PEMBAHASAN
A. Berpikir (Thinking)
1. Pengertian Berpikir
Berpikir secara bahasa adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dulu ingatan.1
Berpikir merupakan aktivitas psikis yang intensional, dan terjadi apabila
seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan.2 Dengan demikian,
dalam berpikir itu seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian
lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Pengertian
itu merupakan bahan atau materi yang digunakan dalam proses berpikir. Dalam
pemecahan persoalan individu membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha
menjawab pertanyaan : mengapa, untuk apa, bagaimana, di mana, dan lain
sebagainya.
Berpikir adalah gaya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara
pengetahuan kita. Berpikir itu merupakan proses yang “dialektis” artinya selama kita
berpikir, pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan
pengetahuan kita. Dalam berpikir kita memerlukan alat yaitu akal (ratio).3
2. Fungsi Berpikir
Para ahli logika, mengemukakan adanya 3 fungsi dari berpikir, yakni
membentuk pengertian, membentuk pendapat/opini, dan membentuk kesimpulan.4
a. Membentuk pengertian
Diartikan sebagai suatu perbuatan dalam proses berpikir (dengan
memanfaatkan isi ingatan), bersifat riil, abstrak, dan umum serta mengandung sifat
hakikat sesuatu. Dengan rumusan pengertian tersebut, hendaknya dimengerti
bahwa, ada perbedaan antara “Pengertian dan Tanggapan”, sebagai berikut:
1
Man Tazakka, “Berpikir dan Kreatifitas”, diakses dari
https://www.academia.edu/9480631/Makalah_Psikologi_Pendidikan_-
_Berpikir_dan_Kreatifitas tanggal 1 April 2020 pukul 08.14.
2
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hal.83.
3
Yudhy, “Fantasi dan Berfikir”, diakses dari
http://yudhy91.blogspot.com/2010/07/fantasi-dan-berfikir.html?m=1,pada tanggal 27
Maret 2020 pukul 08.27.
4
Ibid, hal.83.
1) Pengertian merupakan hasil proses berpikir, sedang tanggapan merupakan hasil
pengamatan.
2) Pengertian hanya mengandung sifat hakikat daripada sesuatu, sedangkan
tanggapan memiliki sifat riil dari benda-benda yang diamati.
3) Pengertian bersifat abstrak dan umum, sedang tanggapan bersifat konkrit dan
Individual.
4) Seseorang dapat mempunyai pengertian tentang sesuatu yang bersifat
kebendaan misalnya, "malaikat" titik tanggapan selalu berhubungan dengan
sesuatu benda tertentu.
b. Membentuk pendapat
Membentuk pendapat adalah duduk hubungan antara dua pendapat atau
lebih.5 Dapat pula diartikan dengan sebuah hasil pekerjaan pikir dalam meletakkan
hubungan antara tanggapan yang satu dengan lainnya, antara pengertian satu
dengan pengertian lainnya, dan dinyatakan dalam suatu kalimat.
c. Membentuk kesimpulan
Dapat diartikan sebagai membentuk pendapat “baru” berdasarkan atas
pendapat-pendapat lain yang sudah ada. Dalam menarik kesimpulan, seseorang
dapat menggunakan bermacam-macam cara secara kronologis meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1) Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi, yaitu apabila seseorang berusaha
mencari hubungan dari peristiwa-peristiwa atas dasar adanya persamaan atau
kemiripannya. Maka pikiran tersebut, disebut “berpikir analogis”.
2) Kesimpulan yang ditarik atas dasar induksi sintesis, yaitu metode berpikir,
bertolak dari pengertianyang lebih rendah melompat kepada pengertian yang
lebih tinggi, disebut “induksi sintetis”. Sedang kesimpulan menurut metode
yang demikian ini disebut “kesimpulan induktif”.
3) Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduksi analitis, yaitu metode berpikir
yang bertolak belakang dari pengertian lebih tinggi atau umum, melompat
5
Man Tazakka, “Berpikir dan Kreatifitas”, diakses dari
https://www.academia.edu/9480631/Makalah_Psikologi_Pendidikan_-
_Berpikir_dan_Kreatifitas tanggal 1 April 2020 pukul 08.14.
kepada pengertian lebih rendah, dengan mana, seseorang berangkat dari
anggapan/proposisi umum menuju pada anggapan yang lebih.
Banyak tingkah laku sehari hari seorang individu merupakan fungsi dari
kebiasaan-kebiasaan yang sudah dibentuk dengan baik dan memuaskan. Suatu unsur
baru dapat dihadapi atas dasar situasi rutin yang telah dipelajari sebelumnya atau
pencapaian suatu tujuan spesifik mungkin menuntut reaksi-reaksi tingkah laku untuk
tidak terdapat tindakan-tindakan kebiasaan yang memadai. Dalam situasi seperti ini,
berpikir adalah suatu keharusan yang penting sekali.
3. Tingkatan-tingkatan berpikir
Ditafsirkan secara luas, semua berpikir adalah problem solving (pemecahan
persoalan). Jenis-jenis berpikir yang dilakukan oleh individu akan berbeda sesuai
dengan :6
a. hakekat persoalan yang dihadapi.
b. tujuan yang di inginkan.
c. pendekatan terhadap persoalan.
Tingkatan-tingkatan berpikir secara kasar dapat digolongkan;
a. Melamun atau “day dreaming” : mengingat kembali dan asosiasi dari gagasan-
gagasan.
b. Penghargaan (apresiasi) keindahan : pertimbangan atau penilaian keindahan
dalam satu atau lain bentuk.
c. Penerimaan informasi : kegiatan mental yang cukup untuk mengasimilasi
dengan mengingat kembali bahan-bahan factual dan pengamalan-pengamalan
situasional.
d. Berfikir reflektif dan kreatif : mengingat kembali dan memanipulasi gagasan-
gagasan yang penting untuk memecahkan suatu kesulitan, atau memproyeksikan
pengalaman-pengalaman menuju kepada munculnya gagasan-gagasan baru.
B. Kecerdasan (Intelegensi)
1. Pengertian Kecerdasan
Perkataan intelegensi berasal dari kata Latin intelligere yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind,
together). Pengertian intelegensi memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli.8
Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-
tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu,
kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami,
melakukan Inovasi dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.
7
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hal.185.
8
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hal.89.
Menurut panitia istilah padagogik yang dimaksud dengan intelegensi ialah
daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat
berpikir menurut tujuannya ( Kamus Pedagogik, 1953).buku
Dapat diambil kesimpulan bahwa intelegensi mengandung pengertian sebagai
upaya pengalaman belajar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari serta
kemampuan memecahkan sebuah masalah yang dialami.9 Pada orang yang inteligen
akan lebih cepat dan lebih tepat didalam menghadapi masalah-masalah baru bila
dibandingkan dengan orang yang kurang inteligen. Disamping itu, Thorndike sebagai
seorang tokoh psikologi koneksionisme menyatakan bahwa: “Intelegence is
demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point
of truth or fact”. (Skinner,1959).
3. Klasifikasi Kecerdasan
a. Intellegent Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan
otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti
Psikotes, ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran kita untuk
menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti bentuk ruang kubus
9
Nhera tomi, “makalah kecerdasan”, diakses dari
http://neratomi.blogspot.com/2015/06/makalah-kecerdasan.html, pada tanggal 1 April
2020 pukul 09.09
10
yudhy, “Fantasi dan Berfikir”, diakses dari
http://yudhy91.blogspot.com/2010/07/fantasi-dan-berfikir.html?m=1, pada tanggal 27
Maret 2020 pukul 08.27.
yang diputar-putar akan menjadi seperti apa. Soal ini bertujuan untuk melihat
kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan suatu masalah dari berbagai sisi.
b. Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada
kemampuan manusia dalam mengelola emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini
sangat berpengaruh dalam performace dan kecakapan emosi kita dalam bekerja,
dan juga kemampuan diri kita dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang yang
memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ nya besar, dia akan gagal dalam
hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol diri saat menghadapi suatu
masalah.
c. Spiritual Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini berkaitan dengan keyakinan kita kepada
Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita benar-benar yakin atas segala
ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia (bukan atheis).
d. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang
sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan
budaya organisasi. Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk
mengetahui yang benar dan yang salah, namun juga untuk berbuat serta
melakukan tindakan yang benar.
e. Adversity Quotient
Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ
merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta
sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz.
Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-
citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
4. Macam-macam Tes Kecerdasan
Adapun macam-macam tes kecerdasan ialah,sebagai berikut :11
a. Inteligensi-tes Binet-Simon
Binet dan Simon keduanya bangsa Prancis, menyelidiki inteligensi anak-anak
berumur antara 3-15 tahun, untuk hubungan dengan pengetahuan sekolah. Isinya
11
Sang pemimpi, “Kecerdasan”, diakses dari
http://apleyq.blogspot.com/2015/04/makalah-tentang-kecerdasan.html?m=1 pada
tanggal 27 Maret 2020 pukul 08.27.
antara lain menirukan kalimat-kalimat, menyebut deretan angka-angka, membuatb
kalimat dengan 3 perkataan, dan sebagainya.12
Dengan tes ini kita mendapatkan Perbandingan Kecerdasan, disingkat PK atau
Inteligensi Quotient disingkat IQ. IQ tersebut kita dapatkan dengan cara membagi
umur kecerdasan (MA= Mental Age) ialah jumlah nilai jawaban yang betul dibagi
umur kalender (CA = Chronological Age) ialah umur anak yang diselidiki.
Secara konvensional klasifikasi kecerdasan dewasa ini masih mengikuti
klasifikasi yang dikembangkan oleh Binet dan Simon, diantaranya :
1) Idiot ( IQ 0 – 9 ); Dimana Idiot adalah istilah yang diperuntukan bagi anak
yang pemikiran masih sangat rendah atau paling rendah.
2) Embisil ( IQ 20 – 49 )
3) Moron ( IQ 50 – 69 ); Moron merupakan problem terbesar masyarakat. Pada
masa dewasa, moron dianggap memiliki kecerdasan.
4) Inferior ( IQ 70 – 79 ); merupakan kelompok tersendiri dari individu –individu
terbelakang. Kecakapan pada umumnya hampir sama dengan kelompok
embisil, namun kelompok ini memiliki kecakapan tertentu yang melebihi
kecerdasannya.
5) Kurang ( IQ 80 – 89 ); Pada umumnya kelompok ini agak lambat dalam
mencerna pelajaran disekolah.
6) Normal / rata – rata ( IQ 90 -109); kelompok ini merupakan kelompok yang
terbesar prestasinya diantaran populasi.
7) Pandai ( IQ 110 -119); Kelompok ini pada umumnya mampu menyelesaikan
pendidikan tingkat universitas atau perguruan tinggi.
8) Superior ( IQ 120 -129); Kelompok ini lebih cakap.
9) Sangat Superior ( IQ 130 - 139); Kelompok ini merupakan kelompok superior
yang berbeda pada tingkat tertinggi dalam kelompok tersebut.
10) Gifted ( IQ 140 - 179); kelompok ini merupakan mereka yang tidak genius
tetapi menonjol dan terkenal.
11) Genius ( IQ 180 keatas); kelompok ini bakat dan keistimewaanya telah tampak
sejak kecil.
5. Tingkat-tingkat kecerdasan13
a. Kecerdasan Binatang
Kecerdasan pada binatang sangat terbatas, yakni terikat pada suatu yang
konkret.
b. Kecerdasan Anak-anak
Anak-anak kecil yang berumur kurang lebih 1 tahun (belum dapat berbicara)
tingkat kecerdasannya hampir sama dengan kera. Oleh karena itu, umur anak pada
kira-kira satu tahun sering disebut “umur simpanse”
c. Kecerdasaan Manusia
Sesudah anak dapat berbahasa, tingkat kecerdasan anak lebih tinggi dari pada
kera. Tingkat kecerdasaan manusia (bukan anak-anak) tidak sama dengan kera
dan anak anak. Beberapa hal yang merupakan ciri kecerdasan manusia antara lain:
- Penggunaan bahasa
- Penggunaan perkakas
13
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hal.179.
6. Perbedaan Antara Binatang dan Manusia
- Binatang : dalam mengatasi kesulitan hidup atau mencapai maksudnya
sebagian dipakai alat yang menjadi miliknya, misalnya paruh, kuku, sayap,
dan sebagainya.
- Manusia : menemukan, menggunakan, membuat, dan memelihara perkakas.
Untuk mengatasi berbagai problem hidup banyak dipergunakan berbagai
perkakas dan perkakas itu selalu dikembangkan, disempurnakan menurut
keperluan hidup, antara lain penggunaan api untuk keperluan hidup, lokomotif,
timbangan, alat-alat, alat komunikasi, dan sebagainya.
C. Fantasi (Khayalan)
1. Pengertian Fantasi
Dari Wikipedia online bahasa Indonesia fantasi adalah yang berhubungan
dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada
dalam benak atau pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.15
Yang dimaksud fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-
tanggapan atau bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat
melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau kedepan, ke
14
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hal.181.
15
Nur Chaerah, “Apa Itu Fantasi”, diakses dari
https://nurchaerah.wordpress.com/2013/06/04/apa-itu-fantasi-psikologi/ tanggal 1 April
2020 pukul 09.44.
keadaan yang akan mendatang. (buku hal 80) Fantasi sebagai kemampuan jiwa
manusia dapat tejadi:
a. Secara disadari , yaitu apabila individu-individubetul-betul menyadari akan
fantasinya, misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan
kemampuan fantasinya.
b. Secara tidak disadari, yaitu apabila individu tak secara sadar telah di tuntut
oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak.
Misalnya seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai keadaan
senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud berbohong.
2. Macam-macam Fantasi
a. Fantasi menciptakan, yaitu fantasi yang benar-benar mengasilkan sesuatu yang
baru.
b. Fantasi terpimpin, yaitu fantasi yang timbul karena sesuatu perangsang dari
luar.
c. Fantasi melaksanakan, yaitu fantasi yang berada diantara fantasi menciptakan
dan fantasi terpimpin.
3. Manfaat Fantasi
a. Dengan fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru kita
nikmati
b. Menimbulkan simpati kepada sesama manusia.
c. Dapat mengambil kemanfaatan (inti) sejarah.
d. Dapat merencanakan hidup kita di hari kemudian kelak.
e. Dapat merintangi dan mengurangi kesedihan kita.
4. Bahaya Fantasi
a. Jika fantasi itu terjadi berlebih-lebih pada seseorang akan terjadi keputusan
dalam lamunan.
b. Karena kita dikuasai fantasi akan timbul rasa berdosa.
c. Timbul pengertian dalam pepatah “besar pasak daripada tiang”.
d. Menimbulkan fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa
pimpinan
5. Nilai-nilai fantasi dalam pendidikan16
a. Dengan fantasi dapat digunakan dalam pelajaran sejarah, ilmu bumi, ilmu
alam, dan sebagainya.
b. Dengan memahami fantasi kita tidak akan lekas memberikan hukuman kepada
anak didik.
c. Dapat membantu atau mempengaruhi watak anak didik (fantasi terpimpin).
d. Dengan alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi
anak didik secara luas dan leluasa.
16
yudhy, “Fantasi dan Berfikir”, diakses dari
http://yudhy91.blogspot.com/2010/07/fantasi-dan-berfikir.html?m=1, pada tanggal 27
Maret 2020 pukul 08.27.
demikian ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak akan mempunyai keburukan.
Keburukan ialah fantasi orang yang dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk
kealam fantasi.
Untuk mengetahui samapai sejauh mana kemampuan individu untuk fantasi
pada umumnya dipergunakanlah test fantasi test yang sering dipergunakan adalah:17
1. Test kemustahilan yaitu test yang terbentuk gambar-gambar atau cerita-cerita yang
mustahil terjadi.
2. Test TAT yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee disuruh bercerita
tentang gambar itu.
3. Heilbronner Wirsme Test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama
makin sempurna.
4. Test Roschahch yaitu test yang berwujud gambar-gamabr dan testee di suruh
menginterprestasikan gambar tersebut.
17
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), hal.83.
Daftar Pustaka