Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah "PEMBAGIAN LOGIKA" disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas akademik
yang diberikan kepada kami.

Makalah ini membahas topik yang penting dan relevan dalam bidang yang kami pelajari. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan mendalam tentang
masalah yang dibahas. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak, yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan
sumbangsih dalam proses penyelesaian.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif
bagi pembaca yang mempelajarinya.
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar Isi

BAB l Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

BAB ll Pembahasan

Pengertian Pembagian Logika

Pembagian Logika Mencangkup Beberapa Topik

Pembagian Logika Berdasarkan Metode

Pembagian Logika Dari Segi Objeknya

Pembagian Logika Dari Segi Kualitas

Pembagian Logika The Liang Gie

Pembagian Logika Drs. Sarjana Hadiatmaja Dan Dra. Kuswa Endah, M.Pd

Pembagian Logika Jujun S. Suriasumantri

Pembagian Logika Sutrisna Wibawa

BAB lll Penutup

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia mempunyai kemampuan untuk menalar yang menyebabkan manusia mampu


mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaanya. Secara
simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa dan setelah itu manusia
harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah,
mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Secara
terus- menerus dia dipaksa untuk mengambil pilihan: mana jalan yang benar mana jalan yang
salah, mana tindakan yang baik mana tindakan yang buruk, dan apa yang indah dan apa yang
jelek.

Dua hal yang menyebabkan pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia adalah pertama
manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Yang kedua, manusia mampu berfikir menurut suatu alur
kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Dua
kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa
yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Penalaran merupakan suatu
proses berfikir dalam menarik sesuatu, kesimpulan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan
dapat dibedakan menjadi dua jenis dalam rangka menemukan kebenaran yaitu yang pertama
adalah pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia untuk
menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan
dan intuisi. Yang kedua, pengetahuan yayang bukan merupakan kebenaran yang didapat
sebagai hasil usaha aktif manusia. Dalam hal ini, maka pengetahuan yang didapat itu bukan
berupa kesimpulan sebagai produk dari usaha aktih mausia dalam menemukan kebenaran,
melainkan berupa pengetahuan yang ditawarkan atau diberikan. Manusia dalam menemukan
kebenaran ini bersifat pasif sebagai penerima pemberitaan tersebut, yang kemudian dipercaya
atau tidak dipercaya, berdasarkan masing-masing keyakinanya.

Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap shahih atau valid kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut
logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara
shahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpula namun untuk sesuai dengan
tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalarn ilmiah, kami akan melakukan penelaahan
yang seksama tentang logika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pembagian Logika?
2. Apa saja pembagian logika berdasarkan metode?
3. Apa saja pembagian logika dari segi objeknya?
4. Apa saja pembagian logika dari segi kualitas?
5. Bagaimana macam-macam pembagian logika The Liang Gie?
6. Bagaimana pembagian logika Drs. Sarjana Hadiatmaja Dan Dra. Kuswa Endah, M.Pd?
7. Bagaimana pembagian logika Jujun S. Suriasumantri?
8. Bagaimana pembagian logika Sutrisna Wibawa?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pembagian logika


2. Untuk mengetahui macam-macam pembagian logika

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PEMBAGIAN LOGIKA

Pembagian logika merujuk pada proses membagi atau memecah logika atau alur berpikir
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, terorganisir, dan terkait satu sama lain. Hal ini dilakukan
untuk memahami, menganalisis, dan memecahkan masalah dengan lebih efektif.
Pada dasarnya, pembagian logika melibatkan langkah-langkah berikut:

1. Identifikasi tujuan atau masalah yang ingin diselesaikan: Langkah pertama dalam
pembagian logika adalah mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai atau masalah yang
perlu dipecahkan. Ini membantu dalam menentukan area fokus pembagian logika.
2. Analisis logika global: Pada tahap ini, logika keseluruhan atau alur berpikir yang
melibatkan masalah atau tujuan tersebut dianalisis secara global. Hal ini dilakukan untuk
memahami konteks keseluruhan dan mengidentifikasi bagian-bagian utama yang
terlibat.
3. Pemecahan menjadi bagian-bagian: Setelah logika global dipahami, langkah selanjutnya
adalah memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan terkait satu sama lain.
Bagian-bagian ini harus saling terkait dan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
atau pemecahan masalah secara keseluruhan.
4. Organisasi dan struktur: Bagian-bagian yang telah dipisahkan harus diorganisir dan
disusun secara logis. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode seperti
pemetaan pikiran, diagram aliran, atau struktur hirarkis, tergantung pada kompleksitas
masalah atau logika yang terlibat.
5. Analisis dan evaluasi: Setelah pembagian logika selesai, setiap bagian harus dianalisis
secara terpisah untuk memastikan kohesif dan terkait dengan bagian lainnya. Evaluasi
juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kelemahan atau kesalahan dalam logika
dan memperbaikinya jika diperlukan Pembagian logika membantu dalam mengatasi
kompleksitas masalah yang kompleks dengan memecahnya menjadi bagian yang lebih
kecil, lebih terkelola, dan lebih mudah dipahami. Ini membantu dalam pemecahan
masalah yang lebih efisien dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam konteks
yang kompleks.

2.2 PEMBAGIAN LOGIKA MENCANGKUP BEBERAPA TOPIK

1. Pembagian logika formal: Melibatkan pembagian berbagai jenis logika formal, seperti
logika proposisional, logika predikat, logika modal, atau logika temporal dapat prinsip-
prinsip, aturan, dan metode yang digunakan dalam masing-masing jenis logika ini.
2. Pembagian dalam penalaran: Pembagian dalam konteks ini mencakup pembagian jenis-
jenis penalaran, seperti penalaran deduktif, induktif, dan abduktif. Terdapat perbedaan
antara jenis-jenis penalaran ini, serta memberikan contoh dan aplikasi praktis dari
masing-masingnya.
3. Pembagian dalam semantik logika: Melibatkan pembagian berbagai aspek semantik
dalam logika, seperti model, interpretasi, dan kebenaran. Ini dapat membahas berbagai
pendekatan dalam semantik logika dan bagaimana mereka memengaruhi pengertian
dan evaluasi kebenaran pernyataan dalam logika.
4. Pembagian dalam sintaksis logika: Melibatkan pembagian struktur dan bentuk
pernyataan dalam logika. dapat membahas pembagian berbagai jenis pernyataan,
termasuk pernyataan atomik, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan negasi. Ini juga dapat
mencakup pembahasan tentang pembagian berbagai bentuk argumen logis.

2.3 PEMBAGIAN LOGIKA BERDASARKAN METODE

Dilihat dari metodenya meliputi:

1. Logika tradisional (Mantiq al-Qadim)


Adalah logika Aristoteles dan logika dari pada Logikus yang membuat komentar yang
menjadikan logika Aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan perbaikan-
perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting.
2. Logika modern
Logika yang tumbuh dan dimulai pada abad XIII, dimana pada masa itu ditemukan
system baru, metode bareu yang berlainan dengan sistem logika Aristoteles.
3. konsep Logika Modern
Setiap hal yang ada diungkapkan dengan kata atau istilah sebagai tanda dari hal tersebut
sehingga setiap kata atau istilah mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Misal,
istilah “manusia”, yang ditunjuk adalah semua hal yang dapat disebut dengan manusia
sehingga ini merupakan suatu kumpulan yang mempunyai ciri-ciri kemanusiaan, yaitu
berakal, jika tidak berakal bukanlah manusia. Kumpulan yang mempunyai ciri berakal ini
yang disebut dengan himpunan manusia. Himpunan inilah yang menjadi dasar logika
modern, dan himpunan didefinisikan “suatu kumpulan hal yang mempunyai ciri-ciri
tertentu yang sama”.
Dengan dasar himpunan maka semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya
menggunakan diagram himpunan merupakan pembuktian secara formal jika
diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat maka sah dan tepat pula
penalaran tersebut. Demikian juga jika pembuktiannya benar maka benar pula
penalaran tersebut sehingga dapat dikatakan kebenaran bentuk adalah sesuai dengan
isi. Ini yang perlu diketahui perkembangan logika saat sekarang. Jika benar bentuknya
tidak sesuai dengan isi untuk apa belajar logika, tidak ada gunanya. Logika yang
dipelajari sekarang adalah benar bentuk juga benar isi. Misalnya:
Pangkal-pikir pertama : Semua organisme mengalami perubahan. Pangkal-pikir kedua :
Semua manusia adalah organisme.
Kesimpulan : Semua manusia mengalami perubahan.
Penyimpulan tersebut untuk membuktikan sah tidaknya kesimpulan yang diturunkan
diungkapkan dengan diagram himpunan, yakni lingkaran- lingkaran untuk melukiskan
hubungan masing-masing konsep yang diperbandingkan.
Pangkal-pikir pertama, “semua organisme mengalami perubahan”. Pernyataan tersebut
diperbandingkan antara himpunan “organisme” dengan himpunan “yang mengalami
perubahan”, mana yang lebih luas. Ternyata konsep “yang mengalami perubahan” yang
lebih luas, himpunan “organisme” bagian dari himpunan “yang mengalami perubahan”
atau himpunan “yang mengalami perubahan”, meliputi himpunan “organisme” sehingga
dapat dinyatakan “tidak semua yang mengalami perubahan adalah organisme”.
Pernyataan “semua organisme mengalami perubahan” jika “organisme” disimbolkan
dengan “B” dan “yang mengalami perubahan” disimbolkan dengan “C” maka dapat
diungkapkan dalam diagram himpunan bahwa “B bagian dari C”, ditulis “B  C”.
Pangkal-pikir kedua, “semua manusia adalah organisme”. Pernyataan ini
pun juga diperbandingkan antara himpunan “manusia” dengan himpunan “organisme”
apakah sama atau ada yang lebih luas. Ternyata konsep “organisme” lebih luas,
himpunan “manusia” bagian dari himpunan “organisme” atau himpunan “organisme”,
meliputi himpunan “manusia” sehingga dinyatakan “tidak semua organisme adalah
manusia”. Pernyataan “semua manusia adalah organisme” jika “manusia” disimbolkan
dengan “A” dan “organisme” tetap disimbolkan dengan “B” maka dapat diungkapkan
dalam diagram himpunan bahwa “A bagian dari B” atau “B, meliputi A”, ditulis “A  B”.
Kesimpulan, hubungan dua pangkal-pikir di atas, dapat diungkapkan “semua B adalah C”
dan “semua A adalah B” karena ada konsep yang sama, yaitu “B” atau “organisme”
maka dapat disimpulkan bahwa “semua A adalah C”, yaitu “semua manusia mengalami
perubahan”.

2.4 PEMBAGIAN LOGIKA DARI SEGI OBJEKNYA

Dilihat dari objeknya meliputi

1. Logika formal (Mantiq As-Suwari)


Yaitu cara berpikir deduktif yang mempelajari dasar-dasar persesuaian dalam pemikiran
dengan mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patoakan berpikir
benar.
2. Logika material (al-Mantiq al-Maddi)
Yaitu cara berpikir induktif yang mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan
kenyataan.Logika material yaitu logika yang mempersoalkan materi pengetahuan dan
cara-cara mempertanggungjawabkannya, dengan demikian logika material membahas
tentang :Sumber-sumber dan asal pengetahuan dari pengalaman, berpikir secara logis,
instuisi atau naluri dan wahyu Tuhan.
Alat-alat pengetahuan;
 Proses terjadinya pengetahuan;
 Kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas penjelajahan pengetahuan;
 Ilmu pengetahuan (deduktif & induktif);
 Kebenaran dan kekeliruan;
Sumber pengetahuan terdiri dari :
 Pikiran manusia, melahirkan aliran Rasionalisme yang berpendapat bahwa sumber
satu-satunya ilmu pengetahuan manusia adalah rasionya. Aliran ini mendewakan
akal budi manusia yang melahirkan paham intelektualisme dalam dunia pendidikan,
Pelopornya Rene Descartes.
 Pengalaman manusia, melahirkan aliran Empirisme yang dipelopori oleh John Lock,
menurut paham ini bahwa pengalaman sebagai sumber pengetahuan yang utama
sebab pada awalnya manusia dilahirkan seperti kertas putih dan yang memberikan
coraknya adalah pengalaman dan dalam dunia pendidikan hal ini dikenal dengan
Teori Tabularasa.
 Intuisi/naluri merupakan produk atau pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui
proses penalaran. Jawaban dari permasalahan yang sedang dipikirkan muncul di
benak manusia sebagai suatu keyakinan yang benar, walau tidak bisa dijelaskan
bagaimana caranya sampai pada kebenaran secara rasional. Pengetahuan intuitif ini
dipakai sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menetapkan
benar/tidaknya kesimpulan yang dikemukakan itu menjadi kegiatan intuitif dan
analitik saling bekerjasama dalam menemukan kebenaran. Menurut Nietzsche,
intuisi merupakan intelegensi yang paling tinggi, menurut Maslow, intuisi
merupakan pengalaman puncak.
 Wahyu Tuhan sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran yang disampaikan Tuhan
melalui nabi/rosul-NYA dan mutlak kebenarannya, dimulai dengan
keyakinan/kepercayaan sedangkan ilmu pengetahuan dimulai dengan keragu-
raguan/ketidakpuasan atas kebenaran yang terkandung di dalamnya.

2.5 PEMBAGIAN LOGIKA DARI SEGI KUALITAS

Pembagian logika menurut buku Logika karya Drs. H. Mundiri dari segi kualitas:

1. Logika Naturalis
Sejak manusia mulai melakukan kegiatan berpikir, saat itulah ia mempraktikkan hukum-
hukum atau aturan-aturan berpikir, meskipun belum disadarinya. Sejak manusia ada
secara potensial, manusia sudah berlogika dan termanifestasikan sejak budi manusia
berfungsi sebagaimana mestinya.
Namun kemampuan berlogika seperti itu hanya merupakan bawaan kodrat manusia
(kodratiah), masih sangat sederhana, sehingga disebut logika naturalis. Misalnya:
manusia dengan logika naturalisnya mengetahui bahwa hujan menurunkan air,
kemudian di sisi lain ia mengetahui bahwa tanah menjadi basah jika terkena air.
Dengan dua pengetahuannya itu, secara naturalis manusia dapat berlogika bahwa jika
ada hujan, maka tanah yang terkena hujan menjadi basah. Secara potensial, akal budi
manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara yang spontan,
terbatas pada hal-hal yang bersifat badihi (sederhana, tanpa memerlukan pemikiran).
Akan tetapi dalam hal-hal yang rumit, yang berskala nazari (memerlukan pemikiran),
baik akal budinya maupun seluruh diri manusia dapat, dan nyatanya dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.
Selain itu, baik manusia sendiri maupun perkembangan pengetahuannya dapat
terbatas. Hal yang rumit, kecenderungan yang subjektif, dan keterbatasan manusia
dapat menyebabkan kesesatan tidak dapat dihindarkan.
Di sisi lain, dalam diri manusia sendiri terdapat kebutuhan untuk menghindarkan
kesesatan tersebut. Untuk ini diperlukan suatu ilmu khusus yang merumuskan asas-asas
yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Oleh karena itu, muncullah macam logika
berikutnya, yaitu logika artifisialis.
2. Logika Artifisialis
Meskipun potensi manusia telah memiliki kemampuan menggunakan logika, tetapi
kadang kala dapat tersesat apabila memikirkan masalah-masalah yang rumit. Untuk
menolong manusia dalam berpikir agar tidak sesat, maka manusia membuat logika
buatan (artifisialis/ilmiah). Jadi, logika artifisialis dilahirkan oleh sekurang-kurangnya tiga
penyebab, yakni:
 kemampuan berlogika secara alami yang sangat terbatas,
 permasalahan yang dihadapi manusia semakin kompleks, dan
 tampilnya keinginan-keinginan, kepentingan-kepentingan, atau pengaruh-pengaruh
tertentu yang dapat merusak potensi logika manusia.
Logika ilmiah pada dasarnya membantu logika kodratiah. Logika artifisialis
memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi manusia, sehingga dengan bantuan
logika artifisialis, manusia dapat berpikir dengan tepat, teliti, lebih mudah dan lebih
aman.
Pada giliran berikutnya, kesesatan dapat dihindarkan, atau paling tidak dapat dikurangi.
Logika artifisialis dibagi menjadi dua, yaitu logika material (mayor) dan logika formal
(minor).

2.6 PEMBAGIAN LOGIKA The Liang Gie

Pembagian logika Menurut The Liang Gie (1980) Logika diglongkan menjadi lima macam, yaitu
sebagai berikut :

1. Logika makna luas dan logika makna sempit


Dalam arti sempit,istilah logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal,
yaitu mempelajari asas-asas penalaran. Sedangkan dalam arti yang lebih luas
pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang
bagaimana system penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pembahasan
mengenai logika itu sendiri.
2. Logika deduktif dan logika induktif
Logika deduktif adalah logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat
deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai sebagai
kepastian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuknya. Logika
induktif merupakan logika yang mempelajari asas penalaran yang benar dari sejumlah
hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum.
3. Logika formal dan logika material
Logika formal mempelajari asas, atura atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati,
agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material
mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan
mengujinya kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika formal disebut juga logika
minor, sedangkan logika material disebut logika mayor.
4. Logika murni dan logika terapan
Logika murni merupakajn suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang
berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan- pernyataan dengan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai. Logika
terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-
bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.
5. Logika filsafati dan logika matematik
Logika filsafat dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang
berhubungan dengan bidang filsafat. Logika matematik merupakan suatu ragam logika
yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta
bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk menghindari makna ganda.

2.7 PEMBAGIAN LOGIKA Drs. Sarjana Hadiatmaja Dan Dra. Kuswa Endah, M.Pd

Pembagian logika menurut buku filsafat jawa karya Drs. Sarjana Hadiatmaja dan Dra. Kuswa
Endah, M. pd.

Dilihat dari aspek waktu dan kecanggihannya:

1. Logika tradissional atau logika naturalis


Yaitu cara berpikir yang sederhana berdasarkan kodrat atau naluri fitrah manusia yang
sejak lahir sudah dilengkapi alat berpikir.
2. Logika modern atau logika artificialis
Yang dipelopori oleh Aristoteles dalam yang berarti instrument atau alat untuk berpikir.
Logika artificialis dibedakan menjadi dua macam
3. Logika formal
ilmu logika yang mempelajari cara-cara atau pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil yang
diuji dengan kenyataan-kenyataan dalam praktek di lapangan.
4. Logika material (Logika Mayor)
Mempelajari sumber-sumber pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya
ilmu pengetahuan, yang kemudian merumuskan metode ilmu pengetahuan.

2.8 PEMBAGIAN LOGIKA Jujun S. Suriasumantri

Pembagian logika menurut buku filsafat ilmu oleh Jujun S. Suriasumantri Dilihat dari cara
penarikan kesimpulan

1. Logika Induksi.
Merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual (seperti kesimpulan peneliti humoris). Misalnya, kita
punya fakta bahwa kambing punya mata, kucing punya mata, demikian juga anjing dan
berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan
umum bahwa semua binatang mempunyai mata.
Dua keuntungan dari logika induktif, adalah sebagai berikut; Pertama; Ekonomis Karena
dengan penalaran induktif kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan
segi dapat direduksi/dikurangi menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang
dikumpulkan manusia bukan merupakan koleksi/ kumpulan dari berbagai fakta
melainkan esensi dari fakta-fakta tersebut. Demikian juga pengetahuan tidak bermaksud
membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan pada struktur dasar
yang mendasari ujud fakta tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan
cermatnya tidak dapat mereproduksi betapa manisnya secangkir kopi atau betapa
pahitnya pil kina. Jadi pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang
bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini
sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan
berpikir teoritis.
Kedua; dengan menggunakan logika induktif, dapat melakukan Penalaran lanjut. Secara
induktif dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan
yang bersifat lebih umum lagi.
Contoh tentang logika indukif ini adalah sebagai berikut; Semua binatang mempunyai
mata (induksi binatang), dan semua manusia mempunyai mata (induksi manusia) maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makluk mempunyai mata. Penalaran seperti ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.
2. Logika Deduksi.
Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan bersifat umum ditarik kesimpulan
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola
berpikir silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian
dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Pengetahuan yang didapat
dari penalaran deduktif adalah hasil kesimpulan berdasarkan kedua premis tersebut.
Melanjutkan contoh penalaran induktif di atas dapat dibuat silogismus sebagai berikut :
Semua makluk mempunyai mata [premis mayor] ------
Landasan [1]
Si Polan adalah seorang makluk [premis minor] -------
Landasan [2]
Jadi si Polan mempunyai mata [kesimpulan] ----------
Pengetahuan
Kesimpulan yang diambil bahwa si Polan punya mata adalah pengetahuan yang sah
menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis
yang mendukungnya. Jika kebenaran dari kesimpulan/pengetahuan dipertanyakan maka
harus dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua
premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan
yang ditariknya juga benar.

2.9 PEMBAGIAN LOGIKA Sutrisna Wibawa

Pembagian logika menurut buku Wibawa,Sutrisna.2013.Filsafat Jawa.UNY press:

1. Logika formal (logic)


Mempelajari asas-asas atau hukum-hukum memikir, yang harus ditaati supaya dapat
berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Hukum-hukum logika belaku dan
penting bagi semua ilmu lainnya pula, sementara bagi filsafat merupakan alat yang
harus dikuasai dulu.
2. Logika material atau kritika (epistemology)
Memandang isi pengetahuan (material), bagaimana isi ini dapat
dipertanggungjawabkan, mempelajari sumber-sumber dan asal ilmu pengetahuan, alat-
alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, kemungkinan-kemungkinan dan
batas pengetahuan, kebenaran dan kekeliruan, metode ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
3. Logika deduktif
Berusaha menemukan aturan aturan yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan yang bersifat keharusan dari suatu premis tertentu atau lebih. Sebagai
contoh, a termasuk b, dan b termasuk dalam c, maka kita mengetahui bahwa a
termasuk dalam c. Kesimpulan bahwa a termasuk dalam c karena keharusan tanpa
memperhatikan apakah yang diwakili oleh a, b, dan c. Logika yang membicarakan
susunan proporsi- proporsi dan penyimpulan yang sifat keharusannya berdasarkan atas
susunannya, dikenal sebagai logika deduktif atau logika formal.
4. Logika induktif
Mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan proporsi-proporsi, melainkan
dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika induktif mencoba untuk bergerak
dari satu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada pernyataan yang
bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian atau dari suatu
perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat
tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Noor Muhsin Bakry. 2021. Pengenalan Logika.(file pdf). Tersedia di repositori.ut.ac.id

Revi Erinawati. 2018. Makalah Logika. (file pdf).Tersedia di nurulkhafiani.blogs.uny.ac.id

Dr. H. Muhamad Rakhmat., SH.,M.H. 2013. Pengantar Logika Dasar.(file pdf). Tersedia di
https://www.academia.edu/27591785/PENGANTAR_LOGIKA_DASAR
www.lawyerpontianak.com. 29 September 2018. Macam Pembagian Logika. Diakses pada 15
Mei 2023. Dari https://www.lawyerpontianak.com/2018/09/macam-pembagian-logika.html?
m=1

newbiekomunikasi.blogspot.com.15 April 2017. Pembagian Logika. Diakses pada 15 Mei 2023.


Dari http://newbiekomunikasi.blogspot.com/2017/04/pembagian-logika.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai