BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
baru. Kondisi ini, bermuara pada rendahnya pemahaman konsep siswa terhadap
materi yang dikaji.
Facione (2006) mengidentifikasi 6 keterampilan berpikir kritis, yakni :
interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan regulasi diri. Henri
(dalam Tawil dan Liliasari, 2013) mengidentifikasi keterampilan berpikir kritis
dalam 5 (lima) dimensi, yakni klarifikasi dasar, klarifikasi mendalam, inferensi,
penilaian, strategi dan taktik. Dalam proses pembelajaran sains, adapun aspek
kemampuan critical thinking menurut Tsui (2002) yang dibelajarkan kepada siswa
ada 9 aspek yaitu: attributing, comparing and contrasing, grouping dan
classifying, sequencing, prioritizing, analyzing, detecting bias, evaluating, dan
making conclutions.
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (dalam Costa,
1985) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis
yang terdiri dari lima kelompok besar, yaitu: (1) memberikan penjelasan
sederhana, meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya
dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan; (2)
membangun keterampilan dasar, meliputi mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya/tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu penjelasan atau
tantangan; (3) menyimpulkan, meliputi mendeduksi dan mempertimbangkan hasil
deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan
menentukan nilai pertimbangan; (4) memberikan penjelasan lanjut, meliputi
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dan
mengidentifikasi asumsi; (5) mengatur strategi dan taktik, meliputi menentukan
suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain; dan (6) keterampilan berpikir
kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Menurut Tawil dan Liliasari (2013), mengidentifikasi 7 indikator
keterampilan berpikir kritis, yaitu: (1) menjawab pertanyaan; (2) menggunakan
prosedur yang telah ditetapkan; (3) mengidentifikasi atau merumuskan criteria
untuk memutuskan jawaban yang mungkin; (4) mencari persamaan dan
perbedaan; (5) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi:
16
mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran
sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Secara umum inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi
kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
mengevaluasi buku dan sumber informasi lain secara kritis, merencanakan
penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan
percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data,
menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya, Ibrahim (2007: 2). Cleaf dalam Putrayasa (2009: 2)
menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas
yang berorientasi proses, inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang
berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan
menemukan informasi.
Sagala (2006: 197) menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam
melaksanakan model inkuiri yaitu: (1) perumusan masalah yang dipecahkan
siswa, (2) menetapkan jawaban sementara (hipotesis), (3) siswa mencari
informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, (4) menarik
kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan atau
generalisasi dalam situasi baru.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa model
inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk lebih
aktif dalam pembelajaran, dimana siswa dapat menemukan atau meneliti masalah
berdasarkan fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar.
Langkah-Langkah Model Inkuiri
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran inkuiri, siswa hendaknya memperhatikan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri agar pembelajaran dapat
berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Sanjaya (2006 : 201) mengemukakan secara umum bahwa proses
pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah
19
sebagai berikut :
1. Orientasi.Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak
untuk berpikir memecahkan masalah. 2. Merumuskan masalah Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka teki. 3. Mengajukan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban
sementara dari suatu permasalahan yang sedang di kaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya. 4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi
percodaan atau eksperimen. 5. Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6. Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangnnya
masing-masing. Dengan adanya kelebihan dan kekurangan tersebut dapat menjadi
acuan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Adapun kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
Menurut Sanjaya (2006: 208) bahwa model inkuiri memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan, diantaranya : Kelebihan 1. Model inkuiri merupakan
model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna. 2. Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar meraka. 3. Model inkuiri merupakan model yang dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku. 4. Keuntungan lain adalah model
pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak
akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
20
Kekurangan :
1. Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
4. Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulit
diimplemintasikan oleh setiap guru.
diagram, chart, gambar, foto, lembar kerja, CD-ROM, dan foto CD; (3) Audio
recordings, seperti audiocassette recording dan audi CD recording; (4) Projected
Still Pictures, termasuk di dalamnya overhead transparancies, computer-
generated images, slides, dan filmstrips; (5) Projected Moving Pictures, seperti
film dan videotape; (6) Combinations of media, yang merupakan gabungan dari
beberapa media; (7) Interactive Technologies, termasuk Computer-Based
Instruction (CBI) dan aplikasi multimedia.
Pada tahap orientasi pembelajaran penggunaan media sangat membantu
keefektifitasan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pembelajaran
pada saat ini. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, penyajian
data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
pemadatan informasi. Menurut Sadiman (2003), fungsi atau kegunaan media
antara lain: (1) membuat konkrit konsep yang abstrak; (2) membawa objek yang
berbahaya atau sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar; (3) menampilkan
objek yang terlalu besar; (4) menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan
mata telanjang; (5) mangamati gerakan yang terlalu cepat; (6) memungkinkan
siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya; (7) memungkinkan kesegaran
pengamatan dan persepsi bagi pengamatan belajar siswa; (8) membangkitkan
motivasi belajar; (9) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat
diulangi maupun disimpan menurut kebutuhan; (10) menyajikan pesan atau
informasi belajar secara serempak, membatasi batasan waktu maupun ruang; dan
(11) mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Dalam memilih media yang paling tepat, (Dick & Carey, 2005) juga
mengemukakan beberapa faktor penting dalam pemilihan media pembelajaran,
yaitu ; (1) ketersediaan media di lingkungan pembelajaran; (2) kesanggupan ahli
memproduksi materi pembelajaran untuk digunakan dengan media yang dipilih;
(3) fleksibilitas, waktu dan kecocokan materi dengan media; dan (4) faktor biaya.
Disamping kesesuaian dengan perilaku belajarnya, faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu faktor yang menyangkut
keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu
22
yang lama. Selain itu faktor efektivitas harus tetap diperhatikan sebab faktor
efektivitas ini berpengaruh terhadap biaya pemakaian dalam jangka waktu yang
panjang. Dengan demikian media memilki fungsi yang jelas yaitu memperjelas,
memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaiakan
oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajar dan
mengefisiensikan proses belajar.
sakit, bingung dan tidak ingat apa yang telah anda tunjukkan kepada mereka
3. Gambar besar yang relevan
Hal ini sering membuat kita stres ketika merencanakan Prezi, terutama jika kita
kurang kreatif. Ketika kita berbicara tentang gambar besar, itu berarti visual,
penglihatan atau tema yang akan memberikan kenyamanan pada pesan kita dan
membantu membaginya.
4. Direncanakan dengan baik dan terstruktur
Prezi memiliki kanvas kosong besar yang memberikan kekreativitasan dan
kebebasan. Anda perlu merencanakannya dengan hati-hati dan menambahkan
struktur untuk membuat Prezi lebih jelas dan mudah diingat yang mana
mendukung pesan anda.
5. Pesan yang jelas
Buatlah jelas dan ringkas ketika anda memutuskan apa yang akan anda masukan
dalam presentasi anda. Seluruh tujuan presentasi anda adalah untuk
menyampaikan pesan kepada audiens anda, dan Prezi anda seharusnya
memperkuat bukannya melemahkannya.
6. Tidak kacau
Hanya karena anda bisa menaruh banyak hal di kanvas Prezi, tidak berarti anda
harus menaruhnya. Selektif dengan apa yang anda sertakan dan akan membuat
lebih mudah untuk diikuti dan diingat.
dapat dengan mudah menyimpang dari alur yang sudah anda buat di setiap bagian
dari presentasi, kemudian melanjutkannya dari mana anda tinggalkan tadi.
3. Memberikan rasa perjalanan, kegembiraan, dan bakat.Kemampuan untuk
memiliki “gambar besar” yang mana terstruktur dalam presentasi, animasi yang
bagus untuk bergerak melalui itu, dan transisi yang mulus ke video, animasi atau
suara, memungkinkan anda untuk membangun
kegembiraan, intrik dan kecanggihan.
kemampuan, proses, dan sikap yang diperlukan untuk berfikir kritis, serta
kemampuan bekerja berkelompok.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction adalah model
pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam mengajarkan keterampilan
dasar dan didemonstrasikan langsung kepada siswa dengan tahapan yang
terstruktur. Model pengajaran langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya
proses kegiatan belajar mengajar untuk guru dan siswa, sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang
diperoleh dapat meningkat dengan baik pula (Sofiyah, 2010).
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri yaitu: (1) adanya tujuan
pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil
belajar; (2) sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; (3)
sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Menurut Joyce dan
Marsha (dalam Kardi dan Nur, 2000), model pembelajaran DI memiliki lima fase
yang sangat penting. Kelima fase tersebut adalah fase orientasi, fase presentasi
atau demonstrasi, fase latihan terstruktur, fase latihan terbimbing dan fase latihan
mandiri, yang membutuhkan peran berbeda dari pengajar.
Adapun lima fase yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu: (1) guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan
tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar belakang dan
pentingnya materi pembelajaran; (2) guru menginformasikan pengetahuan secara
bertahap atau mendemonstrasikan secara benar; (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama dengan kegiatan
yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS; (4) guru mengamati kegiatan
siswa untuk mengetahui kebenaran pekerjaannya sambil member umpan balik;
dan (5) guru memberikan kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bentuk tugas
(Makhrus, 2007). Menurut Kardi dan Nur (2000), secara sistematis dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
27
aA + bB → cC + dD
C. Orde Reaksi
Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan
pangkat dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Secara garis
besar, beberapa macam orde reaksi diuraikan sebagai berikut:
1. Orde nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.
Bila kita tulis laju reaksinya:
∆[A]
v =- = k[A]0 = k
∆t
2. Orde Satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Bila kita tinjau reaksi
orde satu berikut: A = produk, maka persamaan lajunya:
∆[A]
v =- = k[A]
∆t
3. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Misalnya, A =
produk, maka persamaan lajunya:
∆[A]
v=- = k[A]2
∆t
E. Teori Tumbukan
Menurut teori ini, reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan antar partikel
pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan menghasilkan reaksi, melainkan
hanya tumbukan antar partikel yang memiliki energi cukup yang dapat
melampaui energi aktivasi. Tumbukan yang menghasilkan energi yang cukup
untuk menghasilkan reaksi disebut energi efektif.
31
Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan rata-rata gain
sebesar 0,58 dan mempengaruhi aktifitas siswa secara signifikan sebesar 57,4%.
Rahma (2012), meneliti tentang pengembangan perangkat pembelajaran
model inkuiri berpendekatan SETS materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang
menunjukkan dengan peningkatan skor rata-rata pre test dan post test di tiap
indikator berpikir kritis yaitu 29,45 menjadi 77,08. Skor rata-rata indikator
kemampuan berpikir kritis pada kegiatan diskusi praktikum sebesar 81,10.
Selanjutnya penelitian berpikir kritis juga dilakukan oleh Fathan, dkk., (2013)
menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
kesetimbangan kimia dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata N-
Gain sebesear 54,27%. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan peningkatan
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Konsep yang paling
dikuasai oleh siswa setelah belajar dengan menggunkan courseware MMI
“Chemical Equilibrium” adalah prinsip Le Chatelier dan faktor-fakor yang
mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dengan rata-rata N-Gain 58,64% dan
konsep yang kurang dikuasai siswa adalah kesetimbangan kimia dalam bidang
industri dengan rata-rata N-Gain 46,32%. Indikator keterampilan berpikir kritis
yang paling dikuasai siswa adalah membuat induksi dan mempertimbangkan
induksi dengan rata-rata N-Gain 74,28%, sedangkan yang kurang dikuasai adalah
mengidentifikasi asumsi dengan rata-rata N-gain 45,97%.
Sama halnya Nurohman (2014), juga meneliti tentang keterampilan
berpikir kritis dengan menerapkan pemecahan masalah fisika menggunakan
Model Think Talk Write Berbasis Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB) yang menunjukkan terjadi peningkatan
kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah siswa yang awalnya
memiliki persentase skor tes 64,9% di kegiatan prasiklus meningkat menjadi 72%
di akhir siklus I dan meningkat kembali menjadi 80,2% di akhir siklus II. Hasil
angket juga menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dari persentase
74,2% di kegiatan prasiklus, menjadi 77% di akhir siklus I dan meningkat kembali
menjadi 79,9% di akhir siklus II.
33
mempengaruhi laju reaksi, dan teori tumbukan. Pada pada pokok bahasan laju
reaksi terdapat konsep-konsep yang mememerlukan pemahaman, analisis maupun
penyelidikan (materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi) sehingga
siswa diharapkan dapat menggunakan pola berpikir tingkat tinggi terutama pola
berpikir kritis yang terstruktur dan sistematis melalui tahap Inquiry.
Dalam pembelajaran di kelas, siswa dituntut untuk melakukan dan
mengembangkan komunikasi antar siswa dimana siswa yang kurang mampu dapat
belajar secara mandiri dengan menggantungkan dirinya pada siswa yang lebih
mampu dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis mereka dalam belajar. Dan
sebaliknya guru harus dapat menciptakan suasana kelas yang dapat menimbulkan
komunikasi antar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan baik dan akan menyebabkan interaksi di kelas
yang dapat meningkatkan komunikasi dan kemampuan berpikir kritis siswa
sehingga meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Dengan adanya inquiry, kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Dengan adanya aktifitas
berpikir kritis dan inovatif dari siswa, diyakini dapat menjadi faktor penentu
keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diduga bahwa
ada interaksi antara inquiry dengan media prezi, dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi.
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir,
maka hipotesis dalam rancangan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengaruh model Inquiry dengan media Prezi dan
model Direct Instruction (DI) terhadap hasil belajar siswa.
35