Anda di halaman 1dari 7

Berpikir dan Aplikasinya dalam Pembelajaran

Putri Dianah, Nurul Salamah, Nurul Fadilatul Aini


Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Stit Raden Santri Gresik
nurulfadilatulaini8@gmail.com
salamanurul212@gmail.com
ABSTRAK
Berpikir adalah berkembangnya suatu ide, konsep, pemikiran yang baru yang keluar dari dalam
diri seseorang. Dan berkembangnya pemikiran itu sendiri dari informasi yang telah didapat dan
disimpan oleh seseorang dalam yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir juga adalah suatu
pekerjaan yang melibatkan kerja otak seseorang, dan terkadang ide atau konsep itu akan muncul
dengan sendirinya ketika seseorang itu merasa terdesak jadi, tidak selamnya berpikir itu keluar
setelah seseorang mendapatkan informasi-informasi yang telah disimpan seperti halnya ketika
seseorang mendapatkan suatu masalah dan seseorang tersebut akan mulai berpikir bagaimana cara
agar mereka bisa mendapat jalan keluar dari masalah tersebut.
Thinking and its Application in Learning
ABSTRAC
Thinking is the development of new ideas, concepts, thoughts that come out from within a person.
And the development of thinking itself from information that has been obtained and stored by
someone in the form of understandings. Thinking is also a job that involves the work of a person's
brain, and sometimes ideas or concepts will appear by themselves when a person feels pressured,
so thinking doesn't always come out after someone gets the information that has been stored, as is
the case when someone encounters a problem and The person will start to think about how they
can find a way out of the problem..
Keywords

konsep dasar berpikir, macam-macam berpikir, implikasi proses berpikir dalam pembelajaran.

Pendahuluan
Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, maka sudah
sewajarnya kemampuan tersebut dibina, dikembangkan, dan ditingkatkan sejak usia dini,
khususnya di lingkungan sekolah dasar. Namun, masih ada beberapa masalah dengan keterampilan
berpikir kritis anak-anak. Salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang masih belum
memadai; Hal ini disebabkan karena siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam proses berpikir,

1
mencari, dan menerapkan pengetahuan di kelas. Kondisi ini mengurangi partisipasi siswa dalam
pembelajaran, sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.1
Pembahasan
1. Konsep Dasar Berpikir

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir berasal dari berasal dari kata pikir yang berarti
akal budi, ingatan, kata dalam hati, pendapat, pertimbangan, kira, sangka. Berpikir dimaknai
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.2

• Menurut Plato

Berpikir kreatif merupakan kemampuan penting untuk menghadapi perubahan dan tantangan yang
kompleks dan dinamis dalam aktivitas sehari-hari. Kemampuan berpikir kreatif memungkinkan
seseorang untuk memecahkan masalah secara inovatif dan menciptakan solusi yang baru dan
bermanfaat. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif menjadi suatu elemen penting yang
diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, bisnis, seni, dan teknologi.3
Dilansir dari jurnal Efektivitas pelatihan berpikir positif terhadap kepatuhan pada aturan santri
Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang (2010) oleh A.P Wilujeng, Plato beranggapan bahwa
berpikir adalah berbicara dalam hati.

• Menurut Glass dan Holyoak

Berpikir adalah proses menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi
yang melibatkan informasi secara kompleks antara atribut-atribut mental seperti penilaian,
abstraksi, imajinasi, dan pemecahan masalah.

• Menurut Mayer

Berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam
sistem kognitif. Pengetahuan yang pernah dimiliki (tersimpan di dalam ingatan) digabungkan
dengan informasi sekarang sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang
sedang dihadapi.

1
Endang Retno Winarti, Budi Waluya, Rochmad, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Problem
Based Learning Dengan Peer Feedback Activity”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vo5. 3 No. 2, 2018,
hal, 197-199
2
Rina Kastori, " Pengertian Berpikir Menurut Ahli)"
(https://www.kompas.com/skola/read/2023/08/25/210000069/pengertian-berpikir-menurut-ahli, diakses pada tanggal
22 Februari 2024 pukul 20.37)
3
Cep Miftah Khoerudin, Titi Alawiyah, Lili Sukarliana, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik
Melalui Teknik Divergent Thinking Dan Mind Mapping”, Jurnal Kewargenegaraan, Vol. 20 No. 1, 2023, hal, 28

2
Dalam berfikir sendiri juga terdapat beberapa macam konsep, yakni:4

1. Jika kita berfikir harus ada dan jelas objek yang akan dipikirkan. Apa yang menjadi objek
untuk dipikirkan adalah apa yang ada dan dapat kita inderai. Untuk kepentingan ini kita
karus mengerti dan memahami konsep ke-benar–an. Dalam hal ini perlu kita ingat, bahwa
kita sering menemukan kekeliruan pemakaian ungkapan atau pernyataan benar. Sering
orang bicara dengan menggunakan ungkapan benar tidak berbeda dengan ungkapan betul.
Padahal konsep benar dan konsep betul tidak sama. Dalam hal ini dapat kita berikan
contoh; batu itu keras. Terhadap hal yang demikian maka kita akan memberikan
pernyataan atau pengakuan dengan menggunakan kata benar . Jika sebuah batu ,
dimasukan ke dalam air maka batu itu akan terbenam, keadaan yang seperti itu dinyatakan
dengan menggunakan kata benar.
2. Jika kita berfikir harus tahu hukum yang berlaku atas objek berfikir tersebut. Biasanya
hukum ini disebut juga dengan hukum alam. Untuk itu kita harus tahu dan memahami
dengan baik tentang hukum alam tersebut terutama konsep hukum kausalitas yang
menyatakan hubungan sebab dan akibat . Misalnya, 2 + 3 = 5 atau sebuah batu jika
dimasukan kedalam air akan berkurang beratnya. Pada contoh ini jelas kita temukan bahwa
penggabungan atau penjumlahan bilangan 2 dengan bilangan 3 (sebagai sebab) maka
munculnya bilangan 5 sebagai akibat.
3. Di dalam proses berfikir harus tahu guna dari objek fikir. Di dalam hal ini juga perlu
pemahaman tentang fungsi-fungsi. Sebagai dasar berfikir yang wajib kita ketahui adalah
konsep tentang guna. Dengan memahami ke-guna-an sesuatu maka kita akan dapat
mengerti tentang apa yang dikatakan baik atau buruk. Kata baik ini berfungsi sebagi
ungkapan atau pernyatan tentang; jika sesuatu yang ada ber-guna atau bersesuaian dengan
keperluan atau kebutuhan. Misalnya sepotong roti. Roti sebagai makanan rasanya enak.
Berdasarkan pengalaman Roti tidak merusak kesehatan jika kita makan. Roti jika dimakan
akan mendatangkan rasa kenyang dan kekutan kepada tubuh. Terhadap Roti itu kita
katakan; Roti tawar itu baik untuk makanan.

2. Macam-Macam Berpikir

Pengertian berpikir itu adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolis.
Simbol, yaitu segala sesuatu yang mewakili segala hal dalam alam pikiran manusia. Bentuk simbol
bisa kata-kata, angka, peraturan lalu lintas, not music, mata uang dan sebagainya.

Macam-macam kegiatan berpikir digolongkan sebagai berikut:5

1. Berpikir Asosiatif

4
Jalius HR, " Tiga Konsep Sebagai Dasar Berfikir " (https://jalius12.wordpress.com/2010/10/02/tiga-konsep-
sebagai-dasar-berfikir/, diakses pada tanggal 22 Februari 2024 pukul 20.37)
5
Admin Utama, " Pengertian Berpikir" (https://ikatandinas.com/pengertian-berpikir/, diakses pada tanggal 22
Februari 2024 pukul 20.37)

3
Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan
pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Ide-ide timbul
secara bebas.

Jenis berpikir asosiatif, antara lain:

• Asosiasi bebas, sutau ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya.
• Asosiasi terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dlam batas
tertentu.
• Autistik atau melamun, menghayal bebas/ fantasia dan juga cara ber-pikir wish full
thinking atau melarikan diri dari kenyataan

2. Berpikir Terarah

Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan kepada
sesuatu (biasanya kepada pemecahan masalah).

Yang termasuk cara berpikir ini, antara lain: 6

• Berpikir kritis (evaluatif), menilai baik atau buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan
sehingga akan menambah atau mengurangi gagasan. Perilaku kita sehari-hari lebih berpikir
analogis daripada logis, yakni menetapkan keputusan, memecahkan masalah dan
melahirkan gagasan baru. berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata,
dengan dua model yaitu deduktif dan Induktif.
• Berpikir kreatif, yaitu berpikir yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru,
dengan syarat menciptakan sesuatu yang baru dan terjadi unconscious rearrangement dari
simbul-simbul. Selain syarat kreatif juga insight: dalam rangka berpikir ini merupakan
stimulus lingkungan yang memicu berpikir kreatifnya yang mandeg atau berhenti
sebelumnya.

3. Implikasi Proses Berpikir Dalam Pembelajaran

Ada beberapa hal penting yang diambil terkait teori kognitif sebagaimana dikemukakan oleh
Piaget, diantaranya adalah :7

a) Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri

Yang menjadi titik pusat dari teori belajar kognitif Piaget ialah individu mampu mengalami
kemajuan tingkat perkembangan kognitif atau pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi.
Maksudnya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk dan

6
Admin Utama, " Pengertian Berpikir" (https://ikatandinas.com/pengertian-berpikir/, diakses pada tanggal 22
Februari 2024 pukul 20.37)
7
Sutarto, “Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran”, Islamic Counseling, Vol. 1 No. 2, 2017, hal, 7-8

4
dikembangkan oleh individu sendiri melalui interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan
selalu berubah.

b) Individualisasi dalam pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, perlakuan terhadap individu harus didasarkan pada perkembangan
kognitifnya. Atau dengan kata lain, dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan individu. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Hal ini disebabkan karena setiap tahap perkembangan
kognitif memiliki karakteristik berbeda-beda. Susunan saraf seorang akan semakin kompleks
seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini memungkinkan kemampuannya semakin meningkat.

Pada prinsipnya teori Kognitif ada juga yang dikemukakan oleh Bruner merupakan pengembangan
dari teori kognitif Piaget. Bruner lebih menekankan bagaiman mengeksplrorasi potensi yang
dimiliki oleh individu. Ada beberapa hal yang sangat penting untukdiperhatikan dalam
pembelajaran terkait dengan teori Kognitif Bruner, diantaranya adalah:8

a) Partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan

Dalam proses pembelajaran harus menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang
telah dialami dan dipelajari. Sehingga dengan demikian individu mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, harus diciptakan lingkungan yang
mendukung individu untuk melakukan eksplorasi dan menemukan gagasan-gagasan baru.

Oleh karena itu tujuan pembelajaran bukan sepenuhnya untuk memperoleh pengetahuan semata.
Tetapi yang terpenting adalah melatih kemampuan intelek atau kognitif siswa, merangsang
keinginan tahu, dan memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran hanya diuraikan secara garis besar
dan dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak perlu sama oleh siswa yang mengikuti pelajaran
yang sama. Atau dengan kata lain, tujuan pembelajaran hanya diuraikan secara gari besar. Untuk
mendalami, merinci dan mempertajam tujuan pembelajaran tersebut diperlukan peran aktif siswa
disesuaikan dengan potensi dan tingkat perkembangan siswa.

Walaupun demikian, pembelajaran terhadap individu tidak harus menunggu individu mencapai
tahap perkembangan tertentu. Individu dapat mempelajari sesuatu meskipun umurnya belum
memadai, asalkan materi pembelajaran disusun berdasarkan urutan isi dan disesuaikan dengan
karakteristik kognitifnya.

b) Guru sebagai tutor, fasilitator, motivator dan evaluator

8
Sutarto, “Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran”, Islamic Counseling, Vol. 1 No. 2, 2017, hal, 13-
15

5
Menurut hemat penulis, dalam belajar penemuan (Discovery Learning), terjadi perubahan
paradigma terhadap peran guru. Guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran, tetapi guru memiliki
peran sebagai berikut :

Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah
yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.9

1. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Materi pelajaran itu diarahkan pada pemecahan masalah yang aktif
dan belajar penemuan. Guru mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-siswa.
Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi
konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah. Dalam keadaan yang
ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa
untuk menyelidiki masalahitu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu.
2. Guru harus memperhatikan tiga cara penyajian, yaitu cara enaktif (melakukan aktifitas),
cara ikonik (dengan gambar atau visualisasi), dan cara simbolik. Dengan kata lain,
perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan dengan cara menata strategi
pembelajaran sesuai dengan isi bahan akan dipelajari dan karakteristik kognitif individu.
3. Bila siswa memecahkan masalah di laboratonium atau secara teoretis, guru berperan
sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru jangan mengungkapkan terlebih dahulu
prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya rnemberikan saran-saran
bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada
waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara
demikian rupa, hingga siswa tidak tergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa harus
melakukan sendiri fungsi tutor itu.
4. Pènilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar
mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsi itu
pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes dapat berupa tes objektif, tes essay,
penilaian autentik danpenilaian performance.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa guru berperan sebagai tutor, fasilitator, motivator dan
evaluator. Dengan kata lain, guru tidak harus mengendalikan proses pembelajaran. Guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil
belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.

Selain itu, dalam belajar penemuan, teman dan siswa memiliki perang yang sangat penting.
Sebagaimana diuraikan di atas, dalam teori Bruner, lebih menekankan agar siswaberperan aktif
dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siwa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, guru harus mengupayakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, motivasi dan

9
Sutarto, “Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran”, Islamic Counseling, Vol. 1 No. 2, 2017, hal, 13-
15

6
minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
proses pembelajaran, siswa dapat saling bertukar informasi terhadap apa yang dipelajari dan
ditemukan sendiri. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran penemuan ini, teori ini dapat juga
disajikan dalam bentuk diskusi kelas, demonstrasi, kegiatan laboratorium, kertas kerja siswa, dan
evaluasi-evaluasi.
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap pada
penerapan model PBL dengan peer feedback activity pada forum diskusi online.Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model PBL
dengan peer feedback activity pada forum diskusi online terbukti dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan sikap mahasiswa di jurusan matematikan Universitas Negeri Semarang dalam
menyelesaikan masalah pada mata kuliah statistika pendidikan. Ucapan terimakasih
dipersembahkan untuk para pihak yang terlibat dalam penyusunan artikel ini yaitu peserta didik
yang berperan sebagai responden penelitian dan pihak sekolah yang memfasilitasi peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi dampak yang besar
bagi pengembangan pendidikan di masa depan. Sekali lagi, terima kasih atas kesempatan dan
dorongan moril maupun materil yang diberikan. Saya berharap bisa berkontribusi lebih banyak
lagi di masa depan.10
Daftar Referensi
Winarti, E. R., Waluya, B., & Rochmad. (2018). MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 197-207 .
Gischa , S. (2023, Agustus 08). Pengertian Berpikir Menurut Ahli. Diambil kembali dari
Kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2023/08/25/210000069/pengertian-
berpikir-menurut-ahli
HR, J. (2010, oktober 02). Tiga Konsep Sebagai Dasar Berfikir. Diambil kembali dari
explaincing: https://jalius12.wordpress.com/2010/10/02/tiga-konsep-sebagai-dasar-
berfikir/
Khoerudin, C. M., Alawiyah, T., & Sukar, L. (2023). MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF. JURNAL KEWARGENEGARAAN, 27-39.
Pengertian Berpikir. (2021, mei 22). Diambil kembali dari ikatandinas.id:
https://ikatandinas.com/pengertian-berpikir/
Sutarto. (2017). Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. ISLAMIC
COUNSELING, 1-26.

10
Cep Miftah Khoerudin, Titi Alawiyah, Lili Sukarliana, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta
Didik Melalui Teknik Divergent Thinking Dan Mind Mapping”, Jurnal Kewargenegaraan, Vol. 20 No. 1, 2023, hal,
28

Anda mungkin juga menyukai