OLEH:
Kelompok VII
1. Muqlisa (1813042017)
2. Mutiara (200105500001)
3. Moh. Chaerul (1813040007)
4. Muh. Aksaldhi (1813041015)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Kelompok VII
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………..................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif ........................................................................................................ 3
B. Prinsip Dasar dan tujuan Teori belajar Kognitif .................................................................4
C. Teori dan tokoh teori belajar kognitif ................................................................................. 5
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar ..........................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................................18
Daftar Pustaka..........................................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara sistematis.
Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara fenomena-fenomena
yang ada. Setiap teori akan mengembangkan konsep-konsep yang digunakan sebagai
symbol fenomena tertentu. Menurut Jonathan H. Turner, teori adalah proses
mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa
suatu peristiwa terjadi (Isti’adah. 2020). Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori itu
merupakan kerangka kerja yang bersifat konseptual yang digunakan untuk mengatur
pengetahuan.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dalam menggunakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Menurut S. Nasution M. A, belajar adalah suatu perubahan kelakuan, pengalaman dan
latihan (Isti’adah. 2020). Jadi belajar itu membawa suatu perubahan pada diri individu
yang belajar. Perubahan ini tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan,
melainkan juga membentuk karakter, kecakapan, kebiasaan, sikap, perilaku, minat,
bakat, dan penyesuaian diri. Sehingga dapat pula disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada seseorang yang melakukan kegiatan
belajar.
Hakikat belajar adalah suatu perubahan tingkah laku. Dimana, seseorang yang
telah mengalami belajar akan berubah tingkah lakunya. Akan tetapi, tidak semua
perubahan tingkah laku yang ada berasal dari hasil belajar. Dengan melalui proses
belajar, maka diharapkan dapat terjadinya perubahan atau peningkatan bukan pada aspek
kognitif saja, tetapi juga pada aspek lainnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud teori kognitivistik?
2. Siapakah tokoh tokoh teori kognitivistik?
3. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan teori kognitivistik?
1
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui teori kognitivistik.
2. Untuk mengetahui tokoh tokoh kognitivistik.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori kognitivistik.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh makalah ini yaitu sebagai referensi
tambahan pada pokok bahasan teori-teori belajar serta kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing teori belajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Implikasinya lulusan pendidikan atau pembelajaran kaya intelektual tapi miskin moral
kepribadian. mestinya proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara
peran kognisi dan peran afeksi , sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual
dan kepribadian yang seimbang . Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa
belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang menitikberatkan proses pembangun
ingatan , retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek aspek yang bersifat
intelektualitas , oleh sebab itu , belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan komprehensif (Kartika, dkk., 2011)
5
d. Hasil perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal.
e. Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat
yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan
dengan berbagai macam cara.
f. Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik,
kematangan, pengaruh sosial, dan proses pengaturan diri.
Proses Perkembangan Intelektual
Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi,
akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).
a. Asimilasi adalah proses perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur atau
kemampuan kognitif yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam lingkungannya.
b. Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi
khusus yang berupa kejadian yang baru. Dalam proses ini, seseorang memerlukan
modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan
lingkungan.
c. Equilibrasi adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan
seseorang tumbuh, berkembang, dan berubah sementara untuk menjadi lebih
mantap/seimbang.
Equilibrasi proses berpikir seseorang terjadi pada bagian fungsi kognitif yang
berbeda, yaitu (1) hubungan antara asimilasi, akomodasi, dan perjumpaan seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, (2) sub-subsistem pengetahuan yang timbul pada diri seseorang,
dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan dan sistem pengetahuan total seseorang.
Hakikat Pengetahuan dan Bagaimana Membentuknya
Hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus antara individu dengan
lingkungannya. Menurut Piaget, ada empat ciri konsepsi pengetahuan, yaitu:
a. Pengetahuan bersifat berubah;
b. Berfokus pada perbedaan kualitatif dalam interaksi seseorang dengan
lingkungannya;
c. Lingkup bidang yang diselidiki;
d. Bersifat interdisiplin antar disiplin filsafat, psikologi, dan biologi.
Proses Penyusunan Pengetahuan
6
Proses penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dari akomodasi yang diatur oleh
equilibrasi. Menurut Piaget, penyusunan pengetahuan disusun menurut jenis-jenis
pengalaman yang ada pada peserta didik. Ada dua macam pengalaman menurut jenis-
jenis pengalaman, yaitu:
a. Pengalaman Fisik
Pengalaman fisik adalah pengalaman langsung dengan lingkungan tempat individu
mulai mengenal ciri-ciri fisik dari objek yang dijumpainya. Contoh: bayi yang mulai
merasakan bentuk mainannya atau suara dari bunyi boneka, dll. Dalam pengalam fisik
ini, bentuk atau suara dari suatu objek mulai diasimilasikan ke dalam struktur anak dan
pada waktu yang sama terjadi akomodasi dimana struktur mental mulai menyesuaikan
diri pada intensitas kelembutan benda atau warna suara dari suatu objek. Sumber
pengetahuan baru siswa dalam pengalaman fisik adalah objek-objek yang ada diluar
diri siswa, sedangkan prosesnya melalui pengabstraksian ciri-ciri fisik dari objek
tersebut. Jenis pengalaman ini oleh Piaget disebut pengetahuan eksogen (bersifat
pengalaman eksternal) atau proses abstraksi empiri (pengalaman).
b. Pengalaman Logis-Matematik
Pengalaman logis matematik terjadi karena sifat-sifat dari objek diabstraksi dan
dihubung-hubungkan ke dalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik. Sumber
pengetahuan dari pengalaman logis matematik adalah proses berpikir peserta didik
yang merupakan aktivitas peserta didik itu sendiri. Dalam pengalaman logis-matematik
ini kegiatannya merupakan refleksi tindakan waktu sekarang dan
mengorganisasikannya pada tingkat yang logis. Oleh karenanya hal itu disebut abstraksi
reflektif (melalui proses berpikir yang berefleksi pada diri sendiri).
Adanya jenis pengalaman fisik dan logis-matematik ini menunjukkan bahwa
pengembangan/penyusunan pengetahuan yang baru dalam diri seseorang terjadi melalui
cara-cara yang berlainan. Pada masa usia awal, proses abstraksi empiri dan refleksif
dalam diri anak tidak terdefinisi namun proses abstraksi empiri mendominasi cara
berpikir anak. Pada usia selanjutnya, pengalaman logis-matematik berpikir anak
menjadi lebih logis dan ia mulai mampu mengambil keputusan secara logis yang
sebenarnya. Hal itu ditandai oleh menonjolnya proses abstraksi refleksif.
Tahap perkembangan kognitif Piaget menurut (Thobroni. 2015) terbagi dalam empat
tahapan yaitu:
o Tahap sensori motor (0-2 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah. Dimana, seorang anak
7
belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian
perbuatan yang bermakna.
o Tahap pra operasional (2-7 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah
pada penggunaan simbol atau bahasa tanda dan mulai berkembanganya konsep-
konsep intuitif. Dimana, seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus
yang didapat dari pengalaman dengan menggunakan indra sehingga ia belum mampu
untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
o Tahap operasional konkret (7-11 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahapi ini
adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak telah
memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya dengan benda- benda yang
bersifat kongkret.
o Tahap operasional formal (> 11 tahun), Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir
kemungkinan
8
Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan , agar dapat bermanfaat untuk
memecahkan masalah yang dhadapi siswa dalam kehidupan sehari hari
a. Strategi-strategi dalam Pembelajaran Penemuan
Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu
secara induktif, deduktif atau keduanya.
o Strategi Induktif
Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus dan bagian
generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat digunakan sebagai
bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan)
dengan menggunakan strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah
kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan
strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan “barangkali” atau
“mungkin”.
Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari
pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian
dari argumentasi itu . Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti
fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung
sifatnya, tetapi itu tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh,
fakta bahwa 3, 5, 7, 11, dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara
umum kita buat kesimpulan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil tetapi hal itu
sama sekali “tidak membuktikan“. Guru beresiko di dalam suatu argumentasi induktif
bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya, suatu kesimpulan yang dicapai
oleh induksi harus berhati-hati karena hal seperti itu nampak layak dan hampir bisa
dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai
sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari
kejadian atau contoh pokok-pokok.
o Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting dalam hal
pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif yang saling berkaitan,
maka metode deduktif memegang peranan penting dalam pengajaran matematika. Dari
konsep matematika yang bersifat umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa
dapat diarahkan untuk menemukan konsep-konsep lain yang belum ia ketahui
sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran, siswa dapat
9
diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran menjadi n buah sector yang sama
besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi
panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah diketahui sebelumnya, siswa akan
dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah .
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan
diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan
dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif ,
kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan
pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan
suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan
kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Sebagai contoh dialog berikut
sedang memecahkan masalah sistem persamaan dengan menggunakan determinan
koefisien dari dua garis yang sejajar dengan penemuan deduktif di mana guru
menggunakan pertanyaan untuk memandu siswa ke arah penarikan kesimpulan tertentu.
Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman suatu konsep dapat diawali secara
induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa
contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala),
memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif.
Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama
berperan penting dalam mempelajari matematika. Dengan penjelasan di atas metode
penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model
pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing.
Pembelajaran dengan model ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok.
Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan
karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa
didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan
bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung
pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
Dengan model penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana
siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba
(trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu
siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari
untuk menemukan pengetahuan yang baru. Dalam model pembelajaran dengan
10
penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat
pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk
kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan
masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal matematika, karena siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada
saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.
b. Model pengembangan kurikulum
o Penyajian Enaktif, Penyajian yang dilakukan melalui tindakan , memiliki manipulasi
yang tinggi. dengan penyajian seperti ini seseorang dapat memahami sesuatu dari
melakukan sesuatu
o Penyajian ikonik, Pada masa remaja , bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu
media berfikir. Kemudian pada masa transisi , penyajian ikonik didasarkan pada
pengindraan dilanjutkan dengan penyajian simbolik
o Penyajian Simbolik, Penyajian simbolik ini dibuktikan dengan pada kemampuan
seseorang untuk memikirkan proposisi dibandingkan objek, memberikan struktur
hierarkis pada konsep konsep dan untuk memiikirkan alternatif yang mungkin dalam
suatu cara kombinatual
c. Pendekatan model belajar bruner
Pendekatan model belajar bruner ini didasarkan pada dua asumsi , yaitu pendekatan
interaktif, pengetahuan akan diperoleh peserta didik bila di dalam pembelajaran yang
bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya . Orang
mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang
tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya
d. Belajar penemuan dari bruner , manfaat dan contoh penerapannya dalam
pembelajaran
Ada beberapa manfaat belajar penemuan
o Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
o Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat.
11
o Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang
diinginkan dalam belajar penemuan agar siswa dapat mendemontrasikan
pengetahuan yang diterima.
o Transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh siswa
dari pada disajikan dalam bentuk jadi.
o Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan
motivasi belajar.
o Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas
12
o Data processing (pengolahan data)
Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut
siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian
yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
o Verification (pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya .
o Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi .Atau tahap dimana berdasarkan
hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
13
informasi itu dalam bentuk final. Cara kedua berhubungan dengan bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang sudah
dimilikinya. Kedua dimensi ini tidak menunjukkan dikatomi yang sederhana. Tetapi
lebih merupakan suatu kontinum, sebagai tampak dalam gambar berikut:
14
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia
menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal
pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya,
yaitu dengan penggaris dan jangka. Dengan alat-alat ini diketemukan sifat-sifat bujur
sangkar dan kemudian dihafalkan.
c. Belajar menerima yang bermakna
Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam
bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu
dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan mempelajari akar-akar
persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan diberikan yang
susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan
mudah ter’tanam’ kedalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena
pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan
tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.
d. Belajar menerima yang tidak bermakna
Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final.
Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya. Bahan yang disajikan tadi tanpa
memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.
Struktur Kognitif
Struktur kognitif didefinisikan sebagai struktur organisasi yang ada dalam ingatan
seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah dalam suatu unit
konseptual. Struktur kognitif berisi konsep-konsep yang telah tersusun secara hierarki dan
tetap berada dalam kesadaran siswa. Konsep yang paling inklusif terletak di atas lalu
berangsur-angsur pada konsep spesifik sampai pada yang terakhir. Sehubungan dengan itu
agar bahan pelajaran yang dipelajari, Ausubel (1963 ) berpendapat bahwa pengetahuan
diorganisasikan dalam ingatan seseorang secara hierarki. Dengan pandangan itu, Ausubel
menolak pendapat yang menyatakan bahwa belajar verbal akan mendorong siswa untuk
cenderung menghapal secara rutin. Untuk itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
agar belajar menjadi bermakna. Beberapa syarat tersebut diantaranya adalah dengan
melakukan Advanced organizer, progressive differentiation, integrative reconciliation,
dan consolidation.
Pengaturan awal ( advanced organizer ) berisi konsep-konsep tau ide-ide yang
diberikan kepada siswa jauh sebelum materi pelajaran sesungguhnya diberikan. Ada tiga
15
hal yang dapat dicapai yaitu: 1) pengaturan awal memberikan konseptual untuk belajar
yang berikutnya; 2) dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki oleh
siswa saat ini dengan informasi baru yang akan diterimanya; 3) berfungsi sebagai
jembatan penghubung sehingga memperlancar proses pengkodean pada siswa.
Pengaturan awal itu bermacam-macam bentuknya tetapi fungsinya tetap sama, yaitu
meningkatkan kemampuan siswa untuk mengorganisasikan materi, belajar dan mengingat.
Ada dua bentuk organizer, yaitu expository organizer, menyajikan gambar konsep yang
relevan dan comparative organizer menyajikan persamaan dan perbedaan antara dua
materi dari struktur kognitif yang sudah dimiliki.
Progressive differentiation menurut Ausubel pengembangan konsep-konsep
berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal
yang khusus dan rinci disertai dengan perbaikan contoh-contoh.
Recinsilasi reconciliation ( integrative reconciliation). Guru menjelaskan dan
menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang
telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa.
Konsolidasi ( consolidation ). Guru memberikan pemantapan atas materi pelajara
yang telah diberikan untuk memudahkan siswa dalam memahami dan Mempelajari materi
selanjutnya ( Barlow;1985 dalam Muhibbin Syah;1995,245-246 )
Penerapan Belajar Bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses untuk mengaitkan informasi baru dengan
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam
menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, guru dianjurkan untuk mengetahui
terlebih dahulu kondisi awal siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa ada satu
faktor yang sangat mempengaruhi belajar, yaitu pengetahuan yang telah diterima siswa.
Pandangan Ausubel ini diharapkan menjadi kerangka berpikir dalam menerapkan teori
tersebut dalam belajar disamping memahami konsep dan prinsip-prinsip lain yang harus
diperhatikan, yaitu adanya pengaturan awal, adanya proses differensiasi progresif,
rekonsiliasi integratif, dan belajar suberdinat.
Dalam pengembangannya, belajar bermakna dapat diterpkan melalui berbagai cara
pembelajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep. Penerapan peta
konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui pengetahuan
siswa terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui konsep esensial
apa saja yang perlu diajarkan. Adapun cara pembelajarannya adalah sebagai berikut:
16
a. Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.
b. Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah diajarkan
c. Urutkan konsep-konsep tersebut dari paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
berikan contoh-contohnya
d. Susun konsep-onsep tersebut diatas kertas dari konsep yang paling inklusif ke konsep
yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke bawah
e. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta konsep
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar
Kelebihan
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, artinya dengan kreasi atau pembuatan satu
hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam
metode belajar kognitif siswa harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum
ada atau menginovasi hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
c. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik memaksimalkan ingatan yang
dimiliki oleh siswa untuk mengingat semua materi materi yang telah diberikan karena
pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat.
d. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada
pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan
Kekurangan
a. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan
peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
b. Pada dasarnya teori ini menekankan pada kemampuan ingatan masing-masing peserta
didik, sehingga kelemahannya adalah selalu menganggap semua peserta didik
mempunyai daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
c. Beberapa prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
17
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah di sajikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan . secara umum kognitif
diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan
(Knowledge) ; pemahaman (comprehention) ; penerapan (applicaton) ; analisis
(analysis) ; sintesa (sinthesis); evaluasi (evaluation) . Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
b. Tokoh tokoh teori kognitivistik adalah Jean Piaget, Bruner, dan David P Ausubel
c. Kelebihan teori Kognitivistik, Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, artinya
dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal
yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif siswa harus lebih bisa
mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang sudah ada
menjadi lebih baik lagi, Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih
mudah, Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik memaksimalkan ingatan
yang dimiliki oleh siswa untuk mengingat semua materi materi yang telah diberikan
karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat.
Kekurangannya adalah Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode
kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang
diberikan. Pada dasarnya teori ini menekankan pada kemampuan ingatan masing-
masing peserta didik, sehingga kelemahannya adalah selalu menganggap semua
peserta didik mempunyai daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan. Beberapa
prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
2. Saran
18
Adapun sarannya yaitu kepada penulis diharapkan agar menambah lagi referensi
lain agar wawasan menjadi semakin luas terkait dengan teori-teori belajar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Direktori UPI, 2011. Teori Belajar Kognitif. UPI : Bandung, File Portable
Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
http://digilib.uinsby.ac.id/6464/2/Bab%201.pdf
20