Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah "PEMBAGIAN LOGIKA" disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas akademik
yang diberikan kepada kami.
Makalah ini membahas topik yang penting dan relevan dalam bidang yang kami pelajari. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan mendalam tentang
masalah yang dibahas. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak, yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan
sumbangsih dalam proses penyelesaian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif
bagi pembaca yang mempelajarinya.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB l Pendahuluan
1.3. Tujuan
BAB ll Pembahasan
Pembagian Logika Drs. Sarjana Hadiatmaja Dan Dra. Kuswa Endah, M.Pd
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Dua hal yang menyebabkan pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia adalah pertama
manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Yang kedua, manusia mampu berfikir menurut suatu alur
kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Dua
kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa
yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Penalaran merupakan suatu
proses berfikir dalam menarik sesuatu, kesimpulan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan
dapat dibedakan menjadi dua jenis dalam rangka menemukan kebenaran yaitu yang pertama
adalah pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia untuk
menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan
dan intuisi. Yang kedua, pengetahuan yayang bukan merupakan kebenaran yang didapat
sebagai hasil usaha aktif manusia. Dalam hal ini, maka pengetahuan yang didapat itu bukan
berupa kesimpulan sebagai produk dari usaha aktih mausia dalam menemukan kebenaran,
melainkan berupa pengetahuan yang ditawarkan atau diberikan. Manusia dalam menemukan
kebenaran ini bersifat pasif sebagai penerima pemberitaan tersebut, yang kemudian dipercaya
atau tidak dipercaya, berdasarkan masing-masing keyakinanya.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap shahih atau valid kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut
logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara
shahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpula namun untuk sesuai dengan
tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalarn ilmiah, kami akan melakukan penelaahan
yang seksama tentang logika.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian logika merujuk pada proses membagi atau memecah logika atau alur berpikir
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, terorganisir, dan terkait satu sama lain. Hal ini dilakukan
untuk memahami, menganalisis, dan memecahkan masalah dengan lebih efektif.
Pada dasarnya, pembagian logika melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Identifikasi tujuan atau masalah yang ingin diselesaikan: Langkah pertama dalam
pembagian logika adalah mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai atau masalah yang
perlu dipecahkan. Ini membantu dalam menentukan area fokus pembagian logika.
2. Analisis logika global: Pada tahap ini, logika keseluruhan atau alur berpikir yang
melibatkan masalah atau tujuan tersebut dianalisis secara global. Hal ini dilakukan untuk
memahami konteks keseluruhan dan mengidentifikasi bagian-bagian utama yang
terlibat.
3. Pemecahan menjadi bagian-bagian: Setelah logika global dipahami, langkah selanjutnya
adalah memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan terkait satu sama lain.
Bagian-bagian ini harus saling terkait dan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
atau pemecahan masalah secara keseluruhan.
4. Organisasi dan struktur: Bagian-bagian yang telah dipisahkan harus diorganisir dan
disusun secara logis. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode seperti
pemetaan pikiran, diagram aliran, atau struktur hirarkis, tergantung pada kompleksitas
masalah atau logika yang terlibat.
5. Analisis dan evaluasi: Setelah pembagian logika selesai, setiap bagian harus dianalisis
secara terpisah untuk memastikan kohesif dan terkait dengan bagian lainnya. Evaluasi
juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kelemahan atau kesalahan dalam logika
dan memperbaikinya jika diperlukan Pembagian logika membantu dalam mengatasi
kompleksitas masalah yang kompleks dengan memecahnya menjadi bagian yang lebih
kecil, lebih terkelola, dan lebih mudah dipahami. Ini membantu dalam pemecahan
masalah yang lebih efisien dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam konteks
yang kompleks.
1. Pembagian logika formal: Melibatkan pembagian berbagai jenis logika formal, seperti
logika proposisional, logika predikat, logika modal, atau logika temporal dapat prinsip-
prinsip, aturan, dan metode yang digunakan dalam masing-masing jenis logika ini.
2. Pembagian dalam penalaran: Pembagian dalam konteks ini mencakup pembagian jenis-
jenis penalaran, seperti penalaran deduktif, induktif, dan abduktif. Terdapat perbedaan
antara jenis-jenis penalaran ini, serta memberikan contoh dan aplikasi praktis dari
masing-masingnya.
3. Pembagian dalam semantik logika: Melibatkan pembagian berbagai aspek semantik
dalam logika, seperti model, interpretasi, dan kebenaran. Ini dapat membahas berbagai
pendekatan dalam semantik logika dan bagaimana mereka memengaruhi pengertian
dan evaluasi kebenaran pernyataan dalam logika.
4. Pembagian dalam sintaksis logika: Melibatkan pembagian struktur dan bentuk
pernyataan dalam logika. dapat membahas pembagian berbagai jenis pernyataan,
termasuk pernyataan atomik, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan negasi. Ini juga dapat
mencakup pembahasan tentang pembagian berbagai bentuk argumen logis.
Pembagian logika menurut buku Logika karya Drs. H. Mundiri dari segi kualitas:
1. Logika Naturalis
Sejak manusia mulai melakukan kegiatan berpikir, saat itulah ia mempraktikkan hukum-
hukum atau aturan-aturan berpikir, meskipun belum disadarinya. Sejak manusia ada
secara potensial, manusia sudah berlogika dan termanifestasikan sejak budi manusia
berfungsi sebagaimana mestinya.
Namun kemampuan berlogika seperti itu hanya merupakan bawaan kodrat manusia
(kodratiah), masih sangat sederhana, sehingga disebut logika naturalis. Misalnya:
manusia dengan logika naturalisnya mengetahui bahwa hujan menurunkan air,
kemudian di sisi lain ia mengetahui bahwa tanah menjadi basah jika terkena air.
Dengan dua pengetahuannya itu, secara naturalis manusia dapat berlogika bahwa jika
ada hujan, maka tanah yang terkena hujan menjadi basah. Secara potensial, akal budi
manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara yang spontan,
terbatas pada hal-hal yang bersifat badihi (sederhana, tanpa memerlukan pemikiran).
Akan tetapi dalam hal-hal yang rumit, yang berskala nazari (memerlukan pemikiran),
baik akal budinya maupun seluruh diri manusia dapat, dan nyatanya dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.
Selain itu, baik manusia sendiri maupun perkembangan pengetahuannya dapat
terbatas. Hal yang rumit, kecenderungan yang subjektif, dan keterbatasan manusia
dapat menyebabkan kesesatan tidak dapat dihindarkan.
Di sisi lain, dalam diri manusia sendiri terdapat kebutuhan untuk menghindarkan
kesesatan tersebut. Untuk ini diperlukan suatu ilmu khusus yang merumuskan asas-asas
yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Oleh karena itu, muncullah macam logika
berikutnya, yaitu logika artifisialis.
2. Logika Artifisialis
Meskipun potensi manusia telah memiliki kemampuan menggunakan logika, tetapi
kadang kala dapat tersesat apabila memikirkan masalah-masalah yang rumit. Untuk
menolong manusia dalam berpikir agar tidak sesat, maka manusia membuat logika
buatan (artifisialis/ilmiah). Jadi, logika artifisialis dilahirkan oleh sekurang-kurangnya tiga
penyebab, yakni:
kemampuan berlogika secara alami yang sangat terbatas,
permasalahan yang dihadapi manusia semakin kompleks, dan
tampilnya keinginan-keinginan, kepentingan-kepentingan, atau pengaruh-pengaruh
tertentu yang dapat merusak potensi logika manusia.
Logika ilmiah pada dasarnya membantu logika kodratiah. Logika artifisialis
memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi manusia, sehingga dengan bantuan
logika artifisialis, manusia dapat berpikir dengan tepat, teliti, lebih mudah dan lebih
aman.
Pada giliran berikutnya, kesesatan dapat dihindarkan, atau paling tidak dapat dikurangi.
Logika artifisialis dibagi menjadi dua, yaitu logika material (mayor) dan logika formal
(minor).
Pembagian logika Menurut The Liang Gie (1980) Logika diglongkan menjadi lima macam, yaitu
sebagai berikut :
2.7 PEMBAGIAN LOGIKA Drs. Sarjana Hadiatmaja Dan Dra. Kuswa Endah, M.Pd
Pembagian logika menurut buku filsafat jawa karya Drs. Sarjana Hadiatmaja dan Dra. Kuswa
Endah, M. pd.
Pembagian logika menurut buku filsafat ilmu oleh Jujun S. Suriasumantri Dilihat dari cara
penarikan kesimpulan
1. Logika Induksi.
Merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual (seperti kesimpulan peneliti humoris). Misalnya, kita
punya fakta bahwa kambing punya mata, kucing punya mata, demikian juga anjing dan
berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan
umum bahwa semua binatang mempunyai mata.
Dua keuntungan dari logika induktif, adalah sebagai berikut; Pertama; Ekonomis Karena
dengan penalaran induktif kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan
segi dapat direduksi/dikurangi menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang
dikumpulkan manusia bukan merupakan koleksi/ kumpulan dari berbagai fakta
melainkan esensi dari fakta-fakta tersebut. Demikian juga pengetahuan tidak bermaksud
membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan pada struktur dasar
yang mendasari ujud fakta tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan
cermatnya tidak dapat mereproduksi betapa manisnya secangkir kopi atau betapa
pahitnya pil kina. Jadi pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang
bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini
sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan
berpikir teoritis.
Kedua; dengan menggunakan logika induktif, dapat melakukan Penalaran lanjut. Secara
induktif dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan
yang bersifat lebih umum lagi.
Contoh tentang logika indukif ini adalah sebagai berikut; Semua binatang mempunyai
mata (induksi binatang), dan semua manusia mempunyai mata (induksi manusia) maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makluk mempunyai mata. Penalaran seperti ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.
2. Logika Deduksi.
Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan bersifat umum ditarik kesimpulan
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola
berpikir silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian
dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Pengetahuan yang didapat
dari penalaran deduktif adalah hasil kesimpulan berdasarkan kedua premis tersebut.
Melanjutkan contoh penalaran induktif di atas dapat dibuat silogismus sebagai berikut :
Semua makluk mempunyai mata [premis mayor] ------
Landasan [1]
Si Polan adalah seorang makluk [premis minor] -------
Landasan [2]
Jadi si Polan mempunyai mata [kesimpulan] ----------
Pengetahuan
Kesimpulan yang diambil bahwa si Polan punya mata adalah pengetahuan yang sah
menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis
yang mendukungnya. Jika kebenaran dari kesimpulan/pengetahuan dipertanyakan maka
harus dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua
premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan
yang ditariknya juga benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Noor Muhsin Bakry. 2021. Pengenalan Logika.(file pdf). Tersedia di repositori.ut.ac.id
Dr. H. Muhamad Rakhmat., SH.,M.H. 2013. Pengantar Logika Dasar.(file pdf). Tersedia di
https://www.academia.edu/27591785/PENGANTAR_LOGIKA_DASAR
www.lawyerpontianak.com. 29 September 2018. Macam Pembagian Logika. Diakses pada 15
Mei 2023. Dari https://www.lawyerpontianak.com/2018/09/macam-pembagian-logika.html?
m=1