Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan-5

BAB IV
JENIS BERPIKIR

A. Pengertian Berpikir
Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan–angan, kata
dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, ketika berfikir saat
memutuskan sesuatu, berfikir saat melamun, berfikir saat menulis artikel, menulis makalah,
puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan, atau menghawatirkan suatu
problema yang harus dihadapi.
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir
juga melibatkan seluruh pribadi manusia yang melibatkan perasaan dan kehendak manusia.
Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya
seraya secara aktif menghadir-kannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau
wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih–payah secara mental untuk memahami sesuatu yang
dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga
termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah–milah, atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan–kemungkinan yang ada, membuat
analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari premis – premis yang ada,
menimbang dan memutuskan.
Kegiatan berfikir, biasanya dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk
dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.
Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi
atau dialami. Dengan menimbulkan pertanyaan–pertanyaan untuk dijawab.
Setiap individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara
berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini
mungkin sebagian disebabkan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi
berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan
dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir
seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya (Leavitt,
1978 ).
Para ahli melihat ihwal berfikir ini dari perspektif yang berlainan. Ahli–ahli psikologi
asosiasi, misalnya, menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan–tanggapan
ketika subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati.
Piaget menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang secara bertahap, kira–
kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa pada anak-
anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan. mereka
secara aktif membangun pemahamanya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia.
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif.
Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.
Dalam Islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak dikhawatirkan
akan membawa dampak negative yang bertolak belakang dengan kebenaran agama, sebab
Islam beranggapan bahwa kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan kebenaran
rasio. Akidah haruslah berdasarkan ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.
Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan
antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah
keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir juga disebut sebagai proses
bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya
sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga
manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan slah satu unsur
kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, dismping rasa untuk mencapai keindahan dan
kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah, manusia dapat berfikir untuk
mencari jalan yang hakiki.
Ada berbagai macam definisi yang bisa dijadikan sebagai rujukan untuk memahami definisi
berpikir. Diantaranya;
1) Philip L. Harriman mengungkapkan, bahwa berpikir adalah suatu aktivitas dalam
menanggapi suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca indera.
2) Drever mengemukakan masalah berpikir sebagai berikut: “thinking is any course or train
of ideas; in the narrower and stricter sense, a course of ideas initiated by a problem”.
Artinya, bahwa berpikir bertitik tolak dari adanya persoalan atau problem yang dihadapi
secara individu.
3) Menurut Floyd L. Ruch, berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur
lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung
melakukan kegiatan yang tampak.
4) Drever, berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai
dengan adanya masalah.
5) Solso, berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui
transformasi informasi dengan interaksi yang komplek antara atribut-atribut mental
seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah perkembangan ide dan konsep.
Berfikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang
terarah pada suatu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang
kita inginkan.
Berfikir merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang
membedakan manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai
bahasa, sedangkan hewan tidak. “Bahasa” hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu
dipelajari dan diajarkan, sedangkan bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus
dipelajari dan diajarkan.
Dengan bahasa, manusia bisa memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Senua benda, sifat, pekerjaan, dan lain–lain yang
abstrak, diberi nama. Dengan begitu, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat
disimpan, menjadi tanggapan–tanggapan dan pengalaman–pengalaman, kemudian diolah
(berfikir) menjadi pengertian– pengertian.
Dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana, berpikir dapat didefinisikan
sebagai proses yang intens untuk memecahkan masalah dengan meghubungkan satu hal
dengan yang lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan Anita Taylor, bahwa berpikir adalah
proses penarikan kesimpulan (thinking is a inferring process).
Namun bagaimanapun berpikir adalah proses. Berpikir muncul ketika melihat realitas
dan fenomena yang ada di sekitar. Selama berada dalam keadaan jaga, gagasan-gagasan
akan tercampur dengan ingatan, gambaran, fantasi, persepsi, dan asosiasi-asosiasi. Dalam
proses berpikir orang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lain untuk
mendapatkan pemecahan dari persoalan yang dihadapi. Pengertian-pengertian itu
merupakan bahan atau materi yang digunakan dalam proses berpikir yang dapat dinyatakan
dengan kata-kata, gambar, simbol-simbol atau bentuk-bentuk lainnya.
Sementara itu, berpikir sangat bergantung terhadap situasi dan kondisi, konsep dan
lambang, serta bahasa yang dipergunakan. Karena warga masyarakat dari kebudayaan
tertentu akan membentuk konsep-konsep dan menemukan kecocokan dengan situasi
tertentu.

B. Jenis-jenis Berpikir
Menurut Morgan, ada dua macam berpikir yaitu: berpikir austistik dan berpikir
realistik.
1. Berpikir autistik adalah proses berpikir yang biasa dikenal dengan melamun, seperti
fantasi, menghayal, dan lain sebagainya. Berpikir autistik menjadikan seseorang lari dari
kenyataannya dan memandang semua yang anda sebagai gambar-gambar fantastis. Pada
kondisi seperti ini, berpikir autistik merupakan kegiatan mental yang melantur dan tidak
mempunyai tujuan serta arah tertentu.
2. Berpikir realistis adalah proses berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia
nyata dan diharapkan dengan itu akan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi,
disebut juga dengan nalar (reasoning).
Floyd L. Ruch membagi berpikir realistik menjadi tiga bagian yaitu: Deduktif, Induktif,
dan Evaluatif.
a. Berpikir deduktif, merupakan proses berpikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat
umum pada hal-hal yang bersifat khusus. Berfikir deduktif adalah mengambil
kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama merupakan pernyataan umum, dalam
logika, disebut dengan silogisme.
b. Berpikir induktif, merupakan kebalikan dari berpikir deduktif yaitu proses
pengambilan keputusan dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus menuju umum.
Istilah ini dikenal dengan generalisasi. Ketepatan berpikir induktif bergantung pada
memadainya kasus yang dijadikan dasar. Berpikir induktif adalah proses berfikir yang
bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu
kesimpulan (inferensi). Berfikir induktif ialah menarik kesimpulan umum dari
berbagai kejadian (data) yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses
berfikirnya adalah sintesis. Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada hakikatnya,,
semua pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan (observasi)
terhadap data.
c. Berpikir evaluatif, yaitu proses berpikir secara kritis untuk menilai baik atau buruk,
tepat atau tidak, bahkan bermanfaat atau tidaknya sebuah gagasan. Karena proses ini
merupakan proses berpikir yang bebas, maka seseorang bisa saja untuk menambah
atau mengurangi gagasan.
Perlu diingat bahwa jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam
faktor, antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah
tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi,
pengalaman–pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang tersebut.
Menurut Robert J. Sternberg, menambahkan dengan jenis berpikir analogi, yaitu
berpikir yang didasarkan pada pengenalan kesamaan. Biasanya, hal ini dengan
menggunakan perbandingan atau kontras. Ungkapanya:“kita berpikir secara analogis setiap
kali kita menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita, dengan
menghubungkannya pada suatu yang sama pada masa lalu kita”.
Kemudian jenis-jenis berpikir yang dijabarkan oleh Sarlito ada dua jenis yaitu:
1. Berpikir asosiatif, adalah proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Cara berpikir asosiatif dibagi menjadi dua macam;
a. Asosiasi bebas: satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja
tanpa ada batasannya. Misalnya ide tentang makan, dapat menimbulkan ide tentang
restoran atau dapur.
b. Asosiasi terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam
batas-batas tertentu. Misalnya ide tentang “membeli mobil” akan memunculkan ide
lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaan-nya, mereknya, atau mungkin
modelnya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan
kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahan persoalan. Ada dua macam
berpikir terarah, yaitu;
a. Berpikir kritis, adalah berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan atau
pemelihan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, adalah berpikir untuk menemukan hubungan baru antara berbagai
hal.
Pikiran sendiri ada dua macam yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Manusia
hanya memanfaatkan 12% kekuatan pikiranya, sementara 88% ada pada kekuatan bawah
sadar, yg semacam "perasaan". Diantara pikiran sadar dan bawah sadar ada Reticular
Activating System (RAS) atau filter, yang untuk membuka, pintu otak mesti berada pada
gelombang Alfa. Pikiran bawah sadar (yang 88% tadi) menyimpan: Memori, Self-image,
Personality & Habits (kebiasaan).
Menurut Kartono (1996) ada enam pola berpikir, yaitu:
1) Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu
2) Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau
disempurnakan keluasannya.
3) Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut
kelas-kelas tingkat tertentu.
4) Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar
kemiripannya.
5) Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
komplek disertai pembuktian- pembuktian.
6) Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal
dan seringkali tidak logis.

Anda mungkin juga menyukai