Anda di halaman 1dari 243

ANALISIS KESALAHAN MENGERJAKAN SOAL

MATEMATIKA MATERI GEOMETRI SISWA KELAS


V (PENELITIAN KUALITATIF SDN DOYONG 2
PERIUK KOTA TANGERANG)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat


memenuhi gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
Nama : Ria Ari Nur Istiawanti
NPM : 13.86.206.226

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Ria Ari Nur Istiawanti


Nomor Pokok Mahasiswa : 13.86.206.226
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal
Matematika Materi Geometri Siswa Kelas V
(Penelitian Kualitatif SDN Doyong 2 Periuk
Kota Tangerang)

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengukuti Sidang Skripsi.

Tangerang, 2 November 2017


Tim Pembimbing: Tanda Tangan:
Pembimbing I,
Candra Puspita Rini, M.Pd ..........................................
NBM. 121 4340

Pembimbing II,
Dayu Retno Puspita, M.Pd ..........................................
NBM. 121 1194

Ketua Program Studi

Najib Hasan, M.Pd


NBM. 752795

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Ria Ari Nur Istiawanti


Nomor Pokok Mahasiswa : 13.86.206.226
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal
Matematika Materi Geometri Siswa Kelas V
(Penelitian Kualitatif SDN Doyong 2 Periuk
Kota Tangerang)

Tanggal Sidang Skripsi : 10 November 2017

Tangerang, 7 Desember 2017


Tanda Tangan
Penguji I,
Erdhita Oktrifianty, M.Pd
NBM. 126 3848 ...............................................
Penguji II,
Ina Magdalena, M.Pd
NBM. ...............................................

Pembimbing I,
Candra Puspita Rini, M.Pd
NBM. 121 4340 ...............................................
Pembimbing II,
Dayu Retno Puspita, M.Pd
NBM. 121 1194 ...............................................

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ketua Program Studi PGSD
Ilmu Pendidikan

Dr.Enawar, S.Pd., M. M., MOS. Najib Hasan, M. Pd


NBM. 819887 NBM. 752795

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ria Ari Nur Istiawanti

NPM : 13.86.206.226

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas : Muhammadiyah Tangerang

Dengan ini menyatakan bahwa judul skripsi “Analisis Kesalahan Mengerjakan

Soal Matematika Materi Geometri Siswa Kelas V (Penelitian Kualitatif SDN

Doyong 2 Periuk Kota Tangerang)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar

karya sendiri dan bukan merupakan hasil jiplakan atau plagiat dari karya orang

lain karena hal tersebut melanggar etika yang berlaku dalam kaidah keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila dikemudian hari ternyata terdapat pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya ini.

Tangerang, 7 Desember 2017

Ria Ari Nur Istiawanti


NPM. 13.86.206.226

v
ABSTRAK

Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal Matematika Materi Geometri Siswa


Kelas V (Penelitian Kualitatif SDN Doyong 2 Periuk Kota Tangerang)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa kelas
V SDN Doyong 2 Kota Tangerang dalam menyelesaikan soal materi geometri
luas dan keliling bangun datar ditinjau dari jenis kesalahan konsep, kesalahan
strategi, kesalahan algoritma, kesalahan operasi hitung, dan kesalahan acak;
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam mengerjakan soal
matematika luas dan keliling bangun datar. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian meliputi 38 siswa kelas
V SDN Negeri Doyong 2 Tangerang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu hasil tes ulangan harian siswa, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu hasil tes ulangan harian, pedoman
observasi, pedoman wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa siswa yang paling banyak mengalami kesalahan adalah pada indikator
kesalahan acak yaitu 39,74%. Kesalahan terbanyak kedua adalah kesalahan
konsep sebesar 19,47%. Kesalahan terbanyak ketiga adalah kesalahan strategi
yaitu sebesar 9,47%. Kesalahan terbanyak keempat adalah kesalahan algoritma
yaitu sebesar 8,68%. Kesalahan terbanyak kelima adalah kesalahan dalam operasi
hitung yaitu sebesar 7,90%. Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam
mengerjakan soal luas dan keliling bangun datar. Rekomendasi pemecahan
masalahnya adalah perlunya pengajaran khusus sebagai pengayaan dan
penyembuhan, menggunakan dan menciptkan metode mengajar yang inovatif dan
kreatif, serta memberikan latihan.

Kata kunci: Analisis kesalahan, Soal Geometri, Siswa Sekolah Dasar

vi
ABSTRACT

Error Analysis The Mathematical Geometry Questions On Working Class V


(Qualitative Research SDN Doyong 2 Periuk In Tangerang)

This study aims to find out the mistakes made by students of grade V SDN Doyong
2 Kota Tangerang in solving the material problem of geometry and flat wandering
around in terms of concept errors, strategy errors, algorithmic errors, calculation
errors, and random error; know the factors that cause errors in working on math
problems and widescreen flat. This research uses qualitative descriptive approach
with research subjects covering 38 students of grade V SDN Negeri Doyong 2
Tangerang. Data collection techniques used are the results of students' daily test,
observation, interview, and documentation. The research instruments used are
daily test results, observation guides, interview guides, and document studies.
Data analysis techniques used are Miles and Huberman models. The results
showed that the students who experienced the most error is the random error
indicator that is 39.74%. The second most mistake is the concept error of 19.47%.
The third mistake is a strategy error of 9.47%. The fourth error is the algorithm
error of 8.68%. The fifth error is the error in the counting operation that is equal
to 7.90%. Factors that cause errors in working on the problem area and around
the wake flat. The problem-solving recommendations are the need for special
teaching as enrichment and healing, using and creating innovative and creative
teaching methods, and providing practice.

Keywords: Error analysis, Geometry Problem, Elementary School Student

vii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Analisis

Kesalahan Mengerjakan Soal Matematika Materi Geometri Siswa Kelas V

(Penelitian Kualitatif SDN Doyong 2 Periuk Kota Tangerang)” disusun untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Studi Strata 1 (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas

Muhammadiyah Tangerang. Selama menyusun skripsi ini, penulis telah banyak

menerima bantuan, kerjasama, dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Dr. H. Ahmad Badawi, S. Pd, SE, MM, selaku rektor Universitas

Muhammadiyah Tangerang yang telah memberikan kesempatan dalam

menyusun skripsi ini.

2. Dr. Enawar, S. Pd., MM., MOS, selaku Dekan FKIP yang telah memberikan

sarana sehingga lancar dalam studi.

3. Najib Hasan, M. Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah

memberikan ijin penelitian.

4. Ayah dan Ibu, selaku Orang Tua yang selalu memberikan doa dan dukungan

untuk kesuksesan putrinya dalam menyusun skripsi.

viii
5. Candra Puspita Rini, M. Pd, selaku Pembimbing Skripsi I dan Dayu Retno

Puspita, M. Pd, selaku Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan

petunjuk, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yakub Prijal, S. Pd. MM, selaku Kepala Sekolah SDN Doyong 2 yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

7. Hj. Setia Susilawati, S. Pd. SD, selaku Guru Kelas V SDN Doyong 2 yang

telah membimbing dan membantu untuk mendapatkan segala informasi saat

penelitian.

8. Rekan-rekan guru SDN Doyong 2 yang telah membantu pelaksanaan

penelitian dan memberikan bimbingan serta semangat.

9. Teman-teman S-1 PGSD khususnya kelas G yang telah memberikan inspirasi

dan semangat.

Semoga semua bantuan dan kemudahan itu mendapatkan ganjaran dari

Allah Subhanahuwata’ala. Akhirnya, harapan penulis semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada umumnya serta

almamater. Semoga Allah senantiasa memberikan Hidayah dan Tufiq-Nya kepada

kita semua, Amin.

Tangerang, November 2017

Penulis,

Ria Ari Nur Istiawanti

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 17

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................17

B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 23

C. Rumusan Masalah .................................................................................... 24

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 24

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 26

A. Landasan Teori .......................................................................................... 26

1. Pembelajaran Matematika di SD ........................................................ 26

1.1 Hakikat Matematika ................................................................... 26

x
1.2 Analisis Kesalahan ..................................................................... 28

1.3 Jenis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Matematika .......... 31

2. Geometri Sekolah Dasar..................................................................... 36

2.1 Tingkat Perkembangan Berpikir Geometri ................................. 36

2.2 Materi Geometri Kelas V SD ...................................................... 45

3. Kesulitan Belajar Matematika ............................................................ 54

4. Tinjauan Teoritik Anak Berkesulitan Belajar .................................... 57

5. Karakteristik Siswa SD Kelas V .........................................................62

B. Penelitian Relevan ..................................................................................... 66

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 71

A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian .................................................. 71

B. Lokasi dan waktu Penelitian .................................................................... 72

C. Sumber dan Jenis Data Penilitian ............................................................. 73

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 74

E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 77

F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 78

G. Keabsahan Data ........................................................................................ 83

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 85

A. Temuan Penelitian ..................................................................................... 85

B. Pembahasan ............................................................................................ 101

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 105

A. Kesimpulan ............................................................................................ 105

B. Saran ....................................................................................................... 106

xi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kesalahan Mengerjakan Soal Matematika ............................35

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ...................................................................................73

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian .............................................................................78

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kesalahan Siswa Mengerjakan Soal Matematika ..........85

Tabel 4.2 Perbandingan Analisis Data ..................................................................99

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bangun Datar Persegi ........................................................................45

Gambar 2.2 Bangun Datar Persegi Panjang ..........................................................46

Gambar 2.3 Bangun Datar Segitiga Sama Kaki ....................................................48

Gambar 2.4 Bangun Datar Segitiga Sama Sisi ......................................................48

Gambar 2.5 Bangun Datar Segitiga Sembarang ...................................................49

Gambar 2.6 Bangun Datar Jajar Genjang .............................................................50

Gambar 2.7 Bangun Datar Belah Ketupat .............................................................51

Gambar 2.8 Bangun Datar Trapesium Siku-Siku .................................................52

Gambar 2.9 Bangun Datar Trapesium Sama Kaki ................................................52

Gambar 2.10 Bangun Datar Trapesium Sembarang .............................................53

Gambar 4.1 Diagram Tingkat Kesalahan Pengerjaan Soal Matematika ...............97

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Soal .................................................................................110

Lampiran 2. Kunci Jawaban ................................................................................112

Lampiran 3. Analisis Kesalahan Siswa ...............................................................115

Lampiran 4. Tabel Rincian Kesalahan ................................................................117

Lampiran 5. Akumulasi Jenis Kesalahan Siswa .................................................118

Lampiran 6. Analisa Kesalahan Hasil Ulangan Harian ......................................119

Lampiran 7. Analisa Hasil Wawancara Siswa ....................................................160

Lampiran 8. Lembar Jawaban Siswa ...................................................................203

Lampiran 9. Surat Keputusan Dosen Pembimbing .............................................209

Lampiran 10. Surat Izin Observasi Awal ............................................................211

Lampiran 11. Lembar Pengesahan Perbaikan Seminar Proposal .......................212

Lampiran 12. Lembar Expert Judgement ............................................................213

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian ......................................................................215

Lampiran 14. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ......................................216

Lampiran 15. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Guru dan Siswa ............................217

Lampiran 16. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru ...........................................218

Lampiran 17. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa .........................................219

Lampiran 18. Pedoman Wawancara Pra Penelitian ............................................220

Lampiran 19. Pedoman Observasi Guru .............................................................221

Lampiran 20. Pedoman Observasi Siswa ............................................................222

Lampiran 21. Pedoman Wawancara Guru ..........................................................223

xv
Lampiran 22. Pedoman Wawancara Siswa .........................................................225

Lampiran 23. Pedoman Instrumen Dokumentasi ................................................226

Lampiran 24. Hasil Wawancara Pra Penelitian ...................................................227

Lampiran 25. Observasi Guru .............................................................................229

Lampiran 26. Observasi Siswa ............................................................................231

Lampiran 27. Wawancara Guru ..........................................................................233

Lampiran 28. Catatan Lapangan .........................................................................235

Lampiran 29. Jurnal Bimbingan Skripsi .............................................................236

Lampiran 30. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ......................................................240

Lampiran 31. Daftar Riwayat Hidup ...................................................................241

xvi
1
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penilaian merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting

dalam peningkatan mutu proses pembelajaran, karena itu hendaknya dilakukan

oleh guru agar dapat memperoleh informasi proses kemajuan belajar siswa dan

informasi keefektifan pembelajaran yang sedang berlangsung. Mengingat hal

tersebut, perlu dilakukan penilaian dalam proses pembelajaran secara terus-

menerus dan berkesinambungan sebagai alat pemantau tentang keefektifan proses

belajar serta kemampuan siswa belajar. Pelaksanaan penilaian harus dilaksanakan

secara insentif dan teratur supaya menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik bagi

siswa. Dengan penilaian dapat dilakukan revisi desain pembelajaran dan strategi

pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian dapat berfungsi sebagai umpan

pembelajaran yang kurang diperhatikan dibandingkan penilaian terhadap hasil

pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik.

Peningkatan mutu pembelajaran dapat berhasil jika didukung dengan

upaya remedial yang dilakukan oleh guru, sehingga strategi pembelajaran dapat

menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Oleh sebab itu, ketika proses

pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, maka

peran penilaian proses pembelajaran menjadi sangat penting. Penilaian merupakan

suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasi informasi

untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.

17
Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas

pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru

merencanakan strategi pembelajaran. Mengacu pada Standar Penilaian Pendidikan

Permendikbud No. 66 Tahun 2013 butir (D), mekanisme dan prosedur penilaian

ayat 6 menyebutkan bahwa:

“Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum

diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) harus mengikuti pembelajaran

remedial”.

Sesuai dengan Permendiknbud tersebut juga disebutkan bahwa ulangan

harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi

Dasar (KD) atau lebih. Ini berarti pelaksanaan remidi tidak perlu menunggu

selesai satu semester, tetapi segera setelah ulangan harian, dimana siswa tidak

mencapai KKM yang ditentukan. Dengan demikian, keefektifan suatu proses

pembelajaran banyak ditentukan oleh peran penilaian dalam proses pembelajaran

itu sendiri. Guru yang hanya mengutamakan penilaian hasil tidak akan

mendapatkan informasi yang akurat tentang siswa yang benar-benar memahami

materi dan siswa yang kurang memahami. Siswa yang dapat menjawab dengan

benar suatu persoalan, belum tentu mengetahui bagaimana mendapatkan jawaban

tersebut. Penilaian dalam proses pembelajaran lebih dapat berfungsi memberikan

informasi tentang siswa yang sudah memahami materi atau yang belum. Penilaian

18
ini berkesinambungan dengan penilaian hasil artinya hasil penilaian dalam proses

pembelajaran akan memberikan sumbangan positif terhadap penilaian hasil.

Oleh karena itu, perlu diupayakan agar guru melakukan penilaian dalam

proses pembelajaran bagi siswa terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Karena

pada tingkat Sekolah Dasar seseorang mulai menerima berbagai pengetahuan

yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga

maupun lingkungan masyarakat. Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan

yang paling dasar dalam pendidikan formal. Di dalam pendidikan Sekolah Dasar,

siswa mulai mempelajari dan memahami apa saja yang terjadi di dalam kehidupan

sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan di Sekolah Dasar.

Perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi

dengan sangat pesat maka diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola,

dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut secara proporsional.

Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang sistematis, logis, dan kritis yang

dapat dikembangkan melalui peningkatan mutu pendidikan yang dikembangkan

melalui penilaian pembelajaran matematika.

Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan pada tingkat

pendidikan sekolah dasar. Marti (2010) mengemukakan bahwa, meskipun

matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang

harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah

sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi penggunaan informasi,

penggunaan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, penggunaan pengetahuan

19
tentang menghitung dan yang terpenting adalah kemampuan melihat serta

menggunakan hubungan-hubungan yang ada (Sundayana, h. 2).

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata

pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang

merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan,

bahkan momok yang menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang

mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika.

Salah satu materi matematika yang diajarkan di SD Kelas V semester 2

adalah geometri. Geometri merupakan salah satu materi dasar yang harus

dipahami siswa untuk melanjutkan pengetahuan selanjutnya. Selain itu, dalam

kehidupan sehari-hari banyak sekali yang ditemui berbagai masalah yang

penyelesaiannya menggunakan konsep geometri. Oleh karena itu, sangat penting

bagi siswa untuk memahami dan menguasai materi geometri sejak berada di

tingkat pendidikan SD.

Berdasarkan hasil penelitian Sulistyowati (2013) menunjukkan bahwa

55,8% siswa kelas V SD di Kota Yogyakarta yang berasal dari 4 sekolah dengan

subjek penelitian sebanyak 43 siswa kelas V melakukan kesalahan ketika

menyelesaikan soal geometri. Pengambilan data dengan memberikan soal tes

tertulis, dengan bentuk soal essay. Dari 6 soal, rata-rata siswa yang dapat

mengerjakan soal dengan benar sebanyak 2,65 soal dan nilai rata-ratanya adalah

44,2. Jenis kesalahan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 tipe: (1)

20
kesalahan tipe-1 yaitu kesalahan konsep; (2) kesalahan tipe-2 yaitu kesalahan

perhitungan; (3) kesalahan tipe-3 yaitu kesalahan prosedur. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan, kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah kesalahan

tipe- 1 yaitu kesalahan konsep. Kesalahan lain adalah kesalahan tipe-3 yaitu

penulisan notasi matematis dan penggunaan satuan.

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa terjadi tidak begitu saja,

melainkan adanya suatu penyebab mengapa siswa melakukan suatu kesalahan

tersebut. Nurkhasanah (2016) dalam penelitiannya di SMPN 1 Mojosongo dengan

subjek penelitian sebanyak 26 siswa, menemukan beberapa faktor penyebab

kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal geometri pengukuran, yaitu kesalahan

konsep sebesar 67,77%, kesalahan prosedur 17,27% dan kesalahan perhitungan

13,95%. Hasil penelitian ini menunjukkan secara keseluruhan siswa lebih banyak

melakukan kesalahan konsep, faktor yang mempengaruhi yaitu siswa yang kurang

memahami materi yang terdapat dalam soal serta kurangnya keterampilan

menggunakan ide-ide geometri dalam memecahkan masalah matematika sehingga

siswa tidak meyadari bahwa apa yang dilakukan dalam menyelesaikan soal

merupakan sebuah kesalahan.

Selanjutnya, berdasarkan wawancara peneliti pada tanggal 1 Desember

2016 dengan guru yang mengajar di SDN Doyong 2 Tangerang memberikan

indikasi bahwa penguasaan konsep matematika masih tergolong rendah. Indikator

proses pembelajaran matematika SDN Doyong 2 memiliki KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum) atau rata-rata hasil belajar siswa sebesar 71. Sedangkan

kemampuan siswa dilihat dari nilai ulangan harian rata-rata 60%. Hal ini

21
ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang melakukan kesalahan dalam

menyelesaikan soal-soal matematika. Salah satu kesalahan yang sangat paling

utama siswa belum mampu dalam operasi hitung dan ketidakmampuan siswa

dalam menghubungkan beberapa konsep dalam relasi yang tepat.

Peneliti memilih kelas V di SDN Doyong 2 dikarenakan di kelas V siswa

telah memperoleh hampir semua materi matematika untuk tingkat SD. Pada

pengerjaan matematika, kesalahan yang dilakukan pada kelas yang lebih atas,

disebabkan karena kesalahan yang dilakukan pada kelas yang lebih bawah. Maka

dengan memilih kelas V dapat dilihat, konsep-konsep atau dasar-dasar

perhitungan manakah yang belum dikuasai oleh siswa mulai dari kelas I sampai

kelas V.

Jika konsep awal yang dipelajari oleh siswa salah maka untuk penerapan

konsep itu pada pengetahuan selanjutnya akan salah juga. Hal tersebut akan

menimbulkan berbagai kesalahan. Namun, kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa bukanlah hal yang negatif karena guru dapat mengambil manfaat dari

kesalahan-kesalahan tersebut untuk memperbaiki pengajaran yang sedang dan

akan berlangsung. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengetahui jenis

kesalahan yang sering muncul dan faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut.

Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar dapat dilihat dari hasil tes

yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik

maka bisa dikatakan proses belajar mengajar berlangsung dengan baik, begitu

pula sebaliknya. Berdasarkan hasil tes, dapat diketahui dimana letak kesalahan

siswa dalam memahami materi yang diberikan. Untuk itu perlu adanya analisis

22
kesalahan siswa dalam mengerjakan soal agar dapat diketahui letak kesalahannya,

masalah itu perlu ditemukan dan dipastikan sumbernya, kemudian ditangani

secara tepat, dengan harapan masalah tersebut dapat diselesaikan. Berdasarkan

kesalahan tersebut guru dapat memberikan tindakan yang tepat sehingga bisa

mengurangi terjadinya kesalahan yang sama dalam menyelesaikan soal-soal

matematika.

Berdasarkan uraian di atas, sangat penting bagi peneliti untuk

menganalisis kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika

materi geometri. Dengan mengungkap kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

berarti telah dilakukannya suatu upaya mencari jalan keluar untuk mengatasi

kesulitan-kesulitan belajar siswa. Dengan demikian diharapkan tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal

Matematika Materi Geometri Siswa Kelas V (Penelitian Kualitatif SDN Doyong 2

Periuk Kota Tangerang)”. Dalam penelitian ini analisis akan dilakukan pada

materi geometri, khususnya materi luas dan keliling bangun datar.

B. Fokus Penelitian

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, peneliti membatasi

permasalahan, yaitu tentang analisis kesalahan mengerjakan soal matematika

materi geometri, khususnya pengukuran luas dan keliling bangun datar.

23
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pencapaian pemahaman geometri siswa kelas V SDN

Doyong 2 Kota Tangerang?

2. Apa saja faktor-faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa kelas V

SDN Doyong 2 Kota Tangerang dalam menyelesaikan soal materi geometri?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pencapaian pemahaman geometri siswa

kelas V SDN Doyong 2 Kota Tangerang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa

kelas V SDN Doyong 2 Kota Tangerang dalam menyelesaikan soal geometri.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

misalnya:

1. Bagi Guru

a) Untuk memperoleh gambaran kemampuan yang dapat dicapai siswa.

b) Untuk memperoleh data tentang jenis kesalahan apa saja yang dilakukan

siswa dalam menyelesaikan soal pada tes.

24
c) Sebagai bahan masukan untuk menindaklanjuti langkah apa yang perlu

daimbil untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

d) Memperbaiki kualitas pembelajaran matematika, terutama pada saat

melaksanakan pembelajaran geometri pengukuran.

2. Bagi Siswa

a) Mengetahui sampai dimana kemampuan yang dapat dicapai siswa.

b) Memperbaiki jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan

soal agar tidak terulang kembali.

c) Memberi pengetahuan dalam memperbaiki cara belajar matematika,

sehingga dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.

3. Bagi Peneliti

a) Memperoleh analisis dan gambaran secara detail mengenai jenis

kesalahan yang dilakukan siswa kelas V SDN Doyong 2 Kota Tangerang

dalam menyelesaikan soal materi geometri pengukuran luas dan keliling

bangun datar.

b) Menjadi sarana untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat

kelulusan studi strata 1.

c) Menambah bekal untuk profesinya kelak.

25
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika di SD

1.1 Hakikat Matematika

Menurut Kline (1981), matematika merupakan bahasa simbolis dan

ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak

melupakan cara bernalar induktif (Abdurrahman, 2012, h. 203). Hal ini

berarti setiap prinsip, teorema, sifat, dan dalil dalam matematika harus

dibuktikan kebenarannya secara formal berdasarkan kebenaran konsistensi.

Jika pernyataan-pernyataan tersebut telah dibuktikan kebenarannya, maka

pernyataan tersebut dapat diterima sebagai komponen sistem matematika.

Dari pengertian ini matematika merupakan ilmu pengetahuan yang melatih

seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode

deduktif secara terstruktur dan dengan menggunakan logika.

Definisi lain yaitu menurut Johnson dan Myklebust (1967) bahwa

matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan.

Sedangkan fungsi teorotisnya untuk memudahkan berpikir (Sundayana, 2013,

h. 2). Hal ini berarti matematika merupakan bekal siswa untuk berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Siswa dapat menunjukkan kemampuan

strategi dalam merumuskan, menafsirkan, dan meyelesaikan model

26
matematika dalam pemecahan masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk

memudahkan berpikir. Dalam hal ini menunjukkan pemahaman konsep

matematika yang dipelajari yaitu mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

Definisi lain sebagaimana yang diungkapkan oleh Paling (1982)

bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,

menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan

pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah

memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan

hubungan-hubungan (Abdurrahman, 2012, h. 203). Hal ini berarti untuk

menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapi diperlukan informasi

yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi, pengetahuan tentang bilangan,

bentuk, dan ukuran, kemampuan untuk menghitung, serta kemampuan untuk

mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan dalam pemecahan

masalah.

Berdasarkan pernyataan dari para ahli matematika di atas dapat

dikatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu deduktif didapat dengan

cara berpikir (bernalar) atau berpikir secara rasional yang berhubungan

dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak, artinya

matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun

secara hierarkis dengan penalarannya deduktif dimana digunakan manusia

berpikir logis dan kritis untuk memecahkan masalah sehari-hari.

27
1.2 Analisis Kesalahan

Dalam kamus Bahasa Indonesia (2008), analisis adalah penyelidikan

suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa

sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya, dan sebagainya (h. 60). Hal

ini berarti analisis adalah sebuah upaya penyelidikan terhadap suatu peristiwa

penyimpangan untuk mencari tahu apa yang meyebabkan suatu peristiawa

peyimpangan itu bisa terjadi.

Menurut Spradley (1980) mengatakan bahwa analisis adalah sebuah

kegiatan untuk mencari suatu pola atau cara berpikir yang berkaitan dengan

pengujian secara sistematis terhadap sesuatu umtuk menentukan bagian dan

hubungannya dengan keseluruhan (Sugiyono, 2014, h. 89). Hal ini berarti

analisis merupakan penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, dan

penjabaran tentang suatu hal untuk mendapatkan pengertian yang tepat.

Definisi lain yaitu menurut Satori dan Komariyah (2014) bahwa

analisis merupakan suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus

kajian menjadi bagian-bagian (decompotion ) sehingga susunan atau tatanan

bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara

lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk

perkaranya (h. 200). Dari pengertian ini analisis merupakan penyelidikan

terhadap suatu peristiwa untuk mendapatkan fakta yang tepat mengenai asal-

usul, sebab, penyebab sebenarnya dengan pemahaman secara keseluruhan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah

sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mencari informasi yang bersifat dasar

28
(fundamental) mengenai satu atau lebih objek secara sistematis dengan

menggunakan metodologi tertentu dengan melakukan suatu penyelidikan

(pemeriksaan) terhadap suatu objek untuk mengetahui dan menentukan

permasalahan atau unsur-unsur yang sesuai dengan tujuan, kemudian dikupas,

diberi ulasan, dan disimpulkan agar dapat dimengerti bagaimana duduk

permasalahannya.

Sedangkan pengertian kesalahan dalam Kamus Bahasa Indonesia

(2008), adalah kekeliruan, perbuatan yang salah dan sebagainya (h. 1206).

Hal ini berarti kesalahan merupakan kekeliruan atau ketidaksempurnaan

untuk melakukan apa yang benar. Menurut Dulay (1982) mengatakan bahwa

kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari

beberapa norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa oang

dewasa (Tarigan, 1988, h. 272). Definisi lain sebagaimana yang diungkapkan

Kamirullah (2005) kesalahan merupakan penyimpangan dari yang benar atau

penyimpangan dari yang telah ditetapkan (h.11).

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan

adalah penyimpangan yang dilakukan dalam meyelesaikan suatu pekerjaan

dari hal yang dianggap benar atau penyimpangan dari prosedur yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Menurut Pateda (1989) bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik

untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan

secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan menggunakan

teori-teori dan prosedur-prosedur (h. 37). Hal ini berarti analisis kesalahan

29
bertujuan untuk menemukan kesalahan, mengklasifikasikan, dan untuk

melakukan tindakan perbaikan yaitu ketika terdapat kesalahan dalam

penyelesaian soal maka perlu mendapat perhatian dan dianalisa guna

menemukan letak kesalahan.

Definisi lain menurut Kridalaksana (1982) mengungkapkan bahwa

analisis kesalahan adalah teknik mengukur kemajuan belajar dengan mencatat

dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dibuat seseorang atau

kelompok (h. 11). Definisi lain sebagaimana yang diungkapkan Ellis (1986)

bahwa analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan

oleh para peneliti dan guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel,

pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan

kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya,

serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan,

2011, h. 60).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis

kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang digunakan oleh para peneliti yang

kegiatannya meliputi kegiatan mengidentifikasi, menjelaskan, dan

mengevaluasi kesalahan. Dalam pembelajaran, seorang guru sebaiknya

melakukan analisis terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Analisis

yang dilakukan berupa mencari tahu jenis dan penyebab kesalahan siswa.

Analisis kesalahan yang akan dilakukan pada penelitian ini merupakan

penyelidikan terhadap penyimpangan-penyimpangan atas jawaban yang benar

30
dan bersifat sistematis dari siswa kelas V SDN Doyong 2 Kota Tangerang

dalam meyelesaikan soal geometri khususnya luas dan keliling bangun datar.

1.3 Jenis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Matematika

Dalam pembelajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan kepada

siswa disebut soal. Soal matematika diberikan kepada siswa sebagai alat

evaluasi untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

suatu materi. Dari hasil evaluasi ini dapat diketahui sejauh mana keberhasilan

proses belajar mengajar dan letak kesalahan siswa. Untuk meningkatkan hasil

belajar matematika maka sumber kesalahan yang dilakukan siswa harus dapat

segera diatasi karena siswa akan selalu mengalami kesulitan jika kesalahan

sebelumnya tidak diperbaiki terutama soal yang memiliki karakteristik yang

sama. Sehingga dengan menganalisis kesalahan siswa, guru dapat mengetahui

hasil belajar siswa yang nantinya dapat digunakan untuk memperbaiki proses

belajar mengajar berikutnya.

Pembelajaran matematika memerlukan tahap-tahap hirarkis, yakni

bentuk belajar yang terstruktur dan terencana berdasarkan pengetahuan dan

latihan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk mempelajari materi

selanjutnya. Namun pada umumnya siswa kurang memahami dan menguasai

hal tersebut yang berakibat timbulnya kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal matematika. Kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan

berpengaruh terhadap pemahaman konsep berikutnya karena matematika

merupakan kajian atau pelajaran yang terstruktur. Ada beberapa sebab

31
terjadinya kesalahan siswa dalam meyelesaikan soal-soal matematika, yaitu

kesalahan dalam mengerjakan soal, kesalahan dalam menggunakan rumus,

kesalahan dalam operasi hitung, ataupun kesalahan dalam menyimpulkan.

Lerner (1981) mengemukakan berbagai kesalahan umum yang

dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, yaitu

kurangnya pemahaman tentang simbol, kurangnya pemahaman tentang nilai

tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan tulisan

yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak

mampu lagi membaca tulisannya sendiri (Abdurrahman, 2012, h. 213).

Berikut ini merupakan uraian indikator jenis-jenis kesalahan tersebut:

1. Kesalahan dalam pemahaman tentang simbol, indikatornya adalah siswa

tidak memahami simbol-simbol seperti sama dengan (=), tidak sama

dengan (≠), tambah (+), kurang (-), bagi (÷), dan kali (𝑥).

2. Kesalahan pada nilai tempat, indikatornya adalah siswa tidak memahami

satuan, puluhan, ratusan, dan sebagainya.

3. Kesalahan proses, indikatornya adalah kesalahan siswa yang

mempertukarkan simbol-simbol, jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa

memperhatikan nilai tempat, alogaritma yang keliru dan tidak

memperhatikan nilai tempat, digit ditambahkan dari kiri ke kanan dan

tidak memperhatikan nilai tempat, dan dalam menjumlahkan puluhan

digabungkan dengan satuan.

32
4. Kesalahan perhitungan, indikatornya adalah kesalahan siswa dalam

melakukan operasi hitung matematika seperti penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian.

5. Kesalahan pada tulisan yang tidak dapat dibaca, indikatornya adalah

siswa tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk huruf atau

angkat yang tidak tepat.

Sebagaimana yang uraikan oleh Widdiharto (2008) bahwa

pembelajaran matematika merupakan pemecahan masalah atau lebih

mengutamkan proses daripada produk atau hasil akhir. Ia menggolongkan

jenis-jenis kesalahan yangs sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika, diantaranya sebagai berikut (h. 41):

1. Kesalahan pemahaman konsep, yaitu kesalahan yang dilakukan siswa

karena salah memahami konsep materi.

2. Kesalahan penggunaan operasi hitung, yaitu kesalahan siswa akibat salah

perhitungan dalam operasi hitung pengurangan, penjumlahan, perkalian,

dan pembagian.

3. Kesalahan dalam algoritma yang tidak sempurna, yaitu kesalahan siswa

dalam menerapkan prosedur penyelesaian.

4. Kesalahan acak, yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena siswa

mengerjakan soal dengan serampangan.

Pendapat lain mengenai kesalahan yang dilakukan siswa adalah

menurut Sriarti (1994). Ia menggolongkan beberapa kesalahan yang

dilakukan siswa dalam mengerjakan soal matematika antara lain:

33
1. Kesalahan dalam membuat pemodelan matematika.

2. Kesalahan konsep, yeitu kesalahan yang terjadi dalam memahami konsep

matematika.

3. Kesalahan strategi, yaitu kesalahan yang terjadi karena siswa memilih

cara mengerjakan yang tidak tepat.

4. Kesalahan sistematik, yaitu kesalahan yang berkenaan dengan pemilihan

yang salah atas teknik ekstrapolasi.

5. Kesalahan tanda, yaitu kesalahan dalam memberikan atau menulis tanda

atau notasi matematika.

6. Kesalahan hitung, yaitu kesalahan dalam operasi hitung matematika.

(Sulistyowati, E. (2013). Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal Geometri

pada Siawa Kelas V SD/MI di Kota Yogyakarta).

(http://journal.uad.ac.id/index.php/JPSD/article/download/2517/pdf_7.

diakses 25 November 2016).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat digunakan peneliti

untuk mengklasifikasikan jenis-jenis kesalahan yang digunakan dalam dalam

menyelesaikan hasil tes soal matematika yaitu:

1. Kesalahan konsep, indikatornya yaitu kesalahan yang dilakukan siswa

karena salah dalam memahami konsep materi geometri tentang luas dan

keliling bangun datar, kesalahan dalam menentukan rumus untuk

menjawab suatu masalah dan penggunaan rumus tidak sesuai dengan

kondisi prasyarat berlakunya rumus.

34
2. Kesalahan strategi, indikatornya yaitu kesalahan yang dilakukan siswa

karena ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan dan memilih

beberapa konsep atau cara dalam relasi yang tepat dan siswa tidak dapat

mensubstitusikan nilai variabel ke dalam rumus.

3. Kesalahan algoritma, indikatornya yaitu kesalahan dalam menerapkan

prosedur penyelesaian dan siswa tidak dapat mengetahui proses/

algoritma untuk menyelesaikan soal tersebut meskipun sudah

menentukan rumus dengan tepat.

4. Kesalahan operasi hitung, indikatornya yaitu kesalahan yang disebabkan

karena siswa salah menghitung, akan tetapi konsep matematika yang

digunakan sudah benar dan tidak mampu menjalankan tahapan-tahapan

operasi hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal.

5. Kesalahan acak, indikatornya yaitu kesalahan yang dilakukan siswa

karena tidak tahu apa yang harus dilakukan sehingga jawabannya sama

sekali tidak ada kaitannya dengan soal yang ditanyakan, siswa tidak

menjawab soal, dan siswa menyimpulkan tanpa alasan yang benar.

Tabel 2.1
Indikator Kesalahan Mengerjakan Soal Matematika
No. Tipe Kesalahan Indikator
1. Kesalahan Konsep a. Kesalahan yang dilakukan siswa karena
salah dalam memahami konsep materi
geometri tentang luas dan keliling
bangun datar.
b. Kesalahan dalam menentukan rumus
untuk menjawab suatu masalah
c. Penggunaan rumus tidak sesuai dengan
kondisi prasyarat berlakunya rumus.
2. Kesalahan Strategi a. Kesalahan yang dilakukan siswa karena
ketidakmampuan siswa dalam
menghubungkan dan memilih beberapa

35
konsep atau cara dalam relasi yang tepat
b. Siswa tidak dapat mensubstitusikan nilai
variabel ke dalam rumus.
3. Kesalahan a. Kesalahan dalam menerapkan prosedur
Algoritma penyelesaian.
b. Siswa tidak dapat mengetahui proses/
algoritma untuk menyelesaikan soal
tersebut meskipun sudah menentukan
rumus dengan tepat.
4. Kesalahan Operasi a. Kesalahan yang disebabkan karena siswa
Hitung salah menghitung, akan tetapi konsep
matematika yang digunakan sudah benar.
b. Tidak mampu menjalankan tahapan-
tahapan operasi hitung yang digunakan
untuk menyelesaikan soal.
5. Kesalahan Acak a. Kesalahan yang dilakukan siswa karena
tidak tahu apa yang harus dilakukan
sehingga jawabannya sama sekali tidak
ada kaitannya dengan soal yang
ditanyakan.
b. Siswa tidak menjawab soal.
c. Siswa menyimpulkan tanpa alasan yang
benar.

2. Geometri Sekolah Dasar

2.1 Tingkat Perkembangan Berpikir Geometri

Salah satu materi matematika yang diajarkan di SD Kelas V semester

2 adalah geometri. Geometri merupakan salah satu materi dasar yang harus

dipahami siswa untuk melanjutkan pengetahuan selanjutnya. Selain itu, dalam

kehidupan sehari-hari banyak sekali yang ditemui berbagai masalah yang

penyelesaiannya menggunakan konsep geometri. Oleh karena itu, sangat

penting bagi siswa untuk memahami dan menguasai materi geometri sejak

berada di tingkat pendidikan SD. Menurut Hiele (1957-1959) ada tiga unsur

utama dalam pembelajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran, dan

metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga unsur utama tersebut dilalui

36
secara terpadu, maka akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa

kepada tahapan berpikir yang lebih tinggi (Karso, 2014, h. 1.21).

Adapun tahapan-tahapan anak belajar Geometri menurutnya ada 5

tahapan, yaitu pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan akurasi (Walle,

2006, h. 151-154) . Berikut dipaparkan penjelasannya:

a. Tingkat 0: Visualisasi

Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini siswa

melihat bangun geometri secara keseluruhan, tetapi belum mengenal sifat-sifat

bangun seperti pada tingkat berikutnya. Oleh karena itu, pada tingkat ini siswa

tidak dapat memahami dan menentukan sifat geometri dan karakteristik

bangun yang ditunjukkan. Misalnya jika siswa telah mengenal segitiga,

bujursangkar, bola, kubus, dan semacamnya, tetapi ia belum mengetahui sifat-

sifat segitiga, bujurangkar, bola, kubus, dan semacamnya itu. Ia belum tahu

bahwa sisi-sisi kubus berbentuk bujursangkar ada sebanyak 6, rusuknya ada

12 dan sebagainya. Ia belum tahu bujursangkar itu keempat sisinya sama

panjang dan keempat sudutnya siku-siku.

Pada tingkat ini siswa mengidentifikasi, memberi nama,

membandingkan dan mengoperasikan bangun geometri sesuai dengan

penampakannya.

1. Siswa mengidentifikasi bangun berdasarkan penampakannya secara

utuh:

a) Dalam gambar sederhana atau seperangkat guntingan;

b) Dalam posisi yang berbeda;

37
c) Dalam bentuk yang lebih kompleks.

2. Siswa melukis, menggambar, atau menjiplak bangun.

3. Siswa memberi nama dan memberi label konfigurasi geomteri lainnya

menggunakan nama baku atau tidak baku dan memberi label yang

sesuai.

4. Siswa membandingkan atau mensortir bangun berdasarkan penampakan

bentuknya secara utuh.

5. Secara verbal siswa mendeskripsikan bangun dengan penampakan

bentuknya secara utuh.

6. Siswa menyelesaikan soal-soal rutin dengan mengoperasikan pada

bangun dengan tidak menggunakan sifat-sifat secara umum.

7. Siswa mengidentifikasi bagian-bagian bangun, tetapi tidak:

a) Menganalisis bangun dalam istilah bagian-bagiannya;

b) Berpikir tentang sifat-sifat sebagai karakteristik kelas bangun;

c) Membuat generalisasi tentang bangunatau menggunakan bahasa

yang sesuai.

b. Tingkat 1: Analisis

Tingkat ini sering disebut juga tingkat deskriptif. Pada tingkat ini,

siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri, ciri-ciri, dan sifat

karakteristik bangun walaupun siswa belum memahami hubungan timbal balik

diantara jenis bangun yang berbeda. Siswa juga sepenuhnya belum memahami

penggunaan definisi. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan

bahwa suatu bangun merupakan persegi panjang karena bangun itu

38
“mempunyai empai sisi, garis yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya

siku-siku”. Namun siswa belum bisa menyatakan bahwa persegi panjang juga

merupakan jajar genjang.

Pada tingkat ini siswa menganalisis bangun-bangun dalam istilah

bagian-bagiannya dan hubungan antar bagian, menentukan sifat-sifat dari

kelas bangun secara empiris dan menggunakan sifat-sifat untuk memecahkan

masalah.

1. Siswa mengidentifikasi dan menguji hubungan-hubungan di antara

bagian-bagian suatu bangun.

2. Siswa mengingat dan menguunakan perbendaharaan yang sesuai untuk

bagian-bagiandan hubungan-hubungan.

3. Siswa membandingkan dua bangun sesuai dengan hubungan di antara

bagian-bagiannya.

4. Siswa mensortir bangun dalam cara-cara berbeda sesuai dengan sifat-

sifat tertentu.

5. Siswa menginterpretasikan dan menggunakan deskripsi verbal tentang

bangun dalam istilah sifat-sifatnya, menggambar bangun dari deskripsi

tersebut.

6. Siswa menginterpretasikan pernyataan verbal atau simbolik tentang

aturan-aturan dan menerapkannya.

7. Siswa menemukan sifat-sifat bangun tertentu secara empiris dan

menggeneralisasikan sifat kelas bangun tersebut.

8. Siswa mendeskripsikan kelas bangun dalam istilah sifat-sifatnya.

39
9. Siswa mengatakan apakah bentuk suatu bangun, jika diberikan sifat-

sifat tertentu.

10. Siswa mengeidentifikasi sifat mana yang diguankan untuk

mengkategorikan satu kelas bangun berlaku pada kelas bangun yang

lain, membandingkan kelas-kelas sesuai dengan sifatnya.

11. Siswa menemukan sifat-sifat kelas bangun yang tidak bisa dikenal.

12. Siswa menyelesaikan soal geometri dengan menggunakan sifat-sifat

bangun yang sudah diketahui atau dengan pendekatan penuh

pemahaman.

13. Siswa memformulasikan dan menggunakan generalisasi tentang sifat-

sifat bangun dan menggunakan bahasa yang sesuai (misalnya semua,

setiap, tidak satupun), tetapi tidak:

a) Menjelaskan bagaimana sifat-sifat tertentu suatu bangun adalah

berkaitan;

b) Memformulasikan dan menggunakan definisi formal;

c) Menjelaskan hubungan subkelas tanpa mengecek contoh-contoh

khusus yang bertentangan dengan daftar sifat-sifat yang diberikan.

d) Melihat perlunya bukti atau penjelasan logis dari generalisasi yang

ditemukan secara empiris, atau menggunakan bahas ayang sesuai

(misalnya jika-maka, karena).

c. Tingkat 2: Deduksi Informal

Tingkat ini disebut jua tingkat abstraksi, tingkat pengurutan, atau

tingkat rasional. Pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami dan

40
menggunakan definisi. Siswa juga sudah bisa memahami hubungan antar

bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa

sudah bisa memahami bahwa setiap persegi juga merupakan persegi panjang,

karena persegi juga memiliki ciri-ciri seperti persegi panjang. Siswa dapat

membuat deduksi sederhana dan mungkin dapat mengikuti pembuktian formal

untuk membuktikan suatu masalah, tetapi belum memahami pentingnya

penggunaan suatu aksioma untuk membangun suatu bukti.

Pada tingkat ini, siswa memahami hubungan dalam dan antar bangun.

Siswa mampu memformulasikan dan menggunakan definisi, memberikan

argumen informal dan menyusun urut sifat yang diberikan sebelumnya, serta

mengikuti dan memberikan argumen deduktif informal.

1. Siswa mengidentifikasi argumen yang berbeda dari sifat yang

mengkarakterisasi kelas bangun dan mengujinya.

2. Siswa mengidentifikasi argumen minimun dari sifat-sifat yang dapat

mengkarateristik bangun.

3. Siswa merumuskan dan menggunakan definisi untuk kelas bangun.

4. Siswa memberikan argumen informal (menggunakan diagram,

menggunakan potongan bangun yang dilipat, dan lain-lain) yaitu:

a) Menggambarkan suatu kesimpulan, memberikan alasan kesimpulan

menggunakan logika yang sesuai;

b) Mengurutkan kelas suatu bangun;

c) Mengurutkan dua sifat;

d) Menemukan sifat baru dengan deduksi;

41
e) Menghubungkan beberapa sifat pada sebuah pohon keluarga.

5. Siswa memberikan argumen deduktif informal, yaitu:

a) Mengikuti suatu argumen deduktif dan dapat melengkapi bagian

argumen;

b) Memberikan suatu ringkasan atau variasi argumen deduktif;

c) Memberikan argumen deduktif miliknya.

6. Siswa memberikan lebih dari satu penjelasan untuk membuktikan

sesuatu dan memberikan alasan penjelasan tersebut.

7. Secara informal siswa mengenali perbedaan di antara pernyataan dan

konvensinya.

8. Siswa mengidentifikasi dan menggunakan strategi atau memberi alasan

bermakna untuk memecahkan masalah.

9. Siswa mengenali peran dari argumen deduktif dan pendekatan argymen

dalam arti deduktif, tetapi tidak:

a) Memahami arti deduktif pada pengertian aksiomatik (misalnya

tidak melihat perlunya definisi dan asumsi dasar);

b) Membedakan secara formal antar pernyataan dan konversnya;

c) Bisa membangun antar hubungan di antara jaringan teorema.

d. Tingkat 3: Deduksi

Pada tahap ini, siswa telah mampu menarik kesimpulan secara

deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju ke hal-

hal yang bersifat khusus. Siswa sudah mulai memahami perlunya mengambil

kesimpulan secara deduktif. Pada tahap ini siswa sudah memahami pentingnya

42
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, aksioma atau postulat, dan dalil atau

teorema, tetapi ia belum bisa mengerti mengapa sesuatu itu dijadikan postulat

atau dijadikan dalil. Misalnya siswa dapat dengan jelas mengamati bahwa

garis diagonal daris sebuah persegi panjang saling berpotongan, sebagaimana

siswa pada tingkat rendahpun dapat melakukannya.

Siswa membangun suatu sistem aksioma, teorema dan hubungan di

antara jaringan teorema.

1. Siswa mengukur perlunya unsur-unsur pangkal dan definisi.

2. Siswa mengenal karakteristik suatu definisi formal.

3. Siswa membuktikan dalam struktur aksiometri secara formal.

4. Siswa membuktikan hubungan di antara teorema dan pernyataan yang

terkait.

5. Siswa membandingkan dan mengkontraskan perbedaan bukti teorema.

6. Siswa menguji efek perubahan definisi awal dalam urutan logis.

7. Siswa membangun suatu prinsip umum yang mencakup beebrpaa

terema yang berbeda.

8. Siswa mengkreasikan bukti dari kumpulan aksioma sederhana yang

menggunakan model yang mendukung argumen.

e. Tingkat 4: Rigor

Tingkat ini disebut juga tingkat akurasi. Pada tahap kelima ini siswa

sudah mulai menyadari pentingnya ketepatan prinsip-prinsip dasar yang

melandasi suatu pembuktian. Tahap berpikir ini merupakan tahap berpikir

yang paling tinggi, rumit, dan kompleks.

43
1. Siswa secara rigor membangun teorema dalam sistem aksioma yang

berbeda, menganalisa atau membandingkan sistem tersebut.

2. Siswa secara rigor membangun teorema aksiomatik yang berbeda.

3. Siswa menemukan metode umun untuk mengenal kelas masalah.

4. Siswa mencari konteks yang lebih luas untuk teorema atau prinsip

matematika yang akan diaplikasikan.

5. Siswa melakukan studi yang lebih dalam dari logika untuk

mengembangkan pengertian baru dan pendekatan untuk memabngun

pengertian yang logis.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, beberapa tingkat perkembangan

berpikir geometri Menurut Hiele, dapat disimpulkan bahwa tingkatan-

tingkatan tersebut bertahap, untuk sampai pada tiap-tiap tingkatan di atas 0,

siswa harus menempuh tingkatan sebelumnya. Tingkatan- tingkatan tersebut

tidaklah bergantung usia seperti pada tahap perkembangan piaget.

Pengalaman geometri merupakan faktor tunggal dalam mempengaruhi

perkembangan dalam tingkatan-tingkatan tersebut diperoleh dengan kegiatan-

kegiatan yang memberi kesempatan siswa untuk menelusuri, berdiskusi, dan

berinteraksi dengan materi. Semua anak mempelajari geometri dengan

mealalui tingkatan-tingkatan tersebut dengan urutan yang sama dan tidak

dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seorang

siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa

yang satu dengan siswa yang lain. Selain itu, proses perkembangan dari

tingkat yang satu ke tingkat berikutnya terutama tidak ditemtukan olehumur,

44
kematangan biologis, tetapi lebih bergantung pada pengajaran dari guru dan

proses belajar yang dilalui siswa.

2.2 Materi Geometri Kelas V SD

Luas dan keliling suatu bangun datar terus menjadi kebingungan

siswa. Hal itu disebabkan keduanya melibatkan daerah yang diukur atau

karena siswa diajarkan rumus-rumus untuk kedua konsep tersebut dan

cenderung tertukar. Dalam penelitian ini, materi geometri yang akan dibahas

menggunakan buku Ariani (2010) adalah pengukuran luas dan keliling

bangun datar persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang, belah ketupat,

trapesium, dan lingkaran.

1. Persegi

a. Pengertian persegi

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ariani (2010) bahwa persegi

merupakan suatu bentuk bangun datar yang semua sisinya sama panjang

(h. 43).

Gambar 2.1
Bangun Datar Persegi
Sumber : Ariani (2010: 43)

b. Sifat-sifat persegi

1) Semua sisinya sama panjang

2) Semua sudutnya siku-siku

45
3) Kedua diagonalnya sama panjang

4) Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.

c. Keliling persegi

Untuk setiap persegi dengan panjang sisi = s dan keliling = K, maka:

𝐾 =𝑠+𝑠+𝑠+𝑠
= 4𝑥𝑠

d. Luas Persegi

Untuk setiap persegi dengan panjang sisi = s dan luas daerah persegi = L,

maka:

𝐿=𝑠𝑥𝑠
= 𝑠2

2. Persegi panjang

a. Pengertian persegi panjang

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ariani (2010) bahwa persegi

panjang merupakan jajar genjang yang semua sudutnya siku-siku (h. 42).

Gambar 2.2
Bangun Datar Persegi Panjang
Sumber : Ariani (2010: 41)

b. Sifat-sifat persegi panjang

1) Sisi yang berhadapan sama panjang

2) Semua sudutnya siku-siku

46
3) Kedua diagonalnya sama panjang

4) Kedua diagonalnya saling membagi dua

c. Keliling persegi panjang

Untuk setiap persegi panjang dengan panjang = p; lebar = l; dan keliling

= K, maka:
𝐾 = (𝑝 + 𝑙) + (𝑝 + 𝑙)
= 2 𝑥 (𝑝 + 𝑙)

d. Luas persegi panjang

Untuk setiap persegi panjang dengan panjang = p; lebar = l; dan luas

daerah persegi panjang = L, maka:

𝐿=𝑝𝑥𝑙

3. Segitiga

a. Pengertian segitiga

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ariani (2010) bahwa segitiga

merupakan bangun datar yang dibentuk oleh tiga ruas garis yang tidak

segaris dan tiap ujung ruas garis yang satu berpotongan dengan salah satu

ujung ruas garis yang lain sehingga membentuk tiga buah sudut (h. 25-

32). Ada tiga jenis segitiga berdasarkan panjang sisi-sisinya yaitu segitiga

sama kaki, segitiga sana sisi, dan sigitiga sembarang. Segitiga samakaki

adalah segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang dan dua sudut sama

besar.segitiga sama kaki memiliki satu simetri lipat karena hanya

memiliki satu sumbu simetri. Gambar dibawah ini adalah contoh segitiga

47
sama kaki. Panjang sisi AB sama dengan sisi AC. Besar sudut B sama

dengan besar sudut C.

Gambar 2.3
Bangun Datar Segitiga Sama Kaki
Sumber : Ariani (2010: 27)

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang mempunyai tiga sisi sama

panjang, tiga sudut lancip sama besar, tiga simetri lipat, dan tiga simetri

putar. Segitiga di bawah ini adalah segitiga sama sisi. Sisi AB, BC, dan

AC memiliki panjang yang sama. Sudut A, B, dan C membentuk sudut

lancip yang sama besar, yaitu 600.

Gambar 2.4
Bangun Datar Segitiga Sama Sisi
Sumber : Ariani (2010: 27)

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak sama

panjang dan ketiga sudutnya tidak sama besar. Segitiga berikut ini adalah

segitiga sembarang dengan panjang sisinya 𝐴𝐵 ≠ 𝐵𝐶 ≠ 𝐴𝐶 dan besar <

𝐴 ≠ < 𝐵 ≠ < 𝐶.

48
Gambar 2.5
Bangun Datar Segitiga Sembarang
Sumber : Ariani (2010: 28)

b. Keliling segitiga

Keliling segitiga adalah jumlah panjang sisi-sisi segitiga. Jika sebuah

segitiga panjang sisi-sisinya adalah a, b, dan c, pada setiap segitiga

dengan keliling = K, maka:

𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐴𝐶

c. Luas segitiga

Untuk setiap segitiga dengan alas = a; dan tinggi = t; dan luas daerah

segitiga = L, maka:

𝐿 = 12 𝑥 𝑎 𝑥 𝑡

4. Jajargenjang

a. Pengertian jajar genjang

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ariani (2010) bahwa jajar genjang

merupakan suatu bentuk bangun datar yang dibentuk oleh dua pasang sisi

berhadapan yang sejajar dan smaa panjang. Bangun datar imi juga

memiliki dua pasang sudut yang masing-masing sama besar dengan sudut

dihadapannya (h. 39 - 41).

49
Gambar 2.6
Bangun Datar Jajar Genjang
Sumber : Ariani (2010: 41)

b. Sifat-sifat jajar ganjang

1) Sisi yang berhadapan sama panjang

2) Sudut-sudut yang berhadapan sam besar

3) Jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan adalah 1800

4) Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang

c. Keliling jajargenjang

Keliling jajargenjang adalah dua kali jumlah sisi yang tidak sejajar.

Dimana keliling = K, maka:

𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐴𝐷
= 2 (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 )

d. Luas jajargenjang

Untuk setiap jajargenjang dengan panjang alas = a; tinggi = t; dan luas =

L maka:
𝐿=𝑎𝑥𝑡

50
5. Belah ketupat

a. Pengertian belah ketupat

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ariani (2010) bahwa belah ketupat

merupakan jajar genjang yang keempat sisinya sama panjang. Belah

ketupat merupakan segi empat yang sisi-sisi berhadapannya sejajar dan

sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar (h. 47–48).

Gambar 2.7
Bangun Datar Belah Ketupat
Sumber : Ariani (2010: 48)

b. Sifat-sifat belah ketupat

1) Sisi-sisinya sama panjang

2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

3) Jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan adalah 1800

4) Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang

c. Keliling belah ketupat

Untuk setiap belah ketupat dengan panjang sisi = s dan keliling = K,

maka:
𝐾 =𝑠+𝑠+𝑠+𝑠

= 4𝑥𝑠

d. Luas belah ketupat

Untuk setiap belah ketupat dengan panjang diagonalnya a dan b serta luas

daerah belah ketupat = L, maka:

51
𝐿 = 12 𝑥 (𝑎 𝑥 𝑏)

6. Trapesium

a. Pengertian trapesium

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ariani (2010) bahwa trapesium

merupakan suatu bentuk bangun datar yang memiliki tepat sepasang sisi

berhadapan yang sejajar (h. 45–47).

Ada tiga macam trapesium, yaitu trapesium siku-siku, trapesium sama

kaki, dan trapesium sembarang.

Gambar 2.8
Bangun Datar Trapesium Siku-siku
Sumber : Ariani (2010: 45)

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang memiliki dua sudut siku-siku.

Gambar diatas merupakan contoh trapesium siku-siku. Sudut A dan D

membentuk sudut siku-siku.

Gambar 2.9
Bangun Datar Trapesium Sama Kaki
Sumber : Ariani (2010: 46)

52
Trapesium sama kaki adalah trapesium yang memiliki sepasang kaki

yang sama panjang dan dua pasang sudut yang sama besar. Gambar diatas

adalah contoh trapesium sama kaki panjang sisi AD sama dengan panjang

sisi BC. Sudut A sama dengan besar sudut B, Sedangkan sudut C

besarnya sama dengan sudut D.

Gambar 2.10
Bangun Datar Trapesium Sembarang
Sumber : Ariani (2010: 46)

Trapesium sembarang adalah trapesium yang memiliki sepasang kaki

yang tidak sama panjang dan memiliki sudut yang besarnya sembarang.

Gambar diatas adalah contoh trapesium sembarang. Panjang sisi DA tidak

sama dengan panang sisi CB. Sudut A, B, C, dan D adalah besarnya

sembarang.

b. Keliling trapesium

Pada setiap trapesium dengan keliling = K adalah jumlah panjang sisi-

sisinya, maka:

𝐾 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐷𝐴

c. Luas trapesium

Untuk setiap trapesium dengan panjang sisi-sisi sejajarnya a dan b; tinggi

= t; dan luas daerah trapesium = L, maka:

𝐿 = 12 𝑥 (𝐴𝐵 + 𝐶𝐷)𝑥 𝑡

53
3. Kesulitan Belajar Matematika

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami

siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama

dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola

tindakannya. Menurut Lerner (1981) ada beberapa karakteristik anak

berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya gangguan dalam hubungan

keruangan; (2) abnormalitas persepsi visual; (3) asosiasi visual-motor; (4)

perseverasi; (5) kesulitan mengenal dan memahami simbol; (6) gangguan

penghayatan tubuh; (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca; (8)

performance IQ jauh lebih rendah dapripada skor verbal IQ (Abdurrahman,

2012, h. 210 – 213).

Masing-masing karakteristik dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Gangguang Hubungan Keruangan

Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak dan

kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang

terselenggaranya komusikasi dapat meyebabkan anak mengalami

gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan. Karena

gangguan tersebut dapat mengganggu pemahaman anak tentang sistem

bilangan secara keseluruhan, anak mungkin tidak mampu merasakan jarak

anatara angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan anak

mungkin juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 daripada

angka 6.

54
b) Abnormalitas Persepsi Visual

Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual akan

mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya

dengan kelompok atau set. Apabila mereka diminta untuk menjumlahkan

dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat

anggota, anak akan menghitung satu persatu anggota dari setiap kelompok

lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Anak yang memiliki

abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu membedakan

bentuk-bentuk geometri dan tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam

belajar matematika terutama dalam memahami berbagai simbol.

c) Asosiasi Visual-Motor

Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat

menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan

bilangannya “satu, dua, tiga, empat, lima”. Anak baru memegang benda

yang ketiga tetapi telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah

menyentuh benda kelima tetapi baru mengucapkan “tiga”. Karakteristik

anak seperti ini dapat memberikan kesan bahwa mereka hanya menghafal

bilangan tanpa memahami maknanya.

d) Perseverasi

Gangguan perseverasi merupakan gangguan pada anak yang

perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang

relatif lama. Gangguan perhatian semacam ini awalnya anak dapat

55
mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya

melekat pada suatu objek tertentu.

e) Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan

dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +,

=, <, >, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oelh

adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya

gangguan persepsi visual.

f) Kesulitan Penghayatan Tubuh

Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan

adanya gangguan penghayatan tubuh (body image). Anak demikian

merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya

sendiri. Jika diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya, mereka

akan menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap

atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah.

g) Kesulitan dalam bahasa dan Membaca

Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan

anak dibidang matematika. Soal matematika yang berbentuk ncerita

menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu,

anak yang mangalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula

dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita menulis.

h) Skor Performace IQ Jauh Lebih Rendah daripada Skor Verbal IQ

56
Skor diambil melalui hasil tes intelegensi dimana menunjukkan

bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor Performace IQ

yang jauh lebih rendah daripada skor Verbal IQ. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Anatasi (1982) tes Intelegensi ini memiliki dua subtes,

tes verbal dan tes kinerja (performance). Sub tes verbal mencakup

informasi, persamaan, aritmatika, perbendaharaan kata, dan pemahaman.

Sedangkan subtes kinerja mencakup melengkap gambar, menyusun

gambar, menyusun balok, menyusun objek, dan pengkodean. Rendahnya

skor Performace IQ pada anak berkesulitan belajar matematika terkait

dengan kesulitan memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual,

dan adanya gangguan asosiasi-motor (Abdurrahman, 2012, h. 213).

4. Tinjauan Teoritik Anak Berkesulitan Belajar

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya

ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa

yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan.

Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat

pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk

berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini timbullah apa yang disebut

dengan kesulitan belajar yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan

rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain

itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-

rata (normal).

57
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk

mencapai prestasi yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari

tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam kemampuan

intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan

pendekatan belajar antara siswa satu dengan siswa lainnya. Teori tentang

kesulitan belajar merupakan sekumpulan bangunan pengertian atau konsep,

definisi, dan dalil yang saling terkait, yang memungkinkan terbentuknya

suatu gambaran yang sistematik tentang fenomena kesulitan belajar dengan

menjelaskan hubungan antar berbagai variabel, dengan tujuan menjelaskan,

meramalkan, dan mengendalikan fenomena tersebut. Untuk memperjelas

tentang definisi kesulitan belajar, peneliti akan memaparkan beberapa

pengertian menurut pendapat para ahli.

Menurut Makmun (2005) bahwa seorang siswa diduga mengalami

kesulitan belajar jika dirinya tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi pada

hasil belajar tertentu (Taufik, 2014, h. 246). Hal ini berarti dalam batas waktu

tertentu siswa yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan

atau tingkat penguasaan materi minimal dalam pembelajaran tertentu yang

telah ditetapkan oleh guru. Siswa tersebut tidak dapat mengerjakan atau

mencapai prestasi semestinya dan tidak berhasil dalam tingkat penguasaan

materi yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran

berikutnya.

Definisi lain sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah (2008)

bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa tidak dapat

58
belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun

gangguan dalam belajar (h. 235). Hal ini berarti prestasi belajar yang

memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara

wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa dalam kelompok

belajarnya tidak mampu menyelesaikan proses belajar secara sempurna,

artinya siswa prestasinya jauh dibawah batas kriteria keberhasilan minimal.

Kondisi demikian disebabkan adanya ancaman, hambatan, maupun gangguan

dalam belajar.

Menurut Djamarah (2008) ada beberapa gejala yang menjadi indikator

adanya kesulitan belajar siswa, antara lain yaitu:

a) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang

dicapai oleh kelompok siswa di kelas.

b) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

Padahal siswa sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu

rendah.

c) Siswa lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal

dengan temannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal dalam

waktu yang lama baru selesai, dan dalam mengerjakan tugas selalu

menunda waktu.

d) Siswa menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,

berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.

59
e) Siswa menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan

kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya siswa menjadi pemurung,

pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan

diri dari teman sepermainan.

f) Siswa yang tergolong memiliki IQ tinggi, secara potensial mereka

seharusnya meraih potensi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya

mereka mendapatkan presatsi belajar yang rendah.

g) Siswa yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk

sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya

menurun drastis (h. 246 - 247).

Anak berkesulitan belajar memerlukan program pelayanan remedial .

program remedial hendaknya dilaksakan oleh guru khusus yang memiliki

keahlian dalam pendidikan anak berkesulitan belajar. Sebelum memberikan

pengajaran remedial, guru perlu lebih dahulu melakukan diagnosis, yaitu

menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran

remedial yang efektif dan efisien.

Menurut Abdurrahman (2012) prosedur diagnosis mencakup tujuh

langkah yaitu (1) identifikasi; (2) menentukan prioritas; (3) menentukan

potensi; (4) menentukan taraf kemampuan dalam bidang yang perlu

diremediasi; (5) menentukan gejala kesulitan; (6) menganalisis faktor-faktor

yang terkait; dan (7) menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial.

Masing-masing langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (h.

13-15):

60
a) Identifikasi.

Pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan laporan

guru kelas atau sekolah sebelumnya, hasil tes intelegensi yang dilakukan

secara massal atau individual, atau melalui instrumen informal, misalnya

dalam bentuk lembar observasi guru atau orang tua. Berdasarkan data

tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan anak.

b) Menentukan prioritas.

Sekolah menentukan proiritas anak yang diperkirakan dapat diberi

pelayanan pengajaran remedial oleh guru kelas, guru bidang studi, atau

guru khusus. Anak-anak berkesulitan belajar yang tergolong berat, perlu

memperoleh prioritas utama untuk memperoleh pelayanan pengajaran

remedial yang sistematis dari guru khusus remedial.

c) Menentukan potensi.

Menentukan potensi anak melalui tes intelegensi. Jika hasil tes

menunjukan bahwa anak memiliki skor IQ 71 hingga 89, maka anak

tersebut tergolong lamban belajar.

d) Menentukan penguasaan bidang studi yang perlu diremediasi.

Guru remedial perlu memiliki data tentang prestasi belajar anak dan

membandingkan prestasi belajar tersebut denga taraf intelegensinya. Jika

prestasi belajar anak menyimpang jauh di bawah kapasitas intelegensinya

maka dapat dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar, namun jika

prstasinya seimbang dengan kapasitas intelegensinya maka tidak dapat

dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar.

61
e) Menentukan gejala kesulitan.

Guru remedial melakukan observasi dan analisis cara anak belajar. Cara

anak mempelajari suatu bidang studi dapat memberikan informasi

diagnostik tentang sumber penyebab dari suatu kesulitan.

f) Analisis berbagai faktor yang terkait.

Guru remedial melakukan analisis terhadap hasil-hasil penemuan atau

pemeriksaan ahli lain, seperti psikolog, dokter, konselor, dan pekerja

sosial. Berdasarkan analisis tersebut dan mangaitkan dengan observasi

yang dilakukan sendiri, maka guru remedial dapat menegakkan suatu

diagnosis yang akan digunakan sebgaia landasan dalam menentukan

strategi belajar yang efektif dan efisien.

g) Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial.

Berdasarkan hasil diagnosis, guru remedial dapat meyusun rekomendasi

penyelenggaraan program pengajaran remedial bagia anak yang

berkesulitan belajar. Rekomendasi tersebut dapat berupa program

pendidikan.

5. Karakteristik Siswa SD Kelas V

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang

berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas

tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan

perbedaan-perbedaan individual dalam berbagai segi dan bidang, diantaranya

perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa,

62
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik. Kemampuan yang

nampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk

mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun dengan objek yang bersifat

konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan

objek konkret yang ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran

matematika, setiap konsep yang abstrak yang dipahami siswa perlu segera

diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,

sehingga akan melekat dalam pola pikir dan tindakannya

Menurut Nasution (1993), masa usia sekolah dasar sebagai masa

kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira

sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk

sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak

akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya (Djamarah, 2008, h. 123).

Definisi lain yaitu menurut Suryobroto (1990), masa usia sekolah

dianggap sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Masa ini

dibagi menjadi dua fase, yaitu: (1) masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira

umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun dan (2) masa kelas tinggi sekolah

dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun (Djamarah, 2008, h.

124).

Peaget (1896) telah membagi tahapan kemampuan berpikir anak

menjadi empat tahapan, yaitu tahap sensori motorik (dari lahir sampai usia 2

tahun), tahap operasional atau pra operasi (usia 2 sampai 7 tahun), tahap

operasional atau operasi konkret (usia 7 sampai 11 atau 12 tahun) dan tahap

63
operasional formal atau operasi formal (usia 11 tahun keatas). Tahapan

perkembangan intelektual atau berpikir siswa SD dalam pembelajaran

matematika dapat dijelaskan sebagai berikut (Karso, 2014, h. 1.6):

a. Kekekalan bilangan (banyak)

Apabila anak telah memahami kekekalan bilangan maka ia akan

mengerti bahwa banyaknya benda-benda akan tetap walaupun letaknya

berbeda-beda. Pada tahapan ini siswa mendapatkan pelajaran konsep

penjumlahan dan operasi-operasi hitung lainnya. Konsep kekekalan

bilangan dicapai oleh siswa usia 6 – 7 tahun.

b. Kekekalan materi (zat)

Apabila anak telah memahami kekekalan materi maka ia akan

mengerti tentang perbedaan dan persamaan dari dua karakteristik benda

atau lebih. Pada tahap ini siswa akan dapat membedakan bilangan ganjil

dan bilangan genap, tetapi akan memperoleh kesukaran ketika menentukan

bilangan genap yang prima, atau tiga buah bilangan ganjil positif yang

habis dibagi tiga. Konsep kekekalan materi dicapai oleh siswa usia 7 – 8

tahun.

c. Kekekalan panjang

Apabila anak telah memahami kekekalan panjang maka ia akan

mengerti tentang pengukuran panjang benda-benda yang tidak lurus. Pada

tahap ini siswa dapat mempelajari konsep pengukuran. Konsep kekekalan

panjang dicapai oleh siswa usia 8 – 9 tahun.

d. Kekekalan luas

64
Apabila anak telah memahami kekekalan luas maka ia akan

mengerti tentang luas daerah suatu bangun dan mampu membedakan suatu

bangun. Pada tahap ini siswa dapat mempelajari konsep bangun datar.

Konsep kekekalan luas dicapai oleh siswa usia 8 – 9 tahun.

e. Kekekalan berat

Apabila anak telah memahami hukum kekekalan berat maka ia

mengerti bahwa berat benda itu tetap walaupun bentuknya, tempatnya, dan

alat ukurnya berbeda-beda. Pada tahap ini siswa dapat mempelajari konsep

berat. Konsep kekekalan berat dicapai oleh siswa usia 9 – 10 tahun.

f. Kekekalan isi

Apabila anak telah memahami hukum kekekalan isi maka ia akan

mengerti tentang hukum kekekalan isi. Misalnya ia sudah mengerti bahwa

air yang ditumpahkan dari sebuah bak atau gelas yang penuh adalah sama

dengan isi sebuah benda yang ditenggelamkannya. Konsep kekekalan isi

dicapai siswa usia 11 – 14 tahun.

g. Tingkat pemahaman

Tingkat pemahaman usia SD sekalipun di kelas-kelas akhir mereka

tetap terbatas. Mereka akan mengalami kesulitan merumuskan definisi

dengan kata-kata sendiri. Mereka belum bisa membuktikan dalil secara

baik. Apabila mereka bisa menyebutkan definisi atau dapat membuktikan

dalil secara benar maka besar kemungkinan karena hapalan bukan

pengertian. Mereka masih kesulitan berpikir induktif apalagi secara

65
deduktif, umumnya mereka berpikir secara transitif (dari khusus ke khusus

dan belum mampu membuat kesimpulan).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas mengenai tingkat berpikir

siswa SD dapat disimpulkan bahwa anak usia SD berada pada tahap berpikir

operasional konkret yaitu antara usia 7 – 12 tahun dan seiring dengan

bertambahnya usia anak maka kemampuan kognitifnya juga akan meningkat

baik yang berhubungan dengan tingkat pemahaman, pengetahuan, serta

pengolahan informasi. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah

logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

B. Penelitian Relevan

Penelitian ini mengenai “Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal

Matematika Materi Geometri Pada Siswa Kelas V SD Negeri Doyong 2 Kota

Tangerang”. Berdasarkan eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Yang pertama adalah penelitian dari Nur Indah Lestari pada tahun

2010 mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA Univertsitas Negeri Jakarta yang

berjudul “Analisis Kemampuan Siswa SD Dalam Menerjemahkan Soal Cerita

Ke Dalam Model Matematika Dan Penyelesaiannya Terhadap Siswa Kelas V

SD Negeri Makassar 01 Pagi Jakarta Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menerjemahkan dan menyelesaikan soal

cerita matematika. Metode pada penelitian ini adalah deskriptif dengan

66
pendekatan kualitatif. Sedangkan fokus penelitiannya adalah kesalahan apa

saja dalam menerjemahkan soal cerita ke model matematika. Materi dalam

penelitiannya adalah KPK dan FPB. Berdasarkan hasil penelitian, presentase

kesalahan yang dilakukan siswa untuk soal tes I dengan materi KPK dan FPB

adalah 31,67%, sedangkan preentase kesalahan untuk soal tes II dengan materi

bilangn bulat adalah 78,33%. Berdasarkan perbedaan presentase tersebut

materi bilangan bulat terlihat lebih sulit daripada materi FPB dan KPK.

Kesalahan yang terjadi diantaranya adalah kesalahan penerjemahan soal,

kesalahan konsep, kesalahan langkah, penyelesaian, kesalahan hitung aljabar,

atau kesalahan kecerobohan.

Dari penelitian Nur Indah Lestari terdapat kesamaan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu analisis dalam kesalahan mengerjakan

soal matematika namun lebih spesifiknya terdapat perbedaan bahwa penelitian

Nur Indah Lestari meneliti kesalahan mengerjakan soal cerita ke dalam model

matematika dengan materi penelitian KPK dan FPB, sedangkan yang akan

peneliti teliti adalah kesalahan mengerjakan soal matematika materi geometri.

Persamaan lain dari metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan terdapat persamaan jenis

kesalahan yang diteliti yaitu kesalahan konsep dan kesalahan operasi hitung.

Sedangkan perbedaan lain terletak pada jenis kesalahan yang dianalisis yaitu

pada penelitian Nur Indah Lestari adanya kesalahan dalam penerjemahan soal,

langkah dalam penyelesaian, dan kecerobohan. Sedangkan yang akan peneliti

teliti yaitu kesalahan strategi, kesalahan algoritma, dan kesalahan acak.

67
Yang kedua adalah penelitian dari Endang Sulistyowati pada tahun

2013 mahasiswi Jurusan PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Kalijaga yang berjudul “Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal

Geometri Pada Siswa Kelas V SD/ MI Di Kota Yogyakarta”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan kelas V SD

pada materi geometri, khususnya luas dan keliling bangun datar. Metode pada

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian,

menunjukkan bahwa 55,8% siswa kelas V SD di Kota Yogyakarta yang

berasal dari 4 sekolah melakukan kesalahan ketika menyelesaikan soal

geometri. Pengambilan data dengan memberikan soal tes tertulis, dengan

bentuk soal essay. Dari 6 soal, rata-rata siswa yang dapat mengerjakan soal

dengan benar sebanyak 2,65 soal dan nilai rata-ratanya adalah 44, 2. Jenis

kesalahan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 tipe: (1) kesalahan

tipe-1 yaitu kesalahan konsep; (2) kesalahan tipe-2 yaitu kesalahan

perhitungan; (3) kesalahan tipe-3 yaitu kesalahan prosedur. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan, kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah

kesalahan tipe- 1 yaitu kesalahan konsep. Kesalahan lain adalah kesalahan

tipe-3 yaitu penulisan notasi matematis dan penggunaan satuan.

Dari penelitian Endang Sulistyowati terdapat kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dalam menganalisis

kesalahan mengerjakan soal matematika materi geometri di kelas V dan

metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Persamaan lain terdapat

pada beberapa kesalahan yang dianalisis yaitu kesalahan konsep dan kesalahan

68
pada operasi hitung. Namun terdapat pula perbedaan, pada penelitian Endang

Sulistyowati kesalahan yang dianalisis yaitu kesalahan dalam memahami soal,

kesalahan dalam menuliskan notasi matematika, kesalahan dalam penggunaan

satuan, dan kesalahan dalam prosedur. Sedangkan kesalahan yang peneliti

teliti adalah kesalahan strategi, kesalahan algoritma, dan kesalahan acak.

Penelitian ketiga dari Yunni Arnidha pada tahun 2015 mahasiswi

Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu yang

berjudul “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menerjemahkan Soal Operasi

Hitung Bilangan Cacah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kesalahan-kesalahan yang dilakukan kelas II SD Negeri 4 Podomoro

Kecamatan Pringsewu dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan cacah

dengan tepat. Metode pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Sedangkan fokus penelitiannya adalah kesalahan apa saja dalam

menyelesaikan operasi hitung bilangan cacah. Materi dalam penelitiannya

adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Berdasarkan hasil

penelitian, presentase kesalahan yang dilakukan siswa pada operasi

penjumlahan yaitu jenis kesalahan fakta dasar penjumlahan dengan

presentase 35%, jenis kesalahan acak dengan presentase 10,02%. Sedangkan,

jenis kesalahan pada operasi hitung pengurangan bilangan cacah, yaitu jenis

kesalahan fakta dasar pengurangan dengan presentase 36,58% dan jenis

kesalahan acak dengan presentase 18,40%. Jenis kesalahan terbanyak pada

penelitian ini adalah jenis kesalahan fakta dasar pengurangan.

69
Dari penelitian Yunni Arnidha terdapat kesamaan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dalam menganalisis kesalahan

mengerjakan soal matematika dan metode yang digunakan yaitu deskriptif

kualitatif. Namun lebih spesifiknya terdapat perbedaan bahwa penelitian

Yunni Arnidha meneliti kesalahan mengerjakan soal operasi hitung bilangan

cacah, sedangkan yang akan peneliti teliti adalah kesalahan mengerjakan soal

matematika materi geometri. Persamaan lain terdapat pada beberapa kesalahan

yang dianalisis yaitu kesalahan konsep dan kesalahan acak dalam

mengerjakan soal matematika. Pada penelitian ini hanya 2 kriteria kesalahan

yang digunakan, sedangkan pada penelitian yang akan peneliti teliti terdapat 5

macam kriteria kesalahan yang digunakan yaitu kesalahan konsep, kesalahan

strategi, kesalahan algoritma, kesalahan operasi hitung, dan kesalahan acak.

Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan

antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian yang

sudah dilakukan. Adapun perbedaan penelitian yang dilaksanakan peneliti

dengan ketiga penelitian relevan tersebut adalah penelitian dilaksanakan

menekankan pada analisis kesalahan-kesalahan dalam mengejakan soal

matematika materi geometri kelas V SD dengan 5 kriteria analisis kesalahan

yaitu kesalahan konsep, kesalahan strategi, kesalahan algoritma, kesalahan

operasi hitung dan kesalahan acak.

70
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau yang

dinamakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip oleh

Moleong (2012), mendefinisikan penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (h, 4). Hal ini berarti,

penelitian kualitatif dalam penelitian ini didefinisikan sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yang dimaksudkan

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan harapan agar

dapat mengungkap secara lebih cermat kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal matematika geometri khususnya luas dan keliling bangun datar. Dalam

penelitian ini, tidak ada hipotesis. Data yang dihasilkan adalah data deskriptif

yang berupa kata-kata tertulis atau lisan. Beberapa karakteristik penelitian

kualitatif adalah sampelnya bisa hanya sedikit, waktunya relatif lama, data

tidak dipilih secara acak, dan tidak bisa digeneralisasikan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Menurut Whitney (1960) metode deskriptif yaitu metode

71
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Nazir, 2009, h. 6). Metode

deskriptif ini merupakan jenis penelitian yang dilakukan secara insentif,

terinci, dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga, atau objek tertentu

yang memberikan gambaran dari suatu gejala atau kejadian yang ada dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada yang berhubungan dengan status

(keadaan) subyek penelitian pada saat tertentu. Tujuannya adalah untuk

mengetahui secara langsung letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal pada materi pokok luas dan keliling bangun datar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Doyong 2, yang berlokasi di

Jalan Wisma Harapan Kelurahan Gembor Kecamatan Periuk Kota Tangerang

Tahun ajaran 2017/2018. Sebagai alasan memilih SD Negeri Doyong 2

dijadikan sebagai tempat penelitian, dengan berdasarkan kepada

pertimbangan sebagai berikut:

a. Karena di SD Negeri Doyong 2 ditemukan masalah mengenai

penguasaan konsep matematika yang ditandai dengan banyaknya siswa

melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.

b. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pembelajaran

geometri khususnya pengukuran luas dan keliling bangun datar.

72
2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulai Mei 2016 sampai dengan

bulan Juli 2017. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Tanggal
1. Pengajuan Judul Mei 2016

2. Sidang Judul Agustus 2016

3. Bimbingan Proposal November 2016 – Januari 2017

4. Seminar Proposal Maret 2017

5. Bimbingan dan Revisi Hasil Maret 2017


Seminar
6. Pembuatan Instrumen Februari – Maret 2017
Penelitian
7. Pengumpulan Data April 2017

8. Pengelolaan dan Analisis Data Maret – Oktober 2017

9. Ujian Skripi November 2017

C. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data adalah siswa

sebanyak 38 siswa yang mengerjakan tes serta 6 siswa yang diwawancarai.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan Arikunto (2014) bahwa sumber data

dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh (h. 172). Data

yang diperoleh berasal dari hasil jawaban siswa dalam meyelesaikan soal

materi geometri luas dan keliling bangun datar dan hasil wawancara dengan

siswa yang dipilih peneliti untuk dijadikan subjek penelitian.

73
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data penelitian

yaitu:

a. Data primer (Nazir, 2009), yaitu jenis data orisinil yang langsung

dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya yang merupakan

sumber-sumber dasar bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu (h.

50). Adapun yang menjadi sumber data primer dari penelitian ini adalah

hasil tes ulangan harian siswa pada materi luas dan keliling bangun datar,

dan hasil wawancara dengan beberapa siswa.

b. Data sekunder (Nazir, 2009), yaitu sumber tentang adanya suatu

peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber

orisinil (h. 50). Data ini langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai

penunjang dari sumber pertama atau dapat juga dikatakan data yang

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini,

dokumentasi merupakan sumber data sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa teknik, yaitu

observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut Ridwan (2012) observasi adalah cara pengumpulan data

dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap subyek

penelitian (h. 76). Kegiatan observasi banyak dilakukan karena

memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

74
perilaku dan kejadian pada keadaan yang sebenarnya. Pengumpulan data

melalui observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi. Pedoman

observasi tidak dapat diuji validitas dan relibilitasnya.

Dalam penelitian ini, penggunaan metode observasi dilakukan dengan

cara peneliti mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar pada materi luas

dan keliling bangun datar. Peneliti dalam penelitian ini berperan ganda yakni

menjadi pemeran sekaligus pengamat karena peneliti memasuki latar

belakang penelitian dan tidak menjadi anggota penuh dari komunitas latar

penelitian tersebut.

2. Wawancara

Menurut Ridwan (2012) metode wawancara adalah cara pengumpulan

data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan responden

atau sumber data (h. 74). Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan

mengungkap secara langsung seluruh informasi dari subjek penelitian. Dalam

penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap siswa yang menjadi subjek

penelitian, yaitu siswa-siswa dengan kesalahan yang berbeda-beda yang

mewakili kesalahan siswa lain yang melakukan kesalahan yang sama.

Dalam penelitian ini digunakan wawancara tak terstruktur karena

sebagaimana yang dinyatakan Moleong (2011) wawancara tak terstruktur jika

pewawancara ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada

75
seorang subjek tertentu dan ingin mencoba mengungkapkan pengertian suatu

peristiwa, situasi atau keadaan tertentu (h. 191). Hal ini sejalan dengan materi

wawancara dalam penelitian ini yaitu mengkaji secara mendalam tentang

kendala atau permasalahan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan tes untuk

mengetahui penyebab dan jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal

matematika materi geometri luas dan keliling bangun datar. Dalam hal ini

penelitilah yang akan mengembangkan pertanyaan saat proses wawancara

sehingga proses tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.

Peneliti menentukan subyek wawancara berdasarkan kesalahan yang

dialami siswa. Subyek wawancara bisa dipilih bisa saja mempunyai beberapa

kesalahan sekaligus. Jadi, bisa subyek yang dipilih mempunyai beberapa

kesalahan yang sama dan tidak harus setiap kesalahan memerlukan satu

subyek. Pewawancara mengadakan percakapan sedemikian hingga pihak

yang diwawancarai bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Yang

diminta bukanlah kemampuan tetapi informasi tentang sesuatu. Metode ini

digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kesalahan yang

dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal luas dan keliling bangun

datar.

Panduan yang digunakan untuk melakukan wawancara berupa

pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada hasil jawaban siswa, antara lain:

1. Simbol-simbol apa yang tertulis pada soal nomor ...?

2. Apakah kamu mengerti makna dari soal nomor ...?

3. Coba perhatikan gambar pada soal nomor ...!

76
4. Coba tuliskan apa yang diketahui dari soal nomor ...!

5. Apa yang ditanyakan pada soal nomor ...?

6. Mana yang terlebih dahulu dikerjakan ?

7. Rumus apa yang kamu gunakan ?

8. Ada berapa rumus yang kamu gunakan?

9. Bagaimana dengan jawabanmu ?

10. Apakah semua proses perhitungan yang kamu lakukan sudah benar ?

Pertanyaan yang diajukan peneliti dapat dikembangkan berdasarkan

tanggapan dari hasil wawancara siswa.

3. Metode Dokumentasi

Menurut Ridwan (2012) metode dokumentasi adalah cara

pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip

dan termasuk juga buku mengenai pendapat atau yang relevan, foto-foto, film

dokumenter, dan dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (h.

77). Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip nilai matematika

kelas V, dan arsip guru atau wali kelas V mengenai pembelajaran

matematika.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Ridwan

(2012), menyatakan bahwa isntrumen penelitian adalah alat untuk mengukur

nilai variabel yang akan diteliti (h. 78). Hal ini berarti instrumen penelitian

merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data agar

77
pekerjaannya lebih mudah, lebih lengkap, sistematis, dan mudah diolah.

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen

penelitian ini menggunakan pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi.

Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk menjaring variabel

mengenai kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika

materi geometri luas dan keliling bangun datar.

Tabel 3.2
Instrumen Penelitian
No. Kegiatan Fokus
1. Observasi Pokok-pokok yang akan di observasi, antara lain:
1. Observasi pada saat proses belajar mengajar.
2. Observasi guru mengajar.
3. Observasi siswa.
2. Wawancara Pokok-pokok yang akan di wawancarai, antara
lain:
1. Wawancara guru mengenai sikap belajar
siswa.
2. Wawancara siswa berdasarkan kesalahan
yang dialami siswa.
3. Studi Dokumen Jenis-jenis dokumen yang akan di pelajari, antara
lain:
1. Silabus
2. Rpp
3. Rekapitulasi nilai harian siswa

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, maka analisis

datanya adalah non statistik. Data yang muncul berupa kata-kata dan bukan

merupakan rangkaian angka bersifat uraian dari hasil tes, wawancara dan

studi dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta

diuraikan dalam bentuk deskriptif.

78
Menurut Bogdan & Biklen (1982) analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperolrh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dokumentasi, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono,

h. 244). Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya

kedudukan analisis data dilihat dari tujuan penelitian. Prinsip pokok

penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles &

Huberman (1984), yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan

tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai

dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-

gugus, menulis memo, dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau

informasi yang tidak relevan.

Tahap dalam penelitian ini adalah :

(1) Melihat dan merangking hasil pekerjaan siswa untuk ditentukan siswa

yang akan dijadikan subjek penelitian.

(2) Hasil pekerjaan siswa yang menjadi subjek penelitian merupakan data

mentah yang harus ditransformasikan pada catatan sebagai bahan untuk

wawancara.

79
(3) Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan

rapi, kemudian ditransformasikan ke dalam catatan. Kegiatan ini

dilakukan dengan mengolah hasil wawancara siswa yang menjadi subjek

penelitian agar menjadi data yang siap untuk digunakan.

2. Penyajian Data (Display Data)

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan kesimpulan atau pengambilan tindakan. Penyajian data

kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat

berbentuk matrik, diagram, tabel, dan bagan.

Tahap penyajian data dalam penelitian ini adalah :

(1) Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang dipilih sebagai subjek penelitian

untuk dijadikan bahan wawancara.

(2) Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam.

3. Verifikasi dan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan

berupa kegiatan inerpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah

disajikan.

Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas

analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif

merupakan upaya berlanjut, berulang, dan terus-menerus. Masalah reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi

gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis

80
yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai

dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan,

pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian akan

diambil intisarinya saja.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses

tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah

seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan

dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya melalui

metode wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi. Teknik analisis

data berbeda-beda sesuai dengan jenis instrumennya.

1. Jawaban Tes matematika

Mengidentifikasi kesalahan siswa dalam menylesaikan tes ulangan

harian siswa, dilakukan analisis pada lembar jawaban siswa. Proses analisis

kesalahan siswa tersebut adalah:

a. Memeriksa langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan siswa pada

lembar jawaban kemudian menghitung jumlahn jawaban benar,

jawaban salah, dan soal yang tidak dijawab pada masing-masing

siswa.

b. Menghitung presentase kesulitan siswa berdasarkan jawaban salah dan

soal yang tidak dijawab oleh siswa. Adapun rumus perhitungan

tingkat kesulitan siswa adalah sebagai berikut.


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ + tidak menjawab
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙

81
c. Menghitung persentase jumlah siswa berdasarkan tingkat kesulitan

dengan rumus sebagai berikut.


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙

d. Menganalisis jenis kesalahan yang dialami siswa yaitu: kesalahan

konsep, kesalahan strategi, kesalahan algoritma, kesalahan operasi

hitung, dan kesalahan acak.

e. Menghitung persentase masing-masing jenis kesalahan yang

dilakukan seluruh siswa dengan rumus sebagai berikut.


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛

f. Membandingkan persentase siswa yang mengalami kesalahan pada

tiap butir soal.

g. Menganalisis dan mendeskripsikan data tiap butir soal penyebab

kesulitan berdasarkan analisis kesalahan pengerjaan soal tes yaitu

kesalahan konsep, kesalahan strategi, kesalahan algoritma, kesalahan

operasi hitung, dan kesalahan konsep. Dari variasi jawaban siswa

dapat diketahui kesalahan-kesalahan apa yang dilakukan siswa dan

banyaknya siswa yang melakukan kesalahan.

2. Wawancara

Hasil wawancara dideskripsikan untuk mendukung hasil jawaban tes

ulangan harian siswa; mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan

belajar matematika pada materi geometri pengukuran luas dan keliling bangun

datar; serta solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar

matematika materi luas dan keliling bangun datar.

82
Dalam penelitian ini, data diambil dari hasil tes ulangan harian siswa.

Berdasarkan jawaban siswa kemudian dianalisis tahap-tahap atau langkah-

langkah yang dilakukan oleh siswa. Data hasil observasi, data dari jawaban

tes dan data dari wawancara dibandingkan untuk mendapatkan data yang

valid, kemudian dilakukan reduksi data, yaitu proses pemilihan,

penyederhanaan, dan transformasi data-data kasar dari catatan-catatan di

lapangan. Proses reduksi data bertujuan untuk menghindari penumpukan data

atau informasi daris siswa. Kemudian, data yang telah valid disajikan untuk

tiap jawaban dan faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya

kesalahan.

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan suatu data akan

dilakukan melalui triangulasi data. Menurut Moleong (2012), teknik

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (h. 330). Sedangkan menurut Arikunto (2006),

triangulasi data adalah penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber

sehingga akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan untuk

mencapai hasil penelitian (h. 18). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,

dapat disimpulkan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan antara

sumber dengan informasi lain untuk memperoleh keabsahan data. Pada

83
penelitian ini triangulasi data dapat dilakukan dengan membandingkan adalah

hasil analisis jawaban siswa dengan data observasi dan data hasil wawancara.

84
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2017 sampai 24

Mei 2017. Subyek penelitian adalah 38 siswa kelas V SDN Doyong 2 Periuk

Kota Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan yang

dilakukan siswa kelas V SD Negeri Doyong 2 Kota Tangerang dalam

menyelesaikan soal materi geometri luas dan keliling bangun datar ditinjau

dari jenis kesalahan konsep, kesalahan strategi, kesalahan algoritma,

kesalahan operasi hitung, dan kesalahan acak. Instrumen penelitian yang

digunakan terdiri dari 10 soal uraian hasil ulangan harian siswa yang memuat

materi luas dan keliling bangun datar.

1. Reduksi Data

Pada penelitian ini, tingkat kesalahan matematika diteliti pada lima

indikator. Berikut adalah tabel analisis kesalahan matematika, yaitu:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kesalahan Siswa

No. Indikator Persentase Keterangan

1. Kesalahan konsep 19,47%


2. Kesalahan strategi 9,47%
3. Kesalahan algoritma 8,68% 38 responden
4. Kesalahan operasi hitung 7,90%
5. Kesalahan acak 39,74%

85
Pada indikator satu yaitu kesalahan konsep sebesar 19,47%,

kesalahan ini terjadi karena siswa salah dalam memahami konsep materi

geometri tentang luas dan keliling bangun datar, salah dalam menentukan

rumus untuk menjawab suatu masalah dan penggunaan rumus tidak sesuai

dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus. Hal ini terlihat dari jawaban

siswa dimana siswa salah dalam menggunaan rumus belah ketupat, ia

menuliskan rumus keliling persegi untuk menyelesaikan soal dan pada

jawaban lain siswa menuliskan a + b ia jumlahkan seharusnya a × b dan

tidak menggunakan tinggi. Sehingga ia salah dalam mengerjakan soalnya..

Angka-angka yang dituliskan siswa untuk menyelesaikan soal tidak ada

pada soal. Siswa juga salah menggunakan rumus untuk mencari keliling

trapesium dan keliling dari gabungan bangun datar. Kemungkinan ia tidak

memahami keseluruhan dari suatu soal.

Pada indikator kedua yaitu kesalahan strategi sebesar 9,47%,

kesalahan ini terjadi karena siswa tidak mampu dalam menghubungkan

dan memilih beberapa konsep atau cara dalam relasi yang tepat dan siswa

tidak dapat mensubstitusikan nilai variabel ke dalam rumus. Hal ini

terlihat pada hasil jawaban siswa, ia tidak mencari luas persegi terlebih

dahulu untuk mencari sisinya, akan tetapi langsung menghitung

kelilingnya. Siswa hanya langsung mengerjakan soal secara sederhana

sesuai dengan apa yang ia tangkap dari soal tersebut. Kesalahan lain siswa

menuliskan rumus segitiga namun tidak menyelesaikan sampai pada

86
hasilnya. Ia menggunakan tiga rumus sekaligus padahal alas dan tingginya

sudah diketahui.

Pada indikator ketiga yaitu kesalahan algoritma sebasar 8,68%,

kesalahan ini terjadi karena siswa salah dalam menerapkan prosedur

penyelesaian dan siswa tidak dapat mengetahui proses atau algoritma

untuk menyelesaikan soal tersebut meskipun sudah menentukan rumus

dengan tepat. Ini terlihat pada hasil jawaban siswa, ia menjumlahkan

variabel yang diketahui namun tidak sesuai dengan rumus, yakni

menjumlahkan sisi secara terpisah kemungkinan karena siswa melihat

adanya gabungan dari dua bangun datar, oleh sebab itu ia

menjumlahkannya secara terpisah.

Pada indikator keempat yaitu kesalahan operasi hitung sebesar

7,90%, kesalahan ini terjadi karena siswa salah menghitung, akan tetapi

konsep matematika yang digunakan sudah benar dan tidak mampu

menjalankan tahapan-tahapan operasi hitung yang digunakan untuk

menyelesaikan soal. Hal ini terlihat pada hasil jawaban siswa, bahwa siswa

tidak sampai selesai mengerjakan soal. Ia tidak menghitung hasilnya atau

jawabannya hanya dikosongi begitu saja.

Pada indikator kelima yaitu kesalahan acak sebesar 39,74%,

kesalahan ini terjadi karena siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan

sehingga jawabannya sama sekali tidak ada kaitannya dengan soal yang

ditanyakan, siswa tidak menjawab soal, dan siswa menyimpulkan tanpa

alasan yang benar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa, bahwa siswa tidak

87
menyelesaikan soal dengan baik, tidak menuliskan rumus atau prosedur

penyelesaian soal dan hanya menuliskan jawabannya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti kepada siswa mengenai hasil jawaban siswa, kesalahan yang

dilakukan siswa saat mengerjakan soal pada indikator kesalahan konsep

dikarenakan, siswa tidak tahu apa yang diketahui dan tidak memahami

soal. Siswa juga bingung dalam menentukan rumus dan penyelesaiannya.

Ia mengerjakan soal diskusi bersama teman dan waktu pengerjaannya

sudah hampir habis. Ia merasa kebingungan dan tidak teliti. Siswa asal

dalam mengerjakan soal karena tidak tahu bagaimana cara pengerjaannya.

Ia enggan memahami dan memikirkan langkah penyelesaian pada soal

karena merasa bingung. Menurut siswa, ia tidak mau berusaha untuk

mengingat rumusnya dan dikerjakan sesuai dengan kemampuan saja. Ia

mengerjakan soal tidak peduli benar tidaknya asalkan terjawab.

Pada saat observasi, dalam penyampaian materi pelajaran, guru

sebelumnya menuliskan materi yang akan disampaikan di papan tulis

kemudian menjelaskan materi tersebut. Dalam menyampaikan materi,

guru terlebih dahulu meminta perhatian siswa untuk mendengarkan

penjelasan dari guru, hal ini karena sebagian siswa juga mencatat ketika

guru menulis di papan tulis dan sebagian lagi bercakap-cakap dengan

teman yang lain. Setelah itu guru menanyakan kepada siswa tentang

kejelasan dari penyampaian materi tersebut. Dalam menunggu pertanyaan

dari siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk mencatat, guru

88
berkeliling di dalam kelas dan menghampiri meja siswa karena ada

sebagian siswa yang bertanya ketika guru menghampirinya.

Guru mempunyai beberapa sumber buku yang digunakan untuk

referensi materi tersebut. Materi yang ditulis di papan tulis biasanya

diambil dari beberapa buku sekaligus sehingga hampir seluruh siswa

menyalin materi yang ditulis oleh guru. Keadaan siswa pada saat proses

pembelajaran matematika sedang berlangsung, sebagian besar siswa

memperhatikan penjelasan dari guru, akan tetapi apabila guru sedang

menulis di papan tulis ada beberapa siswa yang cenderung ramai. Ketika

guru sedang menulis di papan tulis sebagian siswa justru sibuk belajar

bahkan pada saat guru sedang menerangkan pun sebagian siswa tetap

membaca materi lain. Kebanyakan yang melakukan adalah siswa yang

duduk di bagian tengah atau jauh dari tempat guru menerangkan. Hal ini

berkaitan dengan kesalahan konsep yang dilakukan siswa.

Pada indikator kesalahan strategi dikarenakan, siswa kurang

terampil menggunakan ide penyelesaian soal dan tidak memahami langkah

yang terlebih dahulu dikerjakan. Ia bingung menggunakan berapa rumus

dalam penyelesaian soal. Hal ini mungkin dikarenakan siswa kurang teliti

dalam membaca dan memahami soal. Menurut siswa, ia mencari cara yang

cepat namun membuat langkahnya menjadi tidak tepat. Pada saat

observasi, metode mengajar yang digunakan oleh guru adalah metode

ceramah yang disertai tanya jawab dan metode pemberian tugas. Metode

ceramah dan tanya jawab digunakan guru dalam menerangkan materi

89
tetapi tanya jawab yang digunakan guru seringkali hanya untuk

menanyakan kesulitan-kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas yang

diberikan.

Guru jarang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengukur

kedalaman pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Terlebih pada

kelas V ini merupakan kelas gemuk yaitu sebanyak 38 siswa, hal ini

dikarenakan seharusnya dua kelas namun digabung menjadi satu kelas.

Kondisi di dalam kelas kurang kondusif dan cukup ramai. Sehingga

penyampaian materi dirasa cukup bagi siswa yang fokus mendengarkan

namun kurang bagi siswa yang tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru sangat

kurang.

Hal ini terlihat selama peneliti melakukan observasi di kelas

tersebut tidak ada siswa yang bertanya mengenai materi yang disampaikan

guru meskipun banyak diantara mereka yang belum paham. Apabila

mereka menemui kesulitan atau hal-hal yang dianggap belum jelas mereka

lebih suka bertanya kepada teman sebangku atau teman lain yang dianggap

lebih bisa. Jika ada kesempatan bertanya yang diajukan oleh guru, mereka

lebih suka diam. Meskipun tidak paham, mereka sungkan atau malu

bertanya dengan guru. Ada juga yang beralasan meskipun mereka tidak

paham tapi mereka bingung apa yang mau ditanyakan. Siswa mau

bertanya pada guru bila guru sedang berkeliling di dalam kelas dan

menghampiri meja mereka. Pertanyaan terhadap guru lebih sering

90
ditujukan kepada jawaban akhir dari suatu soal atau pemecahan suatu soal.

Dan itu pun hanya sebagian kecil siswa saja yang mau bertanya. Ketika

guru mendekati mereka, mereka menunjukkan sikap aktif mengerjakan.

Hal ini berkaitan dengan kesalahan strategi yang dilakukan oleh siswa.

Pada indikator kesalahan algoritma dikarenakan, ia terfokus pada

gabungan bangun datar yang menurutnya dibagi menjadi dua bagian

sehingga ia mencari luas dan kelilingnya masing-masing. Pada soal yang

lain, ia memilih langsung membagikan saja angka yang diketahui. Karena

menurutnya ia bingung nanti bagaimana menempatkan caranya. Ia lebih

mementingkan hasil dari pada prosesnya. Pada pengerjaannya jawabannya

benar, namun ia membagi angka yang tertera saja. Kemungkinan karena

siswa memilih langkah atau prosedur yang praktis yaitu langsung

mengerjakan soal secara sederhana sesuai dengan apa yang ia tangkap dari

soal tersebut.

Siswa berprinsip yang penting ada jawabannya walaupun salah.

Setidaknya nanti masih bisa mendapatkan sedikit nilai, daripada hanya

dikosongi dan tidak mendapat nilai sama sekali. Pengerjaannya siswa

menghitung angka yang tertera saja pada soal atau angka yang diketahui

saja, tanpa tau tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Pada saat observasi,

untuk menambah latihan siswa terhadap persoalan yang berkaitan dengan

materi tersebut, di akhir pelajaran guru memberikan tugas rumah dimana

soal tersebut berasal dari buku paket dan buku referensi guru. Tugas yang

diberikan oleh guru dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu tugas

91
yang langsung dikerjakan di kelas dan tugas yang dikerjakan di rumah.

Tugas yang dikerjakan di kelas diberikan setelah guru menjelaskan materi

tersebut.

Dalam membahas soal, tidak semua soal yang diberikan guru

dikerjakan di depan kelas, hanya sebagian saja yang dianggap sulit. Selain

itu, guru mengerjakan sendiri soal yang diberikan sehingga membuat

sebagian siswa kurang berusaha dan hanya mengandalkan jawaban dari

guru. Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini

terlihat ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Hanya beberapa

siswa yang terlihat antusias menjawab pertanyaan. Sebagian siswa yang

lain mau menjawab ketika mereka ditunjuk oleh guru saja. Kadang-kadang

ketika siswa mau menjawab pertanyaan dari guru mereka terlebih dahulu

bertanya kepada teman lain. Hal ini memperlihatkan bahwa mereka kurang

percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri. Siswa juga kurang

antusias ketika mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini terlihat ketika

guru memberikan soal-soal latihan, mereka cenderung menunggu jawaban

yang akan ditulis di papan tulis. Sebagian siswa juga terlihat bermalas-

malasan, hal ini karena kemungkinan siswa jenuh dengan penyampaian

materi dari guru. Hal ini berkaitan dengan kesalahan algoritma yang

dilakukan oleh siwa.

Pada indikator kesalahan operasi hitung dikarenakan, karena siswa

kurang teliti dan tergesa-gesa dalam melakukan perhitungan. Siswa juga

tidak menghitung jawabannya dengan alasan sulit. Siswa kurang bisa

92
memahami dengan baik cara mentransfer apa yang sudah diketahui

sehingga siswa hanya mengerjakan angkat-angka yang tertera pada

gambar, sehingga ia salah menghitung jumlahnya. Pada saat observasi, hal

ini dapat dilihat dari proses penyampaian materi yang dilakukan secara

lisan dan tertulis, guru hanya sesekali melihat ke buku sumber. Sebelum

menyampaikan materi, guru sebelumnya menanyakan tugas yang

diberikan sebelumnya apakah ada kesulitan atau menanyakan kesulitan

materi yang telah diberikan sebelumnya. Kadang-kadang guru membahas

tugas-tugas tersebut atau hanya membahas tugas yang dianggap sulit.

Pertanyaan yang diberikan kepada siswa lebih tertuju kepada

penyelesaian soal-soal dan jawaban akhir dari suatu soal. Aktifitas belajar

siswa dengan sesama teman kurang terlihat, meskipun ada materi atau hal-

hal yang belum jelas. Hal ini terlihat dari sebagian kecil siswa saja yang

memanfaatkan waktu-waktu luang untuk berdiskusi atau menanyakan

materi-materi yang belum jelas. Bahkan ketika proses belajar berlangsung

aktivitas diskusi dengan teman juga kurang terlihat. Waktu luang lebih

banyak digunakan untuk bercanda dengan teman baik di dalam maupun di

luar kelas. Hal ini berkaitan dengan kesalahan operasi hitung yang

dilakukan oleh siswa.

Pada indikator kesalahan acak dikarenakan, waktu yang hampir

habis dan jawaban ia dapatkan dari teman. Dalam pengerjaannya ia tidak

menggunakan rumus, hanya menuliskan jawabannya saja sehingga tidak

menggunakan langkah-langkah penyelesaian soal. Kemungkinan

93
bukannya siswa tidak dapat mentransfer namun siswa terburu-buru dalam

mengerjakan soal. Karena tanpa menghitung, ia bisa mendapatkan hasil

yang benar. Menurut siswa, hal lain yaitu dikarenakan lupa tentang materi

yang ada pada soal, misalnya materi luas belah ketupat, walaupun

sebenarnya siswa sudah pernah memperoleh materi itu sebelumnya dari

guru. Tetapi pada saat guru menerangkan materi, guru hanya menjelaskan

kepada siswa secara sekilas saja, akibatnya siswa masih belum paham

tentang materi itu sepenuhnya dan karena kekurangpahaman pada materi

itulah akhirnya siswa memilih untuk tidak mengerjakannya. Menurutnya

karena ia tidak mau mencoba mengingat rumusnya dan lebih baik daripada

tidak dikerjakan sama sekali. Ia mengakui bahwa jawabannya ia peroleh

dari menyontek temannya. Kemungkinan siswa benar-banar tidak

memahami tentang materi yang ada pada soal.

Karena kekurangpahaman pada materi itulah akhirnya siswa

memilih untuk tidak mengerjakannya sendiri. Siswa berprinsip, yang

penting ada jawabannya walaupun salah dan berorientasi pada hasil dari

perhitungannya saja. Pada saat observasi, sebelum menjelaskan materi,

terlebih dahulu guru menuliskan materi di papan tulis yang berkaitan

dengan definisi dan rumus-rumus yang digunakan dalam penyelesaian

masalah yang berkaitan dengan materi tersebut. Guru menjelaskan

perolehan rumus-rumus. Dalam menjelaskan materi, guru juga

memberikan contoh-contoh soal beserta pembahasannya. Dalam

pengerjaanya, guru juga melibatkan siswa. Soal-soal yang diberikan guru

94
pun tipenya hampir sama dengan tipe-tipe sebelumnya hanya saja guru

membuat soal lebih kompleks untuk menguji pemahaman siswa. Dalam

pembahasan soal yang diberikan, guru lebih berorientasi pada jawaban

akhirnya saja. Bila ada beberapa jawaban siswa yang berbeda sekaligus

guru lebih memilih jawaban yang benar saja untuk dikerjakan di papan

tulis.

Ketika mengerjakan soal di papan tulis, tidak ada siswa yang

bersedia secara sukarela ke depan, oleh karena itu guru menunjuk salah

satu siswanya. Meskipun para siswa mengerjakan tugas yang diberikan

guru, namun kebanyakan dari mereka tidak mengerjakan secara mandiri.

Banyak dari mereka yang mencontek jawaban teman bahkan ada juga

yang tidak mengerjakan sama sekali dan hanya menunggu jawaban yang

ada di papan tulis. Ketika mereka mencontek tugas dari teman, hanya

sebagian kecil siswa yang mau menanyakan proses perolehan hasil

tersebut. Bagi mereka yang penting adalah sudah memperoleh jawaban

dari tugas tersebut. Sebagian siswa yang tidak mengerjakan tugas

memberikan alasan karena tugas-tugas tersebut tidak dinilai sehingga

mereka malas mengerjakannya. Hal ini berhubungan dengan kesalahan

acak yang dilakukan oleh siswa.

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap guru kelas, peneliti memperoleh informasi bahwa situasi kelas

saat pembelajaran matematika yaitu beberapa siswa memperhatikan dan

sebagian lagi ada yang bercanda. Beberapa siswa aktif yang memang

95
mudah menerima materi, namun bagi siswa yang kurang dalam menyerap

materi dan kesulitan pada operasi hitung terlihat malas untuk mengerjakan

soal. Menurutnya, yang menjadi kendala saat mengajarkan materi bangun

datar pada siswa ialah kesulitan dalam operasi hitung dan bagaimana

caranya menanamkan konsep agar siswa dapat menyerap materi dengan

baik. Mencari trik atau cara agar siswa mudah menerima materi.

Kemudian mengenai aktivitas belajar siswa ketika proses pembelajaran,

menurutnya beberapa siswa terlihat antusias mengikuti pelajaran

matematika karena menyukai matematika sekitar 10 orang pada kelas V

ini, namun sebagian siswa yang lain terlihat seperti tidak termotivasi

akibat tidak menyukai dan sudah menganggap materi yang disampaikan

sulit.

Berdasarkan hasil analisis tes, wawancara, dan observasi indikator

kesalahan acak merupakan indikator yang paling banyak dilakukan oleh

siswa. Siswa memilih untuk mengerjakan soal secara serampangan yaitu

karena kekurangpahaman pada materi itulah akhirnya siswa memilih untuk

tidak mengerjakannya. Siswa berprinsip, yang penting ada jawabannya

walaupun salah dan brorientasi pada hasil dari perhitungannya saja. Dari

hasil analisis tersebut ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan

kesalahan dalam mengerjakan soal tes, antara lain:

a) Faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam

mengerjakan soal adalah siswa kesulitan dalam memahami maksud

soal; kurang memahami konsep luas dan keliling bangun datar;

96
kesulitan memahami dan menghafal rumus; kesulitan menghitung; dan

kecerobohan atau tidak teliti.

b) Faktor internal yang mempengaruhi siswa salah mengerjakan soal

adalah kemampuan intelektual siswa yang rendah, sikap belajar siswa

yang cenderung cuek dan kurang disiplin, motivasi belajar rendah,

konsentrasi belajar tidak bertahan lama, kemampuan mengingat

beberapa siswa rendah, dan kemampuan pengindraan yang terganggu.

c) Faktor eksternal yang mempengaruhi siswa salah dalam mengerjakan

soal adalah guru memberikan pemahaman yang kurang jelas,

lingkungan keluarga kurang mendukung, dan lingkungan kelas yang

tidak kondusif.

2. Penyajian Data

Pada bagian penyajian data peneliti akan mendeskripsikan hasil

analisis pada penemuan penelitian disajikan dalam bentuk diagram batang,

sebagai berikut:

45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00% 39.74%
15.00%
10.00% 19.47%
5.00% 9.47% 8.68% 7.90%
0.00%
Konsep Strategi Algoritma Operasi Acak
hitung

Gambar 4.1 Diagram Tingkat Kesalahan

97
Pada diagram nampak bahwa kesalahan siswa yang paling tinggi

adalah kesalahan acak yaitu 39,74%. Kesalahan terbanyak kedua adalah

kesalahan konsep sebesar 19,47%. Kesalahan terbanyak ketiga adalah

kesalahan strategi yaitu sebesar 9,47%. Kesalahan terbanyak keempat

adalah kesalahan algoritma yaitu sebesar 8,68%. Kesalahan terendah

adalah kesalahan dalam operasi hitung yaitu sebesar 7,90%.

Kesalahan tertinggi yang dilakukan siswa adalah kesalahan acak,

hal ini dikarenakan siswa tidak menangkap konsep matematika dengan

benar. Dalam penyelesaian soal siswa baru sampai ke permasalahan

instrumen, yang hanya tahu contoh-contoh tetapi tidak dapat

mendeskripsikannya. Siswa juga tidak menangkap arti lambang-lambang.

Siswa hanya dapat melukiskan atau mengucapkan tanpa dapat

menggunakannya. Sehingga ia memanipulasi sendiri lambang-lambang

tersebut. Siswapun tidak memahami asal usul suatu prinsip, ketika ia tahu

apa rumusnya dan bagimana menggunakannya, akan tetapi ia tidak tahu

mengapa rumus itu digunakan. Akibatnya, siswa tidak tahu dimana atau

dalam konteks apa prinsip itu digunakan. Selanjutnya, mengapa kesalahan

operasi hitung menjadi kategori kesalahan terendah, hal ini disebabkan

karena hanya sedikit sebagian siswa yang tidak lancar menggunakan

operasi hitung karena terlebih dahulu sudah mengalami kesulitan pada

prosedur penyelesaian.

Selanjutnya peneliti akan menyajikan perbandingan analisis data

hasil tes ulangan harian siswa, observasi, dan wawancara.

98
Tabel 4.2 Perbandingan Analisis Data
Hasil Tes
No. Indikator Ulangan Observasi Wawancara
Harian

1. Kesalahan - Sebagian siswa tidak - Berdiskusi dengan teman.


Konsep memahami soal. - Bingung dan tidak teliti.
- Bingung dalam menentukan - Tidak peduli benar
rumus. tidaknya jawaban asal
- Bercakap-cakap dengan menjawab soal.
19,47%
siswa lain.
- Sebagian siswa tidak
mendengarkan penjelasan
dari guru.

2. Kesalahan - Siswa kurang terampil - Kurang teliti dalam


Strategi menggunakan ide membaca dan memahami
penyelesaian. soal.
- Bingung mengunakan berapa - Mencari cara yang cepat.
rumus. - Tidak memahami
9,47%
- Suasana kelas kurang langkah yang mana dulu
kondusif dan cukup ramai. yang dikerjakan.
- Tidak ada siswa yang
bertanya mengenai materi.

3. Kesalahan - Siswa bingung menempatkan - Mengambil langkah


Algoritma caranya. praktis.
- Mementingkan hasil daripada - Yang terpenting ada
proses jawaban walaupun salah.
- Mengerjakan angka yang
8,68% tertera saja.
- Guru hanya membahas soal
yang dianggap sulit.
- Siswa jenuh dengan
penyampaian amteri.

4. Kesalahan - Salah menghitung jumlah - Kurang teliti dan tergesa-


Operasi karena tidak memahami cara gesa dalam melakukan
Hitung mentransfer apa yang perhitungan.
diketahui. - Tidak menghitung karena
7,90%
- Pembahasan soal hanya sulit.
tertuju pada jawaban akhir
soal.

5. Kesalahan - Banyak siswa tidak - Tergesa-gesa.


Acak menggunakan rumus - Jawaban menyontek dari
penyelesaian soal. teman.
- Lupa materi pada soal. - Tidak mau mencoba
39,74% - Kekurangpahaman tentang mengingat rumus.
materi. - Yang terpenting ada
- Berorientasi pada hasil jawaban walaupun salah.
perhitungannya saja.

Berdasarkan perbandingan analisis data diatas pada kesalahan konsep,

kesalahan strategi, kesalahan algoritma, kesalahan operasi hitung, dan

99
kesalahan acak hasil tes ulangan harian terdapat kesesuaian antara sebab-

sebab mengapa terjadinya kesalahan dengan hasil yang diperoleh saat

mengerjakan soal.

3. Simpulan Temuan

Berdasarkan hasil analisis tes, wawancara, dan observasi indikator

kesalahan acak merupakan indikator yang paling banyak dilakukan oleh

siswa. Siswa memilih untuk mengerjakan soal secara serampangan yaitu

karena kekurangpahaman pada materi itulah akhirnya siswa memilih untuk

tidak mengerjakannya. Siswa berprinsip, yang penting ada jawabannya

walaupun salah dan brorientasi pada hasil dari perhitungannya saja. Dalam

penyelesaian soal siswa baru sampai ke permasalahan instrumen, yang hanya

tahu contoh-contoh tetapi tidak dapat mendeskripsikannya. Siswa juga tidak

menangkap arti lambang-lambang. Siswa hanya dapat melukiskan atau

mengucapkan tanpa dapat menggunakannya. Sehingga ia memanipulasi

sendiri lambang-lambang tersebut. Siswapun tidak memahami asal usul suatu

prinsip, ketika ia tahu apa rumusnya dan bagaimana menggunakannya, akan

tetapi ia tidak tahu mengapa rumus itu digunakan. Akibatnya, siswa tidak

tahu dimana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan.

Selanjutnya, mengapa kesalahan operasi hitung menjadi kategori

kesalahan terendah, hal ini disebabkan karena hanya sedikit sebagian siswa

yang tidak lancar menggunakan operasi hitung karena terlebih dahulu sudah

mengalami kesulitan pada prosedur penyelesaian. Setelah analisis data

100
dibandingkan hasil tes ulangan harian dengan hasil observasi dan

wawancara. Terdapat kesesuaian antara sebab-sebab mengapa terjadinya

kesalahan dengan hasil yang diperoleh saat mengerjakan soal.

B. Pembahasan

Seorang siswa dikatakan melakukan kesalahan konsep apabila siswa

salah dalam memahami konsep materi geometri tentang luas dan keliling

bangun datar, salah dalam menentukan rumus untuk menjawab suatu masalah

dan penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus. Seorang siswa dikatakan melakukan kesalahan strategi apabila siswa

tidak mampu dalam menghubungkan dan memilih beberapa konsep atau cara

dalam relasi yang tepat dan siswa tidak dapat mensubstitusikan nilai variabel

ke dalam rumus. Seorang siswa dikatakan melakukan kesalahan algoritma

apabila salah dalam menerapkan prosedur penyelesaian dan siswa tidak dapat

mengetahui proses atau algoritma untuk menyelesaikan soal tersebut

meskipun sudah menentukan rumus dengan tepat.

Seorang siswa dikatakan melakukan kesalahan operasi hitung apabila

siswa salah menghitung, akan tetapi konsep matematika yang digunakan

sudah benar dan tidak mampu menjalankan tahapan-tahapan operasi hitung

yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Seorang siswa dikatakan

melakukan kesalahan acak apabila siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan

sehingga jawabannya sama sekali tidak ada kaitannya dengan soal yang

101
ditanyakan, siswa tidak menjawab soal, dan siswa menyimpulkan tanpa

alasan yang benar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan jenis

kesalahan yang dilakukan oleh subjek penelitian kelas V sebanyak 38 siswa

antara lain : Kesalahan siswa yang paling banyak dilakukan adalah kesalahan

acak yaitu 39,74%. Kesalahan terbanyak kedua adalah kesalahan konsep

sebesar 19,47%. Kesalahan terbanyak ketiga adalah kesalahan strategi yaitu

sebesar 9,47%. Kesalahan terbanyak keempat adalah kesalahan algoritma

yaitu sebesar 8,68%. Kesalahan terbanyak kelima adalah kesalahan dalam

operasi hitung yaitu sebesar 7,90%.

Sebagaimana yang uraikan oleh Widdiharto (2008) bahwa

pembelajaran matematika merupakan pemecahan masalah atau lebih

mengutamkan proses daripada produk atau hasil akhir. Ia menggolongkan

jenis-jenis kesalahan yangs sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika, diantaranya sebagai berikut (h. 41):

1. Kesalahan pemahaman konsep, yaitu kesalahan yang dilakukan siswa

karena salah memahami konsep materi.

2. Kesalahan penggunaan operasi hitung, yaitu kesalahan siswa akibat salah

perhitungan dalam operasi hitung pengurangan, penjumlahan, perkalian,

dan pembagian.

3. Kesalahan dalam algoritma yang tidak sempurna, yaitu kesalahan siswa

dalam menerapkan prosedur penyelesaian.

102
4. Kesalahan acak, yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena siswa

mengerjakan soal dengan serampangan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, salah satu

faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah siswa sibuk belajar bahkan pada

saat guru sedang menerangkan pun sebagian siswa tetap membaca materi

lain. Hal ini dikarenakan siswa juga kurang antusias ketika mendengarkan

penjelasan dari guru. Hal ini terlihat ketika guru memberikan soal-soal

latihan, mereka cenderung menunggu jawaban yang akan ditulis di papan

tulis. Sebagian siswa juga terlihat bermalas-malasan, hal ini karena

kemungkinan siswa jenuh dengan penyampaian materi dari guru.

Seperti yang dikemukakan Djamarah (2008) ada beberapa gejala yang

menjadi indikator adanya kesulitan belajar siswa, antara lain yaitu:

a) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang

dicapai oleh kelompok siswa di kelas.

b) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

Padahal siswa sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu

rendah.

c) Siswa lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal

dengan temannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal

dalam waktu yang lama baru selesai, dan dalam mengerjakan tugas selalu

menunda waktu.

d) Siswa menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,

berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung, dan sebagainya.

103
e) Siswa menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan

kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya siswa menjadi pemurung,

pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau

mengasingkan diri dari teman sepermainan.

f) Siswa yang tergolong memiliki IQ tinggi, secara potensial mereka

seharusnya meraih potensi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya

mereka mendapatkan presatsi belajar yang rendah.

g) Siswa yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk

sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya

menurun drastis (h. 246 - 247).

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menemukan faktor-faktor

penyebab terjadinya siswa mengalami kesulitan. Yang pertama, yaitu faktor

yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal

adalah siswa kesulitan dalam memahami maksud soal; kurang memahami

konsep luas dan keliling bangun datar; kesulitan memahami dan menghafal

rumus; kesulitan menghitung; dan kecerobohan atau tidak teliti. Yang kedua,

faktor internal yang mempengaruhi siswa salah mengerjakan soal adalah

kemampuan intelektual siswa yang rendah, sikap belajar siswa yang

cenderung cuek dan kurang disiplin, motivasi belajar rendah, konsentrasi

belajar tidak bertahan lama, kemampuan mengingat beberapa siswa rendah,

dan kemampuan pengindraan yang terganggu. Yang ketiga, Faktor eksternal

yang mempengaruhi siswa salah dalam mengerjakan soal adalah guru

104
memberikan pemahaman yang kurang jelas, lingkungan keluarga kurang

mendukung, dan lingkungan kelas yang tidak kondusif.

Karena keterbatasan peneliti, maka untuk mengatasi masalah tersebut

perlu diadakan pengajaran remedial. Proses pengajaran remidial ini dapat

disesuaikan dengan jenis kesalahan yang dilakukan siswa maupun jenis

kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Sehingga guru dalam proses

pembelajarannya harus menekankan pemahaman konsep luas dan keliling

bangun datar dengan jelas sehingga dapat lebih mudah diterima dan dipahami

siswa. Guru juga harus memastikan bahwa semua siswa memperhatikan pada

waktu dijelaskan. Rekomendasi pemecahan masalahnya adalah perlunya

pengajaran khusus sebagai pengayaan dan penyembuhan, menggunakan dan

menciptkan metode mengajar yang inovatif dan kreatif, serta memberikan

latihan.

105
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan acak

yaitu 39,74%. Kesalahan terbanyak kedua adalah kesalahan konsep

sebesar 19,47%. Kesalahan terbanyak ketiga adalah kesalahan strategi

yaitu sebesar 9,47%. Kesalahan terbanyak keempat adalah kesalahan

algoritma yaitu sebesar 8,68%. Kesalahan terbanyak kelima adalah

kesalahan dalam operasi hitung yaitu sebesar 7,90%.

2. Faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam

mengerjakan soal adalah siswa kesulitan dalam memahami maksud soal;

kurang memahami konsep luas dan keliling bangun datar; kesulitan

memahami dan menghafal rumus; kesulitan menghitung; dan

kecerobohan atau tidak teliti.

3. Faktor internal yang mempengaruhi siswa salah mengerjakan soal adalah

kemampuan intelektual siswa yang rendah, sikap belajar siswa yang

cenderung cuek dan kurang disiplin, motivasi belajar rendah, konsentrasi

belajar tidak bertahan lama, dan kemampuan mengingat beberapa siswa

rendah.

105
4. Faktor eksternal yang mempengaruhi siswa salah dalam mengerjakan soal

adalah guru memberikan pemahaman yang kurang jelas, lingkungan

keluarga kurang mendukung, dan lingkungan kelas yang tidak kondusif.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengambilan data diketahui bahwa kesalahan yang

paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan acak yaitu siswa tidak tahu

apa yang harus dilakukan sehingga jawabannya sama sekali tidak ada

kaitannya dengan soal yang ditanyakan, siswa tidak menjawab soal, dan

siswa menyimpulkan tanpa alasan yang benar. Hal ini tentu saja berhubungan

dengan cara siswa memahami konsep-konsep dalam geometri luas dan

keliling bangun datar. Berdasarkan hal tersebut, penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a) Siswa hendaknya memiliki semangat dan motivasi belajar yang lebih

tinggi dengan disiplin belajar terutama mata pelajaran matematika

materi luas dan keliling bangun datar.

b) Siswa hendaknya meningkatkan kemampuan belajar dengan lebih rajin

mengulang materi yang diajarkan guru serta turut aktif berlatih

mengerjakan variasi soal matematika pada materi luas dan keliling

bangun datar.

106
2. Bagi guru maupun calon guru

a) Guru ataupun calon guru diharapkan dapat memberikan beragam jenis

latihan soal serta menunjukkan konsep-konsep geometri luas dan

keliling bangun datar mengenai apa saja yang digunakan dalam variasi

latihan tersebut untuk meningkatkan keterampilan dalam

mengaplikasikan konsep geometri luas dan keliling bangun datar yang

sudah diberikan.

b) Guru ataupun calon guru diharapkan malakukan pendampingan khusus

bagi siswa-siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep

geometri luas dan keliling bangun datar.

3. Bagi penelitian selanjutnya

a) Peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya, disarankan untuk

memberikan soal geometri luas dan keliling bangun datar dengan

ragam yang lain sehingga dapat memungkinkan untuk menemui

kesalahan yang baru.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi

peneliti selanjutnya ketika meneliti pekerjaan siswa dalam

mengerjakan soal geometri luas dan keliling bangun datar.

107
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnisis,dan


Remediasinya). Jakarta: Rineka Cipta.

Ariani, N. (2010). Geometri dan Pengukuran. Bogor: Reka.


Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.

Arnidha, Y. (2015). “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal


Operasi Hitung Bilangan Cacah”. (November 2016) diakses dari
http://ejournal.stkipmpringsewulpg.ac.id/index.php/edumath/article/downl
oad/82/33.

Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.


Hamzah, A. (2014) Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers.
Hendriana, H & Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika.
Bandung: Refika Aditama.

Heruman. (2016). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Karso, dkk. (2014). Pendidikan Matematika 1. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Lestari, N. I. (2010). “Analisis Kemampuan Siswa SD dalam Menerjemahkan Soal


Cerita ke dalam Model Matematika dan Penyelesaiannya Terhadap Siswa
Kelas V SD Negeri Makasar 01 Pagi Jakarta Timur”. (November 2016)
diakses dari
http://digilib.ppsunj.org/pep/wr/wardani_rahayu_analisis_kemampuan_sis
wa_sd_dalam_menerjemahkan_soal_cerita.pdf

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.


Pateda, M. 1989. Analisis Kesalahan. NTT: Nusa Indah.
Pusat Bahasa Depdiknas. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

108
Ridwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneiti
Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riyanto, Y. (2009). Pradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.


Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Suardi, M. (2012). Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.


Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sulistyowati, E. (2013). “Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal Geometri pada


Siawa Kelas V SD/MI di Kota Yogyakarta”. (November 2016). Diakses
dari http://journal.uad.ac.id/index.php/JPSD/article/download/2517/pdf_7.

Sundayana, R. (2014). Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.


Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H & Djago. (2011). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bndung:


Angkasa.

Taufik, M. (2014). Psikologi Pendidikan dan Bimpesdik. Jakarta: PGSD Press.


Walle, J. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. Terjemahan
oleh Suyono. Jakarta. Erlangga.

Widdiharto, R. (2008). Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan


Alternatif Proses Remidinya. Paket Fasilitas Pemberdayaan KKG/ MGMP
Matematika . Yogyakarta: Depdiknas.

Winataputra, U. S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas


Terbuka.

109
Lampiran 1. Instrumen Soal

SOAL ULANGAN HARIAN MATEMATIKA KELAS V


Satuan Pendidikan : SD
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : V/ 2
Materi Pokok : Luas & Keliling Bangun Datar
Alokasi Waktu : 90 menit

Petunjuk :
 Tulis nama, kelas, dan nomor absen pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
 Kerjakan dengan jawaban yang benar dan teliti.
 Kerjakan dahulu soal yang kamu anggap mudah (tidak harus sesuai dengan
urutan soal).
 Jawaban hendaknya ditulis dengan jelas dan rapi.

Selamat Mengerjakan

1. Hitunglah keliling bangun datar di bawah ini !

2. Luas suatu persegi 256 cm2. Maka kelilingnya adalah ...... cm

3. Keliling suatu persegi 68 cm. Panjang sisinya adalah ...... cm.

4. Hitunglah luas belah ketupat yang panjang diagonal-diagonalnya adalah

16 cm dan 48 cm !

5. Keliling trapesium PQRS adalah ..... cm.

110
6. Keliling bangun datar di bawah ini adalah ...... cm.

7. Luas daerah bangun di bawah ini 36 cm2. Panjangnya adalah .....

8. Keliling bangun di bawah ini adalah ....

9. Sebidang ladang Pak Abdulah berbentuk segitiga. Panjang alasnya 26 m

dan tingginya 19 m. Berapa luas ladang Pak Abdulah?

10. Pada gambar di di bawah ini, PQ = 15 cm, PS = 7 cm, maka luas

jajargenjangnya yang terbentuk adalah ....

111
Lampiran 2. Kunci Jawaban

KUNCI JAWABAN
SOAL ULANGAN HARIAN LUAS DAN KELILING BANGUN DATAR
KELAS V

No. Kunci Jawaban


1. Keliling bangun datar

𝐾 = 3𝑐𝑚 + 6𝑐𝑚 + 6𝑐𝑚 + 2𝑐𝑚 + 2𝑐𝑚 + 5𝑐𝑚 + 5𝑐𝑚


= 29 cm

Jadi, keliling bangun datar tersebut adalah 29 cm.

2. Diketahui =
Luas Persegi = 256 cm2
Keliling = ..................?

L = 𝑠𝑥𝑠
256 cm2 = s2
s2 = √256
s = 16 cm

Panjang sisi persegi = 16 cm

K = 4×s
= 4 × 16 cm
= 64 cm

Jadi, keliling persegi tersebut adalah 64 cm.

3. Diketahui =
Keliling persegi = 68 cm
Panjang sisi = ................?

K = 4×s
68 cm = 4 × s

112
68
4.s = 4
= 17 cm

Jadi, panjang sisi persegi adalah 17 cm.

4. Diketahui =
Panjang diagonal (d) = d1 = 16 cm, d2 = 48 cm
Luas = .......................?
1
L = 𝑥 d1 x d2
2
1
= 2 𝑥 16 𝑐𝑚 𝑥 48 𝑐𝑚
= 384 cm2

Jadi, panjang sisi belah ketupat tersebut adalah 384 cm2.

5. Keliling trapesium PQRS =


K = 𝑆𝑅 + 𝑅𝑄 + 𝑄𝑃 + 𝑃𝑆
= 8 𝑐𝑚 + 7 𝑐𝑚 + 14 𝑐𝑚 + 7 𝑐𝑚
= 36 cm

Jadi, keliing trapesium PQRS adalah 36 cm.

6. Keliling bangun datar

𝐾 = 6 𝑐𝑚 + 2 𝑐𝑚 + 6 𝑐𝑚 + 6 𝑐𝑚 + 12 𝑐𝑚 + 8 𝑐𝑚
= 40 cm

Jadi keliling bangun datar tersebut adalah 40 cm.

7. Diketahui =
Luas persegi panjang = 36 cm2
Panjang = ..............................?

L = 𝑝𝑥𝑙
36 cm2 = 𝑝 𝑥 4 𝑐𝑚
36
𝑝 = 4
𝑝 = 9 cm

113
Jadi, panjang sisi persegi panjang adalah 9 cm.

8. Diketahui =
Panjang ( p) = 24, 5 cm
Lebar ( 𝑙 ) = 13, 5 cm
Keliling = .................?

K = 2 𝑥 ( 𝑝 + 𝑙)
= 2 𝑥 ( 24,5 𝑐𝑚 + 13,5 𝑐𝑚)
= 2 𝑥 38 𝑐𝑚
= 76 cm

Jadi, keliling persegi panjang tersebut adalah 76 cm.

9. Diketahui =
Alas (𝑎) = 26 m
Lebar/ tinggi (𝑡) = 19 m
Luas ladang = ..............?
1
L = 𝑥𝑎𝑥𝑡
2
1
= 𝑥 26 𝑚 𝑥 19 𝑚
2
1
= 2 𝑥 494 𝑚
= 247 m

Jadi, luas ladang Pak Abdullah adalah 247 m2.

10. Diketahui =
PQ = 15 cm
PS = 7 cm
Luas jajar genjang = .............?

PQ = 15 cm – 1 cm – 2 cm = 12 cm
PS = 7 cm

L = 𝑎𝑥𝑡
= 12 𝑐𝑚 𝑥 7 𝑐𝑚
= 84 cm2

Jadi, luas jajar genjang yang terbentuk adalah 84 cm2.

114
Lampiran 3. Analisis Kesalahan Siswa

No.
Indikator Nomor Absen Siswa
Soal
Kesalahan Konsep 9
Kesalahan Strategi 18, 22
1. Kesalahan Algoritma 4
Kesalahan Operasi Hitung 41
Kesalahan Acak 8, 12, 29, 34, 37

Kesalahan Konsep 5, 16, 28, 31, 34


Kesalahan Strategi 3, 4, 6, 9, 10, 12, 13, 18, 19, 20, 21, 22,
23, 25, 27 30, 35, 36, 37, 38, 39, 42
2.
Kesalahan Algoritma -
Kesalahan Operasi Hitung -
Kesalahan Acak 2, 7, 8, 11, 14, 15, 24, 29, 33, 41

Kesalahan Konsep -
Kesalahan Strategi 23
3. Kesalahan Algoritma 2, 5, 11, 15, 18, 33
Kesalahan Operasi Hitung 4, 9, 21, 18, 22, 42
Kesalahan Acak 6, 7, 8, 13, 14, 24, 29, 37, 39, 41

Kesalahan Konsep 4, 9, 12, 13, 16, 20, 23, 25, 26, 27, 28, 34,
36
Kesalahan Strategi -
4.
Kesalahan Algoritma 6, 7, 8, 19, 21, 24, 42
Kesalahan Operasi Hitung -
Kesalahan Acak 2, 11, 14, 15, 18, 22, 29, 31, 33, 39, 41

Kesalahan Konsep 3, 4, 5, 9, 10, 12, 16, 21, 25, 28, 31, 34,
35, 37, 38, 42
Kesalahan Strategi 18, 22
5. Kesalahan Algoritma -
Kesalahan Operasi Hitung 6, 8, 19, 20, 26, 27, 36
Kesalahan Acak 2, 7, 11, 13, 14, 15, 23, 24, 29, 30, 33, 39,
41

Kesalahan Konsep 4, 9
Kesalahan Strategi -
6. Kesalahan Algoritma -
Kesalahan Operasi Hitung 3, 5, 10, 16, 18, 20, 22, 25, 26, 27, 28, 30,
31, 35, 36, 38

115
Kesalahan Acak 2, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 21, 23,
24, 29, 33, 34, 37, 39, 41, 42

Kesalahan Konsep 4, 9, 18, 22, 30, 36, 38


Kesalahan Strategi -
Kesalahan Algoritma 12, 13, 16, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 31,
7. 42
Kesalahan Operasi Hitung -
Kesalahan Acak 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 14, 15, 19, 24, 29,
33, 35, 37, 39, 41

Kesalahan Konsep 3, 4, 5, 9, 10, 12, 16, 18, 22, 25, 28, 30,
34, 35, 37, 38
Kesalahan Strategi -
8. Kesalahan Algoritma -
Kesalahan Operasi Hitung -
Kesalahan Acak 2, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 23,
24, 26, 27, 29, 31, 33, 36, 39, 41, 42

Kesalahan Konsep 4, 9, 18, 22, 30, 35, 38


Kesalahan Strategi 3, 5, 10
Kesalahan Algoritma -
9. Kesalahan Operasi Hitung -
Kesalahan Acak 2, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 23,
24, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 39,
41, 42

Kesalahan Konsep 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11


Kesalahan Strategi 12, 16, 25, 28, 31, 34
Kesalahan Algoritma 18, 22, 26, 27, 30, 35, 37, 38
10.
Kesalahan Operasi Hitung -
Kesalahan Acak 2, 7, 8, 13, 14, 19, 20, 21, 23, 24, 29, 33,
36, 39, 41, 42

116
Lampiran 4. Tabel Rincian Kesalahan

Siswa yang Siswa yang Siswa yang


No Siswa yang
tidak Mengerjakan Mengerjakan
Soal Mengerjakan
Mengerjakan Benar Salah
∑ ∑ % ∑ % ∑ %
1 1 38 100% 33 86,84% 4 10,52%
2 - 38 100% 20 52,63% 18 47,37%
3 2 36 94,73% 28 73,68% 8 21,05%
4 5 33 86,84% 9 23,68% 24 63,16%
5 7 31 81,57% 0 0,00% 31 81,58%
6 - 38 100% 0 0,00% 38 100%
7 - 38 100% 29 76,32% 9 23,68%
8 2 36 94,73% 0 0% 36 94,74%
9 3 35 92,10% 5 13,16% 30 78,95%
10 11 27 71,05% 0 0% 27 71,05%

117
118
Lampiran 6. Analisa Kesalahan Hasil Ulangan Harian

1) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 04 (Belgis Asyariah)

1. Pada soal nomor 1

a) Petikan hasil jawaban siswa

b) Analisis

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa menuliskan sisi untuk yang ditanyakan pada soal

tersebut.

- Siswa menjumlahkan sisi secara terpisah.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak dapat mengetahui proses untuk menyelesaikan soal tersebut

meskipun sudah menentukan rumus dengan tepat. Menjumlahkan namun

tidak sesuai dengan rumus. Siswa menjumlahkan sisi secara terpisah.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa melihat adanya gabungan

dari dua bangun datar, oleh sebab itu ia menjumlahkannya secara terpisah.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan algoritma yaitu siswa tidak

dapat menerapkan prosedur penyelesaian.

119
2. Pada soal nomor 2

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa salah dalam menuliskan apa yang diketahui.

- Siswa tidak mencari luas persegi terlebih dahulu untuk mencari

sisinya.

- Siswa tidak menghitung hasilnya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

salah dalam menuliskan apa yang diketahui, karena sisi persegi tidak

diketahui. Siswa menuliskan angka 4 pada sisi persegi yang seharusnya

ditanyakan dan menuliskan angka 68 cm seharusnya 256 cm. Penyebabnya

adalah kemungkinan karena siswa mengingat rumus keliling pada persegi

yang terdapat angka 4 dan siswa salah fokus terhadap soal yang akan

dikerjakan berikutnya seharusnya menuliskan 256 cm sebagai

penyebutnya namun ini menuliskn angka 68 cm. Siswa tidak mencari luas

persegi terlebih dahulu untuk mencari sisinya. Siswa tidak sampai selesai

mengerjakan soal, bisa dilihat pada jawaban siswa, ia tidak menghitung

hasilnya. Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa kurang terampil

menggunakan ide penyelesaian soal dan tidak memahami langkah yang

terlebih dahulu dikerjakan. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

120
strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan dan memilih beberapa

konsep untuk menyelesaikan soal.

3. Pada soal nomor 3

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan

ditanyakan.

- Siswa tidak menghitung hasilnya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

salah dalam menuliskan apa yang diketahui seharusnya S adalah yang

ditanyakan, namun ia menuliskannya dengan angka 4. Padalah dalam

proses pengerjaannya sudah benar. Siswa tidak sampai selesai

mengerjakan soal, bisa dilihat pada jawaban siswa, ia tidak menghitung

hasilnya atau jawabannya hanya dikosongi begitu saja. Penyebabnya

adalah kemungkinan karena siswa kurang teliti dan terburu-buru dalam

melakukan perhitungan. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

operasi hitung yaitu siswa tidak menjalankan tahapan-tahapan operasi

hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal.

121
4. Pada soal nomor 4

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan

- Siswa salah menggunakan rumus untuk mencari belah ketupat.

- Angka yang dituliskan tidak ada pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari luas

belah ketupat. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana siswa salah

dalam menggunaan rumusnya, ia menuliskan rumus keliling persegi untuk

menyelesaikan soal. Angka-angka yang dituliskan siswa untuk

menyelesaikan soal tidak ada pada soal, ia menuliskan angka 68 dan 4.

Sedangkan pada soal diagonal yang diketahui adalah 16 cm dan 48 cm.

langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan sama dengan nomor

sebelumnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

122
5. Pada soal nomor 5

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah menggunakan rumus untuk mencari keliling

trapesium.

- Angka yang dituliskan tidak ada pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari keliling

trapesium. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana siswa salah dalam

menggunaan rumusnya, ia menuliskan rumus keliling persegi untuk

menyelesaikan soal. Angka-angka yang dituliskan siswa tidak ada pada

soal, ia menuliskan angka 6 dan 67. Dan langkah-langkah penyelesaian

yang dilakukan sama dengan nomor sebelumnya. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan konsep yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan

kondisi prasyarat berlakunya rumus.

123
6. Pada soal nomor 6

jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah menggunakan rumus untuk mencari keliling

gabungan dari bangun datar.

- Angka yang dituliskan tidak ada pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari keliling.

Hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana siswa salah dalam menggunaan

rumusnya, ia menuliskan rumus secara asal. Angka-angka yang dituliskan

siswa tidak ada pada soal, ia menuliskan angka 1, 3, 5 dan 31 Dan

langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan sama dengan nomor

sebelumnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

124
7. Pada soal nomor 7

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah menggunakan rumus persegi panjang.

- Angka yang dituliskan tidak ada pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari luas

persegi panjang yang mana panjangnya belum diketahui. Hal ini terlihat

dari jawaban siswa dimana siswa salah dalam menggunaan rumusnya, ia

menuliskan rumus secara asal. Angka-angka yang dituliskan siswa tidak

ada pada soal, ia menuliskan angka 3 dan 67. Langkah-langkah

penyelesaian yang dilakukan sama dengan nomor sebelumnya. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu penggunaan rumus

tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus.

125
8. Pada soal nomor 8

Jawaban siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah menggunakan rumus keliling persegi panjang.

- Angka yang dituliskan tidak ada pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari luas

persegi panjang. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana siswa salah

dalam menggunaan rumusnya, ia menuliskan rumus secara asal. Angka-

angka yang dituliskan siswa tidak ada pada soal, ia menuliskan angka 2, 3,

4, 8, dan 87. Langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan sama dengan

nomor sebelumnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep

yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

126
9. Pada soal nomor 9

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah menggunakan rumus keliling persegi panjang.

- Angka yang dituliskan tidak ada pada soal

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari luas

persegi panjang. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana siswa salah

dalam menggunaan rumusnya, ia menuliskan rumus secara asal. Angka-

angka yang dituliskan siswa tidak ada pada soal, ia menuliskan angka 2, 4,

6, 7, dan 76. Langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan sama dengan

nomor sebelumnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep

yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

127
10. Pada soal nomor 10

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah menggunakan rumus keliling persegi panjang.

- Angka yang dituliskan tidak ada pada soal

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari luas

persegi panjang. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana siswa salah

dalam menggunaan rumusnya, ia menuliskan rumus secara asal. Angka-

angka yang dituliskan siswa tidak ada pada soal, ia menuliskan angka 2,3,

4, 5, dan 56. Langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan sama dengan

nomor sebelumnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep

yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

128
2) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 10 (Dini Nur Sabila)

1. Pada soal nomor 1

Jawaban siswa:

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

menjawab soal dengan benar dan menyelesaikan soal dengan prosedur

yang hampir sempurna hanya saja tidak menuliskan rumusnya. Tidak ada

kesalahan pada soal nomor 1.

2. Pada soal nomor 2

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa salah dalam menuliskan apa yang diketahui.

- Siswa tidak mencari sisi persegi terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa telah mengetahui

konsep dari persegi hanya saja ia tidak menuliskan rumusnya. Selain itu,

terlihat bahwa siswa kurang teliti dan tidak bisa mentransfer apa yang

diketahui dari soal. Hal ini bisa dilihat dari jawaban siswa, ia menuliskan s

= 256, seharusnya adalah L = 256 cm2. Siswa juga tidak mencari sisi

persegi terlebih dahulu, sehingga ketika menghitung keliling ia

129
menggunakan angka 4 lalu dibagi lagi dengan angka 4. Hal ini terlihat dari

jawaban siswa ia mengalikan 4 dengan luas persegi 256 cm2, kemudian ia

membaginya lagi dengan angka 4. Hasil yang ia tuliskan 1024 cm

merupakan hasil dari 256 × 4. Siswa hanya langsung mengerjakan

mengerjakan soal secara sederhana sesuai dengan apa yang ia tangkap dari

soal tersebut. Ini menunjukkan bahwa pada saat mengerjakan soal, siswa

hanya berorientasi pada jawaban dan hasil akhirnya saja, tanpa

mempedulikan tentang prosesnya. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan dan memilih

beberapa konsep atau cara dalam relasi yang tepat.

3. Pada soal nomor 3

Jawaban siswa:

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

menjawab soal dengan benar dan menyelesaikan soal dengan prosedur

yang hampir sempurna. Ia menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan, serta menggunakan rumus dengan tepat. Tidak ada kesalahan

pada soal nomor 3.

130
4. Pada soal nomor 4

Jawaban siswa:

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

menjawab soal dengan benar dan menyelesaikan soal dengan prosedur

yang hampir sempurna. Ia tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan, namun menggunakan rumus dengan tepat. Tidak ada

kesalahan pada soal nomor 4.

5. Pada soal nomor 5

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah dalam menentukan rumus keliling trapesium.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Siswa salah

dalam menentukan rumus, ia menggunakan rumus luas trapesium untuk

menyelesaikan soal tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan siswa kurang

131
teliti dalam membaca soal. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

konsep yaitu kesalahan dalam menentukan rumus atau definisi untuk

menjawab soal.

6. Pada soal nomor 6

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah dalam menghitung keliling dari gabungan bangun

datar.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

lagi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya

kemungkinaan karena siswa terburu-buru dalam mengerjakan soal. Siswa

sudah memahami maksud dari soal yang diberikan. Ia tahu bahwa keliling

merupakan jumlah dari seluruh sisi. Siswa hanya menuliskan dan

menghitung angka yang tertera saja yaitu 8 + 6 + 2 + 12, kemudian

menghitung hasilnya. Seharusnya ada dua sisi lagi yang belum diketahui,

kemungkinan karena siswa kurang teliti dan kurang bisa memahami

dengan baika cara mentransfer apa yang sudah diketahui sehingga siswa

hanya mengerjakan angkat-angka yang tertera pada gambar, sehingga ia

salah menghitung jumlahnya. Dengan demikian, siswa melakukan

132
kesalahan operasi hitung yaitu siswa salah menghitung, akan tetapi konsep

matematika yang digunakan sudah benar.

7. Pada soal nomor 7

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

- Tidak menuliskan rumus.

- Hanya menuliskan jawabannya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, ia menuliskan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan. Namun dalam pengerjaannya ia tidak

menggunakan rumus, hanya menuliskan jawabannya saja yaitu 9. Siswa

tidak menggunakan langkah-langkah penyelesaian soal. Kemungkinan

bukannya siswa tidak dapat mentransfer namun siswa terburu-buru dalam

mengerjakan soal. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan pada saat

mengerjakan soal, siswa hanya menyontek jawaban dari temannya. Karena

tanpa menghitung, ia bisa mendapatkan hasil yang benar. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa hanya menuliskan

jawabannya tanpa tahu prosedur penyelesaian soalnya.

133
8. Pada soal nomor 8

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menggunakan rumus.

- Siswa hanya menjumlahkan angka yang tertera pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, dalam pengerjaannya

siswa tidak menggunakan rumus, siswa hanya menjumlahkan 24,5 + 13,5

sehingga didapat hasil 38,0. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan

siswa lupa dengan rumus persegi panjang, karena ia langsung mencari

nilai dari data yang ada pada soal. Akibatnya, hasil akhirnya pun menjadi

salah. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

kesalahan dalam menentukan rumus atau definisi untuk menjawab soal.

9. Pada soal nomor 9

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan.

- Menggunakan tiga rumus.

134
Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa menuliskan rumus

segitiga namun tidak menyelesaikan sampai pada hasilnya. Siswa

menggunakan tiga rumus sekaligus padahal alas dan tingginya sudah

diketahui yaitu alanya 26 m dan tingginya 19 m. Hal ini mungkin

dikarenakan siswa bingung untuk menerapkan mana rumus yang akan

digunakan. Padahal pada awal menjawab soal siswa sudah menerapkan

rumus dengan tepat, tinggal menulikan hasilnya saja. Dengan demikian,

siswa melakukan kesalahan strategi yaitu kesalahan yang dilakukan siswa

karena ketidakmampuan siswa dalam memilih konsep yang tepat.

10. Pada soal nomor 10

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa hanya mengalikan apa yang diketahui.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa sepertinya juga

belum memahami konsepnya, ia langsung mengalikan apa yang diketahui

yaitu 15 × 7 maka diperoleh hasilnya 105 cm, tidak menggunakan rumus

dalam penyelesaian soalnya. Gambar pada soal merupakan bangun datar

persegi panjang, dimana ada bangun datar jajar genjang didalamnya yang

tiap sisinya harus dikurang 1 cm dan 2 cm. Hal ini dikarenakan

kemungkinan siswa hanya melihat angka yang sudah diketahui, padahal

ada angka lain yang diketahui pada gambar. Kemungkinan siswa tidak

135
memahami keseluruhan dari suatu soal. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan konsep yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena

salah dalam memahami konsep luas jajar genjang.

3) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 12 (Fany Hustiyanah)

1. Pada soal nomor 1

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa adalah:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

- Tidak menuliskan rumus.

- Hanya menuliskan jawabannya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa tidak biasa menuliskannya. Terlihat juga

bahwa siswa hanya menuliskan jawabannya saja yaitu 29 cm tanpa

menggunakan rumus atau prosedur penyelesaian soal. Hal ini

menunjukkan bahwa kemungkinan pada saat mengerjakan soal, siswa

hanya menyontek jawaban dari temannya, ia bingung pada soal gabungan

dari bangun datar. Karena tanpa menghitung, ia bisa mendapatkan hasil

yang benar. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu

136
siswa hanya menuliskan jawabannya tanpa tahu prosedur penyelesaian

soalnya.

2. Pada soal nomor 2

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa salah dalam menuliskan apa yang diketahui.

- Siswa tidak mencari luas persegi terlebih dahulu untuk mencari

sisinya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

salah dalam menuliskan apa yang diketahui, karena sisi persegi tidak

diketahui. Ia menuliskan s = 256 seharusnya L = 256. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa kurang teliti dalam mentransfer apa yang

diketahui. Siswa tidak mencari luas persegi terlebih dahulu untuk mencari

sisinya. Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa kurang terampil

menggunakan ide penyelesaian soal dan tidak memahami langkah yang

terlebih dahulu dikerjakan. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan dan memilih beberapa

konsep untuk menyelesaikan soal.

137
3. Pada soal nomor 3

Jawaban siswa:

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

menjawab soal dengan benar dan menyelesaikan soal dengan prosedur

yang hampir sempurna. Ia menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan, serta menggunakan rumus dengan tepat. Tidak ada kesalahan

pada soal nomor 3.

4. Pada soal nomor 4

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan

- Siswa salah menggunakan rumus untuk mencari belah ketupat.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa juga tidak memahami tentang konsep dari luas

belah ketupat. Hal ini terlihat dari jawaban siswa dimana siswa salah

138
dalam menggunaan rumusnya, a + b ia jumlahkan seharusnya a × b dan

tidak menggunakan tinggi. Sehingga ia salah dalam mengerjakan soalnya.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu penggunaan

rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus.

5. Pada soal nomor 5

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan

- Siswa tidak menggunakan rumus dalam mengerjakan soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa hanya langsung menghitung angka yang diketahui

yaitu dengan cara menjumlahkannya 14 + 8 = 19. Angka 2 ia peroleh


(𝑎+𝑏)
kemungkinan ingat dari luas trapesium adalah 𝐿 = 2
× 𝑡, oleh sebab itu

ia bagi dengan angka 2. Siswa sepertinya lupa tentang konsep keliling dari

trapesium. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

kesalahan yang dilakukan siswa karena salah memahami konsep keliling

trapesium.

139
6. Pada soal nomor 6

Jawawab siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa adalah:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

- Tidak menuliskan rumus.

- Hanya menuliskan jawabannya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa tidak biasa menuliskannya. Terlihat juga

bahwa siswa hanya menuliskan jawabannya saja yaitu 28 cm tanpa

menggunakan rumus atau prosedur penyelesaian soal. Hal ini

menunjukkan bahwa kemungkinan pada saat mengerjakan soal, siswa

hanya menyontek jawaban dari temannya, ia bingung pada soal gabungan

dari bangun datar. Meskipun jawabannya salah. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan acak yaitu siswa hanya menuliskan jawabannya

tanpa tahu prosedur penyelesaian soalnya.

7. Pada soal nomor 7

Jawaban siswa:

140
Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa mengerjakan tanpa menggunakan rumus.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa tidak biasa menuliskannya. Siswa menghitung

angka yang tertera saja pada soal atau angka yang diketahui saja, tanpa tau

tahapan-tahapan yang harus ditempuh sesuai dengan rumus luas persegi

panjang dimana yang dicari adalah pajang dari persegi panjang. Meskipun

jawabannya benar yaitu 9 cm, namun Ia membagi angka yang tertera saja

yaitu 36 dengan 4 maka diperoleh hasil 9 cm. Kemungkinan karena siswa

memilih langkah atau prosedur yang praktis yaitu langsung mengerjakan

soal secara sederhana sesuai dengan apa yang ia tangkap dari soal tersebut.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan algoritma yaitu siswa tidak

menerapkan prosedur penyelesain dengan baik.

8. Pada soal nomor 8

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menggunakan rumus.

- Siswa hanya menjumlahkan angka yang tertera pada soal.

141
Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, dalam pengerjaannya

siswa tidak menggunakan rumus, siswa hanya menjumlahkan 24,5 + 13,5

sehingga didapat hasil 38,0. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan

siswa lupa dengan rumus persegi panjang, karena ia langsung mencari

nilai dari data yang ada pada soal. Akibatnya, hasil akhirnya pun menjadi

salah. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

kesalahan dalam menentukan rumus atau definisi untuk menjawab soal.

9. Pada soal nomor 9

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

menjawab soal dengan benar dan menyelesaikan soal dengan prosedur

yang hampir sempurna. Ia tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan, juga tidak menuliskan rumus.

10. Pada soal nomor 10

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah memasukan variabel ke dalam rumus.

142
Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa sudah benar

dalam menentukan rumus luas jajar genjang. Hal ini terlihat ia menuliskan

𝐿 = 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 . Namun, dalam mensubstitusikan nilai variabel ke dalam

rumus sepertinya ia bingung. Karena gambar pada soal merupakan bangun

datar persegi panjang, dimana ada bangun datar jajar genjang didalamnya

yang tiap sisinya harus dikurang 1 cm dan 2 cm. Ia mengalikan 15 dan 7.

Kemudian ia menuliskan angka 12, kemungkinan 12 di dapat dari 15𝑐𝑚 −

1𝑐𝑚 − 2𝑐𝑚 = 12𝑐𝑚, namun ia membaginya dengan 7. 105 di dapat dari 15

× 7. Namun ia tidak menuliskan langsung 15 × 7. Hasil akhir yang

diperoleh siswa salah. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

strategi yaitu siswa tidak dapat mensubstitusikan nilai variabel kedalam

rumus.

4) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 22 (Hikmah Nurul)

1. Pada soal nomor 1

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa menjumlahkan sisi secara terpisah.

143
Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

bingung menyelesaikan soal tersebut meskipun sudah menentukan cara

yang yang hampir tepat. Menjumlahkan namun tidak sesuai dengan rumus.

Siswa menjumlahkan sisi secara terpisah, terlihat dia memisah luas dan

keliling untuk dijumlahkan. Penyebabnya adalah kemungkinan karena

siswa melihat adanya gabungan dari dua bangun datar, oleh sebab itu ia

menjumlahkannya secara terpisah. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan konsep yang

ada.

2. Pada soal nomor 2

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah menentukan apa yang diketahui.

- Siswa tidak mencari sisi persegi terlebih dahulu.

- Siswa tidak menghitung jawaban akhir.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

salah dalam menuliskan apa yang diketahui, karena keliling adalah yang

ditanyakan. Ia menuliskan K = 256 seharusnya L = 256. Penyebabnya

144
adalah kemungkinan karena siswa kurang teliti dalam mentransfer apa

yang diketahui. Siswa tidak mencari luas persegi terlebih dahulu untuk

mencari sisinya. Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa kurang

terampil menggunakan ide penyelesaian soal dan tidak memahami langkah

yang terlebih dahulu dikerjakan. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan dan memilih

beberapa konsep untuk menyelesaikan soal.

3. Pada soal nomor 3

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa tidak menghitung hasilnya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

salah dalam menuliskan apa yang diketahui seharusnya S adalah yang

ditanyakan, namun ia menuliskannya dengan angka 4. Padahal dalam

proses pengerjaannya sudah benar. Siswa tidak sampai selesai

mengerjakan soal, bisa dilihat pada jawaban siswa, ia tidak menghitung

hasilnya atau jawabannya hanya dikosongi begitu saja. Penyebabnya

145
adalah kemungkinan karena siswa kurang teliti dan terburu-buru dalam

melakukan perhitungan. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

operasi hitung yaitu siswa tidak menjalankan tahapan-tahapan operasi

hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal.

4. Pada soal nomor 4

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menjawab soal.

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

Berdasarkan jawaban siswa pada nomor 4, terlihat bahwa ia

mengkosongkan atau tidak menjawab soal. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa mengerjakan soal tidak berurutan sehingga

terlewati atau juga karena ia tidak tahu proses pengerjaannya. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa tidak menjawab

soal.

5. Pada soal nomor 5

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

146
- Siswa siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa membagi dengan angka 4.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

awalnya paham dengan rumus keliling trapesium yaitu menjumlahkan sisi

PQRS, namun setelahnya ia bingung menyelesaikan soal tersebut

meskipun sudah menentukan cara yang yang hampir tepat. Ia

menjumlahkan namun ia membaginya dengan angka 4. Penyebabnya

adalah kemungkinan karena siswa kurang memahami langkah-langkah

mencari keliling trapesium. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan konsep yang ada.

6. Pada soal nomor 6

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah dalam menghitung keliling dari gabungan bangun

datar.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

lagi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya

147
kemungkinaan karena siswa terburu-buru dalam mengerjakan soal. Siswa

sudah memahami maksud dari soal yang diberikan. Ia tahu bahwa keliling

merupakan jumlah dari seluruh sisi. Siswa hanya menuliskan dan

menghitung angka yang tertera saja yaitu 5 + 6 + 8 + 2 + 12, kemudian

menghitung hasilnya. Ia juga menuliskan angka 5, sedangkan pada sisinya

tidak ada 5 cm. Seharusnya ada dua sisi lagi yang belum diketahui,

kemungkinan karena siswa kurang teliti dan kurang bisa memahami

dengan baika cara mentransfer apa yang sudah diketahui sehingga siswa

hanya mengerjakan angkat-angka yang tertera pada gambar, sehingga ia

salah menghitung jumlahnya. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan operasi hitung yaitu siswa salah menghitung, akan tetapi konsep

matematika yang digunakan sudah benar.

7. Pada soal nomor 7

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa tidak menggunakan rumus untuk mencari panjang sisi

persegi panjang.

148
Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

lagi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya

kemungkinan karena siswa tidak terbiasa menuliskan dan terburu-buru

dalam mengerjakan soal. Siswa juga tidak menggunakan rumus untuk

menyelesaikan soal sehingga ia bingung dalam pengerjaannya. Ia juga

menuliskan angka secara asal dalam mengerjakan, ia hanya menjumlahkan

angka 4 + 5, kemudian 4 + 4, sedangkan yang diketahui adalah luas

persegi panjang 36 cm2, dan lebarnya 4 cm. Penyebabnya kemungkinan

siswa tidak mau mengingat rumus dari persegi panjang oleh sebab itu ia

mengerjakannya secara serampangan. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan konsep yaitu tidak dapat menentukan rumus dengan tepat.

8. Pada soal nomor 8

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa tidak menggunakan rumus.

- Siswa hanya menjumlahkan angka yang tertera pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, dalam pengerjaannya

siswa tidak menggunakan rumus, siswa mencari luas dan keliling, ia hanya

149
menjumlahkan 24,5 cm + 13,5 cm sehingga didapat hasil 37,10 cm. Ia pun

salah menghitungnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan siswa

lupa dan tidak mau mengingat rumus persegi panjang, karena ia langsung

mencari nilai dari data yang ada pada soal. Akibatnya, hasil akhirnya pun

menjadi salah. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

tidak dapat menentukan rumus dengan tepat.

9. Pada soal nomor 9

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa tidak menggunakan rumus.

- Siswa hanya menjumlahkan angka yang tertera pada soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, dalam pengerjaannya

siswa tidak menggunakan rumus, siswa mencari luas dan keliling, ia

menjumlahkan 26 + 19 sehingga didapat hasil 45 cm. Ia juga

menjumlahkan 3 + 5, 3 + 45 = 48 cm. Dari jawaban tersebut siswa asal

dalam mengerjakan. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan siswa lupa

dan tidak mau mengingat rumus luas segitiga, ia langsung mencari nilai

dari data yang ada pada soal. Akibatnya, hasil akhirnya pun menjadi salah.

150
Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu tidak dapat

menentukan rumus dengan tepat.

10. Pada soal nomor 10

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa mencari luas dan keliling.

- Siswa mengerjakan tanpa menggunakan rumus.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa menghitung angka

yang tertera saja pada soal atau angka yang diketahui saja, tanpa tau

tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Pada luas ia menjumlahkan saja 15

+ 7 didapat hasilnya 22. Kemudian pada keliling ia hitung 4 + 22.

Kemungkinan ia menghitung dengan angka 4 karena ingat keliling persegi,

dan 22 itu ia anggap sisinya. Lalu ia jumlahkan 4 + 22 = 26. Siswa

memilih langkah atau prosedur yang praktis yaitu langsung mengerjakan

soal secara sederhana sesuai dengan apa yang ia tangkap dari soal tersebut.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan algoritma yaitu siswa tidak

menerapkan prosedur penyelesain dengan baik.

151
5) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 29 (Muhammad Rafly)

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa adalah:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

- Tidak menuliskan rumus.

- Hanya menuliskan jawabannya.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, dari nomor 1 sampai 10

siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa tidak biasa

menuliskannya. Terlihat juga bahwa siswa hanya menuliskan jawabannya

tanpa menggunakan rumus atau prosedur penyelesaian soal. Hal ini

menunjukkan bahwa kemungkinan pada saat mengerjakan soal, siswa

hanya menyontek jawaban dari temannya. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan acak yaitu siswa hanya menuliskan jawabannya

tanpa tahu prosedur penyelesaian soalnya.

152
6) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 31 (Ratna Ayu Utami)

1. Pada soal nomor 1

Jawaban siswa:

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

menjawab soal dengan benar dan menyelesaikan soal dengan prosedur

yang hampir sempurna hanya saja tidak menuliskan rumusnya. Tidak ada

kesalahan pada soal nomor 1.

2. Pada soal nomor 2

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa salah dalam menentukan rumus.

- Siswa tidak mencari sisi persegi terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa hanya membagi

angka yang tertera. Selain itu, terlihat bahwa siswa kurang teliti dan tidak

bisa mentransfer apa yang diketahui dari soal. Siswa juga tidak mencari

sisi persegi terlebih dahulu, sehingga ketika menghitung keliling ia

langsung membagi 256 : 4 diperoleh hasil 64. Siswa hanya langsung

mengerjakan mengerjakan soal secara sederhana sesuai dengan apa yang ia

tangkap dari soal tersebut. Ini menunjukkan bahwa pada saat mengerjakan

soal, siswa hanya berorientasi pada jawaban dan hasil akhirnya saja, tanpa

153
mempedulikan tentang prosesnya. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan konsep yaitu siswa tidak dapat menentukan rumus dengan tepat.

3. Pada soal nomor 3

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

menjawab soal dengan benar dan menyelesaikan soal dengan prosedur

yang hampir sempurna hanya saja tidak menuliskan apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan. Tidak ada kesalahan pada soal nomor 3.

4. Pada soal nomor 4

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menjawab soal.

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

Berdasarkan jawaban siswa pada nomor 4, terlihat bahwa ia

mengkosongkan atau tidak menjawab soal. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa mengerjakan soal tidak berurutan sehingga

terlewati atau juga karena ia tidak tahu proses pengerjaannya. Dengan

154
demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa tidak menjawab

soal.

5. Pada soal nomor 5

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan

- Siswa tidak menggunakan rumus dalam mengerjakan soal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, terlihat bahwa siswa

tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Penyebabnya adalah kemungkinan karena siswa memang tidak terbiasa

menuliskannya. Siswa hanya langsung menghitung angka yang diketahui

yaitu dengan cara menjumlahkannya 8 + 14 = 22 : 2 = 11. Angka 2 ia


(𝑎+𝑏)
peroleh kemungkinan ingat dari luas trapesium adalah 𝐿 = 2
× 𝑡, oleh

sebab itu ia bagi dengan angka 2. Siswa sepertinya lupa tentang konsep

keliling dari trapesium. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

konsep yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena salah memahami

konsep keliling trapesium.

6. Pada soal nomor 6

Jawaban siswa:

155
Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa salah dalam menghitung keliling dari gabungan bangun

datar.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

lagi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya

kemungkinaan karena siswa terburu-buru dalam mengerjakan soal. Siswa

sudah memahami maksud dari soal yang diberikan. Ia tahu bahwa keliling

merupakan jumlah dari seluruh sisi. Siswa hanya menuliskan dan

menghitung angka yang tertera saja yaitu 12 + 2 + 6 + 18 diperoleh

hasilnya 51. Seharusnya ada dua sisi lagi yang belum diketahui,

kemungkinan karena siswa kurang teliti dan kurang bisa memahami

dengan baik cara mentransfer apa yang sudah diketahui sehingga siswa

hanya mengerjakan angka-angka yang tertera pada gambar, sehingga ia

salah menghitung jumlahnya. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan operasi hitung yaitu siswa salah menghitung, akan tetapi konsep

matematika yang digunakan sudah benar.

7. Pada soal nomor 7

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

156
- Siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.

- Siswa mengerjakan tanpa menggunakan rumus.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa tidak menuliskan

apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa tidak biasa menuliskannya. Siswa menghitung

angka yang tertera saja pada soal atau angka yang diketahui saja, tanpa tau

tahapan-tahapan yang harus ditempuh sesuai dengan rumus luas persegi

panjang dimana yang dicari adalah pajang dari persegi panjang. Meskipun

jawabannya benar yaitu 9 cm, namun Ia membagi angka yang tertera saja

yaitu 36 dengan 4 maka diperoleh hasil 9 cm. Kemungkinan karena siswa

memilih langkah atau prosedur yang praktis yaitu langsung mengerjakan

soal secara sederhana sesuai dengan apa yang ia tangkap dari soal tersebut.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan algoritma yaitu siswa tidak

menerapkan prosedur penyelesain dengan baik.

8. Pada soal nomor 8

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menjawab soal.

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

157
Berdasarkan jawaban siswa pada nomor 8, terlihat bahwa ia

mengkosongkan atau tidak menjawab soal. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa mengerjakan soal tidak berurutan sehingga

terlewati atau juga karena ia tidak tahu proses pengerjaannya. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa tidak menjawab

soal.

9. Pada soal nomor 9

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Siswa tidak menjawab soal.

- Siswa tidak menyelesaikan soal dengan baik.

Berdasarkan jawaban siswa pada nomor 9, terlihat bahwa ia

mengkosongkan atau tidak menjawab soal. Penyebabnya adalah

kemungkinan karena siswa mengerjakan soal tidak berurutan sehingga

terlewati atau juga karena ia tidak tahu proses pengerjaannya. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa tidak menjawab

soal.

158
10. Pada soal nomor 10

Jawaban siswa:

Kesalahan yang dilakukan siswa:

- Rumus yang digunakan benar, namun ada satu langkah

penyelesaian yang terlewati.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, siswa sepertinya

memahami konsepnya, ia langsung mengalikan apa yang diketahui yaitu

15 × 7 maka diperoleh hasilnya 105, siswa menggunakan rumus dalam

penyelesaian soalnya. Gambar pada soal merupakan bangun datar persegi

panjang, dimana ada bangun datar jajar genjang didalamnya yang tiap

sisinya harus dikurang 1 cm dan 2 cm. Hal ini dikarenakan kemungkinan

siswa hanya melihat angka yang sudah diketahui dan tidak tahu bagaimana

angka 1 cm dan 2 cm dimasukkan ke dalam rumus. Dengan demikian,

siswa melakukan kesalahan strategi yaitu kesalahan yang dilakukan siswa

karena tidak dapat mensubstitusikan nilai variabel ke dalam rumus.

159
Lampiran 7. Analisa Hasil Wawancara Siswa

1) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 04 (Belgis Asyariah)

Petikan Wawancara Nomor 1

P : “Coba perhatikan gambar pada soal nomor 1! Bentuk bangun datar apakah

itu”

S : “Bentuk panah bu.”

P : “Coba amati lagi (sambil menunjuk gambar soal nomor 1).”

S : (memberi garis putus-putus pada gambar) “ohh.. ada 2 bangun datar bu.”

P : “Apa saja”

S : “Persegi panjang dan segitiga.”

P : “Apa yang ditanyakan?”

S : “Keliling bangun datar bu.”

P : “Apa yang diketahui?”

S : “6cm, 2cm, 5cm, 5cm, 2cm, 6cm, 3cm.”

P : “Mana yang lebih dahulu dikerjakan?”

S : “Tidak tahu bu.”

P : “Yang kamu sebutkan angka beserta satuan tadi namanya apa?”

S : “Sisi bu.”

P : “Kemudian rumus apa yang kamu gunakan?”

S : “Jumlah sisi. Seperti ini bu.” (Menunjuk hasil yang ia tulis pada lembar

jawaban)

P : “Kamu menjumlahkan sisi dan keliling secara terpisah ?”

160
S : “Ya, bu kan ada dua bangun datarnya.”

P : “Angka 7 kamu dapat darimana?”

S : “2 + 5 bu, ehhh ... bagaimana ya. Tidak tahu bu.”

P : “Apakah proses perhitungan yang kamu lakukan sudah benar?”

S : “Sudah bu. Saya lihat dari teman”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tahu bahwa pada soal

nomor 1 merupakan gabungan dari dua bangun datar, akan tetapi dalam

penyelesaiannya ia menjumlahkan sisi menjadi dua bagian. Seharunya

dijumlahkan keseluruhan. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

algoritma yaitu siswa tidak dapat menerapkan prosedur penyelesaian.

Petikan Wawancara Nomor 2

P : “Coba perhatikan soal nomor 2! Apa yang ditanyakan?”

S : “Keliling persegi, bu.”

P : “Apa yang diketahui dalam soal tersebut?”

S :” Emmmm ..... tidak tahu bu. Eh iya 256 cm bu.”

P : “Kok ini ditulis 68. Kamu peroleh darimana? Coba diteliti lagi!”

S : “Ini nomor 3 bu tahunya angka yang aku tulis. Berarti salah

mengerjakan.”

P : “Coba tulis rumus keliling persegi.”

S : “Begini bu, 4 x s. Seperti yang aku kerjakan.” (Menunjuk jawaban pada

kertas jawaban)

P : “Apakah rumus itu cukup untuk menyelesaikan soalnya.”

161
S : “Iya bu.”

P : “Kenapa kamu tidak menuliskan hasilnya?”

S : “Buru-buru bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tahu apa yang

ditanyakan namun salah dalam menyebutkan apa yang diketahui. Ia juga tahu

rumus keliling persegi. Akan tetapi salah dalam mengerjakan soal, ia

memasukkan angka yang diketahui pada nomor 3 dan menurutnya rumus yang

digunakan untuk menyelesaikan soal hanya cukup mencari kelilingnya saja,

padahal seharusnya dicari panjang sisi persegi terlebih dahulu baru kemudian

mengerjakan kelilingnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan strategi

yaitu siswa tidak dapat menghubungkan dan memilih beberapa konsep untuk

menyelesaikan soal.

Petikan Wawancara Nomor 3

P : “Sekarang nomor 3, apa yang diketahui dari soal tersebut?”

S : “68 cm.”

P : “68 cm itu apa ?”

S : “Keliling persegi bu.”

P : “Kemudian apa yang ditanyakan?”

S : “Sisi persegi, bu.”

P : “Coba bagaimana keliling persegi?”

S : “4 x s bu. Sama seperti soal nomor 2.”

P : “Mengapa kamu menuliskan s = 4.”

162
S : “Iya bu, kan rumusnya 4 x s.”

P : “Lalu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?”

S : “Seperti ini ibu. (Melihat dan menunjuk hasil jawabannya).”

P : “Lalu mengapa ini tidak menghitung hasilnya?”

S : “Saya, sulit menghitungnya bu.”

P : “Coba dihitung dulu sini.”

S : “Pake hitung susun boleh bu.”

P : “Boleh, gunakan cara yang kamu bisa.”

S : (Menghitung)

P : “Kok lama hitungnya.”

S : “16, bukan bu.”

P : “Yakin, coba hitung lagi.”

S : “Iya, bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa sudah mengetahui apa

yang ditanyakan dan apa yang diketahui, rumus yang digunakan unruk

menyelesaikan soal juga benar 4 x s. Akan tetapi siswa tidak menghitung

jawabannya dengan alasan sulit. Setelah dicoba ternyata benar ia salah dalam

melakukan perhitungan. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan operasi

hitung yaitu siswa tidak menjalankan tahapan-tahapan operasi hitung yang

digunakan untuk menyelesaikan soal.

163
Petikan Wawancara Nomor 4.

P : “Perhatikan soal nomor 4. Apa yang diketahui dari soal tersebut?”

S : “16 dan 48 bu.

P : “Itu termasuk apa?”

S : “Emmmmmm .... tidak tahu bu.”

P : “Kemudian apa yang ditanyakan?”

S : “Luasnya bu.”

P : “Luas apa? Baca yang teliti soalnya!”

S : “Iya bu. Ini luas belah ketupat.”

P : “Coba hasil jawaban kamu seperti apa?”

S : “Begini bu.” (Menunjuk pada lembar jawabannya).

P : “Apakah rumus yang kamu gunakan sudah benar?”

S : “Seperti ini bu. 4 x s.”

P : “Berarti sama dengan rumus keliling persegi.”

S : “Eh iya bu, beda.”

P : “Lalu bagaimana rumusnya?”

S : “Tidak tahu, lupa bu.”

P : “Kamu juga menuliskan semua angka 68, bukan angka yang diketahui

dari soal tersebut.”

S : “Iya bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa menyebutkan 16 dan

48 dan ia tidak tahu itu merupakan diagonalnya. Namun ia tahu apa yang

ditanyakan. S04 juga belum mengetahui rumus dari belah ketupat, yang ia sebutkan

164
adalah keliling dari persegi yaitu 4 x s. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan konsep yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat

berlakunya rumus.

Petikan Wawancara Nomor 5

P : “Lanjut pada soal nomor 5. Bentuk bangun datar apa itu?”

S : “Iya bu. Emmm jajar genjang.”

P : “Coba baca soalnya.”

S : (Membaca soal) “eh ini gambar trapesium ibu.”

P : “Kamu tahu rumus luas trapesium?”

S : (Diam). “Kalau tidak salah a x t, bu.”

P : “Kalau kelilingnya? Dan ini kamu mengerjakan pakai rumus apa?”

S : “Itu bu menghitung angka saja. Lupa rumusnya.”

P : “Tapi soal yang kamu kerjakan angka-angkanya tidak ada pada soal.

Menurut kamu ini sudah benar.”

S : “Belum bu, saya bingung.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa salah menyebutkan

gambar, yang ia ketahui adalah jajar genjang kemudian setelah ia teliti baru tahu

bahwa itu trapesium. Siswa bingung dalam menentukan rumus dan

penyelesaiannya. Ia hanya menghitung angka-angkanya saja, namun juga angka-

angka yang ia kerjakan tidak ada pada soal. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan konsep yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat

berlakunya rumus.

165
Petikan Wawancara Nomor 6

P : “Pada soal nomor 6 gambar apa itu?”

S : “Seperti huruf L bu. Ini gabungan bangun datar.”

P : “Apa yang ditanyakan?”

S : “Kelilingnya bu.”

P : “Bagaimana kamu menyelesaikannya.”

S : (Menunjuk jawabannya). “Begini bu.”

P : “Apakah rumusnya benar?”

S : “Tidak tahu bu.”

P : “Tapi kamu bisa menyelesaikan soal nomor satu meskipun jawabannya

salah.”

S : “Iya, ngerjainnya sama temen bu dan terburu-buru waktunya sudah mepet

soalnya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa mengetahui gabungan

dari bangun datar yang diperintahkan untuk mencari kelilingnya. Ia tidak tahu

rumus dan penyelesaiannya. Menurutnya ia mengerjakan soal diskusi bersama

teman dan waktu pengerjaannya sudah hampir habis. Angka-angka yang ia

kerjakan tidak ada pada soal. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

konsep yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

166
Petikan Wawancara Nomor 7

P : “Selanjutnya di nomor 7. Ini kenapa kamu mengerjakan soal dengan

menghitung angka yang tidak ada pada soal?”

S : “Saya bingung bu.”

P : “Coba pahami soalnya! Bangun datar apa itu?”

S : “Ini persegi panjang ibu.”

P : “Apa yang di cari?”

S : “Luasnya bu.”

P : “Coba baca lagi!”

S : (Membaca soal dan memahaminya) “Ini luasnya sudah ada bu.”

P : “Berapa?”

S : “36 cm, bu.”

P : “Berarti apa yang ditanyakan?”

S : Panjangnya.

P : “Apa rumus dari persegi panjang?”

S : “s x s, bu.”

P : Kalau luas persegi panjang s x s, maka luas persegi rumusnya apa?

S : “4 x s bu.”

P : “Yakin. Coba lihat jawaban kamu. Rumus yang kamu gunakan asal dan

angka yang kamu hitung tidak ada pada soal. Tadi yang diketahui

luasnya kan 36 cm, ini kenapa kamu mengalikan angka 3 dan 6.

Kemudian angka 67 kamu peroleh darimana.”

S : (Tersenyum) “Saya bingung bu. Tidak tahu.”

167
Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tidak memahami

soalnya. Ia merasa kebingungan dan tidak teliti. Setelah mencoba untuk dipahami

ia menyebutkan jika luas persegi panjang adalah s x s dan luas persegi adalah 4 x

s. Ia tidak tahu rumus dan penyelesaiannya. Angka-angka yang ia kerjakan tidak

ada pada soal. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus.

Petikan Wawancara Nomor 8

P : “Nah pada nomor ini sama bangun datar persegi panjang. Kamu tidak tahu

rumusnya?”

S : “Saya lupa bu.”

P : “Ini sudah dari kelas 4 loh diajarkan rumus sederhana bangun datar.”

S : “Iya bu....” (Tersenyum)

P : “Coba baca soalnya. Apa yang ditanyakan?”

S : “Ini yang ditanyakan keliling persegi panjang, bu.”

P : “Ingat rumusnya!”

S : “Tidak, bu.”

P : “Kok kemarin bisa mengerjakan seperti itu?”

S : “Asal bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa mengetahui apa yang

ditanyakan. Menurutnya ia asal dalam mengerjakan soalnya karena tidak tahu

bagaimana cara pengerjaannya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

168
konsep yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

Petikan Wawancara Nomor 9

P : “Coba perhatikan soal nomor 9. Baca dan pahami soalnya!”

S : “Iya bu.”

P : “Kata kunci apa yang bisa kamu gunakan untuk mengerjakan soal?”

S : “Alas 26 m dan tinggi 19 m.”

P : “Iya betul. Kemudian apa yang harus dicari?”

S : “Luas ladang Pak Abdullah, bu.”

P : “Ladang nya berbentuk apa?”

S : (Sambil membaca soal kembali) “Segitiga, bu.”

P : “Apa rumus luas segitiga?”

S : (Berpikir) “Lupa bu tidak tahu.”

P : “Coba lihat hasil jawaban kamu sama seperti jawaban-jawaban pada soal

sebelumnya, angka dan prosedurnya tidak sesuai.”

S : “Asal saya kerjakan, ibu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tahu apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal. Ia tidak tahu langkah penyelesaian

dalam mencari luas ladang Pak Abdullah yang berbentuk segitiga. Menurutnya ia

asal dalam mengerjakan soal. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

konsep yaitu penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya

rumus.

169
Petikan Wawancara Nomor 10

P : “Apa yang kamu ketahui dari soal nomor 10?”

S : “Gambar persegi panjang yang di dalamnya ada gambar jajar genjangnya,

bu.”

P : “Bisa mengerjakannya?”

S : “Tidak bu, saya bingung.”

P : “Coba lihat jawaban kamu, dari mulai nomor 1 sampai 10 sepertinya

belum paham betul untuk memahami rumus-rumus dari bangun datar.”

S : “Iya bu, susah soalnya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tahu gambar bangun

datar yang ada pada soal. Namun, Ia tidak tahu langkah penyelesaian dalam

mencari luas jajar genjangnya. Menurutnya ia asal dalam mengerjakan soal.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu penggunaan rumus

tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus.

2) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 10 (Dini Nur Sabila)

Petikan Wawancara Nomor 2

P : “Soal nomor 1 kamu menyelesaikannya dengan baik. Coba baca dan

pahami soal nomor 2. Apa yang ditanyakan?”

S : “Yang ditanya adalah keliling dari persegi ibu.”

P : “Lalu apa yang sudah diketahui?”

S : “256 cm2 yang merupakan luas dari persegi.”

P : “Bagaimana kamu menyelesaikannya?”

170
S : “Seperti ini bu (menunjuk jawabannya).”

P : “Rumus apa yang kamu gunakan?”

S : “Keliling persegi 4 x s.”

P : “Selanjutnya bagaimana?”

S : “Jadi 4 x 256 cm kemudian 256 : 4 hasilnya 64.”

P : “Berarti kamu menghitungnya dibolak-balik. Ini ada hasil 1.024 kamu

peroleh darimana?”

S : “Itu hasil dari 4 x 256, bu. Saya bingung bu mana dulu.”

P : “Kamu yakin dengan penyelesaiannya?”

S : “Kalau rumusnya iya bu. Tapi ini hasilnya tidak tahu.”

P : “Iya. Seharusnya kamu mencari sisi persegi dulu dari luas yang sudah

diketahui supaya tidak bingung.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tahu apa yang

ditanyakan dan apa yang diketahui. Ia juga mengetahui keliling dari persegi.

Menurutnya bingung saat mengerjakan, ia mengalikan 4 x 256 lalu membaliknya

lagi 256 : 4 = 64, kemudian ada hasil 1.24 iya dapat dari 256. Ia yakin jika

rumusnya benar namun tidak dengan hasilnya. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan dan

memilih beberapa konsep atau cara dalam relasi yang tepat.

Petikan Wawancara Nomor 5

P : “Jawaban pada soal nomor 3 dan 4 langkah-langkah penyelesaian yang

ditempuh benar. Sekarang coba nomor 5, baca dulu soalnya!”

171
S : “Iya bu ini mencari keliling trapesium.”

P : “Apa kata kunci yang kamu dapat untuk mengerjakannya?”

S : “Maksudnya bu?”

P : “Apa yang diketahui?”

S : “Ohh.. ini sisi SR yaitu 8cm dan sisi PQ yaitu 14cm dan tingginya 7cm.”

P : “Kemudian rumus apa yang kamu gunakan?”

S : (Menunjuk jawaban) “Seperti ini bu ½ (a + b) x t kemudian tinggal

menghitung dan memasukkannya dalam rumus, tapi saya lupa memasukan

angka 7 ke dalam rumus bu, jadi hanya 14 + 8 lalu dibagi 2 hasilnya 11.”

P : “Kamu yakin sudah menentukan langkah penyelesaian dengan benar?”

S : “Iya bu.”

P : “Bukankah rumus yang kamu gunakan adalah luas dari trapesium?”

S : “Iya bu.”

P : “Yang ditanya pada soal apa tadi?”

S : “Eh iya, yang ditanya kelilingnya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, siswa tahu dari

maksud soal apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Ia pun menyebutkan

sisi-sisi yang ada pada soal. Menurutnya dalam menyelesaikan soal ia

menggunakan rumus dari luas trapesium dan ia sudah yakin dari jawabannya.

Namun setelah di pahami lagi ternyata ia baru menyadari kalau yang digunakan

untuk mengerjakan soal adalah luas trapesium bukan rumus keliling trapesium.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu kesalahan dalam

menentukan rumus atau definisi untuk menjawab soal.

172
Petikan Wawancara Nomor 6

P : “Selanjutnya nomor 6. Baca soalnya!”

S : “Ini perintah soalnya mencari keliling dari gabungan bangun datar, bu.”

P : “Bagaimana dengan jawabanmu?”

S : “Ini bu, saya menjumlahkan seluruh sisinya.”

P : “Ya benar, coba mana jawabanmu!”

S : (Menunjuk jawabannya) “Seperti ini bu, 8 + 6 + 2 + 12.”

P : “Langkah penyelesaiannya sudah benar, coba teliti kembali.”

S : “Sudah bu. Apanya bu....?”

P : “Ada dua sisi lain yang angkanya tidak tertera dan kamu harus

menghitungnya terlebih dahulu baru diketahui sisinya.”

S : “Oiya... ibu, (menunjuk sisi) ini seharusnya 6 dan sisi satunya lagi 8 – 2 =

6 . jadi, dua sisi yanng belum diketahui 6 cm dan 6 cm ya, bu.”

P : “Iya, seperti itu. Lalu mengapa pada jawabanmu belum selesai sudah

dijumlahkan saja.”

S : “Tidak teliti dan terburu-buru bu. Waktunya sudah mepet.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, siswa memahami

maksud soal apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Ia menunjukkan

jawabannya dengan cara menjumlahkan seluruh sisinya. Ia tidak teliti saat

mengerjakan ada dua sisi yang tidak ia kerjakan. Namun, setelah ia pahami ia tahu

sisi-sisi yang harus dicari, ia menyebutkan 2 sisi yang dicari yaitu 6 cm.

Menurutnya ia terburu-buru karena waktu mengerjakan soal hampir habis.

173
Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan operasi hitung yaitu siswa salah

menghitung, akan tetapi konsep matematika yang digunakan sudah benar.

Petikan Wawancara Nomor 7

P : “Sekarang nomor 7. Baca dan pahami lagi soalnya!”

S : “Ini bangun datar persegi panjang dimana luas sudah diketahui bu 36

cm2.”

P : “Apa yang ditanyakan?”

S : “Panjang sisinya, bu.”

P : “Bagaimana kamu menyelesaikannya? Coba lihat jawabanmu! Kamu

hanya menuliskan jawabannya saja.”

S : “Iya bu, waktunya mepet.”

P : “Tapi kamu tahu rumusnya.”

S : “p x l, bu.”

P : “Padahal jawabannya benar 9. Tapi kamu tidak menuliskan prosedur

penyelesaiannya.”

S : “Iya bu, lihat punya teman.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa memahami maksud

dari soal, namun ia hanya menuliskan jawabannya. Menurutnya karena waktu

yang hampir habis. Dan jawaban itu ia dapatkan dari teman. Dengan demikian,

siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa hanya menuliskan jawabannya tanpa

tahu prosedur penyelesaian soalnya.

174
Petikan Wawancara Nomor 8

P : “Apa yang ditanyakan pada soal nomor 8?”

S : “Keliling dari bangun persegi panjang, bu.”

P : “Mengapa jawabanmu hanya menjumlahkan angka yang tertera saja 24,5

+ 13,5 ?”

S : “Iya bu. Sudah mepet waktunya. Jadi lihat teman saja yang sudah yang

mana.”

P : “Tapi kamu tahu rumusnya?”

S : “4 x s, bu.”

P : “Benarkah itu rumusnya?”

S : “Iya bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tahu apa yang

ditanyakan. Menurutnya ia hanya menjumlahkan angka yang tertera pada soal

karena waktunya hampir habis dan salah dalam mengingat rumusnya. Ia

menyebutkan rumus keliling persegi yaitu 4 x s. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan konsep yaitu kesalahan dalam menentukan rumus atau

definisi untuk menjawab soal.

Petikan Wawancara Nomor 9

P : “Sekarang baca soal nomor 9! Apa yang diketahui?”

S : “Panjang alas dan tinggi dari ladang Pak Abdullah yang berbentuk

segitiga.”

P : “Berapa?”

175
S : “Alasnya 26 m dan tingginya 19 m. Yang ditanyakan itu luas kebunnya.”

P : “Iya benar. Kemudian bagaimana kamu menyelesaikannya?”

S : “Seperti ini bu.” (Menunjuk jawaban)

P : “Mengapa kamu menggunakan beberapa rumus?”

S : “Iya bu. Saya bingung dan terburu-buru. Malah saya pakai rumus untuk

mencari alas dan tinggi.”

P : “Padahal rumus awal yang kamu gunakan sudah benar, tinggal

menghitung hasilnya saja.”

S : “ ½ x a x t, ya bu.”

P : “Iya itu tinggal menghitung hasilnya saja. Maka jawaban kamu akan

benar.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa tahu apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan. Ia mengatakan bahwa meggunakan rumus

untuk mencari alas dan tinggi, padahal pada rumus yang pertama yang ia gunakan

benar. Hal itu dikarenakan ia bingung dan terburu-buru. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan strategi yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena

ketidakmampuan siswa dalam memilih konsep yang tepat.

Petikan Wawancara Nomor 10

P : “Lanjutkan pada soal terakhir, coba kamu pahami. Apa yang ditanyakan?”

S : “Ini mencari luas jajar genjang yang ada di dalam persegi panjang, bu.”

P : “Ini juga kamu hanya menuliskan jawabannya saja.”

176
S : “Saya lupa rumus jajar genjang bu, jadi saya kalikan saja angka yang

tertera 15 x 7 = 105 cm. Tapi saya tidak tahu ini pada setiap sisi PQRS

diketahui 1 cm dan 2 cm.”

P : “Iya, Seharusnya sisi PQ = 15 cm – 1 cm – 2 cm hasilnya 12 cm, jadi sisi

PQ adalah 12 cm bukan lagi 15 cm, kan sisi - sisinya sudah dikurang.

Kemudian 7 cm adalah tinggi dari PS.”

S : “Seharusnya saya teliti, bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa mengetahui apa yang

ditanyakan pada soal. Menurutnya ia lupa rumus dari jajar genjang, jadi dikalikan

saja angka yang tertera. Ia pun tidak memahami sisi lain yang ada pada bangun

datar karena kurang teliti dalam mengerjakan. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan konsep yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena salah dalam

memahami konsep luas jajar genjang.

3) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 12 (Fany Hustiyanah)

Petikan Wawancara Nomor 1

P : “Mulai dari soal nomor 1 dulu ya. Gambar apa itu?”

S : “Gabungan bangun datar, bu. Kalau diberi garis putus, ada bangun datar

segitiga dan persegi panjang.”

P : “Apa yang ditanyakan soal tersebut?”

S : “Kelilingnya, bu.”

P : “Lihat jawabanmu! Mengapa hanya menuliskan hasilnya saja tanpa pakai

cara penyelesaian.”

177
S : “Iya bu. Saya lihat teman.”

P : “Jadi kamu tidak tahu penyelesaiannya.”

S : “Yang penting hasilnya kan benar, bu. Kayak gini juga malah lebih

mudah, ngerjainnya juga bisa cepet.”

P : “Iya, tapi kamu tidak tahu prosesnya.”

S : “Nilainya juga sama kok, jadi nggak berpengaruh.”

P : “Ya nilainya beda dong....Masak jawaban yang lengkap dengan jawaban

yang tidak lengkap nilainya sama.”

S : “Tapi gurunya ngasih nilainya sama kok. Yang penting kan hasilnya

benar.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, siswa mengetahui apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Menurutnya ia menuliskan hanya

jawabannya saja tanpa pakai prosedur penyelesaian. Siswa berorientasi hanya

pada hasil, karena ia beranggapan yang terpenting hasilnya benar. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa hanya menuliskan

jawabannya tanpa tahu prosedur penyelesaian soalnya.

Petikan Wawancara Nomor 2

P : “Sekarang soal nomor 2. Coba baca dan pahami soalnya!”

S : “Iya, bu.”

P : “Apa yang ditanyakan dari soal itu?”

S : “Keliling dari persegi, bu. Ini yang diketahui adalah luasnya 256 cm2.”

P : “Bagaimana kamu menyelesaikan soalnya?”

178
S : “Ini seperti ini, bu.” (Menunjuk jawabannya)

P : “Kamu menuliskan yang diketahui s = 256, apa menurutmu sudah benar?”

S : “Eh... iya buu, itu kan luasnya. Rumusnya 4 x s, tidak saya tulis. Saya

kalikan saja bu 4 x 256 hasilnya 1.024.”

P : “Iya, rumus keliling yang kamu gunakan sudah benar. Tapi panjang sisi

perseginya kan belum diketahui. Jadi kamu harus cari dulu sisinya

dengan cara mengakarkan luas persegi baru kamu hitung kelilingnya.”

S : “Saya bingung bu, mana dulu yang dikerjakan jadi dikalikan saja angka

yang ada.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, memahami apa yang

ditanyakan, namun salah menuliskan apa yang diketahuinya. Menurutnya ia

mengetahui rumus keliling persegi tapi rumusnya tidak ia tulis dan hanya

mengalikan 4 x 256. Ia merasa bingung mana dulu yang harus diselesaikan.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat

menghubungkan dan memilih beberapa konsep untuk menyelesaikan soal.

Petikan Wawancara Nomor 4

P : “Soal nomor 3 kamu kerjakan dengan prosedur yang benar sehingga

jawabanyapun benar. Sekarang coba baca dan pahami soal nomor 4!”

S : “ Baik, bu.”

P : “Apa yang ditanyakan soal nomor 4?”

S : “Luas belah ketupat. Dimana panjang diagonalnya 16 cm dan 48 cm.”

P : “Bisakah kamu mengerjakan soal itu?”

179
S : “Bisa bu, saya menjawabnya seperti ini (Menunjuk dan melihat

jawabannya).”

P : “Coba jelaskan!”

S : “L = ½ (a + b) t, lalu angka yang diketahui tadi dimasukkan dalam rumus.

Jadinya ½ (16 + 48) hasilnya 64 bu, tapi tingginya tidak ada. Saya

bingung bu.”

P : “Yakin, rumus yang kamu gunakan sudah tepat?”

S : “Iya bu.”

P : “Coba kamu gambar belah ketupat, tulis masing-masing diagonalnya.”

S : “Dimana gambarnya, bu.”

P : “Dikertas ini tidak apa.”

S : (Menggambar belah ketupat).

P : “Coba lihat diagonalnya ada berapa?”

S : “Dua, bu.”

P : “Jadi dapat disimpulkan bagaimana rumusnya?.”

S : “ Emmm ...... dibagi dua ya bu?”

P : “Iya, ½ x d1 x d2. Coba hitung hasilnya!”

S : (Menghitung)

P : “Sudah ketemu? Jawabannya berapa?”

S : “384, bu.”

P : “Kalau jawabanmu yang tadi berapa?”

S : “64. Saya salah rumusnya bu.”

P : “Iya, seharusnya lebih teliti dan fokus mengerjakannya.”

180
Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, memahami apa yang

dimaksud dari soal, ia pun yakin bahwa rumus yang digunakan sudah benar.

Namun setelah yakin, ia bingung ketika memasukkan angka yang diketahui pada

rumus. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu penggunaan

rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus.

Petikan Wawancara Nomor 5

P : “Sekarang nomor 5 kalau gitu. Ini kamu menjumlahkan angka yang tertera

saja yaitu 14 + 8 kemudian hasilnya kamu bagi 2.

a+b
S : “Iya bu, kan rumusnya .”
2

P : “Coba hitung 14 + 8 berapa ?”

S : “19, bu ini jawaban saya.”

P : “Hitung lagi!”

S : (Sambil menghitung dikertas)” eh iya bu seharusnya 22. Saya juga salah

menghitung pembagiannya.

P : “Keliling itu adalah jumlah dari seluruh sisi, jadi pada gambar trapesium

ini sisi-sisinya dijumlahkan. Lihat sisinya SR + RQ + QP + PS. Coba

kamu hitung jumlahnya berapa?”

S : “ Jadi 8 + 7 + 14 + 7 = 36, bu.”

P : “Nah seperti itu.”

S : “ Iya bu, coba saya ingat caranya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, memahami apa yang

dimaksud dari soal, ia pun yakin bahwa rumus yang digunakan sudah benar.

181
Namun setelah yakin, ia pun menghitungnya salah. Rumus yang ia tangkap

a+b
ternyata salah, ia menggunakan rumus , seharusnya hanya dijumlahkan saja.
2

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu kesalahan yang

dilakukan siswa karena salah memahami konsep keliling trapesium.

Petikan Wawancara Nomor 6

P : “Lanjut pada soal nomor 6, Ini kenapa kamu hanya menuliskan

jawabannya saja?”

S : (Tersenyum).

P : “Coba kamu lihat itu gambar apa?”

S : “Ini gabungan bangun datar bu.”

P : “Iya, lalu apa yang kamu ketahui dari gambar itu?”

S : “Sisi-sisinya bu ada 8 cm, 6 cm, 2 cm, 12 cm bu?”

P : “Tadi yang ibu bilang kalau rumus keliling itu apa?”

S : (Berpikir sejenak). Jumlah sisinya bu.

P : “Lalu kenapa kamu hanya tulis jawabannya?”

S : “Saya kemarin ngerjainnya ada yang nyontek teman bagian yang susah,

bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, memahami apa yang

dimaksud dari soal, Ia menyebutkan sisi-sisi yang terdapat pada gambar gabungan

bangun datar. Menurutnya ia hanya menuliskan jawabannya saja karena

menyontek hasil teman, padahal ia tahu bahwa rumus mencari keliling ialah

menjumlahkan semua sisinya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan acak

182
yaitu siswa hanya menuliskan jawabannya tanpa tahu prosedur penyelesaian

soalnya.

Petikan Wawancara Nomor 7

P : “Mari dilanjutkan soal nomor 7, baca dan pahami dulu soalnya?”

S : “Baik, bu.”

P : “ Apa yang ditanyakan?”

S : (Berpikir). Panjang sisi dari persegi panjang.

P : “Iya, betul. Kemudian bagaimana kamu menyelesaikannya?”

S : “Ini ada luasnya bu 36 cm saya bagi saja dengan 4 cm. Maka didapatlah

9.”

P : “Apa menurutmu sudah benar.”

S : “Sudah, bu.”

P : “Tapi kamu tahu rumusnya? Mengapa kamu tidak menulisnya?

S : "p x l". Tapi saya itu bingung menempatkan nya bu.”

P : “Maksudnya?”

S : “Iya biar simple aja saya bagia aja angka yang angka tidak perlu pakai

rumus yang penting kan hasilnya benar bu.”

P : “Iya, tapi kan cara penyelesaian dalam matematika itu harus dengan

prosesnya baru hasilnya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, memahami apa yang

dimaksud dari soal, ia menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

pada soal. Ia tahu rumus yang digunakan adalah 𝑝 𝑥 𝑙. Namun, ia memilih

langsung membagikan saja angka yang diketahui. Karena menurutnya ia bingung

183
nanti bagaimana menempatkan caranya. Ia lebih mementingkan hasil dari pada

prosesnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan algoritma yaitu siswa

tidak menerapkan prosedur penyelesain dengan baik.

Petikan Wawancara Nomor 8

P : “Selanjutnya di nomor 8 masih seputar persegi panjang. Apa yang kamu

tangkap dari soal tersebut?”

S : “24,5 dan 13,5. Ini suruh mencari keliling.”

P : “Pada jawabanmu hanya kamu jumlahkan saja.”

S : “iya bu, biar cepet selesai saja, saya juga lupa rumusnya.”

P : “Padahal sudah diajarkan loh dari kelas 4.”

S : “Banyak rumus yang harus diingat bu, jadi suka terbalik-balik dan lupa.”

P : “Padahal dari luas persegi panjang 2 x (p + l), tinggal kamu kalikan 2

saja. Jumlah yang kamu hitung 24,5 + 13,5 = 38,0 , itu sudah benar

tinggal dikalikan 2 saja.”

S : “Yah salah...”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, ia mengetahui apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Menurutnya ia hanya menjumlahkan

saja pada angka-angka yang tertera yaitu 24,5 + 13,5 = 38,0. Ia lupa dengan

rumusnya, karena banyak rumus yang harus diingat. Sehingga jawabannya

menjadi salah. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu

kesalahan dalam menentukan rumus atau definisi untuk menjawab soal.

184
Petikan Wawancara Nomor 10

P : “Nomor 9 kamu selesaikan dengan tepat perhitungannya, hasilnya pun

benar hanya saja tidak menggunakan rumus. Sekarang nomor 10, baca

dan pahami soalnya?”

S : “Iya bu, itu gambar persegi panjang didalam ada jajar genjangnya.”

P : “Apa yang diketahui?”

S : “ PQ = 15 cm, PS = 7cm. Yang ditanya luas jajar genjangnya bu.”

P : “Coba lihat jawabanmu, sudah benarkah rumusnya?”

S : “a x t, bu.”

P : “Iya, benar. Setelah itu bagaimana perhitungannya?”

S : “Seperti ini, bu. (Menunjuk jawabannya). Saya mengalikan 15 x 7, lalu

malah saya mencari alas dengan membagi 12 : 7

P : “Angka 12 kamu dapat darimana?”

S : “15 – 1 – 2 = 12.”

P : “ Kenapa tidak 7 yang dikurang 1 dan 2.”

S : “Kan sisiya ada di PQ, bu. Kalo 7 kan PS. Dan 7 itu tingginya.”

P : “Ini kamu sudah paham namun kenapa kemarin saat mengerjakan soal

salah dalam memasukan angka ke dalam rumusnya?”

S : “Waktu itu buru-buru, bu. Terus kan diskusi sama teman, jadi bingung

sendiri jawabannya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, ia mengetahui apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Ia juga menyebutkan rumus yang benar

yaitu 𝐿 = 𝑎 𝑥 𝑡. Ia mengerjakannya diskusi dengan teman. Menurutnya ia sudah

185
paham namun bingung, ia mencari alas. Padahal alas sudah diketahui jika PQ = 15

– 1 – 2. Jadi dibolak-balik angka yang diketahui. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat mensubstitusikan nilai

variabel kedalam rumus.

4) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 22 (Hikmah Nurul)

Petikan Wawancara Nomor 1

P : “Coba perhatikan soal nomor 1! Gambar apa itu?”

S : “Iya bu, ini gambar panah. Ini kalau di pisah gini jadi ada dua bu

gambarnya.”

P : “Apa yang kamu lihat?”

S : “Segitiga sama persegi, bu.”

P : “Iya, betul. Lalu perintah soalnya?”

S : “Hitunglah keliling bangun datarnya, bu.” (Membaca soal).

P : “Lalu gimana kamu kerjainnya?”

S : “Begini bu.” (Menunjuk pada lembar jawabannya)

P : “Sudah tepatkah, jawabanmu?”

S : “Udah, bu...”

P : “Kenapa kamu pisah jumlah sisi-sisinya ini? Kan yang ditanya hanya

keliling”

S : “Kan ada dua bu bangun datarnya, saya pisah aja kerjainnya. Habis

bingung.”

P : “ Kamu tahu rumus keliling?

186
S : “Jumlah dari sisi-sisinya, bu.”

P : “Iya, benar. Kamu sudah tahu rumusnya hanya saja penyelesaiannya

kurang tepat.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, mengetahui apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan. Namun, menurutnya saat menghitung ia

memisah perhitungan menjadi dua yaitu luas dan keliling. Ia paham rumusnya

namun dalam perhitungan ia bingung. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan konsep yang ada.

Petikan Wawancara Nomor 2

P : “Sekarang lanjut nomor 2. Baca dan pahami soalnya!”

S : “Ya, bu. Ini disuruh cari kelilingnya.”

P : “Tepat sekali, lalu apa yang diketahui?”

S : “256 cm itu luasnya.”

P : “Bisakah kamu menyelesaikannya?”

S : “Kaya gini, bu.” (Menunjuk jawabannya)

P : “Apa rumus keliling persegi?”

S : “4 x s”

P : “Coba pahami lagi soalnya!”

S : (Membaca soal)

P : “Tulis disini!”

S : (Mengambil kertas)

P : “Kamu tadi sudah tahu kalau 256 adalah luas dari persegi. Ini kenapa pada

jawabanmu 256 kamu tempatkan sebagai keliling?”

187
S : “Eh... iya bu.”

P : “Rumus kelilingnya sudah benar ini, tapi seharusnya kamu cari panjang

sisinya dulu. Ayo tulis rumus luas persegi apa?”

S : “s x s”

P : “Masukan angka yang kamu ketahui ke dalam rumus persegi.”

S : (Menulis) “Ini berarti s2, bu?

P : “Nah, iya. Kalau ditukar tempatnya yang tadinya dipangkat jadi apa?”

S : “akar bukan bu?”

P : “Iya. Coba kamu hitung dulu.”

S : (Mencoba menghitung) “akar dari 256 itu 16 bu.

P : “Nah, itu baru ketemu panjang sisinya. Baru kamu masukkan ke dalam

rumus keliling, jadi tidak langsung mengerjakan angka yang ada saja”

S : “Saya coba hitung lagi ya bu.” (Menghitung)

P : “Iya, coba dulu.”

S : “64”

P : “Nah, itu baru tepat. Jadi berapa rumus yang harus kamu kerjakan?”

S : “2 kali pake rumus, bu. Berarti cara saya salah ya bu?”

P : “Bukan salah, hanya belum tepat saja. Kamu juga tidak menghitung hasil

akhirnya. Sering kan diberi soal seperti ini sama bu guru?”

S : “Iya bu, habis biar cepet selesai.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, ia mengetahui apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Rumus keliling persegi yang ditentukan

sudah benar yaitu 4 𝑥 𝑠. Namun, ia tidak menentukan sisinya terlebih dahulu. Saat

188
mencoba dikerjakan dengan teliti lagi ia bisa mnyelesaikannya dengan mencari

sisinya terlebih dahulu dengan cara diakarkan dari luasnya. Ia mencari cara yang

cepat namun membuat langkahnya tidak tepat. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan strategi yaitu siswa tidak dapat menghubungkan dan

memilih beberapa konsep untuk menyelesaikan soal.

Petikan Wawancara Nomor 3

P : “Sekarang nomor 3. Baca dan pahami lagi!”

S : (Membaca soal).

P : “Apa yang ditanyakan dari soalnya?”

S : “Panjang sisi, bu.”

P : “Dari bangun apa?”

S : “Persegi. Ini kelilingnya udah diketahui 68 cm.”

P : “Bagaimana dengan jawabanmu?”

S : “Begini, bu.” (Menunjuk jawabannya)

P : “Ini kenapa kamu tidak menuliskan hasilnya. Padahal penyelesaiannya

hampir benar.”

S : “Iya bu, nunggu temen juga nulis hasilnya.”

P : “Kamu diskusi dengan teman mengerjakannya.”

S : “Iya bu.” (Tertawa)

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, mengetahui apa yang

diketahui dan ditanyakan. Penyelesaian yang dilakukan hampir benar.

Menurutnya ia mengerjakan dengan menunggu hasil dari temannya. Ia tidak

189
menghitung hasilnya. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan operasi

hitung yaitu siswa tidak menjalankan tahapan-tahapan operasi hitung yang

digunakan untuk menyelesaikan soal.

Petikan Wawancara Nomor 4

P : “Sekarang nomor 4, ya.”

S : (Tersenyum-senyum...)

P : “Kenapa?”

S : “Nggak bisa, bu. Jadinya nggak tak dikerjain.”

P : “Kok enggak bisa kenapa? Belum pernah dikasih materi tentang belah

ketupat, ya?”

S : “Sudah pernah sih, tapi bingung bu. Lupa.”

P : “Kok bisa lupa?”

S : “Soalnya waktu gurunya jelasin materinya cepet banget, kebanyakan kerja

kelompoknya. Jadi masih belum paham.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, siswa memilih untuk

tidak mengerjakan apa yang ditanyakan dari soal. Hal ini dikarenakan siswa lupa

tentang materi yang ada pada soal, yaitu materi luas belah ketupat, walaupun

sebenarnya siswa sudah pernah memperoleh materi itu sebelumnya dari guru.

Tetapi pada saat guru menerangkan materi, guru hanya menjelaskan kepada siswa

secara sekilas saja, akibatnya siswa masih belum paham tentang materi itu

sepenuhnya.dan karena kekurangpahaman pada materi itulah akhirnya siswa

memilih untuk tidak mengerjakannya. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan acak yaitu siswa tidak menjawab soal.

190
Petikan Wawancara Nomor 5

P : “Nomor 5 sekarang, kamu baca dulu soalnya?”

S : “Ini mencari keliling trapesium, bu.”

P : “Mana jawabanmu?”

S : “Ini bu saya jumlahkan saja.”

P : “Kenapa ini kamu bagi dengan angka 4.”

S : “Saya ingat rumus keliling persegi bu, ada angka 4 nya.

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, ia menjumlahkan yang

diketahui, namun malah membaginya dengan 4, menurutnya ia ingat rumus

keliling persegi. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan strategi yaitu

siswa tidak dapat menghubungkan konsep yang ada.

Petikan Wawancara Nomor 6

P : “Coba pahami soal nomor 6, gambar apa itu?”

S : “Ini gabungan bangun datar, bu.”

P : “Lalu apa yan ditanyakan?”

S : “Ini suruh mencari kelilingnya.”

P : “Mana jawabanmu?”

S : “Saya jumlahkan saja sisi-sisinya bu.”

P : “Tapi kamu tahu rumusnya?”

S : “Kalo ga salah dijumlahin aja bu semua sisinya. Inget kata buguru kalo

ada gambar gabungan bangun datar terus suruh cari keliling jumlahkan

semua sisinya.”

191
P : “Betul, tapi kamu tau nggak kalo ada sisi yang tidak ditulis tapi harus

kamu ketahui sendiri?”

S : “Bagian mana, bu.”

P : “Ini.” (Menunjuk gambar pada soal)

S : “Saya tidak tahu bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, mengetahui apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan. Ia tahu penyelesaiannya dengan dijumlahkan

semua sisinya. Namun, ia tidak tahu 2 sisi lainnya yang harus diketahui. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan operasi hitung yaitu siswa salah

menghitung, akan tetapi konsep matematika yang digunakan sudah benar.

Petikan Wawancara Nomor 7

P : “Lanjut ke nomor 7, gambar bangun datar apa itu?”

S : “Persegi panjang, bu.”

P : “Ini kamu mengerjakannya asal ya?”

S : (Tersenyum-senyum)

P : “Habis buru-buru bu, lupa juga rumusnya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, mengerjakan soal

dengan asal, angk-angka yang ditulisakn tidak ada pada soal. Menurutnya iya lupa

rumus dan terburu-buru dalam mengerjakan soal. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan konsep yaitu tidak dapat menentukan rumus dengan tepat.

192
Petikan Wawancara Nomor 8

P : “Apakah soal yang lain, kamu juga asal mengerjakannya?”

S : “Ada sebagian, bu.”

P : “Kenapa begitu?”

S : “Susah bu, kadang juga lupa rumusnya.”

P : “Banyak yang harus diingat ya?”

S : “Iya, bu.”

P : “Oke, sekarang kita lanjutkan lagi ke nomor 8. Apa itu yang ditanyakan?”

S : “Keliling dari persegi panjang bu.”

P : “Bagaimana dengan jawabanmu?”

S : “Saya jumlahkan angka yang ada saja bu. Lupa rumusnya.”

P : “Kamu tidak baca perintah soalnya dengan teliti ya?”

S : “Sudah bu, tapi buat ngerjainnya kadang males, buru-buru takut waktunya

habis. Jadi ya sebisanya aja.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, menganggap sebagian

soal yang ia kerjakan secara asal. Ia mengetahui apa yang ditanyakan, hanya

menjumlahkan angka yang diketahui dan tidak mau berusaha mengingat

rumusnya, namun saat mengerjakan soal tidak teliti dan sesuai kemampuannya

saja. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu tidak dapat

menentukan rumus dengan tepat.

193
Petikan Wawancara Nomor 9

P : “Baca dan pahami soal nomor 9?”

S : “Suruh cari luas ladang pak Abdullah, bu.”

P : “Bentuk apa ladangnya?”

S : “Segitiga.”

P : “Mana jawabanmu?”

S : “Kaya gini, bu.” (Menunjuk jawabannya)

P : “Ini hanya kamu jumlahkan 26 + 19 = 45 cm, angka-angka lain kamu

dapat darimana?”

S : “Saya tidak tahu bu.” (Tersenyum-senyum)

P : “Asal saja ya kerjainnya, asal diisi.”

S : “Iya bu, daripada kosong.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, memahami apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan. Menurutnya ia tidak tahu rumus untuk

menyelesaikan soal mencari luas ladang Pak Abdullah yang berbentuk segitiga. Ia

mengerjakan soal tidak peduli benar tidaknya asalkan terjawab. Dengan demikian,

siswa melakukan kesalahan konsep yaitu tidak dapat menentukan rumus dengan

tepat.

Petikan Wawancara Nomor 10

P : “Coba lihat bangun datar apa yang ada pada nomor 10?”

S : “Persegi panjang bu.”

P : “Soalnya coba kamu pahami?

194
S :”Iya bu, suruh cari luas jajar genjang yang ada di dalam persegi

panjangnya?”

P : “Kamu bisa menyelesaikannya?”

S : “ Saya jumlahkan saja bu 15 + 7 = 22, terus saya tambah 4 jadi 26.

P : “Yakin seperti itu caranya?”

S : “Iya bu daripada tidak diisi. Yang penting dijawab dulu, jadi nanti kan

bisa dapat nilai walaupun sedikit. Daripada nggak dapat nilai sama

sekali.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, pada saat ditanya

tentang penyelesaiannya siswa terlihat berpikir dan ragu untuk menjawab. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa sebenarnya bingung dalam menyelesaikan soalnya

dengan cara seperti apa. Siswa hanya berprinsip yang penting ada jawabannya

walaupun salah. Setidaknya nanti masih bisa mendapatkan sedikit nilai, daripada

hanya dikosongi dan tidak mendapat nilai sama sekali. Dengan demikian, siswa

melakukan kesalahan algoritma yaitu siswa tidak menerapkan prosedur

penyelesain dengan baik.

5) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 29 (Muhammad Rafly)

P : “Coba kamu lihat lembar jawaban kamu?”

S : “Iya, bu.”

P : “Kepana ini cuma nulisin jawabannya aja?”

S : “Iya bu buru-buru, saya tidak tahu rumusnya jadi males kerjainnya bu.

Daripada tidak kosong ga ada jawaban, jadinya liat temen aja.”

195
P : “Terus temen kamu mau bagi jawabannya.”

S : “Ya mau, bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, hanya menuliskan

jawabannya saja. Menurutnya karena ia tidak mau mencoba mengingat rumusnya

dan lebih baik daripada tidak dikerjakan sama sekali. Ia mengakui bahwa

jawabannya ia peroleh dari menyontek temannya. Kemungkinan siswa benar-

banar tidak memahami tentang materi yang ada pada soal. Karena

kekurangpahaman pada materi itulah akhirnya siswa memilih untuk tidak

mengerjakannya sendiri. Siswa hanya berprinsip , yang penting ada jawabannya

walaupun salah dan brorientasi pada hasil dari perhitungannya saja. Dengan

demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa hanya menuliskan

jawabannya tanpa tahu prosedur penyelesaian soalnya.

6) Analisa kesalahan siswa dengan nomor absen 31 (Ratna Ayu Utami)

Petikan Wawancara Nomor 2

P : “Pada soal nomor 1 kamu sudah selesaikan dengan prosedur yang hampir

sempurna meskipun tidak menggunakan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan, hasilnya pun benar. Sekarang coba baca dan pahami soal

nomor 2.”

S : “Baik, bu. Ini yang diketahui luas persegi 256. Yang ditanyakan berapa

kelilingnya.”

P : “Lalu bagaimana dengan jawabanmu?”

S : “Kaya gini bu, saya bagi saja angka yang ada.

196
P : “Tapi kamu tahu rumusnya?”

S : “Emmmm ..lupa bu gimana caranya..” (Berpikir)

P : “Lalu ini kenapa kamu mengerjakannya seperti ini?”

S : “Saya kerjasama dengan teman, bu. Soalnya kalau ngerjain sendiri buru-

buru dan daripada tidak diisi.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, pada saat ditanya

tentang penyelesaiannya siswa terlihat berpikir dan ragu untuk menjawab. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa sebenarnya bingung dalam menyelesaikan soalnya

dengan cara seperti apa. Ternyata siswa juga tidak memahami apa yang dimaksud

dari soal. Hal ini dikarenakan siswa hanya menyontek jawaban dari temannya

saja. Siswa hanya berorientasi pada hasil dar perhitungannya daripada tidak

dikerjakan. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan konsep yaitu siswa

tidak dapat menentukan rumus dengan tepat.

Petikan Wawancara Nomor 4

P : “Nomor 3 langkah penyelesaian yang kamu kerjakan tepat. Sekarang

nomor 4. Baca dan pahami soalnya?”

S : “Suruh mencari luas belah ketupat diagonalnya 16 cm sama 48 cm, bu.”

P : “Kenapa tidak dikerjakan?”

S : “Nggak tahu rumusnya, lupa. Jadi bingung nyelesaiinnya.”

P : “Bukannya sudah dipelajari?”

S : “Iya, tapi kebanyakan pelajaran jadi ga inget rumusnya.”

P : “Kenapa ga dicoba dulu sebisanya?”

197
S : “Lha nggak tahu harus diapain, bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, tahu apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal. Menurutnya ia tidak dapat

mengerjakan soal karena ia bingung dan tidak tahu rumus untuk menyelesaikan

soal. Pemahaman siswa terhadap konsep luas belah ketupat juga kurang, karena

terbukti siswa tidak bisa mengerjakan seperti apa yang ditanyakan dari soal.

Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa tidak menjawab

soal.

Petikan Wawancara Nomor 5

P : “Coba nomor selanjutnya, apa kamu lupa semua rumus bangun datar?”

S : “Sedikit-sedikit ada yang ingat, bu.”

P : “Coba di nomor 5 ini, bangun datar apa?”

S : “Ini trapesium, bu.”

P : “Apa yang dicari?”

S : “Keliling.’

P : “Kamu tahu rumusnya?”

(a+b)
S:“ × t”
2

P : “Kamu juga mengerjakannya tidak menggunakan rumus, itu hanya angka-

angka yang tertera saja yang kamu hitung.”

S : “Iya bu, biar cepat.”

P : “Coba, kembali ke nomor 1. Kamu bagaimana mencari keliling.”

S : (Mencari nomor 1)

P : “Coba pahami penyelesaiannya?”

198
S : “Ditambah semua, bu.”

P : “Itu kamu tahu.”

S : “Iya, sama temen kerjainnya.” (Tersenyum)

P : “Coba kaitkan hubungannya dengan keliling trapesium!”

S : “Berarti harusnya ditambahin semua sisinya ya, bu.”

P : “Iya, coba hitung!”

S : (Menghitung dikertas coretan) “Berarti SR = 8, RQ = 7, QP = 14, PS = 7

hasilnya 36 bu.”

P : “Itu kamu bisa, mudah kan?”

S : “Ikutin teman dan buru-buru jadinya begitu, bu.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, menurutnya

mengerjakan tanpa menggunakan rumus itu lebih cepat. Ia bingung dalam

menerapkan rumusnya, ia menyebutkan rumus luas trapesium bukan kelilingnya.

Pemahaman konsep tentang keliling trapesium ia peroleh ketika mencoba

membaca kembali soal nomor 1 yang perintah dari soalnya adalah mencari

keliling gabungan bangun datar. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

konsep yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena salah memahami konsep

keliling trapesium.

Petikan Wawancara Nomor 6

P : “Nah pada soal ini sama, yang ditanya adalah keliling dari bangun datar.”

S : “Bangun datar gabungan ini, bu.”

P : “ Iya, betul. Apa yang bisa kamu ketahui dari soal tersebut?”

199
S : “Ini bu, sisinya ada 8 cm, 6 cm, 2 cm, sama 12 cm.”

P : “Udah sampai disitu saja?”

S : “Iya bu, kan sudah tidak ada lagi.”

P : “Lah itu, yang ada simbol tanda tanyaanya?”

S : “Oh iya bu, jadi harus ditambah lagi?”

P : “Ya, tentu. Tapi ini jawaban kamu hanya sampai situ.”

S : “Iya, bu.”

P : “Coba deh liat sisi pada gambarnya?”

S : “Iya, bu. Ini harusnya bagian sisi ini dan sebelah sini 6 cm (menunjuk sisi

yang tidak diketahui.”

P : “Nah, seperti itu. Jadi lebih teliti supaya tidak terjebak dengan angka-

angka yang ada.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, mengetahui maksud

dari soal. Ia mengira pengerjaannya hanya angka yang tertera saja, padahal

penyelesaiannya sudah tahu yaitu dijumlahkan semua sisi-sisinya. Ia baru

menyadari ada dua sisi yang tidak diketahui, padahal jika ia teliti psoses

pengerjaan dan hasilnya benar. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan

operasi hitung yaitu siswa salah menghitung, akan tetapi konsep matematika yang

digunakan sudah benar.

Petikan Wawancara Nomor 7

P : “Mari kita lanjutkan soal nomor 7, apa yang harus dicari?”

S : (Membaca soal). “Cari panjang persegi panjang, bu.”

200
P : “Mana ibu lihat jawabanmu?”

S : “Begini, bu.” (Menunjuk jawabannya)

P : “Mana rumusnya?”

S : “Tidak pakai rumus. Saya bagi saja angkanya, biar cepet. Lagian

jawabannya juga bener kan bu.”

P : “Iya, tapi kan harus tahu asal-usulnya darimana?”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, dapat menjawab dan

mengerjakan soal dengan benar tetapi ternyata ia masih kurang paham tentang

bagaimana prosedur penyelesaiannya. Ia lebih mementingkan hasil akhir daripada

prosesnya yang terpenting hasilnya benar. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan algoritma yaitu siswa tidak menerapkan prosedur penyelesain dengan

baik.

Petikan Wawancara Nomor 8 dan 9

P : “Coba lihat jawaban kamu nomor 8 dan 9, ini kenapa nggak diisi?”

S : “Waktunya hampir habis, bu. Buru-buru.”

P : “Kenapa tidak mencoba dikerjakan dulu?”

S : “Kelewat bu, soalnya ngacak juga kerjain soalnya.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, memilih untuk tidak

mengerjakan apa yang ditanyakan dari soal. Hal ini dikarenakan siswa tidak

memahami tentang materi yang ada pada soal. Menurutnya ia tergesa-gesa karena

waktu yang hampir habis. Ia mengerjakan soal tidak berurutan. Dengan demikian,

siswa melakukan kesalahan acak yaitu siswa tidak menjawab soal.

201
Petikan Wawancara Nomor 10

P : “Lanjut pada soal terakhir, apa yang kamu ketahui dari soal itu?”

S : “Ada gambar persegi panjang, diketahui PQ = 15, PS = 7.”

P : “Bagaimana kamu menyelesaikannya?”

S : “Begini, bu. Rumusnya a x t.” (Menunjuk jawabannya)

P : “Nah, rumusnya sudah tepat. Tapi apakah kamu tahu ada angka yang

belum kamu masukkan kedalam rumus.”

S : “Iya bu, yang ini ni 1 cm dan 2 cm, saya bingung itu harus diapain.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa siswa, mengetahui apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan. Ia tahu dalam menentukan rumus jajar

genjang. Namun, ia merasa kebingungan karena ada sisi-sisi lain yang diketahui

yang harus ikut dalam penyelesaian soal. Dengan demikian, siswa melakukan

kesalahan strategi yaitu kesalahan yang dilakukan siswa karena tidak dapat

mensubstitusikan nilai variabel ke dalam rumus.

202
Lampiran 8. Lembar Jawaban Siswa

203
204
205
206
207
208
Lampiran 9. Surat Keputusan Dosen Pembimbing

209
210
Lampiran 10. Surat Izin Observasi Awal

211
Lampiran 11. Lembar Pengesahan Perbaikan Seminar Proposal

212
Lampiran 12. Lembar Expert Judgement

213
214
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian

215
Lampiran 14. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

216
Lampiran 15. Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru dan Siswa

Kisi-kisi Pedoman Observasi Guru

No. Indikator Sub Indikator

1. Aktivitas guru saat a. Membuka pelajaran.

berlangsungnya proses b. Memberi acuan

belajar mengajar di kelas c. Penyajian materi.

d. Pemanfaatan media pembelajaran.

e. Penguatan dan variasi.

Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa

No. Indikator Sub Indikator

1. Aktivitas siswa saat a. Perhatian dan sikap siswa pada

berlangsungnya proses penyampaian materi pembelajaran.

belajar mengajar di kelas b. Sikap siswa saat mengerjakan tes.

217
Lampiran 16. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru

No. Aspek Indikator Butir Soal


1. Interaksi awal guru dan Persiapan guru mengajar 1, 2
siswa
2. Respon siswa Tanggapan siswa saat 3, 4, 5, 6, 8
pembelajaran
3. Remediasi Kendala yang dihadapi guru 7, 10
saat mengajar
Cara yang dilakukan untuk 9
perbaikan

218
Lampiran 17. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa


Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal Geometri
Tahapan
No. Indikator Penyebab Kesalahan
Kesalahan
1. Kesalahan a. Kesalahan yang dilakukan siswa karena salah dalam
Konsep memahami konsep materi geometri tentang luas dan
keliling bangun datar.
b. Kesalahan dalam menentukan rumus atau definisi
untuk menjawab soal.
c. Penggunaan rumus tidak sesuai dengan kondisi
prasyarat berlakunya rumus.
2. Kesalahan a. Siswa tidak dapat menghubungkan dan memilih
Strategi beberapa konsep atau cara dalam relasi yang tepat.
b. Siswa tidak dapat mensubstitusikan nilai variabel
kedalam rumus.
3. Kesalahan a. Siswa tidak dapat menerapkan prosedur penyelesaian.
Algoritma b. Siswa tidak dapat mengetahui proses/ algoritma untuk
menyelesaikan soal tersebut meskipun sudah
menentukan rumus dengan tepat.
4. Kesalahan a. Siswa salah menghitung, akan tetapi konsep
Operasi matematika yang digunakan sudah benar.
Hitung b. Siswa tidak mampu menjalankan tahapan-tahapan
operasi hitung yang digunakan untuk menyelesaikan
soal tersebut.
5. Kesalahan a. siswa karena tidak tahu apa yang harus dilakukan
Acak sehingga jawabannya sama sekali tidak ada kaitannya
dengan soal yang ditanyakan
b. Menyimpulkan tanpa alasan yang benar.
c. Siswa tidak menjawab soal.

219
Lampiran 18. Pedoman Wawancara Pra Penelitian

220
Lampiran 19. Pedoman Observasi Guru

PEDOMAN OBSERVASI GURU

Hari/ Tanggal :
Waktu :
Kelas/ Semester :
Pokok Bahasan :

Kemunculan Keterangan
No. Aspek yang di observasi
Ya Tidak
1. Membuka pelajaran
a. Melakukan orientasi
b. Memotivasi siswa
c. Menarik perhatian siswa
d. Membuat kaitan dengan materi
2. Memberi acuan
a. Mengemukakan tujuan
b. Menyarankan langkah-langkah
pembelajaran yang akan
dilakukan
c. Penggunaan contoh-contoh
3. Penyajian materi
a. Penyampaian materi
b. pembentukan kelompok
c. Penjelasan aturan dalam
mengerjakan kuis.
4. Pemanfaatan media pembelajaran
a. Kesediaan alat peraga
b. Kesesuain media dan materi
5. Penguatan dan variasi.
a. Partisipasi guru dalam kerja
kelompok
b. Keaktifan guru dalam
mengawasi siswa mengerjakan
kuis.
c. Mengontrol perilaku siswa
d. Mendekati siswa dengan
gerakan dan sentuhan

221
Lampiran 20. Pedoman Observasi Siswa

PEDOMAN OBSERVASI SISWA

Hari/ Tanggal :
Waktu :
Kelas/ Semester :
Pokok Bahasan :
Kemunculan Keterangan
No. Aspek yang di observasi
Ya Tidak
1. Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran
a. Siswa memperhatikan
penjelasan materi
pembelajaran
b. Siswa memperhatikan
penjelasan cara kerja
kelompok
c. Keaktifan siswa
menjelaskan pada teman
saat diskusi kelompok
d. Siswa berkelompok
sesuai kelompok
e. Keberanian siswa
menyampaikan pendapat
f. Sikap menghargai
pendapat
g. Siswa mengerjakan tes
atau kuis secara
individual
h. Kecepatan dan
kebenaran dalam
menyelasaikan soal

222
Lampiran 21. Pedoman Wawancara Guru
PEDOMAN WAWANCARA GURU

Hari/ Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Responden :
Pewawancara :

No. Pertanyaan Jawaban


1. Persiapan apa saja yang dilakukan
Bapak/Ibu sebelum melaksanakan
pembelajaran matematika tentang
luas dan keliling bangun datar di
kelas?
2. Bagaimana situasi kelas saat
dilaksanakan pembelajaran
matematika?
3. Berapakan rata-rata penyebab
nilai tugas dan ulangan siswa
dalam pembelajaran matematika
materi luas dan keliling bangun
datar?
4. Banyakkah siswa yang menjawab
pertanyaan lisan tentang luas dan
keliling bangun datar yang
diajukan Bapak/Ibu?
5. Apakah reaksi siswa atas
pertanyaan lisan tersebut?
6. Apakah tanggapan siswa saat
diminta untuk melakukan diskusi
kelompok dalam pembelajaran

223
matematika tentang luas dan
keliling bangun datar?
7. Kesulitan apa yang menjadi
kendala saat mengajarkan materi
luas dan keliling bangun datar
pada siswa?
8. Apakah siswa cukup aktif dalam
pembelajaran matematika pada
saat materi luas dan keliling
bangun datar dibanding dengan
materi lain?
9. Apa yang Bapak/ibu lakukan jika
pada materi luas dan keliling
bangun datar nilai siswa kurang
memuaskan?
10. Apakah semua siswa sudah
memahami materi luas dan
keliling bangun datar?

224
Lampiran 22. Pedoman Wawancara Siswa

PEDOMAN WAWANCARA SISWA


ANALISIS KESALAHAN MENGERJAKAN SOAL GEOMETRI
No. Butir Pokok Wawancara Nomor Soal
1. Simbol-simbol apa yang tertulis pada soal nomor ...? 2, 3, 4, 9

2. Apakah kamu mengerti makna dari soal nomor ...? 1, 2, 3, 4, 5, 6,


7, 8, 9, 10
3. Coba perhatikan gambar pada soal nomor ...! 1, 5, 6, 7, 8, 10

4 Coba tuliskan apa yang diketahui dari soal nomor ...! 1, 2, 3, 4, 5, 6,


7, 8, 9, 10
5. Apa yang ditanyakan pada soal nomor ...? 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10
6. Mana yang terlebih dahulu dikerjakan ? 2, 3, 7, 10

7. Rumus apa yang kamu gunakan ? 1, 2, 3, 4, 5, 6,


7, 8, 9, 10
8. Ada berapa rumus yang kamu gunakan? 2, 3, 7, 10

9. Bagaimana dengan jawabanmu ? 1, 2, 3, 4, 5, 6,


7, 8, 9, 10
10. Apakah semua proses perhitungan yang kamu lakukan 1, 2, 3, 4, 5, 6,
sudah benar ? 7, 8, 9, 10

225
Lampiran 23. Pedoman Instrumen Dokumentasi
Pedoman Instrumen Dokumentasi

Nama Dokumen yang Ada Tidak Ada


No. Keterangan
Dibutuhkan (√) (√)
1. Silabus
2. RPP
3. Rekapitulasi nilai harian
siswa
4. Foto-foto Kegiatan Siswa

226
Lampiran 24. Hasil Wawancara Pra Penelitian

227
228
Lampiran 25. Observasi Guru

229
230
Lampiran 26. Observasi Siswa

231
232
Lampiran 27. Wawancara Guru

233
234
Lampiran 28. Catatan Lapangan

235
Lampiran 29. Jurnal Bimbingan Skripsi

236
237
238
239
Lampiran 30. Foto-foto Kegiatan Penelitian

240
Lampiran 31. Daftar Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ria Ari Nur Istiawanti, dilahirkan di Pati Jawa

Tengah, pada tanggal 30 Maret 1995 anak pertama dari

dua bersaudara dari pasangan yang bernama Istono dan

Warwati.

Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di SDN

Doyong 2 Kota Tangerang pada tahun 2000 dan tamat pada tahun 2006. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP PGRI Jatiuwung Kota

Tangerang dan tamat pada tahun 2009. Setelah tamat di SMP, penulis

melanjutkan ke SMK Negeri 3 Kota Tangerang di Jurusan Tata Kecantikan

Rambut dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai

Mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Tangerang Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan dengan Program Studi Pendidikan Guru Sekolad Dasar.

Riwayat pekerjaan penulis, setelah lulus SMK pada tahun 2012 bekerja di klinik

kecantikan selama satu tahun di barengi dengan kursus Academy di Johnny

Andrean. Pada semester 2 dan 3 mengajar di TK Citra Bunda Kabupaten

Tangerang selama satu tahun. Kemudian pada semester 4 sampai dengan semester

7 penulis mengajar di TK Bina Siswa Kota Tangerang yang kini menjadi TK

Islam Darussalam.

241

Anda mungkin juga menyukai