Anda di halaman 1dari 33

HALAMAN JUDUL

Konsep

Proses Pikir dan Distorsi Pikir

Oleh Kelompok 1

1
2

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

TAHUN 2019

2
3

3
4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

4
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Proses Pikir

1. Definisi dan Proses Berpikir

Berpikir erat kaitannya dengan akal. Kamus Besar Bahasa

Indonesia mengartikan berpikir sebagai kegiatan menggunakan akal untuk

menimbang dan memutuskan, menimbang untuk mengingat sesuatu.

Berpikir merupakan satu dari banyak aktivitas mental yang melibatkan

kerja otak. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan

memastikan, merancang, menghitung, mengevaluasi, membandingkan,

menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,

menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, menimbang

dan memutuskan (Sobur, 2003). Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir

adalah memproses suatu informasi yang telah diterima. Proses itu dapat

berupa membandingkan, menggolongkan, memilah, menghubungkan,

menafsirkan, menimbang, dan juga memutuskan. Ada juga yang

mengatakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk memahami,

mengetahui, dan memperoleh pengetahuan (informasi).

Selain berkaitan dengan akal karena akal disebut-sebut sebagai

pikiran, berpikir juga berkaitan dengan masalah. Jika tidak ada masalah

maka manusia tidak akan berpikir. Dan dalam kehidupan ini, masalah

adalah suatu kepastian. Proses penyelesaian masalah itulah yang disebut

dengan proses berpikir (Ahmadi, 2009). Dalam proses berpikir biasanya

akan timbul suatu pertanyaan apa masalahnya, bagaimana pemecahannya,

5
6

apa tujuan memecahkan masalah dan faktor apa saja yang dapat membantu

memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam berpikir sering timbul

pertanyaan 5 W 1 H (what, when, where, who, why, dan how).

Sehingga jika berpikir selalu melibatkan suatu masalah, maka

proses berpikir dalam menyelesaikan masalah seharusnya ada beberapa hal

di bawah ini (Ahmadi, 2009):

a. Ada minat untuk menyelesaikan masalah

b. Memahami tujuan pemecahan masalah

c. Mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah

d. Menentukan kemungkinan mana yang digunakan

e. Melaksanakan kemungkinan yang dipilih untuk memecahkan masalah

Akan tetapi secara umum, proses berpikir akan menimbulkan

kegiatan-kegiatan jiwa berupa membentuk pengertian, membentuk

pendapat, dan membentuk kesimpulan (Ahmadi, 2009).

2. Macam-macam Berpikir

Ada dua macam berpikir, bepikir autistik dan berpikir realistik.

Bepikir autistik lebih mengarah pada cara berpikir yang imajinatif, fantasi,

dan bahkan dapat dikatakan jauh dari kehidupan nyata. Sedangkan berpikir

realistik merupakan arti sebaliknya dari berpikir autistik, yaitu sesuai

dengan kehidupan nyata. Berpikir realistik menjadi tiga macam yaitu

berpikir deduktif, induktif, dan evaluatif. Untuk deduktif dan induktif telah

dijelaskan pada cara pembentukan kesimpulan. Sedangkan berpikir

evaluatif yaitu berpikir kritis, menilai baik dan buruknya, tepat atau tidak

tepatnya. Dalam berpikir ini, tidak menambah dan mengurangi gagasan

6
7

akan tetapi menilai menurut kriteria tertentu (Rakhmat dalam Sobur,

2003).

Selain berpikir autistik dan realistik, juga ada yang menambahkan

berpikir alamiah dan ilmiah. Berpikir alamiah merupakan pola berpikir

yang alami, kebiasaan yang sudah diketahui umum. Contoh berpikir

alamiah seperti: gula rasanya manis, garam rasanya asin, api itu panas, dan

lain-lain. Sedangkan berpikir yang ilmiah adalah berpikir yang secara

runtut, cermat, dan berdasarkan data atau informasi yang teruji

kebenaraannya. Contoh berpikir ilmiah seperti ketika menyimpulkan

sesuatu dengan merujuk kepada data.

Selain yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa macam berpikir,

yaitu:

a. Berpikir dari pengalaman yaitu dengan menghimpun berbagai

pengalaman untuk pemecahan masalah.

b. Berpikir representatif yaitu dengan mengingat sesuatu yang dapat

mewakili sesuatu yang lainuntuk pemecahan suatu masalah.

c. Berpikir kreatif yaitu berpikir yang dapat menghasilkan sesuatu yang

baru.

d. Berpikir produktif yaitu berpikir untuk menghasilkan sasuatu yang

bermanfaat.

e. Berpikir rasional yaitu berpikir logis, berdasarkan fakta-fakta yang

ada.

7
8

f. Berpikir konvergen (vertikal) yaitu berpikir tradisional dan generatif

yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan

menggunakan hanya informasi yang relevan.

g. Berpikir divergen (lateral) yaitu berpikir selektif dan kreatif yang

menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir

tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak

relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai

pemecahan yang tepat.

h. Berpikir pendek yaitu berpikir dangkal, terburu-buru, tidak ilmiah,

tidak logis.

3. Teori Perkembangan Bepikir

Karena berpikir merupakan salah satu dari kajian kognisi, maka

teori yang sering didengar berkenaan dengan perkembangan kognitif

adalah teori Jean Piager. Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah

satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan

mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.

Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti

mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang

tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek

untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya,

untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau

peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan

peristiwa tersebut.

8
9

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam

menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima

informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas

telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia,

namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi

yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada

pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.

Piaget memiliki pendapat bahwa ada 4 tahapan dalam

perkembangan kognitif (Santrock: 2012), yaitu:

a. Tahap Sensorimotor (dari lahir sampai usia 2 tahun)

Menurut Piaget, perilaku bayi yang baru lahir merupakan

refleks tanggapan yang dibangun secara biologis terhadap rangsangan

tertentu (misalnya, mengisap jari). Tapi dalam bulan kedua, bayi

mulai menunjukkan perilaku yang m77ereka ulang terus menerus,

yang mencerminkan perkembangan persepsi dan skema berbasis

perilaku yang disebut tahap sensorimotor. Awalnya perilaku ini

berfokus pada tubuh mereka sendiri secara eksklusif (misalnya,

mereka mungkin berulang kali menempatkan jari tertentu dalam mulut

mereka), tapi akhirnya perilaku mereka melibatkan objek di sekitarnya

juga. Piaget mengatakan bahwa pada sebagian besar tahun pertama

perilakunya bersifat spontan dan tidak terencana.

b. Tahap Praoperasional (umur 2 sampai umur 6 atau 7)

Kemampuan untuk menggambarkan benda-benda dan

peristiwa secara mental (pemikiran simbolik) memberikan pandangan

9
10

yang luas tentang dunia pada anak-anak. Salah satu sumber simbol

utama pada tahap ini adalah bahasa. Kosakata yang meningkat

memberikan skema yang baru yang berfungsi sebagai simbol yang

memungkinkan anak-anak untuk berpikir tentang objek dan peristiwa

di waktu yang berbeda dan di tempat yang jauh. Selain itu, bahasa

memungkinkan anak-anak untuk mengkomunikasikan pikiran mereka

dan menerima informasi dari orang lain.

c. Tahap Operasional Konkrit (usia 6 atau 7 sampai usia 11 atau 12)

Ketika anak-anak pindah ke tahap operasi konkret, proses

berpikir mereka mulai mengambil bentuk operasi logis yang

memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan berbagai kualitas dan

perspektif suatu obyek atau kejadian. Pemikiran operasional tersebut

memungkinkan sejumlah kemampuan yang lebih maju. Misalnya,

anak-anak sekarang menyadari bahwa sudut pandang dan perasaan

mereka sendiri belum tentu dimiliki oleh orang lain dan mungkin

mencerminkan pendapat pribadi. Mereka dapat menerapkan operasi

logis mereka hanya untuk hal yang bersifat konkrit, objek dan

peristiwa yang dapat diamati – itulah sebabnya disebut operasional

konkret.

d. Tahap Operasional Formal (umur 11 atau 12 sampai masa dewasa)

Pada sekitar pubertas, anak memasuki tahap operasi formal.

Pada titik ini, mereka menjadi mampu berpikir dan membuat

penalaran tentang hal-hal yang memiliki dasar dalam realitas fisik,

konsep-konsep abstrak, ide hipotetis, pernyataan yang bertentangan

10
11

dengan fakta, dan sebagainya. Misalnya, mereka menjadi mampu

melihat makna yang mendasari peribahasa seperti Bagai kacang lupa

kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Selain itu mereka menjadi

lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak matematika, ilmu

pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial.

4. Berpikir Kritis, Kreatif, Ilmiah, dan Metakognisi

Santrock (2012) menyebtukan bahwa ada tiga aspek penting dalam

berpikir, yaitu kritis, kreatif, dan ilmiah.

a. Berpikir kritis

Berpikir kritis merupakan kegiatan berpikir yang reflektif,

produktif, dan mengevaluasi fakta. Dan yang menjadi aspek penting

dalam berpikir kritis adalah penuh perhatian (mindfulness). Penuh

perhatian diartika sebagai sikap waspada, penuh perhatian, dan

fleksibel secara kognisi dalam menjalani tugas sehari-hari.

b. Berpikir kreatif

Berfikir kreatif merupakan kemampuan untuk berpikir dengan

cara-cara yang baru dan tidak biasa, serta untuk menemukan solusi

yang unik terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian

kreativitas berbeda dengan intelegensi. Intelegensi lebih mengarah

pada berpikir konvergensi, yaitu cara berpikir yang menghasilkan

sebuah jawaban yang tepat dan ditandai dengan jenis berpikir yang

dapat diukur dengan tes intelegensi. Sebagai contoh adalah

pertanyaan; berapa banyak uang lima ribuan yang anda dapat jika

ditukar dengan uang lima ratusan sebanyak dua ratus?. Sedangkan

11
12

berpikir kreatif lebih mengarah kepada cara berpikir divergensi, yaitu

cara berpikir yang menghasilkan berbaga jawaban terhadap suatu

pertanyaan yang sama dan ditandai dengan adanya kreativitas.

Contoh, apa gunanya bulpen selain untuk menulis? Dan pertanyaan

yang tidak menuntut untuk dijawab dengan tepat lain yang dapat

mengukur seberapa kreatif individu.

c. Berpikir ilmiah

Sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya, berpikir

ilmiah merupakan cara berpikir yang dilandasakan dengan ilmu

pengetahuan, teori-teori, atau fakta-fakta yang dapat diuji

kebenarannya. Ketiga cara bepikir ini (kritis, kreatif, dan ilmiah)

sangat penting dalam dunia pendidikan. Berpikir kritis digunakan

untuk menanggapi isu-isu terkini, menganalisis, mengaitkan, hingga

menyimpulkan. Sehingga informasi yang ada tidak ditelan mentah-

mentah. Sedangkan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam

pemecahan masalah, menghasil suatu inovasi-inovasi dalam ilmu

pengetahun. Sedangkan berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk

mempertanggungjawabkan pendapat, menguji kebenaran.

d. Metakognisi

Metakognisi merupakan suatu kemampuan untuk melihat pada

diri sendiri sehingga apa yang dilakukan dapat dikontrol dengan

optimal. Ketika seseorang dapat mengaktifkan metakognisi, maka

kemampuan untuk memecahkan masalah akan tinggi. Sebab ketika ia

mengerjakan suatu hal, ia memikirkan sebab, alasan, dan akibat ia

12
13

mengerjakan suatu hal itu. Sehingga metakognisi merupakan suatu

kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita

bekerja serta bagaimana mengaturnya.

Beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan

metakognisi individu, antara lain:

1) Identifikasi diri yaitu dengan mengetahui apa yang aku bisa dan

apa yang tidak aku bisa.

2) Regulasi diri yaitu pengaturan diri melalui perencanaan,

penjadwalan kegiatan.

3) Monitoring dan evaluasi yaitu mengawasi kegiatan yang telah

dijadwalkan, memegang erat apa yang telah dijadwalkan, dan

mengevaluasi, menambah atau mengurangi kegiatan, menilai, dan

mnimbang baik buruknya.

B. Distorsi Pikir

1. Definisi Distorsi Pikir/Kognitif

Distorsi kognitif merupakan hal yang penting dalam menjelaskan

tentang masalah perilaku atau kebiasaan yang bermasalah, proses kognitif

yang buruk pada seseorang dapat menyebabkan adanya prokrastinasi.

Pikiran otomatis dapat mempengaruhi emosi seseorang, jika pikiran

otomatis positif maka emosi akan muncul adalah emosi yang baik

sehingga perilaku yang dilakukan juga baik namun jika pikiran yang

muncul adalah pikiran yang negatif maka emosi yang akan muncul juga

emosi yang buruk sehingga perilaku yang dilakukan juga buruk, hal ini

yang membuat seseorang menganggap bahwa tugasnya membosankan

13
14

atau sulit, maka yang terjadi adalah seseorang akan mencari cara untuk

melepaskan diri dari keadaan yang menurutnya tidak menyenangkan itu.

2. Macam Distorsi Pikir

Respons maladaptif berasal dari distorsi kognitif, yang berasal

dari kesalahan logika, kesalahan mencari alasan atau pandangan individu

yang tidak menggambarkan realitas. Macam – macam distorsi kognitif

antara lain sebagai berikut:

a. Pikiran “segalanya atau tidak sama sekali”: Anda melihat segala

sesuatu dengan kategori hitam putih. Jika prestasi anda kurang dari

sempurna, maka anda memandang diri anda sebagai orang yang

gagal total.

b. Over generalisasi: Anda memandang suatu peristiwa yang negatif

sebagai sebuah pola kekalahan tanpa akhir.

c. Filter mental: Anda menemukan sebuah hal kecil yang negatif dan

terus memikirkannya sehingga pandangan anda tentang realita

menjadi gelap, seperti tetesan tinta yang mengeruhkan seluruh air

dalam gelas.

d. Mendiskualifikasi yang positif: Anda menolak pengalaman –

pengalaman positif dengan berisi keras bahwa semua itu bukan apa –

apa dengan cara ini anda dapat mempertahankan suatu keyakinan

negatif yang bertentangan dengan pengalaman – pengalaman anda

sehari – hari.

14
15

e. Loncatan kesimpulan – kesimpulan: Anda membuat sebuah

penafsiran negatif walaupun tidak ada fakta yang jelas mendukung

kesimpulan anda,

f. Membaca pikiran: dengan sewenang – wenang anda menyimpulkan

bahwa seseorang sedang bereaksi negatif terhadap anda dan anda

tidak mau bersusah payah mengeceknya.

g. Kesalahan peramal: anda mengharapkan segala sesuatu akan berubah

menjadi sangat buruk dan anda merasa yakin bahwa ramalan anda

tersebut sudah merupakan suatu fakta yang pasti.

h. Pembesaran (pembencanaan) atau pengecilan: Anda melebih –

lebihkan pentingnya suatu hal misalnya kesalahan anda atau

kesuksesan orang lain atau dengan tidak tepat mengerutkan segala

sesuatu hal sehingga menjadi sangat kecil (siftat anda yang baik atau

cacat orang lain) ini disebut permainan teropong.

i. Penalaran emosi: anda menganggap bahwa emosi – emosi anda yang

negatif mencerminkan bagaimana sebenarnya realita. Contoh: “Saya

merasa begitu, maka pastilah saya begitu”

j. Pertanyaan harus: Anda mencoba menggerakan diri anda sendiri

dengan harus, serta seharusnya tidak seolah – olah anda harus

dicambuk dan dihukum sebelum dapat diharapkan melalui apapun.

Perkataan “mestinya” juga merupakan penyerang diri anda,

konsekuensi emosionalnya adalah rasa bersalah bila anda

mengarahkan pertanyaan “harus” tersebut kepada orang lain, maka

anda akan meraskan amarah, frustasi, dan kejengkelan.

15
16

k. Memberi cap dan salah memberi cap: suatu bentuk ekstrem daei

overgeneralisasi yang anda lakukan bukannya menguraikan

kesalahan anda, tetapi malah memberikan sebuah cap negatif pada

diri anda sendiri “saya memang seorang yang sial” jika perilaku

orang lain menyinggung perasaan anda, maka anda menempelkan

seluruh cap negatif kepadanya “saya memang sesorang yang bodoh”.

Salah memberi cap berarti menggambarkan suatu peristiwa dengan

bahasa yang sangat dipengaruhi emosi.

l. Personalisasi, anda memandang diri andaa sendiri sebagai penyebab

dari suatu peristiwa eksternal yang negatif, yang dalam

kenyataannya sebenarnya bukanlah anda yang pertama – tama harus

bertanggung jawab terhadap hal tersebut.

Strategi penanganan perilaku kognitif adalah sebagai berikut:

1) Menurunkan cemas

2) Teknik relaksasi

3) Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan

memodifikasi respons perilaku.

4) Systematic desenzation. Dirancang untuk menurunkan perilaku

yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena

ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Teknik ini meliputi

relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebabkan

cemas.

16
17

5) Flooding. Klien segera diberikan pada stimuli yang paling

memicu cemas (tidak dilakukan secara berangsur – angsur)

dengan menggunakan bayangan/imajinasi.

6) Pencegahan respons. Klien didukung untuk menghadapi situasi

tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.

3. Bentuk gangguan proses berfikir

Beberapa bentuk gangguan proses berfikir:

a. Gangguan bentuk pola fikir (produksi), termasuk semua

penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah pada suatu

tujuan:

1) Pikiran deristik

Adalah bentuk pikiran dimana tidak ada hubungan antara

proses mental dengan pengalamannya yang sedang berjalan.

Disisni proses mental tidak sesuai atau tidak mengikuti

kenyataan, logika atau pengalaman

2) Pikiran autistik

Gangguan dalam proses berfikir dimana terjadi

kegagalan dalam mebedakan batas antara kenyataan dan fantasi.

Dengan berfikir autistik seorang dapat memuaskan

keinginannya secara khayalan (imaginatif) dengan

mengabaikan usaha-usaha untuk memuaskan secara realistik.

3) Pikiran non-realistik

Bentuk ikiran yang sama sekali tidak bedasarkan

kenyataan. Merupakan gejala yang menonjol pada skizofrenia

17
18

hebefrenik disamping tingkahlaku yang kekanak-kanakan.

Ketiga bentik fikiran tersebut bisa di bedakan tapi kadang-

kadang dijadikan satu dengan memakai salah satu istilah saja.

4) Pikiran obsesif

Gangguan fikiran dimana satu ide selalu datang

berulang-ulang, irasional dan secara sadar tak diinginkan, tapi

tidak dapat dihilangkan.

5) Konfabulasi

Gangguan pikiran dimana seseorang memperstukan hal-

hal atau kejadian yang tidak berkaitan, dalam suatu usaha untuk

mengisi kekososngan pikiran yang timbul karena kehilangan

ingatan.

b. Gangguan araus atau jalan pikiran meliputi cara dan laju proses

asosiasi dalam pemikiran:

1) Flight od ideas (lari cita, pikiran melompat-lompat melayang)

adalah keadaan dimana terjadi perubahan yang mendadak, cepat

dalam pembicaraan, sehingga suatu ide belum selesai sudah

disusul oleh ide yag lain. Dikatakan yang bersal dari dalam

maupun luar. Suatu kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan

artinya akan menimbulkan suatu pikiran baru “clang

association”.

2) Retardasi (perlambatan) yaitu keadaan dimana terjadi

perlambatan dalam jalan pikir sesorang, sering di jumpai pada

penderita skizofrenia dan psikosa efektif fase depresi.

18
19

3) Perservasi, yaitu keadaan dimana seseorang secara berulang

memberitahukan suatu id, pikiran atau thema secara berlebihan.

4) Circumstantiality (pikiran berbelit-belit, pikiran berputas-putar)

yaitu suatu keadaan dimana untuk menuju secara tidak langsug

kepada ide pokok

5) Inkohorensi, yaitu suatu keadaan dimana terdapat gangguan

dalam bentuk bicara, pembicaraannya sukar atau tidak dapat

ditangkap maksudnya. Inkohorensi ini dapat dikatakan sebagai

suatu asosiasi yang ekstrim. Pada inkohorensi ada “gado-gado

kata” (word salad).

6) Blocking (hambatan, halangan, benturan), yaitu suatu keadaan

dimana jalan pikiran secara tiba-tiba berhenti, hal ini tidak dapat

diterangkan oleh penderita. Kemungkinan disebabkan oleh

aktivitas yang kompleks dan dominan akibat efek yang tidak

enak atau tidak disetujui.

7) Logorea, yaitu banyak bicara dimana kata-kata baru yang tidak

dipahami secara umum.

8) Neologisme, yaitu membentuk kata-kata baru yang tidak

dipahami secara umum.

9) Irelevansi, yaitu suatu keadaaan dimana isi pikiran atau ucapan

tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang

sedang dibicarakan.

10) Aphasia, yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak atau sukar

mengerti pembicaraan orang lain (sensorik) dan atau tidak dapat

19
20

atau sukar berbicara (motorik). Sering terjadi pada kerusakan

otak.

c. Gangguan isi pikiran (meliputi isi pikiran yang nonverbal atau isi

pikiran yang diceritakan):

1) Waham

Suatu kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat

dikoreksi atas dasar fakta dan kenyataan. Tetapi harus

dipertahankan, bersifat patologis dan tidak terkait dengan

kebudayaan setempat. Adanya waham menunjukkan suatu

gangguan jiwa yang berat, isi waham dapat menerangkan

pemahaman terhadap faktor-faktor dinamis penyebab gangguan

jiwa. Terbentuknya kepercayaan yang bersifat waham adalah

sebagai perlindungan diri terhadap rasa takut dan untuk

pemuasan kebutuhan.

Waham ada yang sistematis dan tidak sistematis,

diklasifikasi menurut isinya dan isi waham biasanya mempunyai

kecenderungan untuk menguasai/menonjol.

a) Waham kebesaran (waham ekspansif)

Suatu kepercayaan palsu dimana seseorang

memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik

mengenai kualitas tindakan/kejadian/orang di sekeliling.

Dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat

perasaan yang tidak wajar, tidak aman, dan rasa rendah diri

yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan

20
21

efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran

sering mnunjukkan kekecewaan, kegagalan, dan perasaan

tidak aman.

b) Waham depresif (menyalahkan diri sendiri);

Kepercayaan yang tida berdasar. Menyalahkan diri

sendiri akibat perbuatan-perbuatannya yang melanggar

kesusilaan atau kejahatan lain. Waham depresif sering

dirasakan sebagai: waham bersalah (perasaan bersalah,

kehilangan hrga diri), waham sakit (gangguan perasaan

tubuh yang berasal dariviseral yang dipengaruhi oleh

keadaan emosi), waham miskin (kehidupan perasaan nilai

sosial).

c) Waham somatis (waham hipokondria);

Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat

dungu (bizarre) mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya,

misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau

mengeluarkan bau busuk.

d) Waham nihilistik;

Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain

sudah meninggal atau dunia ini sudah hancur.

e) Waham kejar;

Penderita yakin bahwa ada orang yang sedang

mengganggunya, menipunya, memata-matai atau

menjelekkan dirinya.

21
22

f) Waham hubungan;

Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara

interpretasi yang salah dari pembicaraan, gerakan atau

digunjingkan.

g) Waham pengaruh;

Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah merupakan

subjek pengaruh dari orang lain atau tenaga gaib yang tak

terlihat.

2) Fobi

Adalah rasa takut yang irasional terhadap suatu benda

atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh

penderita walau disadari bahwa hal tersebut irasional. Fobi dapat

mengakibatkan suatu kompulsi, bentuk fobi bervariasi dan

banyak mengenai benda serta keadaan.

3) Ideas of reference (pikiran hubungan)

Suatu keadaan yang mana pembicaraan orang, benda

atau kejadian dihubungkan dengan dirinya sendiri. Penderita

mungkin menyadari pikirannya tidak masuk akal, misal bunyi

burung sebuah berita bagi dirinya.

4) Pre-okupasi

Adalah suatu pikiran yang terpaku hanya pada sebuah

ide saja, yang biasanya berhubungan dengan keadaan emosional

yang kuat.

5) Thought Insertion (sisip pkiran)

22
23

Adalah suatu perasaan bahwa ada pikiran dari luar yang

disisipkan dan dimasukkan ke dalam otaknya.

6) Thought broad cast (siar pikir)

Adalah suatu perasaan bahwa pikirannya telah disiarkan

melalui radio, televisi, kawat liat listrik, dan lampu.

4. Konsep Gangguan Kognitif

Yosep I (2008) dalam bukunya tentang keperawatan jiwa

berpendapat bahwa secara garis besar gejala gangguan jiwa

dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu: Gangguan Kognitif

(Cognitive), Gangguan Emosi dan Afek (Emotion and affect), serta

Gangguan Psikomotor (Psychomotor). Masing-masing kelompok

gangguan dibagi lagi menjadi beberapa kelompok yang snagat rumit dan

kompleks. Gangguan kognitif adalah adanya masalah dalam proses

mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan

mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan

dalam maupun luarnya (fungsi mengenal). Bagian –bagian dari proses

kognitif bukan merupakan kekuatan yang terpisah – pisah, tetapi

sebenarnya ia merupakan kekuatan yang terpisah – pisah, tetapi

sebenarnya ia meupakan cara dari seorang individu untuk berfungsi

dalam hubungannya dengan lingkungannya. Proses kognitif meliputi hal

– hal sepeerti berikut.

a. Sensasi dan persepsi

b. Perhatian

c. Ingatan

23
24

d. Asosiasi

e. Pertimbangan

f. Pikiran

g. Kesadaran

5. Prinsip Dasar Cognitive Behavior Therapy

Kognitif merupakan proses yang menjembatani seseorang dalam

proses belajar. Pikiran, perasaan, dan tingkah laku saling berhubungan

secara kasual aktivitas seperti expectation (harapan), self statement

(pendapat pribadi), di mana hal tersebut merupakan hal yang penting

dalam memhami dan memprediksi psikopatologi dan perubahan terapi.

Proses kognitif dan dinterprestasikan ke dalam paradigma perilaku dan

teknik kognitif yang dapat dikombinasikan dengan prosedur perlakuan.

Seorang Terapis CBT berkerja sama dengan klien untuk menilai perilaku

dan proses kognitif yang mengganggu dan merencanakan pengalaman

belajar baru untuk memperbaiki kognitif, perilaku, dan pola afektif.

Beberapa pendekatan dari Cognitive Behavior Therapy:

Cognitive Behavior Therapy merupakan bentuk terapi mental yang

menekankan peran penting dalam berfikiran bagaimana kita merasa dan

apa yang kita lakukan. Beberapa pendekatan untuk untuk terapy kognitif

antara lain sebagai berikut:

a. Emotional Rational Behavior Therapy

b. Rational Behavior Therapay

c. Rational living Therapy

d. Cognitive Therapy

24
25

e. Dialectic Behavior Therapy

6. Karakteristik Terapi Kognitif

a. Cognitive Behavior Therapy merupakan dasar model terapy kognitif

dari Emotional Reponse

Cognitive behavior therapy didasarkan pada gagasan bahwa

yang menyebabkan kita berfikir , berperasaan dan berpirilaku, bukan

berasal dari hal-hal yang berada di luar, seperti orang situasi, dan

peristiwa, akan tetapi berasal dari stimulasi internal sehingga

seseorang mempunyai insting, yang mendorong seseorang untuk

berfikir yang realistis. Keuntungan dari kenyataan ini bahwa kita

akan dapat mengubah cara berfikir kita untuk untuk lebih

mempunyai perasaan atau bertindak lebih baik, meskipun keadaan

tersebut tidak berubah sehingga cara pandang kita lebih mengarah

kepada pikiran yang lebih menguntungkan dan rasional.

b. CBT merupakan bentuk pembelajaran singakat yang tidak

memerlukan waktu lama

CBT dalam pelaksaannya menitikberatkan pada faktor-faktor

yang berpengaruh saja sehingga didapatakan hasil yang lebih cepat.

Rata-rata setiap kali pertemuan hanya 15 menit mulai dari klien

mengatakan masalahnya semua sampai pada perawat melakukan

pendekatan dalam rangkai melaksanakan terapi kognitif. Selain dari

terapy kognitif, seperti piskoanalisis, proses terapy dapat

berlangsung dalam waktu lama. Hal-hal yang boleh dilakukan pada

CBT dengan pembelajaran yang singkat ini antara lain adalah intrusi

25
26

riel yang sangat kuat dan menemukan fakta, di mana fakta tersebut

digunakan untuk pembuatan tugas perkerjaan rumah. CBT dalam

waktu yang singkat akan mebantu klien untuk memahami bagaimana

cara prose terapy dan akan ada titik temu bila terapy berakhir. Hal

yang terpenting dalam terapy ini adalah menentukan keputusan yang

dibuat oleh terapis dan klien. Oleh karena itu CBT bukan hanya

setelah dibuka lalu ditutup saja, akan tetapi prosesnya tidak berakhir

dan selalu berkisinambungan.

c. Penggunaan diri secara terapeutik adalah hubungan yang diperlukan

untuk terapi efektif

Penggunaan diri secara terapeutik difokuskan pada hubungan

yang diarahkan pada sesuatu yang penting. Alasan utamanya adalah

bahwa penggunaan diri secara terapeutik dalam proses terapi ini

akan didapatkan hubungan yang positif antara dokter dan klien.

Dengan konsep CBT seseorang terapis tidak hanya mengandalkan

hubungan secara percaya saja, karena hal tersebut tidaklah cukup

sehinga masih memerlukan penggunaan diri secara teraupetik bagi

terapis dalam membangun komunikasi yang efektif. Dengan

menggunakan konsep CBT, kita percaya bahwa perubahan yang

terjadi pada diri klien oleh karena mereka mempelajari cara berfikir

yang lebih rasional dan bertindak, serta bertingkah laku sesuai yang

telah dipelajari. Oleh karena itu CBT difokuskan pada pengajaran

yang rasional. Untuk itu seorang terapis harus meningkatkan

26
27

keterampilan bagaimana cara untuk memberikan konseling yang

benar.

d. CBT merupakan upaya kolaborasi antara dokter dan klien

Konsep CBT adalah bagaimana cara berusaha untuk

mempelajari apa yang diinginkan dari klien dalam kehidupan utama

tujuan yang ingin dicapai dan kemudian terapis membantu klien

tersebut untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang terapis adalah mendengarkan, mempelajari, dan

mendorong klien untuk mengekspolarasi hal-hal yang dapat dipakai

untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui tukar informasi dan

transfer learning, sedangkan klien berperan untuk mengungkapakan

rasa keperhatiannya, mempelajari, dan melaksanakan program-

program yang tidak disepakati bersama antara terapis dan klien

untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.

e. Falsafah dari CBT adalah pandai mengambil hikmah

Tidak semua pendekatan CBT menekankan sikap pandai

mengambil hikmah. Rasional Emotive Behavior Therapy, Rational

Behavior Therapy, dan Rational Living Therapy menekankan aspek

sikap pandai mengambil hikmah. Therapy kognitif dan Beck's tidak

mengunakan sikap pandai mengambil hikmah. CBT tidak

mengajarkan seseorang bagaimana mereka seharusnya berperasaan,

akan tetapi sebagian besar orang yang sedang mencari pengobatan

tidak membutuhkan perasaan, mereka ingin di mengerti jalan

pikirnya. Dengan pendekatan yang menekankan sikap pandai

27
28

mengambil hikmah, mengajarkan klien bagaimana cara mempelajari

manfaat yang diperoleh dari proses perenungan pada hal yang buruk

maupun yang baik, ketika berhadapan dengan situasi yang tidak

dikehendaki. Mereka selalu bergantung pada fakta ketika mereka

berada pada situasi yang tidak dikehendaki begitu sebaliknya. Jika

mereka berada pada situasi yang membingunkan, mereka

mempunyai 2 masalah yaitu masalah ini dan masalah yang

menyertainya. Sebagian besar orang mungkin menginnginkan

mempunyai sedikit masalah jadi ketika mereka mempelajari

bagaimana agar cara menghadapi masalah pribadi lebih tenang,

mereka tidak hanya berfikir baik saja, tetapi mereka selalu

mengutamakan kepercayaan diri pada posisi yang lebih baik untuk

menggunakan kepandaian, pengetahuan, energi, dan sumber daya

untuk menyelesaikan masalah.

f. CBT mengunakan Methoda Socratic

Dimana seseorang yang bertugas sebagai terapi

menggunakan konsep CBT dengan selalu ingin medapatkan

pemahaman yang sangat bagus atas masalah yang menyelimuti klie.

Itulah sebabnya mengapa mereka sering bertanya. Seorang terapis

CBT selalu mendorong kliennya untuk mengajukan pertanyaan

mereka sendiri, seperti"Bagaimana seseorang bisa mengetahui

kekuranganku sehingga seorang menertawakan saya"?" Kira-kira

mereka akan menertawankankanku kekuranganku yang lain"?

g. CBT dilaksanakan secara terstruktur dengan perencanaan yang jelas

28
29

Seseorang terapis, dalam melaksanakan CBT selalu memiliki

agenda yang jelas untuk setiap tahap pelaksanaanya. Khusus teknik

atau konsep yang diajarkan pada setiap sesi. CBT menitikberatkan

pada tujuan klien. CBT tidak mengarahkan klien apakah tujuan

mereka "harus" ada, atau apa saja yang mereka "harus" mentolerir.

Perencanaan yang tersusun dengan jelas akan menunjukan klien

bagaimana cara berfikir atau bertindak dengan cara-cara yang

rasional untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Oleh karena

itu, dengan menggunakan CBT, seorang terapis dilarang

memberikan kepada klien apa saja yang harus dilakukan atau apa

saja yang tidak boleh dilakukan, akan tetapi mengajarkan pada klien

bagaimana cara melakukannya.

h. Dasar dari CBT adalah pembelajaran model

Pembelajaran CBT didasarkan pada asumsi bahwa sebagian

besar emosi dan cara bertindak serta berperilaku bisa dipelajari. Oleh

karena itu tujuan terapi ini adalah untuk membantu klien mereka

mempelajari reaksi yang tidak diinginkan dan untuk mempelajari

cara baru bagaimana cara bertindak dan berperilaku. Oleh karena itu

CBT tidak hanya berkaitan dengan "hanya berbicara ". Orang yang

bisanya "hanya berbicara" hanya menekankan pada sesuatu yang

sempit. CBT menekankan pada proses pembelajaran yang memiliki

keuntungan tambahan yang mengarah pada ke hasil jangka panjang.

Ketika orang memahami bagaimana dan mengapa mereka

29
30

melakukan dengan baik, mereka tahu apa yang harus dilakukan

untuk terus melakukannya dengan baik.

i. Teori dan teknik CBT bergantubg pada metode induktif

Pusat perhatian dalam berpikir yang rasional adalah

berdasarkan fakta yang ada. Sering kali, bila diri kita bingung oleh

sesuatu hal, ternyata situasinya tidak seperti apa yang kita pikirkan.

Untuk itu jika kita mengetahui ada sesuatu hal menggangu,

sebaiknya jangan membuang-buang waktu untuk segera

menyelesaikannya. Oleh karena itu, metode induktif akan

mendorong kita untuk melihat dan menemukan sesuatu pikiran atau

perkiraan hipotesis yang dapat tidak tepat (karena kita memiliki

informasi baru). Maka kita dapat mengubah pemikiran kita sesuai

dengan situasi yang benar

j. Dalam pelaksanaan CBT yang diutamakan berpusat pada perkerjaan

rumah

Bila anda berusah untuk mempelajari tabel perkalian anda

hanya menghabiskan satu jam per minggu untuk mempelajarinya.

Anda hanya membuang tenaga untuk mengetahui hasil perkalian 5 x

5. Anda hanya akan menghabiskan banyak waktu di rumah untuk

mempelajari tabel perkalian tersebut, kecuali dengan menggunakan

kartu pengingat. Sama halnya kita melakukan psikoterapi.

Pencapaian tujuan (jika diperoleh) bisa memakan waktu yang cukup

lama jika semua orang hanya berpikir tentang cara melakukan dan

topik yang diajarkan selama satu jam per minggu. Itulah mengapa

30
31

seorang terapis CBT menetapkan tugas membaca dan mendorong

kliennya untuk mengajarakan dan mempelajari teknik tersebut.

31
32

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

32
33

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, T. A. (2018). Komunikasi Keperawatan. Malang: Universitas

Muhammadiyah

33

Anda mungkin juga menyukai