Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Teori Belajar Kognitivistik dan Landasan Filosofinya

OLEH:
Kelompok VII
1. Muqlisa (1813042017)
2. Mutiara (200105500001)
3. Moh. Chaerul (1813040007)
4. Muh. Aksaldhi (1813041015)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


            Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karna berkat izin dan
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini pada tepat
waktu.Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Belajar dan
Pembelajaran“.
            Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan
kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan makalah
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah sederhana ini.
            Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam makalah
ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin bahwa penulisan
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu penulis mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
            Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

Makassar, 19 Oktober 2021


Penulis

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………..................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii

BAB I  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang…................................................................................................................1
B.  Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C.  Tujuan Penulisan................................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif ........................................................................................................ 3
B. Prinsip Dasar dan tujuan Teori belajar Kognitif .................................................................4
C. Teori dan tokoh teori belajar kognitif ................................................................................. 5
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar ..........................................................................17

BAB  III PENUTUP
A.  Kesimpulan.........................................................................................................................18
B.  Saran...................................................................................................................................18

Daftar Pustaka..........................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara sistematis.
Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara fenomena-fenomena
yang ada. Setiap teori akan mengembangkan konsep-konsep yang digunakan sebagai
symbol fenomena tertentu. Menurut Jonathan H. Turner, teori adalah proses
mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa
suatu peristiwa terjadi (Isti’adah. 2020). Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori itu
merupakan kerangka kerja yang bersifat konseptual yang digunakan untuk mengatur
pengetahuan.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dalam menggunakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Menurut S. Nasution M. A, belajar adalah suatu perubahan kelakuan, pengalaman dan
latihan (Isti’adah. 2020). Jadi belajar itu membawa suatu perubahan pada diri individu
yang belajar. Perubahan ini tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan,
melainkan juga membentuk karakter, kecakapan, kebiasaan, sikap, perilaku, minat,
bakat, dan penyesuaian diri. Sehingga dapat pula disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada seseorang yang melakukan kegiatan
belajar.
Hakikat belajar adalah suatu perubahan tingkah laku. Dimana, seseorang yang
telah mengalami belajar akan berubah tingkah lakunya. Akan tetapi, tidak semua
perubahan tingkah laku yang ada berasal dari hasil belajar. Dengan melalui proses
belajar, maka diharapkan dapat terjadinya perubahan atau peningkatan bukan pada aspek
kognitif saja, tetapi juga pada aspek lainnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud teori kognitivistik?
2. Siapakah tokoh tokoh teori kognitivistik?
3. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan teori kognitivistik?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui teori kognitivistik.
2. Untuk mengetahui tokoh tokoh kognitivistik.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori kognitivistik.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh makalah ini yaitu sebagai referensi
tambahan pada pokok bahasan teori-teori belajar serta kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing teori belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Kognitif


Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan . secara umum
kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan
(Knowledge) ; pemahaman (comprehention) ; penerapan (applicaton) ; analisis (analysis) ;
sintesa (sinthesis); evaluasi (evaluation) . Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan kognitifnya
melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori
ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Asumsi dasar teori ini adalah
setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman
dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif (Thobroni. 2015).
Belajar menurut teori belajar kognitif merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
Atau dengan kata lain belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk
didalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya (Budiningsih. 2004) .
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki orang lain. Oleh sebab itu,
kognitif berbeda dengan teori behavioristik , yang lebih menekankan pada aspek
kemampuan prilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap
stimulus yang datang kepada dirinya. Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar
yang sering disebut sebagai model perseptual. Yaitu proses untuk membangun atau
membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman
terhadap suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku yang
tampak.
Teori kognitif sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran di indonesia
pada umumnya lebih cenderung cognitif oriented ( berorientasi pada intelektual ) .

3
Implikasinya lulusan pendidikan atau pembelajaran kaya intelektual tapi miskin moral
kepribadian. mestinya proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara
peran kognisi dan peran afeksi , sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual
dan kepribadian yang seimbang . Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa
belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang menitikberatkan proses pembangun
ingatan , retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek aspek yang bersifat
intelektualitas , oleh sebab itu , belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan komprehensif (Kartika, dkk., 2011)

B. Prinsip Dasar dan tujuan Teori belajar Kognitif


Prinsip teori psikologi adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah laku dan
mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat tingkat perkembangan dan
pemahaman atas dirinya sendiri. Seseorang memiliki kepercayaan , ide ide, dan prinsip
yang dipilih untuk kepentingannya sendiri. Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan
teori psikologi. aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh
pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan
lingkungannnya secara sadar. Sedangkan Aspek psikologis membahas masalah hubungan
atau interaksi antar orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologis
kognitif lebih menekankan pada pentingnya proses internal dan proses proses mental.
Menurut teori belajar kognitif , Belajar merupakan proses proses internal yang yang tidak
dapat diamati secara langsung. Adapun tujuan teori ini adalah :
1. Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang orang pada
ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya.
2. Membantu guru untuk memahami orang lain , terutama muridnya dan membantu
dirinya sendiri
3. Mengkonstruksi prinsip prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas untuk
menghasilkan prosedur yang memungkinkan kondisi belajar menjadi produktif
4. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaiman seseorang mencapai pemahaman atas diri
dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungannya adalah faktor yang
sangat berkaitan
Insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi
yang sama . insight terjadi dengan melihat kasus kasus/kejadian yang terpisah kemudian
menggeneralisasikannya sehingga timbul sebuah pemahaman. Perbedaan pandangan teori
kognitif dan teori conditioning stimulus- respon adalah sebagai berikut
4
1. Teori kognitif menekankan pada fungsi fungsi psikologis. Sedangkan pada teori
behaviorisme pada segi fisiknya saja
2. Teori kognitif berfokus pada situasi saat ini , sedangkan teori behaviorisme pada
sejarah masa lalu
3. Dalam proses kognitif , Terjadi interaksi antar manusia dengan lingkungannya secara
simultan dan saling membutuhkan
Prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Belajar adalah peristiwa mental yang berhubungan dengan berfikir perhatiani , persepsi,
pemecahan masalah dan kesadaran
2. Sehubungan dengan pembelajaran , Teori belajar prilaku dan kognitif pada akhirnya
sepakat bahwa guru harus memperhatikan prilaku siswa yang tampak seperti
penyelesaian tugas rumah , hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor
manusia dan psikologisnya
3. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berfikir seseorang tidak sama dan tidak tetap
dari waktu ke waktu

C. Teori dan tokoh teori belajar kognitif


1. Teori perkembangan kognitif (Cognitive Development Theory) Jean Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan
demikian semakin bertambah usia seseorang makin kompleks juga susunan syarafnya
dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju
kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya
(Budiningsih, 2004).
 Prinsip perkembangan Intelektual
a. Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme
perkembangan individu, mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu
yang dewasa yang mampu bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis.
b. Perkembangan genetika dalam organisme tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh
sifat-sifat keturunan dan tidak terjadi karena perubahan lingkungan.
c. Kecerdasan adalah proses adaptasi dengan lingkungan dan membentuk struktur
kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.

5
d. Hasil perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal.
e. Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat
yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan
dengan berbagai macam cara.
f. Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik,
kematangan, pengaruh sosial, dan proses pengaturan diri.
 Proses Perkembangan Intelektual
Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi,
akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).
a. Asimilasi adalah proses perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur atau
kemampuan kognitif yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam lingkungannya.
b. Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi
khusus yang berupa kejadian yang baru. Dalam proses ini, seseorang memerlukan
modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan
lingkungan.
c. Equilibrasi adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan
seseorang tumbuh, berkembang, dan berubah sementara untuk menjadi lebih
mantap/seimbang.
Equilibrasi proses berpikir seseorang terjadi pada bagian fungsi kognitif yang
berbeda, yaitu (1) hubungan antara asimilasi, akomodasi, dan perjumpaan seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, (2) sub-subsistem pengetahuan yang timbul pada diri seseorang,
dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan dan sistem pengetahuan total seseorang.
 Hakikat Pengetahuan dan Bagaimana Membentuknya
Hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus antara individu dengan
lingkungannya. Menurut Piaget, ada empat ciri konsepsi pengetahuan, yaitu:
a. Pengetahuan bersifat berubah;
b. Berfokus pada perbedaan kualitatif dalam interaksi seseorang dengan
lingkungannya;
c. Lingkup bidang yang diselidiki;
d. Bersifat interdisiplin antar disiplin filsafat, psikologi, dan biologi.
 Proses Penyusunan Pengetahuan

6
Proses penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dari akomodasi yang diatur oleh
equilibrasi. Menurut Piaget, penyusunan pengetahuan disusun menurut jenis-jenis
pengalaman yang ada pada peserta didik. Ada dua macam pengalaman menurut jenis-
jenis pengalaman, yaitu:
a. Pengalaman Fisik
Pengalaman fisik adalah pengalaman langsung dengan lingkungan tempat individu
mulai mengenal ciri-ciri fisik dari objek yang dijumpainya. Contoh: bayi yang mulai
merasakan bentuk mainannya atau suara dari bunyi boneka, dll. Dalam pengalam fisik
ini, bentuk atau suara dari suatu objek mulai diasimilasikan ke dalam struktur anak dan
pada waktu yang sama terjadi akomodasi dimana struktur mental mulai menyesuaikan
diri pada intensitas kelembutan benda atau warna suara dari suatu objek. Sumber
pengetahuan baru siswa dalam pengalaman fisik adalah objek-objek yang ada diluar
diri siswa, sedangkan prosesnya melalui pengabstraksian ciri-ciri fisik dari objek
tersebut. Jenis pengalaman ini oleh Piaget disebut pengetahuan eksogen (bersifat
pengalaman eksternal) atau proses abstraksi empiri (pengalaman).
b. Pengalaman Logis-Matematik
Pengalaman logis matematik terjadi karena sifat-sifat dari objek diabstraksi dan
dihubung-hubungkan ke dalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik. Sumber
pengetahuan dari pengalaman logis matematik adalah proses berpikir peserta didik
yang merupakan aktivitas peserta didik itu sendiri. Dalam pengalaman logis-matematik
ini kegiatannya merupakan refleksi tindakan waktu sekarang dan
mengorganisasikannya pada tingkat yang logis. Oleh karenanya hal itu disebut abstraksi
reflektif (melalui proses berpikir yang berefleksi pada diri sendiri).
Adanya jenis pengalaman fisik dan logis-matematik ini menunjukkan bahwa
pengembangan/penyusunan pengetahuan yang baru dalam diri seseorang terjadi melalui
cara-cara yang berlainan. Pada masa usia awal, proses abstraksi empiri dan refleksif
dalam diri anak tidak terdefinisi namun proses abstraksi empiri mendominasi cara
berpikir anak. Pada usia selanjutnya, pengalaman logis-matematik berpikir anak
menjadi lebih logis dan ia mulai mampu mengambil keputusan secara logis yang
sebenarnya. Hal itu ditandai oleh menonjolnya proses abstraksi refleksif.
Tahap perkembangan kognitif Piaget menurut (Thobroni. 2015) terbagi dalam empat
tahapan yaitu:
o Tahap sensori motor (0-2 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah. Dimana, seorang anak
7
belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian
perbuatan yang bermakna.
o Tahap pra operasional (2-7 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah
pada penggunaan simbol atau bahasa tanda dan mulai berkembanganya konsep-
konsep intuitif. Dimana, seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus
yang didapat dari pengalaman dengan menggunakan indra sehingga ia belum mampu
untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
o Tahap operasional konkret (7-11 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahapi ini
adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak telah
memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya dengan benda- benda yang
bersifat kongkret.
o Tahap operasional formal (> 11 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir
kemungkinan

2. Teori perkembangan kognitif Bruner


Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan melalui
contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Dalam artian,
peserta didik dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum
(Thobroni. 2015). Bruner tidak mengembangkan teori belajar yang sistematis, . Dasar
Pemikiran Teorinya Memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir dan
pencipta informasi. Oleh karenanya yang terpenting dalam belajar adalah cara cara
bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi
yang diterimanya secara aktif.
Menurut Bruner, Pada dasarnya belajar adalah proses kognitif yang terjadi dalam
diri seseorang . Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar yaitu :
 Proses Perolehan informasi baru, dapat terjadi melalui kegiatan membaca,
mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengar/
melihat audiovisual, dan lain lain. Informasi ini bersifat penghalusan dari informasi
sebelumnya yang telah dimiliki.
 Proses mentransformasikan informasi yag diterima, suatu proses bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan

8
 Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan , agar dapat bermanfaat untuk
memecahkan masalah yang dhadapi siswa dalam kehidupan sehari hari
a. Strategi-strategi dalam Pembelajaran Penemuan
Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu
secara induktif, deduktif atau keduanya.
o Strategi Induktif
Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus dan bagian
generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat digunakan sebagai
bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan)
dengan menggunakan strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah
kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan
strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan “barangkali” atau
“mungkin”.
Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari
pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian
dari argumentasi itu . Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti
fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung
sifatnya, tetapi itu tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh,
fakta bahwa 3, 5, 7, 11, dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara
umum kita buat kesimpulan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil tetapi hal itu
sama sekali “tidak membuktikan“. Guru beresiko di dalam suatu argumentasi induktif
bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya, suatu kesimpulan yang dicapai
oleh induksi harus berhati-hati karena hal seperti itu nampak layak dan hampir bisa
dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai
sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari
kejadian atau contoh pokok-pokok.
o Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting dalam hal
pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif yang saling berkaitan,
maka metode deduktif memegang peranan penting dalam pengajaran matematika. Dari
konsep matematika yang bersifat umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa
dapat diarahkan untuk menemukan konsep-konsep lain yang belum ia ketahui
sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran, siswa dapat

9
diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran menjadi n buah sector yang sama
besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi
panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah diketahui sebelumnya, siswa akan
dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah .
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan
diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan
dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif ,
kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan
pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan
suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan
kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Sebagai contoh dialog berikut
sedang memecahkan masalah sistem persamaan dengan menggunakan determinan
koefisien dari dua garis yang sejajar dengan penemuan deduktif di mana guru
menggunakan pertanyaan untuk memandu siswa ke arah penarikan kesimpulan tertentu.
Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman suatu konsep dapat diawali secara
induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa
contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala),
memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif.
Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama
berperan penting dalam mempelajari matematika. Dengan penjelasan di atas metode
penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model
pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing.
Pembelajaran dengan model ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok.
Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan
karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa
didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan
bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung
pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
Dengan model penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana
siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba
(trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu
siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari
untuk menemukan pengetahuan yang baru. Dalam model pembelajaran dengan
10
penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat
pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk
kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan
masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal matematika, karena siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada
saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.
b. Model pengembangan kurikulum
o Penyajian Enaktif, Penyajian yang dilakukan melalui tindakan , memiliki manipulasi
yang tinggi. dengan penyajian seperti ini seseorang dapat memahami sesuatu dari
melakukan sesuatu
o Penyajian ikonik, Pada masa remaja , bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu
media berfikir. Kemudian pada masa transisi , penyajian ikonik didasarkan pada
pengindraan dilanjutkan dengan penyajian simbolik
o Penyajian Simbolik, Penyajian simbolik ini dibuktikan dengan pada kemampuan
seseorang untuk memikirkan proposisi dibandingkan objek, memberikan struktur
hierarkis pada konsep konsep dan untuk memiikirkan alternatif yang mungkin dalam
suatu cara kombinatual
c. Pendekatan model belajar bruner
Pendekatan model belajar bruner ini didasarkan pada dua asumsi , yaitu pendekatan
interaktif, pengetahuan akan diperoleh peserta didik bila di dalam pembelajaran yang
bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya . Orang
mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang
tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya
d. Belajar penemuan dari bruner , manfaat dan contoh penerapannya dalam
pembelajaran
Ada beberapa manfaat belajar penemuan

o Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.

o Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat.

11
o Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang
diinginkan dalam belajar penemuan agar siswa dapat mendemontrasikan
pengetahuan yang diterima.
o Transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh siswa
dari pada disajikan dalam bentuk jadi.
o Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan
motivasi belajar.
o Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas

e. Langkah langkah Belajar Penemuan


o Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri . Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan
persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang
memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
o Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
o Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis . Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya

12
o Data processing (pengolahan data)
Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut
siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian
yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
o Verification (pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya .
o Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi .Atau tahap dimana berdasarkan
hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

3. Teori perkembangan kognitif David P Ausubel


Teori ini mengemukakan belajar hafalan. Dimana, pengetahuan yang sudah dimiliki
oleh siswa akan sangat menentukan bermakna tidaknya suatu proses pembelajaran.
Belajar hafalan akan terjadi jika para peserta didik tidak mampu mengaitkan
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama. Tugas dari pendidiklah untuk
memberikan kemudahan bagi para peserta didik sehingga mereka dapat dengan mudah
mengaitkan pengalaman atau pengetahuan barunya dengan pengetahuan yang relevan
yang sudah ada didalam pikirannya atau dalam struktur kognitifnya yang biasa disebut
dengan belajar bermakna (Thobroni. 2015).
Ausubel mengklasifikasikan makna belajar kedalam dua dimensi seperti pada
gambar dibawah ini. Dimensi pertama hubungan dengan cara bagaimana informasi atau
materi pelajaran yang disajikan kepada siswa, apakah melalui penemuan. Belajar
menurut dimensi ini diperoleh melalui penerimaan informasi dengan cara
dikomunikasikan kepada siswa dalam bentuk belajar permainan dan menyajikan

13
informasi itu dalam bentuk final. Cara kedua berhubungan dengan bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang sudah
dimilikinya. Kedua dimensi ini tidak menunjukkan dikatomi yang sederhana. Tetapi
lebih merupakan suatu kontinum, sebagai tampak dalam gambar berikut:

 Empat Tipe Belajar Menurut Ausubel


a. Belajar dengan penemuan yang bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik. Peserta didik
itu kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang
dimiliki. Misalnya peserta didik diminta menemukan sifat-sifat suatu bujur sangkar.
Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, seperti sifat-sifat persegi panjang,
peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut.
b. Belajar dengan penemuan tidak bermakna

14
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia
menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal
pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya,
yaitu dengan penggaris dan jangka. Dengan alat-alat ini diketemukan sifat-sifat bujur
sangkar dan kemudian dihafalkan.
c. Belajar menerima yang bermakna
Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam
bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu
dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan mempelajari akar-akar
persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan diberikan yang
susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan  kuadrat tersebut dengan
mudah ter’tanam’ kedalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena
pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan
tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.
d. Belajar menerima yang tidak bermakna
Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final.
Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya. Bahan yang disajikan tadi tanpa
memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.
 Struktur Kognitif
Struktur kognitif didefinisikan sebagai struktur organisasi yang ada dalam ingatan
seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah dalam suatu unit
konseptual. Struktur kognitif berisi konsep-konsep yang telah tersusun secara hierarki dan
tetap berada dalam kesadaran siswa. Konsep yang paling inklusif terletak di atas lalu
berangsur-angsur pada konsep spesifik sampai pada yang terakhir. Sehubungan dengan itu
agar bahan pelajaran yang dipelajari, Ausubel (1963 ) berpendapat bahwa pengetahuan
diorganisasikan dalam ingatan seseorang secara hierarki. Dengan pandangan itu, Ausubel
menolak pendapat yang menyatakan bahwa belajar verbal akan mendorong siswa untuk
cenderung menghapal secara rutin. Untuk itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
agar belajar menjadi bermakna. Beberapa syarat tersebut diantaranya adalah dengan
melakukan Advanced organizer, progressive differentiation, integrative reconciliation,
dan consolidation.
Pengaturan awal ( advanced organizer ) berisi konsep-konsep tau ide-ide yang
diberikan kepada siswa jauh sebelum materi pelajaran sesungguhnya diberikan. Ada tiga

15
hal yang dapat dicapai yaitu: 1) pengaturan awal memberikan konseptual untuk belajar
yang berikutnya; 2) dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki oleh
siswa saat ini dengan informasi baru yang akan diterimanya; 3) berfungsi sebagai
jembatan penghubung sehingga memperlancar proses pengkodean pada siswa.
Pengaturan awal itu bermacam-macam bentuknya tetapi fungsinya tetap sama, yaitu
meningkatkan kemampuan siswa untuk mengorganisasikan materi, belajar dan mengingat.
Ada dua bentuk organizer, yaitu expository organizer, menyajikan gambar konsep yang
relevan dan comparative organizer menyajikan persamaan dan perbedaan antara dua
materi dari struktur kognitif yang sudah dimiliki.
Progressive differentiation menurut Ausubel pengembangan konsep-konsep
berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal
yang khusus dan rinci disertai dengan perbaikan contoh-contoh.
Recinsilasi reconciliation ( integrative reconciliation). Guru menjelaskan dan
menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang
telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa.
Konsolidasi ( consolidation ). Guru memberikan pemantapan atas materi pelajara
yang telah diberikan untuk memudahkan siswa dalam memahami dan Mempelajari materi
selanjutnya ( Barlow;1985 dalam Muhibbin Syah;1995,245-246 )
 Penerapan Belajar Bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses untuk mengaitkan informasi baru dengan
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam
menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, guru dianjurkan untuk mengetahui
terlebih dahulu kondisi awal siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa ada satu
faktor yang sangat mempengaruhi belajar, yaitu pengetahuan yang telah diterima siswa.
Pandangan Ausubel ini diharapkan menjadi kerangka berpikir dalam menerapkan teori
tersebut dalam belajar disamping memahami konsep dan prinsip-prinsip lain yang harus
diperhatikan, yaitu adanya pengaturan awal, adanya proses differensiasi progresif,
rekonsiliasi integratif, dan belajar suberdinat.
Dalam pengembangannya, belajar bermakna dapat diterpkan melalui berbagai cara
pembelajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep. Penerapan peta
konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui pengetahuan
siswa terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui konsep esensial
apa saja yang perlu diajarkan. Adapun cara pembelajarannya adalah sebagai berikut:

16
a. Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.
b. Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah diajarkan
c. Urutkan konsep-konsep tersebut dari paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
berikan contoh-contohnya
d. Susun konsep-onsep tersebut diatas kertas dari konsep yang paling inklusif ke konsep
yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke bawah
e. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta konsep
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar
 Kelebihan
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, artinya dengan kreasi atau pembuatan satu
hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam
metode belajar kognitif siswa harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum
ada atau menginovasi hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
c. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik memaksimalkan ingatan yang
dimiliki oleh siswa untuk mengingat semua materi materi yang telah diberikan karena
pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat.
d. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada
pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan
 Kekurangan
a. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
b. Pada dasarnya teori ini menekankan pada kemampuan ingatan masing-masing peserta
didik, sehingga kelemahannya adalah selalu menganggap semua peserta didik
mempunyai daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
c. Beberapa prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.

17
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah di sajikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan . secara umum kognitif
diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan
(Knowledge) ; pemahaman (comprehention) ; penerapan (applicaton) ; analisis
(analysis) ; sintesa (sinthesis); evaluasi (evaluation) . Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
b. Tokoh tokoh teori kognitivistik adalah Jean Piaget, Bruner, dan David P Ausubel
c. Kelebihan teori Kognitivistik, Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, artinya
dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal
yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif siswa harus lebih bisa
mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang sudah ada
menjadi lebih baik lagi, Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih
mudah, Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik memaksimalkan ingatan
yang dimiliki oleh siswa untuk mengingat semua materi materi yang telah diberikan
karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat.
Kekurangannya adalah Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode
kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang
diberikan. Pada dasarnya teori ini menekankan pada kemampuan ingatan masing-
masing peserta didik, sehingga kelemahannya adalah selalu menganggap semua
peserta didik mempunyai daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan. Beberapa
prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
2. Saran

18
Adapun sarannya yaitu kepada penulis diharapkan agar menambah lagi referensi
lain agar wawasan menjadi semakin luas terkait dengan teori-teori belajar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Direktori UPI, 2011. Teori Belajar Kognitif. UPI : Bandung, File Portable

Guruh, dkk. 2015. Teori Belajar Bermakna, Unsri : Indralaya

Nurjannah, 2012. Teori Belajar Kognitivisme. http://academia.edu. Diakses tanggal 18


Oktober 2021

Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
http://digilib.uinsby.ac.id/6464/2/Bab%201.pdf

Wikipedia Indonesia, 2012. Teori Jean piaget. http://id.wikipedia.org . Diakses tanggal 18


Oktober 2021

20

Anda mungkin juga menyukai