Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Papeda: Vol 3, No 2, Juli 2021

ISSN 2715 - 5110

Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam


Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Nuryati1 & Darsinah2

Prodi Magister Pendidikan Dasar, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia



E-mail: aka80794@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih jauh tentang teori perkembangan kognitif oleh Jean
Piaget terhadap pembelajaran matematika sesuai tingkat berfikir anak pada tahap usia Sekolah Dasar.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku, jurnal, artikel, dan karya ilmiah lainnya.
Teknik pengumpulan datanya adalah Studi Pustaka. Analisis data menggunakan content analysis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak pada tahap usia operasional
konkret (7-12 tahun) dalam pembelajaran matematika ini berbeda-beda hampir pada setiap fase
usianya. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar disesuaikan dengan tahapan usia. Hal ini sesuai
dengan implementasi teori perkembangan Jean Piaget. Merujuk pada bagaimana orang tumbuh,
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran), dan
perkembangan bahasa. Selain tingkat pemahaman model dan metode serta penanganan yang
digunakan juga bervariatif. Hasil penelitian dapat menjadi landasan guru mengajar sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran. Terlebih untuk mewujudkan tercapainya
tujuan pendidikan nasional.

Kata Kunci: Kognitif; Jean Piaget; Pembelajaran Matematika; Sekolah Dasar.

Abstract

The purpose of this study was to further examine Jean Piaget's theory of cognitive development about
learning mathematics according to the level of thinking of children at the elementary school age stage.
Sources of data used in this research are books, journals, articles, and other scientific works. The data
collection technique is Literature Study. Data analysis using content analysis. The results of this study
indicate that the cognitive development of children at the stage of concrete operational age (7-12
years) in learning mathematics is almost different at each age stage. Learning mathematics in
elementary schools is adjusted to the stages of age. This is in accordance with the application of Jean
Piaget's theory of development. Refers to how humans grow, adapt, and change throughout the course
of their lives through physical development, personality development, socio-emotional development,
cognitive development (thinking), and language development. The results of these studies can be the
basis for teachers to teach so that learning becomes more effective, efficient, and on target. Especially
to realize the achievement of national education goals.

Keyword; Cognitive; Jean Piaget; Mathematic Learning; Elementary School.

153
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

PENDAHULUAN Teori Perkembangan kognitif ini Jean


Perkembangan merupakan proses Piaget berpendapat bahwa terdapat tiga aspek
perubahan psikis dan juga psikis yang dalam perkembangan kognitif setiap
dialami oleh setiap manusia yang nantinya individu, meliputi:isi,struktur, dan fungsi
mengalami peningkatan atau progress kognitif. Isi kognitif kaitannya dengan
kematangan dalam hidupnya (Khaulani et al., tingkah laku seseorang yang dapat dilihat
2020). Kognitif bisa dikatakan suatu bagian ketika ia menanggapi berbagai masalah.
psikologis yang diantaranya berupa perilaku Struktur kognitif merupakan organisasi
mental urusannya dalam kemampuan mental yang terbentuk ketika seseorang
mempertimbangkan, menyelesaikan masalah, berhubungan dengan lingkungan dimana ia
memahami, mengolah informasi, berada dan fungsi kognitif merupakan cara
kemantapan serta kesengajaan, sehingga yang seseorang untuk meningkatkan
kognitif bisa diartikan suatu psikologis intelektualnya.
individu yang berkaitan dengan pengetahuan Menurut Piaget (Waseso, 2018)
yang dimiliki. tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan
Fungsi-fungsi psikologis yang ada pada pada kognisi, yakni suatu tindakan untuk
tiap individu mempunyai kaitan dengan mengenal atau memikirkan kondisi dimana
perkembangan kognitif. Berkembangnya suatu perilaku itu terjadi. Secara tidak
suatu pikiran seseorang disebut sebagai langsung pribadi anak terbentuk melalui
perkembangan kognitif. Apa saja yang proses belajar yang melibatkan proses
menjadi bahan pemikiran anak merupakan isi berfikir kompleks dan merupakan peristiwa
dari otaknya yang memiliki tanggung jawab mental yang nantinya dapat mendorong
dalam berbahasa, membentuk mental, terjadinya sikap dan perilaku.
memahami, memecahkan masalah, sudut Pandangan dunia anak tahap
pandang,menilai, memahami sebab akibat, operasional konkret (7-12 tahun) berbeda
dan juga ingatan. Perkembangan kognitif dengan pandangan orang tua atau yang lebih
dialami olehsetiap individu dari mereka lahir, dewasa, jadi pendidik harus mampu
bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa dan mendorong anak untuk membentuk konsep
akan terus selalu berkembang. yang tepat khususnya dalam pembelajaran
Belajar kognitif berjalan berdasarkan matematika. Pelaksanaan praktik
struktur mental seseorang yang pembelajaran matematika di Indonesia sangat
mengorganisasikan hasil dari yang dipengaruhi oleh teori belajar kognitif.
diamatinya. Mental seseorang itu meningkat Berbagai upaya yang telah dirintis untuk
berdasarkan tingkat perkembangan memperbaiki praktek pembelajaran
kognisiyang dialami individu itu. Jika matematika dengan berpegang pada aliran
perkembangan kognisi individu meningkat kognitif. Teori belajar kognitif diyakini
secara unggul, maka ia akan mampu dan sebagai upaya pembaharuan atau inovasi
terampil dalam mengolahsegalapengetahuan belajar yang diharapkan mampu
yang diterima dari sekitarnya juga akan memperbaiki kualitas pendidikan matematika
semakin unggul pula.Perkembangan kognitif di Indonesia.
seringkali bergantung pada tingkat keaktifan
anak dalam keaktifannya berhubungan METODE PENELITIAN
dengan kalangan sekitarnya (Mifroh, 2020). Metode penelitiannya deskriptif,
154
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

penelitian deskriptif berfokus pada Istilah cognitive berasal dari kata cognition
penjelasan sistematis tentang fakta yang kesamannya knowing, berarti mengetahui.
diperoleh saat penelitian dilakukan. Teknik Dalam arti yang luas cognitive (kognisi)
pengumpulan datanya menggunkan studi ialah perolehan, penataan, dan Analisis Teori
pustaka. Studi pustaka berisi teori yang Perkembangan Kognitif Piaget. Teori
relevan dengan masalah–masalah penelitian. kognitif menjadi popular sebagai salah satu
Adapun masalah pada penelitian ini adalah domain atau ranah psikologis manusia.
untuk mengetahui tentang Teori Ranah psikologis yang meliputi perilaku
Perkembangan anak usia Sekolah Dasar mental yang berhubungan dengan
dalam pembelajaran dengan menggunkan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
implementasi teori perkembangan Jean informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
Piaget. Penelitian mengacu pada jurnal yang dan keyakinan. Ranah kejiwaaan berpusat
memiliki relevans kata kunci pada judul. pada otak dan juga berhubungan dengan
Kata kunci yang digunakan adalah; Teori konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan)
Kognitif jean piaget, fase dan tahap yang bertalian dengan ranah rasa.
perkembangan anak pada usia Sekolah Teori perkembangan kognitif Piaget
Dasar, dan Mata pelajaran Matematika. menjelasakan bagaimana cara anak dapat
Teknik analisis data setelah beradaptasi dan menginterpretasikan dengan
keseluruhan data terkumpul, langkah objek serta kejadian di sekitarnya.
selanjutnya penulis menganalisa data Bagaimana cara anak mempelajari ciri dan
tersebut sehingga ditarik suatu kesimpulan. fungsi dari objek seperti mainan, perabot,
Untuk memperoleh hasil yang benar dan dan makanan serta objek-objek sosial seperti
tepat dalam menganalisa data penulis diri, orangtua, dan teman. Serta bagaimana
menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi cara mengelompokkan objek-objek untuk
adalah penelitian yang bersifat pembahasan mengetahui persamaan-persamaan dan
mendalam terhadap suatu informasi tertulis perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
atau tercetak di media massa. Analisis dapat penyebab terjadinya perubahan dalam objek-
digunakan untuk menganalisa semua bentuk objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk
komunikasi, baik surat kabar, berita radio, membentuk perkiraan tentang objek-objek
iklan televisi maupun semua bahan dan peristiwa tersebut(Basri, 2018).
dokumentasi yang lainnya. Konsep perkembangan Piaget sebagai
berikut (Juwantara, 2019); (1) Skema ketika
HASIL DAN PEMBAHASAN anak berusaha untuk membangun
Implementasi Teori Perkembangan pemahaman mengenai dunia, otak
Kognitif Jean Piaget berkembang menciptakan skema. Ini adalah
Teori Perkembangan Kognitif Jean tindakan atau representasi mental yang
Piaget merujuk pada bagaimana orang merorganisasikan pengetahuan. Dalam teori
tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah Piaget, skema perilaku (aktivitas fisik) ciri
sepanjang perjalanan hidupnya melalui bayi, dan skema mental (kegiatan kognitif),
perkembangan fisik, perkembangan berkembang di masa kanak-kanak. (2)
kepribadian, perkembangan sosioemosi, Asimilasi adalah konsep Piaget tentang
perkembangan kognisi (pemikiran), dan tergabungnya informasi baru kedalam
perkembangan bahasa (Khiyarusoleh, 2016). pengetahuan yang ada (skema). (3)

155
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

Akomodasi merupakan konsep Piaget ke atas (Basri, 2018).


tentang pengelompokan perilaku terisolasi Setiap tahap perkembangan masuk
ke tatanan sistem kognitif yang lebih tinggi ketika otak kita sudah cukup matang dan
dengan fungsi yang lebih baik. (4) memungkinkan logika jenis baru melalui
Organisasi dalam teori Piaget adalah setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang
pengelompokan perilaku dan pikiran yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak
terisolasi ke dalam sistemyang lebih tinggi. yang berusia 6 tahun berada pada tingkat
Menunjuk pada tendensi semua spesies operasional konkrit, sedangkan ada seorang
untuk mengadakan sistematisasi dan anak yang berusia 8 tahun masih pada
mengorganisasi proses-proses mereka dalam tingkat pra-operasional dalam cara berfikir.
suatu sistem yang koheren, baik secara fisis Namun pada urutan perkembangan
maupun psikologis. (5) Ekuilibrasi intelektual untuk semua anak sama, dan
merupakan mekanisme untuk menjelaskan struktur untuk tingkat sebelumnya
bagaimana anak-anak berpindah dari satu terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari
tahap pemikiran ke tahap berikutnya. tingkatan berikutnya.
Pergeseran ini terjadi karena anak Pada tahap Operasional Konkret anak
mengalami konflik kognitif (disekuilibrium), sudah cukup matang untuk menggunakan
dalam mencoba untuk memahami dunia. pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya
Piaget menytakan belajar akan berhasil untuk objek fisik yang ada saat ini. Pada
apabila disesuaikan dengan tahap tahap ini, anak cenderung kehilangan
perkembangan kognitif peserta didik. terhadap animisme dan articialisme.
Pemahaman tersebut sangat penting untuk Egosentrisnya mulai berkurang dan
memberikan kesempatan bagi peserta didik kemampuan dalam tugas konservasi menjadi
melakukan eksperimen bersama kelompok lebih baik. Tanpa objek fisik dan nyata di
teman-temannya dan dibantu oleh hadapan mereka, anak-anak pada tahap
pertanyaan tilikan dari pendidik. Pendidik operasional kongkrit masih mengalami
memainkan peran penting dalam proses kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-
tersebut dengan memberikan rangsangan tugas logikanya. Anak juga mengembangkan
kepada peserta didik dengan tujuan dalam kemampuannya untuk mempertahankan,
pembelajaran terjadi interaksi dengan kemampuan mengelompokkan secara
lingkungan secara aktif, dan mencari serta memadai, melakukan pengurutan dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan. menangani konsep angka. Selama tahap ini
Perkembangan Kognitif Anak Sekolah proses pemikiran diarahkan pada kejadian
Dasar nyata yang diamati oleh anak. Anak dapat
Perkembangan kognitif merupakan melakukan operasi problem yang agak
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi kompleks selama problem itu konkret dan
hingga dewasa, menurut Piaget tidak abstrak (Juwantara, 2019).
perkembangan yang berlangsung melalui Prinsip-Prinsip Pembelajaran kognitif
empat tahap, yaitu: tahap perkembangan Prinsip pembelajaran kognitif meliputi
tahap sensori-motor pada usia 0 – 1,5 tahun, tiga prinsip utama pembelajaran yang
tahap pra-operasional pada usia1,5 – 6 tahun dikemukakan Piaget sebagai berikut
, tahap operasional konkrit pada usia 6 – 12 (Waseso, 2018): (1)Belajar aktif proses
tahun dan tahap operasional formal 12 tahun pembelajaran adalah proses aktif, sebab

156
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

pengetahuan terbentuk dari dalam subyek memerlukan penalaran deduktif untuk


belajar. Untuk membantu perkembangan memahaminya. Pembelajaran matematika
kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan selalu dikaitkan dengan kesiapan kognitif
suatu kondisi belajar yang memungkinkan dan proses belajranya dipandang sebagai
anak belajar sendiri, misalnya melakukan hasil pencapaian dan perkembangan dari
percobaan dengan memanipulasi simbol- struktur kognitif. Kesiapan belajar anak
simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari ditinjau dari kesiapan struktur kognitifnya,
jawaban sendiri, atau membandingkan yaitu kapasitas kemampuan berpikir secara
penemuan sendiri dengan penemuan terorganisir dan terkoordinir. Struktur
temannya. (2) Belajar Lewat Interaksi Sosial kognitif diperlukan sebagai cara untuk
Dalam belajar; dengan cara menciptakan mengembangkan kemampuan penalaran
suasana yang memungkinkan terjadinya yang dapat distimulasi melalui pengkajian
interaksi antara subyek belajar. Belajar matematis suatu objek.
bersama teman sebaya dan orang dewasa Kegiatan pembelajaran matematika
akan membantu perkembangan kognitif pada tahap operasional konkret harus
mereka. Dengan kebersamaan, kognitif anak memperhatikan karakter anak. Pada mata
akan berkembang dan menghilangkan sifat pelajaran matematika salah satu tujuan
egosentris. (3) Belajar Lewat Pengalaman pembelajarannya adalah tujuan praktis.
Sendiri Dengan memanfaatkan pengalaman Tujuan praktis (practical goal) ini berkaitan
nyata, perkembangan kognitif seseorang dengan pengembangan kemampuan siswa
akan lebih baik daripada hanya untuk menggunakan matematika untuk
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. menyelesaikan masalah yang terkait dengan
Namun, jika tidak diikuti penerapan dan kehidupan sehari-hari. Dari salah satu tujuan
pengalaman maka perkembangan kognitif ini, maka dalam mendidik anak disesuaikan
seseorang akan cenderung mengarah ke dengan tahap perkembangan berpikirnya.
verbalisme. Adapun dalam proses pembelajaran harus
Implementasi Teori Jean Piaget Dalam memperhatikan tingkatan kognitif anak,
Pembelajaran Matematika model atau strategi pembelajaran dan materi
Matematika sekolah merupakan pembelajaran sesuai dengan tingkatannya.
matematika yang telah dipilah-pilah dan Adapun deskripsi perkembangan anak
disesuaikan dengan tahap perkembangan dalam pembelajaran matematika sebagai
intelektual siswa dan matematika salah satu berikut:
ilmu yang digunakan sebagai sarana dalam Pertama Kemampuan kognitif anak
mengembangkan kemampuan berpikir bagi usia 7 tahun (kelas satu SD/MI);
para siswa. Perbedaan antara matematika Kemampuan kognitif anak pada usia ini
sebagai ilmu dengan matematika sekolah masih pada tahap pengetahuan dan
memiliki sedikit perbedaan. Perbedaan itu pemahaman yang masih terbatas, meskipun
dalam bentuk penyajiannya, pola pikir, anak sudah masuk ada fase operasional
keterbatasan semesta, dan tingkat konkret. Pada Konteks pendidikan, mengacu
keabstrakannya (Muslihatun et al., 2019). pada teori Taksonomi Bloom bahwa pada
Matematika (Safitri et al., 2021) fase ini anak memasuki jenjang yang paling
merupakan ilmu pengetahuan yang objek rendah yaitu C1 (mengingat) dan fase awal
kajiannya bersifat abstrak sehingga jenjang C2 (memahami). Kata operasional

157
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

(verb) pada fase ini seperti menyusun daftar, menerapkan sesuatu yang lebih baik dan
mengingat, menyebutkan, mengenali, terampil. Menurut Piaget Ketika anak usia 7
menuliskan kembali, mengulang, memberi tahun hingga 8 tahun anak mampu
nama, mengelompokkan suatu benda dan memahami korelasi yang ada pada kumpulan
mampu membedakan sesuatu yang sifanta tingkat dan mampu menyusun berdasarkan
simple (Anugraheni, 2018). ukurannya .
Pembelajaran matematika pada tahap Pembelajaran matematis pada usia ini
ini sebaiknya menggunakan alat bantu anak dapat menerapkan ketrampilannya,
seperti mesin hitung manual, jari tangan, misal saat pembelajaran anak diberi batang
gambar yang detil dan menggunakan coklat, ia akan mampu untuk mengurutkan
bantuan benda seperti buah, batu, kertas dan batang coklat dari yang terkecil hingga yang
sebagainya. Pada tahap ini, anak-anak juga terbesar, tetapi ketika dihadapkan dengan
sudah bisa dikenal kanjenis-jenis warna dan soal yang sama tetapi tidak menghadirkan
symbol-simbol sederhana, seperti lambang- objeknya secara nyata, maka anak akan
lambang, bentuk bangun datar dan benda- merasa kesulitan dalam menjawab soal
benda yang terdapat di lingkungan sekitar. tersebut.
Metode pembelajaran yang digunakan Metode pembelajarannya dapat
adlah pembelajaran kontekstual dengan dilakukan di alam terbuka atau di luar kelas
mengkaitkan materi dengan kondisi nyata . Fase ini anak membutuhkan pembelajaran
dan berhubungan dengan kehidupan sehari- di luar kelas dalam sekali tempo untuk
hari. Anak bisa diajak ke luar kelas untuk mengantisipasi kejenuhan yang mungkin
melakukan pembelajaran agar tidak terjadi.Disamping itu juga dengan kegiatan
merasakan penat, dikarenakan anak berusia belajar di alam terbuka juga dapat
6 hingga 7 tahun lebih cepat merasa lelah menghadirkan objek yang ada secara
dalam berfikir. Pada proseskegiatan belajar langsung sehingga anak mudah
mengajar, hendaknya guru mendidiknya dan memahaminya. Jadi pada fase ini sebenarnya
mengajarnya secara intens, karena pada anak sudah bisa untuk diajak belajar berbau
tahap ini, kondisi anak ada pada masa formal akan tetapi sesekali membutuhkan
bermain yang membutuhkan kesenangan. kegiatan pembelajaran yang asik seperti
Anak-anak belum bisa belajar dengan pembelajaran berbasis permainan
nuansa yang formal, sehingga guru mesti (Mungzilina et al., 2018).
kreatif mendesain pembelajaran yang Ketiga Kemampuan kognitif anak usia
menyenangkan, seperti dengan cara 9 tahun (kelas tiga SD/MI) Pada fase ini,
bernyanyi, menggunakan teks cerita, kemampuan kognitif semakin meningkat.
mendongeng dan bermain peran (Aini & Anak sudah dapat memecahkan masalah
Relmasira, 2018). yang lebih rumit, karena anak sudah banyak
Kedua Kemampuan kognitif anak usia memiliki pengetahuan, wawasan dan
8 tahun (kelas 2 SD/MI) Kemampuan pengalaman dari proses-proses sebelumnya.
kognitif yang dimiliki pada fase ini tidak Anak sudah memasuki tingkat C3 yaitu
lebih buruk dari fase sebelumnya. Di dalam menerapkan. Kecerdasan anak di bidang
dunia pendidikan anak pada usia 8 tahun mata pelajaran matematika sudah semakin
mulai menapaki jenjang C2 yaitu memahami meningkat, anak bukan saja mengetahui
sesuatu dan menuju tahap C3 yaitu bagun-bangun datar tetapi sudah bisa

158
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

menghitung luas bangundatar dan sudah bisa hal penguraian pada keadaan sesuai bagian
mengenal bangun ruang. yang lebih khusus serta dapat memahami
Kemampuan matematika anak pada korelasi terkait bagian korelasi satu dengan
kelas 3semakin baik, anak tidak hanya korelasi lainnya. Anak dapat menganalisis,
mengenal jenis bangun datar, tetapi sudah mengkontraskan dan menghubungkan teori
dapat menghitung luas bangun datar dan dengan fakta untuk menarik kesimpulan.
mengenal bangun ruang. Anak juga Anak dapat menarik kesimpulan nilai-nilai
memahami proses perubahan bentuk bangun, baik dan buruk yang termuat di dalamnya.
misalnya bangun persegi dapat dibentuk Pada dasarnya, usia 10 tahun anak sudah
menjadi dua bangun segitiga atau berbentuk memasuki ranah sintesis (C5) tetapi masih
jajar genjang. Anak dapat secara langsung pada level yang sangat sederhana.,
menghitung angka dalam pikirannya tanpa memecahkan soal yang berbentuk narasi
menghitung dengan cara manual atau atau cerita (Rusman, 2012: 202).
menulis. Contoh, Ketika anak ditanya Kemampuan matematika anak pada
tentang perkalian angka puluhan dengan fase ini sudah semakin baik, anak dapat
satuan, anak bisa menjawab secara spontan, menyelesaikan soal pembelajaran yang lebih
tetapi ketika mengalikan angka puluhan rumit. Contohnya dalam mengoperasikan
dengan puluhan bahkan ratusan, anak belum bilangan pecahan dan desimal, menghitung
bisa menjawabnya secara spontan tanpa luas sebagian dari suatu bangun datar,
dengan bantuan perhitungan manual. menghitung volume bangun ruang dan
Metode pembelajaran pada fase ini, menghitung perubahan ukuran benda, seperti
sudah bisa diterapkan pembelajaran dengan kilo gram ke gram, centi meter ke meter dan
diskusi kelompok. Guru tetap harus dapat lain sebagainya. Serta memcahkan soal
mengontrol dan memperhatikan kegiatan dalam bentuk narasi atau cerita.
pelaksanaannya, karena kemampuan anak Model pembelajaran kooperatif
untuk berdiskusi masih terbatas, kemampuan learning dirasa tepat untuk pendektan
beride dan keterampilan bekerja samanya pembeljaran pada fase ini. Pada fase yang
masih perlu dikembangkan. Selain dari itu, disebuat Student-Teams-Achievment
perhatian anak juga mudah goyah, oleh Divisions. Tipe pembelajarannya adalah
karenanya dibutuhkan kontrol yang penuh kooperatif dan pelaksanaannya melalui
dari seorang guru(Nengah Kelirik, 2013). kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4
Keempat Kemampuan kognitif anak hingga 5 anak, setiap kelompok diberikan
usia 10 tahun(kelas empat SD/MI) Pada fase tugas untuk diskusikan dan kemudian
ini anak memiliki daya kritis yang semakin dilanjut dengan tanya jawab. Model
baik, anak dapat menelaah suatu masalah pembelajaran kooperatif dapat melatih anak
secara mendalam dengan berbagai dimensi. dalam berkomunikasi (sharing), bertkukar
Kemampuan kogntif pada ranah C3 yaitu ide dan pendapat bersama temannya untuk
menerapkan, anak bukan hanya mampu memecahkan masalah. Anak dapat diajak
untuk menghitung dan mengubah melainkan bernalar kritis terhadap objek-objek yang
sudah dapat membandingkan objek-objek belum mereka ketahui sebelumnya (Maulana
yang ada. Di usia 9 tahun hingga 10 tahun et al., 2018).
anak mulai masuk pada jenjang C4 yaitu Kelima perkembangan kognitif anak
menganalisis, dimana anak mampu dalam usia sebelas sampai dua belas tahun ke

159
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

atas(Kelas lima dan kelas enam SD/MI) mental yang didukung oleh suatu
Pada usia sebelumnya, anak bisa berfikir pengalaman yang panjang untuk
logis dan sistematis yang mangacu terhadap membangun pemahaman secara individu
objek empirik (nyata) yang dapat di tangkap (Ani et al., 2016).
oleh indra. Fase anak yang berada pada usia
11 tahun hingga 12 tahun ke atas, anak mulai UCAPAN TERIMA KASIH
mampu berpikir pada sesuatu yang Terima kasih diberikan kepada dosen
berkemungkinan terjadi. Fase ini disebut pengampu mata kuliah Perkembangan
dengan fase operasional formal.Menurut Peserta didik dari Universitas
Willam Crain (Yudi Santoso, 2014: 200) Muhammadiyah Surakarta. Selain itu terima
Anak sudah dapat berfikir tentang objek kasih diberikan kepada teman-teman yang
yang bersifat abstrak dan mampu berfikir sudah saling membantu dalam menyusun
secara kritis, ketika dihadapkan dengan artikel ini.
masalah, anak memahami sebab-akibat,
kemudian menyusun langkah untuk KESIMPULAN
menyelesaikannya. kompetensi kogitif anak Teori Perkembangan kognitif ini Jean
pada usia 11 sampai 12 tahun sudah dapat Piaget ia berpendapat terdapat tiga aspek
berfikir strategis sistematis. dalam perkembangan kognitif setiap
Kemampuan matematika anak individu, meliputi:isi,struktur, dan fungsi
semakin kompleks, jika sebelumnya hanya kognitif. Perkembangan kognitif pada tahap
dapat menghitung luas pada bangun datar, operasional konkret (7-12 tahun) dalam
dalam tahap ini anak mulai mampu pembelajaran matematika ini berbeda-beda
menghitung luas, keliling serta volume hampir pada setiap tahap usianya.
bangun ruang. Anak dapat mengerjakan Tahapan perkembangan anak
soal-soal yang rumit, seperti operasi akar mempengaruhi bagaimana cara anak belajar
dan mengoperasikan angka yang bernominal dan bagaimana cara mendapat pengetahuan
tinggi (ribuan dan jutaan). baru. Tahapan perkembangan belajar anak
Model pembelajaran pada fase ini selain dipengaruhi factor tingkat pemahaman
sudah bisa diterapkan pembelajaran siswa yang berbeda-beda, juga model dan
bermodel terpusat kepada peserta didik atau metode serta penanganan yang digunakan
yang disebut student center, diantara model harus bervariatif dan disesuaikan dengan
tersebut adalah model inkuiri yaitu kegiatan tahapan usianya. Pembelajran dengan
belajar mengajar dengan pola dari suatu pendekatan perkembangan kogniti anak
pengamatan menjadi pemahaman. Pada dapat menjadi pedoman guru dalam
tahap ini anak mampu berfikir dan daya mengajar sehingga pembelajaran menjadi
kritis tingkat tinggi. Pendekatan lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.
pembelajaran yang sesuai pada usia ini Terlebih dapat mendorong tercapainya
adalah kontruktivisme. Kontruktivisme tujuan pendidikan nasional.
merupakan sesuatu yang menjadi landasan
dasar suatu paradigma dimana proses DAFTAR RUJUKAN
pembentukan pengetahuan pada individu Aini, Q., & Relmasira, S. C. (2018).
tidak dengan mudah menghasilkan Penerapan Pembelajaran Tematik
transferan ilmu saja, melainkan dari aktifitas Integratif Berbasis Kontekstual Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil
160
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

Belajar Siswa Kelas 1 Sd. Konsep Siswa pada Model Siklus


8285(November), 124–132. Belajar Hipotetis Deduktif. Jurnal
Ani, N. K., Garminah, N. N., & Suartama, I. Pendidikan dan Pengajaran, 45(3).
kadek. (2016). Pengaruh Model Hapsari, T. S. (2011). Penerapan model
Pembelajaran CRH Berbantuan LKS pembelajaran konstruktivisme untuk
Siswa Kelas IV SD. E-Journal PGSD meningkatkan hasil belajar IPA. Jurnal
Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1), Pendidikan Penabur, 16(10), 34-45.
1–12. Mifroh, N. (2020). Teori Perkembangan
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.ph Kognitif Jean Piaget dan
p/JJPGSD/article/viewFile/7331/5001 Implementasinya Dalam Pembelajaran
Anugraheni, I. (2018). Pengembangan di SD/MI. JPT: Jurnal Pendidikan
Perangkat Pembelajaran Matematika Tematik, 1(3), 253-263.
Berbasis Pendidikan Karakter Kreatif Juwantara, R. A. (2019). Analisis Teori
Di Sekolah Dasar. Refleksi Edukatika : Perkembangan Kognitif Piaget Pada
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2). Tahap Anak Usia Operasional Konkret
https://doi.org/10.24176/re.v8i2.2351 7-12 Tahun Dalam Pembelajaran
Anwar, Chairul. (2017). Teori - teori Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pendidikan Klasik Hingga Guru Madrasah Ibtidaiyah, 9(1), 27-
Kontemporer. Yogyakarta : IRCiSoD. 34.
Barlia, L. (2011). Konstruktivisme dalam Khaulani, F., S, N., & Irdamurni, I. (2020).
pembelajaran sains di SD: tinjauan Fase Dan Tugas Perkembangan Anak
epistemologi, ontologi, dan keraguan Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah
dalam praksisnya. Jurnal Cakrawala Pendidikan Dasar, 7(1), 51.
Pendidikan, 3(3). https://doi.org/10.30659/pendas.7.1.51-
Basri, H. (2018). Kemampuan Kognitif 59
Dalam Meningkatkan Efektivitas Khiyarusoleh, U. (2016). Konsep Dasar
Pembelajaran Ilmu Sosial Bagi Siswa Perkembangan Kognitif Pada Anak
Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Menurut Jean Piaget. Dialektika
Pendidikan, 18(1), 1–9. Jurusan PGSD, 5(1), 1–10.
https://doi.org/10.17509/jpp.v18i1.110 King , Laura A. Tt. Psikologi Umum Sebuah
54 Pandangan Apresiatif, (Terj Deresi Opi
Bujuri, D. A. (2018). Analisis perkembangan PerdanaYanti), Cet. 1, Jakarta:
kognitif anak usia dasar dan Selemba Humanika
implikasinya dalam kegiatan belajar Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan
mengajar. LITERASI (Jurnal Ilmu pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan
Pendidikan), 9(1), 37-50. perkembangannya. Academica:
Crain, Willam. (2014). Teori Perkembangan: Journal of Multidisciplinary
Konsepdan Aplikasi, terj. Yudi Santoso, Studies, 1(2), 185-196.
Cet. Ke- 2. Yogyakarta: Pustaka Lexy, Moleong, J. (2006). Metodologi
Belajar Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Estini, D. G. W. (2015, October). Aktualisasi Rosdakarya.
pemikiran Jean Piaget dalam Margono. (2002). Metodologi Penelitian
implementasi kurikulum 2013 (Suatu pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
kajian teoritis). In Prosiding Seminar Maulana, U., Kristin, F., & Anugraheni, I.
Nasional MIPA. (2018). Efektivitas Cooperative
Feldman dan Old Papalia. (2008). Human Learning Tipe The Power Of Two
Dovelopment (Psikologi Perkembagan) Terhadap Kemampuan Pemecahan
: Bagian I s/d IV, terj. Masalah Matematika Siswa Kelas 4 Sd
Adnyana, G. P. (2012). Keterampilan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ,
Berpikir Kritis dan Pemahaman Universitas Kristen Satya Wacana
161
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162

Salatiga. V(3), 29–33. Pemanfaatan Permainan Tradisional


Mifroh, N. (2020). Teori Perkembangan Untuk Media Pembelajaran : Congklak
Kognitif Jean Piaget dan Bilangan Sebagai Inovasi
Implementasinya dalam Pembelajaran Pembelajaran Matematika
di SD/MI. Jurnal Pendidikan Tematik Pendahuluan. 15(1), 14–22.
(JPT), 1(3), 253–263. Nengah Kelirik. (2013). Penerapan Metode
Mu'min, S. A. (2013). Teori Perkembangan Diskusi Kelompok Untuk
Kognitif Jean Piaget. Al-TA'DIB: Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Di
Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 6(1), Sekolah Dasar Negeri 1 Sukadana.
89-99. Journal of Chemical Information and
Mungzilina, A. K., Kristin, F., & Modeling, 53(9), 1689–1699.
Anugraheni, I. (2018). Penerapan Safitri, N. U. R. A., Pendidikan, J.,
Model Pembelajaran Problem Based Madrasah, G., Tarbiyah, F., & Ilmu, D.
Learning Untuk Meningkatkan A. N. (2021). I Buku Siswa Senang
Tanggung Jawab Dan Hasil Belajar Belajar Matematika Kelas Iv
Siswa Kelas 2 Sd. NATURALISTIC : Kurikulum 2013 (Prespektif Teori
Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan Perkembangan Kognitif Jean Piaget).
Dan Pembelajaran, 2(2), 184–195. 2013(April).
https://doi.org/10.35568/naturalistic.v2i Waseso, H. P. (2018). Kurikulum 2013
2.209 dalam prespektif teori pembelajaran
Muslihatun, A., Cahyaningtyas, L., konstruktivis. TA'LIM: Jurnal Studi
Narendra, R., & Hasaleh, L. (2019). Pendidikan Islam, 1(1), 59-72.

162

Anda mungkin juga menyukai