Anda di halaman 1dari 12

“IMALAH”

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah:

QIRA’ATUL QUR’AN

Dosen pengampu:

H. Usman M.Pd.I

Ditulis oleh:

Putri Suci Trisari

Kelas IC

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Falah
Air Molek
2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan segala rasa syukur, penulis memulai dengan ungkapan puji


Syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan berbagai nikmat,
kesehatan, dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah "Qira’atul Qur’an" ini.

Shalawat dan salam kami persembahkan kepada Nabi besar,


Muhammad saw, yang telah memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an dan
sunnahnya, sebagai pedoman hidup bagi keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan dalam
mata kuliah Qira’atul Qur’an di program studi Pendidikan Agama Islam di
STAI Nurul Falah Air Molek.

Kami juga ingin menyampaikan penghargaan yang besar kepada


Bapak H. Usman, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing kami dalam mata
kuliah Qira’atul Qur’an, dan kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama kami menulis makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Keritang, 14 Januari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. 5

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imalah

2.2 Pendapat Para Qurra’ Tentang Bacaan Imalah di Al-Qur’an

BAB III

3.1 Kesimpulan 6

3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mempelajari ilmu Tajwid hukumnya fardhu’ain bagi setiap orang


Islam karena dalam membaca Al-Qur’an tajwid mutlak digunakan, didalam
membaca Al-Qur’an salah penyebutan maka akan salah arti dan makna.

Berbicara tentang Al-Qur’an memang bagaikan mengarungi


samudera yang tak bertepi, semakin jauh ia diarungi semakin luas pula
jangkauannya. Dari aspek manapun Al-Qur’an dikaji dan diteliti, ia tidak
akan pernah habis, bahkan semakin kaya dan selalu aktual. Ia bagaikan intan
yang memiliki berbagai sudut, dan setiap sudut selalu memancarkan
cahayanya yang terang.

Aspek bacaan Al-Qur’an atau qira’ah dalam pengertian yang lebih


luas, bukan hanya sekedar melafazhkan huruf Arab dengan lancar namun
juga merupakan salah satu aspek kajian yang paling jarang diperbincangkan,
baik dikalangan santri atau kaum terpelajar, padahal membaca al-Qur’an
tergolong ibadah mahdhah yang paling utama.

Hal ini barangkali bisa dimengerti, mengingat kurangnya kitab atau


buku yang secara panjang lebar mengupas ilmu qira’ah dan minimnya guru
Al-Qur’an yang memiliki kemampuan memadai tentang itu dan juga terlalu
padatnya disiplin ilmu yang dipelajari.

Dari fenomena di atas perlulah kiranya ditumbuhkan kembali


semangat untuk mengkaji aspek bacaan Al-Qur’an yang masih “asing” bagi
kebanyakan orang agar kembali diminati sebagaimana begitu semangatnya
anak-anak kecil di tempat-tempat pendidikan Al-Qur’an untuk bisa
“membaca” dengan lancar. Sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan
tentang bacaan al-Qur’an, seringkali dianggap ilmu qira’ah (yang
dipersempit dengan ilmu tajwid) itu hanya mempelajari makhraj dan sifat

4
huruf, hukum nun atau mim mati dan tanwin, dan mad saja, sehingga
mereka membaca Al-Qur’an apa adanya sebagaimana yang terdapat dalam
tulisan mushaf atau rasm, padahal ada banyak kalimat yang cara bacanya
tidak sama persis dengan tulisannya, seperti bacaan Imalah, Tashil, Isymam
dan lain sebagainya.

Maka dari itu pada kesempatan inilah, kami akan membahas tentang
Imalah, yang menurut kami sangat penting untuk dipelajari. Karena materi
ini masih banyak yang belum memahaminya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membacanya dan semoaga mendapat keberkahan dari
Allah SWT . Aminnn….

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Imalah?


2. Apa saja perbedaan pendapat para qurra’ tentang bacaan Imalah
dalam Al-Qur’an?

1.3 Manfaat dan Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Imalah


2. Untuk mengetahui apa saja perbedaan pendapat para qurra’ tentang
bacaan Imalah dalam Al-Qur’an
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Qira’atul Qur’an

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imalah

Imalah ialah membaca suatu huruf dengan bunyi antara fathah


dengan kasrah (berbunyi “E”). Adapun Imalah menurit arti Lugat adalah
cenderung sebelah atau condong, dan menurut istilah ialah bunyi antara
harakat fathah dan kasrah, serta antara alif dan ya. Imalah dalam pengertian
tersebut dikenal dengan imalah al kubra biasa juga disebut al Imalah al
Mahdah atau al idha’.

Di antara Imam Tujuh yang mempunyai bacaan imalah dapat dibagi


menjadi lima bagian :

a) Tidak mempunyai bacaan Imalah dalam Al-Qur’an, yaitu Ibnu


Kasir.
b) Hanya sedikit mempunyai bacaan Imalah dalam Al-Qur’an, yaitu
Qalin, Ibnu ‘Amir dan ‘Ashim.
c) Paling banyak memakai bacaan Taqlil, yaitu Warsy. Bahkan dia tidak
mempunyai bacaan Imalah kecuali pada Ha’-nya lafaz Thaha.
d) Seimbang antara memakai bacaan taqlil dan imalah, yaitu Abu Amr.
e) Paling banyak memakai bacaan Imalah, yaitu Hamzah dan al-Kisa’i.

2.2 Pendapat Para Qurra’ Tentang Bacaan Imalah Dalam Al-Qur’an

Berikut ini penjelasan tentang mazhab mereka:

1. Hamzah dan al-Kasaiy membaca dengan imalah pada kata yang


diakhiri dengan alif yang berasal dari ya’, sama ada pada kata isim
maupun pada kata fi’il.
Cara mengetahui alif itu berasal dari ya’ adalah sebagai berikut:

Jika kata isim dirubah kepada mutsanna, lalu muncul ya’ berarti ia
berasal dari ya’. Contoh: ‫ﺎن‬
‫ﯾ‬
َ‫ﻮ‬‫ﻮى =ھ‬
ََ ‫ھ‬, dan jika ditambahkan ta’
ََ

6
kepada kata fi’il, lalu muncul ya’ berarti ia berasal dari ya’.

Contoh:َ
َ

‫ﯾﺖ‬
‫ﺮ‬
َ‫ﺗ‬‫ﺷ‬
ْ‫ﺮى =ا‬
َ‫ﺗ‬
‫ﺷ‬ْ‫ا‬, ‫ﯾﺖ‬
‫ﺪ‬
َ‫ھ‬
َْ= ‫َى‬
‫ھﺪ‬
َ

2. Hamzah dan al-Kasaiy membaca dengan imalah pada kata yang


diakhiri dengan alif ta’nits maqshurah timbanganَ
, yang fa’ fi’ilnya
berbaris atas, bawah atau depan, atau timbanganَ
‫ﻟﻰ‬‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
َ‫ﻓ‬yang fa’
fi’ilnya berbaris depan atau atas. Contoh:ّ
َ
‫ﺗﻰ‬
‫ﺷ‬
َ , ‫ﻮى‬ْ‫ﱠ‬
َ‫ﺠ‬‫ﻨ‬‫ﻟ‬
‫ا‬, ‫ﻮى‬ْ‫ﱠ‬
َ‫ﻘ‬‫ﺘ‬
‫ﻟ‬‫ا‬, ‫ﺮى‬
َ‫ﺒ‬
‫ﺠ‬ ْ
ُ‫ﻟ‬
‫ﻟ‬‫ا‬, ‫ﺮى‬
َ‫ﺸ‬
ُْ
‫ﺒ‬ْ, ‫ﺮى‬
‫ﻟ‬ ُْ
َ‫ﺧ‬‫اﻷ‬, ‫َى‬
‫أ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﺴ‬
‫ﻟﱡ‬‫ا‬, ‫َﻰ‬
ْ
‫ﺜ‬
‫ﻧ‬ُ
‫اﻷ‬, ‫ﺎ‬
‫ﯿ‬
َْ
‫ﻧ‬
‫ﺪ‬‫ﻟﱡ‬
‫ا‬
‫ﺮى‬
َ‫ﻌ‬
ْ‫ﺸ‬
‫ﻟﱢ‬‫ا‬, ‫ھﻢ‬
ُ‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ﯿ‬‫ﺳ‬
ِ, ‫َى‬
‫ﺣﺪ‬
ْ‫ا‬, ‫ﺮى‬ْ‫ﺳ‬
َ‫ﻜ‬ َ‫َﺳ‬
َ , ‫ﺮى‬ ‫أ‬
‫ﺮى‬
َ‫ﻛ‬‫ﻟﱢ‬
ْ‫ﺬ‬‫ا‬,‫ﺮى‬َ‫ﺳ‬
َ‫ﮐ‬ُ ،‫ﻰ‬
َ‫ﻟ‬‫ﺴ‬ُ‫َى‬
َ‫ﻛ‬ َُ
‫اد‬
‫ﺮ‬‫ﻓ‬،‫رى‬َ‫ﱠ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﺼ‬ ‫ﻨ‬
‫ﻟ‬‫ا‬
3. Hamzah dan al-Kasaiy membaca dengan imalah pada kata isim yang
digunakan untuk istifham. Contoh:
(٤٠ :‫ان‬
‫آلﻋﻤﺮ‬)‫ﺮ‬‫ﺒ‬
‫ﻜ‬ْ ََ َ ٰ
ُ‫ﻲ‬ ‫ّﻰﯾ‬
َُ ٰ
َ
ِ‫ﻟ‬
َُ ‫ﻲا‬ ‫ﻨ‬
‫ﻐ‬
َِ‫ﻠ‬‫ﺪﺑ‬
َْ‫وﻗ‬
‫ﻢﱠ‬ٌ‫ﻠ‬
‫ﻏ‬ ‫نﻟ‬
ِْ ُ‫ﻮ‬
ْ‫ﻜ‬ ‫ﻧ‬
‫ا‬
( ٣٠ : ‫ﺑﺔ‬
‫ﺘﻮ‬‫ﻟ‬َ
‫ﺎ‬
‫ﻧ‬)‫ﻮ‬َُُْ ٰ
‫ّﻰﯾ‬
َ ّٰ‫َﮭﻢ‬َ
ْ‫ﻜ‬‫ﺆﻓ‬ ‫ﻧ‬‫ۚا‬‫ﷲ‬
ُ ُُ‫ﻠ‬
‫ﺗ‬
4. Hamzah dan al-Kasaiy membaca dengan imalah pada kata yang
alifnya tidak berasal dari ya’ tetapi ia merupakan alif tambahan atau
berasal dari waw (Ini terdapat dalam rasam utsmany). Contoh
‫ﻰ‬
َ‫ﺗ‬َ
‫ﻠ‬
‫ﯾ‬
ْ‫و‬
َ‫ﺎ‬
‫َﯾ‬
َ َ
،‫ﺎ‬
‫ﺗ‬‫ﺮ‬
َ‫ﺴ‬
ْ‫ﺣ‬
َ‫ﺎ‬
‫ﯾ‬
َ
Hamzah dan al-Kasaiy mengecualikan 5 kata dalam Al-Qur’an (isim
1 kata, fi’il 1 kata dan huruf 3 kata) yaitu:
(٢٥:‫ﯾﻮﺳﻒ‬
) ؕ
‫ب‬
ِ‫ﺎ‬‫ﺒ‬
‫ﻟ‬
َۡ
‫اا‬ََ
‫ﺪ‬‫ﺎﻟ‬
‫ھ‬
َ‫ﺪ‬‫ﯿ‬
‫ﺳ‬
َ‫ﺎ‬
َ‫ﱢ‬ َ
‫ﯿ‬ۡ
‫ﻟﻔ‬
َ َ
‫ا‬
‫و‬
‫ﱠ‬aA
5. Hamzah dan al-Kasaiy membaca dengan imalah pada kata yang
diakhiri dengan alif yang berasal dari waw pada fi’il dan isim yang
lebih dari tiga huruf. Contoh:
ۗ‫ﱠ‬ ٰ‫ﺠﮫ‬
ّ َْ
(٢٤‫ﺒﻮت‬
‫ﻨﻜ‬‫ﻟﻌ‬
‫ا‬)‫ر‬
ِ‫ﺎ‬
‫ﻨ‬‫ﻟ‬
‫ﻦا‬َ‫ﻣ‬‫ﷲ‬
ُِ ُ ٰ‫ﻧ‬
َ
‫ﺎ‬‫ﻓ‬
َْ
6. Hamzah dan al-Kasaiy membaca dengan imalah pada kata ‫َﻰ‬
‫ﯿ‬
‫ﺤ‬ ‫ﯾ‬,
yang didahului huruf waw pada Surat al-Anfal :

(٤٢‫ﺎل‬
‫ﻧﻔ‬‫اﻷ‬
)‫ﺔ‬ٍَ
‫ﻨ‬
‫ﯿ‬
‫ﱢ‬َ ۢ
‫َﻦﺑ‬
‫ﻰﻋ‬‫ﺣﱠ‬
َ‫ﻦ‬ْ‫ﻣ‬
َ‫ﻰ‬ ‫ﯿ‬
‫ﺤ‬
َٰ ‫ﯾ‬
‫و‬
َْ
َ

7
ْ‫ا‬yang
Selain dari ayat-ayat yang disebutkan di atas, terdapat kata ‫َﻰ‬
‫ﯿ‬
‫ﺣ‬
tidak didahului oleh waw. Al-Kasaiy berbeda pendapat dengan
Hamzah dalam membacanya, di mana Hamzah membacanya dengan
fathah, sementara al-Kasaiy membacanya dengan imalah. Al-Kasaiy
membaca ayat-ayat berikut dengan imalah :
(١٦٤ : ‫ﺒﻘﺮة‬
‫ﻟ‬‫ا‬
)‫ﺎ‬‫ﮭ‬‫ﺗ‬
‫ﻮ‬
َِۡ
‫ﻣ‬َ‫ﺪ‬ۡ
َ‫ﻌ‬
‫ضﺑ‬
َ ۡ
َ‫ر‬‫ۡﻻ‬
َ‫ﮫا‬‫ﺎﺑ‬
ِِ‫ﯿ‬
َۡ
‫ﺣ‬َ
َ
‫ﺎ‬
‫ﻓ‬

7. Al-Kasaiy membaca ayat-ayat berikut dengan imalah:


(١٠٢ : ‫ان‬
‫آلﻋﻤﺮ‬
)‫ﮫ‬‫ﺘ‬
ِ
ٰٖ
‫ﻘ‬ُ
‫ﻖﺗ‬
‫ﺣﱠ‬
َ
(٦٣ : ‫ﻟﻜﮭﻒ‬
‫ا‬)ُ
‫ﯿﮫ‬
‫ﺴﻨ‬
ْ
ِ ْ
ٰ‫ﻧ‬
َ
‫ﺂا‬‫ﻣ‬
َ‫و‬
َ

8. Hamzah dan al-Kasaiy membaca dengan imalah pada firman Allah


SWT:
( ١٦١ : ‫ﺎم‬
‫ﻧﻌ‬‫ﻲ)اﻷ‬
ِْٰ
‫ﺪﻨ‬‫ھ‬
َ‫ﻲ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻨ‬
‫ﻧ‬
ِْ‫لا‬
ِ ُ
ْ‫ق‬

9. Ad-Dury dari al-Kasaiy membaca ayat-ayat berikut dengan imalah,


sementara Abu al-Harits perawi al-Kasaiy membacanya dengan
fathah:
(٥ : ‫ﻚﯾﻮﺳﻒ‬‫ﺗ‬
َِ‫ﻮ‬
َ‫ﺧ‬‫ٓﻰ)ا‬
ِْ ٰ
‫ﻠ‬
‫ﻋ‬
َ‫ك‬َ‫ﺎ‬
‫ﯾ‬
َ‫ء‬
ْ‫ر‬
ُ‫ﺺ‬ْ‫ﺼ‬
ُ‫ﻘ‬َْ ‫َﱠ‬
‫ﻲَﻻﺗ‬‫ﻨ‬‫ﺒ‬
‫ﯾ‬
ُٰ‫ل‬َ
َ‫ﺎ‬
‫ﻗ‬

10. Hamzah dan al-Kasaiy sepakat membaca dengan imalah pada akhir
ayat dari 11 surat Al-Qur’an yaitu Surat Thaha, An-Najm, An-
Nazia’t, ‘Abasa, Al-A’la, As-Syams, Ad-Dhuha, Al-Lail, Al-Alaq, al
-Qiyamah, dan al-Ma’arij. Dikecualikan daripadanya beberapa
tempat yang telah dijelaskan di atas, di mana al-Kasaiy membacanya
imalah, sementara Hamzah membacanya dengan fathah. Adapun alif
yang ditukar dari tanwin karena waqaf sama seperti alif tatsniyah
tidak diimalahkan seperti:
َ
‫ﺎ‬
‫ﺎﻓ‬
‫ﺨ‬ ‫َن‬
ََ
‫ﯾ‬ ‫أ‬
‫ِﻻ‬
‫إ‬,‫ﺎ‬
‫ﻤ‬
َ‫ھ‬َ
ُ‫ﺎ‬
‫ﺘ‬َ
‫ﻧ‬
‫ﺎ‬ََ
‫ﺨ‬‫ﻓ‬,‫ﺎ‬
‫ﻤ‬ْ
ً‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ً‫ﻨ‬
ِ,‫ﺒﺢ‬
‫ﮐ‬ ‫ﺿ‬
َ ,‫ﺑﺢ‬
‫ﺴ‬
ً‫ﻤ‬ْ‫ھ‬
َ

Sementara tanwin pada isim maqshur ketika waqaf dibaca dua wajah

8
‫ُﺪ‬
seperti: ‫ًى‬‫ھ‬,‫ًى‬
‫ﺳﺪ‬
ُ
11. Hamzah, al-Kasaiy, dan Abu Amr membaca dengan imalah pada alif
yang ditukar dari ya’ atau alif ta’nits yang didahului huruf ra’
seperti:
‫ﺮى‬ْ
َُ
‫ﻘ‬
‫ﻟ‬‫ا‬,‫ﺮى‬ْ‫ذ‬
َ‫ﻛ‬ِ,‫ﺮى‬ُْ
َ‫ﺸ‬‫ﺑ‬

12. Pendapat para Qurra’ tentang kata wana’a pada Surat Fushshilat dan
Surat al- Isra’:
a. Qalun, Ibnu Katsir, ad-Dury dari Abu Amr, Hisyam, Hafash
dari ‘Ashim, dan Ibnu Dzakwan membaca nun dan hamzah
berbaris fathah.
b. Warasy membaca hamzah dua wajah; imalah baina bain atau
fathah.
c. Khallad membaca hamzah dengan imalah.
d. As-syusy membaca hamzah pada kedua Surat al-Isra’ dan
Fushshilat dengan dua wajah yaitu imalah atau fathah.
e. Syu’bah membaca hamzah dengan imalah pada Surat al-Isra’
dan fathah pada Surat Fushshilat.
f. Khalaf dan al-Kasaiy membaca nun, dan hamzah dengan
imalah pada kedua Surat al-Isra’ dan Fushshilat.

13. Pendapat para qurra’ secara umum tentang alif yang berasal dari

ya’ adalah sebagai berikut:

a. Qalun, Ibnu Katsir, as-Susy, Ibnu Amir dan ‘Ashim


membacanya dengan fathah,
b. Hamzah dan Al-Kasaiy membacanya imalah madhah,
c. Warasy membacanya dua wajah yaitu imalah baina bain atau
fathah.

9
14. Para qurra’ berbeda pendapat tentang berwaqaf pada isim maqshurah
yang bertanwin.
a. Mazhab Pertama: Mereka membacanya fathah pada ketika
rafa’, nashab atau jar.
b. Mazhab Kedua: Mereka membacanya imalah pada ketika
rafa’, nashab atau jar.
c. Mazhab Ketiga: Mereka membacanya imalah ketika rafa’
dan jar dan membacanya fathah ketika nashab. Contoh:
‫ﻟﻰ‬
‫ﻮ‬
ْ‫ﻣ‬ ً
َ,‫ا‬
‫ﺰ‬ُ,‫ا‬
ّ‫ﻏ‬ ‫ﺗﺮ‬َ
‫ﺗ‬
,

10
BAB III

A. Kesimpulan
Menurut bahasa, Imalah berarti miring, Sedangkan menurut
istilah imalah adalah :
‫ﺎء‬
‫ﯿ‬‫ﻟ‬
‫ﺎﻻﻟﻒﻧﺤﻮا‬
‫ﺑ‬‫ﻟﻜﺴﺮةز‬
‫ﺘﺤﺔﻧﺤﻮا‬
‫ﻔ‬‫ﻟ‬
‫ﺘﺤﺔﻧﺤﻮا‬
‫ﻔ‬‫ﺎﻟ‬
‫ﺑ‬‫ا‬
‫ﻨﺤﻮ‬
‫انﯾ‬
“Menyondongkan suara fathah ke arah kasroh atau suara alif ke Ya”.
Maksudnya ialah Mengucapkan suara fathah condong ke arah
kasrah, sehingga keluar bunyi mendekati bunyi “ e ”.
Menurut qiraat Imam hafs , Imalah hanya terdapat pada Qs . Hud ayat
: 41Pada kata “ ‫ﺎ‬
‫ ”ﻣﺠﺮﯾﮭ‬di baca “ Majreha ”.
Namun, menurut Imam Kasa’i dan Imam Hamzah , imalah itu
jumlahnya banyak sekali didalam Al – qur’an, bahkan hingga
meliputi setiap lafadz isim – atau Fi’il yang berakhiran alif
Maqshuroh ( ‫)ى‬. contohnya :
‫ﻓﺤﺪ ى‬- ‫ﻓﺴﻮ ى‬- ‫اﺣﻮ ى‬- ‫ ﺳﻌﻰ‬- ‫ﻟﻀﺤﻰ‬
‫وا‬
Sedangkan menurut pembacaan warasy isymam di baca pada
tiap-tiap kalimat atau suku kata yang memakai huruf alif-
Maqshuroh seperti; ‫ﻟﻀﺤﻰ‬
‫ا‬‫و‬dan lain-lain .Kecuali, untuk nama-nama
orang seperti musa ( ‫ )ﻣﻮﺳﻰ‬, ‘Isa ( ‫ﯿﺴﻰ‬
‫ )ﻋ‬dan Yahya ( ‫ﯿﻰ‬
‫ )ﯾﺤ‬tidaklah
boleh di baca dengan Imalah menjadi Muse, ’Ise , dan Yahye .

B. Saran
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa sangat
banyak terdapat kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Jadi
kami sangat mengharap kepada pembaca supaya memberikan kami
kritikan yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah yang
akan datang.

11
Daftar Pustaka

Roihan, Muhammad (2019). QIRA’AT SAB’AH Khazanah Bacaan


Al-qur’an Teori dan Praktik. Medan : Perdana Publishing

Inaku Miskat, S., dan Hula2Ibnu Rawandhi, N. (2022). Bacaan Unik


Dalam Al-Qur’an Perspektif I’jaz Lughawi. Jurnal Pendidikan
Bahasa Arab, vol. 1 (2) 2963-0657.

12

Anda mungkin juga menyukai