Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PSIKOLOGI UMUM

“KONSEP BERPIKIR”

Dosen pengampu: Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I

Kelompok 7:

1. Listyowati (126308211084)
2. Adinda Fuadila Alhumairoh (126308212091)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM 2B

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

April 2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dalam rangka menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca serta
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada:

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor UIN SATU Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kami menuntut ilmu di universitas ini.
2. Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Psikologi
Umum yang telah mengajar dan memberikan pengarahan kepada kami.
3. Teman-teman PI 2-B yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan pengetahuan,
rujukan, serta sumber bacaan membuat makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk membangun
makalah ini dan menutupi kekurangannya. Semoga makalah ini dapat membantu
proses pembelajaran khususnya dalam mata kuliah Psikologi Umum dan dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Tulungagung, 1 April 2022

penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A.Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Proses Terjadinya Komponen Dasar Berpikir................................................................3


B. Proses Kognitid dalam Pemecahan Masalah..................................................................4
C. Proses Kognitif dalam Mengambil Keputusan...............................................................8
D. Berpikir Kritis dan Kreatif .............................................................................................11

BAB III

PENUTUP..........................................................................................................................17

A. Kesimpulan.....................................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia memiliki kelebihan atau ciri
khas yang membedakannya dengan makhluk lainnya seperti hewan atau
tumbuhan. Manusia memiliki akal dan kemampuan berpikir. Dengan berpikir
manusia mampu untuk menghasilkan pengetahuan, yang mana pengetahuan
ini akan digunakan dalam memperbaiki kualitas hidupnya. Manusia dapat
berpikir karena adanya penalaran dan mampu berbahasa. Dengan berpikir,
manusia dapat menyampaikan perasaannya, memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mampu menerima hasil pemikiran dari orang lain.
Dalam melakukan suatu kegiatan seseorang harus memiliki pemikiran
yang logis agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan secara baik dan benar.
Setiap orang memiliki tingkat pemikiran yang berbeda-beda sesuai dengan
pemahaman dan pengetahuan orang tersebut. Berpikir logis yang dilakukan
oleh manusia sangat penting agar tindakan yang telah dikerjakan akan lebih
mudah dipahami oleh akal sehat manusia lainnya. Selain itu, manusia juga
harus bisa untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan
benar. Proses ini juga sangat penting karena dibutuhkan ketelitian untuk
mencapai hasil yang maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya kompenen dasar berpikir?
2. Bagaimana terjadinya proses kognitif dalam pemecahan masalah?
3. Bagaimana terjadinya proses kognitif dalam mengambil keputusan?
4. Apa saja faktor - faktor dalam berpikir kritis dan kreatif?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses berpikir terjadinya komponen


dasar berpikir

2. Untuk mengetahui bagaimana proses kognitif dalam pemecahan


masalah

1
3. Untuk mengetahui bagaimana proses kognitif dalam mengambil
keputusan

4. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam berpikir kritis dan kreatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Komponen Dasar Berpikir


Seseorang harus mempunyai pemikiran logis setiap melakukan suatu
kegiatan. Tanpa pemikiran yang logis, seseorang tidak akan mampu
berkegiatan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, berpikir logis termasuk
dalam ciri manusia universal. Dikutip dari edubloxtutor, berpikir logis adalah
proses di mana seseorang menggunakan penalaran secara konsisten untuk
sampai pada suatu kesimpulan. Masalah atau situasi yang melibatkan
pemikiran logis membutuhkan struktur, untuk hubungan antara fakta dan
rantai penalaran yang ‘masuk akal’. Setiap orang mempunyai tingkat
pemikiran logis yang berbeda-beda sesuai pemahaman dan pengetahuan orang
tersebut. Berpikir logis mempunyai aturan atau tata cara yang harus dipenuhi
seseorang dalam berpikir lurus dan benar. Salah satu syarat dalam berpikir
lurus dan benar atau disebut dengan berpikir logis yaitu memenuhi komponen
dasar dalam berpikir. Istilah komponen mempunyai arti bagian atau unsur di
dalam suatu sistem, misalnya komponen dari sebuah komputer. Komponennya
seperti layar, keyboard, CPU, dan lain-lain. Sama seperti halnya komputer,
berpikir logis mempunyai komponen-komponen yang harus dilengkapi.
Komponen-komponen Berpikir Logis
Dalam buku “Epistemiologi dan Logika Pendidikan” yang ditulis oleh
Arif Rohman dkk, berpikir logis mempunyai 3 komponen . Ketiga komponen
tersebut yaitu pengertian (concept), keputusan (decision), dan penalaran
(reasoning). Pengertian merupakan penangkapan inti dari suatu obyek atau
kejadian. Kata lain dari pengertian yaitu konsep. Konsep merupakan gambaran
luas suatu obyek atau kejadian. Muncul rumusan dari pengertian atau konsep
tersebut. Rumusan merupakan sebuah keingintahuan terhadap suatu hal.
Rumusan dari pengertian atau konsep tersebut akan menghasilkan sebuah
definisi. Keputusan merupakan suatu aksi seseorang dalam menyatakan untuk
mengakui atau memungkiri suatu hal. Keputusan setiap orang didasari oleh
hasil tindakan akal budi yang dimiliki manusia. Penalaran atau reasoning
merupakan suatu proses manusia dengan akal budi untuk mencapai sebuah
kesimpulan dari satu atau lebih hal yang telah ia ketahui sebelumnya. Hal-hal

3
yang telah ia ketahui sebelumnya merupakan sebuah data. Data tersebut akan
menghasilkan sebuah kesimpulan atau pendapat baru yang sebelumnya belum
diketahui. Data merupakan fakta empirik yang sebelumnya sudah diketahui
kebenarannya. Kaitan antara pengertian, keputusan, dan penalaran sangat erat.
Tanpa adanya salah satu komponen tersebut, hasil dalam berpikir belum dapat
dipastikan sesuai dengan logika manusia pada umumnya. Dalam berpikir
logis, komponen-komponen tersebut harus dilalui secara berurutan. Dalam
proses berpikir logis, terdapat pendapat yang diasumsikan diakui
kebenarannya atau sebelumnya sudah terbukti kebenarannya. Berpikir logis
yang dilakukan manusia sangat penting agar semua tindakan mudah dipahami
oleh akal sehat manusia lainnya.1
B. Proses kognitif dalam pemecahan masalah
Pengertian sederhana dari pemecahan masalah adalah proses
penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikannya. Sejalan
dengan pengertian di atas, Cooney (1975) mengemukakan bahwa pemecahan
masalah adalah proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikannya.
Pemecahan masalah sendiri artinya adalah suatu pemikiran yang terarah secara
langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah
yang spesifik. Kita banyak sekali menemukan masalah dalam kehidupan
sehari – hari, dengan begitu kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi,
memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan masalah dalam
suatu masalah tersebut.
Dalam memecahkan masalah, siswa atau individu memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Psikologi dengan berbagai cabangnya telah
mengidentifikasi sangat banyak variabel yang mengindikasikan perbedaan
individu tersebut serta memengaruhi proses belajarnya, antara lain kecerdasan,
keberbakatan, gaya kognitif, gaya berpikir, gaya belajar, daya adopsi, dan
kemampuan awal. Dalam Altun dan Cakan (2006) disebutkan bahwa dengan
mengidentifikasi gaya kognitif siswa, para pendidik terbantu untuk memahami
bagaimana seseorang mengorganisasikan dan merepresentasikan informasi.
Hakikat pemecahan masalah (problem solving) adalah seseorang
mengahadapi situasi yang harus memberi respons, tetapi tidak mempunyai
informasi, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan cara-cara yang dapat
1
https://Tirto.id/syarat-berpikir-logis-dan-komponen-komponen-dasar-f5Hd

4
dipergunakan dengan segera untuk memperoleh pemecahan. (Slameto: 144).
Menurut Evans (1991) pemecahan masalah adalah suatu aktivitas yang
berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi
tindakan dan pengubahan kondisi sekarang (present state) menuju kondisi
yang diharapkan (future state atau desired goal).
Menurut pendapat Greeno (dalam Ellis and Hunt, 1993) masalah atau
problem dapat dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan proses-proses
kognitif yang terlibat dalam pemecahan masalah:
a. Inducing Structured Problem
Jenis masalah ini meminta seseorang untuk menemukan pola yang
akan menghubungkan elemen-elemen masalah, antara satu elemen
dengan yang lain. Salah satu contoh adalah analogi verbal: Garam:
Asin:: Gula:...? untuk dapat memecahkan masalah ini orang harus
menemukan bagaimana pola hubungan antara garam dan asin (yaitu
rasa), kemudian bagaimana jika hubungan rasa ini diterapkan pada
gula (jawabannya adalah manis).
b. Transformation Problemi
Jenis masalah ini ialah seseorang harus memanipulasi atau mengubah
objek objek dan simbol-simbol menurut aturan tertentu agar diperoleh
suatu pemecahan. Contoh masalah tersebut adalah memecahkan soal
aljabar orang harus mengubah kalimat-kalimat dalam bentuk
persamaan (simbol dan hilangan) tertentu. Contoh untuk memecahkan
masalah soal ini orang harus mengubahnya sebagai berikut:
(jumlah pelamar)=2x (jumlah pekerjaan)
Jumlah pekerjaan = 5
Y = 2x5
Y = 10.
c. Arrangement Problem
Jenis masalah ini adalah seseorang harus mengatur atau menyusun
ulang elemen-elemen suatu tugas agar diperoleh pemecahan. Semua
elemen tugas disebutkan kemudian seseorang harus menyusun kembali
menurut cara-cara tertentu yang dapat mencapai pemecahan Contoh
soal angram kata: mengubah susunan huruf "D-A-U-K" menjadi nama
seekor binatang. Untuk menemukan kata yang sebenarnya, orang harus

5
menyusun ulang huruf-huruf yang ada itu, sehingga dapat diperoleh
kata KUDA.
Dalam kegiatan untuk memecahan masalah banyak pendapat yang
dikemukakan para ahli, salah satunya seperti yang dikemukakan Polya. Polya
(1973) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai usaha untuk mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat
dicapai. Menurut Polya ada empat langkah dalam pemecahan masalah, yaitu:
1. Memahami masalah
Dalam tahap ini, masalah harus benar-benar dipahami, seperti
mengetahui apa yang tidak diketahui, apa yang sudah diketahui,
apakah kondisi yang ada cukup atau tidak cukup untuk menentukan
yang tidak diketahui, adakah yang berlebih-lebihan atau adakah yang
bertentangan, menentukan suatu gambaran masalah, menggunakan
notasi yang sesuai.
2. Membuat rencana pemecahan masalah
Mencari hubungan antara informasi yang ada dengan yang tidak
diketahui. Dalam membuat rencana ini seseorang dapat dibantu dengan
memperhatikan masalah yang dapat membantu jika suatu hubungan
tidak segera dapat diketahui sehingga akhirnya diperoleh suatu rencana
dari pemecahan.
3. Melaksanakan rencana
Pada tahap ini rencana dilaksanakan, periksa setiap langkah sehingga
dapat diketahui bahwa setiap langkah itu benar dan dapat
membuktikan setiap langkah benar.
4. Memeriksa kembali pemecahan yang telah didapatkan
Pada tahap ini dapat diajukan pertanyaan seperti : dapatkah memeriksa
hasil, dapatkah memeriksa alasan yang dikemukakan, apakah diperoleh
hasil yang berbeda, dapatkah melihat sekilas pemecahannya, dapatkah
menggunakan pemecahan yang telah diperoleh atau metode yang
sudah digunakan untuk masalah lain yang sama.
Adapun metode atau strategi pemecahan masalah meliputi (Suharnan, 2005),
yaitu:
1) Algoritmik

6
Suatu strategi yang menjamin ditemukan suatu pemecahan. Algoritmik
bersifat deterministik. Contoh strategi algoritmik: penemuan secara
acak (random search) baik sistematis maupun tidak sistematis. Metode
penemuan secara acak hanya efisien pada ruang masalah yang sempit.
2) Heuristik
Adalah proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk
mengidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan
dianggap menjanjikan bagi penemuan pemecahan suatu masalah.
Strategi yang bersifat kecenderungan dan masih mengandung
kemungkinan gagal. Namun kebanyakan sehari-hari orang banyak
menggunakan strategi heuristik. Heuristik bersifat probalistik.
Pendekatan heuristik pada ruang permasalahan yang luas. Contohnya:
metode kedekatan, pengujian hipotesis, membagi masalah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, metode pencarian dengan langkah
maju atau mundur, analogi atau pencocokan.
3) Proximity Methods
Seseorang menempuh jalan atau cara yang dipersepsi lebih mendekati
tujuan yang diinginkan.
4) Analogi
Analogi merupakan cara yang sering digunakan orang, terutama hal ini
sangat berguna bagi masalah yang relatif baru. Analogi dapat
dilakukan dengan cara membandingkan pola masalah yang tengah
dihadapi dengan pola masalah serupa yang pernah dialami baik oleh
yang bersangkutan atau orang lain.
5) Maching
Seseorang memahami situasi yang tengah dihadapi dengan tujuan yang
diinginkan.
6) Generate-Test Method
Pemecahan masalah membutuhkan dua tahapan proses. Pertama, satu
cara atau strategi pemecahan yang paling memungkinkan dicari atau
dihasilkan. Kedua, gagasan pemecahan yang dihasilkan itu lalu diuji
apakah dapat berjalan dengan baik atau efektif. Jika belum berhasil,
akan dicari pemecahan lain yang paling memungkinkan kemudian diuji

7
atau dipraktekkan. Cara seperti ini terus dilakukan sampai akhirnya
ditemukan jalan pemecahan atas masalah itu.
7) Means-Ends Analysis
Strategi ini memfokuskan perhatian seseorang pada perbedaan antara
keadaan yang dihadapi dengan keadaan yang diinginkan.
8) Backward Search
Strategi ini dilakukan dengan berjalan mundur. Maksudnya, meminta
orang memulai pada tujuan yang diinginkan (goal state)dan bergerak
mundur menuju pada keadaan yang dihadapi semula (original state)
9) Forward Search
Strategi berjalan ke depan. Seseorang mulai dari kenyataan yang
dihadapi, kemudian secara bertahap bergerak menuju pada tujuan akhir
yang diinginkan2.
C. Proses kognitif dalam mengambil keputusan
Proses decision making merupakan proses pengambilan keputusan
dengan melibatkan berbagai pertimbangan dan pertentangan yang terjadi
sehingga terlihat dilematis dalam diri individu untuk mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses memilih apa yang
harus lakukan dengan mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi pilihan
yang berbeda (Brockman & Russell, 2009; Walker, 2001).
Pengambilan keputusan adalah proses membuat pilihan dari sejumlah
alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan (Eisenfuhr, 2011). Keputusan
yang efektif membutuhkan pemahaman yang rinci tentang realitas dan
lingkungan sosial. Semua dari kita, setiap harinya dihadapkan dengan berbagai
keputusan. Sebagian kecil memiliki konsekuensi yang rendah, sementara yang
lain tergantung pada keberadaan kita.
Menurut Acat & Dereli (2012), bagaimana individu membuat
keputusan adalah sebanyak pentingnya keputusan individu tentang kehidupan
mereka. Proses pengambilan keputusan merupakan struktur psikologis
signifikan yang memungkinkan individu untuk menguji dan menemukan
koneksi antara pikiran dan tindakan. Segala sesuatu yang dipikirkan individu
dapat berpengaruh pada tindakan.

2
https://www.academia.edu/22832110/pemecahan_Masalah_perkembangan_kognitif

8
Deniz (2011) menyampaikan bahwa dalam pengambilan keputusan
terdapat langkah-langkah mutakhir secara keseluruhan, yaitu individu
menentukan tindakan alternatif, mengevaluasi tindakan alternatif dan memilih
satu dari alternatif tersebut untuk diterapkan.Langkah-langkah pengambilan
keputusan ini dipengaruhi oleh penggunaan strategi pengumpulan informasi.
Selain itu, gaya pengambilan keputusan juga berpengaruh terhadap keputusan
yang diambil. Gaya pengambilan keputusan disebut sebagai situasi yang
meliputi pendekatan, reaksi, dan tindakan dari individu yang mengambil
keputusan.
San (2008) menyatakan ada dua jenis utama pengambilan keputusan di
dalam dimensi kognitif, emosional, dan sosial, yaitu pengambilan keputusan
individual dan pengambilan keputusan organisasi. Model pengambilan
keputusan yang rasional mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan adalah
kapasitas untuk memilih yang terbaik dari berbagai alternatif. Proses model
pengambilan keputusan yang efektif seharusnya dibentuk dalam urutan
sebagai berikut: 1) pengakuan, 2) formulasi, 3) generasi alternatif, 4)
pencarian informasi, 5) judgement atau pilihan dan tindakan, dan 6) feedback.
Pengambilan keputusan ini menurut model behavioral kognitif dipengaruhi
oleh faktor-faktor, seperti selfawareness, self-regulation, prolem solving, dan
motivasi.
Siagian (1980:96) mengemukakan terdapat tujuh langkah yang dapat
ditempuh dalam pengambilan keputusan, yaitu: 1) Mengetahui hakekat
masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan masalah yang
dihadapi dengan setepat-tepatnya; 2) Mengumpulkan fakta-fakta dan data
yang relevan; 3) Mengolah fakta-fakta dan data tersebut; 4) Menentukan
beberapa alternatif yang mungkin ditempuh; 5) Memilih cara pemecahan dari
alternatif yang telah diolah dengan matang; 6 Memutuskan tindakan yang
hendak dilakukan; dan 7) Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat
dari keputusan yang telah diambil.
Menurut San (2008) beragam penelitian telah ditemukan faktor-faktor
yang lebih efektif dalam pengambilan keputusan. Beberapa peneliti berfikir
bahwa faktor kognitif adalah efektif, beberapa peneliti berpendapat bahwa
faktor emosional adalah efektif dalam pengambilan keputusan. Di sisi yang
lain beberapa peneliti berfikir bahwa faktor sosial dan individual adalah efektif

9
dalam pengambilan keputusan. Perbedaan cara pandang mengenai faktor-
faktor yang berpengaruh ini tidak perlu diperdebatkan, karena masing-masing
faktor memiliki dasar yang jelas.
Proses pengambilan keputusan yang dikemukan Gitosudarmo dan Sudita
(1997), mereka merangkumnya dalam proses yang lebih rinci, yakni sebagai
berikut:
a. Menentukan tujuan. Penetapan tujuan dan sasaran secara memadai
akan menentukan hasil yang akan dicapai.
b. Mengidentifikasi persoalan. Sebuah syarat yang perlu bagi keputusan
adalah persoalan. Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai
setelah permasalahan diidentifikasi
c. Mengembangkan berbagai alternatif solusi. Sebelum mengambil
keputusan harus dikembangkan beberapa alternatif solusi yang dapat
dilaksanakan dan harus dipertimbangkan konsekuensinya
d. Mengevaluasi alternatif. Setelah alternatif dikembangkan, alternatif
harus dievaluasi dan dibandingkan.
e. Memilih alternatif. Alternatif yang baik adalah dalam hubungannya
dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai
f. Melaksanakan keputusan. Jika salah satu alternatif yang terbaik telah
dipilih, keputusan tersebut harus ditetapkan.
g. Evaluasi. Mekanisme sistim evaluasi perlu dilakukan agar apa yang
diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisasi. Evaluasi
didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pengambilan keputusan diawali ketika seseorang berada dalam
situasi pengambilan keputusan. Penanganan yang tepat terhadap situasi
pengambilan keputusan juga akan menentukan keberhasilan pengambilan
keputusan. Situasi pengambilan keputusan menjadi muncul dalam diri
seseorang ketika ia dihadapkan dengan permasalahan dan beberapa alternatif
atau pilihan sebagai jawaban dari permasalahannya. Selanjutnya dari beberapa
alternatif tersebut, ia mulai mempertimbangkan, berpikir, menaksir,
memprediksi dan menentukan pilihan. Tahap menentukan pilihan dari
alternatif yang ada merupakan tahap terpenting dalam proses pengambilan
keputusan.3
3
Santoso, Budi “Kunci Keberhasilan Proses Pengambilan Keputusan”Manajerial Vol.8 No. 16: 28-33 Januari 2010

10
D. Berpikir kritis dan kreatif
Setiap makluk hidup di dunia ini, manusia dan binatang,memiliki
otak. Karena memiliki otak maka manusia dan binatang mampu berpikir.
Karena mampu berpikir maka manusia dan binatang mampu menghasilkan
pengetahuan, dimana pengetahuan ini digunakan untuk memperbaiki
kualitas hidupnya. Persoalannya adalah mengapa manusia lebih maju
pemikirannya dari pada binatang ? Ada sebuah cerita yang mengatakan
bahwa seandainya binatang memiliki kemampuan menalar, maka bukan
harimau jawa yang sekarang ini harus dilestarikan supaya jangan punah,
melainkan manusia jawa. Usaha pelestarian itu dipimpin oleh Menteri
Lingkungan Hidup seekor harimau yang bergelar professor, yang memiliki
cakar, taring dan loreng. Pada dasarnya binatang juga memiliki
pengetahuan, namun pengetahuannya dihasilkan melalui proses berpikir
tanpa penalaran, sehingga manfaat pengetahuannya sangat terbatas yaitu
hanya untuk kelangsungan hidupnya [survival]. Misalnya, seekor kera tahu
mana buah jambu yang enak. Seekor anak tikus tahu mana kucing yang
ganas. Anak tikus ini tentu saja diajari induknya untuk sampai pada
pengetahuan bahwa kucing itu berbahaya. Jadi anak tikus ini oleh
induknya hanya diajari hal-hal yang menyangkut kelangsungan hidupnya.
Kemampuan menalar yang miliki manusia menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan jauh lebih maju dari pada binatang. Bahkan
manusia adalah satu-satunya makluk yang mengembangkan
pengetahuannya secara sungguh- sungguh di bumi ini. Manusia
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan
mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Secara
terus menerus manusia harus mengambil pilihan tentang mana jalan yang
benar dan mana jalan yang salah, mana tindakan yang baik dan mana
tindakan yang buruk, apa yang indah dan apa yang jelek. Dalam
melakukan pilihan ini manusia berpaling kepada pengetahuannya yang
dihasilkan melalui proses berpikir nalar atau proses berpikir dengan
menggunakan penalaran.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan oleh
dua hal utama yakni selain memiliki penalaran juga karena memiliki
bahasa : Dengan penalaran manusia mampu mengembangkan

11
pengetahuannya dengan cepat dan mantap. Berpikir nalar adalah
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Binatang mampu berpikir tapi tidak mampu berpikir nalar. Insting
binatang jauh lebih peka dari insting seorang insinyur geologi. Binatang
sudah jauh- jauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung
meletus. Namun binatang tidak mampu menalar tentang gejala tersebut,
misalnya mengapa gunung meletus, faktor apa yang menyebabkannya, apa
yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Dengan bahasa manusia
mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Seekor kera mungkin dapat
memberikan informasi kepada kelompoknya bahwa ada ular datang
menyerang. Namun kera tidak mampu mengkomunikasikan kepada kera-
kera yang lain jalan pikiran analistis mengenai gejala tersebut. Tak ada
seekor anjingpun, kata Bertrand Russel, yang berkata kepada temannya,
”Ayahku miskin namun jujur”. Dan tak seekor anjingpun, kata Adam
Smith, yang secara sadar tukar menukar tulang dengan temannya seperti
manusia sebagai homo oeconomicus yang mengembangkan pengetahuan
berupa ilmu ekonomi. Dua kelebihan yang dimiliki manusia, yaitu bahasa
yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar inilah yang
memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya. Memang tidak
semua pengetahuan berasal dari proses penalaran. Karena berpikirpun
tidak semuanya berdasarkan penalaran. Manusia bukan semata-mata
makluk yang berpikir. Selain berpikir, manusia juga merasa, mengindra.
Semua pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, disamping
Wahyu yang merupakan pengetahuan hasil dari komunikasi manusia
dengan Sang Pencipta.
Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan
perasaan. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua
kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran
merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran

12
mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu adanya pola berpikir atau disebut
logika, dan bersifat analitik :
1. Logika, dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk
penalaran mempunyai logikanya sendiri. Atau dapat juga
disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses
berpikir logis, dimana berpikir logis di sini berkonotasi jamak
bukan tunggal. Artinya, suatu kegiatan berpikir dapat disebut logis
ditinjau dari suatu logika tertentu, dan mungkin tidak logis bila
ditinjau dari sudut logika lain. Hal ini sering menimbulkan gejala
yang disebut sebagai kekacauan penalaran yang disebabkan oleh
tidak konsistennya kita dalam menggunakan pola berpikir tertentu.
2. Analitik, sebagai sifat proses berpikir nalar. Penalaran merupakan
suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu
analisis, dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis
tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Sifat analitik
ini merupakan konsekwensi dari adanya suatu pola berpikir
tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada
kegiatan analisis. Karena analisis pada hakekatnya merupakan
suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Seperti telah disampaikan terdahulu, tidak semua kegiatan berpikir
mendasarkan pada penalaran. Berdasarkan kriteria penalaran
tersebut maka dapat dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir
bersifat logis dan analistis. Berarti cara berpikir yang tidak
termasuk ke dalam penalaran bersifat tidak logis dan tidak analistis.
Jadi kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir
menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak
berdasarkan penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak
berdasarkan penalaran, misalnya intuisi. Intuisi merupakan kegiatan
berpikir yang non analitik yang tidak mendasarkan diri kepada pola
berpikir tertentu. Berpikir intuitif ini memegang peranan penting
dalam masyarakat yang berpikir non analitik, yang kemudian sering
bergalau dengan yang namanya perasaan. Jadi terdapat dua
kategori cara berpikir, yakni berpikir analitik yang berupa

13
penalaran, dan cara berpikir non analitik yang berupa intuisi dan
perasaan. Dalam hal penalaran kita belum berbicara tentang materi
dan sumber pengetahuan. Karena penalaran hanya merupakan cara
berpikir tertentu. Untuk melakukan kegiatan analisis maka kegiatan
penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang
berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang digunakan
dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta.
Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran
mengembangkan paham yang kemudian disebut rasionalisme.
Sedang mereka yang menyatakan bahwa fakta yang terungkap
lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran
mengembangkan paham empirisme.
Logika
Alkisah, ada seorang peneliti yang bergelar profesor ingin
menemukan apa yang menjadi penyebab manusia mabuk minuman keras.
Ia mengadakan penyelidikan dengan mencampur berbagai merk minuman
keras dengan air. Mula-mula dia mencampur air dengan Wiski kemudian
diminum maka diapun terkapar mabuk. Setelah siuman dia mencampur air
dengan Manson, termasuk merk-merk minuman luar negeri dan dalam
negeri lainnya, dan ternyata campuran-campuran itupun menyebabkan dia
mabuk. Terakhir dia mencampur air dengan tuak yang diminum di pinggir
jalan sambil merokok, dan ternyata campuran inipun menyebabkan dia
mabuk. Berdasarkan penelitian itu maka dia menyimpulkan bahwa airlah
yang menyebabkan mabuk. Benar-benar masuk akal, tapi apakah hal itu
benar ? Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid [sahih] kalau
proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu
tersebut. Cara penarikan kesimpulan dimaksud adalah logika, dimana
logika secara luas dapat didefinisikan sebagai ”cara pengkajian untuk berpikir
secara sahih”. Terdapat banyak cara penarikan kesimpulan, namun untuk
sesuai dengan maksud tulisan ini yang memusatkan kepada berpikir ilmiah

14
maka terdapat dua jenis penarikan kesimpulan yakni berdasarkan logika
induktif dan logika deduktif :
1. Logika Induktif, merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual
[seperti kesimpulan peneliti humoris]. Misalnya, kita punya fakta
bahwa kambing punya mata, kucing punya mata, demikian juga anjing
dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini dapat kita
tarik kesimpulan umum bahwa semua binatang mempunyai mata. Dua
keuntungan dari logika induktif :
a) Ekonomis, karena dengan penalaran deduktif kehidupan yang
beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat
direduksi/dikurangi menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan
yang dikumpulkan manusia bukan merupakan koleksi/
kumpulan dari berbagai fakta melainkan esensi dari fakta-fakta
tersebut. Demikian juga pengetahuan tidak bermaksud
membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan
menekankan pada struktur dasar yang mendasari ujud fakta
tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan
cermatnya tidak dapat mereproduksi betapa manisnya secangkir
kopi atau betapa pahitnya pil kina. Jadi pengetahuan cukup
puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris
bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti
ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis dan berpikir teoritis.
b) Penalaran lanjut baik secara induktif maupun deduktif. Secara
induktif dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat
disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi.
Melanjutkan contoh tentang kesimpulan bahwa semua binatang
mempunyai mata [induksi binatang] , dan semua manusia
mempunyai mata [induksi manusia] maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa semua makluk mempunyai mata. Penalaran
seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara
sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang
makin lama makin bersifat fundamental.

15
2. Penalaran Deduktif, adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari
penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari
pernyataan bersifat umum ditarik kesimpulan bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola
berpikir silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini
disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor
dan premis minor. Pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
adalah hasil kesimpulan berdasarkan kedua premis tersebut.4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

4
Sumarto “ Pengatar Ke Arah Berpikir Ilmiah” Makalah Seminar Akademik. Jawa Timur 2006.

16
Berpikir logis adalah proses di mana seseorang menggunakan
penalaran secara konsisten untuk sampai pada suatu kesimpulan. Berpikir
logis mempunyai aturan atau tata cara yang harus dipenuhi seseorang dalam
berpikir lurus dan benar. Salah satu syarat dalam berpikir lurus dan benar atau
disebut dengan berpikir logis yaitu memenuhi komponen dasar dalam berpikir.
Ketiga komponen tersebut yaitu pengertian (concept), keputusan (decision),
dan penalaran (reasoning). Kaitan antara pengertian, keputusan, dan penalaran
sangat erat. Tanpa adanya salah satu komponen tersebut, hasil dalam berpikir
belum dapat dipastikan sesuai dengan logika manusia pada umumnya.
Pemecahan masalah sendiri artinya adalah suatu pemikiran yang
terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk
suatu masalah yang spesifik. Dalam memecahkan masalah, siswa atau
individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Polya ada empat
langkah dalam pemecahan masalah yaitu memahami masalah, membuat
rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali
pemecahan yang telah didapatkan. Sedangkan pengambilan keputusan adalah
proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Menurut San (2008) beragam penelitian telah ditemukan faktor-
faktor yang lebih efektif dalam pengambilan keputusan. Beberapa peneliti
berfikir bahwa faktor kognitif adalah efektif. Adapun proses pengambilan
keputusan menurut Gitosudarmo dan Sudarmo yaitu sebagai berikut
menentukan tujuan, mengidentifikasi persoalan, mengembangkan berbagai
alternatif solusi, mengevaluasi alternatif, memilih alternatif, melaksanakan
keputusan dan evaluasi.
Setiap makluk hidup di dunia ini, manusia dan binatang, memiliki
otak. Karena memiliki otak maka manusia dan binatang mampu berpikir.
Karena mampu berpikir maka manusia dan binatang mampu menghasilkan
pengetahuan, dimana pengetahuan ini digunakan untuk memperbaiki kualitas
hidupnya. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan oleh
dua hal utama yakni penalaran dan bahasa. Dengan penalaran manusia mampu
mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap. Dengan bahasa
manusia mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut.
B. Saran

17
Dalam pembuatan makalah ini kami selaku penyusun masih banyak
kekurangan dalam pengetahuan makalah ini. maka disini kami sebagai
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Budi. 2010. Kunci Keberhasilan Proses Pengambilan Keputusan


Manajerial. Vo. 8, No. 16, Januari 2010.

18
Sumarto. 2006. Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiah. Makalah Seminar Akademik.
Jawa Timur.

https://www.academia.edu/22832110/pemecahan_Masalah_perkembangan_kognitif

https://Tirto.id/syarat-berpikir-logis-dan-komponen-komponen-dasar-f5Hd

19

Anda mungkin juga menyukai