Anda di halaman 1dari 40

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Berpikir Reflektif

1. Pengertian Berpikir

Berpikir menurut Wowo Sunaryo berasal dari kata “pikir” yang artinya menurut

kamus besar bahasa Indonesia adalah akal budi. Berpikir artinya menggunakan akal

budi untuk mempertimbangkan, dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang

dalam ingatan.1 Sementara itu, pengertian berpikir menurut Gilhool yaitu mengacu

pada serentetan proses kegiatan merakit, dan memperbaiki model-model simbolik

internal. Keterampilan berpikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat

dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasi model-model tugas pembelajaran di

sekolah agar model-model itu menjadi lebih baik, dan memuaskan. 2 Berpikir secara

umum dilandasi oleh asumsi aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan

kesadaran, dan subjektivitas individu.

Berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau

terencana, dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan,

serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang mempengaruhinya. Proses

1
Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2011) Hal. 1
2
Cece Wijaya, Pendidikan Remedial, (Bandung: Rosdakarya, 2010) Hal. 71
berpikir merupakan peristiwa mecampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar,

dang mengurutkan konsep-konsep, presepsi-presepsi, dan pengelaman sebelumnya.3

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, berpikir merupakan suatu istilah yang

digunakan dalam menggambarkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang

didasari maupun tidak sepenuhnya dalam kejadian sehari-hari sebagai tindakan

rutin, tetapi memerlikan perhatian langsung untuk bertindak ke arah lebih sadar

secara sengaja, dan refleksi atau membawa ke aspek-aspek tertentu atas dasar

pengelaman.

2. Berpikir reflektif

Berpikir reflektif menurut King dan Kitcher menyangkut memahami, dan

mempromosikan pertumbuhan intelektual, dan berpikir kritis pada remaja, dan orang

dewasa. Model ini dilandasi ole Jhon Dewey mengenai konsep berpikir reflektiif, dan

isu-isu episitimologis dihasilkan dari upaya menyelesaikan masalah terstruktur.

Proses berpikir reflektif tidak tegantung pada pengetahuan siswa semata, tetapi

bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya. Jika siswa dapat menemukan cara untuk memecahkan

masalah yang dihadapi sehingga dapat mencapai tujuannya maka siswa tersebut telah

melakukan proses berpikir reflektif.4 Artinya, pada dasarnya berpikir reflektif

merupakan sebuah kemampuan siswa dalam menyeleksi pengetahuan yang telah

3
Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Hal. 3
4
Ibid, Hal. 188
dimiliki, dan tersimpan dalam memorinya untuk menyelesaikan setiap masalah yang

dihadapinya untuk mencapai tujuan-tujuannya.

Menurut Santrock siswa yang memilih gaya reflektif cenderung lebih banyak

waktu untuk merespon, dan merenungkan akurasi jawaban. Individu reflektif sangat

lambat, dan berhati-hati dalam memberikan respon, tetapi cenderung memberikan

jawaban secara benar. Siswa yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas-tugas

seperti mengingat informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami, dan

menginterpretasikan teks, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Selain itu,

siswa yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar, dan

berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Dan biasanya memiliki standar kerja

yang tinggi.5

Jhon Dewey mengemukakan suatu bagian dari metode penelitiannya yang dikenal

dengan berpikir reflektif (reflective thinking). Dewey berpendapat bahwa pendidikan

merupkan proses sosial dimana anggota masyarakat yang belum matang (terutama

anak-anak) diajak ikut berpartisipasi dalam masyarakat. Sedangkan tujuan dari

pendidikan adalah memberikan konstribusi dalam perkembangan pribadi, dan sosial

seseorang melalui pengelaman, dan pemecahan masalah yang berlangsung secara

reflektif .6

5
Desmita, Piskologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2012) Hal. 147
6
Maya Kusumaningrum, Abdul Aziz Saefudin, Mengoptimalkan kemampuan berpikir…, Hal. 575
Menurut Dewey, definisi mengenai berpikir reflektif adalah: “active, persistent,

and careful consideration of any belief or supposed from of knowledge in the light of

the grounds that support it and the conclusion to whichit it tends”. Jadi, berpikir

reflektif adalah aktif, terus menerus, gigih, dan mempertimbangkan secara seksama

tentang segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya atau format tentang pengetahuan

dengan alasan yang mendukungnya dan menuju pada suatu kesimpulan.7

Sezer menyatakan bahwa berpikir reflektif merupakan kesadaran tentang apa yang

diketahui dan apa yang dibutuhkan. Dalam hal ini diperlukan untuk menjembatani

kesenjangan situasi belajar. Sedangkan menurut Gurul definisi dari berpikir reflektif

adalah proses rearah dan tepat dimana individu menganalisis, mengevaluasi,

memotivasi mendapatkan makna mendalam, mengunakan strategi pemelajaran yang

tepat.8

Dewey juga mengemukakan bahwa berpikir reflektif adalah suatu proses mental

tertentu yang mengfokuskan dan mengendalikan pola pikiran. Dia juga menjelaskan

bahwa dalam hal proses yang dilakukan tidak hanya berupa urutan dari gagasan-

gagasan, tetapi suatu proses sedemikian sehingga masing-masing ide mengacu pada

ide terdahulu untuk menentukan langkah berikutnya. Dengan demikian semua

langkah yang berurutan saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain,

untuk menuju suatu perubahan yang berkelanjutan yang bersifat umum. Berpikir
7
Phan, H. P, “Achievment Goals, The Classroom Environtment, and Reflective Thinking: A
Conceptual Framework”, dalam Electronic Jurnal of Reserch in Education Psychology, Vol 6 No. 3,
hal. 578.
8
Hery Suharna, dkk.,Berpikir Reflektif Mahasiswa ...”, hal. 281 .
reflektif sebagai mata rantai pemikiran intelektual, melalui penyelidikian untuk

menyimpulakan.9

Kesimpulan mengenai berpikir reflektif dari beberapa pendapat ahli di atas adalah

siswa harus aktif dan hati-hati dalam memahami permasalahan, mengaitkan

permasalahan dengan pengetahuan yang pernah diperolehnya dang

mempertimbangkan dengan seksama dalam menyelesaikan permasalahannya.

3. Indikator Berpikir Reflektif

Boody (2008), Hamilton (2005), dan Schon (2012) menjelaskan tentang indikator

dari berpikir reflektif sebangai berikut :

1) Reflektif sebagai analisis retrospektif atau mengingat kembali. Dimana

pendekatan ini siswa maupun guru merefleksikan pemekirannya untuk

menggabungkan dari pengalaman sebelumnya, dan bagaimana dari

pengelaman tersebut berpengaruh dalam prakteknya.

2) Reflektif sebagai proses penyelesaian masalah. Diperlukan pengambilan

langka-langka untuk menganalisis, dan menjelaskan masalah sebelum

mengambil tindakan.

3) Reflektif kritis pada diri. Reflektif kritis dapat dianggap sebagai proses

analisis, mempertimbangakan kembali, dan mempertanyakan pengalaman

dalam kontes yang luas dari suatu permasalahan.

9
Sri Hastuti Noer, “Problem Based Learning… “, hal. 267
4) Reflektif pada keyakinan dan keberhasilan diri. Keyakinan lebih efektif

dibandingkan dengan pengetahuan dalam mempengaruhi seseorang pada

saat menyelesaikan tugas maupun masalah. Selain itu, keberhasilan

merupakan peran yang sangat penting dalam menentukan praktik dari

kemampuan berpikir reflektif.10

Menurut Jhon Dewey (1933) proses berpikir reflektif yang dilakukan oleh individu

akan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Individu merasakan problem.

2) Individu melokalisasi dan membatasi

3) Individu menemukan hubungan-hubungan masalanya dan merumuskan

4) Hipotesis pemecahan atas dasar pengetahuan yang telah dimilikinya.

5) Individu mengevaluasi hipotesis yang ditentukan, apakah akan menerima

atau menolaknya

6) Individu menerapkan cara menyelesaikan masalah yang sudah ditentukan,

kemudian hasilnya apakah ia menerima atau menolak hasil kesimpulannya.

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis membuat indikator-indikator yang

terdapat didalam berpikir reflektif adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi masalah

2) Membatasi dan merumuskan masalah

10
Anies Fuady, Berpikir Reflektif Dalam Pembelajaran Matematika…Hal 104-112
3) Mengajukan alternative solusi penyelesaian masalah

4) Mengembangkan ide untuk menyelesaikan masalah dengan cara

mengumpulakan data yang dibutuhkan

5) Melakukan tes untuk menguji solusi penyelesaian masalah.

B. Penyelesaian Masalah

Masalah merupakan suatu hal yang harus dipecahkan. Masalah merupakan suatu

situasi atau sejenisnya yang dihadapi seseoarang atau kelompok yang menghendaki

,keputusan dan mencari jalan untuk mendapatkan penyelesaian. Penyelesaian masalah

merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam

proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memproleh

pengelaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada penyelesaian masalah yang bersifat tidak rutin.11

Penyelesaian masalah Menurut Robert W. Balley (1989: 116) merupakan suatu

kegiatan yang komplek, dan tingkat tinggi dari proses mental seseorang. Penyelesaian

masalah didefinisikan sebagai kombinasi dari gagasan yang cemerlang untuk

membentuk kombinasi gagasan yang baru, ia memintingkan penalran.Dasar untuk

mengkombinasikan gagasan, dan mengarahkan kepada penyelesaian masalah.

Ditambah pula bahwa, seseorang yang telah banyak pengalaman untuk bidang

tertentu selalu memilih respon yang siap dalam suatu situasi untuk menyelesaikan

masalah.
11
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika...., hal. 89
Proses penyelesaikan masalah yang dikemukakan G Polya (1973) dalam bukunya

yang berjudul “How to selve it” menjelaskan secara rinci bagaimana suatu masalah

diselesaikan:

a. Memahami permasalahan.

b. Memahami hubungan antara kenyataan, dan harapan.

c. Merencanakan penyelesaian masalah.

d. Melaksanakan penyelesaian masalah (solusi) berdasarkan rencana.

e. Memeriksa kembali atau mengevaluasi hasil dari penyelesaian masalah yang

telah dilakukan.

Berdasarkan paparan diatas peneliti menyimpulkan bahawa penyelesaian masalah

adalah seseorang memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, dan

memeriksa kembali hasil dari penyelesaian yang telah dilakukan untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

Dengan demikian perilaku siswa dalam menyelesaikan soal berpikir reflektif dapat

dipaparkan seperti tampak dalam tabel berikut.

VARIABEL INDIKATOR PERILAKU


Berpikir Reflektif Reacing Siswa dapat menuliskan

semua yang diketahui

dengan benar
Comparing Siswa dapat menuliskan

metode yang dianggap


efektif dan pernah

dilakukan untuk

menyelesaikan soal
Contemplating Siswa dapat membuat

kesimpulan namun tidak

tepat

C. Materi

Begitu banyak pembahasan yang ada pada matematika, antara lain ialah relasi

antara duang himpunan, relasi khusus yakni pemataan atau fungsi, dan macam-

macam fungsi. Materi yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir reflektif

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika adalah materi tentang fungsi. Materi

fungsi merupakan lanjutan dari materi relasi, jadi pemahaman tentang materi relasi

sangat diperlukan guna untuk memahami materi fungsi. Berikut ini penjelasan

tentang materi fungsi.

Misalkan A dan B adalah himpunan tak kosong. Suatu cara atau aturan

memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat satu

elemen dari himpunan B, disebut fungsi (pemetaan) dari himpunan A ke himpunan

B. Misalkan cara atau aturan yang mengaitkan tersebut di beri simbol f, maka

dikatakan bahwa f adalah fungsi dari A ke B dan dilambangkan sebagai:12

f: A → B

Nisak, Lailatun.2013.Analisis Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah


12

Berbentuk Semantik, Figural, dan Simbolik ….hal. 32


A disebut daerah asal (daerah sumber, domain) derah fungsi f, sedangkan B disebut

daerah kawan (daerah jajahan, kodomain) dari fungsi f. Jika x∈A oleh fungsi f

dikaitkan (dikawankan) dengan suatu anggota dari B, maka anggota dari B itu disebut

“bayangan dari x” dan disajikan dengan lambang “f(x). f(x) seringkali juga disebut

“nilai fungsi” untuk x.

Secara simbolis matematis, definisi fungsi f dapat disajiakan sebagai berikut.

f : A → B jika dan hanya jika (∀ x∈A). (∃ y∈B).y = f(x)

Suatu fungsi f dari A ke B dapat diilustrasikan dengan diagram panah sebagai berikut:

x y

A B
Gambar

Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari f, dan B disebut daerah kawan

(kodomain) dari f. Apabila x∈A maka suatu elemen dari B yang merupakan pasangan

dari x di sebut peta (bayangan) dari x, dan dinyatakan dengan simbol f(x).13

Himpunan semua anggota himpunan B yang merupakan bayangan dari suatu

anggota himpunan A disebut daerah hasil (range) daerah fungsi f, dan disajikan

dengan R f . Jadi: R f = {y ∈B⃒ (∃ x∈A). y = f (x)

Suatu fungsi f dari A ke B adalah suaru relasi yang mempunyai dua sifat khusus

yaiutu:

a. Setiap anggota himpunan A (daerah asal) dikawankan dengan anggota

himpunan B

b. Kawan dari anggota-anggota himpunan A (daerah asal) adalah tunggal.

Sifat ini dapat dnyatakan secara simbolis:

(∀ x 1 , x∈A). x 1 = x 2 f ( x1 ) = f (x2).

Perlu ditekankan sekali lagi setiap elemen dari A (domain) harus dipasangkan

tepat satu dengan elemen dari B (kodomain). Berarti tidak ada elemen dari domain

yang tidak dipsangkan, dan tidak ada elemen dari domain yang dipasangkan lebih

dari satu elemen dari kodomain.14

13
Dra. Suharti Soebagio A & Drs. Sukirman, M.Pd, Struktur Aljabar (Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III, 1993/1994)hlm. 41
14
Ibid, Hal. 42
Fungsi dapat dinyatakan dengan 3 cara, yaiutu : himpunan pasangan berurutan,

diagram panah, diagram cartesius.

Contoh : A= {1,2,3,4} & A= {2,4,6,8} jika f : A → B & f(x) = 2x, nyatakan f

dalam himpunan pasangan berurutan, diagram panah, diagram cartesius.

a. Himpunan pasangan berurutan. f = {1,2),(2,4),(3,6),(4,8)}.

b. Diagram panah:

1. .2

2. .4

3. .6
A B
4. .8

Gambar.

c. Diagram cartesius.

8
7

1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar

Beberapa fungsi khusus yang diberi sebutan kerana sifat-sifat/kraktristiknya adalah

sebagai berikut.

a. Suatu fungsi f : A → B disebut fungsi subjektif dari A kepada (onto) B jika

setiap anggota B merupakan bayangan dari suatu anggota. Jadi pada fungsi

yang subjektif, daerah hasilnya berimpit dengan daerah kawan (atau daerah

kawannya dihabiskan).

f : A → B adalah funsi surjektif bhb

(∀ y ∈B (∃ x∈A) y = f (x) bhb R f = B bhb (∀ y∈ B) f-1 (y) ∅

Contoh :

A = { x | x = bilangan bulat }

B = {x | x = bilangan cacah}

f : A → B dimana f (x) = |
b. Suatu fungsi f : A → B disebut fungsi injektif bila anggota-anggota dari B yang

merupakan bayangan dari A, merupakan bayangan tepat satu anggota dari A.

Dengan perkataan lain f : A → B adalah fungsi injektif bhb. (∀ x1 , x2 ∈A). x1 ≠

x2 f (x1) ≠ f (x2) bhb. (∀ x1, x2 ∈A).

f (x1) = f (x2)x1 = x2 Contoh:

A = {x|x=bilangan asli}|

B = {x x = bilangan nyata} f

Fungsi ini adalah fungsi yang injektif, karena jika f (x1) = f (x2) maka x1-1= x2-1

sehingga x1 = x2.

Fungsi f ini tidak surjektif karena ada anggota B yang tidak merupakan

1
bayangan dari suatu anggota A, misalnya ∈B.
2

c. Suatu fungsi f : A → B yang sekaligus surjektif dan injektif dan disebut daerah

kawannya merupakan bayangan dari tepat satu anggota daerah dari asalnya.

Dengan demikian jika f adalah fungsi bijektif maka setiap anggota dari daerah

asal mempunyai satu kawan di daerah kawan, dan sebaliknya setiap anggota

dari daerah kawan mempunyai satu kawan di daerah asal. Karena itu fungsi

bijektif seringkali disebut juaga kerespondensi satu-satu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, yakni suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran, secara individual maupun kelompok.15

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah proposal ini di seminarkan.

2. Tempat Penelitian

Tempat yang akan direncanakan dalam penelitian ini adalah sekolah MTs Hasyim

Ashari Ambon.

C. Subjek Penelitian

Perencanaan subjek dala penelitian ini siswa kelas VII MTs Hasyim Ashari

Ambon. Proses pengambilan subjek ditentukan berdasarkan hasil tes yang diberikan

kepada 22 orang siswa. Alsan mengapa lokasi ini dijadikan sebagai subjek penelitian

karena tiap siswa di MTs Hasyim Ashari Ambon sangat berbeda, seperti latar

belakang ekonomi, agama, ataupun kerekter siswa. Berdasarkan hasil pengamatan

serta wawancara dari guru matapelajaran matematika, dan beberapa siswa bahwa

terdapat perbedaan tingkat kesulitan siswa dalam memehami konsep fungsi. Dan di

15
Nana Syaodin Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya
2013), hal 60
sekolah ini belum perna diadakan penelitian yang menganalisis proses berpikir

reflektif dalam menyelesaikan masalah matematika materi fungsi. Untuk subjek dari

penelitian ini adalah kelas VII, karena apada kelas tersebut mempelajari materi fungsi

yang sesuai dengan tujuan pada penelitian ini. Selain itu, sewaktu peneliti melakukan

observasi disana, peneliti menemukan suatu masalah yang berkaitan dengan berpikir

reflektif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengungkapkan peristiwa yang terjadi

tentang berpikir reflektif pada siswa di sekolah terhadap permasalahan matematika.

Dalam permasalahan yang ingin diungkapkan telah menarik perhatian peneliti tentang

bagaimana mengatasi ahal tersebut.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif , yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh penelitian melakukan penelitian selanjutnya. Untuk memperoleh data

yang akurat dan memudahkan penggumpulkan data, digunakan instrument

pendukung berupa soal tes, pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman

dokumentasi

1. Soal Tes

Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal tes uraian untuk

mempermudahkan peneliti dalam mengetahui berpikir reflektif siswa terhadap materi

fungsi melalui respon jawaban siswa dalam menjawab tes.


Tes berupa soal pemecahan masalah, dimana di dalamnya memungkinkan siswa

dapat menunjukan indicator pada tahap Reacting, Comparing, dan Conterplating.

Soal yang diberikan mencakup materi fungsi untuk kelasa VII yang digunakan oleh

peneliti untuk mengetahui berpikir reflektif siswa dalam menyelesaikan masalah

terdiri dari 3 soal. Butir-butir soal ini sebelumnya dikonsultasikan dengan dosen

pembinbing dan selanjutnya divalidasi. Tujuan divalidasi adalah untuk

menggungkapkan apakah setiap soal yang diberikan sudah layak digunakan atau

belum untuk melihat berpikir reflektif siswa. Instrumen penelitian berupa soal tes

tulis ini divalidasi oleh 3 validator yang terdiri dari 2 dosen pendidikan matematika

dan 1 orang adari guru mata pelajaran matematika di tempat penelitian ini

dilaksanakan agar I nstrumennya valid dan data yang diperoleh sesuai dengan

harapan. Validasi ini dilakukan dengan pertimbangan: (1) kesesuaian soal dengan

materi ataupun kompetensi dasar dan indicator, (2) kesesuaian soal dengan kriteria

berpikir reflektif, (3) ketepatan pengunaan kata/bahasa, (4) soal tidak menimbulkan

penafsiran ganda, dan (5) kejelasan yang diketahui dan ditanyakan. Soal-soal tes

tersebut akan dapat menunjukan keberagaman kemampuan matematis siswa.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dilakukan oleh peneliti sebagai pedoman dalam

mewawancarai subjek, tujuannya untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya

berkaitan dengan berpikir reflektif siswa. Pedoman wawancara dibuat jika pada

proses penelitian ditemukan suatu permasalahan berkaitan dengan meteri fungsi.

3. Pedoman observasi
Observasi atau pengamatan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.16

Pedoman observasi yang digunakan peneliti selama melakukan observasi/

pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi selama proses penelitian, berkaitan

dengan subjek penelitian serta data yang diperlukan sebagai keterangan tambahan dan

penguatan pada penelitian. Penelitian ini berkaitan dengan pengalian informasi proses

belajar mengajar di kelas, bagaimana interaksi siswa dengan guru serta bagaimana

siswa menghadapi soal tes yang diberikan.

4. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat atau

mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.17 Dokumen dalam penelitian ini berupa

daftar nilai matematika siswa, daftar nama siswa, catatan lapangan ketika observasi

dan transkip wawancara yang berkaitan denga penelitian sebagaimana terlampir pada

lampiran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi pengumpulan data. Pengumpulan data

merupakan tahapan yang penting dalam proses penelitian, karena hanya dengan

mendapatkan data yang tepat maka rumusan masalah yang telah ditetapkan dapat

terjawab. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian, dengan teknik

yang benar, kita akan mendapatkan strategi dan prosedur yang dapat kita gunakan

16
Nana Syaodih S. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal. 220
17
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 92
dalam mencari data di lapangan. Terdapat berbagai jenis teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data disesuaikan dengan sifat penelitian yang dilakukan. Teknik

yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tes

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes

lisan), dan dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes

tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil

belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan

bahan pengajaran, Sunggu demikian, dalam batas tertentu tes dapat pula

digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan

psikomotoris.18

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan nasumber (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

18
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung, Remaja Rosdakarya: 2005)
hal 35
itu.19 Wawancara adalah metode pengumpulan data yang langsung kepada sumber

data melalui informasi lisan tanpa menulis jawaban.20

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pengamat

lainnya dimana si pengamat turut serta dalam kegiatan yang sedang dilakukan

teramat.

4. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi-informasi yang bersifat

dokumen, dari dokumen-dokumen yang ada. Dokumentasi dalam penelitian ini

berupa foto atau tulisan. Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang

diperoleh dalam hasil tes dan wawancara.

F. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian data, penulis melakukan langka-langka sebagai berikut:

1. Langkah Persiapan

a. Menyusun Soal Tes

b. Melakukan Validitas Instrument Penelitian

c. Membuat Pedoman Wawancara

2. Langkah Pelaksanaan

19
Drs. Zainal Arifin, Penelitian pendidikan,., hal. 186
20
Tatag Yuli, Penelitian Pendidikan Matematika, (Surabaya: Unesa University Press), hal. 71
a. Melakukan tes kepada siswa untuk menentukan subjek penelitian

b. Memeriksa hasil tes siswa

c. Melaksanakan tes dan wawancara kepada subjek penelitian

3. Langkah Analisis

a. Mengumpulkan seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian

b. Menganalisis hasil wawancara

c. Menyajian data

d. Membuat kesimpulan hasil penelitian

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan analisis

data kualitataif merupakan upaya yang dilakukan untuk mengornganisakikan dan

memilah-milahkan menjadi satuan yang penting dari apa yang dipelajari sehingga

dapat dikelolah dan dapat diungkapkan melalui kata-kata tertulis. Teknik analisis data

menurut Miles dan Humberman.21 Mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara menerus sampai

tuntas, sehingga datanya suda jenuh” antara lain:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok, mengenai polanya dan

membangun yang tidak perlu, dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan data yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mencari data

selanjutnya dan menyajikan data.


21
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013).
2. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bangan, dan lain

sebangainya. Dalam penelitian ini data yang akan disajikan dalam bentuk tes

yang bersifat deskriptif.

3. Penarikan kesimpulan dan verivikasi

Langka yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi data,

kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah, tetapi

mungkin juga tidak, karena masalah kualitatif masi dapat berkembang setelah

peneliti berada di lapangan.


Daftar Pustaka

Arifin, Zainal Drs. Penelitian pendidikan.

Desmita. 2012. Piskologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Rosdakarya.

Dra. Suharti Soebagio A & Drs. Sukirman, M.Pd, Struktur Aljabar (Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Fadilah, Milatul. 2015. Analisis Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan

Masalah Matematika Materi Garis Singgung Lingkaran Kelas VIII A

(Unggulan) MTs Negeri Pagu Tahun Ajaran 2014/2015. Tulungagung: t.p.

Irham, Muhmmad & Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Kusumaningrum, Maya dan Abdul Aziz Saefudin. 2012. Mengoptimalkan

Kemampuan Berpikir Matematika Melalui Pemecahan Masalah Matematika

(Artikel). T. tp. Seminar Nasional.


Nisak, Lailatun.2013.Analisis Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa dalam

Memecahkan Masalah Berbentuk Semantik, Figural, dan Simbolik

Phan. H. P. t. t. Achievment Goals, The Classroom Environtment, and Reflective

Thinking: A Conceptual Framework. T. tp. Dalam Electronic Jurnal of Reserch

in Education Psychology, Vol 6 No. 3.

Noer, Sri Hastuti. t.t. Problem Based Learning… t.tp.: t.p.

Noer, Sri Hastuti.2008.Problem-Based Learning dan Kemampuan Berpikir

Reflektif dalam Pembelajaran Matematika (Jurnal).Lampung: Semnas

Matematika dan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lampung.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, Remaja

Rosdakarya.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharna, Hery. dkk. 2013. Berpikir Reflektif Mahasiswa Dalam Menyelesaikan

Masalah Matematika (Jurnal). T. tp. KNPM V Himpunan Matematika

Indonesia.

Suherman, Erman, et. all. t.t. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. T.t.p.:

Common Textbook, edisi revisi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sunaryo, Wowo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Syah, Muhibbin. 2004. psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.

Reamaja Rosda Karya.

Wijaya, Cece. 2010. Pendidikan Remedial. Bandung: Rosdakarya.

Yuli, Tatag. t.t. Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya: Unesa University Press.
Lampiran

Kisi-kisi Tes Berpikir Reflektif Siswa

Kompetensi Kompetensi Uraian Indikator Indikator No

Inti Dasar Materi Soal Soal

Berpikir

Reflektif
Memahami Menyajikan Pengertian Siswa dapat Siswa dapat 1

dan Fungsi fungsi menetukan menentukan

menerapkan dalam atau perbedaan perbedaan

pengetahuan berbagai pemetaan. antara antara relasi

(faktual, bentuk fungsi dan yang


konseptual, relasi, bukan merupakan

dan pasangan fungsi. fungsi

prosedural) berurut, dengan

berdasarkan rumus relasi yang

rasa ingin fungsi, bukan

tahunya tabel, dan fungsi

tentang ilmu diagram dari

pengetahuan, panah. diagram

teknologi, panah,

seni, budaya diagram

terkait kartesius,

fenomena dan

dan kejadian himpunan

tampak
Notasi Siswa dapat Siswa dapat 2
mata.
fungsi menentukan menentukan

atau daerah asal, daerah asal,

pemetaan. daerah daerah

kawan, kawan,

rumus rumus

fungsi, fungsi,

daerah daerah
hasil, dan hasil, dan

himpunan himpunan

pasangan pasangan

berurutan. berurutan

setelah

memahami

pengertian

fungsi.

Kuensioner Penelitian

KUENSIONER PENELITIAN

1. Identitas Responden

Nama : Kelas :

2. Petunjuk Pengisian

Mohon saudara memberi tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang

paling sesuai dengan keadaan anda untuk setiap pertanyaan berikut ini.

No Daftar Pertanyaan Sering Kadang- Jarang

kadang
1 Apakah anda rapi dan teratur?
2 Apakah anda berbicara dengan

cepat?
3 Apakah anda suka berbicara

sendiri saat bekerja?


4 Apakah anda lebih suka

membaca daripada dibacakan?


5 Apakah anda berbicara dengan

lambat?
6 Apakah anda suka membaca

keras-keras dan mendengarkan?


7

Apakah anda banyak bicara,

suka berdiskusi, dan

menjelasakan panjang lebar?


8 Apakah anda menghafal dengan

berjalan dan melihat?


9 Apakah anda tidak bisa duduk

tenang untuk waktu lama?


10 Apakah anda menggungakn jari

untuk menunjuk saat membaca?


11 Apakah anda belajar melalui

mendengar dan mengingat apa

yang didiskusikan daripada

yang dilihat?
12 Apakah anda berorientasi pada

fisik dan banyak bergerak?


13 Apakah anda lebih suka

mencoret-coret selama

menelpon atau menghadiri

rapat?
14 Apakah anda meluangkan

waktu untuk berolaraga dan

berkegiatan fisik lainnya?


15 Apakah anda membuat

keputusan berdasarkan

perasaan?
16 Apakah anda mengerakan

bibir/melawalkan kata saat

membaca?
17 Apakah anda lebih ingat apa

yang anda lihat daripada yang

didengarkan?
18 Apakah anda merasa menulis

itu sulit, tetapi pandai bercerita?


19 Apakah anda berdiri dekat-

dekat saat bercerita dengan

seseorang?
20 Apakah anda lebih baik

mengeja keras-keras daripada

menuliskan?

Lembaran Soal Tes berpikir reflektif

SOAL TES BERPIKIR REFLEKTIF


Nama : …………………….

Kelas : ……………………..

No. Absen : ……………………..

Petunjuk Pengerjaan :

1) Bacalah dengan teliti permasalahan yang diberikan.

2) Jawablah permasalahan dengan disertai langkah-langkah secara rinci pada

kolom yang disediakan.

3) Kerjkan soal-soal secara individu dengan jujur, cermat, dan teliti.

4) Waktu mengerjakan adalah 60 menit.

1. Diketahui fungsi f : x → 4x + 3, jika diketahui domain adalah {x| -1 ≤ x ≤ 3, x ∈

bilangan bulat}, maka rangenya adalah...

Jawab :

2. Tinggi sebuah roket setelah t detik ditentukan dengan rumus f(t) = 4t – 2. Jika

roket telah diterbangkan selama 10 detik, maka ketinggian roket adalah …m

Jawab :
3
3. Jika diketahui f(x) = x + 4 dengan f (16) = 12, maka nilai a adalah...
a

Jawab :

Rubrik Penilaian

Rubrik penilaian Tes Berpikir Reflektif

Indikator Berpikir Jawaban

Reflektif
Reacting Siswa dapat menuliskan semua yang diketahui

dengan benar
Siswa dapat menuliskan semua yang diketahui namun
tidak tepat atau kurang benar
Siswa tidak dapat menuliskan apa yang diketahui
Siswa dapat menuliskan semua yang ditannyakan

dengan benar
Siswa dapat menuliskan semua yang ditanyakan

namun tidak lekap atau kurang benar


Siswa tidak dapat menuliskan apa yang ditanyakan
Siswa dapat membuat dan mendefinisikan simbol

atau model matematika dengan benar


Siswa dapat membuat dan mendefinisikan simbol

atau model matematika namun kurang benar


Siswa tidak dapat membuat dan mendefinisikan

simbol atau model matematika


Comparing Siswa dapat menuliskan metode yang dianggap

efektif dan pernah dilakukan untuk menyelesaikan

soal
Siswa dapat menuliskan metode yang dianggap

efektif dan pernah dilakukan untuk menyelesaikan

soal namun kurang tepat


Siswa tidak dapat menuliskan metode yang dianggap

efektif dan pernah dilakukan untuk menyelesaikan

soal
Siswa dapat menuliskan metode yang dianggap

efektif dan akan dilakukan untuk menyelesaikan soal


Siswa dapat menuliskan metode yang dianggap

efektif dan akan dilakukan untuk menyelesaikan soal

namun kurang tepat


Siswa tidak dapat menuliskan metode yang dianggap
efektif dan akan dilakukan untuk menyelesaiakan

soal
Siswa dapat menuliskan kaitan masalah yang

ditanyakan dengan masalah di soal yang pernah

dihadapi dengan benar


Siswa dapat menuliskana kaitan masalah yang

ditanyakan dengan masalah disoal yang pernah

dihadapi namunkurang benar


Siswa tidak dapat menuliskan kaitan maasalah yang

ditanyakan dengan masalah di soal yang pernah

dihadapi
Contemplating Siswa dapat menyelesaikan soal
Siswa menyelesaikan soal namun kurang tepat
Siswa tidak dapat menyelesaikan soal
Siswa dapat mendeteksi kesalahan penyelesaian soal

dengan tepat
Siswa mendeteksi kesalahan penyelesaian soal

namunkurang tepat
Siswa tidak dapat mendeteksi kesalahan penyelesaian

soal
Siswa dapat memperbaiki dan menjelaskan jika

terjadi kesalahan penyelesaian soal dengan tepat


Siswa dapat memperbaiki dan menjelaskan jika

terjadi kesalahan penyelesaian soal dengan tepat


Siswa dapat memperbaiki dan menjelaskan jika

terjadi kesalahan penyelesaian soal namun kurang

tepat
Siswa tidak dapat memperbaiki dan menjelasakn jika
terjadi kesalan penyelesaian soal
Siswa dapat membuat kesimpulan dengan benar
Siswa dapat membuat kesimpulan namun kurang

benar
Siswa tidak dapat membuat kesimpulan

Lembaran Validasi Instrumen Tes

LEMBARAN VALIDASI TES BERPIKIR REFLEKTIF

A. Tujuan

Instrumen ini bertujuan untuk mengukur kevalidan soal tes berpikir reflektif

siswa dalam menyelesaikan masalah.

B. Petunjuk Pengisian Validasi

Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian dengan memberikan tanda cek

(√) pada kolom yang tersedia.

C. Validasi Instrumen

No Aspek yang Dinilai Skala Penelian

Sangat Baik Cukup Kurang

Baik
1 Variasi model soal
2 Tingkat kesulitan soal dapat

dipahami oleh siswa


3 Soal dapat mencerminkan

kemampuan menentukan
penyelesaian masalah
4 Soal dapat mencerminkan

berpikir reflektif dari siswa


5 Bahasa yang digunakan sesuai

dengan ejaan yang

disempurnakan
6 Kelengkapan instrumen
7 Kalimat pada soal tidak

menimbulkan makna ganda


8 Penatapan alokasi waktu sesuai

dengan jumlah soal yang

diberikan
9 Petunjuk soal jelas dan tidak

menimbulkan makna ganda


Berdasarkan hal tersebut, instrument tes berpikir reflektif ini :

(1) Dapat digunakan dengan revisi besar,

(2) Dapat digunakan dengan revisi kecil,

(3) Dapat digunakan dengan tanpa revisi.

Komentar dan Saran

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan saran atau komentator terhadap soal tes

kemampuan berpikir reflektif siswa.

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………….

Ambon, 2020

Validator

(……………….. )

Daftar Nama Siswa

DAFTAR NAMA SISWA KELAS VII SMP

No Nama
1
2
3
4
5
6
7
8

10

11
12
13
14
15
16
17
18
19

Kutipan Wawancara S

Transkip data wawancara S

Peneliti : Langsung saja kita mulai ya Dek?

S : Iya Ka

Peneliti : Baik Dek apakah kamu suda membaca soal yang saya berikan dengan

cermat?

S : Sudah

Peneliti : Bagaimana pendapatmu tentang soal ini?


S : Ini soal tentang aplikasi eksponen bu

Peneliti : Mengapa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

terlebih dengan lengkap?

S : Iya tidak Bu

Peneliti : Lalu bagaimana strategi untuk mengerjakan soal ini:

S : Langsung dimasukin ke rumus S(t) Bu

Peneliti : Bisakah kamu jelaskan mengapa kamu menuliskan kesimpulan tersebut?

S : Ya pakoknya begitu saya lupa Bu

Peneliti : Kemarin sudah dicek lagi jawabannya?

S : Sudah ya intinya tinggal subsititusi Bu

Anda mungkin juga menyukai