PENDIDIKAN IPA SD
SEMESTER 4A
Personal
[Type the company name]
PROGRAM S1 PENDIDIKAN
1/1/2018
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku ini sebagai
salah satu tugas akhir Mata Kuliah Pendidikan IPA SD.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya Mahasiswa Universitas
Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu, kepada dosen pengampu dan teman-teman serta pembaca
untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan evaluasi kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN 1
iii
1
BAB 1
TEORI-TEORI BELAJAR
A. Behaviorisme
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme
berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang
didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari
dan dijelaskan secara ilmiah (Fajar, 2010). Dalam melakukan penelitian,
behavioris tidak mempelajari keadaan mental. Jadi, karakteristik esensial
dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman
terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku
seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam
diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai
tipe stimulus (Fajar, 2010). Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat
pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut classical
conditioning, John B. Watson yang dijuluki behavioris S-R (Stimulus-
Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya Law of Efect),dan B.F.
Skinner dengan teorinya yang disebut operant conditioning (Fajar, 2010).
2
B. Kognitivisme
Menjelang berakhirnya tahun 1950-an banyak muncul kritik terhadap
behaviorisme. Banyak keterbatasan dari behaviorisme dalam menjelaskan
berbagai masalah yang berkaitan dengan belajar. Banyak pakar psikologi
waktu itu yang berpendapat behaviorisme terlalu fokus pada respons dari
suatu stimulus dan perubahan perilaku yang dapat diamati. Kognitivis
mengalihkan perhatiannya pada “otak” (Fajar, 2010). Mereka berpendapat
bagaimana manusia memproses dan menyimpan informasi sangat penting
dalam proses belajar. Akhirnya proposisi (gagasan awal) inilah yang
menjadi fokus baru mereka. Kognitivisme tidak seluruhnya menolak
gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung perluasannya, khususnya
pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses
belajar (Fajar, 2010). Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa
belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori,
perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Mereka
meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk
representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian (Fajar, 2010).
C. Konstruktivisme
Dalam perkembangan selanjutnya, arus utama kognitivisme bergeser
ke konstruktivisme. Para kognitivis pun mengikuti dinamika perubahan
menuju konstruktivis (Fajar, 2010).
1. Pengertian
Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana
pembelajaran secara aktif mengkonstruksi atau membangun gagasan-
gagasan atau konsep-konsep baru didasarkan atas pengetahuan yang
telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu (Fajar, 2010). Dengan
kata lain, ”belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari
pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri”. Dengan demikian, belajar
menurut konstruktivis merupakan upaya keras yang sangat personal,
sedangkan internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum
sebagai konsekuensinya seharusnya diaplikasikan dalam konteks dunia
3
2. Organisasi
Organisasi merujuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan
sistematika dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu
sistem koheren, baik secara fisis maupun psikologis. Misalnya seekor
ikan mempunyai sejumlah struktur yang memungkinkan ia berfungsi
di air. Semua struktur itu berinteraksi dan berkoordinasi dalam suatu
sistem yang efisien. Dalam level psikologis, tendensi untuk organisasi
ini juga ada. Dalam berinteraksi dengan dunia, seseorang cenderung
untuk mengintegrasikan struktur psikologisnya dalam suatu sistem
koheren. Contoh : bayi yang masih sangat muda mempunyai
kemampuan untuk melihat benda atau menjamahnya. Pada awalnya ia
tidak menggabungkan kedua tindakan itu (melihat dan menjamah).
Setelah beberapa waktu, ia mengorganisasikan kedua tindakan itu
dalam suatu struktur yang lebih tinggi yang memungkinkan ia
menjamah sesuatu sewaktu melihatnya. Oleh karena itu, organisasi
adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna
mengintegrasikan struktur, baik psikis maupun psikologis, dalam suatu
sistem yang lebih tinggi.
3. Skema
Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana seseorang
secara intelektual beradaptasi dengan lingkungannya. Skema itu akan
beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang.
Skema bukanlah benda yang nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu
rangkaian proses dalam sistem kesadaran seseorang. Oleh karena itu
skema tidak mempunyai bentuk fisis dan tidak dapat dilihat (
Wadsworth, 1989 dalam Suparno, 1996). Skema juga dapat dipikirkan
sebagai suatu konsep atau kategori dalam pikiran seseorang. Skema
seseorang itu terus-menerus berkembang. Skema seorang anak
berkembang menjadi skema orang dewasa. Gambaran dalam pikiran
anak menjadi semakin berkembang dan lengkap. Misalnya, gambaran
anak tentang ayam. Pada walnya, gambaran anak itu sangat sederhana
6
4. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
presepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu
proses kognitif untuk mendapatkan dan mengklarifikasikan kejadian
atau rangsangan yang baru kedalam skema yang telah ada. Setiap
orang secara terus menerus mengembangkan proses ini. Menurut
Wadsworth dalam (Suparno, 1996) asimilasi tidak menyebabkan
perubahan skema, tetapi mengembangkan skema. Misalnya seorang
anak mempunyai konsepmengenai “lembu”. Dalam pikiran anak itu,
ada skema lembu. Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu
itu binatang yang berkaki empat. Berwarna putih dan memakan
rumput. Skema itu terjadi ketika anak tersebut pertama kali melihat
lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan
sedang memakan rumput. Dalam perjalanan hidupnya anak itu
bertemu dengan berbagai macam lembu yang lain, yang warnanya lain,
dan sedang tidak makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak.
Berhadapan dengan pengalaman yang lain itu, anak
memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi : lembu itu
binatang berkaki empat, dapat berwarna putuh dan kelabu, makannya
7
rumput dan dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak
tersebut menjadi bertambah lengkap. Skema awalnya. Skema awalnya
tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangkan dan dilengkapi.
Asimilasi tersebut merupakan salah satu proses individu dalam
mengadaptasian dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan atau
tantangan baru sehingga pengertian orang itu berkembang.
5. Akomodasi
Akomodasi dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau
pengalaman baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman
yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki. Hal ini terjadi karena
pengalaman baru itu sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah
ada. Dalam keadaan seperti ini, orang tersebut akan mengadakan
akomodasi. Seseorang tersebut dapat membuat dua hal : (1)
membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan baru, atau (2)
memodifikasi skema yang yang ada sehingga cocok dengan
rangsangan itu. Kedua hal ini disebut akomodasi, yaitu pembentukan
skema baru atau mengubah skema yang lama. Misalnya seorang anak
mempunyai suatu skema bahwa bahwa semua benda padat akan
tenggelam dalam air. Skema ini didapat dari abstraksinya terhadap
pengalaman akan benda-benda yang dimasukan ke dalam air. Suatu
hari ia melihat beberapa benda padat terapung di sungai. Ia merasakan
bahwa skema lamanya tidak cocok lagi. Ia mengalami konflik dalam
pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan skema lama dengan
membentuk skema baru yang berisi : tidak semua benda padat
tenggelam dalam air.
6. Ekuilibrasi
Perkembangan kognitif memerlukan kesetimbangan antara asimilasi
dan akomodasi. Proses ini disebut ekuilibrium, yaitu pengaturan dari
mekanis (mechanical self-reguation) yang perlu untuk mengatur
kesetimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Disekuilibrium adalah
keadaan tidak setimbang antara asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi
adalah proses bergerak dari keadaan disekuilibrium ke ekuilibrium.
Proses tersebut berjalan terus dalam diri sesorang melalui asimilasi dan
akomodasi. Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Menurut Piaget
dalam (Suparno, 1996) semua organisme punya tendensi bahwa untuk
menciptakan hubungan harmonis antara dirinya dengan
lingkungannya. Ekuilibrium (penyeimbangan) adalah tendensi bawaan
untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapat adaptasi yang
maksimal. Ekuilibrasi ini diartikan juga sebbagai dorongan kearah
keseimbangan secara terus menerus.
banyak intuisi
daripada pemikiran
logis belum cepat
melakukan
konservasi
Konkret 7 - 11 atau 12 tahun Dapat melakukan
Operasional konservasi logika
tentang kelas dan
hubungan
pengetahuan tentang
angka berpikir terkait
dengan yang nyata
Formal Operasional 7 - 11 atau 12 tahun pemikiran yang sudah
14 tahun atau 15 lengkap pemikiran
tahun yang proporsional
kemampuan untuk
mengatasi hipotesis
perkembangan
idealisme yang kuat
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari
manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup
sebagai manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu,
manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga
makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital
sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan melakukan
11
2. Fase-Fase Belajar
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne
dalam (Said, 2013), ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
a. Fase penerimaan (Apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini
ada beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian
penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa
tentang apa yang sudah diterimanya).
b. Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar
atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya
dengan memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau
sikapnya.
c. Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang
sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan
dengan ingatan dan kenangan.
d. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan)
dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila
diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka
kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut,
17
C. Metode Penemuan
Satu hal menjadikan Bruner terkenal karena dia lebih peduli terhadap
proses belajar dari pada hasil belajar. Oleh karena itu, menurut Bruner
(dalam Wardhina, 2013) metode belajar merupakan faktor yang
menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan pemerolehan
khusus. Metode yang sangat didukungnya yaitu metode penemuan
(discovery). Discovery learning dari Buner (dalam Wardhina, 2013),
merupakan model pengajaran yang di-kembangkan berdasarkan pada
23
Rangkuman
Teori belajar merupakan teori yang mendeskripsikan apa yang sedang
terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut
berlangung. Ada empat teori belajar yang dapat mendukung pembelajaran IPA di
SD yaitu Teori belajar Piaget, teori belajar Gagne, teori belajar Ausubel dan teori
belajar Brunner.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif disebut dengan skemata atau
struktur, yaitu kumpulan dari skema-skema. Artinya seorang individu dapat
mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan
karena bekerjanya skemata. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai
hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Gagne berpendapat bahwa
belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Bagi Gagne, belajar tidak
dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam
pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap,
perubahan minat atau nilai pada seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
RANAH KOGNITIF
D. Menganalisis (Analysing) / C4
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa
memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa
untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih
penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi
dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan
siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan
kesimpulan dari suatu informasi pendukung (Gunawan dan Palupi,
2012:106-107).
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut
(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan
muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan.
Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur
ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan
memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren
dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus
dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting
dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan
membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan
(Gunawan dan Palupi, 2012:107).
35
E. Mengevaluasi (Evaluating) / C5
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria
atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat
berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh
36
Komunikasi
Berpikir Tingkat
Tingkatan (communication
Tinggi
spectrum)
Rangkuman
Pembelajaran merupakan proses menjadi lebih baik yang sebelumnya belum
tahu menjadi tahu. Terdapat kegiatan yang interaktif dan timbal balik antara
pendidik dan peserta didik. Agar kompotensi yang dituju dapat diharpkan maka
diperlukan timbal balik yang baik antara pendidik dan peserta didik. Hal itu pula
yang mengharuskan pendidik menyiapkan kebutuhan sebelum dan sesudah
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, I., dan Palupi, A.R. 2012. TAKSONOMI BLOOM – REVISI RANAH
KOGNITIF: KERANGKA LANDASAN UNTUK PEMBELAJARAN,
PENGAJARAN, DAN PENILAIAN. E-Jurnal IKIP PGRI Madiun: IKIP
PGRI Madiun.
BAB 3
KETERAMPILAN PROSES SAINS
Dengan atau tanpa alat bantu hasil observasi yang berupa fakta
seyogianya diterima sama oleh beberapa orang yang berbeda karena
menghadapi obyek yang sama. Namun, pada kenyataannya seringkali
hasil observasi beberapa orang terhadap suatu obyek berbeda satu sama
lain. Kalau begitu, ada sesuatu di balik kegiatan observasi yang turut
mewarnai hasil observasi. Tampaknya, latar belakang pengetahuan
seseorang mempengaruhi aspek yang diobservasi sehingga menentukan
hasil observasinya. Umpamanya dua orang mengamati siput yang
sedang makan daun tanaman. Orang yang mempunyai latar belakang
kelakuan hewan lebih tertarik untuk mengamati perilaku siput ketika
sedang makan, sementara orang kedua yang ahli botani mengagumi
bagaimana siput memilih dan hanya memakan daun-daun dari
tumbuhan yang tidak beracun. Selain latar belakang pengetahuan,
tampaknya harapan si pengamat turut mempengaruhi hasil
observasinya.
46
Sebagai contoh, jika ada aneka biji kacang bermacam ukuran dan
berwarna-warni masing-masing dengan jumlah yang sama banyak dan
ditebarkan di halaman berumput. Menurut dugaan kita, kacang
manakah yang akan paling banyak ditemukan jika dicari sesudahnya?
Lakukanlah untuk membuktikan dugaan kita benar. Apakah artinya?
Pada contoh ini ukuran dan warna biji merupakan variabel yang
dikendalikan, sedangkan jumlah atau banyaknya biji yang ditemukan
merupakan variabel terikat (Rustaman, 2014).
Data dapat disajikan dengan tiga cara. Pertama, data disajikan dalam
bentuk uraian. Kedua, data disajikan dalam bentuk carta. Ketiga, data
disajikan dalam bentuk tabel. Cobalah bandingkan cara mana yang
lebih komunikatif. Terdapat dua tipe grafik yang digunakan dalam
menyajikan data secara ilmiah, yakni grafik batang dan grafik garis.
Data deskriptif memerlukan grafik batang, sedang data yang kontinu
memerlukan grafik garis. Menyajikan data dalam bentuk kuantitatif
yang memudahkan menyimpulkan dan atau interpretasi termasuk
berkomunikasi ilmiah.
Selain itu ada yang menyatakan bahwa inferensi itu sebagai kesimpulan
sementara. Kesimpulan yang tidak sementara sering dinamakan
konklusi. Jadi menyimpulkan atau menarik kesimpulan sebenarnya
merupakan lanjutan dari inferensi, atau berbagai inferensi akan
menggiring kita pada kesimpulan. Sebagian pakar sains memasukkan
menyimpulkan atau menarik kesimpulan itu kepada interpretasi atau
menafsirkan. Interpretasi biasanya dilakukan apabila ada sejumlah data
yang dapat diartikan atau ditafsirkan berulang kali sehingga kita sampai
pada kesimpulan. Apabila ada informasi disajikan dalam bentuk tabel,
bagan, atau grafik maka kita akan lebih mudah melakukan interpretasi
atau menarik kesimpulan. Menyimpulkan merupakansalah satu bentuk
menafsirkan atau interpretasi (Rustaman, 2014).
6. Mengkomunikasikan
7. Meramalkan
8. Menyimpulkan
53
4) Organization
Organization (mengatur) artinya mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum.
5) Characterization by value or value complex
Characterization by value or value complex (karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai) merupakan tingkat afektif tertinggi, siswa
memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya sehingga
membentuk karakteristik.
Hal ini serupa dengan pendapat Nana Sudjana (1987: 22) yang
mengungkapkan bahwa ranah afektif terdiri dari lima aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
Bidang pelajaran IPA ranah afektif atau sikap yang dikembangkan dan
dinilai adalah sikap ilmiah (science attitude). Pengukuran sikap ilmiah
siswa didasarkan pada pengelompokan aspek sikap yang kemudian
dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator pada tiap aspeknya.
Pemilihan aspek sikap ilmiah ini mengintegrasikan beberapa aspek
yang ada pada Tabel 3 kemudian dijadikan satu aspek. Hal ini
disesuaikan pula dengan pendekatan science process and environment
dan tema yang diajarkan yaitu “Amankah Airku?”. Pada Tabel 3
diperlihatkan secara terperinci dimensi dan contoh indikator sikap
ilmiah menurut Patta Bundu. (Lukmanasari, 2016)
57
4. Menyarankan percobaan-
percobaanbaru
“kebaruannya” hilang
2. Mengulangi percobaan
meskipunberakibat gagal
4.Menjawab pertanyaan
daripermasalahan yangdiberikan guru.
benar
3. Membuat grafik
Ketermapilam membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk
disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variable
termanipulasi selau pada sumbu datar dan variable hasil selalu pada sumbu
vertical. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam keterampilan membuat
grafik antara lain adalah membaca data dalam table,membuat grafik
garis,membuat grafik balok,membuat grafik bidang lain. (Ghalsun, 2011)
4. Menggambarkan hubungan antar variable
Keterampilan menggambarkan hubungan antar variable diartikan sebagai
kemampuan mendeskripsikan hubungan antar variable termanipulasi
dengan variable hasil,yang menjadi salah satu kemampuan yang harus
dimiliki oleh setiap peneliti/onti dari penelitian ilmiah. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam mengembangkan keterampilan
menggambarkanhubungan antar variable seperti menggambarkan
hubungan variable simetris,menggambarkan hubungan variable timbal
balik,dan hubungan variable simetris. (Ghalsun, 2011)
5. Mengumpulkan dan mengolah data
keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan
memperoleh informasi/data dari sumber informasi, baik berupa lisan,
tertulis/pengamatan,dan mengkajinya lebih lanjut. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan adalah seperti membuat instrument pengumpulan
data,mentabulasi data, dan lain-lain.
6. Menganalisis penelitian
keterampilan menganalisis data merupakan kemampuan menelaah laporan
penelitian orang lainuntuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur–unsur
penelitian. Kegiatan yang dilakukan seperti mengenali variable,mengenali
rumusan hipotesis.
7. Menyusun hipotesis
keterampilan menyusun hipotesis diartikan sebagai kemampuan
menyatakan “dugaan yang dianggap benar” menengenai adanya suatu
factor yang terdapat dalam suatu situasi maka akan ada akibat tertentu
yang dapat diduga akan timbul,sehingga menghasilkan rumusan dalam
63
2) Sikap kritis
Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti
yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik
kesimpulan.
67
3) Sikap obyektif
Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias
pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain
mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan
dirinya sebagai subjek.
6) Sikap tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan
kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin
diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap terbuka
Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan
apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif
terhadap pendapatnya.
68
Rangkuman
DAFTAR PUSTAKA
Aribowo, l. a. (2017). makalah lita keterampilan proses sains. Dipetik 2018, dari
makalah lita keterampilan proses sains:
https://www.scribd.com/document/359781750/MAKALAH-LITA-
KETERAMPILAN-PROSES-SAINS-docx
Ghalsun. (2011). Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran. Dipetik
2018, dari ghalsun-udipnganadas.blogspot.co.id: http://ghalsun-
udipnganadas.blogspot.co.id/2011/02/pendekatan-keterampilan-proses-
pada.html?m=1
Lukmanasari, D. (2016). Pembelajaran IPA. Dipetik 2018, dari Lumbung Pustaka
UNY: eprints.uny.ac.id>BAB II
Rahayu, A. H., & Anggraeni, P. (2017). Analisis Profil Keterampilan Proses Sains
Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Sumedang. Jurnal Pesona Dasar ,
23.
Rustaman, N. (2014). Bekerja Ilmiah . Dipetik 2018, dari Universitas Terbuka
Repository: repository.ut.ac.id>PDGK503-M1
Syarifah, E. (2015). Sikap-Ilmiah-Ciri-Ciri-Sikap-Ilmiah. Dipetik 2018, dari
evasyarifahajja.blogspot.com:
http://googleweblight.com/i?u=http://evasyarifahajja.blogspot.com/2015/
12/sikap-ilmiah-ciri-ciri-sikap-ilmiah.html?m%3D1&hl=id-ID
Trihastuti, S., & Rimy, Y. (2009). Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
Daerah. Dipetik 2018, dari umifatmawati.blog.uns.ac.id:
http://googleweblight.com/i?u=unifatmawati.blog.uns.ac.id/2009/07/17/8
/&hl=id-ID
71
BAB 4
METODE, STRATEGI, MODEL DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
IPA DI SD
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
membelajarkan siswa dengan cara menceritakan dan memperagakan
suatu langkah -langkah pengerjaan sesuatu . Demonstrasi Ceramah
(menurut Poppy, 2010), merupakan praktek yang diperagakan kepada
siswa. Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibagi menjadi dua :
1. demonstrasi proses yaitu metode yang mengajak sis wa memahami
langkah demi langkah suatu proses
2. demonstrasi hasil yaitu metode untuk memperlihatkan atau
memperagakan hasil dari sebuah proses.
3. Metode Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah
atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika
variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-
kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini , maka
setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian diuji coba (Poppy,
2010).
Keunggulan dan kelemahan Metode Eksperimen (menurut Poppy,
2010), sebagai berikut:
Keunggulan Metode Eksperimen
1. Fakta atau data yang diperoleh siswa secara langsung mudah diingat
2. Guru dapat berkeliling kelas sambil melakukan penilaian terhadap si
kap dan psikomotorik
3. Melatih kerja sama pada diri siswa karena metode eksperimen di
sekolah biasanya dilakukan secara berkelompok
Kelemahan Metode Eksperimen
1. Memerlukan bahan dan alat praktik yang banyak
2. Kalau siswa tidak diawasi dengan baik kadang -kadang ada yang
main- main di kelompoknya
3. Memerlukan waktu belajar yang lebih lama dari pada metode
demonstrasi
76
4. Metode Diskusi
Diskusi merupakan situasi dimana diantara siswa, siswa dengan guru
terjadi tukar menukar informasi, idea tau pendapat untuk memecahkan
suatu masalah. Tujuan diskusi adalah untuk mereviev apa yang telah
siswa pelajari, mendorong siswa untuk merefleksikan ide mereka atau
pendapat mereka, menggali isu-isu, memecahkan masalah dan
meningkatkan keterampilan komunikasi secara langsung atau bertemu
muka. Metode diskusi ada yang berupa diskusi umum atau diskusi kelas
dan diskusi kelompok (Poppy, 2010).
6. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya
untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan
mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi
yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan untuk melakukan pra ktek di dalam situasi yang
sesungguhnya. Ada beberapa contoh metode simulasi yang dapat
diterapkan pada materi IPA SD, contohnya pada saat menjelaskan
konsep gerhana. Simulasi gerhana bulan micalnya dengan menyorot
bola sebagai bumi dan bulan dimana lampu senter sebagai matahari
(Poppy, 2010).
77
9. Metode Latihan
Metode latihan dalam pembelajaran IPA bertujuan pertama agar murid
memiliki keterampilan gerak, seperti menggunkan alat-alat IPA dalam
membuat atau menggunakan alat peraga. Kedua, mengembangkan
langkah kecakapan intelek, seperti mengenal rumus-rumus dan
menghitung dalam pelajaran fisika. Ketiga, memahami genetika,
proses-proses kehidupan, mengenal nama-nama latin dalam pelajaran
biologi. Dalam metode latihan IPA, guru harus mampu memhami
hambatan atau kesukaran yang ditemui oleh murid, agar dapt
memperbaikinya pada latihan selanjutnya (Sapriati, 2014).
2. Pendekatan Inkuiri
Pendekatan ini lebih bersifat “mencari tahu”. Artinya siswa sangat aktif
mencari sendiri informasi yang ia perlukan. Dalam pendekatan ini
dominasi guru lebih sedikit. Dari penjelasan tersebut, dapat kita ketahui
bahwa pendekatan inkuari bertolak belakang dengan pendekatan
ekspositori. Pendekatan ini menginginkan keaktifan siswa untuk
memperoleh informasi sampai menemukan konsep-konsep IPA. Dalam
pendekatan ini guru membimbing siswa menemukan sendiri konsep-
konsep itu melalui kegiatan belajarnya (Hengky, 2013).
3. Pendekatan Proses
Pendekatan ini senada dengan pendekatan inkuari, karena pendidikan
ini menginginkan keaktifan siswa dan juga guru tidak dominan dalam
proses pembelajaran tetapi bertindak sebagai organisator dan fasilitator
saja (Hengky, 2013).
Pendekatan ini memiliki cirri-ciri khusus (menurut Hengky, 2013):
1. Ilmu pengetehuan tidak dipandang sebagai produk semata tetapi
sebagai proses.
2. Siswa dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan memproses
informasi dalam pikirannya.
4. Pendekatan Konsep
Konsep adalah suatu ide yang menghubungkan beberapa fakta. Dalam
pencapaian atau pembentukan konsep biasanya peserta didik
memerlukan benda-benda konkrit untuk diotak-atik, eksplorasi fakta-
fakta dan ide-ide secara mental. Pendekatan konsep memerlukan lebih
89
5. Pendekatan STM
Pendekatan ini diyakini oleh para pakar pendidikan IPA di Amerika
sebagai pendidikan IPA yang paling tepat sebab mempersiapkan murid-
murid untuk menghadapi abad ke 21 yaitu abad ketergantungan
manusia kepada sains dan teknologi. Rasional dari pendekatan ini
adalah segala penemuan dalam bidang sains dan teknologi dapat untuk
kesejahteraan manusia. Didalam pendekatan IPA dengan pendekatan
STM, guru membantu murid-murid mempelajari sains dengan
menggunakan isu-isu dalam masyarakat yang merupakan dampak sains
dan teknologi sebagai piñata pembelajaran IPA (Hengky, 2013).
6. Pendekatan Factual
Pendekatan ini menekankan penemuan fakta-fakta dalam IPA . contoh
informasi yang didapatkan murid dengan pendekatan ini, misalnya ular
termasuk golongan reptil, merkurius adalah planet yang terdekat dengan
matahari. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah
membaca, mengulang, melatih dan lain-lain. Pada dasarnya
pembelajaran IPA dengan pendekatan ini akan menimbulkan kebosanan
pada diri murid-murid dan tidak memberikan gambaran yang benar
tentang IPA (Hengky, 2013).
90
4. Kemampuan Siswa.
Dalam menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik
pembelajaran tertentu, seringkali guru juga harus memperhatikan tingkat
kemampuan siswa. Ada pendekatan, metode, strategi, dan teknik
pembelajaran yang mudah untuk diterapkan pada berbagai
kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas siswa. Tetapi adapula
pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sulit
diterapkan pada siswa di kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas
tertentu
Contohnya: di suatu sekolah yang sering melakukan kegiatan
laboratorium, metode inkuiri atau penemuan terbimbing mungkin dapat
dengan mudah dilaksanakan, tetapi pada sekolah tertentu yang sama sekali
tidak pernah melakukan kegiatan di laboratorium dan berlatih
keterampilan proses sains, maka metode inkuiri dan penemuan terbimbing
mungkin akan sulit dilaksanakan.
6. Ketersediaan waktu.
Kadangkala waktu adalah faktor pembatas yang sangat penting
dalam pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran
yang akan digunakan. Beberapa pendekatan, metode, strategi, dan teknik
pembelajaran kadangkala dalam penerapannya memerlukan waktu yang
banyak, sementara pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran
yang lain hanya membutuhkan sedikit waktu.
Rangkuman
Dari penjelasan bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengertian
daripada metode, strategi, model dan pendekatan dalam proses belajar-mengajar
adalah berbeda. Namun dalam penerapannya keempat hal tersebut saling
berkaitan, sehingga banyak orang menganggap bahwa itu adalah sama.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
mengaplikasikan strategi belajar yang sudah ditentukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi jelaslah bahwa ketiganya memang
berbeda, seperti metode ceramah, demonstrasi, diskusi, bermain peran dan
sebagainnya. Strategi Pembelajaran adalah pola umum atau perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, seperti kooperatif, inkuiri dan sebagainnya.
Model pembelajaran adalah bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru di kelas, seperti model pembelajaran lngsung, koperatif dan brbasis
masalah. Sedangkan Pendekatan pembelajaran itu sendiri dapat diartikan sebagai
titik tolak (guru) terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran,
seperti pendekatan proses, inkuri, konsep dan sebagainya.
Untuk menentukan atau memilih pendekatan, metode, strategi, dan model
pembelajaran yang sesuai, maka guru harus memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa hal (menurut Mukhan, 2012),:
1. Kesesuaian pendekatan, metode, strategi, dan model pembelajaran dengan
tujuan pembelajaran.
2. Kesesuaian pendekatan, metode, strategi, dan model pembelajaran dengan
materi pembelajaran
3. Ketersediaan media, alat, bahan, dan sumber belajar.
4. Kemampuan Siswa.
5. Ketersediaan waktu.
94
DAFTAR PUSTAKA
BAB 5
MEMILIH MEDIA dan ALAT PERAGA, BAHAN AJAR, dan SUMBER
BELAJAR dalam PEMBELAJARAN IPA SD
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis sangat penting dipertimbangkan dalam
penggunaan media pembelajaran, karena persepsi siswa juga sangat
mempengaruhi dalam menentukan hasil belajar. Oleh sebab itu, faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi, hendaknya di
upayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berjalan secara
efektif.
98
Dalam hal psikologis, anak akan lebih mudah mempelajari hal yang
bersifat konkrit, ada beberapa pendapat dari beberapa ahli, di antaranya:
a. Menurut Jerome Bruner (dalam Daryanto, 2010), ada tiga tingkatan
utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive),
pengalaman piktorial atau gambar (iconic), dan pengalaman abstrak
(symbolic). Menurut Bruner, hal tersebut berlaku tidak hanya untuk
anak tetapi juga untuk orang dewasa.
b. Menurut Edgar Dale (Daryanto, 2010), tingkatan pengalaman
pemerolehan hasil belajar digambarkan sebagai suatu proses
komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa
dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber
pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu
(encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol
tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Menurut Arfors (dalam Daryanto, 2010) kemampuan daya serap
manusia dari pengguna alat indra adalah sebagai berikut:
Penglihatan 82%
Pendengaran 11%
Penciuman 1%
Pencecapan 2.5%
Perabaan 3.5%
3. Landasan Teknologis
Teknologi pembelajaran atau teknologi pendidikan (instructional
technology/educational technology) menurut Arfors (dalam Daryanto,
2010) adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan,
pengelolaan, serta penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi
pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan
orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan
belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Teknologi pendidikan
99
4. Landasan Empiris
Menurut Arfors (dalam Sukiman, 2012) agar proses belajar dapat
efektif perlu juga disesuaikan dengan tipe atau gaya belajar peserta
didik. Gaya belajar adalah kecenderungan orang untuk menggunakan
cara tertentu dalam belajar. Secara umum ada tiga macam gaya belajar,
yaitu:
a. Visual, yaitu belajar melalui apa yang dilihat. Ciri-ciri gaya visual
adalah teliti terhadap yang detail, mengingat dengan mudah apa yang
dilihat, mempunyai masalah dengan instruksi lisan, tidak mudah
terganggu dengan suara gaduh, pembaca cepat dan tekun, lebih suka
membaca dari pada dibacakan, lebih suka metode demonstrasi dari
pada ceramah, bila menyampaikan gagasan sulit memilih kata, rapih
dan teratur, dan penampilan sangat penting.
100
untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara
perorangan maupun kelompok.
1. Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran
yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran. sering kali pada awal pelajaran siswa tidak
tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan
salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka
tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang
diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka
terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi pelajaran semakin besar.
2. Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar
(atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
3. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
103
4. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
5. Fungsi motivasi
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan
adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar
untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara
sukarela, atau memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini
akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.
6. Fungsi Informasi
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam
rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan
bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar,
ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat
pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar
atau menonton bahan informasi, para siswa bersifat pasif. Partisipasi
yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau
ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan
tidak/kurang senang, netral, atau senang.
7. Fungsi Instruksi
Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat
dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental
maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran
dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan
psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat
menyiapkan instruksi yang efektif.
104
2. Media Visual
Media visual yaitu media yang mengandalkan indra penglihat. Media
visual menjadi dua yaitu :
a. Media visual diam
Contohnya: foto, ilustrasi, flashcard, gambar pilihan dan potongan
gambar, film bingkai, film rangkai,OHP, hrafik, bagan, diagram,
poster, peta dll.
b. Media visual gerak
c. Contohnya: gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan
sebagainya.
4. Media Serbaneka
Media serbaneka adalah suatu media yang disesuaikan dengan potensi
di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat
yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contohnya: papan
tulis, media tiga dimensi, realita dan sumber belajar pada masyarakat.
yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran jika ditunjang dengan
alat peraga pendidikan.
Secara jelas dan terperinci, berikut ini adalah faedah-faedah atau
manfaat dari penggunaan alat bantu/peraga pendidikan yaitu antara lain
sebagai berikut (Amboro, 2013)
1. Menimbulkan minat sasaranpendidikan.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu dalam mengatasi berbagai hambatan dalam
prosespendidikan.
4. Merangsang masyarakat atau sasaran pendidikan untuk
mengimplementasikan atau melaksanakan pesan-pesan kesehatan atau
pesan pendidikan yang disampaikan.
5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar dengan cepat dan belajar
lebih banyak materi/bahan yang disampaikan.
6. Merangsang sasaran pendidikan untuk dapat meneruskan pesan-pesan
yang disampaikan pemateri kepada orang lain.
7. Mempermudah penyampaian bahan/ materi pendidikan/informasi oleh
para pendidik atau pelakupendidikan.
8. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti
diuraikan di atas, bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima
melalui panca indera.
dimengerti siswa jika ditampilkan dengan alat peraga balok. ruang kelas,
luar kelas, jumlah siswa untuk 1 materi, harus disesuaikan dengan
keinginan siswa.
Bahan ajar merupakan sarana, alat atau instrumen yang baik dan
memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran.
Manfaat dari bahan ajar itu adalah sebagai berikut (kumala, 2016) :
1. Manfaat Bagi Guru
a. Memperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
b. Tidak bergantung pada buku teks yang terkadang sulit didapat.
c. Memperkaya wawasan karena dikembangkan dengan
menggunakan berbagai referensi.
d. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menyusun bahan ajar.
115
Jenis Bahan Ajar terbagi atas empat jenis yaitu (kumala, 2016) :
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti
model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,
film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia.
c. Filmstrips
Filmstrips merupakan rangkaian film statis (tidak bergerak).
Filmstrips umumnya sudah dalam teratur, misalnya
menggambarkan sejarah, perkembangan suatu permukiman. Isi
filmstrips dapat didiskusikan secara bertahap dan dapat
dipertunjukkan secara per strip.
d. Rekaman (recording)
Rekaman atau materi audio ini dapat menampilkan sumber
pembelajaran seperti pidato-pidato asli pemimpin Negara atau
tokoh masyarakat. Contoh pidato yang dapat digunakan adalah
pidato proklamasi Ir. Soekarno, jenis-jenis suara hewan. Rekaman
dapat merangsang pikiran dan memusatkan perhatian anak serta
dapat didengarkan berulang-ulang.
e. Grafik
Grafik adalah representasi dari gejala dalam kehidupan di
masyrakat. Bentuk dari grafik yaitu grafik garis, grafik batang dan
histogram. Grafik berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif
secara teliti, serta dapat menerangkan perbandingan suatu objek
atau peristiwa yang saling berhubungan secara jelas.
f. Kartun
Kartun adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan
simbol-simbol untuk menyampaikan pesan atau sikap terhadap
sesuatu, biasanya anak-anak usia sekolah dasar sangat senang
dengan kartun. Kartun hanya memuat pesan yang harus
disampaikan dan dituangkan dalam gambar sederhana dan tidak
rinci
g. Poster
Poster umumnya bersifat simbolik, dirancang untuk memberi pesan
dengan ringkas. Media ini digunakan untuk memulai,
mengembangkan dan menyimpulkan suatu bahasan tertentu.
h. Papan Buletin
128
Rangkuman
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima untuk menyampaikan
materi yang yang diajarkan serta sarana komunikasi dari guru kepada siswa
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat yang
menjurus kearah terjadinya proses belajar dengan tujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media
pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan
empiris. tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan
dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak
mampu (kurang efisien) melakukannya yaitu ciri fiksatif, ciri manipulatif dan
ciri distributif. Media pembelajaran mempunyai empat fungsi khususnya
media visual, yaitu Fungsi atensi, Fungsi afektif, Fungsi kognitif, Fungsi
kompensatoris. Salah satu manfaat pengguanaan media pembelajaran dalam
adalah Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
Alat peraga adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk
membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pengajaran
. Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru
untuk menunjang proses belajar mengajar. Fungsi utama dari alat peraga
adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu
menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Tahan lama merupakan salah
satu karakteristik yang hendaknya dimiliki oleh alat peraga yang akan
digunakan. Alat peraga dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alat peraga
jadi dan alat peraga buatan sendiri.
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-baatsan dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Manfaat utama dengan adanya bahan pembelajaran yang disusun
bagi penyelenggaraan peoses belajar dan pembelajaran ialah. Jika diberikan
kepada peserta didik sebelum proses belajar dan pembelajaran berlangsung
maka peserta didik dapat mempelajarinya terlebih dahulu. Berdasarkan pada
131
DAFTAR PUSTAKA
Amboro, P. (2013, 05 17). Pengertian Tujuan dan Manfaat Alat Peraga. dikutip dalam
https://panjiamboro.wordpress.com/2013/05/17/pengertian-tujuan-dan manfaat-
alat-peraga/ pada 27 Maret 2018 pukul 19.15 WIB
arfors. (2016, 02). Alat peraga dan media pembelajaran. dikutip dalam
arfors.blogspot.com/2016/02/alat-peraga-dan-media-pembelajaran.html?m=1
pada 27 Maret 2018 pukul 19.30 WIB
Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran (hal. 3). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.
kumala, F. N. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah IPA SD Berbasis
Karakter.
Mimilyna. (2011, 10). Perbedaan Media Pembelajaran Dan Alat Peraga. dikutip dalam
mimilyna.blogspot.co.id/2012/10/perbedaan-media-pembelajaran-dan-
alat.html?m=1 pada 27 Maret 2018 pukul 20.00 WIB
Rahayu, S. (2016, 3 11). Pengertian dan Karakteristik Bahan Ajar. Pengertian dan
Karakteristik Bahan Ajar.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta : Pedagogia.
Sutanto, H. (2013, 06 28). Alat Peraga. Alat Peraga. dikutip dalam
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/06/28/alat-peraga/
Wati, S. N. (2015). Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas Tiga
Sekolah Dasar Negeri Jarakan Sewon Bantul Yogyakarta. Pemanfaatan Sumber
Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas Tiga Sekolah Dasar Negeri Jarakan
Sewon Bantul Yogyakarta.
133
BAB 6
LEMBAR KERJA SISWA
Menurut Azhar (dalam Pranata, 2014) , ada dua macam LKS yang
dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
1. LKS Tak Berstruktur
Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana
untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang
dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu
mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran,
memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk,
tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.
Contoh:
a. Lembaran yang memuat suatu kelompok data dan sajiannya berupa
grafik yang dikutip dari media masa dan dapat dimanfaatkan guru
dalam membahas materi yang relevan dalam statistik.
b. Lembaran berupa kertas bertitik, kertas berpetak atau kertas
milimeter.
2. LKS Berstruktur
Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan
tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik
dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau
sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran
136
pembelajaran, supaya siswa dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar (dalam Yunitasari, 2013).
Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat
meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam
pembelajaran dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya
menemukan konsep-konsep melalui aktifitasnya sendiri. Disamping itu LKS
juga dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa
dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.
1. Manfaat lembar kerja siswa secara umum menurut Sungkono (2009)
adalah sebagai berikut :
a. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran
b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar
c. Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi
tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis
d. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan
dipelajari melalui kegiatan belajar
e. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
f. Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangka
keterampilan proses, dan
g. Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep
Adapun fungsi lembar kerja siswa (dalam Pranata, 2014) sebagai berikut:
a. Bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang didapat.
b. Bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan
yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang
bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri siswa.
Selain itu dengan adanya LKS siswa tidak perlu mencatat atau membuat
ikhtisar atau resume pada buku catatannya lagi, sebab dalam tiap LKS
biasanya sudah terdapat ringkasan seluruh materi pelajaran. Berdasarkan
fungsi lembar kerja di atas, maka guru sebagai pengelola proses belajar,
kedudukannya tidak dapat digantikan oleh adanya lembar kerja. Karena
keberadaan lembar kerja siswa ini adalah hanya membantu kemudahan dan
kelancaran aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi antara
guru dan murid. Sehingga tujuan utama proses belajar dapat tercapai atau
berhasil (Azhar, 1993).
2. Syarat konstruksi
Syarat konstruksi adalah syarat- syarat yang berkenaan dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan
kejelasan dalam LKS. Adapun syarat-syarat konstruksi tersebut, yaitu:
a) LKS menggunakan bahasa yang sesuai tingkat kedewasaan anak.
b) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c) LKS Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa, artinya dalam hal-hal yang sederhana menuju hal
yang lebih kompleks.
d) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
e) LKS mengacu pada buku standar dalam kemampuan keterbatasan
siswa.
f) LKS menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan pada
siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa ingin
sampaikan.
g) LKS menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
h) LKS menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
i) LKS dapat digunakan untuk anak-anak baik yang lamban maupun yang
cepat.
j) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari itu sebagai
sumber motivasi. LKS mempunyai identitas untuk memudahkan
administrasinya.
144
3. Syarat teknik
Syarat teknis berkaitan dengan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan,
gambar danpenampilan.
a) Tulisan
Tulisan dalam LKS diharapkan memperhatikan hal-hal berikut:
1. LKS menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin
atau romawi.
2. LKS menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik.
LKS menggunakan minimal 10 kata dalam 10 baris.
3. LKS menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah
dengan jawabansiswa.
4. LKS menggunakan memperbandingkan antara huruf dan gambar
dengan serasi.
b) Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat
menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada
pengguna LKS
c) Penampilan
Aspek penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa pada awalnya
akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya. Oleh karena itu, LKS
harus dibuat menarik agar siswa termotivasi untuk menggunakan LKS.
a. Materi
Materi dalam LKS harus meliputi:
1. kebenaran konten (fakta, konsep, prinsip, dan proses ilmiah)
2. kemutakhiran konten
3. memperhatikan keterkaitan sains, teknologi, dan masyarakat
4. sistematis, sesuai dengan keilmuan.
b. Bahasa
Kualitas suatu LKS dapat dilihat dari bahasa dan cara penulisan. Berikut
adalah kriteria bahasa yang digunakan dalam LKS :
1. bahasa yang digunakan sesuai dengan usia siswa
2. menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
3. istilah yang digunakan mudah dipahami
4. menggunakan istilah dan simbol secara kontinyu.
c. Cara penyajian
Sementara itu kriteria cara penyajian LKS juga memiliki kriteria, yaitu :
1. membangkitkan motivasi, minat dan rasa ingin tahu siswa
2. sesuai dengan taraf berpikir siswa dan kemampuan membca siswa
3. mendorong siswa terlihat aktif dalam pembalajaran
4. menarik dan menyenangkan.
d. Penunjang inovasi dan peningkatan mutu proses pembelajaran
Adapun penunjang inovasi dan peningkatan mutu proses pembelajaran
meliputi:
1. kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku
2. menekankan pada penerapan-penerapan dunia nyata
3. menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang lebih diwarnai
student centered dari pada teacher centered
4. memberikan kemudahan dalam menggembangkan di dalam
keterampilan proses
5. menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang lebih diwarnai oleh
belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar diri sendiri, dan belajar
hidup dalam kebersamaan
6. menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang bervariasi
146
Dalam satu kelas sering dijumpai siswa yang belum pandai membaca.
Bagi kelas yang dimikian, kelompokkanlah siswa ini dengan siswa yang
sudah terampil membaca, atau bila LKS dikerjakan secara individual, maka
pasangkanlah dengan teman yang terampil membaca. Siswa yang terampil
membaca akan sangat membantu baik bagi siswa yang belum terampil
membaca dengan menjadi satu kelompok, kemudian guru membantu
membaca aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompok
tersebut, sehingga tidak mengganggu siswa yang sudah terampil membaca.
Umumnya siswa SD tidak terlalu suka untuk mengisi LKS yang
menuntut siswa untuk menjawab dalam bentuk uraian atau jawaban yang
sebanyak-banyaknya, apalagi bila pelajaran dimulai setelah mempelajari
beberapa mata pelajaran sebelumnya. Anak-anak mudah bosan dan merasa
lelah bila dalam setiap mata pelajaran dituntut untuk menulis. Bila keadaan
ini terjadi di ruangan kelas anda, sebaiknya data hasil pengamatan
dimasukkan dalam tabel data yang meminta siswa memberi tanda centang
pada yang benar dan tanda silang pada bagian tabel yang kosong. Pemberian
tanda silang pada bagian yang kosong dimaksudkan agar bagian ini tidak diisi
lagi oleh siswa, karena kadang-kadang siswa SD kurang teliti. LKS dapat
juga berisi perintah untuk menggambar.
Pertanyaan yang diajukan di LKS sebaiknya adalah pertanyaan satu
kalimat saja, serta tersedianya tempat untuk mengisi jawaban disebelah
pertanyaan tersebut. Siswa dikelas rendah atau tinggi yang tidak pernah
bekerja dengan menggunakan LKS, biasanya mengalami kesulitan dalam
menarik kesimpulan dari hasil percobaan atau pengamatannya. Untuk itu guru
perlu melatih siswa untuk menarik kesimpulan atau dapat juga dibimbing
melalui kalimat dalam kesimpulan.
3) Tuliskan judul atau sub konsep yang akan dipelajari pada siswa. Tuliskan
juga tujuan aktivitas yang akan dilakukan. Cantumkan alat dan bahan yang
diperlukan beserta jumlahnya.
4) Tuliskan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan siswa secara jelas.
5) Mintalah siswa memasukkan data yang diperoleh pada tabel yang tersedia.
Dapat pula data itu berupa gambar.
6) Setelah pengisian data selesai, buatlah beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan data yang diperoleh. Jawaban pertanyaan itu
sebaiknya berupa kalimat yang pendek atau hanya berupa kata saja.
7) Hal terakhir yang harus ditulis oleh siswa adalah menarik kesimpulan dari
hasil eksplorasi. Dalam menarik kesimpulan bisa dituntun dengan kata-
kata atau siswa menarik kesimpulan sendiri.
a. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana
yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi
dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari
materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh
siswa.
b. Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang
harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens
LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali
dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
c. Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat
dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar,
sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila
diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP,
150
maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun
apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali
apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.
d. Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
1) Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen Sandar
Isi.
2) Menentukan alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta
didik. Karena pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah
kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-
si, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan
Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
3) Penyusunan Materi
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS
dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang
lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai
sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar
pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS
ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh
tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi
pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat
melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan
secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok
diskusi dan berapa lama.
4) Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
a) Judul
b) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
c) Kompetensi yang akan dicapai
151
d) Informasi pendukung
e) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
f) Penilaian
a. Contoh I
Berikut ini merupakan contoh cara membuat LKS untuk kelas IV SD,
semester 2 pada materi pelajaran Energi dan Perubahannya pada
kurikulum KTSP 2006. (Kumala 2015)
Komentar Guru
b. Contoh II
Berikut ini merupakan contoh LKS untuk kelas IV SD semester 2 pada
materi
pelajaran Saling Ketergantungan antara makhluk hidup pada kurikulum
2013. (Kumala 2015)
155
7
156
Rangkuman
Menurut Majid (2011) menyatakan Lembar Kerja Siswa (student work
sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. LKS berperan
sebagai media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan
sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. Manfaat LKS adalah sebagai
alternatif guru untuk me ngarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu
kegiatan tertentu dan dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat
waktu mengajar. Salah satu kriteria menulis LKS menurut Hendro Darmodjo dan
Jenny R.E. Kaligis, memiliki 3 syarat yaitu :
1. syarat didaktik yaitu sebuah LKS hendaknya memberi kesempatan pada
siswa misalnya untuk menulis, menggambar, berdiskusi dan sebagainya.
2. syarat konstruksi aspek yang berhubungan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada
hakekatnya harus dapat dimengerti oleh pihak pemakai atau siswa.
3. syarat Teknis yaitu berhubungan dengan tulisan yang harus menggunakan
huruf cetak, huruf tebal yang agak besar untuk topik, dan mengusahakan
perbandingan besar huruf dengan gambar harus serasi, gambar dapat
menyampaikan pesan secara efektif kepada siswa serta adanya kombinasi
antar gambar dan tulisan, bahwa tulisan tidak boleh lebih besar dari
gambar.
Oleh karena itu dengan merancang LKS dapat menjadi komunikasi dengan
siswa SD. Dalam LKS guru perlu merancang menggunakan kalimat-kalimat yang
tidak terlalu panjang, tidak rumit, dengan kata-kata sederhana yang mudah
dipahami oleh siswa. Bila perlu sertakan gambar pada petunjuk atau alat dan
bahan yang akan digunakan. Terutama LKS yang akan diperuntukan untuk kelas 1
dan 2. Bagi siswa kelas 3 hingga kelas 6 yang sudah terampil baca, gambar dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan eksplorasi.
158
DAFTAR PUSTAKA
BAB 7
EVALUASI, ASESMEN DAN PENILAIAN
Berilah skor:
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
(Solikhin, 2014).
d. Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek.
Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan
yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif,
kognitif, dan konatif . Komponen afektif adalah perasaan yang
dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.
Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut. Sikap terhadap materi pelajaran,
sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran,
sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Asesmen sikap dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi, daftar chek, skala sikap, buku harian, angket,
ungkapan perasaan, catatan anekdot, dan lain lain (Solikhin,
2014).
e. Teknik Tes
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Khusus
tes tertulis, ragamnya meliputi : tes essay atau disebut juga tes
subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian, salah-benar,
menjodohkan dan pilihan ganda. Tes essay atau tes uraian adalah
bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung
167
2. Teknik Menilai
Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian
sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari
tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes.
A. Teknik Tes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan dengan cara
melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan
169
yang harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang
yang di tes. Dalam hal tes hasil belajar yang hendak diukur adalah
kemampuan peserta didik dalam menguasai pelajaran yang
disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat penilaian
dengan teknik tes dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban
secara tertulis, baik berupa pilihan maupun isian.
b. Tes Lisan
Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan
jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan
dalam bentuk lisan dan spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar
pertanyaan dan pedoman pensekoran.
c. Tes Praktik/Perbuatan
Tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang
menuntut peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau
menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja
(Iqbalzonecoolz, 2014).
B. Teknik Nontes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh
gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian.
Teknik penilaian nontes dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pengamatan/Observasi
Pengamatan/observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan
oleh pendidik dengan menggunakan indera secara langsung.
Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang
sudah dirancang sebelumnya.
b. Penugasan
Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang
menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar
170
3. Prinsip-Prinsip Penilaian
Agar penilaian yang pendidik lakukan benar-benar dapat memberi
gambaran yang sebenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa, maka
dalam melakukan penilaian pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip
penilaian berikut.
a. Berorientasi pada pencapaian kompetensi.
Penilaian yang pendidik lakukan harus berfungsi untuk mengukur
ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah
ditetapkan dalam kurikulum (Suryanto, 2014).
b. Valid
Penilaian yang pendidik lakukan harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk itu pendidik memerlukan alat ukur yang
171
E. Saling percaya
Asesmen portofolio merupakan proses penilaian yang berlangsung
dua arah antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa
lainnya harus dibina secara sinergis. Dalam asesmen portofolio guru
dan siswa atau antara siswa dengan siswa lainnya harus memiliki rasa
saling mempercayai, saling terbuka dan jujur. Guru hendaknya dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, proses yang wajar
dan alami, serta menyenangkan sehingga siswa dapat menunjukkan
kemampuannya seoptimal mungkin (Jaenudin, 2009).
F. Milik bersama
Asesmen portofolio merupakan model penilaian yang didasarkan pada
seluruh bukti hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajar siswa. Seluruh
bukti-bukti tersebut harus menjadi milik bersama antara guru dan
siswa. Hal ini akan mem-permudah siswa untuk menyimpan atau
mengambil portofolionya. Karena siswa merasa memiliki maka akan
tumbuh rasa tanggung jawab pada dirinya (Jaenudin, 2009).
G. Kerahasiaan bersama
Bukti-bukti hasil pekerjaan siswa secara individu maupun secara
kelompok dalam portofolio sebaiknya tidak diperlihatkan terlebih
dulu kepada siswa atau kelompok lain, sebelum diadakan eksibisi
(pameran). Kerahasiaan bukti hasil pekerjaan siswa merupakan hal
yang sangat penting dalam portofolio. Sehingga jika ada bukti hasil
pekerjaan siswa kurang baik (memiliki kelemahan), siswa tersebut
tidak merasa dipermalukan atau sebaliknya jika hasil siswa sudah
baik, ia tidak sombong. Kerahasiaan bukti hasil pekerjaan siswa dan
hasil penilaiannya perlu dijaga, tidak disampaikan kepada pihak-pihak
yang tidak berkepentingan supaya tidak berdampak negatif kepada
proses pendidikan (Jaenudin, 2009).
177
J. Refleksi bersama
Asesmen portofolio memberikan kesempatan untuk melakukan
refleksi bersama, di mana siswa dapat merefleksi (tentang proses
berfikirnya, pemahaman-nya, pemecahan masalah atau pengambilan
keputusannya) terhadap hasil-hasil pekerjaan yang telah dihasilkannya
dalam jangka waktu tertentu (Jaenudin, 2009).
7.5 Alat Evaluasi dan Cara Menyusun Alat Evaluasi pada Pembelajaran
IPA di SD
1. Alat Evaluasi Proses Belajar IPA di SD
Untuk menentukan keberhasilan suatu proses memerlukan alat ukur.
Seharusnya alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang baku agar
hasil pengukurannya dapat dipercaya. Namun karena alat ukur yang baku
tersebut belum banyak dikembangkan di Indonesia, maka guru yang
berpengalaman dalam mengajar diharapkan dapat membuat alat ukur
pengganti yang baku. Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang
diperlukan terdiri dari alat evaluasi untuk mengukur kognitif, alat evaluasi
untuk membentuk kualitas hati nurani dan alat evaluasi untuk mengukur
kemampuan keterampilan (Sapriati, 2009).
A. Alat evaluasi untuk mengukur kognitif
Penguasaan ilmu pengetahuan yang disampaikan melalui
pembelajaran dapat ditentukan dengan menggunakan pertanyaan (tes)
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes tersebut bentuknya objektif
ata bentuk uraian (esai). Untuk memilih yang mana di antara kedua
bentuk ini yang paling cocok untuk digunakan sangat tergantung pada
berbagai hal diantaranya, waktu yang tersedia, proses berpikir yang
diukur sifat materi yang akan ditanyakan dan banyaknya peserta didik
dalam satu kelas (Sapriati, 2009).
179
ternyata obat yang paling mujarab adalah diri pribadi Anda sebagai
guru merupakan conoh yang riil dan nyata bagi peserta didik. Alat
yang digunakan untuk menentukan adanya perubahan selama
pelatihan adalah melalui observasi. Semua hasil observasi di atas
secara sistematis sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan
(Sapriati, 2009).
Pada bagian ini akan dibicarakan jenis keterampilan apa yang harus
dikembangkan dalam pelajaran IPA sehingga guru dapat memusatkan
latihannya pada keterampilan tersebut pada waktu guru melatihkaan
demonstrasi ataupun peserta didik melakuan percobaan.
a. Keterampilan menggunakan tangan
Pendidikan IPA melatih peserta didik terampi menggunakan
tangannya dengan menggunakan bermacam-macam alat. Alat IPA
ada yang harus dipegang seperti memegang gelas minum, tidak
memiiki keterampilan khusus. Tetapi ada alat yang harus dipegang
dengan teknik tertentu, harus hati-hati agar tidak terjadi kerusakan
ataupun tidak kotor atau terganggu atau merusak ketepatan oleh
tangan yang memegang
183
Termometer dipegang dengan dua jari kanan, yaitu ibu jari dan
telunjuk. Tempat memegangnya di tengah termometer. Yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara agar termometer masuk dalam
sumbat tanpa patah dan aman dari kecelakaan. Kecelakaan dapat
terjadi apabila kurang terampil memasukkan termometer ke dalam
gabus, atau ada yang dapat memasukkan tetapi termometer patah
serta diiringi dengan kecelakaan yaitu tangan atau bagian lain dari
tubuh luka. Pekerjaan dengan menggunakan termometer
memerlukan keterampilan yang lebih rumit dari pada
menggunakan gelas beker.
Anak timbangan terbuat dari logam beratnya 5 mg; jadi kecil dan
tipis. Anak timbangan semacam ini diperlukan dalam
percobaan,kadang-kadang ada anak timbangan yang lebih ringan
dari 5 mg, misalnya 3 mg; 2 mg dan 1 mg. Untuk
menggunakannnya pada waktu menimbang tidak dapat langsung
dipegang karena sukar memegangnya karena kecil, tambahanpula
kalau angsung dipegang akan membawa pengaruh pada berat anak
timbangan tersebut. Untuk memegang anak timbangan biasanya
184
4. Sifat kerja sama antara peserta didik dapat dibina dalam percobaan
tersebut dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari 2 sampai dengan 4
orang.
5. Menumbuhkan kreativitas untuk mencapai jalan agar percobaan
berlangsung lebih baik, cepat, tepat (Sapriati, 2009).
B. Ranah Psikimotor
Percobaan diatas mencantumkan 5 kemampuan psikimotor yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan ini. Kemampuan yang pertama,
sebagaimana tertulis diatas, adalah : menelungkupkan gelas pada lilin
yang sedang terbakar dan terapung diatas air. Kemampuan
keterampilan pertama ini dapat dirinci menjadi berbagai keterampilan.
a. Memilih alat dan bahan yang diperlukan (seperti memilih lilin yang
cocok untuk ditutup dengan gelas, memilih bejana tempat air
memilih tempat tumpuan untuk gelas yang ditelungkupkan,
memiliki tempat lilin yang harus terapung diatas air).
b. Cara menyalakan lilin.
c. Cara meletakkan batang penyangga gelas.
d. Cara menuangkan air ke dalam bejana.
e. Cara menelungkupkan gelas kosong diatas lilin .
f. Cara memberi tanda permukaan air pada gelas sebelum dan
sesudah percobaan.
g. Membersihkan kembali alat dan bahan yang digunakan.
h. Menyimpan kembali alat dan bahan yang digunakan (Sapriati,
2009).
Semua keterampilan yang dilatihkan melalui percobaan diatas
hendaknya selalu diamati oleh guru agar setiap peserta didik yang
melaksanakannya. Agar pengamatan dapat dicatat dengan baik dan
dapat ditindak lanjuti, guru harus mempersiapkan pedoman observasi
seperti dicontohkan dibawah ini. Format 7.1 dapat digunakan untuk
semua percobaan atau demonstrasi yang dikerjakan sendiri oleh peserta
didik dengan catatan bahwa setiap jenis percobaan akan melatihkan
keterampilan tertentu, sehingga kolom kegiatan yang dilatihkan diisi
dengan jenis kegiatan yang menonjol pada percobaan tersebut. Tanda
cek (V) dipergunakan untuk menilai kualitas pekerjaan yang dilakukan
oleh peserta didik. Dalam format Observasi 7.1 baru 3 jenis kegiatan
yang sudah baik, masih ada 6 kegiatan yang harus dilatihkan agar
kualitasnya menjadi baik atau baik sekali. Enam jenis kegiatan ini
194
9. v
C. Ranah Afektif
Diantara kualitas kepribadian yang dapat dikembangkan melalui
percobaan ini sebagai mana dicontohkan diatas seperti: Sifat tenggang
rasa (menghargai pendapat orang lain) akan dapat dibina dan
dikembangkan terus. Bahwa dengan adanya kerja kelompok pada
waktu melakukan percobaan telah mebuahkan sifat tenggang rasa yang
makin tinggi dapat dicatat melalui pengamatan atau observasi
mengenai sikap setiap peserta didik. Untuk mendapatkan hasil
observasi yang akurat dari satu periode ke periode selanjutnya, guru
harus menggunakan pedoman observasi. Tanda-tanda atau indikator
mengenai tenggang rasa yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari
sikap atau pribadinya:
a. Tidak memaksakan kehendak sendiri atau tidak otoriter
b. Mau menerima pendapat orang lain
c. Tidak mudah tersinggung
d. Adanya kesediaan untuk menjalin persahabatan tanpa pamrih
e. Dan seterusnya (Sapriati, 2009).
Tingkat tenggang rasa (toleransi) dari orang perorang tidak sama
kuatnya. Ada yang tenggang rasanya sangat rendah namun ada yang
sangat tinggi. Melalui berbagai latihan, kadar tenggang rasa dapat
ditingkatkan, supaya peningkatan dapat diikuti secara berkesinambungan
196
1. Tidak memaksakan
kehendak sendiri
v
Mau menerima pendapat
2.
orang lain
v
Tidak mudah tersinggung
3. v
Bersedia menjalin
4. persahabatan tanpa pamrih v
197
Rangkuman
Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai
perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum
dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan, dan reformasi
pendidikan secara keseluruhan. Asesmen merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis
tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan
perkembangan belajar siswa. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test.
Secara umum portofolio adalah suatu kumpulan atau berkas pilihan yang
dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian. Kumpulan atau hasil kerja
tersebut berisi pekerjaan siswa selama waktu tertentu yang dapat memberi
informasi bagi suatu penilaian yang objektif, yang menunjukkan apa yang dapat
dilakukan siswa dalam lingkungan dan suasana belajar yang alami. Alat evaluasi
proses pembelajaran IPA yang diperlukan terdiri dari alat evaluasi untuk
mengukur kognitif, alat evaluasi untuk membentuk kualitas hati nurani dan alat
evaluasi untuk mengukur kemampuan keterampilan.
198
DAFTAR PUSTAKA
Iqbalzonecoolz. (2014, Mei Sabtu). Teknik Penilaian Hasil Belajar. Dipetik Maret
Minggu, 2018, dari Evaluasi dan proses Pembelajaran:
https://iqbalzonecoolz.wordpress.com/tag/teknik-penilaian-hasil-belajar-
evaluasi-dan-proses-pembelajaran/
Jaenudin, R. (2009). Inovasi Model Penilaian Berbasis Portofolio dalam
Pembelajaran. Jurnal, 7-10.
Jailani. (2012). Rancangan Model Penilaian Portofolio di Sekolah. Jurnal Ilmiah
Didaktika, 234.
LPP, T. P.-A. (2007). Panduan Evaluasi Pembelajaran . Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Mardapi, D. (2004). Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Nuryani Y. Rustaman, A. Y. (2010). Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran
(IPA) di Sekolah Dasar. Balitbangdiknas: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sapriati, A. (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sasmita, N. A. (2016, April 15). Makalah Evaluasi Pembelajaran. Dipetik Maret
29, 2018, dari Tugas Kuliah:
http://nurazmisasmita.blogspot.co.id/2016/04/makalah-evaluasi-
pembelajaran.html
Solikhin, R. (2014). Asesmen Pembelajaran. Dipetik Maret Sabtu, 2018, dari
Pendekatan Pembelajaran:
http://riyadsangpetualang.blogspot.co.id/2014/01/assesmen-
pembelajaran.html
Suryanto, A. (2014). Evaluasi Pembelajaran di SD. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Yuliani, L. (2008). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Malang: Universitar
Negeri Malang.
199
BAB 8
MENGANALISIS KTSP DAN KURIKULUM 2013
Menurut Shafa (2014), beberapa hal yang baru secara konsep dari
kurikulum 2013 adalah karakter tujuan atau kompetensi lulusan yang dikemas
dalam bentuk integrasi dengan menekankan pada pendidikan karakter,
karakter pembelajaran yang menekankan pada pendekatan scientifik dan
kerakter penilaian yang lebih detail dengan menekankan pada penilaian
proses. Proses pembelajaran kurikulum 2013 lebih menekankan pada
pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa belajar secara mandiri.
Peserta didik diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka
sendiri.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu penggunaan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran meliputi kegiatan mengamati,
bertanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, mengasosiasi atau menalar
atau mengolah informasi, dan menyajikan atau mengkomunikasikan. Model-
model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013 meliputi project
based learning, problem based learning, dan discovery learning dan model
model pembelajarn lain yang relevan (Zainuddin, 2015).
202
j. Permendikbud No 69 tahun
2013 tentang Kerangka
Dasar Kurikulum
Kompetensi SMA
k. Permendikbud No 70 tahun
2013 tentang Kerangka
Dasar Kurikulum
Kompetensi SMK
l. Permendikbud No 71 tahun
2013 tentang Buku Teks
Pelajaran Layak.
tematik
terpadu
2. Muatan lokal
Muatan lokal KTSP merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai
menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga
harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap
jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini
berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal (Ristiawan, 2016).
Untuk struktur k13 SD Muatan lokal menjadi materi pembahasan
Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan. Sedangkan, untuk SMP Muatan lokal menjadi materi
pembahasan Seni Budaya dan Prakarya (Ristiawan, 2016).
5. Ketuntasan belajar
Pada KTSP Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan
ideal. Pelaporan hasil belajar (raport) peserta didik diserahkan pada satuan
pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh
direktorat teknis terkait (Ristiawan, 2016).
Dikutip dari Yusup (2016), beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan penilaian Kurikulum 2013:
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Dasar
(KD) pada Kompetensi Inti (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4).
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu penilaian yang dilakukan
dengan membandingkan capaian siswa dengan kriteria kompetensi yang
ditetapkan. Hasil penilaian baik yang formatif maupun sumatif seorang
siswa tidak dibandingkan dengan skor siswa lainnya namun
dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan.
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 SMP Dan SMA Dasar
Permendikbud 53 Tahun 2015
c. Penilaian dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Artinya semua
indikator diukur, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar (KD) yang telah dikuasai dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan belajar siswa
214
6. Kenaikan kelas
Kenaikan kelas pada KTSP dilaksanakan pada setiap akhir tahun
ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis
terkait. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah
diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri berdasarkan usulan
(Ristiawan, 2016).Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1),
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan
dasar dan menengah setelah:
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan;
c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
d) Lulus Ujian Nasional.
7. Penjurusan
Penjurusan KTSP dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA.
Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait. Penjurusan pada
SMK/MAK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan yang diatur
oleh direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Ristiawan,
2016).
Sistem peminatan Kurikulum 2013 telah menjadi pilihan untuk siswa
pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Sistem peminatan yang
mulai dilakukan pada kelas X ini tentu membutuhkan peran dari guru
Bimbingan Konseling (BK) untuk mengarahkan anak ke minatnya
(Sudrajat, 2013).
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan
budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi dan
transformasi bidang pendidikan.
220
5. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi
yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan
bagi peserta didik.
8. Standar Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik mengetahui
capaian pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil
belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh
informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar.
2. Tim penyusun KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK terdiri atas guru,
konselor, dan kepala madrasah sehingga ketua merangkap anggota.
Kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan narasumber, seta
pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
3. Tim penyusun KTSP pada pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, dan
SMALB) terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota. Kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah,
dan narasumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh
dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Dokumen KTSP SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh
kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan
diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di
bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat provinsi untuk SMA dan
SMK. Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku
oleh kepala Madrasah setelah pertimbangan dari komite sekolah dan
diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang
agama (Sapriati dkk, 2009).
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan
sekolah atau madrasah. Kegiatan ini berbentuk rapat kerja, lokakarya, dan
atau kelompok sekolah atau madrasah yang diselenggarakan dalam jangka
waktu sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP
secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draft, review, dan
revisi serta finalisasi. Langkah yang lebih rinci masing-masing kegiatan
diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun (Sapriati dkk, 2009).
Dikutip dari situs resmi SD Negeri Pangkatrejo bahwa dalam
penyusunan kurikulum selain menyusun kurikulum itu sendiri, menyusun
pula perangkat pembelajaran, baik dari kelas 1 (satu) sampai dengan kelas 6
(enam) yang terpilah-pilah sesuai dengan tuntutan, yakni :
224
kekhususan masing-masing
2. Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada
anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan
isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi
tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang
ada (Bahri, 2016).
Dikutip dari Bahri (2016), kriteria yang dapat membantu pada
perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu
antara lain:
236
6) Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan
pendidikan, dan potensi daerah. Rumusannya menggunakan kerja
opersional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Digunakan
sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya
gesekan, gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar, berbagai
sumber energi, perubahan bentuk energi, dan sumber energi alternatif
(angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar organik, dan nuklir) dalam
kehidupan sehari-hari, sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera
pendengaran, sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan indera
penglihatan, upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di
lingkungannya (Sukamti dan Untari, 2018).
Kelas V mempelajari tentang materi IPA meliputi alat gerak dan
fungsinya pada hewan dan manusia, organ pernafasan dan fungsinya pada
hewan dan manusia, organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan
manusia, organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia,
hubungan antar komponen ekosistem dan jaringjaring makanan di
lingkungan sekitar (Sukamti dan Untari, 2018).
Kelas VI meliputi Energi listrik, Sistem tata surya, Rotasi bumi,
revolusi bumi dan bulan, gerhana bulan dan matahari, Campuran dan
larutan (pengamatan), Hubungan suhu, sifat, hantaran, perubahan benda
akibat perubahan suhu, Perkembangbiakan makhluk hidup dan Adaptasi
(Sukamti dan Untari, 2018).
253
Rangkuman
Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dari KTSP.
Kurikulum 2013 pada dasarnya merupakan upaya penyederhanaan dan
tematik-integratif yang disiapkan untuk mencetak generasi yang siap
menghadapi masa depan.
Kelebihan dari KTSP adalah mendorong terwujudnya otonomi sekolah;
dan KTSP menekankan pada aspek kompetensi yang diharapkan akan
menghasilkan lulusan yang lebih baik dan siap menghadapi kehidupan
dalam masyarakat. Sedangkan kekurangan dari KTSP adalah isi dan pesan-
pesan kurikulum masih terlalu padat; dan Evaluasi yang digunakan masih
terfokus pada ranah kognitif saja, sementara untuk ranah afektif dan
psikomotorik masih belum terlaksana dengan sempurna.
Kelebihan Kurikulum 2013 adalah: lebih menekankan pengembangan
kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara
holistik (menyeluruh); dan menjadikan peserta didik lebih aktif dan kreatif.
Sedangkan, kelemahan dalam Kurikulum 2013 adalah Kurangnya
pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific; dan masih banyak
guru yang belum memahami Kurikulum 2013 secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan
dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
254
DAFTAR PUSTAKA
BAB 9
PEMETAAN, SILABUS DAN RPP
9.1 PEMETAAN
1. Pengertian Pemetaan
Pemetaan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi atau konpetensi inti,
kompetensi dasar dan indikator mata pelajaran. Sedangkan Pemetaan
Tema adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
di pilih (Abdullah, 2015).
2. Manfaat Pemetaan
Pemetaan sangatlah penting untuk dilakukan, agar rencana
pelaksanaan pembelajaran mudah dibuat setelah dirumuskan indikatornya
terlebih dahulu . Beberapa manfaat pemetaan (menurut Saadah, 2012)
yaitu sebagai berikut :
a. Menentukan analisis materi pembelajaran
Penjabaran indikator dapat menentukan materi yang akan dibahas
dalam pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah dijabarkan dalam indikator, dan
memudahkan menentukan kedalaman materi dengan memperhatikan
ranah berfikir SK, KD dan IPK-nya.
3. Langkah-langkah Pemetaan
Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih
indikator pencapaian hasil belajar, hal ini disesuaikan dengan keluasan
dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Berikut adalah langkah-
langkah yang dapat dilakukan sampai tahapan penentuan dan pemetaan
standar kompetensi, dan kompetensi dasar, serta indicator (menurut
Saadah, 2012) yaitu sebagai berikut:
258
4. Format pemetaan
Pemetaan pada umumnya memiliki format (menurut Saadah, 2012)
sebagai berikut:
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
259
9.2 Silabus
1. Pengertian Silabus
Silabus berasal dari bahasa Latin “syllabus” yang berarti daftar,
tulisan, ikhtisar, ringkasan, isi buku (Komaruddin, 2000). Menurut BNSP
(dalam Sagala, 2008) silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokas waktu, dan sumber belajar.
Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa:
“Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar” (Sagala,2008). Silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Menurut Purmono (2013) silabus kurikulum 2013 adalah rencana
pembelajaran di kelas atau satu tema tertentu yang terdiri atas beberapa
materi pokok yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber
belajar. Silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan atau
pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus diartikan pula sebagai
rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi (SK) atau kompetensi inti
(KI), kompetensi dasar (KD), materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan
(Burhan, 2002).
260
2. Manfaat Silabus
Menurut Sagala (2008) Silabus memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,
seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan
pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian.
b. Sebagai sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik
rencana pembelajaran untuk satu SK maupun satu KD.
c. Sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan
pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok
kecil, atau pembelajaran secara individual.
d. Sebagai rancangan yang menjadi dasar dalam merancang RPP yang
sesuai dengan kondisi sekolah, peserta didik, masyarakat yang
dilayani oleh satuan pendidikan.
3. Komponen-Komponen Silabus
Komponen silabus KTSP dan Kurikulum 2013 mempunyai
perbedaan. Menurut Suryati (2013) komponen Silabus KTSP memiliki
komponen sebagai berikut:
a. Standar Kompetensi
262
h. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media
cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial,
dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Dilihat dari unit waktu silabus meliputi hal-hal penting yang perlu
diperhatikan oleh para pengembang kurikulum, yaitu sebagai berikut:
(Menurut Sudrajat, 2008)
a. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu
yang disediakan untuk setiap mata pelajaran selama penyelenggaraan
pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
267
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Di
samping itu, strategi pembelajaran yang dirancang dalam silabus perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dan teori belajar.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Prinsip ini
mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi
pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran,
penetapan waktu, strategi penilaian maupun dalam
mempertimbangkan kebutuhan media dan alat pembelajaran.
Kesesuaian antara isi dan pendekatan pembelajaran yang tercermin
dalam materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran pada silabus
dengan tingkat perkembangan peserta didik akan mempengaruhi
kebermaknaan pembelajaran.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi. SK dan KD merupakan acuan utama
dalam pengembangan silabus. Dari kedua komponen ini, ditentukan
indicator pencapaian, dipilih materi pembelajaran yang diperlukan,
strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta
teknik dan instrumen penilaian yang tepat untuk mengetahui
pencapaian kompetensi tersebut.
d. Konsisten
270
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas silabus ini
memungkinkan pengembangan dan penyesuaian silabus dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Prinsip ini hendaknya
dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, maupun penilaiannya. Kegiatan pembelajaran
dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan
hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga dapat mempertajam
kemampuan afektif dan psikomotoriknya serta dapat secara optimal
melatih kecakapan hidup (life skill).
2. Validasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah draf awal silabus yang
telah disusun itu sudah tepat atau masih memerlukan perbaikan dan
penyempurnaan lebih lanjut, baik berkenaan dengan ruang lingkup,
urutan penyajian, substansi materi pokok, maupun cakupan isi dalam
komponen-komponen silabus yang lainnya. Tahap validasi bisa
dilakukan dengan cara meminta tang-gapan dari pihak-pihak yang
dianggap memiliki keahlian untuk itu, seperti ahli disiplin keilmuan
mata pelajaran. Apabila setelah dilakukan validasi ternyata masih
banyak hal yang perlu diperbaiki, maka sebaiknya secepatnya
dilakukan penyempurnaan atau perancangan ulang sampai diperoleh
silabus yang siap diimplementasikan. Hal ini terutama sekali apabila
silabus itu dikembangkan oleh suatu tim yang dibentuk dari
perwakilan beberapa sekolah yang hasilnya akan dijadikan acuan oleh
guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
3. Sosialisasi
Tahap ini dilakukan terutama apabila silabus dikembangkan pada
level yang lebih luas dan dilakukan oleh tim yang secara khusus
dibentuk dan dipercaya untuk mengembangkannya. Silabus final yang
dihasilkan dan telah disahkan perlu disosialisasikan secara benar dan
tepat kepada guru sebagai pelaksana kurikulum.
4. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan kulminasi dari tahap-tahap sebelumnya yang
diawali dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
5. Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah silabus yang telah
dikembangkan itu mencapai sasarannya atau sebaliknya. Dari hasil
evaluasi ini dapat diketahui sampai dimana tingkat ketercapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar (KTSP), kompetensi inti
dan kompetensi dasar (Kurikulum 2013) yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, silabus dapat segera diperbaiki dan disempurnakan.
273
Analisis Si/SK/KD
Alokasi
(KTSP), Si/KI/KD Indikator waktu
(K13)
Penilaian Sumber
Belajar
RANAH AFEKTIF
RANAH PSIKOMOTOR
k. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang
dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang
mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.
Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini
memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam
domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik,
tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya
kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi
(topik dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari
keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan
proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan
keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang
menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3) Penutupan
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
293
Sekolah : ..................................
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : IV / I
Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
1. Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk denah.
B. Kompetensi Dasar
1.1. Membuat gambar / denah berdasarkan penjelasan yang didengar.
294
C. Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat Mendengarkan petunjuk arah yang dibacakan guru tentang
Petunjuk Arah ke Bumi Perkemahan dengan Rasa hormat dan perhatian
(respect), Tekun (diligence), Tanggung jawab (responsibility) serta Berani
(courage)
Siswa dapat Membuat denah berdasarkan penjelasan yang didengar
Siswa dapat Menjawab pertanyaan sesuai dengan denah
Siswa dapat Menjelaskan secara lisan mengenai denah yang dibuat
D. Materi Pokok
Gambar / Denah
E. Kegiatan Pembelajaran
Membuat denah berdasarkan penjelasan yang didengar.
Menjawab pertanyaan sesuai dengan denah.
Menjelaskan secara lisan mengenai denah yang dibuat.
295
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Apersepsi dan Motivasi :
- Siswa diajak mengamati denah lokasi suatu tempat.
- Bertanya jawab seputar denah yang diamati.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa diminta mendengarkan petunjuk arah yang dibacakan
gurusecara perhatian ( respect ).
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Sambil mendengarkan guru membacakan petunjuk arah, siwa
diminta menggambar denah sendiri dengan cara Tanggung jawab (
responsibility ) Berani ( courage ) dan Ketulusan ( Honesty )
Petunjuk Arah ke Bumi Perkemahan
Ikuti petunjuk untuk mencapai Bumi Perkemahan. SD
YPBK berada di jalan Cip Bes-ut. Keluarlah dari SD YPBK , lalu
ambil arah ke kiri. Susuri pasar sampai mencapai jalan raya. Lalu,
naik mobil 06 A turut di UKI Naik mobil jurusan cibubur turut Di
sebelah kiri Bumi Perkemahan cibubur ada pos polisi.
Siswa bertanya kepada teman di sebelahnya
apakah denah buatannya sudah benar!
Bertanya jawab tentang petunjuk arah yang dibacakan guru
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
296
G. Penilaian
Teknik Bentuk
Indikator Pencapaian Contoh Instrumen
Penilaian Instrumen
Membuat gambar / Tertulis dan Uraian dan Buatlah denah
denah penam-pilan Lembar berdasarkan
observasi penjelasan yang
didengar!
Jelaskan secara lisan
mengenai denah yang
dibuat!
Penampilan
Penampilan siswa saat menjelaskan petunjuk denah di depan kelas.
Aspek Penilaian Hasil / Nilai Keterangan
1. Kejelasan ucapan
2. Kewajaran intonasi
3. Keberanian
297
H. Sumber / Alat
Buku paket Bina Bahasa Indonesia 4A
Gambar Denah
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1. Pengetahuan * Pengetahuan 4
* kadang-kadang Pengetahuan 2
* tidak Pengetahuan 1
3. Sikap * Sikap 4
* kadang-kadang Sikap 2
* tidak Sikap 1
298
LEMBAR PENILAIAN
Nama Performan Jumlah
No Produk Nilai
Siswa Pengetahuan Praktek Sikap Skor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
.................................. ..................................
NIP: NIP:
299
Satuan Pendidikan :
Kelas / Semester : IV (Empat) / 1
Tema 1 : Indahnya Kebersamaan
Sub Tema 1 : Keberagaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran 1
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (6 x 35 menit)
Kompetensi Dasar
PPKn
3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan
masyarakat
4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah,
sekolah, dan masyarakat.
4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional,
bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi
(jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan
masyarakat sekitar
3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan
masyarakat
Indikator :
Menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan
Menjelaskan ciri khas suku Minang dalam bentuk peta pikiran
Menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak
Indonesia
301
Kompetensi Dasar
IPS
3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam,
sosial, budaya, dan ekonomi
4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan
alam, sosial, budaya, dan ekonomi
Indikator :
Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati
keberagaman dalam bentuk tulisan
Kompetensi Dasar
SBdP
3.2 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan
gerak tangan
4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi
rendah nada
Indikator :
Menyanyikan lagu “Aku Anak Indonesia “ dengan tinggi rendah nada
yang sesuai
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam dan mengajak 10 menit
semua siswa berdo‟a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ”Indahnya
302
Kebersamaan”.
Guru menyampaikan tahapan kegiatan
yang meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi,
mengomunikasikan dan menyimpulkan.
H. PENILAIAN
1. Daftar periksa untuk peta pikiran (Bahasa Indonesia)
Keterangan
Kriteria Penilaian
Sudah Belum
Peta pikiran memuat rumah adat.
Peta pikiran memuat bahasa.
Peta pikiran memuat alat musik tradisional.
Peta pikiran memuat makanan tradisional.
Peta pikiran memuat tarian tradisional.
( ) ( )
NIP .................................. NIP ..................................
306
Rangkuman
Pemetaan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi atau konpetensi inti, kompetensi
dasar dan indikator mata pelajaran. Silabus adalah rencana pebelajaran yang
memuat beberapa komponen yang telah diatur dalam Permendiknas No 41 Tahun
2007 tentang standar proses (KTSP), dan Permendikbud No 22 Tahun 2016
tentang standar proses (Kurikulum 2013). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah rencana yang disusun oleh guru yang bersangkutan yang
berlandaskan pada silabus yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Penyusunan rencana belajar ini dapat membantu guru dalam menyiapkan
pembelajara sehingga guru dapat memberikan atau menganalisi masalah atau
hambatan yang akan terjadi dalam proses pembelajaran.
307
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
1) IGA PUTRI SANDRIYANI 1) AGUSTIN ENDAH SARI
2) NOVIA DWI TIARA 2) EFTI ELSIYANA
3) NOVITA SARI 3) RENDI NURDAGIDSU
4) SISI SEPTIANA 4) SUCY WIDHYA S
KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
1) DESTI MARLIANI 1) APRILIA ANWAR
2) DIAN PRATIWI 2) MENTARI DIAN T
3) GOGOT FITRIANTO 3) RATNAWATI
4) RIMA AZIZA ARUNANDA 4) VEERISA CARELA PR
KELOMPOK 5 KELOMPOK 6
1) LUFIA NUZULIKA 1) DENI LILIS NUNGKI A
2) PRATIWI 2) FIBRIA RAHMALINGGAR
3) RIO RUSTANDI 3) MAWARNI LETARE CH
4) NOVALIA FADILAH
KELOMPOK 7 KELOMPOK 8
1) ANDRO CATUR M 1) DEWI KARTINI NINGSIH
2) DIAN RETNOWATI A 2) NABILA AYU
3) MIRA LIANTI 3) SANTI INDRA BULAN
4) YOLANDA ALIF T 4) SITI MAY MUNAH
310
KELOMPOK 9
1) AYU AMELISYA PUTRI
2) DIAN NATASYA
3) SOPIAH