Anda di halaman 1dari 11

DEFINISI BERPIKIR, TEORI, JENIS, TIPE, POLA, CARA, PROSES, DAN

PENGARUHNYA DALAM BELAJAR.

Ninis Azizah Soleha, Lalu Ziyadatul Fahmi, Fitratul Islamiyah

Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah.

ABSTRAK : Berpikir merupakan proses mental manusia yang melibatkan penggunaan otak
untuk memproses, memahami, mengorganisir, dan memanipulasi informasi untuk menghasilkan
pemahaman baru atau solusi untuk masalah. Berpikir juga dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk merenung dan memikirkan sesuatu secara kritis dan kreatif. Salah satu teori terkenal
tentang berpikir adalah teori dual proses yang dikemukakan oleh Daniel Kahneman adalah
sistem(pikiran cepat) dan sistem (pikiran lambat). Sedangkan Teori Kognitif Piaget tentang
perkembangan berfikir manusia menjelaskan bahwa manusia melewati tahap-tahap atau level-
level perkembangan kognitif yang berbeda seiring dengan usia mereka. Level-level tersebut
meliputi tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap konkret operasional, dan tahap formal
operasional. Dalam belajar, penting bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuan berpikir
yang baik agar dapat menghadapi berbagai masalah dan situasi yang kompleks. Dalam belajar,
berfikir kritis dan kreatif sangat penting untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan
kemampuan penyelesaian masalah. Pola berpikir positif juga berpengaruh terhadap motivasi dan
kepercayaan diri dalam belajar. Artikel ini membahas definisi berpikir, teori, jenis, tipe, pola,
cara, proses, dan pengaruhnya dalam belajar.

Kata kunci: berpikir, belajar, kritis, kreatif, positif

A. PENDAHULUAN
Berpikir merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Proses berpikir
melibatkan penggunaan otak untuk memproses, memahami, mengorganisir, dan memanipulasi
informasi untuk menghasilkan pemahaman baru atau solusi untuk masalah. Berpikir juga dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk merenung dan memikirkan sesuatu secara kritis dan kreatif.
Berpikir merupakan suatu proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai
pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Dalam konteks belajar, berpikir memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas
pemahaman dan kemampuan penyelesaian masalah. Dalam belajar juga, sangat penting bagi
seseorang untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang baik agar dapat menghadapi

1
berbagai masalah dan situasi yang kompleks. Dengan memahami jenis, tipe, pola, cara, dan
proses berpikir, seseorang dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dan memperoleh
manfaatnya dalam belajar dan kehidupan sehari-hari.
Artikel ini membahas definisi berpikir, teori, jenis, tipe, pola, cara, proses, dan pengaruhnya
dalam belajar. Penulis berharap, artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

B. PEMBAHASAN
1. Definisi Berpikir

Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembang nya ide dan konsep
(Bochenski, 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses Penjalinan hubungan antara bagian bagian informasi yang Tersimpan di dalam
diri seseorang yang berupa pengertian pengertian. Berpikir mencakup banyak aktivitas mental.
Menurut Khodijah dalam buku pisikologi belajar, secara sederhana, berpikir adalah memproses
informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan
ulang atau manipulasi kau menitip baik informasi dari lingkungan maupun simbol simbol yang
disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah Representasi simbol dari
beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006: 117)

Tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu:

a. Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat
diperkirakan dari perilaku.
b. Berpikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan, dalam
sistem kognitif, dan
c. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan
pada solusi.

Manusia secara fisik berbeda dengan makhluk yang lainnya. Selain dilihat secara fisik
proses berpikir pun juga berbeda. Manusia cenderung mengalami proses perkembangan berpikir
sejalan dengan perkembangan fisik nya.1

1
Suciati, Dimas Gilang R, Para Mifta P,dkk, Psikologi Pendidikan, (Jawa Tengah: Lakeisha, 2022), hlm 36

2
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, kata "pikir" memiliki arti akal budi, ingatan,
dan angan-angan. Berpikir dapat dianggap sebagai memanipulasi atau mengelola informasi
dalam memori sehingga seseorang memperoleh pengetahuan baru atau setidaknya memahami
hubungan antara sesuatu. Plato juga menganggap bahwa berpikir sama dengan berbicara dalam
hati.

Menurut Jujus S Suriasmantri berpikir merupakan suatu proses yang membuahkan


pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Dengan demikian berpikir mempunyai Gradasi yang berbeda dari berpikir sederhana sampai
berpikir yang sulit, dari berpikir hanya untuk meningkatkan subyek dan obyek sampai dengan
berpikir yang menuntut kesimpulan berdasarkan ikatan tersebut.2

Berpikir merupakan proses mental manusia yang melibatkan penggunaan otak untuk
memproses, memahami, mengorganisir, dan memanipulasi informasi untuk menghasilkan
pemahaman baru atau solusi untuk masalah (Kuhn & Dean, 2004). Berpikir juga dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk merenung dan memikirkan sesuatu secara kritis dan kreatif
(Sternberg, 1986). Berpikir memiliki berbagai taraf, dari taraf yang rendah sampai taraf yang
tinggi. Selain itu, berpikir juga merupakan proses yang mempengaruhi penafsiran terhadap
rangsangan-rangsangan yang melibatkan proses sensasi, persepsi, dan memori. Ketika seseorang
menghadapi sebuah masalah, ia melibatkan proses sensasi untuk menangkap informasi,
kemudian melibatkan proses persepsi untuk memahami informasi tersebut, dan terakhir ia
menggunakan proses memorinya untuk menyimpan dan memahami informasi tersebut.

Salah satu kegiatan mental seseorang adalah berpikir. Terdapat berbagai pendapat dari
para ahli terkait pendefinisian berpikir, demikian definisinya antara lain:

a. Berpikir adalah suatu proses mental yang memungkinkan seseorang untuk membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya.

b. Berpikir adalah proses mental yang berlangsung secara dialektis, yaitu melalui diskusi,
perdebatan, atau dialog dalam pikiran seseorang.

c. Menurut Plato, berpikir adalah berbicara dalam hati atau dialog dalam pikiran seseorang.
2
Junihot, Filsafat Ilmu dan Penalaran Teologis, (Yogyakarta: PBMR ANDI, 2021)hlm 115

3
d. Berpikir adalah proses dinamis yang dapat digambarkan melalui langkah-langkah atau
jalannya dalam memecahkan masalah atau membuat keputusan.

e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir artinya menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, serta menimbang- nimbang dalam ingatan.3

Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa, berfikir merupakan kegiatan yang
melibatkan otak sebagai tumpuan yang menghasilkan rangsangan-rangsangan sehingga
menghasilkan persepsi, sensasi, dan memori.

2. Teori Berfikir
a. Teori Proses Dual dari Daniel Kahnmen (Berpikir Cepat dan Lambat)

Salah satu teori terkenal tentang berpikir adalah teori dual proses yang dikemukakan oleh Daniel
Kahneman (2011). Teori ini menyatakan bahwa terdapat dua sistem berpikir yaitu:

1. Sistem (pikiran cepat)


adalah proses berpikir otomatis dan spontan,
2. Sistem (pikiran lambat)
adalah proses berpikir yang memerlukan pengolahan mental yang lebih mendalam dan
terkontrol.

Menurut Kahneman, kedua sistem ini bekerja bersama-sama dan saling bergantian dalam
proses berpikir. Meskipun demikian, Sistem 1 lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari, dan
Sistem 2 digunakan hanya dalam situasi-situasi tertentu. Konsep ini memiliki implikasi penting
terhadap pembelajaran, khususnya dalam strategi mengajar. Pembelajaran yang efektif dapat
memanfaatkan kedua sistem pemrosesan informasi tersebut untuk membantu siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.4

b. Teori Kognitif Piaget tentang perkembangan berpikir manusia

3
Karel Karsten Himawan, Pemikiran Magis, Ketika Batas Antara Magis dan Logis Menjadi Bias, (Cet. I: Jakarta: PT
Indeks, 2013), hal. 11-12.
4
Yudhi Herwibowo, Berfikir Cepat dan Lambat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.

4
Teori Kognitif Piaget tentang perkembangan berpikir manusia menjelaskan bahwa manusia
melewati tahap-tahap atau level-level perkembangan kognitif yang berbeda seiring dengan usia
mereka. Level-level tersebut meliputi tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap konkret
operasional, dan tahap formal operasional.
Menurut Piaget, tahap-tahap ini berkaitan dengan kemampuan individu untuk memahami
dunia di sekitarnya. Pada tahap sensorimotor (0-2 tahun), anak-anak belajar tentang dunia
melalui pengalaman sensorik dan motorik. Pada tahap praoperasional (2-7 tahun), anak-anak
mulai menggunakan simbol dan bahasa untuk memahami dunia. Pada tahap konkret operasional
(7-12 tahun), anak-anak mulai memahami hubungan sebab- akibat dan memahami konsep-
konsep matematika. Pada tahap formal operasional (12 tahun ke atas), individu mulai
menggunakan penalaran abstrak dan memahami konsep-konsep yang kompleks.
Teori Kognitif Piaget ini dapat memiliki dampak besar pada pembelajaran. Pemahaman
mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif yang diajukan oleh Piaget ini dapat membantu
pendidik memahami kemampuan dan keterbatasan siswa pada setiap tahap perkembangan. Hal
ini dapat membantu guru merancang strategi pembelajaran yang tepat dan efektif.
Misalnya, pada tahap sensorimotor, siswa belajar melalui pengalaman sensorik dan motorik,
sehingga pendidik dapat merancang aktivitas pembelajaran yang menekankan pada pengalaman
langsung, seperti permainan dan simulasi. Pada tahap praoperasional, siswa mulai menggunakan
simbol dan bahasa, sehingga pendidik dapat menggunakan strategi pembelajaran yang
menekankan pada penggunaan bahasa dan visualisasi.5

3. Jenis-Jenis Berpikir

Secara garis besar, ada dua jenis-jenis berpikir, diantaranya:

1. Berpikir Autistik

Berpikir autistik, atau biasa kita kenal dengan sebutan berimajinasi, merupakan salah satu
jenis berpikir yang melibatkan penggunaan imajinasi, fantasi, atau wishful thinking. Dengan
berpikir autistik, seseorang akan lebih cenderung melarikan diri dari kenyataan dan memandang
hidup sebagai serangkaian gambar-gambar fantastik.
2. Berpikir Realistik
5
Soetjiningsih. Perkembangan Berfikir Manusia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada). Hal.

5
Berpikir realistik atau dikenal juga dengan berpikir terarah, adalah kemampuan berpikir yang
memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Kemampuan berpikir
terarah ini dapat terlihat dalam beberapa hal, seperti penalaran, pemecahan masalah, dan
pembelajaran konsep. Dalam berpikir terarah ini seseorang akan mampu menggunakan logika
dan fakta untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Di sisi lain, berpikir realistik atau reasoning (nalar) melibatkan penggunaan logika dan
penyesuaian diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch yang dikutip oleh Shaleh (2009: 230)
menyebutkan tiga macam berpikir realistik yaitu deduktif, induktif, dan evaluatif.
a. Deduktif

Penalaran deduktif merupakan cara berpikir yang berasal dari sebuah asumsi atau pernyataan
yang bersifat umum untuk mencapai sebuah kesimpulan yang lebih khusus.
b. Berpikir Induktif

Berpikir induktif adalah berpikir yang dimulai dari hal-hal yang khusus kemudian
mengambil kesimpulan umum (generalisasi).
c. Berpikir Evualuatif

Berpikir Evaluatif adalah kemampuan untuk mengevaluasi gagasan,konsep atau pemikiran


dengan menilai buruk-buruknya, tepat atau tidaknya berdasarkan kriteria tertentu.
4. Tipe-Tipe Berpikir

a. Berpikir Konseptual

Menurut Hiebert dan Lefevre, berpikir konseptual adalah proses berpikir dengan
menggunakan fakta dan konsep yang saling terkait satu sama lain. Sedangkan menurut
Marpaung, berpikir konseptual adalah proses berpikir dengan menggunakan konsep yang telah
dimiliki berdasarkan hasil pelajaran sebelumnya dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa berpikir konseptual
adalah berpikir berdasarkan konsep konsep yang telah diperoleh sehingga mampu menyelesaikan
suatu permasalahan dengan lebih mudah.
b. Berpikir Semikonseptual

6
Berpikir semikonseptual adalah cara berpikir siswa dalam memecahkan suatu permasalahan
dengan menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari, namun tidak sepenuhnya lengkap.
c. Berpikir Komputasional

Berpikir komputasional adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan


tugas dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar pemrograman dan teknologi informasi.
Berpikir komputasional melibatkan kemampuan untuk memecahkan masalah secara logis dan
sistematis, menggunakan algoritma dan abstraksi untuk menguraikan masalah yang kompleks
menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.
Dalam kesimpulannya, berpikir komputasional adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah dan menyelesaikan tugas dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar pemrograman dan
teknologi informasi, yang melibatkan kemampuan untuk memecahkan masalah secara logis dan
sistematis, menggunakan algoritma dan abstraksi untuk menguraikan masalah yang kompleks
menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.6

5. Pola Berpikir

Mindset (pola pikir) seseorang sangat berpengaruh dengan tindakannya. Ada dua tipe pola
pikir yang telah diketahui pada umumnya yaitu Fixed mindset dan Growth mindset. Keduannya
memiliki ciri-ciri yang berbeda didalam buku "Mindset: The New Psychology of Success",
karangan Carol S.
a. Growth Mindset (pola pikir berkembang)

Growth mindset adalah keadaan dimana individu memiliki kepercayaan bahwa suatu
pencapaian atau prestasi dapat dikembangkan melalui usaha dan kerja keras. Sehingga individu
dengan pola pikir ini memiliki keyakinan bahwa kecerdasan dapat diubah dan ditingkatkan
melalui upaya yang keras. Ia juga akan berfokus pada tujuan pembelajaran dan mengutamakan
perkembangan intelektualnya, bahkan seringkali memilih tugas yang menantang. Individu yang
memiliki growth mindset dapat mengembangkan dirinya meskipun dalam keadaan titik
terendahnya, karena individu tersebut yakin akan kemampuan dirinya meskipun ia harus
6
Muhammad Ilman Nafi’an, Analisis Berpikir Konseptual, Semikonseptual Dan Komputasional Siswa Sd Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita, (Tulungagung, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika/JP2M) Vol. 2 No. 2
September 2016, Hal. 74

7
melewati berbagai macam kesulitan yang tidak mereka sukai sehingga akhirnya dapat mencapai
sebuah kesuksesan.
Oleh karena itu, individu yang memiliki growth mindset akan lebih cendrung untuk berpikir
bahwa dirinya mampu merubah sebuah kegagalan menjadi kesempatan untuk belajar. individu
dengan growth mindset juga meyakini bahwa bakat, intelegensi, keterampilan, kemampuan dapat
berubah dan berkembang melalui pembelajaran dan pengalaman yang didapatkan, sehingga hal
itulah yang akan memacu individu dengan growth mindset untuk terus berusaha dan bekerja
keras .
b. Fixed Mindset (Pola pikir tetap)

Fixed mindset merupakan pola pikir yang membuat seseorang percaya bahwa kualitas
pribadi seseorang bersifat permanen atau tetap yang tidak dapat diubah. Individu dengan fixed
mindset beranggapan bahwa kemampuan dan kecerdasan seseorang sudah ditentukan sejak lahir
dan tidak dapat berkembang. Mereka lebih berfokus pada memenuhi ekspektasi orang lain
daripada memperbaiki diri sendiri.
Individu dengan fixed mindset meyakini bahwa bakat dan kemampuan yang dimilikinya
sudah ditentukan secara genetik, sehingga sulit untuk mengembangkannya melalui latihan atau
pengalaman. Hal ini membuat mereka mudah menyerah dan cenderung tidak berusaha mengubah
situasi atau kondisi yang tidak diinginkan. Selain itu, mereka juga cenderung merasa putus asa
ketika mengalami kegagalan, karena percaya bahwa kegagalan merupakan suatu hal yang
permanen dan sulit untuk diubah.7
6. Cara Berpikir

a. Berfikir Linear/sistematis

Cara berpikir linier/sistemik merupakan cara berpikir yang terstruktur, sistematis, dan
mengikuti urutan yang logis dalam memecahkan masalah. Orang yang berpikir linier cenderung
berfokus pada satu masalah dan memecahkannya dengan cara yang terstruktur dan terurut.
Mereka melihat segala sesuatu sebagai bagian dari suatu sistem yang terorganisir dan dapat
dijelaskan secara logis. Sebagai contoh, ketika melihat otak, mereka akan melihat sistem saraf
yang kompleks di dalamnya dan memahami bagaimana sistem tersebut bekerja.
7
Rahmat Fadhli dkk, Membangun Educatin Self-Awarenes Masyarakat Melalui Penerapan Metode Growth Mindset
dan Fixed Mindset Di Desa Sukamulya, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, (Bandung, Jurnal Abdi
Masyarakat Indonesia/JAMSI), Vol. 2, No. 6 November 2022, Hal. 1831

8
Kelebihan dari berpikir linier/sistemik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah
secara terstruktur dan logis. Ini adalah bentuk pemikiran tingkat tinggi yang memungkinkan
seseorang untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda dan menemukan solusi yang
tidak biasa. Namun, kekurangan dari berpikir linier/sistemik adalah kurangnya fleksibilitas
dalam berpikir dan cenderung kurang kreatif dalam menghadapi masalah yang kompleks.8
b. Berfikir Lateral

Berpikir lateral adalah cara berpikir yang berusaha mencari solusi untuk masalah dengan
menggunakan metode atau pendekatan yang tidak umum, atau sebuah cara yang biasanya akan
diabaikan oleh pemikiran logis. Individu dengan gaya berpikir “lateral” lebih fleksibel dalam
memecahkan masalah dan cenderung melihat masalah dari berbagai tinjauan, bahkan tinjauan
yang sering tidak pernah terpikirkan sebelumnya (terkesan bebas berpikir). Kelebihan berpikir
lateral adalah kemampuan untuk menemukan solusi yang kreatif dan inovatif, serta menemukan
cara-cara baru dalam memecahkan masalah.
7. Proses Berpikir dan pengaruhnya dalam belajar

Berpikir memiliki pengaruh yang besar dalam proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa
pengaruh berpikir dalam belajar:
a. Meningkatkan kemampuan kognitif: Berpikir melatih otak untuk memproses informasi
dan meningkatkan kemampuan kognitif seseorang (Sternberg, 2008).
b. Meningkatkan kreativitas: Berpikir kreatif dapat memperluas cara berpikir dan
meningkatkan kreativitas dalam menciptakan solusi dan ide baru (Guilford, 1968).
c. Meningkatkan kemampuan problem solving: Berpikir analitis dan evaluatif dapat
membantu dalam menyelesaikan masalah secara efektif (Halpern, 1998).
d. Meningkatkan kemampuan refleksi: Berpikir reflektif dapat membantu seseorang
memikirkan kembali pengalaman dan tindakan yang telah dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman (Dewey, 1910).
e. Meningkatkan kemampuan belajar: Berpikir dapat membantu seseorang dalam
memahami, mengingat, dan menerapkan informasi yang telah dipelajari (Sternberg,
2008).

8
Nurhaida dkk, Faktor Berfikir Secara Sistemik Secara Umum (Faktor Berfikir Sistemik Dalam Mengambil
Keputusan). (Jambi: Jurnal Ilmu Manajemen Terapan/JIMT,2021), Vol. 3, No. 1, September 2021.

9
Dalam belajar, penting bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang
baik agar dapat menghadapi berbagai masalah dan situasi yang kompleks. Dengan memahami
jenis, tipe, pola, cara, dan proses berpikir, seseorang dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya dan memperoleh manfaatnya dalam belajar dan kehidupan sehari-hari.

C. PENUTUP
Dari berbagai pemaparan yang telah disajikan penulis diatas, berpikir merupakan kegiatan
yang melibatkan otak sebagai tumpuan yang menghasilkan rangsangan-rangsangan sehingga
menghasilkan persepsi, sensasi, dan memori. Dalam belajar, kemampuan berpikir yang baik
sangat penting untuk menghadapi berbagai masalah dan situasi yang kompleks. Berpikir tidak
hanya melibatkan kemampuan kognitif, tetapi juga kreativitas, problem solving, refleksi, dan
kemampuan belajar yang lebih baik.
Dengan memahami jenis, tipe, pola, cara, dan proses berpikir, seseorang dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya dan memperoleh manfaatnya dalam belajar dan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk terus mengembangkan
kemampuan berpikirnya agar dapat menghadapi tantangan dan mencapai keberhasilan dalam
belajar dan kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

10
Hidayat, Kresna Nur. "The Analisis Proses Berpikir Spasial Siswa Pada Materi Geometri
Ditinjau Dari Gaya Belajar.(Kediri: Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi
Matematika dan Nilai-Nilai Islami). Vol. 1. No. 1. 2017.
Nurhaida dkk, Faktor Berpikir Secara Sistemik Secara Umum (Faktor Berfikir Sistemik Dalam
Mengambil Keputusan). (Jambi: Jurnal Ilmu Manajemen Terapan/JIMT,2021), Vol. 3,
No. 1, September 2021.
Rahmat Fadhli dkk, Membangun Educatin Self-Awarenes Masyarakat Melalui Penerapan
Metode Growth Mindset dan Fixed Mindset Di Desa Sukamulya, Kecamatan
Kutawaringin, Kabupaten Bandung, (Bandung, Jurnal Abdi Masyarakat
Indonesia/JAMSI), Vol. 2, No. 6 November 2022, Hal. 1831.
Muhammad Ilman Nafi’an, Analisis Berpikir Konseptual, Semikonseptual Dan Komputasional
Siswa Sd Dalam Menyelesaikan Soal Cerita, (Tulungagung, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika/JP2M) Vol. 2 No. 2 September 2016.
Soetjiningsih. Perkembangan Berfikir Manusia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Karel Karsten Himawan. 2013. Pemikiran Magis, Ketika Batas Antara Magis dan Logis Menjadi
Bias. Jakarta: PT Indeks.
Suciati, Dimas Gilang R, Para Mifta P,dkk. Psikologi Pendidikan. Jawa Tengah: Lakeisha.
Junihot. 2021. Filsafat Ilmu dan Penalaran Teologis. Yogyakarta: PBMR ANDI.
Yudhi Herwibowo. Berpikir Cepat dan Lambat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai