Kelompok Usaha Mikri,Kecil, dan Menengah (UMKM) mengatakan mereka menolak
dengan keputusan Presiden Joko Widodo yang menerapkan pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat(PPKM) darurat. Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan PPKM darurat mulai 3 Juli hingga 20 Juli 2021 khusus di Pulau Jawa dan Bali.Koordinator pelaksanaan PPKM darurat kawasan Jawa dan Bali, Luhut Binsar Pandjaitan yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) mengatakan, pemerintah akan kembali menggelontorkan bantuan sosial kepada masyarakat menengah bawah selama kebijakan ini. Pandemi virus corona telah berlangsung hampir satu setengah tahun. Bukan mereda, virus corona malah bermutasi dan semakin banyak menginfeksi masyarakat. Akibatnya, pemerintah pusat menerapkan PPKM darurat di Jawa dan Bali selama 17 hari. Penjual pakaian di Jakarta Timur, Asril, tidak dapat membayangkan jika toko usahanya kembali ditutup."Saya sangat khawatir dan terpukul sekali. Kalau toko ditutup pemasukan otomatis tidak ada, sementara pengeluaran tetap, harus bayar pegawai dan tempat usaha. Lalu kami dapat uang dari mana?" kata Asril saat dihubungi BBC News Indonesia, Kamis (01/07). Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Ikhsan Ingratubun mengatakan PPKM darurat bisa kembali "menghancurleburkan" UMKM yang saat ini tengah berjuang bangkit dan bertahan. "Mau PPKM darurat, PSBB atau apapun namanya, itu kan sama, cuma diubah-ubah sama pemerintah, kami tidak setuju dan menolak itu, karena mengorbankan ekonomi bangsa terutama UMKM, seharusnya ekonomi dan kesehatan berjalan seiringan, PPKM darurat setidaknya akan menurunkan minimal 50% omset UMKM yang kini 'menjerit' dalam kesulitan. "Sekarang ini sekitar 70-80% tengah berjuang untuk bangkit, dengan ini maka akan terjadi penurunan lagi," katanya. Dibandingkan mengambil kebijakan PPKM, demi menjaga keselarasan antara ekonomi dan kesehatan, lebih baik pemerintah memperkuat pengawasan dan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan,
Mengapa PPKM menghantam kuat UMKM?
Terdapat dua alasan mengapa UMKM menjadi pihak paling depan yang sangat terdampak dari kebijakan PPKM darurat, kata Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda. Pertama karena aktivitas UMKM sangat melekat dengan kegiatan masyarakat. "Jadi 99% usaha di Indonesia itu UMKM dan berhadapan langsung dengan masyarakat, seperti penjual somay, ketoprak dan lainnya. Jadi sangat berdampak masif jika dilakukan pembatasan," kata Huda. Kedua adalah ketidakmampuan banyak UMKM dalam beradaptasi dengan teknologi - jual beli online. Sehingga, pertemuan fisik menjadi faktor penting dan andalan.