Anda di halaman 1dari 13

REVIEW ARTIKEL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Usaha Kecil & Menengah
Tahun Pelajaran 2019/2020

Disusun oleh:

Yoga Kuswantoro 17210081

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JANABADRA
YOGYAKARTA
2020
Topik 1.Apa dampak bagi UMKM di Indonesia setelah WHO menyatakan virus Covid 19
sebagai Pandemi?

Virus corona: UMKM diterjang pandemi Covid-19 sampai


“Kembang Kempis”

Muhammad Irham
BBC News Indonesia
18 Maret 2020

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) justru menjadi sektor paling rentan kena hantaman
pandemi virus corona. Sektor ini disebut ekonom tak bisa lagi menjadi penyangga perekonomian
seperti saat krisis ekonomi dan keuangan 1998 dan 2008. Agar UMKM tetap bisa berproduksi
dan terhindar dari PHK, Presiden Joko Widodo meminta realokasi APBN dan APBD ke tiga
bidang, salah satunya UMKM.

Sumiah, 58 tahun, berpangku tangan melihat lalu lalang kendaraan yang melintas di salah satu
halte di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu sore (18/03). Tahu, bakwan, dan tempe
goreng yang ia buat dari rumah, tampak masih penuh di wadahnya.

Biasanya, orang-orang yang hilir mudik membeli jajanannya. Tapi sejak penerapan 'belajar,
bekerja dan beribadah dari rumah', dagangannya sepi. Pedagang kaki lima ini mengaku
pendapatannya turun 50%. "Biasa sudah pegang Rp300 ribu. Ini baru Rp100 ribu. Anyep , nyep ,
nyep . Sepi banget," katanya berkeluh kesah. "Ini sudah dikurang-kurangi dagangannya, masak
ikan asin sudah dikurangi 10 bungkus, ini (gorengan) biasa bawa 50, cuma bawa 30. Dikurangi
banyak, tetap aja nggak habis," tambah Sumiah.

Sumiah adalah tulang punggung keluarga. Dia khawatir tak dapat melanjutkan biaya sekolah
anak dan cucunya, lantaran suami sudah 10 tahun terkena stroke. Ia bingung berapa lama lagi
bisa bertahan untuk dagang jika kondisi penjualannya terus menurun. "Aduh, ampun, buat makan
saja kayaknya kembang kempis. Putar-puter kira-kira bisa buat jajan anak sekolah. M uter-muter
nggak karuan ngurangin belanjaan," katanya.

Lain cerita dengan pelaku usaha kecil bidang konveksi di Bandung, Jawa Barat, Taufik Rosadi.
Saat ini usahanya terpukul karena pelanggan mulai mengurangi pemesanan. "Jadi ini 50%-60%
(pendapatan berkurang) sudah mulai terasa. Jadi order-order yang kecil aja yang dijalankan
projek-projek yang kecil," kata Taufik kepada BBC Indonesia, Rabu (18/03).

Selain itu, usahanya juga memerlukan bahan baku impor. Saat ini nilai rupiah terhadap dollar AS
terus melemah. Pada Rabu (18/03), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp15.200 per
US$1. "Agak bingung juga di harga. Kan harga naik semua, dollar kan. Kain, yang terutama
terasa banget," lanjut Taufik.

Ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan cepat untuk mengendalian Covid-19. Jika
kondisi ekonomi tak berubah, maka usahanya hanya bisa bertahan sampai Mei mendatang. "Ini
kalau sampai bulan Mei, juga sudah lumayan berat ya. Karena kita harus lewatin lebaran segala
macam, saya juga harus (beri) THR, mulai terpikir kan," lanjut Taufik.

Sumiah dan Taufik merupakan dua di antara 116 juta orang yang bekerja di sektor UMKM di
Indonesia. Data tahun 2017 dari Kementerian Koperasi dan UMKM menunjukkan sektor ini
menyerap tenaga kerja hingga 97%, sekaligus penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB)
sebesar 60%.

Jumlah UMKM yang tersebar di Indonesia sebanyak 62,9 juta unit yang meliputi perdagangan,
pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pengolahan, bangunan, komunikasi,
hotel, restoran dan jasa-jasa.

Tak bisa menghindari Covid-19

Saat Indonesia mengalami krisis moneter 1998, UMKM menjadi penyangga ekonomi nasional.
Menyerap tenaga kerja, dan menggerakan perekonomian. Sementara 2008 di masa krisis
keuangan global, UMKM tetap kuat menopang perekonomian.

Namun, sektor ini tetap tak bisa menahan krisis yang disebabkan Covid-19, kata Ekonom Senior
Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati.

"Sangat berbeda dengan adanya Covid-19. Kalau krisis keuangan itu kan mereka yang tidak
terafiliasi dengan sektor keuangan, nggak masalah. Banyak UMKM kita yang memang tidak
pernah mendapatkan akses pembiayaan dari sektor finansial, ya aman-aman saja gitu kan," kata
Enny Sri Hartati saat dihubungi BBC Indonesia, Rabu (18/03).

Enny melanjutkan, efek krisis ekonomi dan keuangan sebelumnya lebih terlokalisir di sektor-
sektor tertentu. Kali ini, UMKM justru menjadi sektor yang paling rentan terhadap krisis
ekonomi karena Covid-19. "Nah kalau Covid-19 ini kan sudah di ratusan negara, siapa pun
nggak bisa dengan mudah terhindar," lanjut Enny.
Saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengendalikan penyebaran Covid-19. Sebab,
menahan laju penyebaran Covid-19 akan berpengaruh terhadap perekonomian. "Kalau hitung-
hitungan ekonomi, kalau kita bandingkan nanti, kalau penyebaran tidak tertangani dan sampai
lockdown, itu jauh lebih besar cost-nya daripada langkah-langkah yang diperlukan sekarang,"
kata Enny. Selain itu, lanjut Enny, langkah untuk tetap meningkatkan daya beli masyarakat juga
perlu segera direspon dengan cepat. "Apakah misalnya pembagian sembako, apakah misalnya
bantuan langsung tunai. Itu emergency response yang bisa dilakukan," katanya.

Realokasi APBN dan APBD

Dalam arahannya saat menggelar rapat terbatas melalui telekonferensi dari Istana Merdeka,
Jakarta, pada Jumat (20/03), Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan jajarannya untuk
memangkas rencana belanja yang dianggap tidak prioritas di saat sekarang ini baik yang ada di
APBN maupun APBD.

Presiden meminta realokasi APBN dan APBD tersebut untuk tiga kegiatan prioritas pemerintah
di tengah wabah virus corona.

"Yaitu yang pertama di bidang kesehatan, terutama dalam upaya pengendalian Covid-19. Yang
kedua, social safety net, atau bantuan sosial," ujarnya.

"Yang ketiga, yang berkaitan dengan insentif ekonomi bagi pelaku usaha dan UMKM sehingga
mereka bisa tetap berproduksi dan terhindar dari terjadinya PHK," tambahnya.

Sebelumnya, juru bicara Presiden RI, Fadjroel Rahman, mengatakan, pilihan solusi untuk
UMKM nantinya dapat berupa permodalan hingga pemasaran.
"Misalnya model pemasaran nanti akan dibantu oleh aplikasi. penggunaan teknologi bisa jadi
salah satu pemecahan dalam kondisi yang sekarang ini. Termasuk pemerintah kan presiden minta
semua terukur, semua sistematis, semuanya masuk akal. Jangan sampai seperti kejadian yang
melakukan efek kejut begitu, masyarakat dijadikan coba-coba," katanya.

Selain itu, kata Fadjroel, pemerintah sedang mempercepat pencairan dana bantuan sosial melalui
Program Keluarga Harapan (PKH) tahap II sebesar Rp7 triliun bulan ini. Harapannya, stimulus
ini bisa menjaga daya beli masyarakat dan menekan persoalan ekonomi di tengah pengendalian
Covid-19.

"Karena ekonomi baru bisa bergerak kalau uang masuk ke dalam perputarannya. Makanya
termasuk Kartu PraKerja kan disegerakan. PKH disegerakan," katanya kepada BBC News
Indonesia, Rabu (18/03).

Pandemi virus corona telah memukul perekonomian secara global. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami kemerosotan terparah selama satu dekade terakhir atau mencapai
5%, Kamis pekan lalu. Sementara rupiah terus melemah terhadap dolar AS atau tembus
Rp15.200 per Rabu (18/03).

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51946817

TANGGAPAN
Merebaknya pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap perekonomian di Indonesia.
Berbagai elemen terkena imbas, sebut saja restoran, pasar, pusat perbelanjaan, transportasi
online, hingga para pemilik UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).

1. Kondisi usaha UMKM mengalami kesulitan bahan baku, proses produksi terganggu, atau
permintaan pasar menurun drastis.
2. Distribusi terhambat, Sebanyak 111 koperasi dan UMKM atau setara dengan 10 persen
menyatakan mengalami distribusi yang terhambat.
3. UMKM yang paling terdampak dari penyebaran virus corona ini antara lain fesyen,
kerajinan tangan, jasa transportasi online, hingga kuliner. Permasalah utama saat ini, kata
Ikhsan, adalah sulitnya penyerapan produk UMKM. Apalagi, pemerintah melakukan
imbauan untuk karantina diri atau jaga jarak sosial (social distancing). Hal ini menjadi
faktor sulitnya situasi UMKM.
4. Dari sektor Pariwisata, Penyebaran virus Corona menyebabkan wisatawan yang
berkunjung ke Indonesia akan berkurang. Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti
hotel, restoran maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan adanya virus
Corona. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran atau rumah makan yang
sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan.

Mewakili suara para pengusaha, khususnya UKM, pariwisata, resto, dan ekonomi kreatif, ada
beberapa usulan yang kiranya dapat membantu rekan-rekan kami. Pertama, relaksasi pajak
diperuntukkan bagi seluruh industri atau sedikitnya mencakup sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) dan hospitality (pariwisata). Kedua, Paket Pinjaman Bencana Covid-19
untuk UMKM maupun paket restruktur bunga pinjaman bank pada KUR atau Kredit
Investasi UKM

5 strategi atau tips yang dapat diterapkan oleh UKM dalam menghadapi dampak Covid-19
ini:

1. Manfaatkan media sosial sebagai channel utama pemasaran


Di tengah kondisi ini, masyarakat diimbau mengurangi tatap muka dan keluar rumah,
media sosial dapat menjadi salah satu cara dalam mempromosikan produk atau usaha
yang dimiliki jika Anda belum mencobanya. Banyak UKM di Indonesia yang saling
bantu usaha satu sama lain saat ini, mulai dengan aktif menceritakan produk atau usaha,
memberikan promo, hingga minta bantuan teman untuk promosikan usaha.
2. Pastikan cashflow terjaga dengan sehat
Jurnal Pay tersedia untuk pembayaran Virtual Account (bank transfer) dan Kartu Kredit
dengan biaya minimal dan sekali pengaturan. Tidak hanya itu, pencatatan pembukuan
terhadap pembayaran yang telah diterima akan dilakukan otomatis oleh sistem secara
instan tanpa perlu bertemu pelanggan secara fisik.
3. Rencanakan ulang pendapatan dan pangkas anggaran biaya
Pemilik usaha harus dapat memilah pos anggaran mana yang menjadi prioritas dan
melakukan penyesuaian budget dengan kondisi saat ini untuk mengupayakan usaha tetap
berjalan dengan risiko yang dapat diantisipasi.
4. Terapkan Work From Home Secara Efektif, dengan cara:
a. Gunakan sistem time tracking untuk menghitung jam kerja karyawan
b. Gunakan aplikasi screen monitor untuk memantau kinerja karyawan
c. Minta karyawan untuk membuat laporan harian
d. Gunakan saluran komunikasi yang paling efektif, misalnya melalui WhatsApp atau
Skype
e. Adakan internal meeting satu kali dalam seminggu untuk mendapatkan update dari
staf dan membuat perencanaan

Memang tidak semua UMKM dapat memberlakukan sistem WFH, namun ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penularan virus Corona di tempat
kerja, seperti:

a. Sediakan masker dan hand sanitizer untuk karyawan


b. Buat jadwal shift agar karyawan dapat bekerja secara bergiliran
c. Kurangi jam operasional agar karyawan terhindar dari keramaian di transportasi
publik
d. Ingatkan karyawan untuk selalu menjaga kebersihan
e. Kurangi aktivitas di luar, misalnya meeting dengan klien
5. Perhatikan kondisi stok barang
Cek status persediaan barang secara berkala dan real time. Monitor persediaan barang
juga diperlukan untuk memperoleh referensi misal produk mana yang paling diminati dan
kurang diminati, produk mana yang akan segera habis masa berlakunya, stok yang
kosong, dll.
Topik 2: Sikap pemerintah baik Pusat dan Daerah dalam usahanya menghadapi virus
Covid 19 supaya beban UMKM tidak berat.

Pemerintah Bakal Beri Relaksasi Cicilan dan Penurunan Bunga

Selasa, 24 Maret 2020

JAKARTA, AYOBANDUNG.COM -- Wabah corona yang terus menyebar dan berimbas pada
perekonomian masyarakat. Karena itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) agar memberikan kelonggaran dan relaksasi kredit baik bagi UMKM
dengan nilai kredit di bawah Rp 10 miliar, juga kepada pengemudi ojek online, taksi, ataupun
nelayan yang memiliki kredit.

Pemerintah pun akan memberikan kelonggaran kredit baik yang diberikan oleh perbankan
ataupun industri keuangan nonbank berupa penundaan cicilan hingga satu tahun dan juga
penurunan bunga.

“OJK akan memberikan kelonggaran, memberikan relaksasi kredit bagi usaha mikro usaha kecil,
untuk nilai kredit di bawah Rp 10 miliar, baik ini yang kredit yang diberikan oleh perbankan
ataupun industri keuangan nonbank akan diberikan penundaan cicilan sampai satu tahun dan
penurunan bunga,” ujar Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para gubernur menghadapi
pandemik covid-19, Selasa (24/3).
Presiden meminta agar pemerintah daerah menyampaikan kebijakan kelonggaran pembayaran
kredit ini kepada masyarakat yang tengah memiliki kredit kendaraan seperti motor, mobil,
ataupun perahu. Sebab, dalam beberapa pekan terakhir ini ia mengaku mendapatkan keluhan
beratnya perekonomian masyarakat imbas dari corona ini.

“Keluhan saya dengar juga jadi dari tukang ojek, sopir taksi yang sedang memiliki kredit motor
atau mobil, ataupun nelayan yang sedang memiliki kredit perahu. Saya kira ini juga perlu
disampaikan kepada mereka tidak perlu khawatir karena pembayaran bunga dan angsuran
diberkan kelongaran atau relaksasi selama satu tahun,” ujar dia.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta industri perbankan mulai menerapkan
kebijakan relaksasi terhadap debitur yang terdampak wabah Virus Corona baru atau Covid-19.
OJK menerapkan kebijakan pemberian stimulus bagi perekonomian dengan menerbitkan POJK
Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 pada Kamis (19/3).

“Dengan terbitnya POJK ini maka pemberian stimulus untuk industri perbankan sudah berlaku
sejak 13 Maret 2020 sampai dengan 31 Maret 2021. Perbankan diharapkan dapat proaktif dalam
mengidentifikasi debitur-debiturnya yang terkena dampak penyebaran Covid-19 dan segera
menerapkan POJK stimulus dimaksud,” kata Juru Bicara OJK Sekar Putih dalam keterangan
resmi di Jakarta, Kamis (19/3).

POJK mengenai stimulus perekonomian tersebut dikeluarkan untuk mengurangi dampak


terhadap kinerja dan kapasitas debitur yang diperkirakan akan menurun akibat wabah Covid-19
sehingga bisa meningkatkan risiko kredit yang berpotensi mengganggu kinerja perbankan dan
stabilitas sistem keuangan.

Melalui kebijakan stimulus tersebut, perbankan juga memiliki pergerakan yang lebih luas
sehingga pembentukan kredit macet dapat terkendali dan memudahkan memberikan kredit baru
kepada debiturnya. POJK itu juga diharapkan menjadi countercyclical dampak penyebaran
Covid-19 sehingga bisa mendorong optimalisasi kinerja perbankan, khususnya fungsi
intermediasi, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pemberian stimulus ditujukan kepada debitur pada sektor-sektor yang terdampak penyebaran
Virus Corona, termasuk dalam hal ini debitur UMKM dan diterapkan dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian yang disertai adanya mekanisme pemantauan untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan dalam penerapan ketentuan (moral hazard).

Kebijakan stimulus dimaksud terdiri dari penilaian kualitas kredit atau pembiayaan atau
penyediaan dana lain hanya berdasarkan ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga untuk
kredit sampai dengan Rp 10 miliar.

Selain itu, restrukturisasi dengan peningkatan kualitas kredit atau pembiayaan menjadi lancar
setelah direstrukturisasi. Ketentuan restrukturisasi ini dapat diterapkan bank tanpa batasan plafon
kredit.

Relaksasi pengaturan tersebut berlaku untuk debitur non-UMKM dan UMKM, dan akan
diberlakukan sampai dengan satu tahun setelah ditetapkan. Mekanisme penerapan diserahkan
sepenuhnya kepada kebijakan masing-masing bank dan disesuaikan dengan kapasitas membayar
debitur.

https://ampayobandungcom.cdn.ampproject.org/v/s/amp.ayobandung.com/read/2020/03/24/836/
pemerinah-bakalberi-relaksasi-cicilan-dan-penurunan-bunga

TANGGAPAN
Pandemi memang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi, namun tanpa upaya yang sigap
dari pemerintah untuk selamatkan penduduk khususnya pemangku UMKM, maka optimisme ini
tidak akan datang. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam usahanya menghadapi Virus
Covid 19 supaya beban UMKM tidak berat, antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah menyediakan pelayanan dengan hotline atau call center untuk membantu
menangani keluhan dari pelaku UMKM, misalnya seperti distribusi barang yang
terganggu, dan lain-lain.
2. Pemerintah menyalurkan bantuan sosial sebesar Rp 5 juta kepada setiap pekerja formal,
informal hingga pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) selama berperang
melawan wabah virus corona (Covid-19). Hal ini juga untuk mengurangi tindak
pemutusan hubungan kerja (PHK) dan menjaga kelangsungan usaha dari sisi
perusahaan. Sementara untuk pekerja informal dan pelaku UMKM, bantuan sosial
akan disalurkan ke dalam konteks social safety net melalui program Kartu Prakerja.
3. Untuk pelaku UMKM ada relaksasi cicilan kredit di bank agar usaha tetap berjalan.
Sebagai contoh, untuk ojek online juga penting penundaan cicilan kredit. Apalagi
dalam kondisi social distancing begini, servis dari ojek online lebih dibutuhkan untuk
distribusikan produk UMKM. Ojek online ini adalah ujung tombak para pelaku
UMKM di tengah dampak Covid-19. Ojek online menjadi garda depan untuk
mendistribusikan penjualan. Keringanan penundaan cicilan kredit untuk ojek online
penting agar UKM tetap hidup.
4. Selain itu untuk menghindari penurunan omzet yang drastis, pemerintah sudah
menyiapkan stimulus bagi UKM agar dapat bertahan di tengah wabah virus Corona.
Tujuan dari stimulus ini adalah untuk menunda pembayaran utang UKM pada bank.

Begitu pula dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan beberapa kebijakan
countercyclical melalui Peraturan OJK (POJK) tentang Stimulus Perekonomian Nasional
sebagai solusi dari dampak penyebaran COVID-19. Kebijakan stimulus yang dimaksud
terdiri dari:

a. Penilaian kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain hanya berdasarkan


ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga untuk kredit sampai dengan Rp10
miliar.
b. Bank dapat melakukan restrukturisasi untuk seluruh kredit/pembiayaan tanpa melihat
batasan plafon kredit atau jenis debitur, termasuk debitur UMKM. Kualitas
kredit/pembiayaan diharapkan menjadi lancar setelah restrukturisasi.
5. Debitur yang berhak mendapatkan restukturisasi adalah benar-benar debitur (pelaku
UMKM) yang terdampak penyebaran virus corona baik secara langsung maupun tidak
langsung pada sektor ekonomi pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan,
pengolahan, pertanian dan pertambangan. Antara lain berupa penurunan suku bunga
pinjaman, perpanjangan jangka waktu, pengaturan kembali jadwal angsuran
pokok dan/atau bunga serta pemberian keringanan tunggakan bunga sesuai dengan
kondisi debitur.
6. Yang tidak kalah penting pemerintah melakukan pembinaan kepada pemilik UKM dan
UMKM dari berbagai sektor potensial, seperti perikanan, pertanian, dan sektor lainnya.
Pemerintah telah meningkatkan porsi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tujuan strategi
ini, diharapkan perekonomian nasional tetap terjaga dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai