DisusunOleh:
Kelas/Semester : C/ Semester 6
PROGRAMSTUDIPENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAMNEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya se-
hingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulisan makalah
ini adalah sebagai salah satu tugas matakuliah Evaluasi Pembelajaran.
Adapun isi dari makalah ini adalah membahas tentang kemampuan dalam
berpikir secara logis dan hots. Harapannya adalah melalui makalah ini,pembaca
dapat memahami apa serta bagaimana kemampuan berpikir logis dan hots
tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nukhbatul Bidayati Haka,
M.Pd selaku pengampu matakuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga termotivasi dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah inipenulis merasa masih banyak kekurangan,
sehingga masih diperlukan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LatarBelakang 1
1.2 RumusanMasalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1KemampuanBerpikirLogis 3
3.1 Kesimpulan 27
3.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1
dalam pemecahan masalah, sehingga kemampuan berpikirnya dapat
dikembangkan. Betapa pentingnya pengalaman ini agar peserta didik mempunya
istruktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis serta mengevaluasi
suatu permasalahan.
Menyadari pentingnya suatu sistem pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, maka diperlukan adanya pembelajaran yang lebih
banyak melibat kansiswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Hal
ini dapat terwujud melalui suatu bentuk sistem pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif
yang menanamkan kesadaran berpikir kritis, kreatif, logis, maupun hots.
1.2 RumusanMasalah
Adapun rumusa nmasalah dari makalah tentang kemampuan berpikir
logis dan hots ini,yaitu sebagai berikut:
1. Apayangdimaksud dengan kemampuan berpikirlogis?
2. Bagaimana konsep dari berpikirlogis?
3. Apayangdimaksud dengan HOTS(Higher OrderThinking Skills)?
4. Bagaimanakonsep dariHOTS (Higher Order Thinking Skills)?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah tentang kemampuan berpikir logis dan hots
ini,yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi kemampuan berpikirlogis?
2. Untuk memahami konsep dari berpikirlogis?
3. Untuk mengetahui definisiHOTS(Higher OrderThinking Skills)?
4. Untuk memahami konsep dariHOTS(Higher Order Thinking Skills)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
telahdiuraikanmengenaidefinisilogis,makalogisdapat diartikan sebagai hasil
pemikiran dari seseorang yang dapat diutarakan melalui katadan dinyatakan
melalui bahasa.
Berpikirlogismerupakancaraberpikiryang runtut,masukakal,dan
berdasarkan fakta-fakta objektif tertentu (Hadi, 2004). Berpikir logis juga
dapatdiartikansebagai kemampuansiswauntukmenarikkesimpulanyang sah
menurutaturanlogika dandapatmembuktikankesimpulanitubenar (valid) sesuai
dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yangsudah diketahui (Siswono,
2008).2
Berpikirlogismerupakanmasalahmengemukakanidedalamurutan
linearkatakatasehinggakonstruksinya“kelihatan”benar(Albrecht,2004).
Berpikirlogisadalahmenggunakan seperangkat pernyataan untuk mendukung
sebuahgagasan melaluipenuturanyang sistematis.Siswayang berpikirlogis
akanmengungkapkanide ataugagasannyadalamurutankata-katayang
terstrukturlinear sehinggasemua konstruksiargumennyamenjadibenar.
Supayasiswasampaipada kegiatanberpikir logishendaknya siswa dibiasakan
untukselalutanggapterhadappermasalahanyang dihadapidenganmencoba menjawab
pertanyaan “mengapa,apadan bagaimana”(Nuraida, 2014).
MenurutAlbrecht(2004) agar dapatberpikir logis,maka harus
dipahamidalillogikayang merupakanpetaverbalyangterdiriatastigabagian yang
menunjukkangagasanprogresif,yaitu:(1)dasarpemikiranatau“fakta” tempatberpijak;
(2)argumentasiataucara menempatkandasar pemikiran
bersama,yaituprosestersusunyangmenghubungkandasar pemikiransatu denganyang
lain; (3)kesimpulan atau hasilyang dicapai dengan menerapkan argumentasi pada
dasar pemikiran. Berdasarkan uraian tiga dasar berpikir
logistersebut,contohpenggunaanberpikir logisdalamkehidupansehari-hari
misalnya,jika dasarpemikirannyaberbentuknomoratauukuran,maka argumentasiada
hubungannyadenganhitung-menghitung.“Sayamemerlukan
ongkosRp.4.500,00untukpiknikke Baturaden.Saya mempunyaitabungan
Rp.3.000,00. Sehingga masihkurangRp.1.500,00”.Halini,dasar pemikirannya
2
Rustaman, N.Y. (2011). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Prosiding Seminar Biologi 8 (1) pp. 16-34, Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung. Hlm 76
4
adalah dua pernyataan yang pertama,sedangkan argumentasinyaadalahjumlahyang
dibutuhkandikurangidenganjumlah sekarangyangtersedia,sama
denganjumlahtambahanataukekuranganyang diperlukan. Kesimpulandalil tersebut
ialah pernyataanyangterakhir.
Pendapatlainmengenaiberpikir logisdisampaikanjuga olehNi’matus
(2011)yang menyatakanbahwakarakterisktikdariberpikirlogisyaitu:(a) keruntutan
berpikir; (b)kemampuan berargumen; (c) penarikan kesimpulan.
Berikutadalahdeskripsitentang karakteristikkemampuanberpikirlogisyang telah
disampaikan oleh Ni’matus (2011):
SedangkanmenurutPane dkk(2013)kemampuanuntukmengikuti
aturanlogisyang bersifatkonservasipadatahapoperasionalkonkret
ditandaidengankemampuandalamidentitas,reversibility dandecenter.
PenelitiannyadilakukanterhadapsiswaSD bertipe kecerdasanlogis matematis.
5
Berikut indikator pengukur kemampuan konservasi volume
3
padasiswaSDyangdisampaikan oleh Panedkk (2013):
No Proses Berpikir Logis Indikator
1 Identitas Subjek menyebutkan/menuliskan:
Data berupa fakta atau pernyataan dari
masalahyangadadi lembarsoal.
Databerupaukuranbangunruang yangyang ada
pada lembar soal besertasatuannya.
Penyelesaianhitungan
matematika(memenuhimasing-masing
bangunruang) dengan memenuhi syarat untuk
melakukan operasi hitung.
Mengecekkembalikebenarandataberupa fakta dan
data yang digunakan untukmenyelesaikan masalah.
Pengecekan kembali kebenaran langkah
langkah/prosedur/rumusyang digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
Kesesuaianantaradatadanstrategiyang digunakan
dengan masalah.
Berdasarkanpengertianberfikirlogisyang telahdiuraikantersebut,
makaprosesberpikirlogismerupakanprosesberpikiryang dilakukan seseorang
3
Stiggins, R.J. (1994). Student- Centered Classroom Assessment. New York Macmillan College Publishing
Company. Hlm 89
6
menurutsuatupola tertentudalammenyelesaikanmasalah sehingga diperoleh suatu
hasil dengan menerapkan argumentasipada
dasarpemikiran.Penelitimenyusunindikator proses berpikir logisdengancara
mengadaptasidarikarakteristikberpikir logis yangdisampaikan oleh Ni’matus (2011)
Mengukur kemampuanberpikir logisdapatmenggunakanTestof Logical
Thinking (TOLT) yang dapat dimodifikasi namun tetap
disesuaikandenganindikator kemampuanberpikirlogis.4
3. Penalaranprobabilistic Kemampuandalammenginterprestasikandatayangdipe
(probabilistic reasoning) rolehberupabesarnyakemungkinan terjadinyasuatu
kejadian
4. Penalaran Kemampuan dalam menentukan apakah
korelasional(correlational duakejadian/variablesaling berhubungan atau tidak
reasoning)
5. Penalaran kombinatorik Kemampuan dalam menentukan kombinasi dari
(combinatorial thingking) sebuah kejadian.
4
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud. Hlm 54
7
2.2 Higher Order of Thinking Skil (HOTS)
Higher Order of Thinking Skil (HOST) adalah kemampuan berfikir kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif yang merupakan kemampuan berfikir tingkat
tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metaognitif
yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendisain, dan
memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOST yaitu analisis yang merupakan
kemampuan berfikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks
tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berfikir dalam mengambil keputusan
bedasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berfikir dalam
membangun gagasan/ide-ide. Kemampuan-kemampuan ini merupakan kemampuan
berfikir level atas pada taksonomi Bloom yang terbaru hasil revisi oleh Anderson dan
Krathwohl.
Higher Order of Thinking Skil (HOST) atau kemampuan berfikir tingkat tinggi
dibagi menjadi empat kelomok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan,
berfikir kritis, dan berfikir kreatif. Dalam membentuk sistem kontekstual IPA proses
berfikit tingkat tinggi yang bisa digunakan adalah berfikir kritis. Keterampilan
berfikir kritis diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat
ini selain hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak
yang membuatmasalah bagi manusia dan lingkunganny. Para peneliti pendidikan
menjelaskan bahwa belajar berfikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang
materi, tetapi belajar bagaimana cara mengkaitkan berfikir kritis secara efektif. 5
5
Kemdikbud. (2016). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS)Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud. Hlm 87
8
4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
5) Menelaah ide dan informasi secara kritis.
Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTStidak berarti soal yang
lebih sulit dari pada soal recall (Kemdikbud, 2016).
Dini (2018:175) menyatakan pula Higher Order Thinking terjadi ketika
peserta didik terlibat dengan apa yangmereka ketahui sedemikian rupa untuk
mengubahnya, artinya siswa mampu mengubahatau mengkreasi pengetahuan yang
mereka ketahui dan menghasilkan sesuatu yangbaru. Melalui higher order thinking
peserta didik akan dapat membedakan ide ataugagasan secara jelas, berargumen
dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampumengkonstruksi penjelasan,
mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleksmenjadi lebih jelas, dimana
kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana pesertadidik bernalar. 6
Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi transfer informasi, berpikir
kritis, dan pemecahan masalah. Pembelajaran untuk mentransfer merupakan
pembelajaran bermakna karena peserta didik dapat menerapkan pengetahuan dan
keterampilannya dan mengaitkan informasi yang satu dengan yang lainnya. Adapula
pembelajaran dengan berpikir kritis supaya peserta didik dapat berargumentasi,
merefleksikan, dan mengambil keputusan sendiri. Pembelajaran berbasis masalah
bertujuan agar peserta didik dapat mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap
masalahnya baik secara akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari (Brookhart,
2010:5-8).
Stiggins (1994) menyatakan dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom
sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001) HOTS
pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Proses berpikir
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
6
Ibid
9
Gambar 2.1. Proses Berpikir Kognitif pada Taksonomi Bloom
Sumber : https://mayolazamacona.wordpress.com/2014/11/02/blooms-taxonomy/
Pemilihan kata kerja operasional (KKO) yang disajikan Tabel 2.2 untuk
merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan
KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada
ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’
bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan
didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus
lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja
‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut
kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja
operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan (Widana, 2017:3).7
7
Kemdikbud. (2015). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud. Hlm 5
10
Tabel 2.2 Kata Kerja Operasioanal Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Sumber : http://enggar.net/2016/06/kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-bloom/
8
Op cit. Hlm 7
11
Mempertahankan fokus pada pembelajaran;
Mempelajari proses pembelajaran; dan
Merencanakan kurikulum, instruksi, dan penilaian
Dimensi pembelajaran Marzano merupakan model komprehensif yang
menggunakan apa yang para peneliti dan ahli teori ketahui belajar untuk
mendefinisikan proses pembelajaran. Dimensi dari belajar menawarkan cara berpikir
dan proses belajar yang kompleks sehingga studi dapat diikuti setiap aspek dan
mendapatkan wawasan tentang bagaimana mereka berinteraksi. Kelima jenis
pemikiran didasari sebagai lima dimensi pembelajaran yang penting untuk
keberhasilan pembelajaran. Mempertimbangkan lima aspek penting dari
pembelajaran.
Mengacu pada konsep HOTS beberapa ahli Widihastuti (2015:82) menyatakan
bahwa HOTS merupakan keterampilan berpikir pada tingkat/level yang lebih tinggi
yangmemerlukan proses pemikiran lebih kompleks mencakupmenerapkan (applying),
menganalisis (analyzing), mengevaluasi(evaluating), dan mencipta (creating) yang
didukung olehkemampuan memahami (understanding), sehingga: (1) mampuberpikir
secara kritis (critical thinking); (2) mampu memberikanalasan secara logis, sistematis,
dan analitis (practical reasoning);(3) mampu memecahkan masalah secara cepat dan
tepat (problemsolving); (4) mampu mengambil keputusan secara cepat dan
tepat(decision making); dan (5) mampu menciptakan suatu produk yangbaru
berdasarkan apa yang telah dipelajari (creating). Dengandemikian, untuk dapat
mengembangkan HOTS ini maka harus sudah memiliki pengetahuan (knowledge) dan
mampumengingatnya (remembering), serta pemahaman (comprehension)dan mampu
memahaminya (understanding).
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus
(Kemdikbud, 2016). Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam
konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik.
Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global. Stimulus juga dapat diangkat dari
permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan
Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang
digunakan dalam penulisan soal HOTS.
12
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai
bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di
tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS
(Widana, 2017:5-8) :
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis,
merefleksi,memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda,
menyusun,menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan
untukmengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal
HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.9
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan
mengambil keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib
dimiliki oleh setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam
HOTS terdiri atas :
a. Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar.
b. Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-
cara sebelumnya.
‘Difficulty’ is not same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam
butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi kecuali melibatkan
prosesbernalar (Kemdikbud, 2016). Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah
kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang
sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak
termasuk higher orderthinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu
soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta
didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga
9
Heong, Y.M., Othman, W.B., Yunos, J.BM., Kiong, T.T.,Razali, B.H and Mohamad, M.M.B. (2011). The
Level of Marzano Higher Order Thinking Skills among Technical EducationStudents. International Journal of
Social Science and Humanity. Hlm 90
13
memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan
berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk
membangun kreativitas dan berpikir kritis.10
14
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman
peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara
pernyataan satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-
soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang
bersumber pada situasi kontekstual.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes
untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau
simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut : a)
bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio
butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa dan
b) jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase,
angka, simbol, tempat, atau waktu. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
d. Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik
soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah.
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat.
3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal
diusahakan relatif sama.
4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku
teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal
apayang tertulis dibuku. Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar
diberikan skor1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
11
Dini, H.N.(2018). Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi
Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika pp. 170-176, UniversitasNegeri Semarang, Semarang.
Hlm 78
15
sendiri dalam bentuk tertulis. Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah seperti
Ujian Sekolah (US) bentuk soal HOTS yang disarankan cukup 2 saja, yaitu bentuk
pilihan ganda dan uraian. Pemilihan bentuk soal itu disebabkan jumlah peserta US
umumnya cukup banyak, sedangkan penskoran harus secepatnya dilakukan dan
diumumkan hasilnya.Sehingga bentuk soal yang paling memungkinkan adalah soal
bentuk pilihan ganda dan uraian.Sedangkan untuk penilaian harian, dapat
disesuaikan dengan karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran.
Pemilihan bentuk soal hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu
assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning.
Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif mengembangkan soal-soal
HOTS sesuai dengan KI-KD yang memungkinkan dalam mata pelajaran yang
diampunya.Wawasan guru terhadap isu-isu global, keterampilan memilih stimulus
soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-aspek
penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan butir-butir
soal yang bermutu.12
16
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik
untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah
dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang
sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong
peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih
stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.
Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir
soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada
aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal,
sesuai format terlampir.
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
17
Salah satu proses pembentukan urin, terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, misalnya urea. Proses itu berlangsung di dalam
organ....
A.1
B.2
C.3
D.4
E.5
Jawaban : D
Pembahasan : Proses pembentukan urin yang terjadi di nefron ginjal melalui
tahap-tahap filtrasi, rearbsorpsi dan augmentasi. Filtrasi atau penyaringan terjadi
di bagian glomerulus (1) dan kapsul Bowman (2) dan menghasilkan urin primer.
Rearbsoprsi atau penyerapan kembali terjadi di tubulus proksimal, lengkung
Henle (3), tubulus distal (4) dan sebagian tubulus pengumpul (5), dan
menghasilkan urin sekunder. Augmentasi atau proses penambahan zat-zat sisa
yang tidak dibutuhkan tubuh terjadi di tubulus distal, sehingga menghasilkan urin
sesungguhnya. Urin sesungguhnya akan disalurkan menuju tubulus pengumpul,
medula, pelvis, dan kemudian ureter.
5. Topik : Bioteknologi
Tahap-tahap kloning gen insulin dari manusia adalah sebagai berikut:
1.Isolasi gen insulin dari manusia.
2.Penyisipan DNA donor ke dalan vektor plasmid.
3.Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease.
4.Transformasi DNA ke dalam sel bakteri.
5.Deteksi gen insulin apakah mampu di ekspresikan oleh bakteri.
Urutan pekerjaan yang harus dilakukan adalah....
A.1) – 2) – 3) – 4) – 5)
B.1) – 3) – 2) – 4) – 5)
C.1) – 5) – 3) – 4) – 2)
D.5) – 4) – 3) – 2) – 1)
E.4) – 5) – 1) – 2) – 3)
Jawaban : B
Pembahasan : Kloning gen atau teknik DNA rekombinan merupakan teknik
rekayasa genetik yang digunakan untuk menyisipkan gen dari suatu organisme ke
dalam gen organisme lain, sehingga organisme tersebut membawa sifat-sifat
20
tertentu dari gen yang disisipkan. Contoh penggunaan teknik ini adalah produksi
insulin manusia dengan menggunakan sel bakteri. Tahap-tahap kloning gen
insulin tersebut meliputi:
1. Donor DNA insulin (manusia) dipotong oleh enzim restriksi endonuklease.
2. Plasmid dari sel bakteri diekstraksi dan dipotong oleh enzim restriksi
endonuklease.
3. DNA insulin dari manusia dengan DNA plasmid digabungkan.
4. DNA yang telah bergabung dengan plasmid dikembalikkan ke dalam sel
bakteri (transformasi).
5. Mendeteksi gen insulin yang telah dikloning, apakah mampu diekspresikan
oleh bakteri atau tidak; tahap selanjutnya adalah peningkatan ekspresi gen
terkloning dan produksi insulin dalam jumlah yang banyak.
21
belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk penilaian akhir dan ujian
sekolah.13
22
demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat
menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Di
samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam ujian sekolah dapat meningkatkan
rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.Sehingga
peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian untuk memecahkan
berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.
3. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari- hari.Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar
terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian
peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam
kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di
masyarakat.Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan
stimulus kontekstual dan menarik dalam Penilaian, sehingga munculnya soal-
soal berbasis soal-soal HOTS, yang diharapkan dapat menambah motivasi
belajar peserta didik.
4. Meningkatkan Mutu Penilaian
Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu
pendidikan.Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal
HOTS, makadiharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Ditinjau
dari hasil yangdicapai dalam US dan UN, terdapat 3 kategori sekolah yaitu: (a)
sekolah unggul,apabila rerata nilai US lebih kecil daripada rerata UN; (b)
sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan rerata nilai UN
yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh rerata nilai UN
juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila rerata nilai US lebih besar
daripada rerata nilai UN.15
Masih banyak satuan pendidikan dalam kategori sekolah yang perlu
dibina. Indikatornya adalah rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai
UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru level kognitifnya lebih rendah
dari pada soal-soal pada UN. Umumnya soal-soal US yang disusun oleh guru
selama ini, kebanyakan hanya mengukur level 1 dan level 2 saja. Penyebab
15
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud. Hlm 97
23
lainnya adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS dalam US yang
menyebabkan peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS. Di
sisi lain, dalam soal-soal UN peserta didik dituntut memiliki kemampuan
mengerjakan soal-soal HOTS. Setiap tahun persentase soal-soal HOTS yang
disisipkan dalam soal UN terus ditingkatkan. Sebagai contoh pada UN tahun
pelajaran 2015/2016 kira-kira terdapat 20% soal-soal HOTS. Oleh karena itu,
agar rerata nilai US tidak berbeda jauh dengan rerata nilai UN, maka dalam
penyusunan soal-soal US agar disisipkan soal-soal HOTS.
16
Ibid
24
Memfasilitasi kegiatan penyusunan soal-soal HOTS dalam rangka persiapan
penyusunan soal-soal
Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-sekolah
3. Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan sebagai pelaksana teknis penyusunan soal-soal HOTS,
sebagaisalah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam konteks
pelaksanaanPenilaian, satuan pendidikan menyiapkan bahan-bahan Penilaian
dalam bentuk soal-soalyangmemuatsoal-soalHOTS.
Meningkatkan pemahaman guru tentang penulisan butir soal yang
mengukurkemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS).
Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian
(Higher Order Thinking Skills/HOTS)
b) Implementasi Penyusunan Soal HOTS
Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan (Widana,2017:26) adalah sebagai
berikut :
1. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah
tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Menyusun kisi-kisi soal HOTS.
Menulis butir soal HOTS.
Membuat pedoman penilaian HOTS.
Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT.
Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.
2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun
rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara
lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan
kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan
dan rambu-rambutentangpenyusunansoal-soalHOTS.17
3. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan
sesuai rencana kegiatan.
17
Op cit. Hlm 98
25
4. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan dari
kepalasekolah.
5. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap
hasilpenugasan kepada guru/MGMP sekolah.
6. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP
sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Berpikir logisadalahmenggunakanseperangkatpernyataanuntuk mendukung
sebuahgagasanmelaluipenuturanyangsistematis.Siswa yang
berpikirlogisakanmengungkapkanideataugagasannyadalam urutankata-
katayang terstrukturlinearsehinggasemuakonstruksi argumennyamenjadi benar.
2) Agar dapatberpikir logis,maka harusdipahamidalillogikayang
merupakanpetaverbalyangterdiriatastiga bagianyangmenunjukkan
gagasanprogresif,yaitu:(1)dasar pemikiranatau“fakta” tempat berpijak;
(2)argumentasiataucara menempatkandasar pemikiran bersama;
(3)kesimpulanatauhasilyang dicapaidenganmenerapkan argumentasipada
dasarpemikiran.Sedangkankarakterisktikdari berpikir logisyaitu:
(a)keruntutanberpikir;(b)kemampuan berargumen; (c) penarikan kesimpulan.
3) Mengukur kemampuan berpikir logis dapat menggunakan Test of
LogicalThinking (TOLT)denganindikatornyayaitu:(1)mengontrol variabel
(controling variable); (2) penalaran proporsional (proporsional reasoning);
(3) penalaran probabilistik(probabilistic reasoning);(4) penalaran
korelasional(correlationalreasoning);(5) penalaran
kombinatorik(combinatorial thingking).
4) Higher Order of Thinking Skil (HOST) adalah kemampuan berfikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan kreatif yang merupakan kemampuan berfikir tingkat
tinggi.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, disadari ataupun tidak masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki dalam penyempurnaan penulisan makalah ini, oleh
karenan itu perlu kiranya pembaca memperdalam lagi kajian mengenai topik yang
dibahas khususnya menyangkut detailnya pokok bahasan kajian. Sehingga
diharapkan pembaca dapat menghubungkan serta membandingkan makalah ini
dengan literatur yang relevan guna memperoleh informasi atau pengetahuan yang
sempurna. Kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengacu pada makalah ini,
27
dan dimohon kritik dan saran didalam makalah ini.
28
DAFTARPUSTAKA
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing : A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives, Complete
Edition. New York: Addison Wesley Longman.
Dini, H.N.(2018). Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Kaitannya dengan Kemampuan
Literasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika pp. 170-176,
UniversitasNegeri Semarang, Semarang.
Heong, Y.M., Othman, W.B., Yunos, J.BM., Kiong, T.T.,Razali, B.H and Mohamad,
M.M.B. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills among
Technical EducationStudents. International Journal of Social Science and Humanity,
Vol. 1(2) pp. 121-125.
Kemdikbud. (2013). Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemdikbud. (2015). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS).
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud.
Kemdikbud. (2016). Panduan Penyusunan SoalHigher Order Thinking Skills (HOTS)Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud.
Oktarina,M.2010.Mengembangkankemampuanpemahamanmatematikadan berpikirlogis
dengan menggunakan metodeimprovepadasiswa SMP [Tesis]. Universitas
PendidikanIndonesia, Bandung.
Rustaman, N.Y. (2011). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Prosiding
Seminar Biologi 8 (1) pp. 16-34, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Stiggins, R.J. (1994). Student- Centered Classroom Assessment. New York Macmillan
College Publishing Company
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud
Widihastuti. (2015). Model Penilaian untuk Pembelajaran Abad 21 (Sebuah Kajian untuk
Mempersiapkan SDM Kritis dan Kreatif).Prosiding Seminar Nasional
PengembanganSDM Kreatif dan Inovatif untuk Mewujudkan Generasi Emas
Indonesia Berdaya Saing Global pp. 77-86, Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.