Anda di halaman 1dari 26

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Kadispsiad


DINAS PSIKOLOGI Nomor Kep/ 2 / III / 2019
Tanggal 04 Maret 2019

METODE PEMECAHAN PERSOALAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Prajurit di samping memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai alat


pertahanan negara, juga tidak terlepas dari insan hamba Tuhan yang memiliki
tugas sebagai mahluk sosial yaitu hidup saling berdampingan dengan
sesamanya. Dalam menjalani tugas dan kehidupan sebagai prajurit dan
sebagai mahluk sosial disadari ataupun tidak disadari akan menghadapi
berbagai persoalan-persoalan, oleh karenanya persoalan-persoalan yang ada
itu perlu dengan segera untuk diselesaikan/dipecahkan sebelum suatu
keputusan diambil atau diputuskan.

b. Kemampuan memecahkan persoalan tersebut dapat dilaksanakan atau


diselesaikan apabila seorang Perwira mampu untuk merumuskan masalah,
menentukan pokok-pokok masalahnya sehingga dapat membuat langkah-
langkah yang tepat dalam pemecahan persoalan yang ada sesuai dengan
kepentingannya dalam ruang lingkup tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Di samping itu seorang Perwira diharapkan dapat memahami tentang
langkah-langkah pemecahan masalah sehingga masalah yang ada dapat
terselesaikan dengan baik.

c. Oleh karena pentingannya seorang Perwira harus memahami Metode


pemecahan suatu persoalan, maka Pasis perlu dibekali tentang pengetahuan
Metode Pemecahan Persoalan untuk mendukung tugas pokok.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Pembentukan Perwira TNI AD.

b. Tujuan. Agar Perwira Siswa pendidikan Pembentukan Perwira TNI AD


mengerti dan dapat melaksanakan Metode Pemecahan Persoalan sebagai
bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Latar Belakang Masalah.
c. Identitas Masalah.

d. Pertanyaan Masalah. RAHASIA


2

e. Langkah-langkah Pemecahan Persoalan


f. Penutup.

4. Referensi.

a. Keputusan Kasad Nomor Kep/548/V/2016, tanggal 27 Juni 2016 tentang


Buku Petunjuk Tulisan Dinas.

b. Keputusan Dankodiklat Nomor Kep/375/XI/2010, tanggal 23 Nopember


2010 tentang Metode Pemecahan Persoalan.

c. Drs. Surajiyo, Drs. Sugeng Astanto, M.Si. dan Dra. Sri Andiani (2010),
Dasar-dasar Logika, Penerbit PT. Bumi Aksara cetakan kelima.

5. Pengertian.

a. Metode adalah cara atau teknik menyelesaikan suatu pekerjaan.

b. Pemecahan adalah jawaban atau penyelesaian terhadap suatu faktor


yang timbul dalam cara penyelesaian pekerjaan.

c. Persoalan adalah sesuatu yang harus diselesaikan (Kamus Besar


Bahasa Indonesia “Balai Pustaka” Depdiknas 2002 Hal 1080).

d Logika secara teknis berarti ilmu dan seni berpikir yang benar (THE
SCIENCE AND ART CORRECT THINKING).

e. Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penitian hukum-hukum


akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran
(Hasbullah Bakry).

f. Logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum


susunan atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikirannya dapat
mencapai kebenaran (N. Drijarkara).

g. Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara mendalam


tentang kebenaran berpikir (Fudyartantas).

h. Logika adalah ilmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah


dan hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapai
kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijaksana (Nuril Huda).

i. Logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari tehnik berpikir


untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya
(Ir. Poedjawijatna).

j. Logika adalah ilmu berpikir yang tepat, dan sekadar dapat menunjukan
adanya kekeliruan di dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu
dapat dielakan, maka hakikat dari logika dapat pula disebut teknik berpikir (A.B.
Hutabarat).
k. Masalah adalah sejenis pertanyaan tidak ada yang mengetahui
jawabannya (Dr. I. Made Sandy).
3

l. Masalah adalah sesuatu yang diragukan, dibingungkan, dipertanyakan


atau dicemaskan (T.W. Organ).

BAB II
METODE PEMECAHAN PERSOALAN

6. Metode Pemecahan Persoalan. menentukan suatu masalah merupakan


langkah yang sangat penting, karena langkah ini akan menentukan bagaimana
masalah ini dapat diselesaikan. Perumusan masalah pada hakekatnya merupakan
perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui suatu pemikiran dengan
penelitian. Jawaban yang benar tidak mungkin diperoleh apabila pertanyaannya
salah, maka perlu pembahasan tentang logika, sumber masalah dan proses
perumusan masalah.

7. Logika. Logika memiliki sejarah yang sangat panjang dan sudah ada sejak
zaman Yunani kuno, diperkenalkan oleh filosof-filosof besar seperti Socrates, Plato
dan Aristoteles, sedang filosof dari zaman Romawi diperkenalkan oleh Cicero.
Dalam sejarah Islam juga dikenal adanya perkembangan ilmu mantik (ilmu logika).
Perkataan Logika diturunkan dari kata sifat logike, bahasa Yunani, yang berhubungan
dengan kata benda logos, berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari
pikiran. Hal ini membuktikan bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara pikiran
dan perkataan yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Untuk memahami logika
dapat dilihat dari guna, mamfaat dan pembagian logika.

Jika dilihat secara etimologi, logika berasal dari bahasa Yunani yakni logike dan
logos yang memiliki arti pikiran atau perkataan tentang pernyataan dari pikiran, alasan
atau uraian sehingga logika adalah pekerjaan dari akal pikiran manusia dimana dalam
bernalar tersebut akan diperoleh kebenaran atau kesimpulan yang tepat. Sebagai ilmu
yang disebut dengan logica scientia atau ilmu logika, sekarang ini lebih umum disebut
dengan logika saja sehingga logika bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan
mengenai prinsip dan norma penyimpulan yang dipandang dari aspek benar dan
sebagian berpendapat jika logika merupakan salah satu fungsi filsafat dalam psikologi
yang mengulas prinsip serta hukum penalaran yang tepat.

Psikologi dan logika juga sama sama akan mengarahkan manusia untuk bisa
berpikir secara konstruktif dan juga benar. Individu akan diarahkan berpikir secara
konstruktif dan benar yang bisa dilihat dari proses pengambilan keputusan dari
beberapa premis yang ada atau penarikan kesimpulan secara deduktif dengan
memakai pola pikir yang disebut dengan selogisme atau beberapa pola lain. Logika
nantinya akan membantu individu untuk menyelesaikan masalah lebih konstruktif
dimana ilmu pengetahuan pada awalnya berasal dari keingintahuan lalu dilaksanakan
lewat pengamatan dan percobaan serta penalaran sekaligus mengurangi tanda tanda
stress. Percobaan ini memiliki tujuan untuk memperoleh gejala dalam lingkungan yang
terkendali dan data yang sudah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisa memakai
metode ilmiah tertentu sehingga bisa didapat kesimpulan yang logis dan dapat
diterima oleh akal sehat.
4

Selain itu Psikologi dan logika berguna sebagai daya analisis sehingga individu
akan bertambah khususnya jika sedang mengalami sebuah masalah yang akhirnya
membantu seseorang untuk membuat keputusan tepat. Logika dan psikologi juga
berguna sebagai manajemen waktu serta logika juga merupakan dasar dari ilmu
psikologi yang paling mendasar sehingga nantinya daya pikir dan daya analisis
seseorang akan semakin berkembang.

a. Guna dan manfaat Logika. Ada beberapa kegunaan logika, yaitu


dengan belajar logika dapat:

1) membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir


secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis dan koheren;

2) meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan


objektif;

3) menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir


secara tajam dan mandiri; dan

4) meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan


serta kesesatan (Jan Hendrik Rapat, 1996).

b. Pembagian Logika. Logika menurut The Liang Gie (1980) dapat


digolongkan menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut:

1) logika makna luas dan logika makna sempit:

a) Logika dalam arti luas. Pemakaiannya mencakup


kesimpulan dari perbagai bukti dan bagaimana sistim-sistim
penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula
pembahasan mengenai logika itu sendiri; dan

b) Logika dalam arti sempit. Suatu penalaran yang


menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal
pikirannya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja.

2) logika deduksi dan logika induksi:

a) logika deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang


hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih,
dengan kata lain, deduksi sebagai penalaran yang menyimpulkan
hal yang khusus dari sejumlah proposisi yang umum.

Contoh:

Semua logam dipanasi memuai.


Seng termasuk logam.
Jadi seng dipanasi pasti memuai.

Kesimpulan: “Semua logam dipanasi memuai” adalah proposisi


yang umum dan kesimpulannya seng dipanasi pasti memuai
adalah proposisi yang lebih khusus dibandingkan premisnya.
5

b) logika induksi adalah suatu bentuk penalaran yang


menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi
khusus. Dalam induksi, tidak ada konklusi yang mempunyai nilai
kebenaran yang pasti.

Contoh:

Apel 1 keras, hijau dan rasanya masam.


Apel 2 keras, hijau dan rasanya masam.
Apel 3 keras, hijau dan rasanya masam.

Jadi tiga generalisasi di atas kesimpulannya sama, yaitu semua


apel keras, hijau dan rasanya masam.

Kesimpulan: Makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar


penalaran induksi, makin tinggi probabilitas kesimpulannya dan
sebaliknya.

3) logika formal dan logika material;

a) logika material atau logika mayor adalah mempelajari


sumber-sumber dan asalnya, alat proses terjadinya dan akhirnya
merumuskan metode ilmu pengetahuan itu; dan

b) logika formal atau logika minor adalah Ilmu yang


mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk
mencapai kebenaran.

4) logika murni dan logika terapan:

a) logika murni (pure logic) adalah Ilmu tentang efek terhadap


arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesalahan
dari pembuktian tentang semua bagian dan segi dari pernyataan
dan pembuktian; dan

b) logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan


dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat dan juga dalam
pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.

5) logika filsafati dan logika matematik:

a) logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam


atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan
pembahasan dalam bidang filsafat; dan

b) logika matematik merupakan suatu ragam logika yang


menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode
matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk
menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat
dalam bahasa biasa.
6

8. Identifikasi Masalah.

a. Masalah yang akan diteliti pertama-tama tentu saja diwarnai atau


dibatasi oleh kerangka acuan seorang peneliti. Suatu masalah dapat ditinjau
dari berbagai segi dan segi pandangan seseorang ditentukan oleh ilmu atau
disiplin yang dianutnya. Dengan kerangka acuan yang dimiliki, masalah-
masalah yang dapat diteliti dapat dicari dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
dapat menemukan suatu masalah penelitian dari pengalaman atau kehidupan
sehari-hari diperlukan kejelian yang cukup tinggi. Melalui diskusi sering kali
dapat dirumuskan suatu masalah yang berharga untuk diteliti. Melalui diskusi
seperti ini, dapat diketahui bahwa suatu masalah yang sudah dirumuskan
ternyata masih banyak mengandung kelemahan sehingga perlu diperbaiki.

b. Perbaikan perumusannya kemudian didiskusikan lagi sehingga


permasalahan dan perumusannya dapat dipertajam menjadi masalah yang
benar-benar dapat serta bernilai dapat diteliti. Dalam menemukan suatu
masalah yang akan diteliti, yang paling mungkin adalah membaca literatur,
topik yang menarik perhatian dan kemudian mengkajinya akan dapat sangat
membantu untuk dapat menemukan permasalahan yang perlu dan dapat
diteliti. Sumber yang sangat penting dalam program membaca dalam rangka
menemukan suatu masalah penelitian adalah jurnal. Jurnal sering memuat
artikel yang membahas aspek.

9. Pertanyaan Masalah.

a. Dalam tahap perumusan masalah, kreatifitas seorang peneliti akan


sangat membantu akan tetapi, karena tingkat kreatifitas orang tidak sama maka
diperlukan suatu kerangka tentang prosedur yang sistematik untuk
merumuskan masalah sebagai pedoman. Prosedur yang sistimatik dalam
perumusan masalah menurut Wechsler, Reinharz dan Pobbin tahun 1976
tahap pertama adalah adanya kebutuhan yang dirasakan (Felt Need).
Kebutuhan yang dirasakan ini akan menimbulkan keinginan untuk melakukan
suatu penelitian sehingga telah pula diperoleh gambaran tentang masalah yang
akan diteliti.

b. Tahap ke dua adalah mempersempit masalahnya sampai pada tingkat


yang dapat ditangani oleh peneliti. Cara yang berguna dalam hubungan ini
adalah memikirkan variable yang akan diteliti. Langkah ke tiga adalah
memeriksa masalah yang akan diteliti dalam hubungannya dengan
pengetahuan yang telah tersedia dan penelitian apa saja yang pernah
dilakukan yang menyangkut variable yang akan diteliti. Dalam hubungannya
dengan perumusan masalah, Kerlinger (1986) mengemukakan tiga kriteria
yaitu:

1) masalah harus menyatakan hubungan antara dua variable atau


lebih;

2) masalah harus dinyatakan secara jelas tanpa meragukan dalam


bentuk pertanyaan; dan
7

3) masalah harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji


secara empirik.

Langkah-langkah masalah merupakan bagian dari masalah yang apabila


dipersempit lagi akan mendapat akar permasalahannya. Untuk dapat segera
mengetahui adanya pokok-pokok masalah yang berkembang salah atau menyimpang
menuntut kemampuan intelektual dan mental yang lebih baik yaitu sikap waspada,
terbuka terhadap kenyataan, berpengetahuan, berpengalaman, suka mencoba,
percaya kepada diri sendiri, bertanggung jawab, berfikir jernih dan suka bertanya
tentang sesuatu baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Untuk
mengetahui akar penyebab dari masalah maka akan dibahas dalam metode
brainstorming dan bertanya mengapa beberapa kali (why-why). Masalah sebagai
rangkaian persoalan yang harus dipecahkan sebelum suatu keputusan diambil.
Apabila ada masalah berupa sejenis pertanyaan tidak ada yang mengetahui
jawabannya dan masalah merupakan sesuatu yang diragukan, dibingungkan,
dipertanyakan atau dicemaskan. Adapun sesuatu hal yang dapat dikategorikan
sebagai suatu masalah apabila:

a. hal yang diharapkan, ternyata tidak terjadi atau tidak terlaksana;

b. hal yang sudah lazim dan mapan, ternyata tidak memadai lagi;

c. hal yang dianggap sama dengan kebiasaan, ternyata menghasilkan


kesimpulan yang berbeda;

d. hal yang ditanyakan, ternyata tidak dapat dijawab segera dan tuntas;
dan

e. hal yang dirasakan menjadi ancaman.

Persoalan adalah bagian dari masalah. Perbedaan antara masalah dan


persoalan terletak dalam ruang lingkupnya. Satu masalah terdiri dari beberapa
bagian yang jalin-menjalin. Bagian-bagian dalam masalah ini dalam istilah tehnik
riset disebut variabel-variabel. Variabel-variabel inilah yang dinamakan persoalan.
Untuk memecahkan satu masalah maka masalah itu harus diuraikan terlebih dahulu
menjadi beberapa persoalan, kemudian persoalan-persoalan tersebut disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan yang tajam. Memecahkan persoalan adalah tindakan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian persoalan adalah
rumusan sebagai pendekatan pemecahan masalah.

Metode Brainstorming. Brainstorming membantu membangkitkan ide-ide


alternatif dan persepsi dalam suatu tim kerja sama yang bersifat terbuka dan bebas.

a. Brainstorming dapat digunakan berkaitan dengan hal-hal berikut:

1) menentukan penyebab yang mungkin dari masalah-masalah


dalam proses dan atau solusi terhadap masalah-masalah itu;

2) memutuskan masalah apa (atau kesempatan peningkatan apa)


yang perlu diselesaikan;
8

3) anggota tim merasa bebas untuk berbicara dan menyumbangkan


ide-ide kreatif mereka;

4) menginginkan untuk menjaring sejumlah besar persepsi alternatif;

5) kreatifitas merupakan karakteristik out come yang diinginkan; dan

6) fasilitator dapat secara efektif mengelola tim kerjasama itu.

b. Untuk melaksanakan brainstorming, dapat mengikuti langkah-langkah


berikut:

1) menyatakan pertanyaan secara jelas;

2) semua anggota dari kelompok harus berpikir dan membuat


catatan-catatan;

3) setiap ide atau respons yang diberikan oleh anggota kelompok


tidak boleh dikritik atau tidak boleh diberi komentar;

4) setiap ide atau respons dari anggota kelompok dicatat tanpa


memberikan komentar;

5) setiap anggota kelompok diminta memberikan ide atau respons,


tidak boleh ada satupun anggota kelompok yang tidak memberikan ide
atau respons;

6) setiap anggota kelompok menyiapkan suatu rangking dari ide-ide


atau respons yang diterima itu;

7) rangking individual itu terhadap ide-ide atau respons itu


diperbandingkan; dan

8) memprioritaskan untuk memilih ide-ide terbaik dari berbagai ide


atau respons yang dikemukakan itu.

c. Ketentuan dasar dari brainstorming :

1) Fokus pada kuantitas.


Asumsi yang berlaku disini adalah semakin banyak ide yang tercetus,
kemungkinan ide yang menjadi solusi masalah semakin besar.
2) Penundaan kritik.
Dalam brainstorming, kritikan atas ide yang muncul akan ditunda.
Penilaian dilakukan di akhir sesi, hal ini untuk membuat para siswa
merasa bebas untuk memunculkan berbagai macam ide selama
pembelajaran berlangsung.
3) Sambutan terhadap ide yang tak biasa.
9

Ide yang tak biasa muncul disambut dengan hangat. Bisa jadi, ide yang
tak biasa ini merupakan solusi masalah yang akan memberikan
perspektif yang bagus untuk kedepannya.
4) Kombinasikan dan perbaiki ide.
Ide-ide yang bagus dapat dikombinasikan menjadi satu ide yang lebih
baik.

d. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Metode Brainstorming :


Berdasarkan pengertian dan ketentuan dasar dari metode brainstorming
maka untuk tahapan-tahapan pembelajaran untuk memulai brainstorming,
antara lain:
1) Tahap Pemberian informasi dan motivasi (Orientasi). Guru menjelaskan
masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak siswa aktif
untuk menyumbangkan pemikirannya.
2) Tahap Identifikasi (Analisa). Pada tahap ini siswa diundang untuk
memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran
yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan
peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar
kreativitas siswa tidak terhambat.
3) Tahap Klasifikasi (Sintesis). Semua saran dan masukan peserta ditulis.
Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan
disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor
lain.
4) Tahap Verifikasi. Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang
saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya
dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil
salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada
pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
5) Tahap Konklusi (Penyepakatan). Guru/pimpinan kelompok beserta
peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah
yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara
pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Brainstorming
1) Kelebihan Motode Brainstorming
Metode brainstorming memiliki banyak kelebihan. Adapun beberapa ahli
mengungkapkan kelebihan metode brainstorming sebagai berikut:
Roestiyah mengungkapkan dalam bukunya, ada beberapa kelebihan metode
brainstorming, yaitu sebagai berikut:
1. Siswa aktif berfikir untuk menyatakan pendapat,
2. Melatih siswa bepikir dengan cepat dan tersusun logis,
3. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran,
4. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannnya yang pandai
atau dari guru,
5. Terjadi persaingan yang sehat,
10

6. Siswa merasa bebas dan gembira,


7. Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
2) Kekurangan Motode Brainstorming
Selain memiliki banyak kelebihan, metode brainstorming juga memiliki
kelemahan. Berikut kelemahan-kelemahan metode brainstorming:
Roestiyah mengungkapkan beberapa kelemahan metode brainstorming
lainnya, yaitu sebagai berikut:
1. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir
dengan baik,
2. Siswa yang kurang pandai selalu ketinggalan,
3. Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan,
4. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah,
5. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan

Bertanya Mengapa Beberapa Kali (Why-why). Konsep bertanya mengapa


beberapa kali dapat digunakan untuk menemukan akar penyebab dari suatu masalah
yang berkaitan dengan kualitas dari suatu proses. Bertanya mengapa beberapa kali
akan mengarahkan kita untuk sampai pada penyebab masalah sehingga tindakan
korektif yang sesuai pada akar pada penyebab masalah yang ditemukan itu akan
menghilangkan masalah. Contoh penggunaan alat bertanya mengapa beberapa kali
(Why-why) ditunjukkan dalam tabel 9.A, tabel 9.B, dan tabel 9.C. Dari tabel 9.A kita
mengetahui bahwa akar penyebab masalah peningkatan Unfanvorable material
effeciency variance (melalui penyimpangan penggunaan aktual material terhadap
penggunaan standart) adalah belum adanya sistem pembelian yang baku seperti:
Just–in–time purchasing, sehingga tindakan yang efektif adalah menetapkan dan
melaksanakan sistem pembelian Just-in-time dengan menggunakan konsep Blanket
Purchase Order (BPO).

Bertanya mengapa beberapa kali untuk menemukan akar penyebab masalah


(Observasi: Peningkatan unfavorable material efficiency variance)

NO BERTANYA MENGAPA JAWABAN


1 2 3
1. Mengapa terjadi unfavorable material Sebab penggunaan aktual material
efficiency variable sebesar 20 %. lebih besar dari pada standart yang
diterapkan.
2. Mengapa penggunaan aktual material Sebab terjadi scrap mateial
lebih besar dari pada standart yang sebesar 25 %.
ditetapkan?
3. Mengapa terjadi scrap/potongan Sebab material yang digunakan
material sebesar 25 %? berasal dari pemasok lain.

1 2 3

4. Mengapa material yang digunakan Sebab terjadi kehabisan material


berasal dari pemasok lain? ketika memesan kepada pemasok
11

yang biasa memasok material


standar.
5. Mengapa terjadi kehabisan material Sebab sistem pembelian material
ketika memesan kepada pemasok selama ini hanya berdasarkan
standar? kepada kebutuhan saat itu.
6. Mengapa sistim pembelian material Sebab belum ada kebijaksanaan
hanya berdasarkan kepada kebutuhan manajemen berkaitan dengan sistem
saat tertentu saja: pembelian material Just-In-Time (JIT
Purchasing).

Bertanya mengapa beberapa kali untuk menemukan akar penyebab masalah


(observasi: Mesin sering macet)

NO BERTANYA MENGAPA JAWABAN


1 2 3
1. Mengapa mesin sering macet? Sebab sekring sering putus karena
beban terlalu besar.
2. Mengapa beban terlalu besar? Sebab pemberian pelumas tidak
cukup.
3. Mengapa pemberian minyak pelumas Sebab pompa penyalur minyak
tidak cukup? pelumas tidak bekerja dengan baik

4. Mengapa pompa penyalur minyak Sebab sumbu pompa tidak


pelumas tidak bekerja dengan baik? berfungsi.
5. Mengapa sumbu pompa tdk berfungsi? Sebab minyak pelumas kotor
masuk ke dalamnya.

Dari tabel 9 B diketahui bahwa akar penyebab masalah kemacetan mesin sehingga
menurunkan produktivitas mesin adalah, masalahnya minyak pelumas kotor ke
dalam pompa itu, sehingga tindakan yang efektif adalah memasang jaringan (Filter)
pada pompa pemberi pelumas.

Bertanya mengapa beberapa kali untuk menemukan akar penyebab masalah


(observasi: Penjualan Menurun)

NO BERTANYA MENGAPA JAWABAN


1 2 3

1 Mengapa penjualan menurun sebesar Sebab kita menjual lebih sedikit


12% dalam kuartal pertama? produk, sementara harga tetap.

2. Mengapa kita menjual lebih sedikit Sebab biaya untuk iklan berkurang
produk? sebesar 25%.
1 2 3
3. Mengapa biaya untuk iklan berkurang Sebab proposal anggaran yang
25%? diminta tidak diterima tepat waktu.

4. Mengapa proposal anggaran tidak Sebab manajer periklanan tidak ada.


diterima tepat waktu?
12

5. Mengapa manajer periklanan tidak Sebab posisi itu tidak ditempati sejak
ada? Departemen periklanan dibuka.

Dari tabel 9 C kita mengetahui bahwa akar penyebab masalah penjualan menurun
adalah posisi manajer periklanan belum ditempati, sehingga tindakan yang efektif
adalah menempatkan atau mengangkat manajer periklanan agar menempati posisi
pada Departemen itu.

10. Langkah-langkah pemecahan persoalan Dalam proses penyelenggaraan


pemecahan persoalan, pentahapannya secara umum dapat kita bagi dalam langkah-
langkah sebagai berikut: mengenali masalah, mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisa data, memilih dan menetapkan cara bertindak yang terbaik serta
mengajukan saran.

Dalam proses penyelenggaraan pemecahan persoalan, pentahapannya secara umum


dapat kita bagi dalam langkah-langkah sebagai berikut: mengenali masalah,
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisa data, memilih dan menetapkan cara
bertindak yang terbaik serta mengajukan saran.Pendekatan problem solving adalah
suatu metode pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah, yang didikuti dengan penguatan keterampilan
(K.L.Pepkin,2004:1). Menurut Polya (dalam suhaerman dkk.2003) solusi soal
pemecahan masalah memuat empat lagkah fase penyelesaian, yaitu:

1. memahami masalah
2. merencanakan penyelesaian
3. me nyelesaikan masalah sesuai rencana
4. melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan.

Langkah-langkah pelaksanaan metode pemecahan masalah adalah :

1.Persiapan

a) Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh pendidik.


b) Pendidik menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu
dalam memecahkan persoalan
c) Pendidik memberikan gamabaran secara umum tentang cara-cara
pelaksanaannya
d) Problem yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang peserta didik
untuk berfikir
e) Problem harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemapuan peserta
didik

2. Pelaksanaan

a) Pendidik menjelaskan secara umum, tentang maslah yang dipecahkan.


b) Pendidik meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
tentang tugas yang akan dilaksanakan
c) Perta didik dapat bekerja secara individual atau kelompok.
13

d) Mungkin peserta didik dapat menemukan pemecahannya dan mungkin


pula tidak
e) Kalau pemecahannya tidak ditemuka oleh peserta didik kemudian
diskusiakan mengapa pemecahannya tidak ditemui
f) Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan :fikiran
g) Data diusahakan megumpulkan sebanyak-banyaknya untuk analisa
sehingga dijadika fakta
h) Membuat kesimpualan.

Menurut Dodson dan Hollander (dalam Amustofa, 2014) kemampuan


pemecahan masalah yang harus ditumbuhkan adalah :

a. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika


b. Kemampuan mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi
c. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilikih
prosedur yang benar.
d. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan
e. Kemampuan untuk menaksirkan dan menganalisis
f. Kemampuan untuk memvisualisasi dan mengimplementasi kuantitas
atau ruang
g. Kemampuan untuk memperumum (generalisasi) berdasarkan beberapa
contoh
h. Kemampuan untuk mengganti metode yang telah diketahui
i. Mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang terhadap
materinya.

Dalam setiap perkiraan yang kita lakukan langkah pertama dan terpenting
adalah mengenali masalah serta menetapkan tujuan pemecahannya. Perumusan
tujuan (pemecahan masalah) yang keliru atau berbeda akan menghasilkan konsep
pemecahan yang berbeda pula. Langkah-langkah dalam menganalisa masalah
adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalah. Hal ini dilakukan sumber dengan usaha


menemukan kerawanan maupun sumber kerawanan tersebut. Untuk itu dapat
kita mulai dengan mempelajari hakekat dan apa yang menjadi tugas Komandan
atau satuan serta bagian mana yang menjadi tugas kita sendiri. Dengan
menggambarkan hubungan kerja yang berlaku termasuk fungsi-fungsi dan
pembagian tugas masing-masing unsur dapat membantu kita menemukan
kerawanan tersebut. Untuk itu kita dapat menggunakan antara lain
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

1) adakah kesulitan yang dirasakan dalam pelaksanaan tugas?


(kurang lancar, keliru, tidak dilaksanakan dengan tepat dsb);

2) apakah kira-kira yang menyebabkan kesulitan itu;

3) mengapa saya berkepentingan dalam masalah ini; dan

4) hal apakah yang menarik perhatian pimpinan/Komandan saya


dalam masalah ini?
b. Menganalisa masalah. Setelah kita temukan kerawanan-kerawanan itu
lebih lanjut kita mencari apa yang menyebabkan kerawanan tersebut. Sumber
14

kerawanan mungkin hanya satu tapi biasanya lebih dari satu. Dalam
menghadapi masalah yang rumit mungkin perlu dilakukan penelitian dahulu
lebih seksama untuk menentukan hubungan antara masalah atau kesulitan
dengan sumber penyebabnya.

c. Membatasi masalah. Dalam rangka mengenali masalah ini, langkah


selanjutnya adalah membatasi diri mana yang:

1) menjadi tanggung jawab kita; dan

2) dalam batas wewenang pengawasan pimpinan/Komandan kita.

d. Merumuskan masalah. Setelah mengetahui sumber dari masalah dan


memperhatikan pula pembatasan sesuai dengan tanggung jawab maupun
wewenang kita, selanjutnya kita perlu membuat suatu perumusan yang dapat
disusun dalam bentuk pertanyaan: Bagaimana menghilangkan kerawanan-
kerawanan itu?

e. Mengumpulkan Data.

1. Setelah masalahnya dirumuskan, langkah berikutnya adalah


melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengah masalah tersebut.
Teknik yag digunakan untuk pengumpulan data dapat dengan cara mempelajari
atau meneliti laporan, naskah, petunjuk program dan sumber tertulis lainnya,
tapi juga dengan penyebaran angket, cheklist, mengadakan wawancara atau
pengamatan. Dalam rangka pengumpulan data ini kita juga perlu mengadakan
diskusi dan bertukar pikiran dengan atasan, rekan-rekan Perwira Staf maupun
dengan Komandan eselon bawahan.

2. Keterangan atau data yang kita peroleh lebih lanjut kita adakan
penggolongan sesuai dengan sifatnya yaitu fakta ataukah dugaan, juga
digolongkan menurut tingkat kepentingannya terhadap pemecahan masalah,
yaitu : yang bersifat mutlak, penting atau berfaedah. Untuk ini jangan lupa
diperhitungkan tentang biaya, ruang lingkup kegiatan dan waktu maupun tradisi
yang sudah berlaku dalam sesuatu lingkungan karena hal-hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap kelancaran pemecahan masalah. Doktrin, keputusan
dan peraturan yang berlaku dijadikan dasar untuk memecahkan masalah yang
bersangkutan.

3. Setelah data terkumpul kita perlu mengadakan evaluasi dengan


mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

a) apakah data itu (benar) ada hubungannya dengan masalah yang


dibahas?

b) apakah data yang bersangkutan merupakan fakta ataukah


keterangan yang masuk akal?

c) apakah data yang bersangkutan masih segar?


d) apakah data yang diperoleh sudah cukup untuk membahas yang
bersangkutan?
15

e) apakah data itu sudah meliputi semua aspek yang kita perlukan?

f. Mengolah Data dan Menganalisa Data. Babak ini merupakan babak


yang paling sulit karena di sini kita dituntut secara kreatif, artinya dapat
menghubung-hubungkan unsur yang kita ketahui dengan kecenderungan
maupun konsep pemecahannya ke dalam suatu pola pikir yang baru dan
berfaedah. Mengenai pengembangan cara berpikir kreatif ini ada dua hal yang
perlu kita ketahui yaitu: tentang hambatan-hambatan yang sering
mempengaruhi daya kreasi kita dan bagaimana meningkatkan daya kreasi
tersebut. Hal-hal yang menghambat pengembangan daya kreasi antara lain
adalah sebagai berikut:

1. Kebiasaan. Pengamatan kita terhadap sesuatu sangat erat dengan


pengalaman atau latar belakang pengetahuan kita. Biasanya pikiran kita
tidak menangkap semua yang kita lihat, tapi lebih cenderung mencatat apa
yang berkenan dihati kita. Biasanya kita hanya mau melihat hal yang enak-
enak saja yang dapat dikembangkan untuk menjamin kebiasaan kita
menangkap masalah di sekitar kita adalah antara lain dengan:

a) senantiasa berusaha mencari jawaban terhadap berbagai


pertanyaan yang timbul dalam pikiran kita; dan

b) berusaha untuk mendapat gambaran yang menyeluruh mengenai


suatu persoalan.

2. Rasa takut. Biasanya orang tidak berani melakukan suatu karya


pembaharuan (atau perombakan) karena orang takut gagal yang akan berarti
menyangkut nama baik atau prestasinya. Akibatnya orang cenderung orang
bersikap netral atau menunggu, dengan kata lain tidak aktif. Dengan
senantiasa berusaha melakukan persiapan yang sebaik-baiknya atau
merencanakan sesuatu secara matang sebelum melakukan sesuatu, kita akan
dapat memperkecil resiko kegagalan dan sekaligus meningkatkan rasa
percaya akan diri sendiri serta kemungkinan mendapat sukses.

3. Prasangka. Prasangka adalah suatu penilaian yang terburu-buru


terhadap sesuatu persoalan tanpa kita mengetahui semua fakta yang bertalian
dengan persoalan itu. Secara sadar atau tidak, sering kali kita terlalu
dikuasai oleh lingkungan atau pergaulan di mana kita cenderung mengikuti saja
atau membenarkan apa kata orang. Prasangka sering membuat kita buta
terhadap masalah kita sebenarnya, karena yang kita jadikan sasaran adalah
orang lain bukannya masalah atau persoalan. Kita akan dapat menghilangkan
kebiasaan berprasangkaan ini apa bila kita mau melakukan komunikasi dan
mendistribusikan masalah serta beritikad baik untuk mencari pemecahan bagi
persoalan yang bersangkutan.

4. Harga diri. Sering kali kita cenderung untuk mempertahankan pendapat


atau keputusan sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain,
terlebih-lebih kalau pendapat orang lain itu berlawanan dengan pendapat kita.
Untuk mengatasi hambatan ini kita perlukan membiasakan diri untuk bersikap
lebih terbuka dan mau mempertimbangkan pendapat orang lain.
16

5. Sifat lamban. Apabila seseorang cenderung menolak perubahan


mengenai keadaan atau lingkungan meskipun ia sadar bahwa ada masalah
tertentu, orang tersebut mempunyai kecenderungan bersifat ragu-ragu atau
lamban sekalipun ia mempunyai cukup pengetahuan atau kemampuannya.
Sifat lambat merupakan hambatan yang dapat kita atasi dengan membiasakan
diri mencari/menemukan konsep pemecahan bagi setiap persoalan yang
timbul disertai keberanian untuk tampil ke depan. Kita wajib berusaha untuk
mengenali kelemahan kita yang menjadi penghambat daya kreasi seperti yang
disebutkan di atas selama kita tidak bersungguh-sungguh berusaha mengatasi
hambatan itu, akan senantiasa sukar bagi kita untuk mengembangkan cara-
cara berfikir yang kreatif dalam diri kita. Salah satu cara untuk meningkatkan
daya kreasi dan kemampuan membentuk gagasan-gagasan baru adalah
dengan mencurahkan semua buah pikiran yang timbul atau melintas dalam
benak kita tanpa diolah terlebih dahulu. Teknik ini telah dikenal dengan istilah
Brainstorming. Untuk mengembangkan teknik ini dapat digunakan beberapa
petunjuk sebagai berikut:

1) jangan kita persoalkan apakah gagasan itu benar atau salah.


Analisa terhadap gagasan itu sendiri kita lakukan pada tahap kemudian;

2) curahkan semua gagasan yang timbul dalam pikiran kita dan catat
sedemikian rupa agar mudah kita mempelajarinya kembali dikemudian;

3) utamakan kecepatan memperoleh gagasan dari pada ketelitian


atau kebenarannya. Dengan jumlah gagasan yang lebih banyak
memungkinkan kita untuk menemukan jawaban yang tepat bagi suatu
persoalan; dan

4) bersikaplah terbuka dan terimalah gagasan orang lain sekalipun


gagasan itu mirip dengan gagasan kita, ataupun tampaknya berlawanan
dengan pendapat kita. Pendapat orang lain sering kali memberikan
kepada kita dorongan bagi timbulnya gagasan-gagasan baru.

g. Memilih Cara Bertindak yang Terbaik.

a. Dalam rangka menilik kemungkinan pemecahan atau cara bertindak,


dalam melakukan analisa kita dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:

1) apakah waktunya sudah tepat untuk mengadakan perubahan


baru?

2) apakah keputusan yang akan diambil ini dapat berlaku lama?

3) berapa banyak dukungan atau pengeluaran yang diperlukan


untuk melaksanakan keputusan yang baru itu? (biaya, tenaga, waktu
dsb).

4) dibandingkan dengan hasil yang dapat dicapai sekarang ini,


apakah hasil yang diharapkan itu sepadan dengan besarnya biaya dan
tenaga yang harus kita keluarkan?
17

5) apakah cara pemecahan (yang akan disarankan ini) dapat


diterima oleh Komandan? Kita harus dapat memperkirakan apa yang
kemungkinan besar dapat diterima oleh Komandan dan apa yang pasti
ditolaknya. Komandan adalah orang pertama yang harus dapat kita
yakinkan tentang perlunya pemecahan terhadap sesuatu masalah, baru
kemudian dikembangkan bersama para Perwira Staf lainnya.

b. Dengan menggunakan pedoman tersebut di atas, kita akan dapat


mengetahui cara bertindak mana yang dapat kita pertimbangkan lebih lanjut
dalam pemecahan persoalan yang dihadapi dan mana yang harus kita
tinggalkan karena kurang memenuhi syarat.
c. Langkah berikutnya adalah menelaah untung rugi dari masing-masing
kemungkinan cara bertindak, umpamanya dengan menguraikan sebagai
berikut:

Cara bertindak atau kemungkinan

1) Uraian/rumusan cara bertindak : ………………………..


2) Keuntungan-keuntungannya : ………………………..
3) Kerugian-kerugiannya : ………………………..

d. Langkah berikutnya adalah mengadakan perbandingan terhadap


kemungkinan-kemungkinan tersebut di atas dengan menilai keuntungan dan
kerugiannya masing-masing. Melalui pembahasan tersebut kita akan dapat
menentukan kemungkinan manakah yang mengandung resiko yang terkecil,
untuk selanjutnya kita sarankan kepada Komandan.

e. Mengajukan saran. Dalam rangka mengajukan saran cara bertindak


kepada Komandan, kita dapat menggunakan teknik penulisan tertentu
umpamannya: Telaahan Staf atau perkiraan keadaan. Dalam mengajukan
saran kepada Komandan itu perlu diingat hal-hal sebagai berikut:

1) Komandan adalah orang yang sibuk, waktu beliau terbatas dan


berharga karena banyak tugas lain yang menunggu. Sajikan saran-
saran itu secara ringkas tetapi berisi jangan bertele-tele;

2) yakinkan Komandan tentang saran tersebut dengan


mengemukakan beberapa cara bertindak, masing-masing dengan
untung ruginya;

3) nyatakan alasan saudara dan apa yang menjadi latar belakang


pemecahan persoalan tersebut; dan

4) kita harus siap untuk memperinci lebih lanjut apabila Komandan


memintanya.
f. Telaahan Staf. Telaahan staf adalah salah satu bentuk tulisan dinas yang berlaku
di lingkungan TNI dan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
pemecahan persoalan di dalam penulisan Telaahan Staf ini tidak terlepas dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam administrasi umum TNI. Telaahan staf pada
hakekatnya berisi saran staf kepada Komandan atau saran dari kesatuan bawahan
kepada kesatuan atasan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu
Komandan/satuan atasan di dalam membuat keputusan.
18

a. Bentuk. Telaahan Staf mempunyai 4 (empat) bagian umum, yaitu:

1) Kepala;
2) tubuh/inti;
3) penutup; dan
4) lampiran-lampiran.

b. Tata cara penulisan telaahan staf.

1) Kepala. Penulisan kepala ini sama seperti yang digunakan


dalam surat-surat militer yaitu:

a) kop nama badan/satminkal;

b) Markas satuan. Dituliskan nama markas satuan atau bila


perlu ditambahkan nama bagian tempat tugas pembuat telaahan
staf;

c) Tempat markas satuan. Ditulis tempat atau lokasi dari


markas pembuat telaahan staf;

d) Tanggal dan waktu kapan telaahan staf dipersiapkan


(contoh: 050800 JAN 2015). Tanggal, bulan dan tahun pembuatan
disingkat Tajabuta;

e) Nomor telaahan staf. Sesuai dengan registrasi


penomoran Telaahan Staf di kesatuan; dan

f) Masalah dari telaahan staf. Uraian ringkas permasalahan,


sebagai sarana penunjukan arsip dan merupakan kelompok dari
persoalan-persoalan, sehingga lebih umum atau lebih luas dari
persoalan.

Catatan: Penulisan markas, tempat, tanggal dan waktu di sebelah


kanan atas sedangkan penulisan Kop nama badan/satminkal,
masalah, nomor di sebelah kiri atas.

2) Tubuh atau Inti. Tubuh adalah isi dari telaahan staf yang berisi
unsur-unsur pokok dari persoalan, analisa dan pemecahannya secara
ringkas terdiri maksimal enam unsur, yaitu:

a) Persoalan. Pasal ini memuat suatu pernyataan singkat


dan jelas dari persoalan yang tertuang sebagai tugas pokok.
Persoalan harus mudah dimengerti dan mencakup semua unsur
yang penting dalam pemecahan persoalan, apabila persoalannya
kompleks dapat menggunakan sub pasal.

b) Pra anggapan. Dalam pasal ini mencantumkan pra


anggapan yang perlu untuk dipertimbangkan dibuat secara logis
dari persoalannya.
19

(1) pra anggapan biasanya dugaan-dugaan yang


beralasan walaupun sebenarnya tidak diketahui secara
pasti namun pra anggapan boleh digunakan sebagai
landasan pemikiran;

(2) pra anggapan bukan fakta tetapi pra anggapan


harus dilandasi atas kenyataan agar dapat berlaku (valid)
pra anggapan harus berhubungan satu dengan persoalan
yang lain dengan aliran (trend) yang sedang berjalan dan
kemungkinan-kemungkinan kejadian yang akan datang.
Dalam situasi tertentu pra anggapan yang berlaku mungkin
juga dibuat kadar atau neraca keuntungan yang
diharapkan untuk digunakan dalam suatu operasi;

(3) hindarkan pra anggapan yang tidak relevan atau


dapat menyesatkan karena sekali pra anggapan diterima
akan mempunyai pengaruh yang sama seperti fakta; dan

(4) Jangan membingungkan diri dengan fakta dan pra


anggapan. Fakta dapat dibentuk sedemikian rupa dengan
menunjuk kepada sumber yang berkompeten, jika
mempunyai daftar panjang dari pra anggapan berarti kita
telah memiliki sejumlah fakta-fakta.

c) Fakta-fakta yang mempengaruhi. Pasal ini memuat fakta-


fakta yang mempengaruhi landasan dari analisa dalam
pemecahan persoalan. Untuk mengisi pasal ini perlu dipahami
hal-hal sebagai berikut:

(1) masukkan fakta-fakta penting yang bertalian dengan


pemecahan persoalan dan fakta-fakta yang tidak perlu
harus dikesampingkan karena dapat mengaburkan
pemikiran;

(2) kajilah tiap fakta sebelum menggabungkan ke dalam


telaahan staf dengan memahami pertanyaan sebagai
berikut:

(a) apakah yang membuat pernyataan tidak


dapat disangkal?

(b) apakah faktanya telah didokumentasikan?


dapatkah itu demikian?
(c) dalam cara bagaimana fakta itu
mempengaruhi secara langsung pada persoalannya
secara keseluruhan?

(d) apakah fakta itu meniadakan kebutuhan


untuk mengembangkan lebih lanjut guna
mempertalikannya dengan persoalannya. Apakah
fakta-fakta itu lain dari yang seharusnya
dicantumkan?
20

d) Diskusi (Pasal 4). Dalam pasal ini berisi analisa persoalan,


yang berhubungan dengan pengaruh dari pra anggapan dan
fakta-fakta terhadap persoalannya serta mempertimbangkan
keuntungan kerugian dari berbagai kemungkinan cara bertindak.

e) Kesimpulan. Pasal ini menyimpulkan hasil yang


dikembangkan dalam pasal 4 (diskusi), merupakan titik di mana
kita dapat memilih suatu pemecahan persoalan. Isi dari
kesimpulan meliputi:

(1) menjawab tiap bagian dari persoalan dan harus


sesuai dengan pra anggapan dan fakta-fakta, jangan sekali-
kali menambahkan bahan baru atau bahan yang tidak ada
hubungannya dengan persoalan; dan

(2) merupakan hasil yang langsung dan wajar dari


analisa obyektif kesimpulan adalah kelanjutan dari
pembahasan diskusi berikutnya.

f) Saran tindakan. Dalam pasal ini menyatakan secara singkat


dan jelas tentang saran dan tindakan-tindakan yang kita
sarankan. Isi saran meliputi:

(1) bagaimana pemecahan itu akan dilaksanakan, ia


akan mencakup tiap tahap dari persoalan yang harus
sesuai dengan kesimpulan dan jangan sampai
memasukkan soal baru dalam saran; dan

(2) apabila suatu surat petunjuk diperlukan untuk


melaksanakan tindakan itu maka kita akan menyertakan
sebagai lampiran, bilamana Komandan membaca telaahan
staf maka yakinkan laporan/telaahan itu sudah benar.

3) Penutup. Penutup dapat mempunyai 4 (empat) unsur pokok:

a) Bagian pertama dari penutup adalah tajuk tanda tangan,


ditempatkan di bagian bawah kanan dari akhir telaahan staf
dengan penjelasan sebagai berikut:

(1) penandatanganan atas nama sendiri nama jabatan


ditulis lengkap dengan huruf kapital pada awal kata
(title case);

(2) ruang tanda tangan sekurang-kurangnya tiga kait/


enter;

(3) nama pejabat yang bersangkutan ditulis dengan


huruf kapital pada awal kata (title case);

(4) pangkat jabatan yang bersangkutan ditulis dengan


huruf kapital pada awal kata (title case); dan
21

(5) penandatanganan atas nama pejabat lain ditulis di


depan nama jabatan yang berwenang menandatangani
dengan singkatan A.n. atau A.p.

b) Bagian kedua dari penutup adalah daftar lampiran-lampiran


dan lampiran-lampiran tambahan, tempatnya dibagian bawah
sebelah kiri dengan catatan bahwa lampiran-lampiran ditulis
segera sesudah selesai menulis tajuk tanda tangan, sedangkan
lampiran-lampiran tambahan ditulis setelah selesai bagian
pertimbangan-pertimbangan yang tidak menyetujui.

(1) tandai lampiran-lampiran dengan menggunakan


angka romawi dan catat serta susun dalam urutan di
bawah kepala lampiran; dan

(2) di bawah lampiran-lampiran tambahan ditulis


pernyataan ketidak setujuan dari dokumen-dokumen yang
disertakan oleh Perwira/pejabat yang menerima telaahan
staf untuk mendapat persetujuan.

c) Unsur ketiga dari penutup adalah hasil kegiatan-kegiatan


koordinasi (persetujuan, ketidaksetujuan dan pertimbangan-
pertimbangan terhadap ketidaksetujuan) berisi:

(1) telaahan staf yang telah selesai dibuat sebelum


mendapat persetujuan maka semua Perwira staf/pejabat
yang berkepentingan mendapat kesempatan untuk
memeriksa dan memberikan pendapatnya sebagai bahan
koreksi/masukan dari kekurangan telaahan staf;

(2) jika Perwira staf/pejabat yang memeriksa setuju


dengan telaahan tersebut akan membubuhkan paraf diikuti
nama, pangkat, NRP dan sebutan jabatan dengan
pernyataan menyetujui atau tidak menyetujui; dan

(3) jika Perwira staf/pejabat yang memeriksa tidak


menyetujui sesuatu unsur yang penting dari telaahan staf
tersebut, ia akan mengambil tindakan-tindakan sebagai
berikut:

(a) ia akan mencantumkan parafnya diikuti


nama, pangkat dan jabatan;

(b) kemudian ia akan menambahkan sebuah


memorandum terpisah guna menjelaskan alasan-
alasan dari ketidaksetujuan. Ia dapat juga
menambahkan dokumen-dokumen untuk
membuktikan sanggahannya;

(c) dalam hal ketidaksetujuan yang kuat atau


suatu bagian yang tidak dapat dimengerti dari
22

telaahan staf, ia akan meminta keterangan secara


informil kepada penulis; dan

(d) jika ada ketidaksetujuan, penulis akan


mengambil tindakan-tindakan sebagai berikut:

i pertimbangkan secara obyektif


ketidaksetujuan. Jika saudara setuju dengan
perubahan-perubahan yang dianjurkan oleh
Perwira staf/pejabat yang memeriksa
telaahan segera adakan perubahan telaahan
itu;

ii jika tindakan-tindakan di atas tidak


mencairkan/menghilangkan perselisihan/
perbedaan-perbedaan (pendapat), saudara
akan menyatakan secara ringkas alasan
saudara untuk ketidak sependapat ditulis di
bawah “PERTIMBANGAN KETIDAK
SETUJUAN” kemudian paraflah ulasan
tersebut; dan

iii sertakan memorandum-memorandum


yang tidak menyetujui “sebagai lampiran di
bawah kepala lampiran tambahan”.

d) Unsur keempat dari penutup adalah jika penulis


memasukan suatu persetujuan atau penolakan resmi.

4) Lampiran tambahan adalah lembaran tambahan yang digunakan


untuk memberikan keterangan uraian lanjutan atas pasal-pasal yang
dinyatakan di dalam tulisan dinas induk. Untuk memudahkan
pengenalan lampiran ditandai dengan lampiran “I”, lampiran “II” dan
selanjutnya.

c. Syarat pokok penulisan. Di dalam ketentuan penulisan telaahan staf


berlaku sama dengan penyusunan dan pengetikan tulisan dinas meliputi:

1) Ketelitian. Ketelitian adalah syarat utama dalam penulisan


telaahan staf. Ketelitian akan memberikan kepastian atau
menghindarkan keragu-raguan di dalam menentukan keputusan.
Telaahan staf tidak ditulis berdasarkan khayalan tetapi berdasarkan
fakta yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

2) Terang dan jelas. Setiap telaahan staf harus bisa memaparkan


maksud penulisan secara jelas, hindarkan kemungkinan-kemungkinan
salah tafsir dan berisi alasan yang masuk akal dengan fakta-fakta yang
benar.
23

3) Singkat padat. Telaahan staf ditulis dengan singkat tetapi isinya


padat. Kalimat efektif tanpa mengubah arti, hal-hal yang tidak perlu
dapat dihilangkan.

4) Mantik dan meyakinkan. Mantik berarti tidak hanya tiap-tiap


persoalan yang dinyatakan dapat dipahami tetapi juga urutan, susunan
dan hubungan persoalan satu dengan lainnya tidak bertentangan,
sehingga pernyataan itu keseluruhannya masuk akal.

5) Pembakuan. Naskah telaahan staf ditulis dengan bentuk yang


telah ditentukan. Selain untuk keseragaman dan kerapihan bertujuan
untuk tercapainya kecepatan dan ketepatan.

d. Menulis telaahan staf.

1) Umum. Dalam menulis telaahan staf yang merupakan inti


pelajaran telaahan staf, dibahas juga tentang tujuan penulisan atau
penggunaan, perencanaan, pendekatan, langkah-langkah penyelesaian
dan tata cara penulisan telaahan staf.

2) Penggunaan. Telaahan staf merupakan salah satu metoda


pemecahan persoalan yang akan disarankan kepada Pimpinan/
Kesatuan Atasan, sehingga penggunaannya terbatas pada pemecahan
persoalan yang benar-benar kompleks dengan uraian secara mendalam
dan dilandasi fakta-fakta yang akurat.

3) Perencanaan dan Pendekatan. Di dalam menulis telaahan staf,


baik atas perintah atasan atau inisiatif sendiri, maka terlebih dahulu
harus dipersiapkan rencana dan pendekatannya.

a) Pertama. Kerjakan pemecahan terhadap persolan:

(1) pergunakan teknik pemecahan


persoalan;

(2) pergunakan prosedur penelitian; dan

(3) persiapkan dan buat rencana dasar:

(a) kerangka persoalan;

(b) langkah-langkah persoalan;

(c) keterangan yang dibutuhkan;

(d) orang instansi yang perlu dimintai pendapat;


dan

(e) tentukan jadwal waktu terhadap tiap


pengembangan tulisan.
24

b) Kedua. Koordinasi secara informil pemecahan yang akan


diusulkan dengan orang/instansi yang menaruh perhatian
dengan tujuan:

(1) mendapatkan komentar-komentar dan saran-saran


perbaikannya; dan

(2) memperkuat dasar-dasar penulisan yang benar.

e. Langkah-langkah penyelesaian telaahan staf. Setelah kegiatan


perencanaan pemecahan persoalan selesai dilakukan, masih terdapat 6 (enam)
naskah dasar (draft) sampai adanya keputusan yang berlangsung, yakni:

1) Persiapan naskah dasar (draft). Ditulis berdasarkan kerangka


dan fakta yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.

2) Lakukan koordinasi informil. Apabila persoalannya kompleks


dapat menggunakan naskah dasar (draft) untuk koordinasi informil.

3) Penyempurnaan naskah. Apabila telaahan staf cukup kompleks


dan dari hasil koordinasi informil menghasilkan banyak sekali
perubahan, maka naskah dasar perlu disempurnakan baik isi maupun
penulisannya.

4) Penyelenggaraan koordinasi formil. Telaahan staf yang telah


disempurnakan secara resmi dikoordinasikan dengan pejabat/instansi
yang mempunyai kepentingan untuk mendapatkan tanggapan.

5) Penyempurnaan ulang. Setelah telaahan staf mendapat


tanggapan sesuai dari pejabat/instansi yang bersangkutan, maka hasil
tanggapan dan persetujuannya harus dilampirkan sebagai data dalam
kelengkapan/surat pengantar telaahan staf yang akan disampaikan
kepada Komandan/Satuan atasan.

6) Pengambilan keputusan. Oleh yang berwenang Komandan/


satuan atasan memberikan keputusan atas telaahan/staf kesatuan, hasil
keputusan tersebut disampaikan kepada pejabat/instansi yang
berkepentingan.

f. Telaahan staf dalam proses penyelesaian. Beberapa aturan umum


untuk membantu dalam menyiapkan telaahan staf pada saat proses
penyelesaiannya meliputi:

1) sisakan/tinggalkan satu margin yang cukup lebar guna memung-


kinkan pembundelan yang teliti (2 inci margin atas untuk pembundelan
“Table Style” atau 1,5 inci disebelah kiri untuk pembundelan “Book
Style”);

2) pakailah lembar kertas dari ukuran yang sama (uniform) dalam


seluruh telaahan;
25

3) susunlah telaahan saudara secara rapi dan pakailah sebuah


sampul (map) untuk melindunginya dari pengotorannya; dan

4) siapkan lembar-lembar tindakan (cop) yang cukup bagi tiap


pejabat yang berkepentingan. Sebaiknya copy-copy yang diperlukan
disimpan sebagai arsip dan referensi.

RAHASIA

BAB III
PENUTUP
26

11. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Gadik dan Pasis dalam proses belajar mengajar Metode
Pemecahan Persoalan pada pendidikan Perwira TNI AD.

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai