Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK PADA TEORI


KOGNITIF –HUMANISTIC

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu :

Bahrul Munib, SH.I., M.Pd.I

Disusun oleh :
Rifqi Thoriq Ubaydillah
Nim : 205101010002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
MARET 2021
[Type text]

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “impelentasi
pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif – humanistic” tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam selalu kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan hidup
kita dan semoga kita selalu mendapat syafa’atnya .

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Bahrul
Munib, SH.I., M.Pd.I. pada bidang teori belajar dan pembelajaran. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Impelentasi pembelajaran yang berpijak
pada teori kognitif – humanistic bagi para pembaca juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Bahrul Munib, SH.I., M.Pd.I., yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember , 20 Maret 2021

Penulis

2
[Type text]

DAFTAR ISI

PRAKATA ………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 4
1.1. Latar Belakang …………………………………………… 4
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………... 5
1.3. Tujuan …………………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………. 6


2.1. Pengertian Teori Belajar Kognitif ………………………… 6
2.2. Prinsip Belajar Kognitif dan Humanistik ………………… 11
2.3. Tahapan Perkembangan Kognitif ………………………... 13
2.4. Aplikasi Teori Kognitif dan Humanistik dalam Pembelajaran 18
2.5. Implikasi Teori Kognitif dan Humanistik dalam Pendidikan 20

BAB III PENUTUP …………………………………………………….. 23


3.1. Kesimpulan ……………………………………………….. 23

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

3
[Type text]

1.1 Latar Belakang

Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia ialah pendidikan.
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. 1 Jika dilihat dari
pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa manusia tidak akan dapat tumbuh dan
berkembang secara maksimal tanpa adanya proses pendidikan.
Hampir seluruh pengetahuan, sikap, kecakapan, kebiasaan dan keterampilan
manusia diperoleh dari pendidikan yakni melalui apa yang disebut dengan proses belajar.
Belajar adalah proses yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh penngetahuan,
kompetensi, sikap dan keterampilan baru. Oleh karena itu hal-hal yang terkait dalam proses
belajar terutama landasan-landasan atau teori-teori belajar menjadi sangat penting untuk
diketahui oleh pendidik agar nantinya tujuan dari belajar itu sendiri dapat tercapai.
Namun pada kenyataannya tidak sedikit para pendidik yang kurang memahami
akan landasan atau teori-teori belajar sehingga dalam praktiknya proses belajar megajar
antara pendidik dan peserta didik menjadi tidak maksimal. Padahal dalam proses
pendidikan di sekolah, aktivitas yang paling utama adalah proses pembelajaran. Suatu
tujuan pendidikan dapat tercapai itu tergantung pada proses pembelajaran yang terjadi
secara efektif.
Dalam proses pembelajaran, pendidik dalam hal ini guru merupakan komponen
yang paling penting yang menjadi tonggak keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Bahwa pemahaman guru terhadap pengertian baik teori belajar maupun pembelajaran akan
sangat mempengaruhi metode atau cara guru itu mengajar.
Ada banyak sekali macam teori pembelajaran, seperti teori behavioristik, kognitif,
konstruktivistik, humanistik, sibernetik, revolusi-sosiokultural dan kecerdasan ganda,
penting untuk diketahui dan dimengerti sesuai dengan situasi, kondisi dan konteks
pembelajaran yang dihadapi.2
Dari beberapa teori yang telah disebutkan diatas, di dalam makalah ini akan dibahas
tentang teori Kognitif-Humanistik. Teori ini mempelajari perilaku belajar peserta didik
dan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Berbeda dengan teori belajar
konstruktivistik, teori humanistik lebih menekankan isi yang dipelajari daripada proses
belajar itu sendiri.

1 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2012), 3.


2 Asri Budiningsih,C, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 8.
4
[Type text]

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Teori Belajar Kognitif dan Humanistik?

2. Bagaimana Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif dan Humanistik?

3. Bagimana Tahapan Perkembangan Kognitif?

4. Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran?

5. Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran?

6. Bagaimana Implikasi Teori Belajar Kognitif-Humanistik terhadap pendidikan ?


1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Teori Belajar Kognitif -Humanistik

2. Mengetahui Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif – Humanistik

3. Mengetahui Tahapan Perkembangan Kognitif

4. Mengetahui Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

5. Mengetahui Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran

6. Mengetahui Implikasi Teori Belajar Kognitif-Humanistik terhadap pendidikan

5
[Type text]

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif

1. Pengertian Teori Belajar Kognitif dan Humanistik

Sebelum membahas lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas pegertian teori itu
sendiri. Teori dalam satu literatur menyebutkan teori sebagai suatu dasar dan prinsip
yang di pegang teguh dalam memberikan satu dasar terhadap berbagai pengetahuan
atau sejumlah prinsip yang di dalamnnya terdapat penjelasan mengenai adanya beberapa
hubungan antara bebrapa fakta , baik mengonsep hasil-hasil baru ataupun mencari tau
asal usul berdasarkan fakta-fakta yang di peroleh tersebut. Teori ini juga di pakai dalam
berbagai sistem pembelajaran di sekolah sekolah di Indonesia, selain sebagai pegangan
dasar dalam aktualisasi pembelajaran , teori ini juga sebagai sistematika pendidikan.
Oleh sebab itu, teori belajar ini dapat dijelaskan sebagai sebuah paham yang berprinsip
umum yang substansinya merangkap tenang rangkaian prinsip yang saling terkait, serta
penjelasan konkrit tentang berbagai fakta atau hal hal baru yang berkaitan dengan
proses pembelajaran..3
Teori kognitif merupakan teori yang biasanya berkaitan dengan proses
pembelajaran. Teori kognitif berasal dari kata kognisi. Kognisi adalah sebuah potensi
dan sebagai salah satu jenis kemampuan yang melibatkan mental atau spiritual manusia
yang muncul dalam bentuk observasi, pengalaman, keraguan, konsentrasi, tebakan, dan
evaluasi. Di sisi lain , kata kognisi berarti sebuah rujukan pada konsep tentang aspek
pengenalan. Teori kognitif menunjukkan bahwa proses pembelajaran terjadi karena
variabel penghambat dalam kognisi masyarakat. Teori belajar kognitif lebih
memperhatikan proses pembelajaran daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar juga tidak
serta merta melibatkan hubungan antara unur stimulus dan unsur respon, tetapi dapat
lebih dari belajar yang melibatkan proses berpikir yang di rasa sangat kompleks. Belajar
dalam kogntif ini adalah perubahan persepsi dan pemahaman dalam menangkap
sesuatau yang telah di alami. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berupa
perubahan perilaku yang dapat diamati. 4.

3 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm 63.
4 http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme/
6
[Type text]

Teori tersebut meyakini bahwa belajar merupakan proses internal yang


meliputi memori, pemrosesan informasi, emosi dan aspek psikologis lainnya 5.
Kognisi menekankan bahwa pendidikan adalah proses psikologis dalam diri
manusia. Menurut para ahli kognitif, tidak mungkin mengukur dan menjelaskan
perilaku manusia yang terlihat tanpa melibatkan proses psikologis seperti motivasi dan
keyakinan.
Teori kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah peristiwa mental, bukan
peristiwa perilaku fisik meskipun hal-hal yang bersifat behaviorial kadang-kadang
tampak kasat mata dalam setiap peristiwa belajar manusia. Seseorang yang sedang
belajar membaca dan menulis, tentu menggunakan perangkat jasmaniah – mulut dan
tangan- untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan
mulut dan menggoreskan pena yang dilakukannya bukan sekedar respon atas stimulus
yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh
otaknya. Barlow mengutip pandangan Piaget, menyebutkan bahwa seorang anak
memiliki kebutuhan yang melekat dalamdirinya sendiri untuk belajar6.
Teori kognitif dikembangkan oleh psikolog Swiss Jean Piaget yang hidup dari
tahun 1896 hingga 1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam psikologi
perkembangan dan mempengaruhi perkembangan konsep intelektual. Teori in
membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang
mempersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat
seorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Adapun Teori ini digolongkan dalam suatau pengalaman yang sudah ada karna
membahas tentang perilaku yang di hasilkan setelah melalui pembelajaran, bukan
sebagai kebudayaan yang melukiskan perkembangan rasional sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan kognitif dan bawaan
Di dalam aktualisasi teori ini , teori kognitif percaya bahwa manusia
membangun kemampuan kognitif melalui tindakan-tindakan motivasi diri terhadap
lingkungan. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengalaman dan
pengetahuannya sendiri. Pengalaman dan pengetahuan ini diatur ke dalam struktur
kognitif. Menurut teori ini, jika tema baru menyesuaikan dengan struktur kognitif yang
ada pada siswa maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.

5 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, cet.I, 2008), hlm 34.
6 H. Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, cet. I, 2010), hlm 82-83.
7
[Type text]

Disisi lain, hal ini berbeda dengan suatu teorit kognitif, teori humanistik adalah
suatu teori yang menggagas tujuan yang tujuan nya tertuju pada satu masalah tentang
bagaimana agar per individu tersebut dapat di pengauruhi serta di bimbing oleh tujuan
dan maksud yang bersifat pribadi yang mereka tautkan kepada aktivita yang kemudian
menjadi pengalaman mereka sendiri.7
Teori humanistik juga menerangkan tentang sistem dalam proses belajar yang
harus di capai sehingga teori ini dimulai dalam konteks pemahanam terhadap ligkungan
serta dapat mencapai tujuan akhir teori ini yakni memanusiakan manusia. Oleh karena
itu, dalam aktualisasi proses pembelajaran tersebut sudah dapat dianggap berhasil,
apabila seorang peserta didik telah memahami lingkungan yang ada di sekelilingnya
terutama dirinya sendiri. Dengan kata lain, peserta didik dan proses belajar nya
sebaiknya harus berusaha agar dalam prosesnya ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya sampai dapat mencapai peningkatan
Teori ini juga dijelaskan dalam proses belajar mengajar bahwa tujuan utama
dan yang paling urgensi dari para pendidik adalah bagaimana cara dan strategi yang di
lakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan,
menumbuhkan poteni dan membuat kegiatan yang bermanfaat bagi peserta didik
sendiri, yaitu dengan membantu tiap tiap pribadi peserta didik untuk lebih memahami
sehingga dapat mengenali diri mereka sendiri agar paham bahwa manusia yang unik
dan saling tolong menolong untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.
Pendidik yang menganut aliran humanistik juga mencoba untuk membuat
pembelajaran yang membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam
membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Seorang pendidik yang ber humanistik biasanya selalu berpikir tentang kemungkinan
yang terjadi , seperti seberapa besar hal yang dapat pendidik lakukan agar pikiran nya
tersebut dapat membantu dan mengajak peserta didiknya agar menjadi lebih baik
kedepannya. Oleh karna itu , humanistik mengedepankan suatu emosi dalam
menerapkan pendidikan berbasis kegiatan. Emosi di utamakan dalam teori ini karna
merupakan salah satu hal yang merujuk pada potensi terbesar yang di milki oleh
manusia.

7 Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran (Bali: Undiksha Press, 2013), 96.
8
[Type text]

Dalam Islam di paparkan bahwa pendidikan dan pembelajaran yang humanistik


memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup dari ciptaan Tuhan dengan
fitrah-fitrah tertentu.8 Melalui proses pendidikan yang berpijak pada teori humanistik,
seorang pendidik haruslah paham akan tanggung jawab yang di ampu nya, seperti
taggung jawab moral berupa panggilan untuk mengabdikan segala potensi yang di
milikinya demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan masyarakat.
Teori humanistik juga di lihat dengan berbagai sudut pandang karna lebih
mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar, dan hal ini banyak membahas
tentang teori dari pendidikan agar teori ini bisa membentuk pribadi sebagai pribad yang
di harapkan dan cita cita yang ideal, serta dalam suatu proses belajar dapat
mengaplikasikan agar dalam pembentukannya hal ini menjadi suatu bagian tersendiri
yang paling ideal. 9 Oleh karna itu, perlu di sadari bahwa dalam setiap teori atau suatu
pendekatan yang mendasari pembelajaran pasti memiliki dasar untuk menentukan
kelebihan dan kelemahan tersbeut. Begitu juga dengan teori humanistik yang bersifat
eklektik. Teori ini beranggapan bahwa dari berbagai golongan teori belajar yang di lihat
dari beerbagai sudut pandang maka di simpulkan bahwa humanistic ini yang berkaitan
dengan manusia, sehingga dapat digunakan dengan merujuk pada tujuannya yanh
kembali kepada konsep utuh yaitu memanusiakan manusia. Di sisi lain, konteks
memanusiakan manusia disini yang dimaksud adalah bagaimana mencapai aktualisasi
dalam diri, pemahaman terhadap diri, serta sebuah realisasi bagi diri terhadap orang
yang belajar secara optimal.10 Jadi menurut teori humanistik juga menerangkan tentang
sistem dalam proses belajar yang harus di capai sehingga teori ini dimulai dalam
konteks pemahanam terhadap ligkungan serta dapat mencapai tujuan akhir teori ini
yakni memanusiakan manusia. Salah satu tokoh penting dalam teori Humanistik,
Abraham Maslow, dalam pembelajaran Maslow mengatakan bahwa di dalam diri
individu ada dua hal yaitu:
a. usaha positif untuk berkembang
b. kekuatan untuk menolak perkembangan.

Maslow menilai tentang humanistik yang kemudian menerangkan nya ke dalam


suatu positif mengenai manusia, ia menerangkan bahwasannya seorang manusia yang
berakal pada dasarnya pasti mempunyai suatu daya potensi untuk maju dan

8 Baharuddin dan Moh.Sakin, Pendidikan Humanistik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 22.
9 Asri Budiningsih,C, Belajar dan Pembelajaran, 70.
10 Ibid; 68.
9
[Type text]

berkembang. Manusia juga sedang mengalami pematangan melalui berbagai aspek,


aspek tersebut seperti ; lingkungan yang menunjang dan usaha aktif dari diri sendiri
untuk merealisasikan potensinya. Manusia yang melakukan kekerasan pada dasarnya
adalah karna kodrat batinnya di sisihkan atau karena aspek lingkungan yang salah. Dan
sebab itu maslow menghiruakan penelitian terhadap orang yang sedang mengalami
permasalahan mental atau jiwa dan juga menjangkit cidera fisik internal seperti otak,
melainkan melakukan penelitian terhadap orang yang sehat dan memiliki daya kreatif
untuk mengetahui ada dan tidak nya ciri- ciri sebagai orang yang kreatif dan berhasil
mengaktualisasikan diri.

Maslow meyakini bahwa banyak tingkah laku manusia yang bisa di jelaskan
melalui moral dengan memperhatikan kemampuan individu untuk mencapai tujuan -
tujuan pribadi yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan dapat
memberikan sebuah makna yang memuaskan. Maslow juga menggambarkan manusia
sebagai makhluk yang pernah berada dalam kondisi yang sepenuhnya paham dan puas
Bagi manusia, kepuasan itu sifatnya sementara. apabila suatu kebutuhan yang dirasa
utama telah terlaksanakan dengan puas, maka kebutuhan- kebutuhan yang tidak
menjadi kebutuhan utama akan muncul sebagai akar dari kepuasan kebutuhan utama
dan akan menuntut sebagai sebuah pemuasan juga,.11

Maslow juga memaknai bahwa saat seorang individu telah berperilaku maka
pada point tersebut di kemukakan bahwa perilaku menandai aktivitas yang di dalamnya
terdapat suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat bertahap untuk menuju
jenjang berikut nya yang merujuk pada aktualisasi yang berhierarki. Kebutuhan untuk
tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa mengontrol diri dengan sebaik baik
nya atau mempertahankan prinsip hidup dan perasaan aman, dan tentunya hal ini
menjadi suatu kebutuhan yang paling penting.12 Pemikiran sebagai konsep paling
sentral dari pemikiran maslow adalah adanya keyakinannya tentang hal yang berbau
positif dalam diri manusia. Manusia dalam pola mengaplikasikan pemikiran ini
tentunya untuk menghadapi lingkungan yang di dasari dengan baik, kemampuan kreatif
dan mempunyai daya potensi diri untuk selalu maju dalam segala hal menjadikannya
mampu akan pengembangan diri. Cara membentuk sebuah kreativitas dan tanggung
jawab dalam bekerja yang ber etos adalah terpenuhinya beberapa kebutuhan-kebutuhan

11 E. Koeswara, Teori teori kepribadian (Bandung: Erosco, 1991), 118.


12 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009), 183.
10
[Type text]

yang menjadi kebutuhan utama dan yang harus di maksimalkan adalah kebutuhan dasar
yang meliputi aspek sandang, pangan dan papan sebagai syarat terpenuhinya kebutuhan
yang lebih penting serta tinggi kegunaannya. 13

Implementasi teori Maslow dalam dunia pendidikan yaitu, guru dan orang tua,
serta dewasa lain perlu mengupayakan kebutuhan dasar agar kebutuhan lain yang tinggi
juga terpenuhi. Olahraga, istirahat cukup, udara yang sejuk makanan yang bergizi juga
sangat penting untuk diperhatikan.. Itu semua merupakan sebagaian upaya mendorong
terpenuhi kebutuhan fisiologi anak.14

2.2 PRINSIP-PRINSIP TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN HUMANISTIK

Prinsip kognitif ini sudah relevan bagi banyak kalangan pendidik yang kemudian
dipakai di dunia pendidikan dalam penerapan pembelajaran, khususnya pada suatu
sistematika pembelajaran yang kemudian di lihat pada prinsip perancangan suatu sistem
instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Mengorganisasikan pelajaran menurut pola dan logika tertentu membantu peserta
didik untuk mengingat dan memahami sesuatu dengan lebih baik.
2. Penyusunan pokok bahasan harus berkisar dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
3. Lebih baik belajar melalui sistem yang menerapkan pemahaman daripada sistem yang
menerapkan menghafal tanpa memahami penyajian materi 15.
Sedangkan tokoh humanistik lain yaitu Carl Rogers yang merupakan seorang ahli
psikologi humanistic, ia mempunyai ide-ide yang mempengaruhi pendidikan dan
penerapannya. Rogers mengusulkan pendekatan ke bidang pendidikan. Karena
pendidikan yang baik perlu matang, terukur, dan melalui pemikiran perilaku,, kemudian
Rogers merekomendasikan agar pendidikan proaktif untuk menciptakan model belajar
mengajar yang bermakna, , lebih khusus, dan berarti.
Di sisi lain, pendekatan rogers dapat di pahami melalui adanya konsekuensi terhadap
pendidikan yang di ambil dari prinsip - prinsip tentang pentingnya belajar humanistic,
atau bisa dikatakan bahwa pendekatan Rogers dapat dipahami melalui hasil pendidikan

13 Lilik Sriyanti, dkk, teori Teori Belajar (Salatiga : STAIN press, 2013), 92-93.
14 Ibid; 97.
15 Muhammad Thabrani dan Arif Musthafa, Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, cet. II,
2012), hlm. 93-94.
11
[Type text]

yang diturunkan dari prinsip pentingnya pembelajaran humanistik, yang kemudian


diidentifikasikan sebagai satu hal sentral dari filosofi pendidikannya.
a. Keinginan untuk belajar (the desire to learn)
Prinsip yang pertama ini rogers menerangkan bahwa manusia secara sadar dan
wajar serta mempunyai naluri dalam mengembangkan potensinya sehungga
mempunyai keinginan untuk belajar. Rasa ingin tahu anak, unik atau melekat dalam
pembelajaran, merupakan dasar penting dari pendidikan humanistik. Dalam hal ini di
ambil contoh dalam sistem pendidikan keluarga, seorang anak diberi sebuah
kebebasan yang mutlak atas dasar nalurinya sendiri untuk memuaskan keingintahuan
mereka, untuk mengikuti naluri minat dan bakat mereka yang mustahil untuk
dihalangi, untuk menemukan diri sendiri, aktulaisasi individu, kepekaan, serta apa
yang penting dan berarti dalam menjalani proses untuk mengetahui apa da ada yang
mereka lakukan di dunia yang mengelilingi mereka.
b. Belajar secara signifikan (Significant learning)
Rogers telah mengamati dan menetapkan bahwa belajar secara signifikan
terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Contoh dari belajar ini sulit untuk ditemukan karna pikiran peserta didik yang belajar
dengan agresif dan cepat dalam menangkap ilmu pengetahuan seperti menggunakan
komputer dan media lain agar bisa menikmati permainan, juga seperti peserta didik
yang cepat belajar untuk menghitung uang kembaliannya ketika membeli sesuatu.
c. Belajar tanpa ancaman (learning without threat)
Prinsip ini menerangkan tentang ancaman yang di hadapai dalam belajar atau
dengan kata lain prinsip ini adalah dalam proses belajar yang baik salah satunya yaitu
memperoleh dan mempunyai kekuasaan terhadap suatu lingkungan atau wilayah yang
bebas dari ancaman manapun. Hal ni menjadi proses belajar yang di lihat dalam skala
seberapa tinggi potensi dan kemampuan yang mereka dapat untuk mengatasi ancaman
dan bebas dari ancaman serta juga bisa di aktualiasikan seperti dipertinggi ketika
peserta didik dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru, bahkan
membuat kesalahan tanpa mengalami tekanan batin karena adanya kritik dan celaan,
serta juga di beri sedikit pengetahuan bahwa kesalahan bukan lah pure dari peserta
didik namun ada anomaly anomaly sehingga dalam pembelajaran humanistic tidak
serta merta mengkritik dan mencela peserta didik karna kesalahan yang di lakukan
nya.

12
[Type text]

d. Belajar atas inisiatif sendiri (self- initiated learning)


Belajar inisiatif sendiri adalah suatu aktivitas mengajar dan mendidik peserta
didik agar bisa mandiri dan percaya diri. Ketika sudah di didik untuk belajar atas
inisiatifnya maka peserta didik akan sadar untuk belajar menurut kemuan nya, mereka
juga mempunyai kesempatan untuk mewujudkan pertimbangan, pemilihan dan
penilaian. Dalam hal ini, peserta didik akan merasa dirinya lebih terlibat dalam
belajar, lebih menyukai prestasi, dan paling penting lebih dimotifasi untuk terus
belajar.
e. Belajar dan berubah (kearning and change)
Prinsip yang terakhir ini adalah belajar yang paling bermanfaat adalah belajar
tentang proses. Proses tentang pengetahuan berada dalam satu tingatan tentang
keadaan yang terus berubah secara konstan. Belajar tidak lah sama dengan keadaan
sekarang dan keadaan masa lalu, semua butuh perjuangan dalam memngkinkan
kesuksesan tapi tidak menjadi tolak ukur bahwa dengan itu menjadi sukses , namun
juga di sertai dengan kepekaan terhadap IPTEK agar selalu bisa bersaing dalam dunia
modern. Apa dan ada yang mana agar bisa dibutuhkan sekarang, jadi menurut rogers
adalah seorang individu harus bisa bersaing dan menstrategikan apa yang mampu
dalam belajar yang kemudian beradaptasi dalam lingkungan yang selalu dinamis.16

2.3 TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF

Jean Peaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan, yaitu : (Asrori,
2009:49)
1. Tahap Sensori-Motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini seorang anak akan
berada dalam suatu masa dimana pertumbuhan pada anak sudah mulai terlihat yang
ditandai oleh kecenderungan yang terlihat dan terasa seperti perbuatan sensori-
motoris yang sangat jelas keberadaan nya. Segala perbuatan merupakan perwujudan
dari proses pematangan aspek sensori-motorik tersebut. Menurut peaget pada tahap
ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan
melalui perasaan dan otot-ototnya, interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-
sensasi dari lingkungannya. Hal ini juga berkaitan dengan aktivitas internal yaitu
dengan melakukan interaksi dengan lingkungannya, termasuk juga dengan orang
16 Sri Esti, Psikologi Pendidikan, 186.
13
[Type text]

tuanya, kemudian anak mengembangkan potensi yang dimiliki sejak kandungan


untuk mempersepsi, melakukan berbagai sentuhan-sentuhan fisik, melakukan
berbagai gerakan yang menandakan anak sudah berkembang, dan secara perlahan-
lahan belajar mengkoordinasikan tindakan-tindakannya.
2. Tahap Praoperasional

Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Dengan kata lain tahap ini bisa
disebut dengan tahap kenalurian , sebab perkembangan kognitifnya menunjukkan
adanaya kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dalam sisi arti arti yang
menyangkut perbuatan rasionalnya , tahap ini tidak didukung oleh pemikiran tapi
oleh unsur perasaan. Di tambah dengan unsur kecenderungan alamiah dan sikap-
sikap yang diperoleh dari orang-orang dan lingkungan yang bermakna, serta
lingkungan di sekitarnya.
Pada tahap ini menurut peaget, anak sangat bersifat egosentris sehingga
seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk
dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan yang lain, anak cenderung sulit
untuk dapat memahami pandangan-pandangan orang lain dan lebih banyak
mengutamakan pandangan-pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, ia masih sulit membaca kesempatan atau kemungkinan-kemungkinan
karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam
setiap situasi.
Disisi lain, pada tahap ini anak juga tidak hanya ditentukan oleh pengamatan
fisik dan indrawi saja, tetapi juga pada pengamatan kenalurian. Anak mampu
menyimpan katakata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat
dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap utuk belajar bahasa, membaca
atau menyanyi. Unsur bahasa juga mendukung tahap ini , dengan menggunakan
bahasa yang benar dan baik dalam berbicara pada anak , outcome nya akan
mempunyai akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang
memegang pada peran pada tahap ini ialah intuisi. Perasaan naluri membebaskan
mereka dalam bertindak dan berbicara semaunya tanpa menghiraukan lingkunhan
yang konkrit dan paksaan dari luar. Sering kita lihat anak berbicara sendiri dengan
benda-benda yang ada disekitarnya, misalnya: berbicara dengan pohon, anjing
kucing dan sebagainya yang menurut mereka bendabenda tersebut dapat mendengar
dan berbicara. Hal ini bukan lah sebagai hal yang negative menurut peaget, karna
14
[Type text]

peristiwa semacam ini berperan sangat baik untuk melatih diri dalam menggunakan
pengetahuan bahasanya. Ia menyebut dengan secara khusus terhadap tahap ini
sebagai “collective monolog” yaitu sebuah aktivitas yang melibatkan suatu
pembicara yang bersifat egosentris terhadap lingkungan dan sedikit berhubungan
atau kontak fisik dengan orang lain.
3. Tahap Operasional Konkrit

Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak mulai
menyesuaikan diri dengan melihat dan melakukan realitas yang nyata dan sudah
mulai berkembang rasa ingin tahunnya. Pada tahap ini, menurut Piaget, interaksinya
dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah mulai berkembang dengan
baik karena egosentrisnya sudah mulai berkurang. Dalam tahap ini seorang anak
sudah bisa memunculkan suatu tata cara dan pola berfikir seperti mengamati,
mengevaluasi, yang kemudian dapat menjelaskan pembicaraan orang lain dalam
cara-cara yang lebih obyektif dan berkurangnya keegosentrisan nya.
Disisi lain, pada tahap ini anak sudah mulai memculkan pemahaman tentang
hubungan secara fungsional, karena mereka sudah menguji coba terhadap suatu
permasalahan. Kebebasan tentang cara berpikir anak yang belum masih bersifat
mutlak dan nyata menyebabkan mereka belum mampu memahami suatu yang
abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkrit. Di tahap ini juga
terdapat sebuah polemic yaitu dengan seringnya terjadi kesulitan tentang cara
penyampaian antara orang tua dan guru. Misalnya : dalam ranah pendidikan keluarga
, orang tua ingin membantu anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi
cara yang di ajarkan oleh orang tua tersebut memakai cara yang berbeda dengan cara
yang dipakai oleh guru di sekolah, yang mana anak sudah terbiasa di ajari oleh guru ,
sehingga anak merasa asing terhadap pendidikan yang di ajarkan oleh orang tua, dan
kemungkinan tidak mau atau tidak setuju karena menganggap cara yang dilakukan
oleh orang tuanya itu salah dan merasa nyaman terhadap pendidikan oleh guru di
sekolah. Ini bisa terjadi karena seringkali anak lebih percaya terhadap apa yang
dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya.
4. Tahap Operasional Formal

Tahap ini berlansung dan di alami bagi anak pada usia 11 tahun keatas. Pada
masa ini anak telah mampu dan sudah mengembangkan potensi nya untuk

15
[Type text]

mewujudkan suatu substansi yang ada dalam pekerjaannya dan merupakan hasil dari
berpikir logis dan konkrit terhadap proses tersebut..
Pada tahap ini, menurut Piaget, interaksinya dengan lingkungan sudah amat
luas menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk berinteraksi
denga orang dewasa. Melihat dari kondisi seperti ini tentunya tidak jarang anal
menimbulkan masalah atas pikiran yang masih abstrak dan dirasa sudah mampu
dalam berinteraksi dengan orang tua. Namun, dalam kenyatan nya mereka masih
dalam awasan orang tua dan secara diam-diam mereka juga masih mengharapkan
perlindungan dari orang tua terhadap aktivitas kehidupan nya karena belum
sepenuhnya mampu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dirinya sendiri. Jadi,
pada tahap ini terdapat sebuah masalah tentang kebutuhan dan kemauan.
Dalam hal ini juga mereka sudah bisa memutuskan suatu tindakan menurut
kemauannya karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan
potensi pikiran nya secara benar. Mereka juga mulai mampu mencapai logika dan
rasio serta menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti.
Melibatkan potensi dan pribadi mereka dalam suatu kegiatan akan lebih berarti serta
memberikan pengaruh positif bagi perkembangan fikira kognitifnya. Misalnya :
mengikuti lomba lomba dan acara yang melibatkan literasi seperti menulis puisi,
lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen, dan sejenisnya.
Terdapat beberapa hal yang fundamental terkait teori kognitif sebagaimana
dikemukakan oleh Piaget, diantaranya adalah :
a). Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri
Hal yang menjadi titik pusat dari teori belajar kognitif Piaget ialah individu
mampu mengalami kemajuan tingkat perkembangan kognitif atau pengetahuan ke
tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain pengetahuan seta potensi yang dimiliki
oleh setiap individu dapat dibentuk dan dikembangkan oleh individu sendiri melalui
interaksi dengan lingkungan yang selalu dinamis dan selalu berubah seiring
perubahan lingkungan dan dampak perkembangan IPTEK terhadap lingkunagan
tersebut. Individu mampu beradaptasi dan mengelola pengetahuan tehtag
lingkungannya, sehingga perubahan yang terjadi secara dinamis dalam struktur
kognitifnya, pengetahuan, ilmu sosial, dan pemahamannya akan terus maju dan
semakin berkembang. Dengan kata lain, seorang individu dapat cerdas dengan
belajar secara otodidak sesuai adaptasi dari lingkungannya. Meskipun demikian,

16
[Type text]

pengetahuan yang sudah diperoleh bagi individu melalui interaksi dengan


lingkungan, adakalanya tidak sinergitas terhadap apa dan dengan apa suatu
pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan itu. Dan individu mampu memodivikasi
pengalaman yang di dasarkan oleh potensi yang diperoleh dari lingkungan, sehingga
menumbuhkan pengetahuan atau hal hal dan inovasi baru. Hal ini terbukti banyak
ilmuwan yangmenghasilkan temuan-temuan baru yang selama ini tidakdipelajari di
bangku sekolah.
Olehh karna nya, dalam dunia pendidikan sendri tidak cukup jika hanya sebai
pengetahuan yang universal namun juga bukan hanya sekedar transfer of knowledge,
tetapi bagaimana pola pendidikan yang terstruktur itu dapat merangsang struktur
kognitif kepada individu sehingga mampu untuk bersaing dan melahirkan
pengetahuan dan hal hal serta temuan baru.
Dan transfer keilmuan ini kemudian menjadi sebuah tumpuan dalam
pembelajaran yang membebankan kepada dunia pendidikan secara universal.
b.) individualisasi dalam pembelajaran
individual dalam proses pembelajaran menjadikan perlakuan yang di
harapkan terhadap individu harus didasarkan dan mendasari pada perkembangan
kognitifnya dan perkembangan perilakunya. Disisi lain, individualisasi ini yang
terletak dalam proses pembelajaran agar tetep dinamis harus disesuaikan dengan baik
dengan melihat konteks mengenai tingkat perkembangan individu Belajar akan lebih
berkualitas dan bisa di katakana berhasil apabila model belajar tersebut telah
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang di miliki oleh peserta didik.
Hal ini dikarenakan dalam tiap tahap perkembangan kognitif ini memiliki prinsip
karakter yang bermacam macam. Dan karna nya sistem saraf yang di alami seseorang
akan semakin tersusun secara tidak jelas seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini
memungkinkan kemampuannya semakin meningkat. Oleh karena itu, proses belajar
seseorang akan mengikuti ketentuan sistematika dan pola untuk aktualisasi tahap
perkembangan yang sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajarau
dari jalur luar kemampuan kognitifnya. Dalam proses penerapan pembelajaran yang
baik juga harus memperhatikan sejauh mana tingkat perkembangan yang dimiliki
oleh peserta didik. Adapun bahasa dan cara berfikir yang dimilki oleh anak tentu
berbeda dengan pemikiran orang dewasa.
c.) Sebagai seorang pendidik

17
[Type text]

Pada point ini kita harus sadar dan menyadari bahwa substansi pembelajaran
adalah suatu kegiatan untuk penyampaian informasi dan pengetahuan kepada peserta
didik, kemudian nantinya informasi dan pengethauan tersebut di proses dan di
kembangkan oleh unsur - unsur kognisi dan potensi intelektual yang dimiliki oleh
peserta didik. Oleh karena itu, pelaksanaan  pembelajaran kualitas intelektualnya.
Pada dasarnya aktualisasi dalam proses pembelajaran adalah suatu sistem dan
anomali pendidikan artinya keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan
oleh salah satu faktor saja, tetapi lebih di tentukan secara khusus dan komperehensif
dari sejumlah faktor yang ada. Pendidik yang paham terhadap pembelajaran akan
menciptakan suau pemahaman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, seperti
seorang guru yang harus menciptakan pembelajaran yang natural, netral, tidak
memakai unsur paksaan kepada siswanya.

2.4 APLIKASI TEORI KOGNITIF DAN HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN

Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada tahap kognitif dan perkembangan
manusia siswa, pembelajaran akan lebih kualitatif dan berhasil. Siswa harus diberi
kesempatan untuk bereksperimen dengan benda-benda fisik. Hal ini didukung oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dengan bantuan guru. Di sini guru memegang peranan
penting. Oleh karena itu, guru/pendidik perlu lebih banyak menginspirasi dan
menginspirasi siswa agar siswa lebih aktif berinteraksi dengan lingkungan dan mau
mencari dan menemukan hal-hal positif lainnya di lingkungan.
Berikut adalah cara menerapkan teori belajar kognitif untuk belajar :
1. Siswa tidak muda dalam proses berpikir. Mereka melalui tahapan-tahapan tertentu
untuk mengalami perkembangan kognitif.
2. Anak usia dini dan anak-anak kecil melakukannya dengan baik, terutama jika mereka
menggunakan hal-hal tertentu.
3. Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sangat penting. Memang, proses asimilasi
dan adaptasi pengetahuan dan pengalaman justru dilakukan hanya oleh aktivitas siswa.
4. Untuk menarik perhatian dan meningkatkan retensi belajar, pengalaman dan informasi
baru perlu dikaitkan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki pelajar.
5. Menggunakan pola atau logika tertentu untuk menyusun topik, dari model sederhana
hingga kompleks, meningkatkan pemahaman dan memori.

18
[Type text]

6. Lebih masuk akal untuk belajar memahami daripada menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus dikoordinasikan dan dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa.
7. Adanya perbedaan individu berdampak signifikan terhadap keberhasilan akademik
seorang siswa dan harus diperhitungkan. Perbedaan tersebut antara lain meliputi waktu,
persepsi, kemampuan berpikir dan pengetahuan sebelumnya.17.
Sedangkan aplikasi teori Humanistik dalam pembelajaran guru atau pendidik
berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik untuk mencapai tujuannya.
kemudian peserta didik berperan sebagai obyek vital dan utama yang memaknai arti
proses dari pengalaman belajarnya sendiri. Dalam teori ini peserta didik sebagai suatu
keurgensian dan di harapkan agar selalu terbuka terhadap pengetahuan baik akademik
maupun sosial dan memberikan kontrol atas perilaku yang di dapatkan dari pembelajaran
serta dapat mengembangkan potensi dirinya yang bersifat positif dan meminimalisir
adanya potensi diri yang bersifat negative yang merugikan.
Dalam praktek pembelajaran, terdapat suatu outcome dalam teori humanistik yang
harus di amati, dan rata rata teori ini selalu berpijak pada perilaku leh arna itu teori ini
cenderung mendidik peserta didik untuk berpikir secara dalam, memprioritaskan
pengalaman dan membutuhkan keikutsertaan aspek keaktifan peserta didik itu sendiri
yang di butuhkan dalam proses belajar. Menurut teori humanistik, menjadi pendidik yang
baik dan ideal memang menjadi tujuan utama
dalam teori ini karna pendidik menjadi tolak ukur dan sebagai pandangan terhadap
peserta didik, dan pendidik yang idel disini adalah sebuah potensi yang dimiliki oleh
perorangan yang mampu berinteraksi dengan peserta didiknya dengan mudah dan
menyenangkan melalui perlakuan yang sangat dekat serta manusiawi , perlakuan ini bisa
juga dengan cara humoris, menarik, sabar, mampu memahami perasaan antara peserta
didik satu dan lainnya, serta peka terhadap perubahan yang terjadi.
Asri Budiningsih menulis dalam bukunya "Belajar dan Pembelajaran"
menerangkan bahwa tidak ada prosedur standar untuk tahap pembelajaran menggunakan
teori humanisme, dan prosedur yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan
dapat digunakan sebagai panduan. 18 Langkah-langkah tersebut diantaranya:

17
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, cet.I, 2008), hlm. 48-49.

18 Asri Budiningsih,C, Belajar dan Pembelajaran, 77.


19
[Type text]

1. Mengidentifikasi dan membentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang


jelas memudahkan pendidikan dalam proses pembelajaran.
2. Mengidentifikasi topik untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang
berorientasi pada proses pembelajaran telah tercapai.
3. Mengidentifikasi kapasitas awal peserta didik. Prosedur ini memudahkan pendidik
untuk meloloskan mata pelajaran karena sudah mengetahui kemampuan awal setiap
siswa.
4. Identifikasi topik kursus yang memungkinkan peserta didik untuk berpartisipasi secara
aktif dan memiliki pengalaman belajar. Anda dapat secara aktif melibatkan pembelajar
dengan memilih topik yang menarik untuk didiskusikan.
5. Lingkungan adalah konsepsi media pembelajaran sebagai sarana belajar
6. Dengan mendorong pembelajaran aktif, siswa dapat mengungkapkan pendapatnya.
7. Membantu siswa memahami arti dari experiential learning.
8. Mengajarkan konsep pengalaman belajar kepada siswa
9. Biarkan siswa menerapkan konsep baru ke situasi dunia nyata
10. Kemajuan dan hasil belajar dievaluasi secara individual berdasarkan kinerja siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik dapat langsung diterapkan pada
kelas seperti pembentukan kepribadian, kesadaran, perubahan sikap, dan pengamatan
fenomena sosial dan lingkungan. Salah satu ciri keberhasilan belajar menurut teori
humanistik ini adalah siswa merasa senang dan bersemangat belajar serta dapat
mengalami perubahan sikap dan keadaan mentalnya.

2.5 IMPLIKASI TEORI KOGNITIF DAN HUMANISTIK TERHADAP

PENDIDIKAN

Pieget menerangkan tentang implikasi dari teori kognitif pada proses pendidikan, yaitu
sebagai berikut:
1. Fokus pada proses mental dan mental anak serta hasilnya. Proses bahasa dan cara
berpikir setiap anak berbeda-beda, apalagi jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Oleh karena itu, guru perlu mengajar dengan model pendidikan yang sesuai dengan
pemahaman dan pemikiran anak.
2. Mengutamakan peran aktif dan positif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Di
kelasnya,. Dalam kelas, pieget menekankan bahwa kesiapan mengajar berarti
mendorong anak untuk mendefinisikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi
20
[Type text]

spontan dengan lingkungannya.. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi
denganlingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tapi tidak asing.
4. Memahami bahwa ada perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Ciptakan
kesempatan belajar sesuai dengan tahap perkembangan anak. Teori Pieget
mengasumsikan bahwa semua siswa tumbuh dan mengalami serangkaian
perkembangan yang sama, tetapi pertumbuhan itu terjadi pada tingkat yang berbeda.
Akibatnya, guru dapat mengatur dan mengelompokkan kegiatan dengan orang yang
berbeda di kelas untuk menyelesaikan tugas dan bermain game dengan informasi yang
cukup.
5. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi, anak-anak hendaknya diberi
peluang untuk saling bicara dan berdiskusi dengan teman-temanya. Peaget
menerangkan menjelaskan bahwa dalam ranah perkembangan kognitif atau penalaran,
timbal balik antara subjek dan ide tidak bisa dihindari.. Meskipun untuk cara penalaran
tidak dapat di pahami secara langsung, tetapi perkembangannya tersebut yang dapat
disimulasi19.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran : penyesuaian anak terhadap suatu
situasi yang tidak tentu arah nya dalam suatu masalah maka yang terjadi adalah anak akan
berusaha dengan berfikir kemudian membandingkan kenyataan daripada di sisi luar dirinya
dengan pola mental yang telah menjadi potensinya; dan dengan pengalamannya anak akan
mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembalistruktur-struktur idenya dalam
rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Bruner lebih banyak
memberikan kebebasan kebebasan kepada siswa untukbelajar sendiri melalui aktivitas
menemukan (Discovery)
Menurut Ausubel , hal ini jika di implikasikan terhadap pembelajaran adalah seorang
pendidik dimana mereka harus dapat memahami dan mengetahui kondisi dan obyek
belajarnya , kemudian bagaimana cara belajar bagi siswa yang baik, sebab para peserta
didik tidak akan dapat memahami dan mencerna sebuah bahasa apabila mereka juga tidak
mampu dalam mengolah bahasa dari apa yang mereka dengar dan pemahaman dalam
proses ini.

19 Muhammad Thabrani dan Arif Musthafa, Belajar & Pembelajaran, hlm. 102-103
21
[Type text]

Dan dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi yang
berbeda, namun secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

22
[Type text]

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Teori
kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah peristiwa mental, bukan peristiwa perilaku fisik.
Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun
1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain: Seseorang yang belajar akan lebih mampu
mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan
logika tertentu, penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks dan belajar
dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian
penyajian. Ada tiga teori belajar menurut beberapa pakar, yaitu Piaget, Bruner dan David P.
Ausubel.
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran antara lain adalah siswa bukan
sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Anak usia pra sekolah dan awal
sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar
amat dipentingkan, Untuk menarik minat dan meninggkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, darisederhana ke kompleks. Belajar memahami akan
lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Adanya perbedaan individual pada diri siswa
perlu diperhatikan
Dan dari ketiga macam teori masing-masing mempunya implikasi yang berbeda,
namun secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam belajar. Teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami
struktur kognitif siswa.
Berbeda dengan Kognitif, Teori belajar Humanistik menyatakan bahwa tujuan belajar
adalah untuk memanusiakan manusia. Teori ini bersifat eklektik yaitu memperbolehkan
seseorang sebagai pendidik untuk menggunakan berbagai macam teori belajar asalkan tujuan
“memanusiakan manusia” tercapai. Tujuan pendidik humanistik adalah membantu peserta
didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mereka. Pembelajaran humanistik lebih
cocok diterapkan pada pelajaran yang bersifat pembentukan pribadi, hati nurani, perubahan
23
[Type text]

sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Ciri-ciri pembelajaran dengan teori humanistik
ini berhasil adalah bisa dilihat dari peserta didik yang merasa senang dan bersemangat dalam
belajar dan terjadi perubahan baik sikap maupun pola pikir mereka atas kehendak mereka
sendiri
Sedangkan Aplikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran adalah: a) guru
bertindak sebagai fasilitator, b)cenderung mendorong peserta didik untuk berpikir induktif, c)
lebih mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses pembelajaran.

24
[Type text]

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran (Cetakan pertama). Jakarta:


PT RINEKA CIPTA.

Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan (Cetakan Pertama).Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Cetakan


Kelima). Jakarta: RINEKA CIPTA

Thabrani, Muhammad dan Arif Musthafa. 2012. Belajar & Pembelajaran (Cetakan kedua).
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Yudhawati, Ratna dan Dani Haryanto. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi


Pendidikan (Cetakan Pertama). Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-behaviourisme.html

http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme/

Asri Budiningsih, C. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Baharuddin dan Moh.Sakin. 2011. Pendidikan Humanistik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Koeswara, E. 1991. Teori teori kepribadian. Bandung: Erosco.
Putrayasa, Ida Bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksha Press.
Sriyanti, Lilik, dkk. 2013. Teori Teori Belajar. Salatiga : STAIN Press.
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan. 2007. Teori kepribadian. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

25

Anda mungkin juga menyukai