KAJIAN TEORI
A. Berpikir Reflektif
1. Pengertian Berpikir
Berpikir menurut Wowo Sunaryo berasal dari kata “pikir” yang artinya menurut
kamus besar bahasa Indonesia adalah akal budi. Berpikir artinya menggunakan akal
dalam ingatan.1 Sementara itu, pengertian berpikir menurut Gilhool yaitu mengacu
sekolah agar model-model itu menjadi lebih baik, dan memuaskan. 2 Berpikir secara
umum dilandasi oleh asumsi aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan
Berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau
terencana, dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan,
1
Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2011) Hal. 1
2
Cece Wijaya, Pendidikan Remedial, (Bandung: Rosdakarya, 2010) Hal. 71
berpikir merupakan peristiwa mecampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar,
digunakan dalam menggambarkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang
rutin, tetapi memerlikan perhatian langsung untuk bertindak ke arah lebih sadar
secara sengaja, dan refleksi atau membawa ke aspek-aspek tertentu atas dasar
pengelaman.
2. Berpikir reflektif
mempromosikan pertumbuhan intelektual, dan berpikir kritis pada remaja, dan orang
dewasa. Model ini dilandasi ole Jhon Dewey mengenai konsep berpikir reflektiif, dan
Proses berpikir reflektif tidak tegantung pada pengetahuan siswa semata, tetapi
masalah yang dihadapinya. Jika siswa dapat menemukan cara untuk memecahkan
masalah yang dihadapi sehingga dapat mencapai tujuannya maka siswa tersebut telah
3
Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Hal. 3
4
Ibid, Hal. 188
dimiliki, dan tersimpan dalam memorinya untuk menyelesaikan setiap masalah yang
Menurut Santrock siswa yang memilih gaya reflektif cenderung lebih banyak
waktu untuk merespon, dan merenungkan akurasi jawaban. Individu reflektif sangat
jawaban secara benar. Siswa yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas-tugas
siswa yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar, dan
berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Dan biasanya memiliki standar kerja
yang tinggi.5
Jhon Dewey mengemukakan suatu bagian dari metode penelitiannya yang dikenal
merupkan proses sosial dimana anggota masyarakat yang belum matang (terutama
reflektif .6
5
Desmita, Piskologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2012) Hal. 147
6
Maya Kusumaningrum, Abdul Aziz Saefudin, Mengoptimalkan kemampuan berpikir…, Hal. 575
Menurut Dewey, definisi mengenai berpikir reflektif adalah: “active, persistent,
and careful consideration of any belief or supposed from of knowledge in the light of
the grounds that support it and the conclusion to whichit it tends”. Jadi, berpikir
reflektif adalah aktif, terus menerus, gigih, dan mempertimbangkan secara seksama
tentang segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya atau format tentang pengetahuan
Sezer menyatakan bahwa berpikir reflektif merupakan kesadaran tentang apa yang
diketahui dan apa yang dibutuhkan. Dalam hal ini diperlukan untuk menjembatani
kesenjangan situasi belajar. Sedangkan menurut Gurul definisi dari berpikir reflektif
tepat.8
Dewey juga mengemukakan bahwa berpikir reflektif adalah suatu proses mental
tertentu yang mengfokuskan dan mengendalikan pola pikiran. Dia juga menjelaskan
bahwa dalam hal proses yang dilakukan tidak hanya berupa urutan dari gagasan-
gagasan, tetapi suatu proses sedemikian sehingga masing-masing ide mengacu pada
langkah yang berurutan saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain,
untuk menuju suatu perubahan yang berkelanjutan yang bersifat umum. Berpikir
7
Phan, H. P, “Achievment Goals, The Classroom Environtment, and Reflective Thinking: A
Conceptual Framework”, dalam Electronic Jurnal of Reserch in Education Psychology, Vol 6 No. 3,
hal. 578.
8
Hery Suharna, dkk.,Berpikir Reflektif Mahasiswa ...”, hal. 281 .
reflektif sebagai mata rantai pemikiran intelektual, melalui penyelidikian untuk
menyimpulakan.9
Kesimpulan mengenai berpikir reflektif dari beberapa pendapat ahli di atas adalah
Boody (2008), Hamilton (2005), dan Schon (2012) menjelaskan tentang indikator
mengambil tindakan.
3) Reflektif kritis pada diri. Reflektif kritis dapat dianggap sebagai proses
9
Sri Hastuti Noer, “Problem Based Learning… “, hal. 267
4) Reflektif pada keyakinan dan keberhasilan diri. Keyakinan lebih efektif
Menurut Jhon Dewey (1933) proses berpikir reflektif yang dilakukan oleh individu
atau menolaknya
1) Mengidentifikasi masalah
10
Anies Fuady, Berpikir Reflektif Dalam Pembelajaran Matematika…Hal 104-112
3) Mengajukan alternative solusi penyelesaian masalah
B. Penyelesaian Masalah
Masalah merupakan suatu hal yang harus dipecahkan. Masalah merupakan suatu
situasi atau sejenisnya yang dihadapi seseoarang atau kelompok yang menghendaki
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam
kegiatan yang komplek, dan tingkat tinggi dari proses mental seseorang. Penyelesaian
Ditambah pula bahwa, seseorang yang telah banyak pengalaman untuk bidang
tertentu selalu memilih respon yang siap dalam suatu situasi untuk menyelesaikan
masalah.
11
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika...., hal. 89
Proses penyelesaikan masalah yang dikemukakan G Polya (1973) dalam bukunya
yang berjudul “How to selve it” menjelaskan secara rinci bagaimana suatu masalah
diselesaikan:
a. Memahami permasalahan.
telah dilakukan.
Dengan demikian perilaku siswa dalam menyelesaikan soal berpikir reflektif dapat
dengan benar
Comparing Siswa dapat menuliskan
dilakukan untuk
menyelesaikan soal
Contemplating Siswa dapat membuat
tepat
C. Materi
Begitu banyak pembahasan yang ada pada matematika, antara lain ialah relasi
antara duang himpunan, relasi khusus yakni pemataan atau fungsi, dan macam-
macam fungsi. Materi yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir reflektif
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika adalah materi tentang fungsi. Materi
fungsi merupakan lanjutan dari materi relasi, jadi pemahaman tentang materi relasi
sangat diperlukan guna untuk memahami materi fungsi. Berikut ini penjelasan
Misalkan A dan B adalah himpunan tak kosong. Suatu cara atau aturan
memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat satu
B. Misalkan cara atau aturan yang mengaitkan tersebut di beri simbol f, maka
f: A → B
daerah kawan (daerah jajahan, kodomain) dari fungsi f. Jika x∈A oleh fungsi f
dikaitkan (dikawankan) dengan suatu anggota dari B, maka anggota dari B itu disebut
“bayangan dari x” dan disajikan dengan lambang “f(x). f(x) seringkali juga disebut
Suatu fungsi f dari A ke B dapat diilustrasikan dengan diagram panah sebagai berikut:
x y
A B
Gambar
Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari f, dan B disebut daerah kawan
(kodomain) dari f. Apabila x∈A maka suatu elemen dari B yang merupakan pasangan
dari x di sebut peta (bayangan) dari x, dan dinyatakan dengan simbol f(x).13
anggota himpunan A disebut daerah hasil (range) daerah fungsi f, dan disajikan
Suatu fungsi f dari A ke B adalah suaru relasi yang mempunyai dua sifat khusus
yaiutu:
himpunan B
Perlu ditekankan sekali lagi setiap elemen dari A (domain) harus dipasangkan
tepat satu dengan elemen dari B (kodomain). Berarti tidak ada elemen dari domain
yang tidak dipsangkan, dan tidak ada elemen dari domain yang dipasangkan lebih
13
Dra. Suharti Soebagio A & Drs. Sukirman, M.Pd, Struktur Aljabar (Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III, 1993/1994)hlm. 41
14
Ibid, Hal. 42
Fungsi dapat dinyatakan dengan 3 cara, yaiutu : himpunan pasangan berurutan,
b. Diagram panah:
1. .2
2. .4
3. .6
A B
4. .8
Gambar.
c. Diagram cartesius.
8
7
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar
sebagai berikut.
setiap anggota B merupakan bayangan dari suatu anggota. Jadi pada fungsi
yang subjektif, daerah hasilnya berimpit dengan daerah kawan (atau daerah
kawannya dihabiskan).
Contoh :
A = { x | x = bilangan bulat }
B = {x | x = bilangan cacah}
f : A → B dimana f (x) = |
b. Suatu fungsi f : A → B disebut fungsi injektif bila anggota-anggota dari B yang
A = {x|x=bilangan asli}|
B = {x x = bilangan nyata} f
Fungsi ini adalah fungsi yang injektif, karena jika f (x1) = f (x2) maka x1-1= x2-1
sehingga x1 = x2.
Fungsi f ini tidak surjektif karena ada anggota B yang tidak merupakan
1
bayangan dari suatu anggota A, misalnya ∈B.
2
c. Suatu fungsi f : A → B yang sekaligus surjektif dan injektif dan disebut daerah
kawannya merupakan bayangan dari tepat satu anggota daerah dari asalnya.
Dengan demikian jika f adalah fungsi bijektif maka setiap anggota dari daerah
asal mempunyai satu kawan di daerah kawan, dan sebaliknya setiap anggota
dari daerah kawan mempunyai satu kawan di daerah asal. Karena itu fungsi
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Tempat yang akan direncanakan dalam penelitian ini adalah sekolah MTs Hasyim
Ashari Ambon.
C. Subjek Penelitian
Perencanaan subjek dala penelitian ini siswa kelas VII MTs Hasyim Ashari
Ambon. Proses pengambilan subjek ditentukan berdasarkan hasil tes yang diberikan
kepada 22 orang siswa. Alsan mengapa lokasi ini dijadikan sebagai subjek penelitian
karena tiap siswa di MTs Hasyim Ashari Ambon sangat berbeda, seperti latar
serta wawancara dari guru matapelajaran matematika, dan beberapa siswa bahwa
terdapat perbedaan tingkat kesulitan siswa dalam memehami konsep fungsi. Dan di
15
Nana Syaodin Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya
2013), hal 60
sekolah ini belum perna diadakan penelitian yang menganalisis proses berpikir
reflektif dalam menyelesaikan masalah matematika materi fungsi. Untuk subjek dari
penelitian ini adalah kelas VII, karena apada kelas tersebut mempelajari materi fungsi
yang sesuai dengan tujuan pada penelitian ini. Selain itu, sewaktu peneliti melakukan
observasi disana, peneliti menemukan suatu masalah yang berkaitan dengan berpikir
reflektif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengungkapkan peristiwa yang terjadi
Dalam permasalahan yang ingin diungkapkan telah menarik perhatian peneliti tentang
D. Instrumen Penelitian
itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”
pendukung berupa soal tes, pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman
dokumentasi
1. Soal Tes
Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal tes uraian untuk
Soal yang diberikan mencakup materi fungsi untuk kelasa VII yang digunakan oleh
terdiri dari 3 soal. Butir-butir soal ini sebelumnya dikonsultasikan dengan dosen
menggungkapkan apakah setiap soal yang diberikan sudah layak digunakan atau
belum untuk melihat berpikir reflektif siswa. Instrumen penelitian berupa soal tes
tulis ini divalidasi oleh 3 validator yang terdiri dari 2 dosen pendidikan matematika
dan 1 orang adari guru mata pelajaran matematika di tempat penelitian ini
dilaksanakan agar I nstrumennya valid dan data yang diperoleh sesuai dengan
harapan. Validasi ini dilakukan dengan pertimbangan: (1) kesesuaian soal dengan
materi ataupun kompetensi dasar dan indicator, (2) kesesuaian soal dengan kriteria
berpikir reflektif, (3) ketepatan pengunaan kata/bahasa, (4) soal tidak menimbulkan
penafsiran ganda, dan (5) kejelasan yang diketahui dan ditanyakan. Soal-soal tes
2. Pedoman Wawancara
berkaitan dengan berpikir reflektif siswa. Pedoman wawancara dibuat jika pada
3. Pedoman observasi
Observasi atau pengamatan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi selama proses penelitian, berkaitan
dengan subjek penelitian serta data yang diperlukan sebagai keterangan tambahan dan
penguatan pada penelitian. Penelitian ini berkaitan dengan pengalian informasi proses
belajar mengajar di kelas, bagaimana interaksi siswa dengan guru serta bagaimana
4. Pedoman Dokumentasi
mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.17 Dokumen dalam penelitian ini berupa
daftar nilai matematika siswa, daftar nama siswa, catatan lapangan ketika observasi
dan transkip wawancara yang berkaitan denga penelitian sebagaimana terlampir pada
lampiran.
merupakan tahapan yang penting dalam proses penelitian, karena hanya dengan
mendapatkan data yang tepat maka rumusan masalah yang telah ditetapkan dapat
terjawab. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian, dengan teknik
yang benar, kita akan mendapatkan strategi dan prosedur yang dapat kita gunakan
16
Nana Syaodih S. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal. 220
17
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 92
dalam mencari data di lapangan. Terdapat berbagai jenis teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data disesuaikan dengan sifat penelitian yang dilakukan. Teknik
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tes
kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes
lisan), dan dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes
tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
bahan pengajaran, Sunggu demikian, dalam batas tertentu tes dapat pula
digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan
psikomotoris.18
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
18
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung, Remaja Rosdakarya: 2005)
hal 35
itu.19 Wawancara adalah metode pengumpulan data yang langsung kepada sumber
3. Observasi
lainnya dimana si pengamat turut serta dalam kegiatan yang sedang dilakukan
teramat.
4. Dokumentasi
berupa foto atau tulisan. Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang
F. Prosedur Penelitian
1. Langkah Persiapan
2. Langkah Pelaksanaan
19
Drs. Zainal Arifin, Penelitian pendidikan,., hal. 186
20
Tatag Yuli, Penelitian Pendidikan Matematika, (Surabaya: Unesa University Press), hal. 71
a. Melakukan tes kepada siswa untuk menentukan subjek penelitian
3. Langkah Analisis
c. Menyajian data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan analisis
memilah-milahkan menjadi satuan yang penting dari apa yang dipelajari sehingga
dapat dikelolah dan dapat diungkapkan melalui kata-kata tertulis. Teknik analisis data
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara menerus sampai
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok, mengenai polanya dan
membangun yang tidak perlu, dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan data yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mencari data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bangan, dan lain
sebangainya. Dalam penelitian ini data yang akan disajikan dalam bentuk tes
mungkin juga tidak, karena masalah kualitatif masi dapat berkembang setelah
Dra. Suharti Soebagio A & Drs. Sukirman, M.Pd, Struktur Aljabar (Jakarta :
Irham, Muhmmad & Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Indonesia.
Suherman, Erman, et. all. t.t. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. T.t.p.:
Rosdakarya.
Yuli, Tatag. t.t. Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya: Unesa University Press.
Lampiran
Berpikir
Reflektif
Memahami Menyajikan Pengertian Siswa dapat Siswa dapat 1
teknologi, panah,
terkait kartesius,
fenomena dan
tampak
Notasi Siswa dapat Siswa dapat 2
mata.
fungsi menentukan menentukan
kawan, kawan,
rumus rumus
fungsi, fungsi,
daerah daerah
hasil, dan hasil, dan
himpunan himpunan
pasangan pasangan
berurutan. berurutan
setelah
memahami
pengertian
fungsi.
Kuensioner Penelitian
KUENSIONER PENELITIAN
1. Identitas Responden
Nama : Kelas :
2. Petunjuk Pengisian
Mohon saudara memberi tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang
paling sesuai dengan keadaan anda untuk setiap pertanyaan berikut ini.
kadang
1 Apakah anda rapi dan teratur?
2 Apakah anda berbicara dengan
cepat?
3 Apakah anda suka berbicara
lambat?
6 Apakah anda suka membaca
yang dilihat?
12 Apakah anda berorientasi pada
mencoret-coret selama
rapat?
14 Apakah anda meluangkan
keputusan berdasarkan
perasaan?
16 Apakah anda mengerakan
membaca?
17 Apakah anda lebih ingat apa
didengarkan?
18 Apakah anda merasa menulis
seseorang?
20 Apakah anda lebih baik
menuliskan?
Kelas : ……………………..
Petunjuk Pengerjaan :
Jawab :
2. Tinggi sebuah roket setelah t detik ditentukan dengan rumus f(t) = 4t – 2. Jika
Jawab :
3
3. Jika diketahui f(x) = x + 4 dengan f (16) = 12, maka nilai a adalah...
a
Jawab :
Rubrik Penilaian
Reflektif
Reacting Siswa dapat menuliskan semua yang diketahui
dengan benar
Siswa dapat menuliskan semua yang diketahui namun
tidak tepat atau kurang benar
Siswa tidak dapat menuliskan apa yang diketahui
Siswa dapat menuliskan semua yang ditannyakan
dengan benar
Siswa dapat menuliskan semua yang ditanyakan
soal
Siswa dapat menuliskan metode yang dianggap
soal
Siswa dapat menuliskan metode yang dianggap
soal
Siswa dapat menuliskan kaitan masalah yang
dihadapi
Contemplating Siswa dapat menyelesaikan soal
Siswa menyelesaikan soal namun kurang tepat
Siswa tidak dapat menyelesaikan soal
Siswa dapat mendeteksi kesalahan penyelesaian soal
dengan tepat
Siswa mendeteksi kesalahan penyelesaian soal
namunkurang tepat
Siswa tidak dapat mendeteksi kesalahan penyelesaian
soal
Siswa dapat memperbaiki dan menjelaskan jika
tepat
Siswa tidak dapat memperbaiki dan menjelasakn jika
terjadi kesalan penyelesaian soal
Siswa dapat membuat kesimpulan dengan benar
Siswa dapat membuat kesimpulan namun kurang
benar
Siswa tidak dapat membuat kesimpulan
A. Tujuan
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur kevalidan soal tes berpikir reflektif
C. Validasi Instrumen
Baik
1 Variasi model soal
2 Tingkat kesulitan soal dapat
kemampuan menentukan
penyelesaian masalah
4 Soal dapat mencerminkan
disempurnakan
6 Kelengkapan instrumen
7 Kalimat pada soal tidak
diberikan
9 Petunjuk soal jelas dan tidak
Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan saran atau komentator terhadap soal tes
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
Ambon, 2020
Validator
(……………….. )
No Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kutipan Wawancara S
S : Iya Ka
Peneliti : Baik Dek apakah kamu suda membaca soal yang saya berikan dengan
cermat?
S : Sudah
Peneliti : Mengapa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
S : Iya tidak Bu