Anda di halaman 1dari 27

Dicetak pada tanggal 2019-11-18

Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisis

Menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2014:89) mengatakan bahwa analisis

adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola selain itu analisis merupakan

cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu

untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan

keseluruhan. Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau

fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan

bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara

lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya

(Satori dan Komariyah, 2014:200).

Nasution dalam Sugiyono (2010:244) melakukan analisis adalah pekerjaan

sulit, memerlukan kerja keras. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk

mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang

dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa

diklasifikasikan berbeda.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis merupakan penguraian suatu

pokok secara sistematis dalam menentukan bagian, hubungan antar bagian serta

hubungannya secara menyeluruh untuk memperoleh pengertian dan pemahaman

yang tepat.

12
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 13

2.2 Berpikir Kritis

2.2.1 Pengertian Berpikir

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:767) berpikir adalah

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan sesuatu. Berpikir

juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami

atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir

juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung,

mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau

membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan

yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari

premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

Berpikir adalah proses yang dialektis, di mana akan ada keadaan tanya

jawab di dalam pikiran seseorang dalam meletakkan hubungan pengetahuannya

(Ahmadi dan Supriyono, 2014:31). Sementara itu para psikolog dalam Feldman

(2012:299) mendefinisikan berpikir sebagai manipulasi terhadap representasi

mental dari informasi. Suatu representasi dapat berbentuk kata, gambaran visual,

suara, dan data dalam modalitas sensori lain yang tersimpan di dalam memori.

Berpikir dapat mengubah suatu representasi tertentu menjadi sesuatu yang baru

bahkan berbeda, sehingga seseorang dapat mengatasi masalah yang sedang

dihadapi dalam hidupnya, membuat suatu keputusan, serta mencapai suatu tujuan

yang diinginkan.

Berpikir juga merupakan aktivitas yang tidak pernah lepas dari kehidupan

sehari-hari, sebab hampir dilakukan oleh manusia setiap saat. Berpikir menjadi

salah satu ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 14

Berpikir adalah aktivitas mental yang dilakukan seseorang ketika sedang

menghadapi sesuatu hal yang terjadi pada dirinya. Berpikir dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007:872) adalah menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Pengertian tersebut menunjukkan

bahwa dalam berpikir, kinerja otak akan sangat berperan aktif dalam mengolah

informasi, hingga melakukan pertimbangan-pertimbangan dan sampai akhirnya

diperoleh suatu keputusan.

Pada dasarnya ciri utama berpikir adalah suatu proses adanya abstraksi,

implikasi, untuk memecahkan masalah. Implikasi adanya proses berpikir peserta

didik dalam pembelajaran berpikir merupakan proses yang penting dalam

pendidikan belajar dan pembelajaran. Berpikir membantu peserta didik untuk

menghadapi persoalan atau masalah dalam proses pembelajaran. Proses berpikir

pada peserta didik dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk membangun

dan membentuk kebiasaan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi dengan baik, benar, efektif dan efisien. Tujuan akhirnya adalah berharap

peserta didik akan menggunakan keterampilan-keterampilan berpikirnya untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata dimasyarakat.

2.2.2 Pengertian Berpikir Kritis

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (dalam Ali, 1991:767) berpikir

adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan sesuatu.

Definisi berpikir kritis menurut Dewey (dalam Fisher, 2009:2) menyebut berpikir

kritis sebagai pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti

mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 15

dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-

kesinpulan yang menjadi kecenderungannya. Berikut adalah contoh-contoh

kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2)

membuat kategori, (3) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (4)

menerangkan sebab, (5) membuat sekuen/urutan, (6) menentukan sumber yang

dipercayai, dan (7) membuat ramalan. Sedangkan definisi berpikir kritis menurut

Hassoubah (2007): Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara

terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.

Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir

tingkat tinggi (higher order thingking). Dalam bidang pendidikan, berpikir kritis

didefinisikan sebagai pembentukan kemampuan aspek logika seperti kemampuan

memberikan argumentasi, silogisme dan pernyataan yang proporsional. Berpikir

adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang

terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman yang

kita kehendaki.

Selanjutnya Alec Fisher (2009:10) mendefinisikan berpikir kritis adalah

interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan

komunikasi, informasi dan argumentasi. Sedangkan menurut Glaser (dalam

Fisher, 2009:3), salah seorang dari penulis Watson-Glaser Critical Thinking

Appraisal (uji kemampuan berpikir kritis yang paling banyak dipakai di seluruh

dunia) mendefinisikan berpikir kritis sebagai:

(1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah


dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2)
pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang
logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-
metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 16

setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti


pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Sedangkan menurut Ennis (dalam Fisher, 2009:4) menyatakan bahwa

berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus

untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Pemikiran yang

masuk akal dan reflektif mengandung makna bahwa seseorang harus

memfokuskan masalah dan mengumpulkan data atau fakta yang logis berdasarkan

permasalahan tersebut sebelum menyimpulkannya. Sehingga seseorang tidak akan

terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Menurut Krulik & Rudnick (2011:43) bahwa yang termasuk berpikir kritis

dalam matematika adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan,

menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam situasi atupun

masalah matematika. Artinya adalah jika menghadapi suatu permasalahan

matematika, maka peserta didik harus memahami dan mendeteksi hal-hal yang

diperlukan untuk keperluan pemecahan masalahnya. Demikian pula apabila

diberikan suatu data atau informasi mengenai persoalan matematika, peserta didik

dapat membuat kesimpulan yang tepat dengan melihat apakah terdapat kontradiksi

atau kejanggalan dalam persoalan tersebut. Peserta didik yang memiliki

kemampuan berpikir kritis akan mempertanyakan segala informasi atau

pengetahuan yang diberikan kepadanya dalam arti yang positif untuk memperoleh

pemahaman yang lengkap dan benar mengenai suatu persoalan. Sehingga secara

garis besar berpikir kritis matematika dapat diartikan sebagai proses yang

melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika, dan pembuktian

matematika.
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 17

Berpikir kritis digunakan untuk membuat dan menyusun konsep yang

lebih jelas, sintesis, menggabung-gabungkan untuk menyusun dan menerapkan

konsep tapi dengan tetap melakukan evaluasi dan mengecek informasi yang

diperoleh. Selain itu berpikir kritis selalu didasarkan pada pengetahuan yang

relevan, dapat dipercaya dan menggunakan alasan yang tepat. Dalam pengertian

ini seseorang dikatakan berpikir kritis bila menanyakan suatu hal, karena tidak

lekas percaya pada keadaan yang baru kemudian mencari informasi dengan tepat.

Kemudian informasi tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah dan

mengelolanya secara logis, efisien dan kreatif sehingga dapat membuat

kesimpulan yang dapat diterima akal. Selanjutnya informasi tersebut digunakan

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan tepat berdasarkan analisis

informasi dan pengetahuan yang dimilikinya.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengertian

kemampuan berpikir kritis yaitu kekuatan berpikir yang harus dibangun pada

siswa sehingga menjadi suatu watak atau kepribadian yang terpatri dalam

kehidupan siswa untuk memecahkan segala persoalan hidupnya dengan cara

mengidentifikasi setiap informasi yang diterimanya lalu mampu untuk

mengevaluasi dan kemudian menyimpulkannya secara sistematis dan mampu

mengemukakan pendapat dengan cara yang terorganisasi. Orang-orang yang

memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya mengenal sebuah jawaban.

Mereka akan mencoba mengembangkan kemungkinan-kemungkinan jawaban lain

berdasarkan analisis dan informasi yang telah didapat dari suatu permasalahan.

Berpikir kritis berarti melakukan proses penalaran terhadap suatu masalah sampai

pada tahap kompleks tentang “mengapa” dan “bagaimana” proses pemecahannya.


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 18

Jadi dengan berpikir kritis dapat digunakan untuk membuat dan menyusun

konsep yang lebih jelas, sintesis, menggabung-gabungkan untuk menyusun dan

menerapkan konsep tapi dengan tetap melakukan evaluasi dan mengecek informasi

yang diperoleh. Selain itu berpikir kritis selalu didasarkan pada pengetahuan yang

relevan, dapat dipercaya dan menggunakan alasan yang tepat. Dalam pengertian ini

seseorang dikatakan berpikir kritis bila menanyakan suatu hal, karena tidak lekas

percaya pada keadaan yang baru kemudian mencari informasi dengan tepat.

Kemudian informasi tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah dan

mengelolanya secara logis, efisien dan kreatif sehingga dapat membuat kesimpulan

yang dapat diterima akal. Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dengan tepat berdasarkan analisis informasi dan

pengetahuan yang dimilikinya.

2.2.3 Tujuan Berpikir Kritis

Sapriya (2011:87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis ialah untuk

menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini adalah melakukan

pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan.

Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir nilai bahkan

mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan

berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat

yang diketahui.

Menurut Lipman dalam Elaine Johnson (2002:144) menyatakan bahwa

layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh kriteria yang

dapat dipertanggungjawabkan. Elaine Johnson (2002:185) juga menyatakan


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 19

bahwa tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang

mendalam.

Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide

atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih

bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana

pendapat yang relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak

benar. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa

membuat kesimpulan dengan mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di

lapangan.

2.2.4 Indikator Berpikir Kritis

Menrut Glaser (1941) dalam Fisher (2009:7) mendaftarkan indikator

kemampuan berpikir kritis yaitu:

1. Mengenal msalah;

2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah

tertentu;

3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan;

4. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan;

5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas;

6. Menganalisis data;

7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan;

8. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah;

9. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan;


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 20

10. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang

ambil;

11. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman

yang lebih luas;

12. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu

dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator berpikir kritis dibagi menjadi 5 kelompok (Ennis dalam Fisher,

2009:8) yaitu: (1) Memberikan penjelasan sederhana (elementari clarification),

(2) Membangun keterampilan dasar (basic support), (3) Menyimpulkan

(inferring), (4) Membuat penjelasan lebih lanjut (Advanced clarification), dan (5)

Mengatur strategi dan taktik (strategis and tactics). Kelima indikator berpikir

kritis ini diuraikan lebih lanjut dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis

No Tahapan Indikator Sub Indikator


(1) (2) (3) (4)
1 Memberi 1. Memfokuskan a. Mengidentifikasi atau merumuskan
penjelasan pertanyaan. pertanyaan
sederhana b. Mengidentifikasi kriteria untuk
(elementary mempertimbangkan kemungkinan
clarification) jawaban
c. Menjaga kondisi berpikir

2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan

b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat
pertanyaan
c. Mengidentifikasi kalimat-kalimat
bukan pertanyaan
d. Mengidentifikasi dan menangani suatu
ketidaktepatan
e. Melihat struktur dari suatu argument
f. Membuat ringkasan
3. Bertanya dan a. Memberikan penjelasan sederhana
menjawab pertanyaan b. Menyebutkan contoh
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 21

(1) (2) (3) (4)


2 Membangun 4. Mempertimbangkan a. Mempertimbangkan keahlian
keterampilan apakah sumber dapat b. Mempertimbangkan kemenarikan
dasar (basic dipercaya atau tidak konflik
support) c. Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
d. Mempertimbangkan reputasi
e. Mempertimbangkan penggunaan
prosedur yang tepat
f. Mempertimbangkan risiko untuk
reputasi
g. Kemampuan untuk memberikan
alasan
h. Kebiasaan berhati-hati

5. Mengobservasi dan a. Melibatkan sedikit dugaan


mempertimbangkan b. Menggunakan waktu yang singkat
laporan observasi antara observasi dan lmaporan
c. Melaporkan hasil observas
d. Merekam hasil observasi
e. Menggunakan bukti-bukti yang benar
f. Menggunakan akses yang baik
g. Menggunakan teknologi
h. Mempertanggungjawabkan hasil
observasi
3 Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan a. Siklus logika Euler
(inference) mempertimbangkan b. Mengkondisikan logika
hasil deduksi c. Menyatakan tafsiran
7. Menginduksi dan a. Mengemukakan hal yang umum
mempertimbangkan b. Mengemukakan kesimpulan dan
hasil induksi hipotesis
c. Mengemukakan hipotesis
d. Merancang eksperimen
e. Menarik kesimpulan sesuai fakta
f. Menarik kesimpulan dari hasil
menyelidiki
8. Membuat dan a. Membuat dan menentukan hasil
menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar
pertimbangan belakang fakta-fakta
b. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan akibat
c. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan penerapan
fakta
d. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan

4 Membuat 9. Mendefinisikan istilah a. Membuat bentuk definisi


penjelasan lebih dan b. Strategi membuat definisi
lanjut (advanced mempertimbangkan c. Bertindak dengan memberikan
clarification) suatu definisi penjelasan lanjut
d. Mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yg disengaja
e. Membuat isi definisi
10. Mengidentifikasi a. Penjelasan bukan pernyataan
asumsi-asumsi b. Mengonstruksi argumen
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 22

(1) (2) (3) (4)


5 Strategi dan 11. Menentukan suatu a. Mengungkap masalah
taktik (strategies tindakan b. Memilih kriteria untuk memper-
and tactics). timbangkan solusi yang mungkin.
c. Merumuskan solusi alternatif
d. Menentukan tindakan sementara
e. Mengulang kembali
f. Mengamati penerapannya
12. Berinteraksi dengan a. Menggunakan argument
orang lain b. Menggunakan strategi logika
c. Menggunakan strategi retorika
d. Menunjukkan posisi, orasi, atau
tulisan
Sumber: Ennis (dalam Fisher, 2009:8)

Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa kemampuan berpikir kritis adalah suatu proses penggunaan kemampuan

berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat,

mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau

dilakukan. Indikator kemampuan berpikir kritis metematika yang digunakan

dalam penelitian mencakup indikator menurut Ennis, yaitu:

1. Memberi penjelasan sederhana;

2. Membangun keterampilan dasar dan membuat penjelasan lebih lanjut;

3. Strategi dan taktik;

4. Menyimpulkan.

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan

oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu.

Menurut Rubenfeld & Scheffer (1999) (dalam Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008)

ada 8 faktor yaitu :


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 23

1. Kondisi Fisik

Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.

Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi yang

menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu kondisi

seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak dapat

berkonsentrasi dan berpikir cepat.

2. Keyakinan diri/ Motivasi

Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan

motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian tujuan.

Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun

pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.

3. Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika terjadi

ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan

mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk

bertindak. Menurut Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat

menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang.

4. Kebiasaan dan Rutinitas

Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis

adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan

kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan

penyelidikan dan ide baru.


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 24

5. Perkembangan Intelektual

Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk

merespons dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau menyatukan

satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik terhadap stimulus.

6. Konsistensi

Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu

ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan waktu

yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.

7. Perasaan

Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :

sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus

mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi

pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang memberikan

kontribusi kepada perasaan.

8. Pengalaman

Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula

menjadi seorang ahli.

2.3 Gaya Kognitif

Slameto (2001) menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan variabel

penting yang mempengaruhi pilihan-pilihan siswa dalam bidang akademik,

kelanjutan perkembangan akademik, cara siswa belajar serta cara siswa dan guru

berinteraksi dalam kelas. Selain itu, kemampuan memecahkan masalah

matematika dengan berbagai macam cara yang berbeda juga dipengaruhi oleh
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 25

gaya kognitif seperti yang dikemukakan Shirley dan Rita (dalam Uno, 2006)

bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berpikir, merasakan,

mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Salah satu gaya

kognitif tersebut adalah gaya kognitif reflektif dan impulsif.

Keefe (dalam Uno, 2006:185) menyatakan bahwa gaya kognitif

merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara

penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun

kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar. Menurut Witkin (dalam

Nasution, 2006), gaya kognitif adalah karakteristik gaya kognitif yang berfungsi

untuk mengungkapkan keseluruhan perseptual dan aktivitas intelektual dalam

konsisten yang tinggi dan cara yang menyebar. Selanjutnya Messick (dalam

Nasution, 2006) mengatakan bahwa gaya kognitif menunjukkan gaya khas

seseorang dalam merasakan, mengingat, berpikir dan memecahkan soal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, gaya kognitif menggambarkan bagaimana

kecenderungan individu memperoleh pengetahuan (kognisi) dan bagaimana

sebuah informasi diproses oleh individu (konseptualisasi). Jadi, gaya kognitif

merupakan kecenderungan individu dalam menerima, mengolah, dan menyusun

informasi serta menyajikan kembali informasi tersebut berdasarkan pengalaman-

pengalaman yang dimiliki.

Desmita (2014:146) mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah

karakteristik individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir, mengingat,

memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi dan memproses

informasi, dan seterusnya) yang bersifat konsisten dan berlangsung lama.


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 26

Setiap individu mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses

informasi. Woolfolk (1995:126) menunjukkan bahwa di dalam gaya kognitif

terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal dan mengorganisasi

informasi. Setiap individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan

mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya. Ada

individu yang cepat merespons dan ada pula yang lambat. Cara-cara merespons

ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas personal. Blacman dan Goldstein,

juga Kominsky sebagaimana diutarakan Woolkfolk (1995) menjelaskan bahwa

banyak variasi gaya kognitif yang diminati para pendidik dan mereka

membedakan gaya kognitif berdasarkan dimensi, yakni (a) perbedaan aspek

psikologis, yang terdiri dari field independence (FI) dan field dependence (FD),

(b) waktu pemahaman konsep, yang terdiri dari gaya impulsif dan gaya reflektif.

Gaya kognitif merupakan karakteristik seseorang dalam menerima,

menganalisis dan merespon suatu tindakan kognitif yang diberikan. Menurut

Basey (2009): “Cognitive Style is the control process or style which is self

generated, transient, situationally determined conscious activity that a learner

uses to organize and to regulate, receive and transmite information and ultimate

behaviour”.

Dari pernyataan Basey, dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif merupakan

proses kontrol atau gaya yang merupakan manajemen diri, sebagai perantara

secara situasional untuk menentukan aktivitas sadar sehingga digunakan seorang

pebelajar untuk mengorganisasikan dan mengatur, menerima dan menyebarkan

informasi dan akhirnya menentukan perilaku. Menurut Kagan, sebagaimana

dikutip oleh Warli (2010), gaya kognitif adalah suatu variasi individu dalam cara
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 27

merasa, mengingat, dan berpikir atau sebagai cara membedakan, memahami,

menyimpan, menjelmakan dan memanfaatkan informasi.

2.3.1 Karakteristik Gaya Kognitif Reflektif

Santrock (dalam Desmita, 2014:147), reflection is a cognitive style in

which individuals think before they act, usually scanning information carefully

and slowly. Gaya reflektif cenderung menggunakan lebih banyak waktu untuk

merespon dan merenungkan akurasi jawaban. Individu reflektif sangat lamban dan

berhati-hati dalam memberikan respons, tetapi cenderung memberi jawaban

secara benar.

Siswa yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan

belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Siswa yang reflektif

biasanya memiliki standar kerja yang tinggi. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa

siswa reflektif lebih efektif dan lebih baik dalam pelajaran disekolah

dibandingkan dengan siswa yang impulsif (Santrock, dalam Desmita, 2014:147-

148).

Sedangkan menurut, Philip (dalam Dian Septi Nur Afifah, 2013:17)

mendefinisikan siswa reflektif mempertimbangkan banyak alternatif sebelum

merespon, sehingga tinggi kemungkinan bahwa respon yang diberikan adalah

benar. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat ditulis bahwa siswa yang

reflektif ialah siswa yang mempunyai karakteristik lambat dalam menjawab soal,

tetapi cermat sehingga jawaban cenderung betul.

Abdurahman Mulyono (2012:135), anak reflektif cenderung menjawab

persoalan secara lebih lambat tetapi hanya membuat sedikit kesalahan.


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 28

Nasution (2006:97) menjelaskan bahwa anak yang reflektif

mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi

yang tidak mempunyai penyelesaian masalah. Jadi seorang reflektif bergantung

pada kecenderungan untuk merefleksi tau memikirkan alternatif kemungkinan

pemecahan suatu masalah.

Sementara itu menurut Kagan, sebagaimana dikutip oleh Warli (2008), ada

dua penggolongan gaya kognitif yaitu gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif

impulsif. Anak yang bergaya kognitif reflektif adalah anak yang memiliki

karakteristik lambat dalam menjawab masalah tetapi cermat atau teliti, sehingga

jawaban cenderung betul. Anak reflektif biasanya lama dalam merespon, namun

mempertimbangkan semua pilihan yang tersedia, mempunyai konsentrasi yang

tinggi saat belajar, sedangkan anak impulsif kurang konsentrasi dalam kelas.

Dari beberapa penjelasan para ahli diatas, dapat disimpulkan anak yang

bergaya kognitif reflektif adalah anak yang memiliki karakteristik menggunakan

waktu yang lama dalam menjawab masalah, tetapi cermat/teliti sehingga jawaban

yang diberikan cenderung benar.

2.4 Tinjauan Pemecahan Masalah

Polya dalam Pengertian dan Hakekat Pemecahan Masalah (Firdaus,

2009) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar

dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat

dicapai. Sementara Sujono dalam Firdaus (2009), melukiskan masalah

matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas,

pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi.


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 29

Gagné, dkk (Firdaus, 2009) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan

pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan

aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan dan konsep

terdefinisi. Dengan kata lain pemecahan masalah dapat dilakukan apabila seorang

siswa telah menguasai aturan dan konsep yang berkaitan dengan masalah

yangdiberikan. Gagné, dkk dalam Firdaus (2009) menambahkan aturan dan

konsep terdefinisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit.

Setelah itu untuk memahami konsep konkrit diperlukan keterampilan dalam

memperbedakan.

Zevenbergen (2004:107-108) menyatakan bahwa dalam memecahkan

masalah perlu memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai, serta

memiliki berbagai macam strategi yang dapat dipilih ketika menghadapi masalah

yang berbeda. Kemampuan pemecahan masalah bagi siswa perlu diupayakan agar

siswa mampu mencari solusi berbagai permasalahan, baik pada bidang

matematika maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin

kompleks. Krulik dan Rudnick (1995) mendefinisikan kemampuan memecahkan

masalah (problem solving) sebagai sarana individu dalam menggunakan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk disintesis dan

diterapkan pada situasi yang baru dan berbeda.

Dalam memecahkan suatu masalah matematika, dapat terjadi setiap siswa

akan menjumpai masalah. Meskipun pemecahan masalah membutuhkan

pemikiran tingkat tinggi, akan tetapi kemampuan pemecahan masalah sebenarnya

dapat dilatihkan. Ide mengenai pemecahan masalah salah satunya dikemukakan

oleh Polya. Polya (Firdaus, 2009) menguraikan langkah-langkah yang dapat

dilakukan dalam pemecahan masalah menjadi 4 yaitu: 1) Memahami masalah; 2)


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 30

Merencanakan penyelesaian; 3) Melaksanakan rencana; dan 4) Memeriksa proses

dan hasil. Memahami masalah (understanding the problem) dimaksudkan untuk

memahami masalah lebih dalam dan seorang problem solver dapat dituntun

dengan beberapa pertanyaan dalam menyelesaikan dan menemukan jawaban dari

permasalahan yang diberikan. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk

memehami masalah diantaranya: apa yang tidak diketahui? data apa yang

diberikan? mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan atau

hubungan lainnya? buatlah gambar dan tulislah notasi yang sesuai! (Polya dalam

Firdaus, 2009).

Polya menambahkan dalam merencanakan penyelesaian (devising a plan)

pertanyaan yang dapat diajukan di antaranya seperti: pernah adakah soal seperti

ini yang serupa sebelumnya diselesaikan? dapatkah pengalaman yang

lamadigunakan dalam masalah yang sekarang?. Sedangkan dalam melaksanakan

rencana (carrying out the plan) dapat diajukan pertanyaan seperti: periksalah

bahwa tiap langkah sudah benar? bagaimana membuktikan bahwa langkah yang

dipilih sudah benar?. Sementara dalam langkah memeriksa hasil dan proses,

diajukan pertanyaan: dapatkah diperiksa sanggahannya? dapatkah jawaban itu

dicari dengan cara lain? (Firdaus, 2009).

2.4.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah oleh Polya

diharapkan siswa dapat lebih runtut dan terstruktur dalam memecahkan masalah

matematika. Ide tentang langkah-langkah pemecahan masalah dirumuskan oleh

beberapa ahli yaitu John Dewey, George Polya, serta Krulik & Rudnick. Carson
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 31

(2007) menuliskan langkah-langkah dalam pemecahan masalah menurut beberapa

ahli tersebut yang disajikan dalam Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Perbandingan dalam Pemcahan Masalah

No John Dewey (1993) George Polya (1988) Krulik dan Rudnick (1980)
1 Mengenali masalah Memahami masalah Membaca (read)
(Confront Problem) (Understanding the
problem)
2 Diagnosis atau Membuat rencana Mengeksplorasi (explore)
pendefinisian masalah pemecahan (Devising a
(Diagnose or define plan)
problem)
3 Mengumpulkan beberapa Melaksanakan rencana Memilih suatu strategi (select a
solusi pemecahan pemecahan (Carrying out strategy)
(Inventory several the plan)
solutions)
4 Mengetes dugaan (Test Memeriksa kembali Penyelesaian (solve)
consequences) (looking back)
5 - - Meninjau kembali dan
mendiskusikan (review and
extend)
Sumber : The Mathematics Educator (Carson)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah dari Polya,

menurut Polya (dalam Hamiyah, 2014:24) langkah-langkah pemecahan masalah

sebagai berikut:

1. Memahami Masalah

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: apa (data) yang

diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi

(syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk

yang lebih operasional (dapat dipecahkan).

2. Merencanakan Penyelesaian

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari

atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan, yang memiliki kemiripan

dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun

prosedur penyelesaian (membuat konjektur).


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 32

3. Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah menjalankan

prosedur yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan

penyeesaian.

4. Memeriksa Kembali Prosedur dan Hasil Penyelesaian

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah menganalisis dan

mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar,

apakah ada prosedur lain yang lebih efektif, apakah prosedur yang dibuat dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sejenis, atau apakah prosedur dapat

dibuat generaliasasinya.

2.4.2 Keterkaitan Berpikir Kritis dengan Pemecahan Masalah

Adapun hubungan indikator kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan

masalah adalah sebagai berikut:

Indikator Berpikir Kritis Pemecaahan Masalah

Memberi penjelasan sederhana Memahami masalah

Menyusun rencana pemecahan


Membangun keterampilan dasar masalah
dan membuat penjelasan lebih
lanjut.
Melaksanakan rencana pemecahan
masalah
Strategi dan taktik

Memeriksa kembali hasil yang


Kesimpulan diperoleh

Gambar 2.1 Hubungan Indikator Berrpikir Kritis dan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah mempunyai keterkaitan dengan berpikir kritis. Hal ini

sesuai dengan pendapat Spliter bahwa berpikir kritis diperlukan dalam pemecahan
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 33

masalah karena dalam pemecahan masalah berpikir kritis memberikan arahan

yang tepat dalam berpikir dan bekerja, serta membantu menemukan keterkaitan

faktor yang satu dengan yang lainnya secara lebih akurat. Siswa yang kritis dalam

pembelajaran matematika akan terbantu dalam memecahkan masalah matematika.

Sebaliknya, seorang siswa yang biasa menyelesaikan masalah matematika akan

cenderung berpikir kritis.

Berpikir kritis tidak hanya berpikir secara analitis, tetapi juga berpikir

secara berbeda. Berpikir kritis mencakup analisis secara kritis untuk memecahkan

masalah. Analisis kritis berguna tidak hanya untuk mengiris, menganalisis

masalah, tetapi juga membantu menemukan cara untuk menemukan akar masalah.

Memahami masalah dengan baik penting untuk dapat memecahkan masalah.

Selain itu berpikir kritis juga secara sistematis menganalisis sebuah informasi

menggunakan pendekatan yang terorganisir berdasarkan logika untuk menguji

keandalan dari sebuah informasi, tidak hanya menerima begitu saja cara

mengerjakan sesuatu hanya karena selama ini begitu cara mengerjakannya dan

menganggap suatu pernyataan benar hanya karena orang lain membenarkannya

(Surya, 2013:46).

Aktivitas dan proses berpikir akan terjadi apabila seorang individu

berhadapan dengan suatu situasi atau masalah yang mendesak dan menantang

serta dapat memicunya untuk berpikir agar diperoleh kejelasan dan solusi atau

jawaban terhadap masalah yang dimunculkan dalam situasi yang dihadapinya.

Kemampuan berpikir kritis matematis sangat diperlukan agar siswa

mampu memecahkan masalah matematika. Tidak berkembangnya kemampuan

berpikir kritis akan menghambat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 34

matematika. Hal ini sejalan dengan pemikiran Sabandar (2007) yang menyatakan

untuk membangun kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika,

siswa perlu dihadapkan pada masalah sehingga ia mengkonstruksi pikirannya

untuk mencari penyelesaian dengan alasan yang jelas.

2.5 Karakteristik Materi Himpunan

Himpunan adalah kumpulan dari objek-objek, yang disebut elemen atau

anggota himpunan, yang terdefinisi dengan jelas. Sebagai contoh, kumpulan dari

semua nama-nama bulan dalam satu tahun merupakan suatu himpunan karena kita

dapat menentukan dengan jelas anggota-anggota dari himpunan tersebut.

Nama himpunan ditulis dengan huruf kapital dan anggotanya ditulis

dengan huruf kecil. Untuk menyatakan suatu himpunan dapat digunakan 3 cara:

(1) dengan katakata atau deskripsi, (2) dengan mendaftar, dan (3) dengan notasi

pembentuk himpunan. Masing-masing contoh tersebut adalah:

A = Himpunan nama-nama hari dalam seminggu

B = {sapi, kerbau, kambing, gajah, kuda }

C = { x | 5 < x < 20, x bilangan genap }

Adapun operasi himpunan secara singkat adalah :

1. Himpunan Irisan

Pengertian: Himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota

himpunan A dan sekaligus merupakan anggota himpunan B juga.

Notasi: A ∩ B = { x | x ∈ A dan x ∈ B}
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 35

2. Himpunan Gabunngan

Pengertian: Himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota

himpunan A saja, anggota B saja, dan anggota persekutuan A dan B.

Notasi: A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B}

3. Himpunan Selisih

Pengertian: Semua anggota A yang tidak menjadi anggota B.

Notasi: A − B = { x | x ∈ A dan x ∈ B}

4. Himpunan Komplemen

Pengertian: Suatu himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota

S yang bukan anggota A.

Notasi: A’ = { x | x ∈ A dan x ∈ S}

Untuk menyatakan suatu himpunan secara visual (gambar) dapat

ditunjukkan dalam suatu Diagram Venn. Diagram Venn pertama kali ditemukan

oleh John Venn, seorang ahli matematika dari Inggris yang hidup pada tahun

1834–1923. Dalam diagram Venn, himpunan semesta dinyatakan dengan daerah

persegi panjang, sedangkan himpunan lain dalam semesta pembicaraan

dinyatakan dengan kurva mulus tertutup sederhana dan noktah-noktah untuk

menyatakan anggotanya.

5. Konsep Himpunan dalam Pemecahan Masalah

Dalam matematika, untuk menyatakan kumpulan benda-benda dengan

jenis atau kelompok yang sama dapat menggunakan himpunan. Penerapan

konsep himpunan pada kehidupan sehari-hari sering kali di jumpai. Salah satunya

misalnya ketika guru menyuruh mencatat nama-nama teman satu kelas yang

absen pada hari tertentu, ketika orang tua menyuruh mencatat nama-nama barang
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 36

kebutuhan sehari-hari yang akan dibeli agar pada waktu belanja tidak terlupakan,

dan masih banyak lagi.

Dengan demikian, banyak permasalahan yang muncul dari materi

himpunan ini. Mulai dari benda-benda yang dapat dikelompokkan dengan jelas,

cara menuliskan suatu himpunan, menyajikan himpunan ke dalam gambar

melalui diagram Venn, hingga operasi himpunan dengan masalah yang lebih

kompleks.

Oleh karenanya, materi himpunan penting untuk dipelajari dan

kemampuan berpikir yang lebih dalam dibutuhkan untuk dapat memecahkan

masalah himpunan terutama untuk soal nonrutin dan soal pemecahan masalah.

Pemberian materi dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn

dalam pemecahan masalah pada tingkat sekolah menengah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan

kreatif.

2.6 Kerangka Teori

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

diskusi dengan salah seorang guru mata pelajaran matematika. Hasil diskusi ini

sebagai gambaran awal penelitian serta dapat digunakan untuk memperkuat hasil

analisis data. Setelah diskusi, didapatkan kelas yang bisa digunakan untuk

penelitian. Kemudian siswa diberikan tes Matching Familiar Figure Test (MFFT)

(Yahaya, dkk, 2005: 93). MFFT merupakan instrumen yang secara luas banyak

digunakan untuk mengukur kecepatan kognitif. Pada MFFT, siswa telah

ditunjukkan sebuah gambar standar dan beberapa gambar variasi yang serupa
Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 37

dimana hanya salah satu dari gambar variasi tersebut sama dengan gambar

standar. Tugas siswa adalah memilih salah satu gambar dari gambar variasi

tersebut yang sama dengan gambar standar. Hasil tes MFFT tersebut kemudian

dianalisis dan dikelompokkan menurut tipe gaya kognitif siswa yang sejenis.

Berdasarkan analisis terhadap jawaban tes kepribadian siswa, didapatkan

beberapa siswa yang bertipe reflektif untuk diberikan tes pemecahan masalah

matematika dan wawancara. Pemberian tes pemecahan masalah matematika untuk

mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa tipe reflektif dalam memecahkan

masalah matematika pada materi himpunan. Sementara wawancara bertujuan

untuk mengkonfirmasikan jawaban siswa pada tes pemecahan masalah

matematika serta untuk menganalisis kemampuan siswa dalam melakukan

berpikir kritis serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil tes

pemecahan masalah matematika dan hasil wawancara dilakukan triangulasi data

yaitu membandingkan data yang diperoleh dari kedua kegiatan tersebut untuk

memperoleh data yang valid.

Berikutnya adalah kegiatan analisis data yang meliputi tiga kegiatan yang

dilakukan secara bersamaan yakni reduksi data, pemaparan data, serta analisis

data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah pemilihan dan

pengidentifikasian data yang memiliki makna, dilakukan agar tidak terjadi

penumpukan data atau informasi yang sama. Pemaparan data adalah

pengklasifikasian sekumpulan informasi agar mudah untuk membaca dan

mengambil kesimpulan.

Alur konsep dalam penelitian ini akan menjadi panduan peneliti selama

penelitian adalah sebagi berikut:


Dicetak pada tanggal 2019-11-18
Id Doc: 58eb1b6581944d154c4a932e 38

Melakukan tes MFFT untuk


menentukan gaya kognitif siswa

Siswa dengan gaya


kognitif tipe reflektif

Siswa dengan gaya belajar reflektif melakukan pemecahan masalah materi Himpunan

Tahapan Indikator Berpikir Kritis Tahap Pemecahan Masalah

Memberi penjelasan Sederhana Memahami masalah

Membangun keterampilan dasar dan Menyusun rencana pemecahan


membuat penjelasan lebih lanjut masalah

Strategi dan taktik Melaksanakan rencana


pemecahan masalah

Kesimpulan Memeriksa kembali hasil yang


diperoleh

Analisis kemampuan, karakteristik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi


berpikir kritis siswa reflektif dalam pemecahan masalah materi himpunan

Deskripsi kemampuan, karakteristik, dan faktor-faktor


yang mempengaruhi berpikir kritis siswa reflektif dalam
pemecahan masalah materi himpunan

Kesimpulan

Ket: : Kegiatan : Hasil : Urutan

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konseptual

Anda mungkin juga menyukai