Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Perilaku dan
Proses Mental

Thinking (Berpikir),
Intelligence (Kecerdasan),
Language (Bahasa)
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Psikologi Psikologi 61007 Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog

06
Abstract Kompetensi
Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan Mahasiswa mampu memahami konsep
mengenai definisi berpikir, kecerdasan teoritis tentang berpikir, kecerdasan,
dan bahasa. dan bahasa.
Faktor-faktor yang memengaruhi
berpikir,kecerdasan, dan bahasa.
Pengertian Thinking (Berpikir)

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep
(Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide
dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
“Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa
yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar
psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas.
Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku,
membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang
terganggu. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ
tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga
melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri
pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian
mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,
membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,
menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis
menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan
memutuskan. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau
secara kognitif.

Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.
Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item
(Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah,
2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai
dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah
proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan
interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi,
dan pemecahan masalah.

Dalam pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir,
yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat
diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa

2
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir
diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada
solusi. Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk
dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.
Charles S. Pierce mengemukakan bahwa bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari
adanya gangguan suatu keraguan (irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan
yang selama ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry)
kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.
Kegiatan berpikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang
terjadi atau dialami. Dengan demikian, kegiatan berpikir manusia selalu tersituasikan dalam
kondisi konkret subyek yang bersangkutan. Kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh stuktur
bahas yang dipakai serta konteks sosio-budaya dan historis tempat kegiatan berpikir
dilakukan (Sudarminta, 2000). Sebagai contoh pertama, yaitu obyek yang ingin diketahui
sudah tertentu. Yang harus disadari adalah obyek tersebut tidak pernah sederhana.
Biasanya, obyek itu sangat rumit. Mungkin mempunyai beratus-ratus segi, aspek,
karakteristik, dan sebagainya. Pikiran kita tidak mungkin untuk mencakup semuanya dalam
suatu ketika.
Dalam upaya untuk mengenal benar-benar obyek semacam itu, seseorang harus dengan
rajin memperhatikan semua seginya, menganalisis obyek tersebut dari berbagai pendirian
yang berbeda. Kesemuanya ini adalah berpikir (Bochenski, dalam Suriasumantri, 1999:52-
53). Perbedaan dalam cara berpikir dan memecahkan masalah merupakan hal nyata dan
penting. Perbedaan itu mungkin sebagian disebabkan oleh faktor pembawaan sejak lahir
dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa
proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi
gaya berpikir seseorang di kemudian hari, disamping mempengaruhi pula mutu
pemikirannya (Leavitt, 1978).
Plato beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan
pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional
(Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54). Pada pendapat ini dikemukakan dua
kenyataan, yakni: 1. Berpikir adalah aktivitas; jadi subyek yang berpikir aktif. 2. Aktivitas
bersifat ideasional; jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh
kedua hal itu; berpikir menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”. Piaget menciptakan

3
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
teori bahwa bahwa cara berpikir logis berkembang secara bertahap, kira-kira pada usia dua
tahun dan pada sekitar tujuh tahun.
Menurut Piaget, cara berpikir anak-anak sama sekali tidak seperti cara berpikir orang
dewasa. Pikiran anak-anak tampaknya diatur berlainan dengan orang yang lebih besar.
Anak-anak kelihatannya memecahkan persoalan pada tingkatan yang sama sekali berbeda.
Perbedaan anak-anak yang lebih kecil dan lebih besar tidak terlalu berkaitan dengan
persoalan bahwa anak yang lebih besar mempunyai pengetahuan yang lebih banyak,
melainkan karena pengetahuan mereka berbeda jenis, dengan penemuan ini Piaget mulai
mengkaji perkembangan stuktur mental. Tahapan-tahapan perkembangan menurut Piaget:
1. Tahap sensorimotor
Berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor
(seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik fisik, yang disebut
dengan sensorimotor. Pada permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih
banyak daripada pola-pola refleks.
2. Tahap praoperasional
Berlangsung kira-kira dari usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar Pemikiran simbolis melampaui hubungan
sederhana antara informasi sensor dan tindakan fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak
prasekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, menurut Piaget, mereka masih
belum mampu untuk melaksanakan apa yang disebut “operasi”, tindakan mental yang
diinternalisasikan yang memungkinkan anak- anak melakukan secara mental apa yang
sebelumnya dilakukan secara fisik.
4. Tahap operasional konkret
Berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak dapat
melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh
pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Misalnya,
pemikiran operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelasaikan suatu permasalahan aljabar, yang terlalu abstrak untuk
dipikirkan pada tahap perkembangan ini.
3. Tahap operasional formal
Tampak dari usia 11-15 tahun. Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai
bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anakanak remaja mengembangkan gambaran
keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan
membandingkan orang tua mereka dengan standard ideal ini. Mereka mulai
mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terha-

4
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
-dap apa yang dapat mereka lakukan.

Dalam memecahkan masalah, pemikir operasional formal ini lebih sistematis,


mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji
hipotesis ini dengan cara deduktif.

Proses Berpikir

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu:
a. Pembentukan Pengertian. Pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di
bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
► Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan
unsur - unsurnya satu demi satu. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa
ciri-ciri misalnya, manusia Indonesia, ciri - cirinya: makhluk hidup, berbudi, berkulit sawo
matang, berambut hitam, dan untuk manusia Eropa, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi,
berkulit putih, berambut pirang atau putih, bermata biru terbuka.
► Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama,
mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang
hakiki dan mana yang tidak hakiki.
► Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap
cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang
berbudi.
b. Pembentukan Pendapat, yaitu menggabungkan atau memisah beberapa pengertian
menjadi suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi tiga
macam:
a. Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan sesuatu,
misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai, dsb.
b. Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak adanya
sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak marah, si Totok tidak bodoh, dsb.
c. Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang menerangkan
kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal, misalnya hari ini mungkin hujan, si
Ali mungkin tidak datang, dsb.
d. Pembentukan Keputusan, yaitu menggabung-gabungkan pendapat tersebut.
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada.
Ada tiga macam keputusan, yaitu:
1. Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin paman duduk dikursi
yang panjang, masjid dikota kami disebelah alun-alun, dsb.
2. Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami menggigit seorang kusir,

5
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
sepeda saya sudah tua, dsb.
3. Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah tidak baik, bunga itu
indah, dsb.

d. Pembentukan Kesimpulan, yaitu menarik keputusan dari keputusan keputusan yang


lain.

Pengertian Intelligence (Kecerdasan)

Konsep Intelegensi menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi
terhadap gagasan bahwa setiap orang punya kapasitas mentalumum yang dapat diukur dan
dikuantifikasikan dalam angka.
Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang sudah mengenal
istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita dengar seorang mengatakan si
A tergolong pandai atau cerdas (inteligen) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas
(tidak inteligen). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak
zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu aspek
alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal dari bahasa
Indonesia.
Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “inteligensia“.
Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti
diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai
pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan intelegensi
adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam
situasi yang baru.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Menurut Wangmuba inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum
ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang
spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah
yang disebut Bakat atau Aptitude.
Suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus

6
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi. K. Buhler mengatakan
bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas
untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya.
Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara
efektif.
Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan
masalah. Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil
tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang
menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah.Kecerdasan (Inteligensi) secara umum
dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran.
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-
masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian
pengetahuan pun bertambah. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara umum
intelegensi dibedakan menjadi 3 diantaranya:
· Inteligensi Analitis
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu
pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap
hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu
mendapatkan nilai di atas rata-rata.
· Inteligensi Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang
baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh
gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah
pohon.
· Inteligensi Praktis
Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan,
mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor
rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan
nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami
karena dibantu dengan berbagai peralatan dan media.

Jenis Intelligensi

Inteligensi keterampilan verbal yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus

7
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana
beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan
Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara).
Inteligensi keterampilan matematis, yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi
matematis. Peserta didik dengan kecerdasan logical mathematical yang tinggi
memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya
tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap
pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung.
Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
Inteligensi kemampuan ruang, yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi.
Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (Internal imagery)
sehingga cenderung imaginaif dan kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun
serangkaian balok dan mewarnai agar sama dengan rancangan yang ditunjukan penguji.
Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai
secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut.
Inteligensi kemampuan musical, yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme,
dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan
menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik
dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme,
ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi music.
Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh, yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek
dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control
pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka
mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah,
seniman yang ahli, penari.
Inteligensi Keterampilan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri
dengan efektif mengarahkan hidup seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi
yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam
konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan
dalam lingkungan social. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat
memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.
Intelligensi keterampilan interpersonal, yaitu kemampuan untuk memahami dan secara
efektif berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin hubungan social, serta mampu
mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu
merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja
sama dengan orang lain.
Intelligensi keterampilan naturalis, yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta
memahami system buatan manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar

8
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati
benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan,
dan hujan, asal-usul binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya.
Inteligensi emosional, Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi
secara akurat dan adaftif (seperti memahami persfektif orang lain). Orang yang berjasa
menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis Alfred Binet
dan pembantunya Simon. Tesnya terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari
Binet-Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle
Matrique de l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari
sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur
(untuk anak-anak umur 3-15 tahun).
Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes
semacam inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu
bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga
dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient)
pada tiap-tiap orang/anak.
Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terdapat beratus-
ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal. Juga dinegeri kita sudah
mulai banyak dipergunakan te, dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih jabatan-
jabatan tertentu. Klasifikasi IQ antara lain :
· Genius:140 ke atas
· Sangat Cerdas:130-139
· Cerdas (superior):120-129
· Di atas rata-rata:110-119
· Rata-rata:90-109
· Di bawah rata-rata:80-89
· Garis Batas:70-79
· Moron:50-69
· Imbisil,Idiot:49 ke bawah

Language (Bahasa)

Bahasa meliputi suatu sistem simbol yang kita gunakan untuk berkomunikasi satu sama
lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta manusia yang tidak pernah habis dan
adanya sebuah sistem aturan, yang dimaksud daya cipta yang tidak pernah habis ialah
suatu kemampuan individu untuk menciptakan sebuah kalimat bermakna yang tidak pernah
berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang

9
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Para ahli linguistik memandang
bahasa merupakan suatu struktur hierarkis yang komponen-komponennya berkisar dari
komponen yang sederhana hinggga yang rumit seperti fonem, morfem, dan sintaksis.
Fonologi ialah studi tentang system bunyi-bunyian bahasa. Ketentuan-ketentuan fonologi
menjamin bahwa urutan bunyi tertentu terjadi (misalnya sp, ba, atau ar) dan yang lain tidak
terjadi (misalnya zx atau qp). Salah satu conto fonem yang abik dalm bahasa inggris yang
baik adalah /k/, yakni bunyi yang dibentuk oleh huruf k dalam kataski dan huruf c dalam
kata cat. Walaupun bunyi /k/ sedikit berbeda dalam kata ini, variasinya tidak dibedakan, dan
bunyi /k/ dan bunyi /k/ digambarkan sebagai bunyi tunggal. Dalam beberapa bahasa, seperti
bahasa Arab, jenis variasi mewakili fonem yang terpisah.
Morfologi ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang member makna kepada apa yang
kita ucapkan dan dengar. Setiap kata dalam bahsa inggris memiliki satu atau lebih
morfem. Missal yang memiliki satumorfem adalahhelp kemudian akan memiliki dua morfem
apabila di tambah er menjadi helper , dimana morfem er memiliki arti “orang yang” dalam hal
ini “oarng yang menolong”. Akan tetapi tidak semua morfem dapat diartikan (misalnya pre,
tion, dan ing).
Sintaksis ialah kata-kata yang dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan kalimat
yang dapat diterima. Jumlah kata-kata yang dapat dihasilkan manusia hanya di batasi oleh
waktu dan imajinasi, dan keduanya tersedia secara berlimpah.dalam memahi struktur
bahasa , para ahli linguistic telah memusatkan upaya mereka dala dua aspek: produktifitas
dan regularitas. Produktifitas mengacu pada ketidak batasan suatu kalimat, frase, atau
ucapan yang mungkin muncul dalam suatu bahasa, regularitas mengacu pada pola-pola
sistematik dalam kalimat, frase, atau ucapan(“Anak itu memukul bola” bukannya “bola anak
memukul itu”).
Sedangkan, menurut para psikolog kognitif, bahasa adalah suatu sistem komunikasi
yang didalamnya pikiran-pikiran dikirimkan (transmitted) dengan perantara suara
(sebagaimana dalam percakapan) atau simbol (sebagaimana dalam kata-kata tertulis atau
isyarat-isyarat fisik).

Tahap Perkembangan Bahasa

Berdasarkan pada pentingnya bahasa dalam kehidupan, maka penting untuk mengetahui
tentang tahap-tahap dalam perkembangan bahasa. Laura E. Berk (1989) menyatakan
bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks
dan mengagumkan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian maka para ahli psikologi
perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam
menguasai kosakata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan perkembangan unsur kronologisnya.

10
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989)
dapat dibagi ke dalam 4 komponen, yaitu:
· Fonologi (phonology), berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan
mengahasilkan bunyi bahasa.
· Semantik (semantics), merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-
konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
· Tata bahasa (grammar), merujuk kepada penguasaan kosakata dan memodifikasikan
cara-cara yang bermakna.
· Pragmatik (pragmatics), merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa.

Dalam pembahasan tentang perkembangan bahasa sebagian besar psikolog


menunjukan perhatiannya terhadap tugas yang di hadapi anak-anak. Mereka harus
menguasai peringkat bahasa tidak hanya ucapan yang tepat tetapi juga tidak terbatas cara
menggabungkan kata menjadi kalimat untuk mengungkapkan gagasan. Hal yang
mengagumkan adalah bahwa sebenarnya anak-anak dalam semua budaya dapat
menyelesaikan hal yang begitu banyak hanya dalam waktu empat atau lima tahun.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan
kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam
tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap pralinguistik atau meraban (0,3-1 tahun). Pada tahap ini, anak mengeluarkan bunyi
ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif.
2) Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1-1,8 tahun).Pada tahap ini, anak mulai
mengucapkan kata-kata.
3) Tahap pengembangan tata bahasa awal (2-5 tahun). Pada tahap ini, anak mulai
mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang
dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak
4) Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5-10 tahun). Pada tahap ini anak semakin
mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu
melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana.
5) Tahap kompetensi lengkap (11 tahun-dewasa). Pada akhir masa kanak-kanak,
perbendaharaan kata semakin meningkat,gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin
lancar serta fasih dalam berkomunikasi.[9]

Selain komponen dan tahap periodesasi dalam perkembangan bahasa hal lain yang
perlu diper hatikan adalah peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam
penguasaan bahasa pada anak kecil diantaranya adalah :

11
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
· Motherese yaitu cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dan frekuensi dan
hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
Sulit berbicara dengan ini apabila tidak ada bayi. Tetapi segera Anda memulai berbicara
apabila dengan seorang bayi. Banyak cara diantara cara berbicara ini bersifat otomatis dan
sesuatu yang kebanyakan orang tua tidak menyadari apa yang sedang mereka lakukan.
Cara ibu berbicara dengan bayi memiliki fungsi menarik perhatian bayi dantterus manjaga
terjadinya komunikasi (Snow, 1989).
· Menyusun ulang (recasting) yaitu pengucapan makna suatu kalimat yang sama atau yang
mirip dengan cara yang berbeda, barang kali ddengan mengubahnya dengan mengubahnya
menjadi suatu pertanyaan. Missal, anak mengatakan “Anjing itu menggonggong” orang
dewasa dapat merespons dengan menanyakan “Kapan anjing itu menggonggong?”
· Menggemakan (echoing) yaitu mengulangi apa yang dikatakan oleh anak, khususnya
kalau perkataan itu adalah suatu ungkapan atau kalimat yang tdak sempurna.
· Memperluas (expanding) yaitu menyatakan ulang apa yang telah anak katakan.
· Memberi nama (labeling) yaitu mengidentifikasi nama-nama benda. Anak-anak kecil
diminta untuk mngidentifikasikan nama-nama benda.
Dengan mengetahui konsep, periodesasi, dan peran lingkungan dalam perkembangan
bahasa, lalu akan diketahui bagaimana proses anak-anak belajar mengucapkan kalimat.
Terdapat tiga proses dalam pembelajaran bahasa yaitu peniruan (imitation), pengkondisian
(conditioning), dan pengujian hipotesis (hypothesis testing).
· Peniruan, menurut akal sehat anak belajar bahasa dengan menirukan atau meniru mimik
orang dewasa. Namun, terdapat banyak bukti bahwa hal itu tidaklah selalu demikian, anak
kecil sering mengucapkan hal-hal yang mereka tidak pernah mereka dengar dari orang
dewasa seperti, “all gone milk” (semua habis susu). Namun, peniruan berperan dalam
pembelajaran kata-kata baru (vocabulary).
· Pengkondisian, orang dewasa dapat memberi ganjaran (menguatkan secara positif) pada
anak bila mereka membuat kalimat yang gramatikal dan dapat menyela atau menegurnya
(menguatkan secara negatif) bila mereka membuat kesalahan.
· Pengujian hipotesis, pada peniruan dan penguatan, masalahnya berkisar pada ucapan
tertentu (seseorang hanya dapat meniru atau menguatkan kata tertentu). Namun sering kali
anak belajar sesuatu secara garis besar seperti suatu aturan, yaitu anak tampaknya
membuat suatu aspek hipotesis tentang beberapa aspek bahasa, mengetesnya dan
berpegang teguh pada hal itu apabila cocok.
Pada dasarnya cara pemerolehan bahasa diatas adalah dengan cara pembelajaran
(nuture). Sedangkan, terdapat teori yang mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa yaitu
melalui pembawaan (nature). Teori tersebut menjelaskan bahwa pembelajran atau
penguatan semata tidak dapat menjelaskan bagaimana seorang anak mampu menghasilkan

12
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
sebuah kalimat yang memiliki tata bahasa yang sempurna, sedangkan anak itu belum
pernah mendengarkan kalimat tersebut sebelumnya.
Pada teori Chomsky menjelaskan, komponen yang paling penting pada bahasa bersifat
bawaan (nature). Chomsky menawarkan kecendrungan bawaan terhadap bahasa (innate
propensity for language), berdasar struktur yang mendalam, sebagai penjelasan yang
masuk akal. Teori Chomsky tidak menyatakan bahwa suatu sistem tata bahasa yang
spesifik bersifat bawaan, ia menyatakan bahwa kita memiliki sebuah skema bawaan yang
berfungsi sebagai sarana pemrosesan informasi dan pembentukan struktur-struktur abstrak
dalam bahasa kita. Menurut C homsky, fenomena tersebut terkait dengan
perkembangan biologis.

13
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
King, L. A. (2014). The Scienceof Psychology: An Appreciate View (Third ed.). USA: Mc
Graw Hill.
Schunk, D. H. (2012). Learning theories an educational perspective: teori-teori pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

14
2018 Perilaku dan Proses Mental Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Mahesti Pertiwi, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai