Anda di halaman 1dari 35

Makalah

Relasi Konsep, Teori dan Konstruksi Pengetahuan

Disusun oleh :

Yoga Suparlan 20217279101


Dhimas Eza Saputra 20217279055
Imas Fatimah 20217279125
Pretty Aprilia Susatyo 20217279056

Matakuliah : Psikologi Perkembangan Kognitif

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Pascasarjana
Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta
2022

i
Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbil alamin, atas izin dari Allah SWT penyusunan makalah


mengenai "Relasi Konsep, Teori dan Konstruksi Pengetahuan" ini dapat
terselesaikan. Terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Widodo MM, M.Pd., dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan
Kognitif yang selalu memotivasi.
2. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan mensupport.
3. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pascasarjana MIPA Kelas Reguler
2021- 2022 yang saling mendukung.

Tentunya kesempurnaan hanyalah milik yang Maha Kuasa. Masukan dan saran
yang akan membantu memberikan nilai lebih kepada makalah ini akan ditemukan
pada hasil karya makalah-makalah berikutnya yang akan disusun oleh banyak
pembelajar setelah kami. Tetap semangat menimba ilmu.

Jakarta, 24 Juni 2022

Tim Penyusu Makalah

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan 3
B. Teori Pengetahuan 8
C. Konstruksi Pengetahuan 17

BAB III PENUTUP

A. Metode Penelitian 27
B. Pembahasan dan Kesimpulan 28

DAFTAR PUSTAKA 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia berhubungan satu sama lain, dan
tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda. Sebagian ilmu
merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai dan validitas
ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi ini, ilmu tertentu
ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar.
Latar belakang hadirnya pembahasan teori pengetahuan ini adalah karena
para pemikir melihat bahwa panca indra lahir manusia yang merupakan satu-
satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau
senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap
objek luar, dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi
indra lahir itu dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang
rasional. Namun pada sisi Isin, para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam
banyak persoalan mengenai akal dan rasionalitas, dan keberadaan
argumentasi akal yang saling kontradiksi dalam masalah-masalah pemikiran
kemudian berefek pada kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari validitas
akal dan menolak secara mutlak segala bentuk eksistensi eksternal.
Dengan alasan itu, persoalan epistemologi sangat dipandang serius
sedemikian sehingga filsuf Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun kaidah-
kaidah logika sebagai aturan dalam berpikir dan berargumentasi secara benar
yang sampai sekarang ini masih digunakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan relasi, konsep, teori, konstruksi, dan
pengetahuan?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep pengetahuan?
3. Apa yang dimaksud teori pengeatahuan?
4. Apa saja teori-teori pengetahuan

1
5. Bagaimana teori pengetahuan dalam Islam?
6. Apa yang dimaksud konstruksi pengetahuan?
7. Bagaimana mengonstruksi pengetahuan?
8. Bagaimana relasi konsep, teori, dan konstruksi pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian relasi, konsep, teori, konstruksi, dan pengetahuan.
2. Mangetahui pengertian konsep pengetahuan.
3. Mengetahui pengertian teori pengetahuan.
4. Mengetahui apa saja teori-teori pengetahuan
5. Mengetahui bagaimana teori pengetahuan dalam Islam.
6. Mengetahui konstruksi pengetahuan.
7. Mengetahui bagaimana cara mengonstruksi pengetahuan.
8. Mengetahui relasi antara konsep, teori, dan konstruksi pengetahuan.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Konsep

Konsep merupakan cara pengelompokan dan mengkategorikan


berbagai objek atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu. Konsep
merupakan inti dari pemikiran kita: beberapa ahli memandangnya
sebagai “unit pikiran yang paling kecil” (Ferrari & Elik, 2003, him. 25).
Konsep adalah elemen kognisi yang membantu menyederhanakan dan
meringkas informasi (Hahn & Ramscar, 2001: Medin, 2000).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI,


apa itu konsep dijelaskan dengan beberapa pengertian. Pengertian yang
pertama, konsep adalah rancangan. Pengertian yang kedua, konsep
adalah ide yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Kemudian,
pengertian yang ketiga, konsep adalah gambaran mental dari objek,
proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal
budi untuk memahami hal-hal lain.

Sementara secara umum, apa itu konsep adalah suatu abstraksi dari
ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan
memungkinkan manusia untuk berpikir. Konsep juga dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak
dari sebuah situasi, suatu akal pikiran, dan suatu ide atau gambaran
mental.

2. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui, yang
diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,
mendengar, merasakan, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dalam

3
bersikap dan bertindak. Pengetahuan adalah informasi yang telah
diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman,
pembelajaran, dan pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa
diaplikasikan kedalam masalah atau proses tertentu (Bragar &
Johnson.1993).
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmojo.2011)
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui
proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).Pengetahuan atau
knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang dimilikinya. Panca indra
manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan
untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian
besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan
(Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat
erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan
semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah
tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat
diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. 15 Kedua
aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek

4
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin
positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan
seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan
yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan,
yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja
yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa yang
dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek
tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,
meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi
juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,
prinsip, rencana program dalam situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen-

5
komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah
jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan
objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
sudah ada sebelumnya.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
4. Proses Perilaku Tahu
Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (dalam Donsu, 2017)
mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa
proses, diantaranya:
a. Awareness ataupun kesadaran yaitu individu sudah menyadari ada
stimulus atau rangsangan yang datang padanya.
b. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada
stimulus tersebut.
c. Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan
mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Inilah yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.
d. Trial atau percobaan yaitu dimana individu mulai mencoba perilaku
baru .

6
e. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku
baru sesuai dengan penegtahuan,, sikap dan kesadarannya terhadap
stimulus.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju impian
atau cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan agar tercapai keselamatan dan
kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
berupa halhal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip
oleh Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam pembangunan
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin mudah menerima informasi.
b. Pekerjaan
Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan
adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak
diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan
memiliki banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan
kagiatan yang menyita waktu.
c. Umur

7
Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun . sedangkan menurut Huclok (1998)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matangdalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
individu atau kelompok.
b. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan
pengaruh dari sikap dalam menerima informasi
6. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %
b. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %
c. Pengetahuan Kurang : < 56 %

B. Teori Pengetahuan
1. Pengertian Teori
Pengertian Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi,
dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan
antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah. Pendapat lain mengemukakan
bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis

8
yang merupakan cerminan dan kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat
suatu kelas, peristiwa atau suatu benda.
Turner dan Kornblum menjelaskan hal-hal yang terkait dengan
teori. Menurut Turner teori merupakan proses mental untuk membangun
ide sehingga ilmuwan dapat menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi.
Sedangkan Kornblum mengemukakan bahwa teori merupakan
seperangkat jalinan konsep untuk mencari sebab terjadinya gejala yang
diamati. Dalam proses pencarian sebab ini para ilmuwan membedakan
antara faktor yang dijelaskan dengan faktor penyebab.
Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa suatu teori pada hakikatnya
merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta
menurut cara-cara tertentu. Fakta merupakan sesuatu yang dapat diamati
dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Oleh sebab itu dalam
bentuk yang paling sederhana, teori merupakan hubungan antara dua
variabel atau lebih.
Selanjutnya menurut Heinan (1985) pula, teori ialah “a group of
logically organized laws or relationships that constitute explainnation in a
discipline”. Davis (2000) pula menyebutkan `theory is a simply an idea
about why people are the way they are and act the way they act’.
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil
yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah (John W
Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approach,
(London: Sage, 1993) hal 120)
Dalam bukunya, Erwan dan Dyah (2007) menjelaskan bahwa teori
adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk
menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa teori merupakan salah satu hal yang paling
fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan
penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan

9
merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis
untuk selanjutnya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis
penelitian.
Secara umum, teori dapat digunakan untuk memberikan gambaran
sebuah peristiwa, menjelaskan fenomena yang terjadi dalam masyarakat
maupun dalam lingkup ilmu pengetahuan. Secara umum ada beberapa
manfaat teori, yaitu untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai
fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di
alam, atau tingkah laku hewan).
Aliran Teori :
 Rasionalism ~ Rasio, Logika, Deduktif
 Empirism ~ Pengalaman, Induktif, Objektif
 Relativism ~ Abstraksi, Semua Ide Yang Diturunkan Melalui
Abstraksi Harus Dianggap Sah
 Nativism ~ Sumber Pengetahuan Adalah Dari Dalam
 Pragmatism ~ Pengetahuan “Hanya Apa Yang Jalan”
 Idealism ~ Pikiran Dan Konstruksinya Adalah Satu-Satunya Realita
 Objectivism ~ Realita Itu Ada

2. Teori Pengetahuan
Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran
yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori
dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah.
Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti
kebenarannya.Teori siswa mengenai dunia membantu mereka
mengorganisasikan dan memahami pengalaman pribadi, materi ajar di
kelas, dan informasi baru yang lain (Reinner, Slotta, Chi & Resnick,
2000: Wellman & Gelman, 1980). Berbagai teori yang mereka buat juga
bisa menjadi pedoman dalam usaha mereka dalam menguasi konsep-
konsep baru (Gelman & Kalish, 2006: Keil,1987).

10
Teori pengetahuan sebenarnya adalah salah satu cabang dari
struktur filsafat, selain teori hakikat dan teori nilai. Teori pengetahuan ini
membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan. Sehingga
lebih banyak berbicara tentang hakikat pengetahuan, cara berpikir, dan
hukum berpikir yang mana harus dipergunakan agar kita mendapatkan
hasil pemikiran yang kemungkinan benarnya lebih besar. Teori
pengetahuan terbagi menjadi :
a. Empirisme
John Locke, seorang bapak empirisme dari Britania mengatakan
bahwa manusia dilahirkan akalnya merupakan jenis buku catatan
yang kosong. Di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-
pengalaman indrawi. Dan lebih lanjut lagi John Locke mengatakan,
seluruh sisa pengetahuan kita peroleh dengan jalan menggunakan
serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan
serta refleksi yang pertama dan sederhana itu. Singkat cerita,
pengetahuan yang didapat dengan empirisme ini lebih banyak
dikarenakan pengalaman-pengalaman yang pernah dilalui, seberapa
rumitnya pengetahuan dapat dilacak dengan pengalaman-
pengalaman indrawi.
b. Rasionalisme
Menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan, sehmgga
memakai metode deduktif (kesimpulan ditarik dari premis-premis
umum) untuk menyimpulkan yang dikandung oleh kesimpulan-
kesimpulan yang jumlahnya sama banyaknya dengan kebenaran-
kebenaran yang dikandung oleh premis-premis yang menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan tersebut. Dan seorang rasionalis pastilah
memandang pengalaman sebagai salah satu alat bantu dari akal,
karena menurutnya pengetahuan berasal dari akal pikiran
c. Fenomenalisme
Fenomenalisme adalah sebuah paham untuk mencari pengetahuan
berdasarkan gejala yang terjadi. Seorang Immanuel Kant, bapak

11
fenomenalisme membuat uraian tentang pengalaman, bahwa sesuatu
sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat indrawi
dan diterima oleh akal kita dalam bentuk bentuk pengalaman dan
disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Dan karena itu
pula, seorang fenomenalis tidak pernah mempunyai pengetahuan
tentang sesuatu yang menampak, dan inilah yang disebut dengan
gejala. Immanuel Kant mengemukakan tentang fenomenalis, karena
mengkritik salah seorang pemikir yang mengkritik sumber ilmu
pengetahuan berasal dan hal yang bersifat empiris dan rasional.
Karena menurut Kant, seorang empirisme benar apabria
pengetahuan didasarkan peda pengalaman, meskipun hanya sebagian
dan seorang rasional juga benar, karena akalnya memaksakan
bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
d. Instuisionisme
Intuisi adalah hal yang bersifat alamiah, pengetahuan simbolis
yang pada dasarnya bersifat analitis dan memberikan kepada kita
keseluruhan yang simbolis. Intuisionisme adalah suatu aliran atau
paham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah
sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi adalah non-analitik dan
tidak didasarkan atau suatu pola berpikir tertentu dan sering
bercampur aduk dengan perasaan.
Menurut Henry Bergsoa, filsuf asal Prancis, intuisi adalah suatu
sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa atau
pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat
menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetaluan
intuitif. Seorang instuisif memperoleh pengetahuan dengan cara
mengetahui beberapa bagian dari suatu peristiwa namun tidak
mengalami keseluruhannya.
e. Metode Ilmiah
Ada suatu perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat,
jikalau ilmu membicarakan kenyaataan yang sebenarnya, maka

12
filsafat bicara tentang sebagai sarana untuk memperoleh
pengetahuan. Metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-
pengamatan dan berakhir dengan pengamatan pula. Sehingga
pengamatan adalah hal yang pasti terukur. Dalam metode ilmiah ini
kita akan mengenal sebuah hipotesa. Hipotesa berarti usulan
penyelesaian yang berupa saran dan sebagai sebuah konsekuensi
yang harus dipandang sementara dan memerlukan verifikasi dan
biasanya akan memungkinkan adanya sejumlah saran.
Dalam prosesi menemukan hipotesa, dikatakan bahwa kegiatan
akal bergerak keluar dari pengalaman yang ada, mencari bentuk, dan
didalamnya terdapat fakta-fakta yang telah diketahui dalam
menyusun kerangka tertentu. Dan berharap bahwa fakta-fakta yang
dikumpulkan cocok dengan hipotesa yang dibangun (proses
verifikasi). Ramalan terhadap hipotesa dimulai dengan ramalan yang
dilakukan secara hati-hati, sistematis, dan dengan sengaja terhadap
samalan-ramalan yang disimpulkan dari hipotesa tersebut.
3. Teori Pengetahuan Dalam Islam
Agama dan ilmu pengetahuan (sains), adalah dua kata yang
memiliki arti universal. Agama adalah pandangan tertentu kepada
kehidupan. Agama membentuk suatu aturan dan undang-undang
berdasarkan pandangan tersebut. Sementara sains adalah pengetahuan
yang mencoba mengungkapkan misteri alam beserta isinya. Hal tersebut
memungkinkan manusia dapat menyingkap misteri alam, memanfaatkan
dan meramaikan sesuatu yang bakal terjadi di kemudian hari. Oleh
karena itu, sains membatasi ruang geraknya pada segenap gejala yang
ditangkap oleh pengalaman manusia melalui panca inderanya.
Dalam teori ilmu pengetahuan, Al-Quran memberikan gambaran
yang secara urut mempunyai skala menarik, yakni: (a) pengetahuan yang
diperoleh dari kesimpulan atau ilmu yakin, (b) pengetahuan yang
diperoleh dari penglihatan dan yang dilaporkan oleh pengamatan atau

13
ainul yakin, dan (c) pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman
pribadi atau intuisi atau haqqul yakin.
 Pengetahuan yang pertama, ilmu Yakin, terdapat keyakinan yang
lebih besar terhadap pengetahuan manusia yang didasarkan kepada
pengalaman akal aktual yang diperoleh melalui observasi dan
eksperimen terhadap suatu gejala atau fenomena.
 Pengetahuan yang kedua, Ainul Yakin, adalah pengetahuan ilmah
yang didasarkan kepada pengalaman observasi atau eksperimen
maupun pengetahuan sejarah yang di sadarkan kepada laporan-
laporan dan penggambaran dari pengalaman aktual.
 Pengetahuan tertinggi yakni, Haqqul Yakin, pengalaman melalui
batin memberikan derajat paing tinggi, dan petunjuk Allah mula-
mula datang kepada makhluknya dari sumber manusia sendiri.
4. Teori Pengetahuan Menurut Ahli Filsuf
"Hanya teori teorilah yang dapat menjadi referensi dan acuan
dalam mengembangkan suatu bidang ilmu", demikianlah teori-teori yang
ada. Antara proses pemenuhan awal akan pengetahuan dan kepastian,
keduanya terangkum dalam proses pemenuhan dengan berpikir filsafat.
Pengetahuan berawal sedangkan filsafat sendiri dimulai dari kedua-
duanya. Dengan berfilsafat, ia mendorong kita untuk senantiasa
mengetahui apa yang telah kita ketahui dan menunjukkan apa yang
belum kita ketahui. Dengan berfilsafat pula, ia menganjurkan kita untuk
tetap merendah diri bahwa kita tak selamanya mempu mengetahui semua
yang ada dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Untuk lebih jelasnya, menarik kiranya kita menyimak berbagai
teori pengetahuan dari kalangan para filsuf serkemuka, dalam hal ini teori
pengetahuan Plato dan Aristoteles. Hal ini berisyarat bahwa dengan
mempelajarinya secara seksama, perlahan tapi pasti akan menuntun, dan
tentunya bisa dijadikan sebagai salah satu landasan dalam berpikir
tentang bagaimana dan apa yang bisa kita ketahun, terkhusus mereka

14
yang bisa kita ketahui, terkhusus mereka yang bergelut dalam dunia
kefilsafatan.
a. Plato
Atas pengaruh dari Socrates, Plato yakin bahwa pengetahuan itu
dapat dicapai, dimiliki dengan sepenuhnya. Pengetahuan yang
sifatnya sempurna dan sebagai objek yang benar-benar nyata dari
bentuk aslinya, baginya ia akan permanen dan tidak akan pernah
berubah. Keyakinan akan identifikasi semacam ini bisa disimak
dalam ajaran ide-idenya, khususnya dalam konsep dua durianya:
dunia ideal dan dunia indrawi. Baginya. klaim bahwa pengetahuan
itu berasal dari pengalaman akal (pandangan ini dikenal dari
kelompok empirisisme), sungguh sesuatu yang janggal adanya.
Obyek-obyek pengalaman akal hanyalah fenomena yang pada
akhirnya akan berubah seiring berubah dunia indrawi. Dengan
begitu, obyek-obyek pengalaman bukanlah obyek pengetahuan yang
tepat.
Ada dua sumbangan terpenting Plato bagi teori pengetahuan,
yakni pertama pengetahuan itu adalah peringatan tentang apa yang
telah ada dalam pikiran, bukan mempersepsi benda-benda baru, dan
kedua adalah teori ide-ide yang Universal di dalam budinya sendiri.
Seperti yang telah dijelaskan di awal tadi bahwa kelompok
empurisisme begitu ditentang oleh Plato. Di dalam salah satu
karyanya, tercantum pendapat Thesetetus mengenai pengetahuan.
Menurut Plato, dewasa ini yang merupakan pengetahuan yang
datang melalui indra, dianggap benar dan ilmiah. Baginya, jika dunia
ini selalu berubah, bagarmana dunia atau indra dapat diandalkan? la
menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat diandalkan dan
pengetahuan sejati harus datang dari tempat lain, yakni bahwa
pengetahuan itu telah ada sebelumnya.
Berkaitan dengan pemahaman Plato, Socrates pun pernah
mengklaim bahwa kita tidak “belajar”, tetapi “mengingat”.

15
Pengetahuan selalu telah ada di dalam pikiran kita. Kita mempunyai
pengetahuan dari saat sebelum kita lahir. Dari sinilah Plato
mempunyai kemantapan bahwa pendidikan dan pengalaman tidak
berpengaruh, pengetahuan sejati merupakan bawaan dalam diri kita.
Kita tidak harus mengandalkan indra untuk memperoleh
pengetahuan mengenai dunia. Pengetahuan sejati terdiri dari ide-ide
yang telah ada dalam pikiran, bukan ide-ide yang datang pada kita
melalui indra. Tentang teori ide-idenya, ia memahami sebagai
sesuatu yang memiliki Eksistensi rill, bebas dari dunia mental
pikiran manusia, atau dari dunia natural. Ide-ide ini bersifat universal
yang hanya mempunyai ide tertinggi di atas segala ide, yakni ide
kebaikan. Karenanya, ide tertinggi dari pengetahuan adalah
pengetahuan tentang ide yang baik, yang darinya semua hal yang
adil dan sebagainya berguna dan bernilai.
Teori ide-ide ini juga penting menurutnya (Plato) karena ia bisa
membantu bagaimana dalam mengelompokkan objek di dunia dam
memahami kodrat mereka, Kata “Kuda” semuxal, menunjuk
kepadabinatang berkaki empat, mempunyai bulu, tetapi semua kuda
tidaklah sama: warna, ukuran, keturunan yang berbeda-beda, namun
semuanya di dunia ini diambil sesuatu ide yang serupa dengannya,
yakni ide “ke-kuda-an” yang karena, menurut Plato, kita bisa
mengenali kuda sewaktu melihatnya, apapun bentuk, wama, dan
jenis kuda
b. Aristoteles
Serupa halnya dengan Plato, Aristoteles juga mengemukakan
tentang adanya dua pengetahuan, yakni pengetahuan indrawi dan
pengetahuan akali. Pengetahuan indrawi merupakan hasil dari
keadaan konkrit sebuah benda, sedangkan Pengetahuan akali
merupakan hasil dari hakekat jenis benda itu sendiri. Memang,
pengetahuan indrawi mengarah kepada ilmu pengetahuan tetapi ia
sendiri bukan ilmu pengetahuanlantaran ilmu pengetahuan hanya

16
terdiri dari pengetahuan akali. Itu sebabnya mengapa Plato dan
Aristoteles beranggapan bahwa ilmu pengetahuan tidaklah didapat
dari hal-hal yang konkrit, melainkan mengenai hal-hal yang sifatnya
universal.
Namun demikian, Aristoteles sangat menentang pendapat Plato
gurunya. Ia berpendapat bahwa dunia yang sesungguhnya adalah
dunia real, yakni dunia nyata yang bermacam-macam, bersifat relatif
danberubah-ubah. Dunia ide, sebagaimana anggapan Plato, hanyalah
dunia abstrak yang bersifat semu, terlepas dari pengalaman. Itu
sebabnya pandangan Aristoteles lebih dikenal sebagai paham realis
(realisme). Akal tidaklah mengandung ide-ide bawaan, melainkan
mengabstraksikan ide-ide yang terdapat dalam bentuk benda-benda
berdasar hasil tangkapan indrawiBertolak dari gurunya,
pandangannya lebih bersifat “common-sense” ketimbang “idealis”.
Baginya, pengetahuan adalah persepsi, dunia natural adalah dunia
nyata, dan persepsi dan pengalaman indrawi adalah dasar
pengetahuan ilmiah.
Sebagai filsuf realis, sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan
sangatlah besar, dan sampai sekarang masih kerap digunakan,
yaknimengenai abstraksi, aktifitas rasional dimana seseorang
memperoleh pengetahuan. Tentang abstraksi tersebut, ada tiga
macam menurut Aristoteles sendiri, yakni: Abstraksi Fisis/Fisika,
Abstraksi Matematis, dan Abstraksi Teologi/Metafisis.
Pada akhirnya, perbedaan antara Plato dan muridnya Aristoteles
teranglah signifikansinya. Plato memulainya dengan intelek,
sedangkanAristoteles memulainya dengan persepsi akan dunia
natural. Pemahaman Plato bersifat matematis, sedangkan pengertian
Aristoteles bersifat ilmiah, didasarkan pada persepsi, observasi, dan
penyelidikan. Meski demikian, kedua pemikir penting ini
mengajarkan bagainana mengetahui dunia yang saat ini masih
penting untuk kita telaah bersama.

17
C. Konstruksi Pengetahuan
1. Pengertian Konstruksi
Kontruksi adalah sebuah proses mental dimana seorang pembelajar
mengambil banyak potongan informasi yang terpisah dan
menggunakannya untuk membangun pemahaman atau tafsiran yang
menyeluruh. Dimana proses kontruksi merupakan inti banyak teori
kognitif tentang belajar : pembelajar mengambil sejumlah informasi yang
terpisah dan menggunakan nya untuk menciptakan pemahaman atau
tafsiran atas dunia di sekelilingnya (a.l.Bransford &
Frank.1971:Hegland&Andre. 1992:Marshall. 1992:Neisser.1967). Teori-
teori kognitif yang terutama memfokuskan pada cara-cara pembelajaran
mengonstruksi pengetahuan secara kolektif disebut kontruksivisme
(Ormrod.2008).
Kontruksivisme merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang
menekan bahwa individu akan belajar dengan baik apabila mereka secara
aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman (Santrock.2011).
2. Definisi Konstruksi Pengetahuan
Piaget yang dikenal sebagai kontruktivis pertama menegasksan
bahwa pengtahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomondasi (Yamin. 1989). Asimilasi adalah penyerapan informasi baru
dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut
mempunyai tempat (Ruseffendi, 1988 : 133). Pengertian tentang
akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan
skema baru yang cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996).
Piaget mengatakan bahwa, belajar adalah sebuah proses
konstruktif. Pengetahuan bukan salinan (copy) realitas. Mengetahui
sebuah obyek, mengetahui sebuah kejadian. bukan sekedar melihatnya
dan membuat salinan atau gambaran mental tentang itu. Mengetahui
sebuah obyek adalah melakukan sesuatu terhadapnya. Mengetahui adalah

18
memodifikasi, mentansformasikan serta memahani proses transformasi
tersebut, dan sebagai konsekuensinya adalah memahani bagaimana objek
ini dikonstruksikan (Piaget : 1964).
Menurut Piaget, semua siswa perlu berinteraksi dengan guru dan
teman sebayanya untuk menguji pemikiran mereka. Untuk ditantang,
untuk menerima umpan balik, dan untuk melihat bagaimana orang lain
menyelesaikan masalah.
Menurut Soedjadi kontruksi pengetahuan adalah sebuah prespektif
toritis yang berfokus pada bagaimana pembelajar menyerap sejumlah
informasi yang terpisah dan menggunakannya
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kontruksi
pengetahuan adalah sebuah prespektif toritis dan menggunakannya untuk
menciptakan dan membangun pemahaman atas dunia di sekelilingnya
(Santrock,2009).
3. Tahapan Konstruksi Pengetahuan
Roger Bybee (dalam Machmud. 2009) menyebutkan tahapan
dalam proses konstruksi pengetahuan melalui pendekatan
konstruktivisme dengan sebutan pendekatan “Five E's” atau pendekatan
"Lima E”, yaitu:
1) Engage, yaitu tahap persepsi. Pada tahap ini siswa menghubungkan
konsep yang dipelajari sebelumnya dengan kosep yang akan
dipelajari saat ini, menjawab pertanyaan, menentukan masalah,
menunjukkan peristiwa, memperlihatkan gambar, mengelompokkan
siswa untuk mempermudah proses belajar, dan sebagainya.
2) Explore, yaitu tahap penyelidikan. Pada tahap ini siswa melakukan
penyelidikan bersama-sama dengan kelompoknya, siswa
membangun pengalaman secara langsung.
3) Explain. yaitu tahap menjelaskan (mendiskusikan) fenomena atau
gejala-gejala, proses diskusi dapat terjadi antara siswa dengan siswa
lainya, siswa dengan gurunya, kelompok dengan kolompok lainnya.

19
4) Elaborate, yaitu tahap menghubungkan konsep satu dengan konsep
yang lain.
5) Evaluation, yaitu tahap evaluasi yang merupakan proses diagnostik
yang dilakukan guru untuk menentukan perolehan pemahaman
konsep atau pengetahuan siswa yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung
4. Mendorong Konstruksi Pengetahuan yang Efektif
1) Memberikan Kesempatan untuk Melakukan Eksperimen
Melalui interaksi dan uji coba dengan objek-objek disekitar mereka,
siswa dapat menemukan dari dekat beberapa karakteristik dan
prinsip dunia (Fosnor 1996: Minogue & Jones, 2006, Moreno, 2006).
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberi siswa benda-
benda atau alat-alat yang dapat mendukung dalam pembelajaran,
karena hal tersebut dapat membantu siswa mengonstruksi
pengetahuan dunia sekitar mereka.
2) Menyajikan Perspektif Ahli
Meskipun terkadang bermanfaat meminta siswa menemukan prinsip-
prinsip dasar bagi diri mereka sendiri, kita juga perlu memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mendengar dan membaca gagasan
para ahli yang telah dikebangkan masyarakat untuk menjelaskan
aspek fisik maupun psikologis pengalaman manusia (R. Driver,
1995. Vygotsky, 1962).
3) Menekankan Pemahaman Konseptual
Pemahaman Konseptual, yaitu pengetahuan yang dipelajari secara
bermakna dan terintegrasi baik mengenai suatu topik, termasuk
banyak hubungan logis diantara berbagai konsep dan gagasan
spesifik. Lebih sering siswa mengorganisasikan materi yang mereka
pelajari, semakin mudah mereka mengingat dan menerapkannya
dikemudian hari (L.M. Anderson, 1993, Bedard & Chi, 1992: J. J.
White & Rumsey, 1994).
4) Mendorong Dialog di Kelas

20
Dialog dalam kelas dapat membantu siswa memperoleh pemahaman
konseptual mengenai materi pelajaran. Dialog kelas juga bermanfaat
besar bagi guru yaitu dengan memonitor komentar ataupun
pertanyaan siswa secara cermat, kita dapat mengidentifikasi dan
memecahkan setiap kesalahpahaman yang bisa menghambat
kemampuan mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan
yang lebih luas lagi (Presseisen & Beyer, 1994: Sosniak &
Stodolsky, 1994).
5) Menugaskan Aktivitas-aktivitas yang Otentik
Aktivitas Otentik, yaitu aktivitas kelas yang mirip dengan apa yang
sering dijumpai siswa di dunia luar. Dengan menempatkan aktivitas-
aktivitas kelas dalam konteks dunia nyata, kita membantu siswa
menemukan alasan-alasan mereka mempeajari suatu materi
pelajaran. Kita juga meningkatkan kemungkinan bahwa, dikemudian
hari, mereka akan mampu menggunakan informasi dan keterampilan
yang telah kita ajarkan (A. Colins et. al., 1989: De Corte et. al,
1996). Dan juga mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan
siswa,
6) Merancah (Scaffolding) Konstruksi Teori
Perancah (scaffold) adalah perangkat yang berfungsi sebagai
penyangga (tempat berpijak) bagi para pekerja hingga bangunan itu
sendiri telah cukup kuat untuk menyangga mereka. Saat kestabilan
bangunan meningkat, perancah menjadi kurang diperlukan dan
akhirnya secara berangsur-ansur dilepaskan (Ormrod : 2008).
Scaffolding didefinisikan sebagai perubahan tingkat dukungan
Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan
Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi
pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan
sesuai tingkat kemampuan anak. Menurut pandangan Vigotsky, dialog
adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak
kaya konsep dialog adalah alat yang penting dalam ZPD (Zone of

21
Proximal Development), yang dapat diartikan sebagai Daerah
Perkembangan Terdekat (DPT). Menurut Vygotsky, perkembangan
kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu
tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan
potensial.Vygosky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak
sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog. konsep-konsep tersebut
dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan
rasional.
5. Konstruksi Pengetahuan Tidak Tepat Sasaran
Saat siswa mengonstruksi pemahamannya sendiri, tidak ada
jaminan bahwa konstruksi pemahaman mereka ukurat. Hal ini disebut
Miskonsepsi, yaitu kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan
yang diterima.
Miskonsepsi merupakan bagian dari pengetahuan yang dimiliki
siswa dan bertentangan dengan pelajaran berikutnya, sedemikian
sehingga informasi yang baru tidak bisa terintegrasi sewajarnya dan
menyebabkan berkurangnya pemahaman siswa.
Pengetahuan siswa yang miskonsepsi mendorong guru untuk
menemukan pertanyaan dan permasalahan yang bisa menciptakan
ketidakpuasan ke dalam diri siswa terhadap pandangan yang mereka
miliki. Dengan demikian akan memunculkan pengenalan gagasan ke arah
situasi yang berlawanan. Ini mampu memodifikasi siswa ke arah
pandangan yang baru, yang akhirnya menuju ke perubahan konseptual
dan pemahaman konseptual (Kolari & Ranne, 2003).
Miskonsepsi terbentuk secara alami dan tidak terelakkan
merupakan bagian dari proses belajar. Miskonsepsi sering dibawa siswa
dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Contoh : seperti
yang terjadi di sekolah menengah, siswa miskonsepsi terkait konsep gaya
berat. Konsep massa, gaya berat, berat/beban, kelembaman massa dan
massa gravitasi juga merupakan konsep yang paling miskonsepsi di
dalam ilmu fisika oleh para siswa dari sekolah menengah ke universitas

22
(Gonen, 2008). Miskonsepsi bisa berasal dari hasi pengajaran guru yang
hanya mengulangi buku catatan dan tidak mengadakan percobaan dengan
kuantitas pengamatan (Kwen BOO, 2006).
6. Keberagaman Dalam Proses Konstruktif
Materi pembelajaran bisa bertentangan dengan kepercayaan para siswa
yang paling fundamental dan akhirnya dengan pemahaman mendasar
tentang siapa mereka sebagai individu (O.Lee,1999:Porat,2004:
Southerland & Sinatra,2003: Ormrod.2009). Dalam hal ini siswa
cenderung berfikir secara divergen atau pada satu arah pemikiran saja.
Oleh sebab itu tujuan dalam proses konstruktif dalam pembelajaran yakni
membantu siswa memahami (menerima) penjelasan dan alur penalaran
para ilmuwan (Southerland & Sinatra,2003).
7. Mengakomodasi Siswa Berkebutuhan Khusus
Dalam hal ini siswa yang berkebutuhan khusus cenderung
mengkonstruksi tafsiran yang kontraproduktif terhadap situasi-situasi
sosial, sebagai contoh, anak-anak yang berkebutuhan khusus cenderung
menafsirkan sebuah isyarat / gerak yang spontan sebagai tindakan agresi
atau sebagai sebuah penghinaan yang sebenarnya bukan seperti itu yang
dimaksut (Ommrod.2009).
8. Gagasan Konstruktivisme tentang Pengetahuan
Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan
siswa (Mind as inner individual representation of outer reality).
Siswa mengkonstruksi skema kognitif, kategori, konsep, dan
struktur dalam membangun pengetahuan, sehingga setiap individu siswa
memiliki skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang berbeda.
Dalam hal ini, proses abstraksi dan refleksi seseorang menjadi sangat
berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan (Reflection/abstraction as
primary).

23
Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaan
merupakan interpretasi individual siswa terhadap pengalaman yang
dialaminya (Meaning as internally constructed).
Perampatan makna merupakan proses negosiasi antara individual siswa
dengan pengalamannya melalui interaksi dalam proses belajar (menjadi
tahu) (Learning and teaching as negotiated construction of meaning).
Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing
individual siswa. Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, bila
konsep baru yang diterima dapat dikaitkan/dihubungkan (proposisi)
dengan pengalaman yang dimiliki siswa. Dengan demikian, pengetahuan
adalah apa yang ada dalam pikiran setiap siswa (Knowledge as residing in
the mind).
Ciri utama :
 Belajar VS Mengajar
 Mahasiswa VS Dosen
 Variation Of Alternatives Vs Best/Correct Answer
 Constructed/Discovered Vs Given/Presented
 Individuality & Situational Vs Generality
9. Faktor yang mempengaruhi Konstruksi Pengetahuan
 Hasil Kontruksi yang talh dimiliki (Constructed Knowledge)
 Domain Pengalaman (Domain Of Experience)
 Jaringan Struktur Kognitif (Existing Cognitive Structure)
10. Hubungan Konstruktivisme dengan Aliran Filsafat Lain
Sejalan : Kurang Sejalan
 Rasionalisme -> Pragmatisme
 Empirisme -> Objektivisme
 Relativisme -> Idealisme
 Nativisme
11. Makna Belajar Dalam Konstruktivisme
 Belajar berarti membentuk makna

24
 Konstruksi arti merupakan proses yang terus-menerus.
 Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi proses
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
 Proses belajar terjadi ketika skema seseorang dalam kesenjangan
(disequilibrium) yang merangsang pemikiran lebih lanjut
 Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dengan dunia
fisik dan lingkungannya
12. Peran Mahasiswa Dalam Pembelajaran Konstruktivisme
 Kegiatan belajar adalah kegiatan aktif mahasiswa untuk menemukan
dan membangun sendiri pngetahuannya
 Mahasiswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya
 Belajar bagi mahasiswa merupakan pengembangan pemikiran dengan
membuat kerangka pengertian yang berbeda
 Belajar dilakukan lewat refleksi, pemecahan konflik, dan dialog
13. Pandangan Konstruktivisme Terhadap Pembelajaran
 Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang memungkinkan mahasiswa
membangun sendiri pengetahuannya.
 Pembelajaran adalah membantu mahasiswa berpikir secara benar
dengan membiarkannya berpikir terlebih dahulu.
14. Peran Dosen Dalam Pembelajaran Konstruktivisme
 Menyediakan pengalaman belajar
 Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan mahasiswa
 Menyediakan sarana yang merangsang mahasiswa berpikir secara
produktif
 Memonitor dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa
15. Proses Pembelajaran Konstruktivisme
 Orientasi (apersepsi)
 Elisitasi, pengungkapan ide siswa
 Restrukturisasi ide:
a. Menjelaskan ide dan berargumentasi

25
b. Membangun ide yang baru
c. Mengevaluasi ide baru
 Penggunaan ide dalam banyak situasi
 Review
16. Evaluasi Dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Alternative assessment:
 Portofolio
 Dinamika Kelompok
 Observasi Proses
 Studi Kasus
 Simulasi & Permainan
 Performance Appraisal
17. Strategi Pembelajaran Konstruktivisme
(Student-centered learning strategies)
 Belajar aktif,
 Belajar mandiri,
 Belajar kooperatif dan kolaboratif,
 Self-regulated learning,
 Generative learning,
 Model pembelajaran kognitif:
a. Problem Based Learning,
b. Discovery Learning,
c. Cognitive Strategies,
d. Project Based Learning

26
BAB III
PENUTUP

A. Metode Penelitian
1. Jenis Penulisan
Penulisan makalah ini bersifat deskriptif analisis. Metode deskriptif
analisis adalah metode atau cara kerja dalam suatu pemecahan masalah
dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjelaskan dan
menganalisis situasi dan kondisi suatu obyek permasalahan dari sudut
pandang penulis berdasarkan hasil telaah pustaka yang menunjang (studi
literatur).
2. Fokus Penulisan
Obyek permasalahan adalah relasi antara konsep, teori, dan konstruksi
pengetahuan. Penulis mencoba mencari benang merah dari ketiga obyek
tersebut dengan memahami makna dari masing obyek terlebih dahulu
meliputi pengertian dan ruang lingkup pembahasan sehingga dapat
ditarik kesimpulan berupa hubungan ketiga obyek dalam pembelajaran.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada studi ini adalah sumber data sekunder.
Data sekunder dapat diperoleh dari pustaka yang menunjang seperti
textbook, jurnal, dokumentasi, data penelitian maupun data instansi
terkait yang relevan melalui internet dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui studi literal (studi kepustakaan). Studi
kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa data
sekunder yang berhubungan dengan topik dan masalah yang terkait
dengan pengertian konsep, teori, dan konstruksi pengetahuan.
5. Analisis Data
Proses menganalisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul.
Analisis data dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menelaah
dan membandingkan berbagai sumber pustaka serta menginterpretasikan

27
hasil analisis, sehingga dapat menjawab semua permasalahan. Tahap
terakhir adalah menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah
terjawab.

B. Pembahasan dan Kesimpulan


1. Pembahasan
Bayangkan sebuah dunia dimana kita tidak punya konsep. Apabila
individu tidak memiliki konsep maka ia akan kesulitan dalam
merumuskan problem yang sepele dan bahkan tidak bisa
memecahkannya. Misal : konsep buku. Jika murid tidak mengetahui
bahwa buku merupakan lembaran kertas dengan ukuran yang sama, yang
disatukan dan dijilid, dan berisi huruf cetak dan gambar dalam urut-
urutan yang mengandung arti, maka setiap kali murid menjumpai buku
baru, dia harus mencari tahu apa buku itu. Karenanya, konsep membuat
sesorang tidak perlu mengulang-ulang pencarian arti setiap kali ia
menemukan informasi baru.
Teori merupakan serangkaian konsep dan prinsip yang terintegrasi
yang dikembangkan untuk menjelaskan suatu fenomena tertentu. Teori
dapat digunakan sebagai pedoman bagi siswa dalam memahami
pembelajaran. Teori memberikan fondasi yang baik sebelum mereka
mengikuti pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
pembelajaran tersebut.
Setiap siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, tentunya
berbeda-beda mulai dari proses hingga kesimpulan yang didapatkan, hal
ini tidak terlepas dari pentingnya gaya belajar dan gaya berpikir mereka
didalam proses pembelajaran. Gaya belajar merupakan kunci utama
untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Setiap peserta
didik memiliki gaya belajar tersendiri begitu pula dengan gaya berpikir
yang merupakan cara mengelola dan mengatur informasi yang diperoleh
peserta didik.

28
Konstruksi pengetahuan dapat terjadi pada tahap penyimpanan
maupun pada tahap pemanggilan informasi. Tahap penyimpanan yaitu,
seorang anak dapat mengonstruksi suatu materi pembelajaran pada saat ia
sedang mempelajarinya. Dan tahap pemanggilan informasi yaitu, seorang
anak mengongruksi materi pembelajarannya saat ada seseorang yang
menanyakan hal itu sehingga ia kembali mengingat apa yang telah ia
pelajari sebelumnya.
Dalam mengkonstruksi pengetahuan, siswa membuat banyak
hubungan atau keterkaitan diantara berbagai hal spesifik yang mereka
alami atau pelajari. Ada beberapa cara dimana anak kelihatannya
megorganisasikan beberapa hal yang mereka pelajari yaitu konsep,
skema, skrip, teori dan pandangan dunia (Ormrod, 2008).
2. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori dan
konsep merupakan serangkaian pernyataan yang saling berhubungan
yang menjelaskan mengenai sekelompok kejadian/peristiwa dan
merupakan suatu dasar atau petunjuk didalam melakukan suatu
penelitian, dimana teori dan konsep tersebut dapat memberikan gambaran
secara sistematis dari suatu fenomena.
Dalam teori seperti yang dijelaskan di atas memiliki konsep.
Konsep ini ada yang bersifat abstrak dan ada juga yang bersifat kongkret.
Teori dengan konsep-konsep yang abstrak dapat diaplikasikan terhadap
fenomena sosial yang lebih luas, dibanding dengan teori yang memiliki
konsep-konsep yang kongkret.
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui, yang
diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
Pengetahuan memiliki teori-teori, yaitu empirisme, rasionalisme,
fenomenalisme, instuisioniame dan metode iimiah.
Pengetahuan dalam Islam juga memiliki teori, yaitu pengetahuan
yang diperoleh dari kesimpulan atau ilmu yakin, pengetahuan yang
diperoleh dari penglihatan dan yang dilaporkan oleh pengamatan atau

29
ainul yakin, dan pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman pribadi
atau intuisi atau haqqul yakin.
Perbedaan antara Plato dan Aristoteles adalah signifikansinya.
Plato memulainya dengan intelek, sedangkan Aristoteles memulainya
dengan persepsi akan dunia natural. Pemahaman Plato bersifat
matematis, sedangkan pengertian Aristoteles bersifat ilmiah. didasarkan
pada persepsi, observasi, dan penyehdikan.
Relationship
Teori merupakan sebuah relasi dari konsep-konsep atau secara
lebih jelasnya teori merupakan bagaimana konsep-konsep berhubungan.
Hubungan ini seperti pernyataan sebab-akibat (causal statement) atau
proposisi. Proposisi adalah sebuah pernyataan teoritis yang
memperincikan hubungan antara dua atau lebih variable, memberitahu
kita bagaimana variasi dalam satu konsep dipertangggung jawabkan oleh
variasi dalam konsep yang lain. Ketika seorang peneliti melakukan tes
empiris atau mengevaluasi sebuah hubungan itu, maka hal ini disebut
sebuah hipotesa.

30
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J.H.2011. .Educational Psychology.Jilid II. Edisi II. Jakarta: Kencana


Prenada Media Geoup.

______________. 2009. Educational Psychology.Jilid II. Edisi II. Jakarta:


Salemba Humanika

____________. 2014. Educational Psychology.Jilid II. Edisi V. Jakarta: Salemba


Humanika

Ormod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang jilid I. Jakarta: Erlangga.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2014. Psikologi Pendidikan Edisi Keenam. Jakarta:


Erlangga

Santrock. J.W. 2013. Life-Spam Development. Jakarta: Erlangga

Woolfolk,Anita. 2009. Educational Psychology: Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta : GP


Press

Jurnal Setyawan, Dedy & Abdul Rahman. September 2003, “Eksplorasi Proses
Konstruksi Pengetahuan Matematika Berdasarkan Gaya Berpikir”. Jurnal
Sainsmat. Halaman 140-15 Vol. II. No. 2 ISSN 2086-6755.
http://ojs.unm.sc.id/index.php/sainsmat/article/download/831/pdf_2 , diakses pada
5 Maret 2015

http://isyraq.wordpreaa.com/2007/08/28/epistemologi-teori-ilmu-pengetahuan/

http://makalah7u.blogsport.com/2013/05/teori-prngatauan-menurut-islam.html

31
http://mamansuratmanahmad.wordpress.com/2012/11/02/sekilas-tentang-teori-
pengetahuan-plato-dan-aristoles-2/

http://masithahmahsa.worfpree.com/2014/03/08/kebenaran-logika-dan-teori-
pengetahuan/

https://hot.liputan6.com/read/4818880/apa-itu-konsep-ketahui-pengertian-ciri-ciri-
unsur-fungsi-dan-jenisnya

32

Anda mungkin juga menyukai