan dalam kategori sekolah yang perlu
dibina. Indikatornya adalah rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai
UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru level kognitifnya lebih rendah
dari pada soal-soal pada UN. Umumnya soal-soal US yang disusun oleh guru
selama ini, kebanyakan hanya mengukur level 1 dan level 2 saja. Penyebab
15
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud. Hlm 97

23
lainnya adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS dalam US yang
menyebabkan peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS. Di
sisi lain, dalam soal-soal UN peserta didik dituntut memiliki kemampuan
mengerjakan soal-soal HOTS. Setiap tahun persentase soal-soal HOTS yang
disisipkan dalam soal UN terus ditingkatkan. Sebagai contoh pada UN tahun
pelajaran 2015/2016 kira-kira terdapat 20% soal-soal HOTS. Oleh karena itu,
agar rerata nilai US tidak berbeda jauh dengan rerata nilai UN, maka dalam
penyusunan soal-soal US agar disisipkan soal-soal HOTS.

 Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS


a) Strategi Penyusunan Soal HOTS
Strategi penyusunan soal-soal HOTS dilakukan dengan melibatkan seluruh
komponen stakeholder di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai ke
daerah,sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing (Widana,
2017:25) antaralain :
1. Pusat
Direktorat Pembinaan SMA sebagai leading sector dalam pembinaan SMA di
seluruh Indonesia, mengkoordinasikan strategi penyusunan soal-soal HOTS
dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait melalui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.16
 Merumuskan kebijakan penyusunan soal-soal HOTS.
 Menyiapkan bahan berupa modul penyusunan soal-soal HOTS.
 Melaksanakan pelatihan terkait dengan strategi penyusunan soal-soal
HOTS.
 Melaksanakan pendampingan ke sekolah-sekolah bekerjasama dengan dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya.
2. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya di
daerah, menindaklanjuti kebijakan pendidikan di tingkat pusat dengan melakukan
kegiatankegiatan sebagai berikut :
 Mensosialisasikan kebijakan penyusunan soal-soal HOTS dan
implementasinya dalam Penilaian.

16
Ibid

24
 Memfasilitasi kegiatan penyusunan soal-soal HOTS dalam rangka persiapan
penyusunan soal-soal
 Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-sekolah
3. Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan sebagai pelaksana teknis penyusunan soal-soal HOTS,
sebagaisalah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam konteks
pelaksanaanPenilaian, satuan pendidikan menyiapkan bahan-bahan Penilaian
dalam bentuk soal-soalyangmemuatsoal-soalHOTS.
 Meningkatkan pemahaman guru tentang penulisan butir soal yang
mengukurkemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS).
 Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian
(Higher Order Thinking Skills/HOTS)
b) Implementasi Penyusunan Soal HOTS
Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan (Widana,2017:26) adalah sebagai
berikut :
1. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah
tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
 Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
 Menyusun kisi-kisi soal HOTS.
 Menulis butir soal HOTS.
 Membuat pedoman penilaian HOTS.
 Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT.
 Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.
2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun
rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara
lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan
kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan
dan rambu-rambutentangpenyusunansoal-soalHOTS.17
3. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan
sesuai rencana kegiatan.

17
Op cit. Hlm 98

25
4. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan dari
kepalasekolah.
5. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap
hasilpenugasan kepada guru/MGMP sekolah.
6. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP
sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Berpikir logisadalahmenggunakanseperangkatpernyataanuntuk mendukung
sebuahgagasanmelaluipenuturanyangsistematis.Siswa yang
berpikirlogisakanmengungkapkanideataugagasannyadalam urutankata-
katayang terstrukturlinearsehinggasemuakonstruksi argumennyamenjadi benar.
2) Agar dapatberpikir logis,maka harusdipahamidalillogikayang
merupakanpetaverbalyangterdiriatastiga bagianyangmenunjukkan
gagasanprogresif,yaitu:(1)dasar pemikiranatau“fakta” tempat berpijak;
(2)argumentasiataucara menempatkandasar pemikiran bersama;
(3)kesimpulanatauhasilyang dicapaidenganmenerapkan argumentasipada
dasarpemikiran.Sedangkankarakterisktikdari berpikir logisyaitu:
(a)keruntutanberpikir;(b)kemampuan berargumen; (c) penarikan kesimpulan.
3) Mengukur kemampuan berpikir logis dapat menggunakan Test of
LogicalThinking (TOLT)denganindikatornyayaitu:(1)mengontrol variabel
(controling variable); (2) penalaran proporsional (proporsional reasoning);
(3) penalaran probabilistik(probabilistic reasoning);(4) penalaran
korelasional(correlationalreasoning);(5) penalaran
kombinatorik(combinatorial thingking).
4) Higher Order of Thinking Skil (HOST) adalah kemampuan berfikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan kreatif yang merupakan kemampuan berfikir tingkat
tinggi.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, disadari ataupun tidak masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki dalam penyempurnaan penulisan makalah ini, oleh
karenan itu perlu kiranya pembaca memperdalam lagi kajian mengenai topik yang
dibahas khususnya menyangkut detailnya pokok bahasan kajian. Sehingga
diharapkan pembaca dapat menghubungkan serta membandingkan makalah ini
dengan literatur yang relevan guna memperoleh informasi atau pengetahuan yang
sempurna. Kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengacu pada makalah ini,

27
dan dimohon kritik dan saran didalam makalah ini.

28
DAFTARPUSTAKA

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing : A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives, Complete
Edition. New York: Addison Wesley Longman.
Dini, H.N.(2018). Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Kaitannya dengan Kemampuan
Literasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika pp. 170-176,
UniversitasNegeri Semarang, Semarang.
Heong, Y.M., Othman, W.B., Yunos, J.BM., Kiong, T.T.,Razali, B.H and Mohamad,
M.M.B. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills among
Technical EducationStudents. International Journal of Social Science and Humanity,
Vol. 1(2) pp. 121-125.
Kemdikbud. (2013). Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemdikbud. (2015). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS).
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud.
Kemdikbud. (2016). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS)Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud.
Oktarina,M.2010.Mengembangkankemampuanpemahamanmatematikadan berpikirlogis
dengan menggunakan metodeimprovepadasiswa SMP [Tesis]. Universitas
PendidikanIndonesia, Bandung.
Rustaman, N.Y. (2011). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Prosiding
Seminar Biologi 8 (1) pp. 16-34, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Stiggins, R.J. (1994). Student- Centered Classroom Assessment. New York Macmillan
College Publishing Company
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud
Widihastuti. (2015). Model Penilaian untuk Pembelajaran Abad 21 (Sebuah Kajian untuk
Mempersiapkan SDM Kritis dan Kreatif).Prosiding Seminar Nasional
PengembanganSDM Kreatif dan Inovatif untuk Mewujudkan Generasi Emas
Indonesia Berdaya Saing Global pp. 77-86, Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai