Anda di halaman 1dari 4

UMKM Diterjang Pandemi Covid-19 Sampai 'Kembang Kempis'

Dosen Pembimbing :

M. Rizal Nur Irawan, S.E., M.M.

Disusun Oleh :

Bella Maulina

041810358

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Lamongan

2020
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) justru menjadi sektor paling rentan kena
hantaman pandemi virus corona. Sektor ini disebut ekonom tak bisa lagi menjadi penyangga
perekonomian seperti saat krisis ekonomi dan keuangan 1998 dan 2008. Agar UMKM tetap
bisa berproduksi dan terhindar dari PHK, Presiden Joko Widodo meminta realokasi APBN
dan APBD ke tiga bidang, salah satunya UMKM.

Sumiah, 58 tahun, berpangku tangan melihat lalu lalang kendaraan yang melintas di salah
satu halte di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu sore (18/03). Tahu, bakwan, dan
tempe goreng yang ia buat dari rumah, tampak masih penuh di wadahnya. Biasanya, orang-
orang yang hilir mudik membeli jajanannya. Tapi sejak penerapan 'belajar, bekerja dan
beribadah dari rumah', dagangannya sepi. Pedagang kaki lima ini mengaku pendapatannya
turun 50%. "Biasa sudah pegang Rp300 ribu. Ini baru Rp100 ribu. Anyep , nyep , nyep . Sepi
banget," katanya berkeluh kesah. "Ini sudah dikurang-kurangi dagangannya, masak ikan asin
sudah dikurangi 10 bungkus, ini (gorengan) biasa bawa 50, cuma bawa 30. Dikurangi banyak,
tetap aja nggak habis," tambah Sumiah.

Sumiah adalah tulang punggung keluarga. Dia khawatir tak dapat melanjutkan biaya sekolah
anak dan cucunya, lantaran suami sudah 10 tahun terkena stroke. Ia bingung berapa lama
lagi bisa bertahan untuk dagang jika kondisi penjualannya terus menurun. "Aduh, ampun,
buat makan saja kayaknya kembang kempis. Putar-puter kira-kira bisa buat jajan anak
sekolah. Muter-muter nggak karuan ngurangin belanjaan," katanya.

Lain cerita dengan pelaku usaha kecil bidang konveksi di Bandung, Jawa Barat, Taufik
Rosadi. Saat ini usahanya terpukul karena pelanggan mulai mengurangi pemesanan. "Jadi ini
50%-60% (pendapatan berkurang) sudah mulai terasa. Jadi order-order yang kecil aja yang
dijalankan projek-projek yang kecil," kata Taufik kepada BBC Indonesia, Rabu (18/03). Selain
itu, usahanya juga memerlukan bahan baku impor. Saat ini nilai rupiah terhadap dollar AS
terus melemah. Pada Rabu (18/03), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai
Rp15.200 per US$1.

"Agak bingung juga di harga. Kan harga naik semua, dollar kan. Kain, yang terutama terasa
banget," lanjut Taufik. Ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan cepat untuk
mengendalian Covid-19. Jika kondisi ekonomi tak berubah, maka usahanya hanya bisa
bertahan sampai Mei mendatang. "Ini kalau sampai bulan Mei, juga sudah lumayan berat
ya. Karena kita harus lewatin lebaran segala macam, saya juga harus (beri) THR, mulai
terpikir kan," lanjut Taufik.

Sumiah dan Taufik merupakan dua di antara 116 juta orang yang bekerja di sektor UMKM di
Indonesia. Data tahun 2017 dari Kementerian Koperasi dan UMKM menunjukkan sektor ini
menyerap tenaga kerja hingga 97%, sekaligus penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB)
sebesar 60%.
Jumlah UMKM yang tersebar di Indonesia sebanyak 62,9 juta unit yang meliputi
perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pengolahan,
bangunan, komunikasi, hotel, restoran dan jasa-jasa.

Realokasi APBN dan APBD

Dalam arahannya saat menggelar rapat terbatas melalui telekonferensi dari Istana Merdeka,
Jakarta, pada Jumat (20/03), Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan jajarannya untuk
memangkas rencana belanja yang dianggap tidak prioritas di saat sekarang ini baik yang ada
di APBN maupun APBD. Presiden meminta realokasi APBN dan APBD tersebut untuk tiga
kegiatan prioritas pemerintah di tengah wabah virus corona.

"Yaitu yang pertama di bidang kesehatan, terutama dalam upaya pengendalian Covid-19.
Yang kedua, social safety net, atau bantuan sosial," ujarnya. "Yang ketiga, yang berkaitan
dengan insentif ekonomi bagi pelaku usaha dan UMKM sehingga mereka bisa tetap
berproduksi dan terhindar dari terjadinya PHK," tambahnya.

Sebelumnya, juru bicara Presiden RI, Fadjroel Rahman, mengatakan, pilihan solusi untuk
UMKM nantinya dapat berupa permodalan hingga pemasaran. "Misalnya model pemasaran
nanti akan dibantu oleh aplikasi. penggunaan teknologi bisa jadi salah satu pemecahan
dalam kondisi yang sekarang ini. Termasuk pemerintah kan presiden minta semua terukur,
semua sistematis, semuanya masuk akal. Jangan sampai seperti kejadian yang melakukan
efek kejut begitu, masyarakat dijadikan coba-coba," katanya.

Selain itu, kata Fadjroel, pemerintah sedang mempercepat pencairan dana bantuan sosial
melalui Program Keluarga Harapan (PKH) tahap II sebesar Rp7 triliun bulan ini. Harapannya,
stimulus ini bisa menjaga daya beli masyarakat dan menekan persoalan ekonomi di tengah
pengendalian Covid-19. "Karena ekonomi baru bisa bergerak kalau uang masuk ke dalam
perputarannya. Makanya termasuk Kartu PraKerja kan disegerakan. PKH disegerakan,"
katanya kepada BBC News Indonesia, Rabu (18/03).

Pandemi virus corona telah memukul perekonomian secara global. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami kemerosotan terparah selama satu dekade terakhir atau
mencapai 5%, Kamis pekan lalu. Sementara rupiah terus melemah terhadap dolar AS atau
tembus Rp15.200 per Rabu (18/03).

PENDAPAT

Virus Corona atau COVID-19 membuat perekonomian di beberapa daerah melemah, tak
terkecuali Indonesia. Kondisi ini hampir mematikan beberapa sektor usaha. Para pengusaha
memilih merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada
karyawannya. Bahkan beberapa usaha terancam gulung tikar. Tidak sedikit juga usaha yang
sudah gulung tikar akibat tidak adanya pemasukan dan ketidakpastian kapan kondisi ini
berakhir. Para pelaku usaha harus memutar otak agar dapat mempertahankan usahanya
tetap berdiri meskipun dengan resiko yang besar. Yang paling besar dampaknya UMKM
(usaha mikro kecil menengah). UMKM selama ini banyak sekali menyerap tenaga kerja dan
mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia.

Data tahun 2017 dari Kementerian Koperasi dan UMKM menunjukkan sektor ini menyerap
tenaga kerja hingga 97%, sekaligus penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 60%.
Jumlah UMKM yang tersebar di Indonesia sebanyak 62,9 juta unit yang meliputi
perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pengolahan,
bangunan, komunikasi, hotel, restoran dan jasa-jasa.

Dari berita diatas, Presiden meminta realokasi APBN dan APBD tersebut untuk tiga kegiatan
prioritas pemerintah di tengah wabah virus corona. Menurut saya, langkah tersebut sudah
tepat, karena dengan begitu para pelaku UMKM bisa sedikit terbantu meskipun keadaan
belum sepenuhnya kembali seperti semula. Tapi, langkah tersebut sudah sangat membantu.

SOLUSI

Dari berita yang saya kutip diatas, pemerintah telah menetapkan pilihan solusi untuk UMKM
nantinya dapat berupa permodalan hingga pemasaran. Hal tersebut dapat sangat
membantu para pedagang, karena model pemasaran nanti akan dibantu oleh aplikasi.
Penggunaan teknologi bisa jadi salah satu pemecahan dalam kondisi yang sekarang ini.
Selain itu, pemerintah juga akan segera mempercepat pencairan dana bantuan sosial
melalui Program Keluarga Harapan (PKH) tahap II sebesar Rp7 triliun bulan ini. Harapannya,
stimulus ini bisa menjaga daya beli masyarakat dan menekan persoalan ekonomi di tengah
pengendalian Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai