Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih jauh tentang teori perkembangan kognitif oleh Jean
Piaget terhadap pembelajaran matematika sesuai tingkat berfikir anak pada tahap usia Sekolah Dasar.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku, jurnal, artikel, dan karya ilmiah lainnya.
Teknik pengumpulan datanya adalah Studi Pustaka. Analisis data menggunakan content analysis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak pada tahap usia operasional
konkret (7-12 tahun) dalam pembelajaran matematika ini berbeda-beda hampir pada setiap fase
usianya. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar disesuaikan dengan tahapan usia. Hal ini sesuai
dengan implementasi teori perkembangan Jean Piaget. Merujuk pada bagaimana orang tumbuh,
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran), dan
perkembangan bahasa. Selain tingkat pemahaman model dan metode serta penanganan yang
digunakan juga bervariatif. Hasil penelitian dapat menjadi landasan guru mengajar sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran. Terlebih untuk mewujudkan tercapainya
tujuan pendidikan nasional.
Abstract
The purpose of this study was to further examine Jean Piaget's theory of cognitive development about
learning mathematics according to the level of thinking of children at the elementary school age stage.
Sources of data used in this research are books, journals, articles, and other scientific works. The data
collection technique is Literature Study. Data analysis using content analysis. The results of this study
indicate that the cognitive development of children at the stage of concrete operational age (7-12
years) in learning mathematics is almost different at each age stage. Learning mathematics in
elementary schools is adjusted to the stages of age. This is in accordance with the application of Jean
Piaget's theory of development. Refers to how humans grow, adapt, and change throughout the course
of their lives through physical development, personality development, socio-emotional development,
cognitive development (thinking), and language development. The results of these studies can be the
basis for teachers to teach so that learning becomes more effective, efficient, and on target. Especially
to realize the achievement of national education goals.
153
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162
penelitian deskriptif berfokus pada Istilah cognitive berasal dari kata cognition
penjelasan sistematis tentang fakta yang kesamannya knowing, berarti mengetahui.
diperoleh saat penelitian dilakukan. Teknik Dalam arti yang luas cognitive (kognisi)
pengumpulan datanya menggunkan studi ialah perolehan, penataan, dan Analisis Teori
pustaka. Studi pustaka berisi teori yang Perkembangan Kognitif Piaget. Teori
relevan dengan masalah–masalah penelitian. kognitif menjadi popular sebagai salah satu
Adapun masalah pada penelitian ini adalah domain atau ranah psikologis manusia.
untuk mengetahui tentang Teori Ranah psikologis yang meliputi perilaku
Perkembangan anak usia Sekolah Dasar mental yang berhubungan dengan
dalam pembelajaran dengan menggunkan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
implementasi teori perkembangan Jean informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
Piaget. Penelitian mengacu pada jurnal yang dan keyakinan. Ranah kejiwaaan berpusat
memiliki relevans kata kunci pada judul. pada otak dan juga berhubungan dengan
Kata kunci yang digunakan adalah; Teori konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan)
Kognitif jean piaget, fase dan tahap yang bertalian dengan ranah rasa.
perkembangan anak pada usia Sekolah Teori perkembangan kognitif Piaget
Dasar, dan Mata pelajaran Matematika. menjelasakan bagaimana cara anak dapat
Teknik analisis data setelah beradaptasi dan menginterpretasikan dengan
keseluruhan data terkumpul, langkah objek serta kejadian di sekitarnya.
selanjutnya penulis menganalisa data Bagaimana cara anak mempelajari ciri dan
tersebut sehingga ditarik suatu kesimpulan. fungsi dari objek seperti mainan, perabot,
Untuk memperoleh hasil yang benar dan dan makanan serta objek-objek sosial seperti
tepat dalam menganalisa data penulis diri, orangtua, dan teman. Serta bagaimana
menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi cara mengelompokkan objek-objek untuk
adalah penelitian yang bersifat pembahasan mengetahui persamaan-persamaan dan
mendalam terhadap suatu informasi tertulis perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
atau tercetak di media massa. Analisis dapat penyebab terjadinya perubahan dalam objek-
digunakan untuk menganalisa semua bentuk objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk
komunikasi, baik surat kabar, berita radio, membentuk perkiraan tentang objek-objek
iklan televisi maupun semua bahan dan peristiwa tersebut(Basri, 2018).
dokumentasi yang lainnya. Konsep perkembangan Piaget sebagai
berikut (Juwantara, 2019); (1) Skema ketika
HASIL DAN PEMBAHASAN anak berusaha untuk membangun
Implementasi Teori Perkembangan pemahaman mengenai dunia, otak
Kognitif Jean Piaget berkembang menciptakan skema. Ini adalah
Teori Perkembangan Kognitif Jean tindakan atau representasi mental yang
Piaget merujuk pada bagaimana orang merorganisasikan pengetahuan. Dalam teori
tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah Piaget, skema perilaku (aktivitas fisik) ciri
sepanjang perjalanan hidupnya melalui bayi, dan skema mental (kegiatan kognitif),
perkembangan fisik, perkembangan berkembang di masa kanak-kanak. (2)
kepribadian, perkembangan sosioemosi, Asimilasi adalah konsep Piaget tentang
perkembangan kognisi (pemikiran), dan tergabungnya informasi baru kedalam
perkembangan bahasa (Khiyarusoleh, 2016). pengetahuan yang ada (skema). (3)
155
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162
156
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162
157
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162
(verb) pada fase ini seperti menyusun daftar, menerapkan sesuatu yang lebih baik dan
mengingat, menyebutkan, mengenali, terampil. Menurut Piaget Ketika anak usia 7
menuliskan kembali, mengulang, memberi tahun hingga 8 tahun anak mampu
nama, mengelompokkan suatu benda dan memahami korelasi yang ada pada kumpulan
mampu membedakan sesuatu yang sifanta tingkat dan mampu menyusun berdasarkan
simple (Anugraheni, 2018). ukurannya .
Pembelajaran matematika pada tahap Pembelajaran matematis pada usia ini
ini sebaiknya menggunakan alat bantu anak dapat menerapkan ketrampilannya,
seperti mesin hitung manual, jari tangan, misal saat pembelajaran anak diberi batang
gambar yang detil dan menggunakan coklat, ia akan mampu untuk mengurutkan
bantuan benda seperti buah, batu, kertas dan batang coklat dari yang terkecil hingga yang
sebagainya. Pada tahap ini, anak-anak juga terbesar, tetapi ketika dihadapkan dengan
sudah bisa dikenal kanjenis-jenis warna dan soal yang sama tetapi tidak menghadirkan
symbol-simbol sederhana, seperti lambang- objeknya secara nyata, maka anak akan
lambang, bentuk bangun datar dan benda- merasa kesulitan dalam menjawab soal
benda yang terdapat di lingkungan sekitar. tersebut.
Metode pembelajaran yang digunakan Metode pembelajarannya dapat
adlah pembelajaran kontekstual dengan dilakukan di alam terbuka atau di luar kelas
mengkaitkan materi dengan kondisi nyata . Fase ini anak membutuhkan pembelajaran
dan berhubungan dengan kehidupan sehari- di luar kelas dalam sekali tempo untuk
hari. Anak bisa diajak ke luar kelas untuk mengantisipasi kejenuhan yang mungkin
melakukan pembelajaran agar tidak terjadi.Disamping itu juga dengan kegiatan
merasakan penat, dikarenakan anak berusia belajar di alam terbuka juga dapat
6 hingga 7 tahun lebih cepat merasa lelah menghadirkan objek yang ada secara
dalam berfikir. Pada proseskegiatan belajar langsung sehingga anak mudah
mengajar, hendaknya guru mendidiknya dan memahaminya. Jadi pada fase ini sebenarnya
mengajarnya secara intens, karena pada anak sudah bisa untuk diajak belajar berbau
tahap ini, kondisi anak ada pada masa formal akan tetapi sesekali membutuhkan
bermain yang membutuhkan kesenangan. kegiatan pembelajaran yang asik seperti
Anak-anak belum bisa belajar dengan pembelajaran berbasis permainan
nuansa yang formal, sehingga guru mesti (Mungzilina et al., 2018).
kreatif mendesain pembelajaran yang Ketiga Kemampuan kognitif anak usia
menyenangkan, seperti dengan cara 9 tahun (kelas tiga SD/MI) Pada fase ini,
bernyanyi, menggunakan teks cerita, kemampuan kognitif semakin meningkat.
mendongeng dan bermain peran (Aini & Anak sudah dapat memecahkan masalah
Relmasira, 2018). yang lebih rumit, karena anak sudah banyak
Kedua Kemampuan kognitif anak usia memiliki pengetahuan, wawasan dan
8 tahun (kelas 2 SD/MI) Kemampuan pengalaman dari proses-proses sebelumnya.
kognitif yang dimiliki pada fase ini tidak Anak sudah memasuki tingkat C3 yaitu
lebih buruk dari fase sebelumnya. Di dalam menerapkan. Kecerdasan anak di bidang
dunia pendidikan anak pada usia 8 tahun mata pelajaran matematika sudah semakin
mulai menapaki jenjang C2 yaitu memahami meningkat, anak bukan saja mengetahui
sesuatu dan menuju tahap C3 yaitu bagun-bangun datar tetapi sudah bisa
158
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162
menghitung luas bangundatar dan sudah bisa hal penguraian pada keadaan sesuai bagian
mengenal bangun ruang. yang lebih khusus serta dapat memahami
Kemampuan matematika anak pada korelasi terkait bagian korelasi satu dengan
kelas 3semakin baik, anak tidak hanya korelasi lainnya. Anak dapat menganalisis,
mengenal jenis bangun datar, tetapi sudah mengkontraskan dan menghubungkan teori
dapat menghitung luas bangun datar dan dengan fakta untuk menarik kesimpulan.
mengenal bangun ruang. Anak juga Anak dapat menarik kesimpulan nilai-nilai
memahami proses perubahan bentuk bangun, baik dan buruk yang termuat di dalamnya.
misalnya bangun persegi dapat dibentuk Pada dasarnya, usia 10 tahun anak sudah
menjadi dua bangun segitiga atau berbentuk memasuki ranah sintesis (C5) tetapi masih
jajar genjang. Anak dapat secara langsung pada level yang sangat sederhana.,
menghitung angka dalam pikirannya tanpa memecahkan soal yang berbentuk narasi
menghitung dengan cara manual atau atau cerita (Rusman, 2012: 202).
menulis. Contoh, Ketika anak ditanya Kemampuan matematika anak pada
tentang perkalian angka puluhan dengan fase ini sudah semakin baik, anak dapat
satuan, anak bisa menjawab secara spontan, menyelesaikan soal pembelajaran yang lebih
tetapi ketika mengalikan angka puluhan rumit. Contohnya dalam mengoperasikan
dengan puluhan bahkan ratusan, anak belum bilangan pecahan dan desimal, menghitung
bisa menjawabnya secara spontan tanpa luas sebagian dari suatu bangun datar,
dengan bantuan perhitungan manual. menghitung volume bangun ruang dan
Metode pembelajaran pada fase ini, menghitung perubahan ukuran benda, seperti
sudah bisa diterapkan pembelajaran dengan kilo gram ke gram, centi meter ke meter dan
diskusi kelompok. Guru tetap harus dapat lain sebagainya. Serta memcahkan soal
mengontrol dan memperhatikan kegiatan dalam bentuk narasi atau cerita.
pelaksanaannya, karena kemampuan anak Model pembelajaran kooperatif
untuk berdiskusi masih terbatas, kemampuan learning dirasa tepat untuk pendektan
beride dan keterampilan bekerja samanya pembeljaran pada fase ini. Pada fase yang
masih perlu dikembangkan. Selain dari itu, disebuat Student-Teams-Achievment
perhatian anak juga mudah goyah, oleh Divisions. Tipe pembelajarannya adalah
karenanya dibutuhkan kontrol yang penuh kooperatif dan pelaksanaannya melalui
dari seorang guru(Nengah Kelirik, 2013). kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4
Keempat Kemampuan kognitif anak hingga 5 anak, setiap kelompok diberikan
usia 10 tahun(kelas empat SD/MI) Pada fase tugas untuk diskusikan dan kemudian
ini anak memiliki daya kritis yang semakin dilanjut dengan tanya jawab. Model
baik, anak dapat menelaah suatu masalah pembelajaran kooperatif dapat melatih anak
secara mendalam dengan berbagai dimensi. dalam berkomunikasi (sharing), bertkukar
Kemampuan kogntif pada ranah C3 yaitu ide dan pendapat bersama temannya untuk
menerapkan, anak bukan hanya mampu memecahkan masalah. Anak dapat diajak
untuk menghitung dan mengubah melainkan bernalar kritis terhadap objek-objek yang
sudah dapat membandingkan objek-objek belum mereka ketahui sebelumnya (Maulana
yang ada. Di usia 9 tahun hingga 10 tahun et al., 2018).
anak mulai masuk pada jenjang C4 yaitu Kelima perkembangan kognitif anak
menganalisis, dimana anak mampu dalam usia sebelas sampai dua belas tahun ke
159
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162
atas(Kelas lima dan kelas enam SD/MI) mental yang didukung oleh suatu
Pada usia sebelumnya, anak bisa berfikir pengalaman yang panjang untuk
logis dan sistematis yang mangacu terhadap membangun pemahaman secara individu
objek empirik (nyata) yang dapat di tangkap (Ani et al., 2016).
oleh indra. Fase anak yang berada pada usia
11 tahun hingga 12 tahun ke atas, anak mulai UCAPAN TERIMA KASIH
mampu berpikir pada sesuatu yang Terima kasih diberikan kepada dosen
berkemungkinan terjadi. Fase ini disebut pengampu mata kuliah Perkembangan
dengan fase operasional formal.Menurut Peserta didik dari Universitas
Willam Crain (Yudi Santoso, 2014: 200) Muhammadiyah Surakarta. Selain itu terima
Anak sudah dapat berfikir tentang objek kasih diberikan kepada teman-teman yang
yang bersifat abstrak dan mampu berfikir sudah saling membantu dalam menyusun
secara kritis, ketika dihadapkan dengan artikel ini.
masalah, anak memahami sebab-akibat,
kemudian menyusun langkah untuk KESIMPULAN
menyelesaikannya. kompetensi kogitif anak Teori Perkembangan kognitif ini Jean
pada usia 11 sampai 12 tahun sudah dapat Piaget ia berpendapat terdapat tiga aspek
berfikir strategis sistematis. dalam perkembangan kognitif setiap
Kemampuan matematika anak individu, meliputi:isi,struktur, dan fungsi
semakin kompleks, jika sebelumnya hanya kognitif. Perkembangan kognitif pada tahap
dapat menghitung luas pada bangun datar, operasional konkret (7-12 tahun) dalam
dalam tahap ini anak mulai mampu pembelajaran matematika ini berbeda-beda
menghitung luas, keliling serta volume hampir pada setiap tahap usianya.
bangun ruang. Anak dapat mengerjakan Tahapan perkembangan anak
soal-soal yang rumit, seperti operasi akar mempengaruhi bagaimana cara anak belajar
dan mengoperasikan angka yang bernominal dan bagaimana cara mendapat pengetahuan
tinggi (ribuan dan jutaan). baru. Tahapan perkembangan belajar anak
Model pembelajaran pada fase ini selain dipengaruhi factor tingkat pemahaman
sudah bisa diterapkan pembelajaran siswa yang berbeda-beda, juga model dan
bermodel terpusat kepada peserta didik atau metode serta penanganan yang digunakan
yang disebut student center, diantara model harus bervariatif dan disesuaikan dengan
tersebut adalah model inkuiri yaitu kegiatan tahapan usianya. Pembelajran dengan
belajar mengajar dengan pola dari suatu pendekatan perkembangan kogniti anak
pengamatan menjadi pemahaman. Pada dapat menjadi pedoman guru dalam
tahap ini anak mampu berfikir dan daya mengajar sehingga pembelajaran menjadi
kritis tingkat tinggi. Pendekatan lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.
pembelajaran yang sesuai pada usia ini Terlebih dapat mendorong tercapainya
adalah kontruktivisme. Kontruktivisme tujuan pendidikan nasional.
merupakan sesuatu yang menjadi landasan
dasar suatu paradigma dimana proses DAFTAR RUJUKAN
pembentukan pengetahuan pada individu Aini, Q., & Relmasira, S. C. (2018).
tidak dengan mudah menghasilkan Penerapan Pembelajaran Tematik
transferan ilmu saja, melainkan dari aktifitas Integratif Berbasis Kontekstual Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil
160
Nuryati & Darsinah / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 153 - 162
162