id 9
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Berpikir
Menurut Purwanto (2004: 43) berpikir adalah suatu keaktifan
pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada
suatu tujuan. Di sisi lain, Radford (2009: 115) menyatakan, “...thinking is
a pure mental activity, something immaterial, independent of the body,
occuring in the head”. Berpikir adalah suatu aktivitas mental yang alami,
sesuatu yang tidak berwujud, kebebasan dari tubuh, terjadi di dalam
kepala. Oleh karena itu berpikir tidak terlihat oleh indera manusia.
Costa (dalam Zaleha Izhab Hassoubah, 2008: 35) berpikir adalah
suatu proses kognitif, suatu tindakan mental untuk memperoleh
pengetahuan. Proses berpikir berhubungan dengan tingkah laku yang lain
dan memerlukan keterlibatan aktif seseorang yang melakukannya.
Menurut Alex Sobur (2003) berpikir merupakan suatu proses yang
mempengaruhi penafsiran terhadap rangsangan-rangsangan yang
melibatkan proses sensasi, persepsi, dan memori. Saat seseorang
menghadapi persoalan, awalnya ia melibatkan proses sensasi, yaitu
menangkap tulisan, gambar, atau suara. Selanjutnya, ia mengalami proses
persepsi, yaitu membaca, mendengar, dan memahami apa yang diminta
dalam persoalan. Pada saat itu pun, ia melibatkan proses memori untuk
memahami istilah-istilah baru yang ada pada persoalan tersebut atau
melakukan recall atau recognition ketika menghadapi soal yang sama
pada waktu yang berbeda. (Matlin, 1994: 10).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, berpikir dalam penelitian ini
adalah proses mental yang menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian lainnya dalam sistem kognitif yang diarahkan untuk
menghasilkan solusi dalam memecahkan masalah.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
2. Proses Berpikir
Marpaung (dalam Tatag Yuli Eko Siswono, 2002: 45) menyatakan
proses berpikir adalah proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari
luar atau diri siswa), pengolahan, penyimpanan dan memanggil kembali
informasi itu dari ingatan siswa. Di sisi lain, Alex Sobur (2003)
menyatakan bahwa dalam proses berpikir termuat kegiatan memastikan,
merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan,
menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,
menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, menganalisis,
sintesis, menalar atau menarik kesimpulan dari premis yang ada,
menimbang, dan memutuskan.
Menurut Agus Sujanto (2004: 55) terdapat 4 langkah dalam proses
berpikir, antara lain:
a. Pembentukan pengertian yaitu membuang ciri-ciri tambahan dalam
suatu masalah.
b. Pembentukan pendapat yaitu menggabungkan atau memisahkan
beberapa pengertian yang menjadi tanda khas masalah tersebut.
c. Pembentukan keputusan yaitu menggabungkan pendapat-pendapat
tersebut.
d. Penarikan kesimpulan yaitu menarik keputusan dari keputusan-
keputusan yang lain.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, proses berpikir dalam penelitian
ini adalah suatu proses yang dimulai dari menerima, mengolah dan
menyimpan informasi serta memanggil kembali informasi dari ingatan
saat dibutuhkan dalam memecahkan masalah.
Walker dan Finney (1999: 540) menyatakan berpikir kritis adalah suatu
proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesis, atau mengevaluasi sebagai informasi yang
didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini
digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan. Selanjutnya berusaha
menemukan alternatif lain dalam memecahkan masalah.
Paul dan Elder (2007: 6) menyatakan bahwa:
Critical thinking is the process of analyzing and assessing thinking
with a view to improving it. Critical thinking presupposes
knowledge of the most basic structures in thinking (the elements of
thought) and the most basic intellectual standards for thinking
(universal intellectual standards). The key to the creative side of
critical thinking (the actual improving of thought) is in
restructuring thinking as a result of analyzing and effectively
assessing it.
analisis (White). Pada dasarnya tahap ini adalah tahap dimana siswa
menganalisis masalah, mengidentifikasi informasi yang relevan dengan
masalah, dan merencanakan solusi pemecahan masalah. Pada tahap
ketiga, inferensi (Norris dan Ennis), inferensi (Jacob dan Sam),
sedangkan tahap kedua Analisis (White). Pada dasarnya tahap ini adalah
tahap dimana siswa menarik kesimpulan. Pada tahap keempat, strategi
(Jacob dan Sam), klarifikasi lanjutan (Norris dan Ennis), Evaluasi
(White) dan tahap kelima strategi dan cara-cara (Norris dan Ennis),
alternatif penyelesaian (White) pada dasarnya merupakan tahap dimana
siswa mengevaluasi solusi yang telah dibuat dan mencari alternatif
penyelesaian yang lain.
Hasil penelitian para ahli di atas, menunjukkan bahwa terdapat
kesamaan makna dalam tahapan proses berpikir kritis meskipun
istilahnya berbeda. Pada prinsipnya tahapan proses berpikir kritis
meliputi memahami masalah, menganalisis masalah, mengidentifikasi
informasi yang relevan dengan masalah, merencanakan solusi, menarik
kesimpulan, mengevaluasi solusi yang telah dibuat dan mencari alternatif
lain dalam penyelesaian masalah. Pada penelitian ini, prinsip-prinsip
tahapan proses berpikir tersebut di bagi menjadi 3 tahapan, yaitu
klarifikasi, analisis, dan strategi penyelesaian. Memahami masalah
termasuk dalam tahap klarifikasi. Tahap analisis meliputi menganalisis
masalah, mengidentifikasi informasi yang relevan dengan masalah
disertai alasan logis, merencanakan solusi, dan menarik kesimpulan. Hal
ini sejalan dengan tahap analisis yang dikemukakan oleh White. Tahap
strategi penyelesaian meliputi mengevaluasi solusi yang telah dibuat dan
mencari alternatif lain dalam penyelesaian masalah. Hal ini sejalan
dengan tahap strategi yang dikemukakan oleh Jacob dan Sam. Adapun
cara memperoleh tahapan proses berpikir kritis pada penelitian ini
disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
c. Strategi penyelesaian
Pada tahap ini, siswa mengevaluasi hasil pemecahan masalah dengan
mengkritisi setiap pengerjaan berdasarkan alasan yang logis
kemudian berusaha menemukan alternatif pemecahan masalah yang
lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka indikator tahapan proses
berpikir kritis dalam pemecahan masalah pada penelitian ini disajikan
pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2. Indikator Tahapan Proses Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah
Tahapan Indikator
Klarifikasi Menyebutkan informasi yang diketahui
dari masalah dengan tepat.
Menyebutkan hal yang ditanya dari
masalah dengan tepat.
Analisis Mengidentifikasi informasi yang relevan
dengan masalah disertai alasan yang
logis.
Merencanakan langkah pemecahan
masalah.
Membuat kesimpulan.
Strategi Mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
penyelesaian Menemukan alternatif pemecahan
masalah yang lain.
4. Masalah
Menurut Krulik dan Posamentier (2009: 2) “A problem is a
situation that confronts the learner, that requires resolution, and for
which the path to the answer is not immediately known”. Masalah
merupakan keadaan yang dihadapi siswa, kemudian siswa membutuhkan
pemecahan dan jawaban dari masalah tersebut tetapi penyelesaiannya
tidak dapat segera diketahui. Di sisi lain Gorman (dalam Sintha Sih
Dewanti, 2011) menyatakan bahwa masalah adalah situasi yang
mengandung kesulitan bagi seseorang dan mendorongnya untuk mencari
solusi. Terdapat beberapa jenis masalah, yaitu 1) masalah yang prosedur
commit
pemecahannya sudah ada to userdiketahui oleh siswa; 2) masalah
dan telah
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
5. Pemecahan Masalah
Menurut Branca et al (Jacob dan Sam, 2008: 2) “Problem solving
has been operationally defined as a ‘process’ by which students apply
previously acquired skills and knowledge to new and unfamiliar
situations”. Pemecahan masalah adalah proses pemikiran siswa yang
diperoleh melalui keterampilan dan pengetahuan sebelumnya untuk
menghadapi situasi baru. Hal ini diperkuat dengan pendapat Krulik dan
Rudnick (dalam Carson, commit to user
2007: 12) yang menyatakan “...problem solving
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Proses berpikir kritis adalah proses dalam menemukan informasi
penting, menganalisis, menarik kesimpulan, mengevaluasi, dan menemukan
alternatif penyelesaian dari suatu masalah. Oleh karena itu, proses berpikir
kritis diperlukan dalam pemecahan masalah karena memberikan arahan yang
tepat dalam berpikir dan bekerja, serta membantu menemukan keterkaitan
faktor yang satu dengan yang lain secara tepat.
Kemampuan awal matematika berkaitan dengan proses berpikir kritis.
Hal ini dikarenakan siswa yang mampu mengkoordinasi pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya akan melakukan proses berpikir kritis dalam
memecahkan masalah. Penelitian tentang proses berpikir kritis telah banyak
dilakukan. Peneliti ingin mengkaji teori yang telah dikemukakan oleh para
ahli dengan data yang terjadi di lapangan sehingga peneliti bisa melihat
sampai sejauh mana proses berpikir kritis siswa kelas XI Farmasi SMK Citra
Medika Sragen untuk masing-masing tahapan pada siswa berkemampuan
awal matematika tinggi, sedang, dan rendah.
Siswa berkemampuan awal matematika tinggi mempunyai pengetahuan
luas tentang materi yang diajarkan. Selain itu, siswa berkemampuan tinggi
mempunyai kemampuan berpikir kritis yang lebih baik daripada siswa
berkemampuan sedang dan commit
rendah.to Oleh
user karena itu, ketika melakukan
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user