Anda di halaman 1dari 11

VERBALISASI PENALARAN

“BUDAYA BERPIKIR KRITIS”


ILMU LOGIKA

ANISA NUR AF’IDAH

311192022

SASTRA INGGRIS

SASTRA

UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA

SEMESTER GENAP 2022/2023


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penulisan


Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika dinamakan dengan logike episteme
(Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir
secara lurus, tepat, dan teratur. Pengertian logika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang kaidah berpikir atau jalan pikiran yang masuk akal.
Pengertian logika menurut beberapa ahli :
a. Menurut Drs. Cholid Narbuko (2007:17),
logika adalah ilmu pengetahuan tentang asas, aturan, hukum-hukum, susunan, atau bentuk pikiran
manusia yang dapat mengantar pikiran tersebut pada suatu kebenaran.
b. Drs. H. Abu Achmadi (2007:18) memberikan penjelasan bahwa,logika adalah suatu studi yang
sistematis (ilmiah) tentang prinsip umum yang menentukan kesatuan (validitas) cara menarik
kesimpulan terhadap masalah-masalah yang diperbincangkan.

Dari pendapat di atas maka dapat kita tarik kesimpulan yaitu:

 logika harus sistematis


 logika bersifat ilmiah
 logika bisa menjadi cara untuk menyelesaikan masalah

1.2 Fokus Penulisan

Penulisan ini difokuskan dalam memahami budaya berpikir kritis kepada masyarakat luas agar lebih
memahami makna sesungguhnya dari apa yang dimaksud dengan “Budaya Berpikir Kritis”

1.3 Rencana capaian proses dan capaian hasil


a. Rencana capaian proses yaitu, pada tahap awal seperti proses persiapan dan pelaksanaan
literasi. Literasi yang digunakan ada dalam 2 bentuk yaitu Literasi verbal-tulisan melalui sumber
“Artikel Riset Media” dan untuk Literasi verbal-lisan melalui percakapan bersama narasumber.
b. Sedangkan capaian hasil diharapkan adalah mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
kepada narasumber dan juga terjawab semua pertanyaan melai riset media.
BAB II

Data Observasi

2.1 Realisasi Capaian Proses

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk merefleksikan pemikiran dan memecahkan

masalah. Berpikir kritis dapat terbentuk dengan mengkombinasi beberapa kebiasaan seperti

berikut ini.

1) Keingintahuan

Keinginan untuk mencari pengetahuan dan pemahaman. Orang yang ingin tahu tidak

pernah puas dengan pemahaman mereka saat ini, tetapi terdorong untuk mengajukan

pertanyaan dan mencari jawaban. Rasa ingin tahu sendiri itu tidak ada habisnya, semakin

baik seseorang memahami topik tertentu, maka semakin menyadari betapa banyak lagi yang

harus dipelajari.

2) Kerendahan Hati

Kerendahan hati merupakan pengakuan bahwa pemahaman diri sendiri mengenai suatu

pengetahuan bernilai terbatas. Kerendahan hati sangat terkait erat dengan rasa ingin tahu.

Jika seseorang berpikir bahwa sudah tahu segalanya, maka tidak ada alasan untuk menjadi

penasaran. Sesorang yang rendah hati selalu menyadari keterbatasan dan kesenjangan
dalam pengetahuannya. Dengan kerendahan hati maka seseorang menjadi mudah

menerima informasi, menjadi pendengar dan pembelajar yang lebih baik.

3) Skeptisisme

Skeptisisme merupakan sikap curiga terhadap apa yang orang lain kemukakan.

Skeptisisme berarti perasaan untuk selalu menuntut bukti dan tidak begitu saja menerima

apa yang orang lain katakan. Pada saat yang sama, skeptisisme juga harus fokus ke dalam

keyakinan sendiri.

4) Rasionalitas atau Logika

Keterampilan logika formal sangat diperlukan bagi para pemikir kritis. Skeptisisme

membuat seseorang menjadi waspada terhadap argumen-argumen yang buruk, dan

rasionalitas membantu untuk mengetahui dengan tepat mengapa hal demikian dapat terjadi.

Rasionalitas memungkinkan untuk mengidentifikasi argumen-argumen yang baik kemudian

membantu memahami implikasi lebih lanjut dari argumen tersebut.

5) Kreativitas

Kreatifitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan kombinasi ide-ide baru. Saat

seseorang berpikir kritis, tanpa sadar seringkali melibatkan kemampuan berpikir kreatif dalam

memecahkan masalah yang diberikan.


6) Empati

Berpikir kritis dapat diterapkan dengan mencoba melihat permasalahan dari sudut

pandang orang lain. Dengan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, seseorang dapat

menghasilkan lebih banyak ide baru dibandingkan hanya mengandalkan pengetahuan

sendiri

2.2 Realisasi Capaian Hasil

Percakapan bersama narasumber :

Pewawancara : Aapakah menurutmu berpikir kritis itu ?

Narasumber : Menurut saya berpikir kritis itu mengurai dan menganalisis berbagai macam problem

Pewawancara : Apakah kebanyakan masyarakat sudah cukup cakap dalam berpikir kritis saat ini ?

Narasumber : Saat ini kita dihadapkan pada sebuah kondisi di mana terjadi ketidakcukupan dalam
melakukan kritik atas sebuah persoalan. Sebuah kondisi di mana masyarakat cenderung cepat
beraksi daripada terlebih dahulu melakukan refleksi. Rocky menyatakan bahwa kritik haruslah tiba
pada lapisan terakhir sebuah persoalan dan mampu melihat yang tidak terpikirkan. Kritik adalah
sarana pembebasan, karena hanya melaluinya masyarakat dapat keluar dari wilayah doktrinasi. 
BAB III

Validasi Aktivitas Penalaran

3.1 Validasi Aktivitas Penalaran 1,2,dan 3

Premis mayor: Semua burung adalah hewan bersayap.


Premis minor: Beberapa hewan bersayap tidak bisa terbang.
Kesimpulan: Beberapa burung tidak bisa terbang.
Pada contoh silogisme kategoris di atas terdapat tiga proporsi kategoris yaitu premis mayor, premis minor,
dan kesimpulan. Di dalam ketiga proporsi tersebut terdapat tiga kategori yaitu burung, hewan bersayap,
dan tidak bisa terbang. Masing-masing kategori disebutkan dua kali dalam ketiga proporsi. Dari kedua
premis disimpulkan bahwa beberapa burung termasuk ke dalam kategori hewan tidak bisa terbang.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas bahwa ilmu logika adalah suatu aktivitas penalaran yang digunakan
manusia untuk memecahkan suatu masalah. Ilmu logika berkaitan dengan adanya budaya berpikir kritis
Karena keduanya berhubungan dalam penalaran manusia. Berpikir kritis sangat dibutuhkan di zaman
sekarang ini, karena kalua kita mengambil keputusan tetapi tidak dengan melalui proses berpikir kritis
maka rentan keputusan yang kita ambil akan menimbulkan ketidakpuasan untuk diri kita sendiri karena
tidak difikirkan betul apa yang harus benar-benar kita lakukan demi mencapai hasil yang diinginkan.
4.2 Rekomendasi tindak lanjut
Untuk lebih banyak mengetahui argument atau teori tentang budaya berpikir kritis anda dapat membaca
dari berbagai sumber seperti sumber media digital, cetak , maupun flyer yang berada di jalan-jalan. Dan
anda bisa mengolah dengan pikiran anda semua maksud dari budaya berpikir krits itu sendiri.

BAB V
KEPUSTAKAAN

https://tajdid.uinjambi.ac.id/index.php/tajdid/article/view/28

BAB VI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai