Anda di halaman 1dari 11

1.

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Jenis Terapi Psikologis

CBT adalah terapi berdasarkan fakta-fakta yang akan mendorong Anda untuk berpikir (cognitive) dan
bertindak (behavior) utnuk mengubah apa yang Anda rasakan. Konsep CBT adalah pikiran Anda,
perasaan Anda, dan apa yang Anda lakukan seluruhnya berkaitan. Terapi ini membantu Anda untuk
memiliki kesadaran lebih akan pikiran, tindakan, dan perasaan Anda untuk melihat dan merespon situasi
sulit lebih efektif. Terapi ini direkomendasikan untuk mengatasi masalah depresi, anxiety, eating disorder,
low self-esteem, OCD, PTSD, serta anger problems.

5. Play Therapy

Jenis Terapi Psikologis

Beberapa anak-anak mungkin mengalami kseulitan untuk menyuarakan perasaan dan pikiran mereka.
Oleh karena itu, Play Therapy digunakan sebagai wadah untuk Anak-anak bermain dengan rasa aman
baik secara fisik maupun emosional. Melalui Play Therapy, anak-anak dapat mengekspresikan
pengalaman dan perasaan mereka dengan permainan, mengatasi masalah emosi, meningkatkan
kesadaran diri, mengembangkan kemampuan sosial, dan masih banyak lagi. Terapi ini dapat meliputi
kegiatan melukis, menari, bercerita, drama, serta bermain musik.

Gangguan berpikir merupakan ketidakmampuan seseorang untuk dapat berpikir secara baik. Apa saja
Gangguan Berpikir pada manusia ?

Beberapa gangguan berpikir yang dapat menimbulkan ketidakmampuan dalam berpikir antara lain:

Oligoprenia atau tuna kecerdasan, penderita oligoprenia seolah-olah dilahirkan dengan bekal-bekal
terbatas, dan perkembangan inteleknya pun terbatas pula.

Idiola, ketunaan terberat, terdapat tanda-tanda tidak ada kemampuan memenuhi hidup sendiri, sukar
mengembangkan diri.
Imbesila. Dungu, lebih ringan daripada idiot. Orang imbesila dapat mandi sendiri makan sendiri, hanya
tingkat perkembangannya terbatas.

Debilita. Tolol, moron, lemah kemampuan. Kemampuannya mendekati orang normal, namun tingkat
kemajuan yang dapat dicapai masih sangant terbatas.

Demensi. Mula-mula penderita mengalami perkembangan normal, tetapi sesuatu sebab


perkembangannya terhenti dan mengalami kemunduran yang mencolok.

Delusia. Keadaan yang menunjukan gagasan illusif, delusia sangat erat hubungannya dengan gejala illusi
penderita mempunyai keyakinan yang kuat tentang sesuatu tetapi keyakinan yang kuat sama sekali tidak
menurut kenyataan.

Obsesi, pengepungan. Penderita seolah-olah dikepung atau dicengkram oleh pikiran-pikiran tertentu
yang tidak masuk akal (tidak logis).
APA ITU BERPIKIR

A. Berpikir

Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk lain. Maka dengan
dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berpikir
merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Ciri utama dari
berpikir adalah adanya abstraksi. Dalam arti yang luas, berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-
abstraksi, sedangkan dalam arti sempit berpikir adalah mencari hubungan atau pertalian antara
abstraksi-abstraksi ( Puswanti, 1992 : 44). Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
: berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Dalam proses berpikir alamiah, pola penalaran didasarkan pada
kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Di sisi lain, dalam proses berpikir ilmiah, pola
penalaran didasarkan pada sasaran tertentu secara teratur dan sistematis.

ADVERTISING

inRead invented by Teads

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian
gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu
berupa pengetahuan (Suriasumantri 1997: 1). Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana
tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu
biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan
dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah
dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : bahasa ilmiah, logika dan matematika, logika dan
statistika ( Tim Dosen Filsafat Ilmu. 1996: 68). Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan matematika
mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali
kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk
mencari konsep-konsep yang berlaku umum.

B. Proses Perpikir

Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu
tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan
kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki. Menurut J.S Suriasumantri (1997: 1) manusia
tergolong ke dalam homo sapiens, yaitu makhluk yang berpikir. Hampir tidak ada masalah yang
menyangkut dengan aspek kehidupannya yang terlepas dari jangkuan pikiran.

Sarana berpikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan
materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah
pada dasarnya ilmu menggunakan penalaran induktif dan deduktif. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif.

Kemampuan berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik
pula, maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar peranan masing-
masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah menyadarkan
diri kepada proses metode ilmiah baik logika berpikir deduktif maupun logika berpikir induktif. Ilmu
dilihat dari segi pola pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.
B. Macam-macam berfikir

1. Berpikir Deduktif

Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasl dari kata latin deducere (de berarti dari, dan kata
ducere berarti mengantar, memimpin). Dengan demikian, kata deduksi yang di turunkan dari kata itu
berarti mengantar dari suatu hal ke hal lain. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang
berbentuk suatu kesimpulan[5].

Dilihat dari prosesnya, berpikir deduktif berlangsung dari yang umum menuju yang khusus. Dalam cara
berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori, prinsip, atau kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah
bersifat umum. Dari situ, ia menerapkannya pada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil
kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.

Jadi, berfikir deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan: yang petama merupakan
pernyataan umum. Dalam logika, ini disebut silogisme.

Contoh klasik yang bisa digunakan sebagi penjelasan adalah:

Semua manusia akan mati (kesimpulan umum)

Socrates adalah manusia (kesimpulan khusus)

Jadi, socrates akan mati (kesimpulan deduksi) [6].

2. Berpikir indukif
BerfikirInduktif artinya bersifat induksi. Induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan. Berfikir induktif adalah menarik
suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi.
Proses berfikirnya adalah sintetis. Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini
mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan.

Pada hakikatnya, semua pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan (observasi)
terhadap data. Rangkaian pengamatan data tersebut kemudian memberikan pengertian terhadap
kejadian berdasarkan reasoning yang bersifat sintetis.

Contoh berfikir induktif:

Seoranag guru mengadakan eksperimen-eksperimen menanam biji-bijian bersama murid-muridnya;


jagung ditanam, tumbuh keatas; kacang tanah ditanam tumbuhnya keatas pula; kacang merah ditanam
dengan mata lembaganya disebelah bawah, tumbuhnya keatas pula; biji-biji yang lain demikian pula.
Kesimpulannya: semua batang tanaman, tumbuhnya keatas mencari sinar matahari.

3. Berpikir evaluatif

Berfikir evaluatif ialah berfikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam
berfikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilai menurut kriteria
tertentu[7].

C. Faktor – faktor penghambat dalam berpikir

a. Bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut

b. Situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang yang dihadapi.

c. Pengalaman-pangalaman orang tersebut

d. Bagaimana inteligasi orang itu[8].

e. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.

f. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain[9].

D. Faktor pendukung dalam berfikir

Faktor pendukung dalam proses berpikir antara lain:


1. keadaan emosi (kejiwaan) individu yang stabil

2. pendidikan yang diperoleh oleh individu terpenuhi dan sesuai dengan perkembangan individu

3. keadaan lingkungan di sekitar individu yang mendukung dalam proses berpikir

4. perkembangan intelektual individu.

5. Sikap keterbukaan individu terhadap suatu pengetahuan yang baru

E. Fungsi berfikir

Ahli logika mengemukakan adanya tiga fungsi dari berfikir, yakni memebentuk pengertian, membentuk
pendapat,dan membentuk kesimpulan.

1. Pembentukan pengertian

Kita mengenal adanya dua macam pengertian, yaitu:

a. Pengertian empiris (pengertian pengalaman). Pengertian ini diperoleh dari pengalaman-


pengalaman misalnya susu, oleh pengalaman kita dengan susu sehari-hari kita tahu apakah susu itu.
Dapatlah dimengerti bahwa pengertian-pengertian pengalaman ini akan berubah dan bertambah sesuai
dengan banyaknya pengalaman kita dan akan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.

b. Pengertian rasional (pengertian ilmiah). Seorang yang memiliki pengertian ilmiahtentang susu, akan
mengetahui apakah hakekat susu itu, bagaimanakah susu itu, elemen-elemenya.

c. Pengertian ini ada isinya dan luasnya, yang dimaksud dengan isi pengertian adalah ciri khas dari
suatu pengertian. Misalnya: ciri-ciri dari kursi adalah tempat duduknya dan ada sandarannya. Sedang
betuknya bulat, dibuat dari kayu dan sebagainya, merupakan ciri-ciri tidak khas dari pengertian itu.

2. Pembentukan pendapat

Kita membentuk suatu pendapat bila kita mengatakan tentang sesuatu yang lain, misalnya kita
menyatakan siti pandai, pendapat ini disebut pendapat positif. Ada juga pendapat yang negatif, siti tidak
pandai. Terdapat juga pendapat modalitet, barangkali ia pandai. Setiap pendapat kita tuangkan dalam
bentuk kalimat yang terdiri dari pokok kalimat dan sebutan. Bila pokok kalimat berisi hanya satu individu
disebut pendapat individual. Dan bila pokok kalimat berisi beberapa individu disebut pendapat
particular.

3. Pembentukan kesimpulan

Membentuk kesimpulan adalah membentuk suatu pendapat yang berdasar atas pendapat-pendapat
lain. Kesimpulan dapat dibedakan atas:

1. Kesimpulan induktif
- Besi memuai bila dipanaskan

- Tembaga memuai bila dipanaskan

- Air memuai bila dipanaskan

- Kesimpulan: semua benda memuai biladipanaskan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mengambil suatu kesimpulan yang hanya berdasar pada satu
dua pendapat saja, ini disebut generalisasi. Jelaslah bahwa generalisasi ini sering tidak tepat dan
meleset.

2. Kesimpulan deduktif

- Manusia fana( proposisi universal=mayor)

- Aristoteles manusia (proposi individual=minor)

- Kesimpulan aristoteles fana.

3. Kesimpulan analogi

Sifat-sifat proses pemecahan suatu problem ( reasoning).

Sejak semula telah kita nyatakan, bahwa kita berfikir bila kita menghadapi suatu problem yang
memerlukan pemecahan. Problem adalah simasi yang kita hadapi dan kita belum siap dengan respon
pemecahanya. Dalam situasi semacam ini kita dapat mengambil beberapa langkah bila kita dapat
menanggapinya tidak sebagai problem, kita tidak berbuat apa-apa. Kita menanggapinya sebagai suatu
problem dengan trial and error berusaha untuk memecahkan problem tersebut, atau dapat juga kita
terus berusaha memecahkannya dengan jalan berpikir secara teratur. Pemecahan problem adalah suatu
proses berfikir, yang mengandung suatu tujuan tertentu dan juga bersifat selektif dan terkontrol. Bahan-
bahan dari pemecahan ini adalah fakta-fakta yang kita peroleh dari pegalaman-pengalaman masa
silam[10].

F. Tingkat-tingkat berpikir manusia

1. Tingkat konkrit yaitu berpikir melalui bayang-bayang (tanggapan) khusus terjadi karena
pengamatan panaca indra yang bersifat konkrit. Dalam berpikir tingkat ini kesadaran akan adanya
hubungan antara pengamatan yang satu dengan yang lain belum ada, misalnya bayang-bayang
(tanggapan) hanya khusus mengenai satu benda saja yang pernah diamati. Tingkat ini dialami oleh anak-
anak karena anak-anak masih belum bisa menyusun pengertian untuk menguasai bayang-bayang yang
ada di dalam pikirannya, itulah sebabnya anak-anak belum dapat berpikir dengan cepat. Dengan kata lain
anak berpikir memerlukan peragaan benda-benda konkrit.
2. Tingkat skematis (bagan) yaitu tingkat dimana bayang-bayang (tanggapan) tidak lagi kegiatan
konkrit, orang telah memilki gambaran-gambaran (bayang-bayang)bumum. Oleh karena itu, orang talah
dapat membandingkan keadaan atau sifat-sifat dari berbagai benda yang penuh diamati.

3. Tingkat abstrak yaitu dimana orang telah menggunakan pengertian yang terbagi atas golongan-
golongan. Dalam proses berpikirnya orang tidak lagi membayangkan benda-benda. Alam pikirannya telah
penuh dengan pengertian umum sebagai bahasa. Sedangkan didalam jiwa untuk menyusun pengertian
menurut arah yang ditentukan oleh problema (soal) yang harus diselesaikan. Aturan pengertia-
pengertian tersebut terdapat hubungan-hubungan yang telah ia kuasai, seperti adanya hubungan sebab-
akibat, persamaan, perbedaan dan sebagainya[11].

G. Pola berpikir manusia

1. Auditorial, kinestetik, visual (AKV)

“leaders of the pack (pemimpin masyarakat)”, pelajar tipe ini berenergi besar, mengambil posisi
pemimpin. Mereka mengungkapkan perasaanya dengan baik. Mereka suka berdebat, bercanda atau
bermain kata-kat. Mereka dapat mengingat hal yang dikatakan kata per kata. Mereka berbicara dengan
konstan baik, pada saat bicara dengan diri merka sendiri, besiul, bergumam atau bernyanyi. Mereka
umumnya berhasil dalam olah raga dan kegiatan fisik.

2. Auditorial, visual, kinestetik (AVK)

“Verbal Gymnast (pengolah verbal)”, AVK adalah pembicara yang hebat dan kemampuan verbal
membuat mereka tampak sangat pintar. Seperti AVK, mereka menyukai debat, penceritaan kisah,
permainan kata dan kegiatan verbal lain. Mereka juga mudah mempelajari bahasa lain. Pelajar jenis ini
sangat cocok pada dunia akademis, tetapi sangat sulit menguasai tugas-tugas fisik dan olahraga. Mereka
merasa enggan melakukan kontak fisik dan sulit mengungkapkan emosi mereka.

3. Kinesteti atau sentuban, auditorial, visual (K/SAV)

“Mover and groover (tidak bisa diam)”, tipe K/SAV adalah tipe yang berorientasikegiatan fisik, mereka
tampaknya selalu bergerak (kinestetik) dan suka memanipulasi (memegang) benda-benda. Bahkan ketika
mereka seharusnya duduk tenang, mereka tetap menghentak-hentakkan kaki, mereka merasa gelisah.
Mereka mengamati dunia dengan menyentuh, melakukan sesuatu dan mengalaminya sendiri. Secara
alamiah atletik tepat bagi mereka. Mereka sulit memusatkan pikiran pada materi visual.

4. Kinestetik, visual, auditorial (KVA)

“Wondering wonderers (pemerhati aktif)”, pelajar tipe ini juga sangat mudah melakukan tugas-tugas fisik
dan olahraga, terkoordinasi baik dan kehadirannya sangat terasa. Mereka memilki banyak energi dan
suka bergerak. Mereka menyimpan segala sesuatu untuk diri mereka sendiri dan belajar dengan
mengamati tindakan orang lain secaradiam-diam. Mereka mengalami kesulitan mengungkapkan
perasaan mereka dan bisa terbebani dngan pembicaraan yang terlalu lama. Mereka suka melihat
gambaran itu dan mengenali bagaimana segala sesuatu saling sesuai.

5. Visual, kinestetik, auditorial (VKA)

“Seers dan fedeers (pelihat dan perasa)”, melihat dan mencoba memudahkan belajar bagi tipe VKA.
Mereka dengan mudah mengingat hal yang mereka lihat atau baca dan juga dapat belajar dengan
meniru tindakan orang lain. Akan tetapi, mereka sulit mengikuti petunjuk verbal. Mereks bekerja sangat
baik dalam lingkungan yang sangat tertur, mereka sulit berpikir jernih bila meja mereka berantakan.
Ketika berbicara mereka mungkin agak sulit membuat diri mereka dipahami dan memerlukan waktu
yang lama untuk mengerti intinya.

6. Visual, auditorial, kinestetik (VAK)

“Showand tellers (pamer dan pencerita)”, tipe VAK ini bersifat sosial, aktif bicara dan ramah. Mereka
belajar melalui alat bantu visual seperti grafik, diagram, dan lain-lain, teyapi jugabaik mendengarkan
kuliah dan dapat mengikuti petunjuk yang diucapkan. Mereka adalah pembaca aktif, dan merasa mudah
menghafal apa yang mereka baca dengan mencatat dan berbicara dengan diri sendiri. Mereka
menghindari olahraga dan merasa sulit melakukan tugas-tugas yang bersifat fisik. Mereka tidak nyaman
bila disentuh[12].

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang sudah dijabarkan pada bab pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.

Macam-macam berpikir : berpikir deduktif, induktif, evaluatif.

Faktor-faktor penghambat dalam berpikir: Pengalaman-pangalaman orang tersebut. Bagaimana inteligasi


orang itu. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.

Faktor-faktor pendukung dalam berpikir: keadaan emosi (kejiwaan) individu yang stabil. pendidikan yang
diperoleh oleh individu terpenuhi dan sesuai dengan perkembangan individu. keadaan lingkungan di
sekitar individu yang mendukung dalam proses berpikir. perkembangan intelektual individu. Sikap
keterbukaan individu terhadap suatu pengetahuan yang baru.

Funsi berpikir: membentuk pengertian, membentuk pendapat, membentuk kesimpulan.


B. Saran-saran

Setelah mengetahui definisi berpikir, macam-macam berpikir dan faktor-faktor penghambat dan
pendukung, diharapkan seseorang dapat meningkatkan berpikir mereka dengan berpikir secara kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Sujanto, Agus,1993. Psikologi umum.Jakarta:Bumi Aksara

Sobor, Alex, 2003, psikologi umum dalam lintas sejarah. Bandung: pustaka setia

King A,Laura, Psikologi umum sebuah pandangan apresiatif.: Salemba humanika

Malik,Imam,2011, pengantar psikologi umum, jogjakarta: teras

Sntrock, John W,2007,psikologi pendidikan,jakarta: kencana

Walgito,Bimo, 2005,pengantar psikologi umum,yogyakarta:C.V andi offset,edisi V

Anda mungkin juga menyukai