Anda di halaman 1dari 102

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN

NELAYAN DI DESA PALUH SIBAJI DENGAN


METODE CIBEST

SKRIPSI

Oleh:

NURHALISA
NIM. 0501172103

Program Studi:
EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh


Sibaji dengan Metode CIBEST” oleh Nurhalisa dibawah bimbingan Pembimbing I
Dr. Chuzaimah Batubara, MA dan Pembimbing II Reni Ria Armayani Hasibuan, MEI.

Kesejahteraan adalah suatu kondisi seseorang yang aman, sehat mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan primer, sekuner maupun tersier. Kesejahteraan dalam Islam
adalah kondisi seseorang yang sejahtera secara material maupun spritual. Nelayan
adalah suatu kelompok masyarakat yang hidup didaerah pesisir yang kondisi
pendapatan mereka sangat bergantung pada hasil laut. Desa Paluh Sibaji adalah salah
satu desa di Kecamatan Pantai Labu yang terkenal dengan wilayah pesisir. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Paluh Sibaji dengan
metode CIBEST.Metode ini digunakan untuk mengukur pemenuhan kebutuhan dari
aspek material dan spritual. Subjek penelitian ini adalah rumah tangga nelayan di Desa
Paluh Sibaji Dengan Metode CIBEST dengan sampel 89 rumah tangga nelayan. Metode
yang digunakan adalah Kualitatif yaitu menggunakan metode observasi secara langsung
ke lapangan dan menyebarkan angket terbuka kepada responden. Teknik analisis data
menggunakan distribusi frekuensi dan indeks kesejahteraan keluarga yang masuk dalam
kuadran CIBEST. Sedangkan untuk jenis data yang dibutuhkan adalah data primer dan
data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan nelayan di desa
Paluh Sibaji dengan menggunakan metode CIBEST dari 89 sampel yang diambil untuk
diobservasi bahwasannya nelayan di desa Paluh Sibaji bermayoritas berada di Kuadran I
(Sejahtera) yang artinya nelayan sejahtera secara material dan sejahtera secara spritual
sebanyak 46 rumah tangga nelayan Kuadran II (Kemiskinan material) sebanyak 4
Rumah tangga. Kuadran III (Kemiskinan spritual) sebanyak 35 Rumah tangga dan
Kuadran IV (Kemiskinan absolut) sebanyak 4 Rumah tangga.

Kata Kunci : Kesejahteraan, Nelayan, Desa Paluh Sibaji, Kesejahteraan Material,


Kesejahteraan Spritual dan Metode CIBEST.

i
KATA PENGANTTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat dan hidayah˗Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh Sibaji Dengan Metode
CIBEST”. Sholawat berangkaikan salam keharibaan pada Nabi Besar Muhammad
SAW sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan kita, khususnya dalam memerankan
tugas kita sehari˗hari.

Adapun skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Peneliti telah mendapatkan bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, peneliti ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar˗besarnya kepada:

1. Orangtua tersayang, Ayahanda dan Ibunda yang selalu mendoakan saya,


memberikan saya pelajaran mendidik saya untuk menjadi wanita yang tangguh.
Mereka adalah support system dalam hidup saya.
2. Almarhuma Uwak Mahzumi seorang yang sangat saya sayangi setelah orang
tua saya yang telah membantu merawat saya sedari kecil, memberikan saya
pelajaran ilmu agama yang memotivasi saya untuk menjadi sarjana.
3. Bapak Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muhammad Yafiz, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
5. Bapak Imsar, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
6. Bapak Rahmat Daim Harahap, M.Ak, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
7. Ibu Dr. Chuzaimah Batubara M.A, selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan masukan dan ilmu yang banyak kepada peneliti.
8. Ibu Reni Ria Armayani Hasibuan, MEI, selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan dan ilmu yang banyak kepada peneliti.
9. Bapak Dr. Muhammad Ramadhan M.A, selaku Pembimbing Akademik yang
selalu membimbing, membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti
selama perkuliahan.
10. Ibu Khairina Tambunan S.E,M.E.I, selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam yang selalu membantu, memberikan dukungan dan
mendengarkan semua keluhan peneliti.

ii
11. Kepada seluruh Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara yang telah meng saya djarkan ilmu yang sangat
bermanfaat bagi saya selama perkuliahan.
12. Kepada Kepala Desa Paluh Sibaji yaitu Bapak Abdul Hafiz, Ibu Yunanda
daan perangkat desa lainnya telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitian di desa ini.
13. Kepada Nelayan Desa Paluh Sibaji dan Bapak Muhammad Syarifuddin yang
sudah menerima saya dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai secara
sukarela.
14. Kepada Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Deli Serdang yang telah bersedia
untuk memberikan data sekunder untuk mendukung kepenulisan skripsi saya.
15. Kepada Kepala BPS Kabupaten Deli Serdang yang telah bersedia untuk
memberikan data sekunder untuk mendukung kepenulisan skripsi saya.
16. Kepada seluruh keluarga saya di Sibuhuan dan keluarga di Lubuk Pakam
khususnya nenek saya, ibu Dewi, ibu Lia, ibu Vera dan Tulang Andi, Uwak
Shupiah dan seluruh keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satupersatu
yang telah mendoakan saya dan selalu memberikan dukungan terhadap saya.
17. Kepada sahabat dan teman saya dari Smp sampai sekarang yang selalu
memberikan semangat, masukan dan membantu saya yaitu Gadihtia Mahnera,
Deby Hafidzah Afni, Sarah Adinda dan Tia Novida Siregar.
18. Kepada Dhaflawatul Aisy Hawani yang menemani saya sejak masuk
perkuliahan yang setia menerima saya yang selalu sharing ilmu kepada saya
yaitu Adek Liza, Rahmah, Nisa, Maryam dan kk Riski.
19. Kepada penduduk Ekonomi Islam E Stambuk 2017 yang telah menghibur saya
dan membantu saya selama masa perkuliahan.
20. Kepada senior saya di kampus, Kak Oppi Chanti Mahendra, kak Mufidah
Handayani, kak Rina Anisti dan para senior saya lainnya di Ksei UIE yang
telah banyak mengajarkan ilmunya berbagi pengalaman kepada saya
mengajarkan saya artinya kerja ikhlas tanpa pamrih untuk membumikan
Ekonomi Islam.

iii
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak˗pihak diatas, atas semua
dukungan dan bimbingan kepada peneliti. Peneliti sadar bahwa skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Peneliti juga mengucapkan permohonan maaf jika terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam kepenulisan skripsi ini. Kritik dan saran dan masukan
yang membangun diharapkan dapat memperbaiki skripsiini. Akhir kata semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, 30 Agustus 2021


Peneliti

Nurhalisa

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 13

C. Batasan Masalah ......................................................................................... 13

D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 15

BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................. 16

A. Kesejahteraan ............................................................................................. 16

1. Pengertian Kesejahteraan ........................................................................ 16

2. Faktor˗ faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan ................................ 22

3. Indikator Kesejahteraan .......................................................................... 23

4. Kesejahteraan (Falah) Menurut Prespektif Islam ................................... 25

B. Pendapatan ................................................................................................. 27

1. Pengertian Pendapatan ............................................................................ 27

2. Faktor˗Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ..................................... 28

3. Indikator Pendapatan .............................................................................. 30

v
4. Pendapatan Dalam Ekonomi Islam ......................................................... 30

C. Nelayan....................................................................................................... 33

1. Pengertian Nelayan ................................................................................. 33

2. Klasifikasi Nelayan ................................................................................. 35

D. Metode CIBEST ......................................................................................... 36

1. Pengertian Metode CIBEST ................................................................... 36

E. Pelitian Terdahulu ...................................................................................... 41

F. Kerangka Teoritis ....................................................................................... 52

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN .......................................................... 54

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................ 54

1. Pendekatan penelitian ............................................................................. 54

2. Jenis penelitian........................................................................................ 54

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 55

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 55

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 57

F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 59

1. Analisis Pendapatan .................................................................................. 59

2. Analisis CIBEST .......................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Paluh Sibaji .......................................................... 49

1. Letak Geografis ..................................................................................... 49

vi
2. Visi dan Misi Paluh Sibaji ..................................................................... 49

B. Struktur Keanggotaan Desa Paluh Sibaji ................................................... 51

C. Gambaran Umum Responden ..................................................................... 52

D. Hasil dan Pembahasan ................................................................................ 53

1. Analisis Pendapatan .............................................................................. 53

2. Analisis Kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh

Sibaji Dengan Metode CIBEST ........................................................... 66

a. Analisis Kesejahteraan Material Nelayan ....................................... 66

b. Analisis Kesejahteraan Spritual Nelayan........................................ 71

BAB V

A. Kesimpulan................................................................................................ 77

B. Saran .......................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82

LAMPIRAN ......................................................................................................... 83

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Produksi Ikan Tangkap di Kecamatan Pantai Labu


Tahun 2015˗2019 ............................................................................................. ...... ...4
Tabel 1.2 Data Kependudukan Desa Paluh Sibaji
Berdasarkan Mata Pencaharian ................................................................................. 5
Tabel 1.3 Pendapatan Kotor (TR) .............................................................................. 8
Tabel 1.4 Biaya Produksi (TC) .................................................................................. 8
Tabel 1.5 Pendapatan Bersih (𝜋)................................................................................ 9
Tabel 2.1 Perbandingan Kesejahteraan Kapitalis dan Islam ...................................... 19
Tabel 3.1 Skor Spritual CIBEST ................................................................................ 45
Tabel 4.1 Gambaran Umum Reponden ..................................................................... 52
Tabel 4.2 Pendapatan Kotor (TR) .............................................................................. 54
Tabel 4.3 Biaya Produksi (TC) .................................................................................. 58
Tabel 4.4 Pendapatan Bersih (𝜋)............................................................................... 63
Tabel 4.5 Kesejahteraan Material Nelayan Desa Paluh Sibaji .................................. 70
Tabel 4.6 Kesejahteraan Spritual Nelayan Desa Paluh Sibaji.................................... 72
Tabel 4.8 Indeks CIBEST Nelayan Desa Paluh Sibaji ............................................. 76

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Kuadran CIBEST ........................................................................................... 29

2.2 Kerangka Teoritis ........................................................................................... 36

3.1 Kuadran CIBEST .......................................................................................... 47

4.1 Struktur Keanggotaan Kantor Desa Paluh Sibaji ............................................ 51

4.2 Kuadran CIBEST ............................................................................................ 76

ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesejahteraan merupakan tujuan dari seluruh keluarga. Berdasarkan
Undang˗Undang Republik Indonesia No 52 tahun 2009, keluarga sejahtera adalah
keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan
kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Keluarga sebagai suatu
unit sosial terkecil dalam masyarakat, yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan
anak. 1
Ekonomi syariah juga menerapkan ilmu kesejahteraan untuk
bermaslahat. Kesejahteraan merupakan tujuan dari ajaran Islam dalam bidang
ekonomi. Kesejahteraan merupakan bagian dari rahmatan lil alamin yang
diajarkan oleh agama Islam. Namun kesejahteraan yang dimaksudkan dalam
Al˗Qur’an bukanlah tanpa syarat unyuk mendapatkannya. Kesejahteraan akan
diberikan Allah SWT jika manusia melaksanakan apa yang diperintahkan˗Nya
dan menjauhi apa yang dilarang˗Nya.2 Dalam Al˗Qur’an Surah Al˗Qashas ayat 77
yang menerangkan kewajiban manusia untuk berusaha memperoleh kesejahteraan
ekonomi, adalah sebagai berikut:3

َ ْ‫َص ْي َبكَ ِمنَ الدُّ ْن َي َاواَحْ س ِْن َك َمآ اَح‬


َ‫سن‬ ِ ‫سن‬ ٰ ْ ‫َّار‬
َ ‫اْل ِخ َرة َ َو َْل تَ ْن‬ ٰ َ‫َوا ْبت َِغ ِف ْي َمآ ٰا ٰتىك‬
َ ‫ّللاه الد‬
َ‫ّللا لَي ِهحبُّ ْال هم ْف ِس ِديْن‬
َ ٰ ‫ض ٓاِ َّن‬ َ َ‫ّللاه اِلَيْكَ َو َْل تَب ِْغ ْالف‬
ِ ‫سادَ فِى ْاْلَ ْر‬ ٰ

1
Su’adah, Sosiologi Keluarga, (Malang: UMM Press, 2005), h. 22.
2
Darsyaf Ibnu Syamsuddien Darussalam, Protoype Negeri yang Damai, (Surabaya:
Media Idaman Press, 1994, h. 66˗68.
3
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al˗Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Nur
Alim,2013), h. 294.

1
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari
kenikmatan duniawi dan berbuatlah baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang˗orang yang berbuat
kerusakan.” (Q.S. Al˗Qashas 28:77)
Sumber daya pesisir dan kelautan adalah aset yang paling penting bagi
Indonesia. Dengan luas laut 5,8 juta KM. Indonesia sesungguhnya memiliki
sumberdaya perikanan laut yang besar dan beragam. Potensi sumber daya
perikanan laut di Indonesia mencapai 6,7 juta ton pertahun dari berebagai jenis
ikan, udang dan cumi˗cumi. Apabila potensi ini diperkirakan kedalam nilai
ekonomi berdasarkan harga satuan komoditi perikanan maka diperoleh nilai
sebesar USD 15 Miliar.4 Dengan begitu besarnya potensi laut yang di miliki jika
masyarakat kawasan pesisir berpartisipasi aktif untuk mengelola hasil laut dengan
mempertahatikan kondisi lingkungan laut agar tidak terjadi degradasi lingkungan
pesisir maka masyarakat pesisir mampu meningkatkan taraf jesejahteraan
hidupnya.5
Akan tetapi kondisi sumber daya kelautan di Indonesia yang sangat
melimpah sejalan dengan permasalahan yang kompleks yang dihadapi Nelayan.
Menurut Kementrian PPN/Bappenas ada beberapa permasalahan umum yang
dihadapi para Nelayan ikan tangkap yaitu : Pengelolaan perikanan, penegakan
hukum dan pelaku usaha perikanan. Masih lemahnya sistem pengelolaan ikan
merupakan permasalahan pokok dalam mewujudkan perikanan berkelanjutan di
Indonesia. Hal ini telah diindikasikan dengan tidak meratanya tingkat
pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah Indonesia. Sebagai contoh untuk
perikanan tangkap, banyak perairan laut di kawasan barat dan tengah Indonesia

4
Kusnandi, Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Perikanan
(Yogyakarta: LkiS, 2002).
5
Endang Sutrisno” Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Berbasis Pengelolaan
Wilayah Pesisir Secara Terpadu Untuk Kesejahteraan Nelayan” dalam Jurnal Dinamika Hukum,
Vol. 14 No. 1, Januari 2014, h. 9.

2
sudah menunjukkan gejala padat tangkap, seperti Selat Malaka, Perairan Timur
Sumatera, Laut Jawa dan Selat Bali. Sementara di kawasan timur Indonesia,
tingkat pemanfaatan sumber daya ikannya belum optimal atau masih kurang.
Akibatnya pada daerah˗daerah penangkapan ikan yang telah overfishing,
nelayan˗nelayan pada umumnya menjadi miskin karena sulitnya mendapatkan
ikan hasil tangkapan sehingga berpengaruh terhadap pendapatan mereka.6
Kecamatan Pantai Labu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang. Kecamatan Pantai Labu merupakan daerah pesisir yang terletak di
wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu memiliki
luas wilayah 81,85 km2 atau 8.815 Ha. Secara administrasi Kecamatan Pantai
Labu terdiri dari 19 desa dan 76 dusun dengan ibu kota Desa Kelambir. Secara
geografis Kecamatan Pantai Labu terletak antara 2057’˗3016’ Lintang Utara dan
9827 Bujur Timur, sesrta berada pada ketinggian 0˗8 meter dari permukaan laut,
dimana Pantai Labu berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Hasil produksi
ikan tangkap di Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2015˗2019:

6
www.bappenas.go.id. Diunduh pada tanggal 28 Februari 2021.

3
Tabel 1.1
Hasil Produksi Ikan Tangkap di Kecamatan Pantai Labu
Tahun 2015˗219
Satuan ton
Tahun Nama Kecamatan Jumlah Produksi Ikan
2015 Labuhan Deli 4,2163.34
Hamparan Perak 6,469.51
Percut Sei Tuan 6,300.93
Pantai Labu 4,867,85
2016 Labuhan Deli 4,207.55
Hamparan Perak 6,586.94
Percut Sei Tuan 6,293.94
Pantai Labu 6,629.74
2017 Labuhan Deli 5,063.40
Hamparan Perak 7,388.39
Percut Sei Tuan 7,448.91
Pantai Labu 6,113.13
2018 Labuhan Deli 4,944.00
Hamparan Perak 6,380.00
Percut Sei Tuan 6,919.00
Pantai Labu 8,469.00
2019 Labuhan Deli 4,455.92
Hamparan 6,411.15
Perak
Percut Sei Tuan 7,345.77
Pantai Labu 9,193.85
Sumber: Dinas Perikanan Deli Serdang
Dari data pada tabel 1.1 bahwasanya hasil produksi perikanan tangkap di
Kecamatan Pantai Labu pada tahun 2015 4,867.85 ton kemudian mengalami
kenaikan pada tahun 2016 di angka 6,629.79 ton selanjutnya pada tahun 2017
mengalami penurunan menjadi 6,113.13 ton selanjutnya pada tahun 2018

4
mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi 8,469.00 ton selanjutnya pada
tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi di angka 9,193.85 ton.
Menurut Kementerian PPN/Bappenas bahwasannya Perairan Selat
Malaka dan Pantai Timur Sumatera mengalami gejala padat penangkapan
(overfishing) sehingga pada umumnya Nelayan menjadi miskin karena sulitnya
mencari ikan yang mengakibatkan pendapatan mereka berkurang. Akan tetapi
dari data hasil produksi ikan tangkap di Kecamatan Pantai Labu dimana
Kecamatan ini berbatasan langsung dengan selat Malaka dan berada di Pantai
Timur Sumatera hasil data menunjukkan bahwsannya hasil produksi ikan tangkap
rata˗rata mengalami kenaikan dari tahun 2015˗2019.
Kecamatan Pantai Labu sendiri memiliki 19 desa akan tetapi peneliti
hanya memilih desa Paluh Sibaji sebagai tempat penelitian dikarenakan desa
tersebut penduduk yang bermata pencaharian sebagai Nelayan berjumlah 600
orang dan 203 penduduknya menempati mata pencaharian lainnya. Di Kecamatan
Pantai Labu ada 3 desa yang merupakan kawasan pesisir yaitu Desa Paluh Sibaji,
Bagan Serdang dan Rantau Panajang, akan tetapi jumlah nelayan yang paling
banyak dan juga tingkat kesejahteraan lebih baik berada di desa Paluh Sibaji,
selain itu desa ini juga menjadi pusat perikanan karena adanya Tempat
Penampungan Ikan (TPI) berada di desa tersebut. Hal˗hal tersebut yang
mendorong peneliti untuk lebih memilih desa Paluh Sibaji.
Tabel 1.2
Data Kependudukan Desa Paluh Sibaji Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Jumlah
Petani 39 orang
Nelayan 600 orang
Pedagang 30 orang
PNS 12 orang
Tukang 10 orang
Guru 12 orang
Bidan/Perawat 2 orang

5
TNI/POLRI 1orang
Pensiunan 2 orang
Sopir/Angkutan 5 orang
Buruh 14 orang
Jasa Persewaan 15 orang
Swasta 41 orang
Dokter 0
Peternak 20 orang
Jumlah 803 orang
Sumber: Kantor Kepala Desa Paluh Sibaji
Nelayan Desa Paluh Sibaji menggunakan beberapa peralatan tangkap
seperti jaring, pancing kacar, pancing rawai, bubu dan pancing tunda. Nelayan di
desa ini menggunakan Kapal, Sampan dan Boat untuk mencari ikan, mereka
masih menggunakan kompas sebagai petunjuk arah. Nelayan di desa ini melaut
secara berkelompok, kelompok tersebut bisa 3˗5 orang, pekerjaan nya pun
terbagi˗bagi ada sebagai Tekong (Nahkoda), Anak Dayung (anak buah kapal) dan
Pacu (tukang cuci sampan). Kebanyakan Istri Nelayan di Desa Paluh Sibaji tidak
memiliki pekerjaan sampingan, para istri Nelayan bekerja sebagai ibu rumah
tangga, sehingga jika kondisi laut tidak memungkinkan untuk bekerja para
Nelayan hanya memperbaiki kapal dan sebagian dari mereka mencari pekerjaan
sampingan seperti kuli bangunan.
Menurut Mubyarto, tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir umumnya
berada di strata paling rendah dibandingkan masyarakat lainnya yang ada di darat.
Bahkan nelayan termasuk yang paling miskin disemua negara dengan atribut “the
poorest of poor” (termiskin diantara yang miskin).
Menurut indikator yang digunakan Biro Pusat Statistik (BPS)
menetapkan 7 indikator kesejahteraan yaitu pendapatan, konsumsi atau
pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga,
kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke
jenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

6
Dari pra penelitian yang dilakukan peneliti bahwasannya nelayan di desa
Paluh Sibaji mudah mendapatkan fasilitas kesehatan karena di desa ini terdapat
Puskesmas, Fasilitas Pendidikan mudah dijangkau karena jarak nya dekat. Dalam
hal transpotasi para Nelayan di Desa ini sudah memiliki kendaraan pribadi yaitu
roda dua sampai roda empat dan begitu pun dengan fasilitas tempat tinggal
kebanyakan nelayan di Desa ini bangunan rumah sudah permanen, setiap rumah
nelayan memiliki MCK yang layak pakai. Selain itu kebanyakan lingkungan
timpat tinggal daerah pesisir identik dengan perkumuhan dan kotor akan tetapi di
Desa ini lingkungannya bersih dan sejuk karena sering ada kegiatan kerja bakti
membersihkan lingkungan yang biasanya dilakukan pada hari minggu, pada saat
ini juga para masyarakat desa saling berinterkasi antar sesama untuk mempererat
ukhuwah antara masyarakat desa Paluh Sibaji.
Hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab
beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat
pendapatan. Peneliti mengambil 3 nelayan sebagai narasumber yang bernama M.
Mahyidin, Salam dan M. Syarif, untuk menghitung pendapatan nelayan di Desa
Paluh Sibaji dengan menggunakan rumus berikut ini7:
TR = P x Q
TC = TFC + TVC
𝜋 = TR ˗ TC
TR = Pendapatan kotor/ Total Revenue (Rp)
TC = Total biaya/ Total Cost (Rp)
P = Harga jual/ Price (Rp/Kg)
Q = Jumlah produksi/ Quantity (K
TFC = Total biaya tetap/ Total Fixed Cost (Rp)
TVC = Total biaya variabel/ Total Variabel Cost (Rp)
𝜋 = Pendapatan bersih/ Benefit (Rp)

7
Imsar, Ekonomi Mikro Islam, (Medan: FEBI UIN˗SU PRESS, 2018), h.139˗140.

7
1. Menghitung Pendapatan Kotor (TR) nelayan di Desa Paluh Sibaji
Tabel 1.3
Pendapatan Kotor (TR)
Satuan bulan
No Nama Nelayan Jumlah Produksi Harga (P) Pendapatan
(Q) Kotor (TR)
1 M. Mahyidin 600 Kg Rp. 25.000 Rp.
15.000.000
2 M. Syarif 700kg Rp. 25.000 Rp.
17.500.000
3 Salam 600kg Rp. 25.000 Rp.
15.000.000
Sumber: Wawanca pada tanggal 20 Desember 2020
Dari tabel 1.3 bahwasannya jumlah produksi nelayan didapat dari hasil
komoditi laut biasanya komoditi laut di desa Paluh Sibaji adalah ikan gembung,
ikan tamban, ikan tongkol, ikan caru, ikan tegang ekor, udang dan kepiting
termasuk komoditi laut yang musiman.

2. Menghitung biaya produksi (TC) nelayan di desa Paluh Sibaji


Tabel 1.4
Biaya Produksi (TC)
Satuan bulan
No Nama Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Produksi
Nelayan (TFC) (TVC) (TC)
1 M. Mahyidin Rp.2.000.000 Rp. 4.000.000 Rp.7.000.000
2 M. Syarif Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
3 Salam Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 6.000.000
Sumber: Wawanca pada tanggal 20 Desember 2020
Dari tabel 1.5 biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan nelayan
secara tetap biasanya sebulan sekali, biaya tetap nelayan adalah perbaikan kapal

8
mapun pengecattan kapal. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
berubah˗rubah artinya semakin lama nelayan melaut maka semakin besar pula
biaya variabel nya, biaya variabel nelayan adalah solar, oli, alat pancing, beras,
cabai, bawang, minyak makan, gas, gula, garam, teh dan kopi.
3. Menghitung pendapatan bersih (𝜋 ) nelayan di desa Paluh Sibaji
Tabel 1.5
Pendapatan Bersih (𝝅)
Satuan bulan
No Nama Nelayan Pendapatan Biaya Produksi Pendapatan
Kotor (TR) (TC) Bersih (𝝅)
1 M. Mahyidin Rp. 15.000.000 Rp.7.000.000 Rp. 8.000.000
2 M. Syarif Rp. 17.500.000 Rp. 8.000.000 Rp. 9.500.000
3 Salam Rp. 15.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 8.000.000
Sumber: Wawancara pada tanggal 20 Desember 2020
Dari tabel 1.5 bahwasannya nelayan di desa Paluh Sibaji dalam sebulan
mendapatkan gaji rata˗rata menadapatkan pendapatan bersih sebesar Rp. 8.000.000.
akan tetapi dalam Islam kesejahteraan tidak hanya dari aspek material saja akan tetapi
aspek spritual juga menjadi alat ukur sebuah keluarga dikatakan sejahtera atau tidak.
Maka dalam penelitian ini peneliti meggunakan metode CIBEST untuk
mengukur kesejahteraan nelayan di Desa Paluh Sibaji. Metode CIBEST (Center of
Islamic Business and Economics Studies) merupakan salah satu alat ukur
kesejahteraan dan kemiskinan dari prespektif syariah yang terdiri atas kuadran (4
bagian). CIBEST dan indeks˗indeks kesejahteraan, kemiskinan material, kemiskinan
spritual dan kemiskinan absolut. Kuadran CIBEST setidaknya memiliki dua
keunggulan. Pertama, CIBEST bisa digunakan untuk mengidentifikasi jumlah rumah
tangga di setiap kuadra. Kedua, CIBEST akan membantu lembaga pemerintah untuk
merumuskan kebijakan pembangunan yang tepat, yang diperlukan untuk
memindahkan rumah tangga yang hidup di kuadran kemiskinan menuju kuadran
kesejahteraan. Sasaran utama program pengembangan adalah bagaimana caranya

9
untuk memobilisasi rumah tangga ke kuadran kesejahteraan, dimana rumah tangga
kaya spritual dan kaya material.8
Berdasarkan fenomena diatas Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena
adanya kesenjangan teori dengan fakta dilapangan dimana Menurut Mentri Perikanan
dan Kelautan bahwasannya kesejahteraan Nelayan dikategorikan rendah akan tetapi di
Desa Paluh Sibaji Nelayan memiliki kehidupan yang layak dibandingkan kehidupan
Nelayan pada umumnya Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
memberi judul “Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh Sibaji
Dengan Metode CIBEST”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka permsalahan yang dapat di
identifikasi adalah:
1. Menurut Kementerian PPN/Bappenas bahwasannya Perairan Selat
Malaka dan Pantai Timur Sumatera mengalami gejala padat
penangkapan (overfishing) sehingga pada umumnya Nelayan menjadi
miskin karena sulitnya mencari ikan yang mengakibatkan pendapatan
mereka berkurang. Akan tetapi dari data hasil produksi ikan tangkap
di Kecamatan Pantai Labu dimana Kecamatan ini berbatasan langsung
dengan selat Malaka dan berada di Pantai Timur Sumatera hasil data
menunjukkan bahwsannya hasil produksi ikan tangkap rata˗rata
mengalami kenaikan dari tahun 2015˗2019.
2. Menurut Mubyarto, tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir
umumnya menempati strata paling rendah dibandingkan masyarakat
lainnya di darat. Bahkan nelayan termasuk yang paling miskin disemua
negara dengan atribut “the poorest of poor” (termiskin diantara yang
miskin”). Akan tetapi Nelayan di Desa Paluh Sibaji kehidupannya
dapat dikategorikan sejahtera.

8
Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti: “Konstruksi Model Cibest Terminal
Sebagai Pengukuran Indikasi Kemiskinan Dan Kesejahteraan Dari Islam Prespektif” dalam Jurnal
Al˗Iqtishad: Vol. Vii No.1, Januari 2015, h. 10.

10
C. Batasan Masalah
Setiap penelitian pada dasarnya memiliki batasan˗batasan penelitian,
hal ini guna memberikan ruang lingkup yang jelas sehingga hasil yang
diperoleh mudah dilihat dan jelas arahnya. Berdasarkan identifikasi
masalah maka pembahasan selanjutnya dalam penelitian ini hanya terbatas
pada tingkat pendapatan Nelayan di Desa Paluh Sibaji dan tingkat
kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh Sibaji dengan metode CIBEST.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pendapatan Nelayan di Desa Paluh Sibaji?
2. Bagaimana tinjauan model Cibest terhadap kesejahteraan Nelayan
Desa Paluh Sibaji?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pendapatan nelayan di Desa
Paluh Sibaji.
b. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan di
Desa Paluh Sibaji dengan model CIBEST.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis
pendapatan Nelayan di Desa Paluh Sibaji dan tingkat kesejahteraan
Nelayan di Desa Paluh Sibaji dengan metode CIBEST.
b. Akademisi
Diharapkan dengan penelitian ini, dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dan referensi bagi para akademisi dan juga dapat
menjadi landasan perbandingan dalam melakukan penelitian di
masa yang akan datang.
c. Masyarakat

11
Sebagai informasi bagi masyarkat mengenai tingkat pendapatan
dan tingkat kesejahteraan Nelayan.
d. Pemerintah
Sebagai sumber salah satu bahan pertimbangan dalam hal
pengambilan kebijakan yang menyangkut peningkatan peran
pemerintah dalam membantu masyarakat Nelayan memperbaiki
kualitas kehidupannya demi tercapainya masyarakat Nelayan yang
sejahtera.

12
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata


sejahtera yang mempunyai makna aman, sentosa, makmur dan selamat
(terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya). Artinya
kesejahteraan adalah seseorang yang terbebas dari kemiskinan, kebodohan,
ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik
lahir maupun batin.9 Kesejahetaraan material dan spritual inti untuk
mencapai proses pembangunan.10

Untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial, Syed Haider


Naqvi mengusulkan 3 pilar utama, yaitu:

a. Kegiatan ekonomi dapat dimaknai sebagai suatu sumber subset dari


upaya manusia yang lebih luas untuk mewujudkan masyarakat
yang adil berdasarkan pada prinsip etika ilahiah, yakni al˗’adl wa
al˗ihsan.
b. Melalui prinsip al˗’adl wa al˗ihsan, ekonomi Islam membutuhkan
suatu peraturan yang memihak masyarakat miskin dan mereka
yang lemah secara ekonomis. Aktivitas ini yang disebut
egalitarianism.

9
Adi Fahruddin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Refika Aditama,2012),
h.8
10
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama 2012),
h. 8

13
c. Ketiga adalah negara sangat di perlukan dalam kegiatan ekonomi.
Negara sebagai regulator kekuatan pasar dan penyedia kebutuhan
primer, akan tetapi berpartisipasi aktif dalam produksi dan
distribusi.

Dalam bidang ekonomi kesejahteraan merupakan tujuan dari ajaran


Islam itu sendiri. Kesejahteraan merupakan rahmatan lil alamin yang
diajarkan oleh agama Islam. Untuk mendapatkan kesejahteraan menurut
Al˗Qur’an maka manusia wajib melaksanakan apa yang diperintahkan dan
menjauhi apa yang dilarangnya.11

2. Faktor˗ faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kesejahteraan yaitu: 12

a. Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam yang


berhubungan dengan keluarga dimana faktor intern terbagi
empat:
1) Jumlah anggota keluarga
Pada era sekarang ini kebutuhan keluarga
semakin meningkat tidak hanya cukup memenuhi
kebutuhan primer (sandang, pangan papan, pendidikan
dan sarana pendidikan) akan tetapi ada kebutuhan lain
yang harus dipenuhi seperti hiburan, rekreasi, sarana
ibadah, sarana transportasi dan lingkungan yang serasi.
Jika jumlah anggota keluarga kecil maka semakin
mudah peluang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2) Kondisi tempat tinggal

11
Darsyaf ibny Syamsuddien, Darussalam. Prototype Negeri yang Damai.
(Surabaya:Media Idaman Press,1994).h. 66˗68.
12
Nanda Herawan, Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan Pengrajin Anyaman
Bambu (Besek/ Piti) Desa Kalimandi Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara.
(Purworejo: 2013). h. 11˗12.

14
Kondisi tempat tinggal juga mempengaruhi
kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat tinggal yang
diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya.
Kondisi tempat tinggal yang nyaman, bersih akan
menyenangkan dan menyejukkan hati apabila kondisi
tempat tinggal yang buruk maka akan menimbulkan
rasa bosan. Terkadang sering terjadi ketegangan antara
anggota keluarga karena kekacauan pikiran karena
tidak memperoleh rasa nayaman dan tentram akibat
tidak nyamannya kondisi tempat tinggal.
3) Kondisi sosial keluarga
Kondisi sosial keluarga adalah salah satu alasan
untuk mencapai kesejahteraan. Kondisi sosial keluarga
dapat dikatakan harmonis apabila ada hubungan yang
baik dan benar˗benar didasarai oleh ketulusan hati, rasa
penuh kasih sayang. Dapat dilihat dengan adanya sikap
saling hormat, toleransi, bantu˗membantu dan saling
mempercayai.
4) Kondisi ekonomi keluarga
Kondisi ekonomi keluarga yang meliputi
keuangan dan sumber lain yang menjadi alat untuk
mencapai kesejahteraan dengan meningkatkan taraf
hidup.
b. Faktor Ektstern

Faktor ekstern adalah faktor dari luar yang


mengakibatkan kegoncangan batin dan ketentraman batin
anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan
keluarga antara lain:

1) Faktor dari manusia yaitu: iri, dengki, fitnah,


ancaman fisik, pelanggaran norma.

15
2) Faktor dari alam bahaya alam yaitu: kekacauan dan
merebaknya virus penyakit.
3) Faktor ekonomi negara yaitu: pendapatan
perkapitan rendah dan terjadinya iflasi.
3. Indikator Kesejahteraan

Indikator merupakan suatu yang dapat meberikan (menjadi)


petunjuk atau keterangan. Untuk mencapai kesejahteraan memang
tidak mudah akan tetapi bukan berarti tidak bisa didapatkan. Jangan
memakai cara yang haram untuk mencapai kesejahteraan karena cara
yang halal masih banyak yang bisa kita kerjakan. Indikator
kesejahteraan diantaranya:

a. Jumlah dan distribusi pendapatan


Hal yang berbau dengan masalah pendapatan pasti
berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha dan
faktor ekonomi lainnya. Ketersediaan lapangan kerja
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa
suatu pekerjaan, mustahil manusia dapat mencapai
kesejahteraan. Distribusi pendapatan yang merata adalah
indikator untuk melihat kesejahteraan dalam sebuah
masyarakat.13
b. Pendidikan yang mudah untuk di jangkau
Pengertian mudah didalam arti jarak dan nilai yang
harus dibayarkan oleh masyarakat. Penidikan yang mudah dan
murah itu impian semua orang.
c. Kondisi kesehatan yang semakin meningkat dan merata
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untk bisa
mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Oleh karena itu,

13
Hermanita, Perekonomian Indonesia,(Yogakarta:Idea Press, 2013), h. 111

16
kondisi kesehatan ini harus ditetapkan sebagai hal utama yng
harus dilakukan ditetapkan pemerintah. 14

4. Kesejahteraan (Falah) Menurut Prespektif Islam

Kesejahteraan dalam Islam disebut dengan Falah. Falah berasal


dari bahasa arab dari kata qflaha˗yuflihu yang berarti kesuksesan,
kemulian, kemenangan, yaitu kemulian kemenangan dalam hidup.15 Untu
memenuhi kesejahteraan hidup didunia dan di akhirat maka
kebutuhan˗kebutuhan hidup manusia harus dipenuhi secara seimbang.
Tercukupinya kebutuhan hidup masyarakat yang memberikan dampak
yang disebut maslahah. Maslahah merupakan segala bentuk keadaan
baik material maupun non material, yang mampu menaikkan kedudukan
manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Maslahah merupakan basic
bagi kehidupan manusia yang terdiri dari lima hal yaitu, agama (dien),
jiwa (nafs), intelektual (‘aql), keluarga dan keturunan (nasl) dan material.
Jika salah satu kebutuhan tidak terpenuhi niscaya kebahagian hidup juga
tidak tercapai dengan sempurna. 16

Di dalam Al˗Qur’an QS Al˗Nahl (16): 97, Allah berfirman:

َ ً ‫صا ِل ًحا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َ ْو أ ه ْنثَى َوه َهو همؤْ ِم ٌن فَلَنهحْ ِي َي َّنهه َح َياة‬


ً‫ط ِي َبة‬ َ ‫ع ِم َل‬ َ ‫َم ْن‬
َ‫س ِن َما َكانهوا َي ْع َملهون‬ َ ْ‫َولَنَجْ ِز َي َّن هه ْم أَجْ َر هه ْم ِبأَح‬
Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki
maupun perempuan, dalam keadaan iman, maka pasti akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami beri balasan

14
Ibid, h. 111
15
Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali Press, 2009), h. 2
16
Ibid, h. 6

17
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”. (QS Al˗Nahl (16): 97).17

Ibn Kasir dalam menafsirkan ayat diatas mengatakan, bahwa Allah


SWT sudah menjanjikan kepada hamba˗Nya bahwa siapa saja yang
melaksanakan amal sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT didalam kitabnya dan sesuai pula dengan contoh yang diberikan
Rasulullah SAW, maka dia akan mendapatkan balasan berupa kehidupan
duia dan mendapatkan balasan amal yang baik di akhirat. Di dalam tafsir
tersebut, Ibn Kasir juga mengutip tafsiran yang diberikan sahabat. Ada
yang menyebut hayatan tayyibatan adalah wujuhan al˗rahat min ayyi
jihatin kanat. Ibn Abbas menyebutnya dengan rizki yang halal lagi baik.
Ali Ibn Abi Thalb menafsirkannya dengan al˗qana’ah (sikap qana’ah).
Ada juga yang memahami dengan sa’adat (kebahagian). 18

Jadi, kesejahteraan dalam Islam membawa keselamatan dunia


akhirat dan merupakan tujuan syariat. Allah SWT, menghendaki
kehidupan akhirat yang lebih baik dan tidak pula melupakan diri untuk
memenuhi kebutuhan dunia. Sehingga, dianjurkan mempertimbangkan
prioritas kebutuhan berdasarkan material dan spritual untuk mencapai
falah.

Oleh karena itu, dapat dibandingkan antara kesejahteraan dari


prespektif kapitalis dan prespektif Islam yang jelaskan pada tabel 2.1
berikut ini:

17
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al˗Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:
Nur Alim, 2013), h. 278
18
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat˗Ayat Ekonomi, (Medan: Febi UIN˗SU Press,
2016), h. 78˗79

18
Tabel 2.1
Perbandingan Kesejahteraan Kapitalis dan Islam

Kapitalis Aspek Islam


Material (pendapatan) Ukuran Material dan Spritual
Duniawi Dimensi Duniawi dan Akhirat
Standar kebutuhan dasar Standar Standar kebutuhan dasar,
(BPS,BKKBN) standar nishab
Mempertimbangkan manfaat Prinsip Syariah Al˗Qur’an dan
dan keuntungan Sunnah
Mencapai kepuasan dan Tujuan Mencapai falah
kepuasan maksimum
Sumber: Skripsi Istikoma 2017
B. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah penghasilan diterima atas


kerjanya selama waktu yang telah disepkati, baik harian, mingguan,
bulanan maupun tahunan. Pendapatan masyarakat nelayan sangat
mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan dari hasil
melaut merupakan sumber pendapatan utama atau bahkan
satu˗satunya bagi mereka, sehingga besar kecilnya pendapatan akan
sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan termasuk
mempengaruhi kemampuan mereka mengelola lingkungan.19

Dalam pengertian ekonomi, pendapatan dapat berebntuk


pendapatan nomial maupun dan pendapatan rill. Pendapatan nominal
adalah pendapatan seseorang yang dilihat dalam jumlah satuan uang
yang diperoleh. Pendapatn rill adalah pendapatan seseorang yang

19
Fajrin Rizki Okvinda, “ Analisis Tingkat Pendapatan Nelayan Di Desa Banyusangka
Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan” (Tesis, Program Sarjana S1 Universitas
Muhammadiyah Malang, 2019), h. 13˗14 .

19
dapat dilihatdari seberapa banyak yang dia membelanjakan
pendapatan nominalnya untuk membeli kebutuhan barang dan jasa.20

2. Faktor˗Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan


Faktor˗faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu:
a. Adanya perbedaan permintaan dan penawaran dalam hal
pekerjaan apabila dalam suatu pekerjaan terdapat
penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak
banyak permintaannya, maka upah cenderung mencapai
tingkat rendah begitu pula sebaliknya.
b. Adanya perbedaan dalam jenis˗jenis pekerjaan, pada
golongan pekerjaan yang memerlukan tenaga dan berada
dalam kondisi yang sulit maka mereka akan menuntut
upah yang lebih besar dari pekerjaan yang ringan dan
mudah dikerjakan.
c. Adanya perbedaan kemapuan, keahlian dan pendidikan,
semakin tinggi pendidikannya maka akan memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi karena pendidikannya
mempertimbangkan kemampuan kerja yang akan
menaikkan produktivitas.21
d. Biaya hidup, pengeluaran biaya hidup disuatu daerah akan
menetukan besarnya pendapatan. Contohnya tingkat
pendapatan didesa akan lebih kecil dibandingkan dengan
tingkat pendapatan di kota˗kota besar.
e. Kondisi pemerintah, pemerintah sebagai fasilitator
masyarakat berkewajiban untuk menerbitkan sistem upah

20
Nanda Herawan, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan Pengrajin Anyaman
Bambu (Besek/Piti) Desa Kalimandi Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara”
(Skripsi, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, 2013), h. 15.
21
Anita Rahmawati, “Analisis Kesejahteraan Keluarga Pengemudi Ojek Pangkalan
Kota Tanggerang Selatan Di Era Ojek Online” (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019), h. 16.

20
yang ditetapkan perusahaan atau organisasi, serta
instansi˗instansi lainnya, agar karyawan mendapatkan
upah yang adil dan layak, seperti dengan dikeluarkannya
kebijakan pemerintah dalam pemberian upah minimum
bagi para karywan. 22.
f. Motivasi, motivasi atau dorongan kerja merupakan hal
yang mempengaruhi jumlah pendapatan, semakin besar
motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin
besar pula penghasilan yang diperoleh. 23
3. Indikator Pendapatan

Pendapatan masyarakat bergantung dari lapangan pekerjaan,


pangkat dan jabatan kerja, tingkat pendidikan umum, produktivitas,
prospek usaha, permodalan dan lain˗lain. Faktor˗faktor tersebut
menjadi penyebab perbedaan tingkat pendapatan penduduk. Indikator
pendapatan yaitu: 24

a. Pendapatan nominal yaitu segala penghasilan berupa uang


yang sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai balas
jasa atas pekerjannya.
b. Pendapatan berupa barang yaitu pembayaran upah dan gaji
dengan memakai barang sebagai balas jasa atas pekerjannya.

22
Herman Sofyandi, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), h. 162˗163.
23
Ratna Sukmayanti, et.al, Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega,
2008), h. 117.

24
Novi Wulansari, “Pengaruh Pendapatan, Literasi Keuangan, Dan Sikap Keuangan
Terhadap Kesejahteraan Keuangan Keluarga Dea Ketanjung Kecamatan Karang Anyar Kabupaten
Demak Melalui Perilaku Keuangan Sebagai Variabel Intervening” (Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang, 2019), h. 34.

21
4. Pendapatan Dalam Ekonomi Islam

Pendapatan dalam Islam adalah penghasilan yang diperoleh


harus bersumber dari yang halal.25 Islam mendorong umatnya bekerja
dalam memproduksi, bahkan menjadikan sebagai sebuah kewajiban
terhadap orang˗orang yang mampu, lebih dari itu Allah akan memberi
balasan yang setimpal yang sesuai dengan amal/kerja. Kegiatan
produksi merupakan mata rantai dari kegiatan konsumsi dan
distribusi. Kegiatan produksi yang menghasilkan barang dan jasa,
kemudian dikonsumsi oleh konsumen. Tanpa kegiatan produksi,
kegiatan ekonomi akan berhenti. Kahf mendefiniskan kegiatan
produksi sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya
kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam,
yaitu kebahagian dunia dan akhirat. Sedangkan menurut Hendri B
Anto, produksi adalah menciptakan manfaat (maslahah) atas sesuatu
benda, sementara konsumsi adalah pemusnahan atau pemakaian hasil
produksi tersebut. Produksi dalam prespektif Islam tidak hanya
berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang setinggi˗tingginya,
mekipun mencari keuntungan juga tidak dilarang. Jadi produsen yang
Islami tidak dapat disebut profit maximizer. Optimasi falah harus
menjadi tujuan produksi, sebagaimana juga konsumsi. 26

Ayat Al˗Qur’an yang berkaitan dengan pendapatan terdapat di


dalam QS. Al˗Jumu’ah ayat 10:

25
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kencana Penada Media Group,2007), h. 132
26
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat˗Ayat Ekonomi, (Medan: Febi UIN˗SU PRESS,
2016), h. 163˗165

22
‫ّللا‬
ِ ٰ ‫ض ِل‬ ِ ‫ص ٰلوة ه فَا ْنتَش هِر ْوا فِى ْاْلَ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغه ْوا ِم ْن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫فَ ِاذَا قه‬
ِ ‫ض َي‬
١٠ - َ‫ّللا َك ِثي ًْرا لَّ َعلَّ هك ْم ت ه ْف ِل هح ْون‬
َ ٰ ‫َوا ْذ هك هروا‬
Artinya : “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah
kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
agar kamu beruntung.” (Q.S Al˗Jumu’ah ayat 10).27

C. Nelayan
1. Pengertian Nelayan

Nelayan adalah orang yang kehidupannya tergantung pada


hasil laut, baik dari siklus kerjanya maupun dari cara mencari nafkah.
Menurut Undang˗Undang Nomor 31 tahun 2004, perikanan nelayan
adalah orang yang pekerjaannya sebagai penangkap ikan dan paling
banyak memanfaatkan hasil laut, kesejateraan nelayan ditentukan oleh
banyak nya tangkapan dan kualitas hasil tangkapan.

Nelayan termasuk ke dalam golongan masyarakat pesisir yang


dapat dianggap paling banyak memanfaatkan hasil laut, potensi
lingkungan perairan serta pesisir untuk kebutuhan dan kelangsungan
hidupnya. Masyarakat nelayan pada umumnya bermukim sacara tetap
di daerah˗daerah yang mudah mengalami kontak˗kontak dengan
masyarakat lain. Sistem ekonomi mereka tidak dapat dikategorikan
masih berada pada tingkat subsistensi, sebaliknya sudah masuk ke
sistem perdagangan karena hasil laut yang mereka peroleh tidak
dikonsumsi sendiri, akan tetapi didistribusikan dengan imbal ekonomi
kepada pihak˗pihak lain. 28

27
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al˗Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:
Nur Alim,2013), h. 872
28
Lina Asmara dan Mimit Primyastanto (ed). Ekonomi Produksi Perikanan dan
Kelautan Modern, (Malang: UB Press, 2018). h. 20

23
2. Klasifikasi Nelayan

Pada umumnya masyarakat nelayan di golongkan menjadi dua


lapisan yaitu:29

a. Lapisan pertama merupakan lapisan masyarakat yang memiliki


alat˗alat produksi perikanan yang biasanya diduduki oleh
majikan˗majikan pemilik perahu.
b. Lapisan kedua merupakan lapisan bawah yang diduduki oleh
kalangan buruh nelayan yang tidak mempunyai peralatan
produksi dan bekerja pada majikan˗majikan tersebut.

D. Metode CIBEST
1. Pengertian Metode CIBEST

CIBEST merupakan salah satu alat ukur yang tengah


dikembangkan pada saat sekarang. CIBEST (Central Of Islamic
Business an Economic Studies˗IPB) Model atau indeks CIBEST.
Yang pertama kali dikembangkan oleh Irfan Syauqi Beik dan Laily
Arsyanti pada tahun 2014, dan telah dipresentasikan pada seminar
workshop On Developing a Framwork For Maqosid Al˗Shariah based
index Of Sosio˗Economic.30

Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa konsep


kemiskinan dan kesejahteraan dalam prespektif Islam tidak hanya
dilihat dari dimensi materialnya saja akan tetapi dari dimensi
spritualnya. Penelitian ini berhasil memformulasikan model CIBEST
yaitu dengan empat kuadran atau pengklasifikasian keadaan rumah

29
Ibid, h. 21.
30
Irfan Syauqi Beik & Laily Dwi Aryanti (ed). Ekonomi Pembangunan Syariah,
(Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 89.

24
tangga yaitu terdiri dari indeks kesejahteraan, indeks kemiskinan
spritual, indeks kemiskinan materil, dan indeks kemiskinan absolut.31

Penetapan kuadran ini dibuat berdasarkan kriteria dan


indikator kebutuhan dasar material dan kebutuhan dasar spritual
dengan menggunakan rumah tangga sebagai analisis. Hal ini
dikarenakan keluarga/rumah tangga dipandang sebagai kesatuan yang
utuh dalam konsep CIBEST, rumah tangga dibagi menjadi 6 sub
kelompok, yaitu kepala rumah tangga/keluarga, orang dewasa
bekerja, orang deasa tidak bekerja ( >18 tahun), remaja usia 14˗18
tahun, anak˗anak usia 7˗13 tahun, dan anak berusia 6 tahun atau
kurang dari 6 tahun. Indeks CIBEST terdiri dari 4 indeks, indeks
kesejahteraan, indeks kemiskinan material, indeks kemiskinan spritual
dan indeks kemiskinan absolut maka dibentuk suatu kuadaran disebut
kuadran CIBEST.

Adapun langkah˗langkah perhitungan Indeks CIBEST adalah


sebagai berikut: 32

a. Menghitung nilai MV. Nilai MV dapat dihitung dengan


survei sendiri, atau menggunakan nasab perhitungan zakat
penghasilan, atau dengan menggunakan garis kemiskinan
(GK) resmi yang disesuaikan dengan basis keluarga.
b. Menghitung nilai SV (Garis Kemiskinan Spritual.
c. Menenmpatkan setiap keluarga yang diamati dalam kuadran
CIBEST, apakah termasuk di kuadran I, II,III, atau kuadran
IV.

31
Mohammad Anwar dan Nono Hartono. “Analisis Zakat Produktif Terhadap Indeks
Kemiskinan, Nilai Material dan Spritual Para Mustahik” dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam,
4(03):187˗205,2015. h. 89.
32
Ibid, h. 98.

25
d. Menghitung indeks, baik indeks kesejahteraan, indeks
kemiskinan material, indeks kemiskinan spritual dan indeks
kemiskinan absolut.

Dalam konteks pemenuhan kebutuhan material, maka cara


menghitung standar garis kemiskinan material, atau yang distilahkan
dengan material proverty line (MV) dilakukan dengan tiga
pendekatan. Pertama melalui survey kebutuhan menimal yang
diperlukan oleh suatu keluarga atau rumah tangga, yang didasarkan
sekurang˗kurangnya pada lima jenis kebutuhan pokok, yaitu sandang,
pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Kedua dengan
memodifikasi garis kemiskinan BPS, dari standar individu (per kapita)
menjadi standar rumah tangga atau keluarga. Modifikasi ini diperoleh
dari hasil perkalian antara kemiskinan perkapita per bulan versi BPS
dengan rata˗rata besaran ukuran rumah tangga, diama rata˗rata besaran
ukuran keluarga dihitung dengan membagi jumlah total penduduk
dengan jumlah rumah tangga yang diobservasi. Ketiga, dengan
menggunakan standar nishab, atau pendapatan minimal yang terkena
kewajiban zakat. Dalam kontetks Indonesia, standar nishab yang
digunakan standar zakat pertanian. Yaitu, senilai lima ausaq, atau
setara 653 kg gabah atau 524 kg beras. Kemudian angka tersebut
dikaitkan dengan harga beras standar di tingkat petani yang telah
ditetapkan pmerintah. Misalnya, InPRES No 3/ 2012 telah
menempatkan harga beras di tingkat petani sebesar Rp 6.600/kg.
Maka besarnya nishab adalah Rp 3,48 juta/ bulan. Dari ketiga
pendekatan diatas, maka pemilihan metode mana yang digunakan
sangat tergantung pada kondisi yang ada. Yang paling ideal adalah
adalah menggunakan pendekatan pertama. Namun jika pendekatan
pertama tidak bisa dilakukan karena sejumlah keterbatasan, seperti
keterbatasan anggaran, personil maupun waktu, maka menggunakan

26
pendekatan kedua dan ketiga merupakan langkah alternatif yang dapat
digunakan.

Adapun standar pemenuhan kebutuhan dasar spritual


didasarkan pada lima variabel, yaitu pelaksanaan shalat, puasa, zakat,
lingkungan keluarga dan kebijakan pemerintah. Dari kelima variabel
tersebut kemudian ditentukan standar kemiskinan spritual atau spritual
proverty line yang disimbolkan dengan SV. Dipilihnya kelima
variabel tersebut dilakukan dengan sejumlah alasan. Pertama,
dimasukkannnya shalat, puasa, zakat adalah karena ibadah˗ibadah
tersebut merupakan kewajiban dasar setiap muslim. Ketidakmampuan
melaksanakan ketiganya akan menyebabkan penurunan kualitas
keimanan dan kondisi spritualitas seseorang atau suatu rumah tangga.
Kedua, dimasukkannya lingkungan keluarga adalah karena pentingnya
peran keluarga dalam membangun lingkungan yang kondusif untuk
memenuhi kebutuhan spritual. Ketiga, dimasukkannya kebijakan
pemerintah karena kebijakan ini sangat mempengaruhi kondusif
tidaknya suasana untuk menjalankan ibadah dan memenuhi kebutuhan
spritual. Tugas pemerintah adalah memberikan rasa aman kepada
masyarakat dalam menjalankan ibadahnya tanpa harus disertai
kekhawatiran akan munculnya tindakan represif kepada mereka yang
mencoba taat beragama. Selanjutnya dilakukan scorring terhadap
kelima variabel tersebut sehingga diperoleh skor spritual rata˗rata
keluarga (SS). Skala skor yang diberikan berkisar antara 1 sampai 5,
diamana skor 1 mencerminkan kondisi spritual terburuk, dan skor 5
mencerminkan kondisi spritual terbaik. Misalnya, skor variabel shalat.
Skor 5 adalah ketika setiap anggota keluarga melaksanakan shalat
wajib rutin berjamaah dan disertai dengan shalat˗shalat sunnah. Skor 4
adalah melaksanakan shalat wajib rutin tapi tidak selalu berjamaan.
Skor 3 adalah melaksanakan shalat wajib tapi tidak rutin. Artinya,
kadang˗kadang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja. Skor 2

27
adalah menolak dan tidak percaya dengan kosep shalat dan skor 1
adalah melarang orang lain shalat.

2. Kuadran CIBEST
Kuadran CIBEST membagi kemapuan rumah tangga dalam
memenuhi kebutuhan material dan spritual menjadi dua tanda, yaitu
tanda positif (+) yang artinya rumah tangga tersebut mampu
memenuhi kebutuhan dengan baik, dan tanda negatif (˗) artinya rumah
tangga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
baik. Dimana sumbu X adalah garis material dan sumbu Y adalah
garis spritual. Sehingga dengan pola seperti ini, maka akan didapat
empat kemungkinan kuadran yaitu:33

33
Irfan Syauqi Beik, Ekonomi Pembangunan Syariah, h.75

28
Gambar 2.1
Kuadran CIBEST

KUADRAN ˗II KUADRAN˗I


(+)
(KEMISKINAN (SEJAHTERA)
MATERIAL)
Garis Kemiskinan Spritual

KUADRAN ˗ IV KUADRAN ˗III


(KEMISKINAN
ABSOLUT) (KEMISKINAN
SPRITUAL)

(˗)
(˗) (+)
Garis Kemiskinan Material

a. Kuadran I (Sejahtera)
Dimana tanda positif (+) pada kedua pemenuhan
kebutuhan, yaitu material dan spritual. Sehingga rumah
tangga atau keluarga dikatakan sejahtera apabila rumah
tangga atau keluarga di anggap mampu secara material dan
spritual.
b. Kuadran II (Kemiskinan material)
Dimana tanda positif (+) pada kebutuhan spritual saja,
dan tanda negatif (˗) pada kebutuhan material. Sehingga
rumah tangga atau keluarga daat dikatakan miskin material
karena dianggap mampu secara spritual namun tidak mampu
secara material.
c. Kuadran III (Kemiskinan spritual)

29
Dimana tanda (˗) pada kebutuhan spritual, dan tanda
positif (+) pada kebutuhan materia. Sehingga rumah tangga
Kuadran atau keluarga dikatakan miskin spritual karena
dianggap mampu secara material namun tidak mampu secara
spritual.
d. IV (Kemiskinan absolut)
Dimana tanda (˗) pada dua kebutuhan, yaitu material
dan spritual. Kondisi ini merupakan posisi terburuk pada suatu
rumah tangga atau keluarga, rumah tangga tidak mampu
memenuhi kebutuhan material dan spritualnya sekaligus.34

E. Pelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dimaksud untuk melihat sejauh mana masalah


yang ditulis ini telah diteliti oleh orang lain ditempat dan waktu yang
berbeda˗beda. Beberapa karya tulis yang dijadikan acuan penelitian dan
hubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti dapat dilihat dibawah
ini:

1. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Istikoma yang berjudul


“Asesmen Kesejahteraan Model Cibest (Central Of Islamic Business
and Economic Studies): Studi pada Nelayan di Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu”.Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh temuan bahwa dari 100 Nelayan responden, sebanyak 11%
rumah tangga yang masuk dalam kategori kuadran I (kesejahteraan
materialdan spritual, 55% rumah tangga masuk kategori kuadran II
(kemiskinan material), 13% rumah tangga masuk dalam kategori
kuadran III (kemiskinan spritual) dan 21% masuk kategori kuadran
IV (kemiskinan absolut). Kaitan penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini adalah menggunakan metode yang sama yaitu

34
Ibid, h. 76˗77

30
metode CIBEST. Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini terletak di jenis penelitian dimana penelitian
terdahulu memakai jenis penelitian deskriptif kuantitatif sedangkan
penelitian saat ini memakai jenis penelitian deskriptif kualitatif.
2. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Fadillah Hertisca yang
berjudul “Analisis Tingkat Kesejahteraan Driver Grab di Kota
Metro Dengan Model Cibest”. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan temuan bahwa 6 driver, sebanyak 100 persen hidup dalam
kuadran I (sejahtera material dan spritual), dan tidak adanya dalam
kuadran II (kemiskinan material), dalam kuadran III (kemiskinan
spritual) aupun kuadran IV (kemiskinan absolut). Kaitan penelitian
terdahulu dengan penelitian saat ini menggunakan metode yang
sama yaitu metode CIBEST dan menggunakan jenis penelitian yang
sama yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Adapun perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian saat terletak di objek
penelitian dimana saya menggunakan objek nelatlayan penelitian
sebelumnya menggu nakan objek driver Grab.
3. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh M. Sugeng Abdul Khofid
yang berjudul “Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Dalam
Prespektif Maqasid Syariah”. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan temuan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat Nelayan di Desa Wonokerto Kulon dalam maqasid
syariah dari semua informan dapat dinyatakan sejahtera, dan hal ini
dibuktikan dengan adanya pemenuhan pemeliharaan ke lima
maqasid syariah. Kaitan penelitian terdahulu dengan penelitian saat
ini sama˗sama membahas kesejahteraan menurut Islam dan
menggunakan objek penelitian sama yaitu nelayan. Adapun
perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak
pada alat ukur nya dimana penelitian saya memakai metode
CIBEST, Penelitian sebelumnya memakai alat ukur Maqasid
Syariah.

31
4. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Yusranil Husna yang
berjudul “Faktor˗Faktor Yang Dapat Meningkatkan Kesejahteraan
Nelayan di Desa Secanggang Kabupaten Langkat”. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan temuan bahwasannya hubungan
pendidikan, keterampilan, modal dan dukungan pemerintah
terhadap tingkat kesejahteraan Nelayan di Desa Secanggang
Kabupaten Langkat sebesar 13,5% dan sisanya dijelaskan oleh
variabel lainnya diluar variabel yang digunakan. Kaitan penelitian
terletak di objek penelitian sama˗sama menggunakan nelayan
sebagai objek yang diteliti. Adapun perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian saat ini dimana penelitian sebelumnya memakai
alat ukur kesejahteraan menurut BPS sedangkan penelitian saat ini
alat ukur kesejahteraan menggunakan metode CIBEST, dan
metodologi penelitiannya berbeda penelitian sebelumnya
menggunakan deskiptif kuantitaif sedangkan penelitian saya
menggunakan deskriptif kualitatif.
5. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Nurhadi yang berjudul “
Upaya Nelayan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga Di
Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”.
Berdasarkan penelitian ditemukan temuan bahwa aktivitas Nelayan
dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga di Desa Tamasaju
dengan melakukan proses penangkapan ikan melalui pemasangan
pukat atau jaring, lanra dan kapal parengge. Sedangkan kondisi
kesejahteraan keluarga nelayan termasuk dalam kategori keluarga
sejahtera III(KS III), karena mampu menjangkau pelayanan
pendidikan dan kesehatan. Kaitan penelitian terdahulu dengan
penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan
metodologi penelitian sama˗sama menggunakan objek penelitian
nelayan dan sama˗sama menggunakan metodologi penelitian
deskriptif kualitatif. Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini yaitu penelitian sebelumnya mengelompokkan

32
kesejahteraan nelayan berdasarkan BKBBN sedangkan penelitian
saat ini mengelompokkan kesejahteraan berdasarkan kuaran
CIBEST.
6. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Pebyanggi Syah Umar
Nasution, Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ir. H. Hasman Hasyim, M.
Si yang berjudul “Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional
Dibandingkan Dengan Upah Minimum Regional di Kecamatan
Meulaboh”. Berdasarkan penelitian ditemukan temuan
bahwasannya disimpulkan: 1) adanya tingkat pendapatan Nelayan
tradisional didaerah penelitian diperoleh nilai dengan rata˗rata Rp.
3.911.100, dan dapat disimpulkan pendapatan di daerah penelitian
adalah tinggi, 2) pengalaman melaut dan biaya produksi
berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, sedangkan
variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan biaya
investasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan, 3)
pendapatan Nelayan sampel didaerah penelitian berada diatas upah
minimum regional Provinsi NAD, dimana rata˗rata pendapatan
Nelayan sapel sebesar Rp.3.911.100. Kaitan penelitian sebelumnya
dengan penelitian saat ini penelitian sebelumnya sama˗sama
menghitung pendapatan dan sama˗sama meniliti nelayan sebagai
objek penelitian. Adapun Perbedaanya penelitian sebelumnya
dengan penelitian saat ini dimana penelitian sebelumnya memakai
metodologi penelitian kuantitatif sedangakan penelitian saat ini
memakai metodologi penelitian kualitatif dan tiidak hanya itu
penelitian sebelumnya hanya menghitung pendapatan nelayan
sedangkan penelitian saat ini menghitung pendapatan nelayan dan
mengukur kesejahteraan nelayan.
7. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Novitassari Romaito
Siregar, Asep Agus Handaka Suryana, Rita Rostika, Atikah
Nurhayati yang berjudul “Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan
Buruh Alat Tangkap Gill Net Di Desa Sungai Buntu Kecamatan

33
Pedes Kabupaten Karawang”. Berdasarkan penelitian ditemukan
temuan bahwa berdasarkan indikator kesejahteraan menurut BPS
2015 maka diketahui pendapatan nelayan buruh berasal dari upah
sistem bagi hasil rata˗rata sebesar Rp. 30.000˗Rp. 50.000 per hari
dengan waktu penangkapan rata˗rata selama 15 hari dalam sebulan.
Total rata˗rata pendapatan keluarga perbulan yaitu sebesar Rp.
2.648.033 sedangkan pendapatan per tahun nelayan buruh tangkap
gill net sebesar Rp. 31.776.400 dengan rata˗rata pendapatan per
kapita perbulan yaitu Rp. 629.110. nelayan buruh gill net di desa
Sungai buntu memiliki kesejahteraan sedang yaitu antara skror
1,81˗2,60 dengan jumlah skor 2,46. Kaitan penelitian sebelumnya
dengan penelitian saat ini sama˗sama menghitung pendapatan dan
sama˗sama meniliti nelayan sebagai objek penelitian. Adapun
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini terletak
pada metodologi penelitian dimana penelitian penelitian
sebelumnya memakai metodelogi kuantitatif sedangkan penelitian
saat ini memakai metodologi penelitian kualitatif, dan juga
perbedaan terletak pada alat ukur kesejahteraan dimana penelitian
saat ini memakai alat ukur CIBEST sedangkan penelitian
sebelumnya memakai indikator BPS dan membuat skor.
8. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Isro’ Iyatul Mubarokah,
Irfan Syauqi Beik dan Toni Irawan yang berjudul “Dampak zakat
terhadap kemiskinan dan kesejahteraan Mustahik (Kasus: BAZNAS
Provinsi Jawa Tengah), alat analisis menggunakan metode
CIBEST”. Berdasarkan penelitian ditemukan temuan bahwa hasil
penelitian ini menunjukkan tidak bahwa indeks kemiskinan islami
tanpa zakat dan dengan zakat tidak mengalami perubahan.
F. Kerangka Teoritis

Kerangka teori merupakan sistem hubungan antara variabel


disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan

34
teori˗teori yang dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara
kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan
antar variabel yang diteliti. Sintesa yang berhubungan dengan variabel
selanjutnya digunakan sebagai perumusan hipotesa untuk mengetahu
masalah apa yang akan di bahas. Untuk mendekatkan masalah yang
akan dianalisa pada permasalahan penelitian, maka perlu dibuat
kerangka teoritis sebagai dasar pemikiran penelitian ini guna
memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.35 Kerangka
teoritis pada penelitian ini dapat dijelaskan pada bagan dibawah ini:

35
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta,2009), h.30.

35
Gambar 2.2
Kerangka Teoritis

NELAYAN

PENDAPATAN

KESEJAHTERAAN

METODE CIBEST

Keterangan:

Bagan diatas menunjukkan bahwa alur penelitian ini adalah


sebagai beriku: Penelitian ini dilakukan pada Nelayan di Desa Paluh
Sibaji mengenai pendapatan dan kesejahteraan para Nelayan dengan
menggunakan Metode CIBEST.

36
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian lapangan (field


research). Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan
di lapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai
lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut,
yang dilakukan juga untuk penelitian ilmiah.36

Jadi penelitian ini melakukan penelitian lapangan kepada para


Nelayan di Desa Paluh Sibaji mengenai bagaimana tingkat
kesejahteraan Nelayan dengan metode CIBEST..

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu bersifat


penilaian analisis verbal non angka untuk menjelakskan lebih jauh
dari yang di nampak pancra indra kepada variabel yang diteliti sesuai
dengan tolak ukur yang sudah ditentukan.37 Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry yaitu
prosedur penelitian yang mengahsilkan data deskriptif berupa

36
Abdurrahman Fahmi, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011) h. 96
37
Moh. Kasiram, Metodologi Kualitatif˗Kuantitaif , (Malang: UIN Maliki Press, 2008), h.
196

37
kata˗kata atau lisan dari orang˗orang dan perilaku yang dapat diamati,
demikianlah pendapat Bogdan dan Guba.38

Jadi penelitian deksriptif kualititaf adalah sifat penelitian yang


bertujuan untuk menggambarkan atau menjabarkan dalam bentuk
kalimat dan gambaran mengenai peristiwa dan situasi, yang
penjabarannya tentang dalam bentuk kalimat dan gambaran peristiwa
yang ada di lapangan dengan menjelaskan analisis tingkat
kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh Sibaji dengan metode Cibest
dengan objek yang dituju adalah para Nelayan di Desa Paluh Sibaji.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Waktu penelitian adalah kapan penelitian dilakukan. Adapun
penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Desember 2020˗26 Agustus
2021. Dan tempat penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan
penelitian untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Adapun tempat
penelitian ini dilakukan di Dinas Perikanan Deli Serdang dan Desa Paluh
Sibaji Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/ subjek
yang memiliki kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.39 Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Nelayan yang berada di Desa
Paluh Sibaji.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang di
ambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.40

38
Uhar Suharsatputra, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan Tindakan , (Bandung:
PT Refika Aditama, 2012), h. 181.
39
Nur Ahmadi Bi Rahmani, Metodologi Penelitian Ekonomi, ( Medan: FEBI UINSU
PRESS, 2019) , h. 31.
40
Ibid, h. 34.

38
Penelitian ini menentukan sampel menggunakan metode Random
Sampling dengan teknik Purposive Sampling (penentuan sampel melalui
pertimbangan khusus). Karateristik pemilihan sampel adalah :
1. Nelayan yang beragama Islam
2. Nelayan yang berdomisili di Desa Paluh Sibaji
3. Umur responen > 20 tahun
4. Responden yang sudah menikah
Untuk menetukan sampel pada penelitian ini menggunakan
Metode slovin

N
n=
1 + Ne 2

Dimana :
n: Ukuran sampel
N: Ukuran populasi
e : Batas toleransi kesalahan ( 5 %)
sehingga
200
n= = 89 Nelayan
1 + 200.0,05 2

D. Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data Kualitaif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
sekunder.
1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data pertama dimana


sebuah data dihasilkan.41 Data primer diperoleh dan digali
langsung dari sumber pertama atau subjek penelitian. Atau data
41
Moh. Kasiram, Metodologi Kualitatif˗Kuantitaif (Malang: UIN Maliki Press, 2008), h.
196

39
langsung yang berkaitan dengan objek riset. Adapun sumber data
primer dari penelitian ini adalah para Nelayan di Desa Paluh Sibaji
dan Kepala Desa Paluh Sibaji. Artinya dalam penelitian ini hanya
berupa gambaran dan keterangan˗keterangan tentang pengembang
potensi ekonomi para Nelayan di Desa Paluh Sibaji untuk
meningkatkan kesejahteraan dengan metode CIBEST.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber kedua sesudah


sumber data primer. Sumber data sekunder diharpan dapat
berperan membantu mengungkapkan data yang diharapkan.
Sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu
mengangkap data yang diharapkan. Adapun data sekunder dalam
penelitian ini adalah data dari webiste Deli Serdang dan website
BPS Deli Serdang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik


wawancara dan dokumentasi

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan data yang


akurat untuk keperluan proses pemecahan masalah tertentu yang
sesuai dengan data. Pencarian data dengan teknik ini dilakukan
dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung
antara seseorang atau beberapa orang pewawancara dengan
seseorang atau beberapa orang yang diwawancarai. Guna
memperoleh data yang kaitannya dengan penelitian ini, maka
bentuk wawancara ini adalah wawancara terarah, yaitu
“wawancara dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap
tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan

40
kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh
pewawancara”.42

Macam-macam wawancara terdiri dari :

a. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang


memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
jawaban dalam pola pertanyaan yang dikemukakan.

b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang


dilakukan dengan cara pertanyaan dapat dijawab
secara bebas oleh responden tanpa terikat pola-pola
tertentu.

c. Campuran, bentuk ini merupakan campuran antara


wawancara berstruktur dengan tak berstruktur. 43

Berdasarkan rnacam-macam wawancara di atas maka


penelitian ini menggunakan wawancara struktur. Pada wawancara ini
peneliti hanya fokus pada pertanyaan yang telah struktur dan yang ada
dengan jawaban yang jelas dan berstruktur. Wawancara struktur ini untuk
menghindari pembicaraan yang menyimpang dari permasalahan
yangakan diteliti. Wawancara yang akan dilakukan dalam hal ini peneliti
mengajukan pertanyan-pertanyan dengan mengambil sumber data primer
kepada para nelayan, Kepala Desa Paluh Sibaji dan juga Kepala Dinas
Perikanan Deli Serdang. Dengan wawancara yang dilakukan mengarah pada
Penelitian Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh Sibaji
dengan metode CIBEST.

42
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana,2013),
h. 129.
43
W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia,2002), h. 120.

41
2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan “cara yang digunakan untuk


mengumpulkan data berupa dokumen tertulis yang mengandung
keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang
masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian”. Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau literatur yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,
lenger, agenda dan sebagainya.

3. Observasi

Observasi adalah teknik atau sebuah cara dalam mengumpulkan


data. Dalam penelitian kualitatif observasi menjadi sangat penting
karena sebagai pelengkap dari semua instrumen penelitian misalnya
angket,quesioner, maupun wawancara. Observasi dilakukan
untuk meyakinkan kembali data yang diperoleh dari hasil wawancara
maupun quesioner tadi.

Adapun maksud metode ini guna mendapatkan data tentang


dokumen-dokumen yang ada, dengan melalui sumber-sumber yang
berkaitan dengan kajian yang dibahas. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data yang sifatnya tertulis, seperti sejarah profil
Komunitas, struktur organisasi, sistem kepengurusan dan lain-lain.
Cara pengambilannya yaitu meminta secara langsung kepada Kepala
Desa Paluh Sibaji dan Kepala Dinas Perikanan Deli Serdang. Adapun
data yang diminta peneliti kepada Kepala Desa Paluh Sibaji yaitu data
struktur kepengurusan kantor desa tersebut dan data yang diminta
peneliti kepada Kepala Dinas Perikanan Deli Serdang yaitu data
produksi ikan tangkap nelayang yang berada di kabupaten Deli
Serdang.

42
D. Teknik Analisis Data

1. Analisis Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan Nelayan di Desa Paluh Sibaji


dengan menggunakan rumus:44

TR = P x Q

TC = TFC + TVC

𝜋 = TR ˗ TC

Keterangan:

TR = Pendapatan kotor/ Total Revenue (Rp)

TC = Total biaya/ Total Cost (Rp)

P = Harga jual/ Price (Rp/Kg)

Q = Jumlah produksi/ Quantity (K

TFC = Total biaya tetap/ Total Fixed Cost (Rp)

TVC = Total biaya variabel/ Total Variabel Cost (Rp)

𝜋 = Pendapatan bersih/ Benefit (Rp)

2. Analisis CIBEST

Indeks kesejahteraan yang digunakan dalam menentukan


kondisi rumah tangga nelayan adalah indeks kesejahteraan Islami
Center Of Islamic Business and Economics Studies (CIBEST) Insitut
Pertanian Bogor (IPB) yang dikembangkan oleh Beik dan Arsyianti
(2015). Perhitungan yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam
penelitian ini adalah nilai Material Value (MV) atau garis kemiskinan

44
Imsar, Ekonomi Mikro Islam, (Medan: FEBI UIN˗SU PRESS, 2018), h. 139˗140.

43
rumah tangga dan pendapatan rumah tangga per bulan. Material Value
(MV) digunakan untuk mengukur standar minimal material yang
harus dipenuhi oleh rumah tangga. Nilai MV diperoleh dengan
mengalikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi (Pi) dengan
jumlah barang dan jasa yang dibutuhkan (Mi)). Secara matematis, MV
dapat dirumuskan sebagai berikut:

MV=∑𝑛𝑓=1 𝑃𝑖𝑀𝑖

Keterangan:

MV = Standar minimal material yang harus dipenuhi oleh rumah


tangga (Rp atau mata uang lain) atau bisa disebut Garis
Kemiskinan Material.

Pi = Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain).

Mi = Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan .

MV yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan garis


kemiskinan material Kabupaten/ kota per kapita yang dikeluarkan
oleh BPS yang kemudian dikonversi menjadi garis kemiskinan
rumah tangga per kapita per bulan. Rata˗rata besaran rumah tangga
diperoleh melalui perhitungan rasio total penduduk dengan jumlah
penduduk di lokasi penelitian.

Perhitungan kemiskinan spritual berdasarkan SV (Spritual


Value) yaitu ukuran yang digunakan untuk mengetahui apakah
suatu rumah tangga berkecukupan secara spritual. Pengukuran
kemiskinan spritual didasarkan pada kemampuan seseorang atau
keluarga dalam memenuhi kebutuhan spritualnya. Pemenuhan
kebutuhan spritual yang dihitung berdasarkan standar pemenuhan
lima variabel ini digunakan dalam skala likert antara 1 sampai 5
melalui kuesioner.

44
Tabel 3.1
Skor Spritual CIBEST

Variabel Skala Standar


Liket Kemiskin
1 2 3 4 5 an
Shalat Melarang Menolak Melaksanak Melaksana Melaksanakan
orang lain konsep an Shalat kan Shalat shalat wajib rutin
shalat Shalat wajib tidak wajib rutin berjamaah dan
rutin tapi tidak melaksanakan
berjamaah sholat sunah
Puasa Melarang Menolak Melaksanak Hanya Melaksanakan
orang lain konsep an puasa melaksana puasa wajib dan
berpuasa puasa wajib tidak kan puasa sunah
rutin wajib
secara
penuh
Zakat dan Melarang Menolak Tidak Membayar Membayar zakat
Infak orang lain zakat dan pernah zakat fitrah, zakat harta
berzakat infak berinfak fitrah dan dan infaq/
dan infak walaupun zakat harta sedekah
sekali
dalam
setahun
Lingkung Melarang Menolak Mengangap Mendukun Membangun
an anggota pelaksan ibadah g ibdah suasana keluarga
keluarga keluarga aan urusan anggota yang menukung
beribadah ibadah anggota keluarga ibadah secara
keluarga bersama˗sama
Kebijakan Melarang Menolak Mengangga Mendukun Menciptakan
pemerinta ibadah pelaksan p ibadah g ibadah lingkungan yang

45
h untuk aan urusan kondusif untuk
anggota ibadah pribadi beribadah
keluarga masyarakat
Sumber: Beik dan Arsyanti 2016

Berdasarkan tabel 3.1, maka diperoleh nilai SV sama dengan 3,


jika sebuah rumah tangga memiliki skor lebih kecil atau sama dengan 3
maka rumah tangga tersebut dapat dikategorian kedalam kategori miskin
spritual. Nilai SV diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Vp + Vf + Vz + Vh + Vg
Hi=
5

Keterangan:

Hi = Skor aktual snggota rumah tangga ke˗i

Vp = Skor Solat

Vf = Skor Puasa

Vz = Skor Zakat dan Infak

Vh = Skor lingkungan keluarga

Vg = Skor Kebijakan pemerintah

Setelah melakukan perhitungan SV dan MV maka rumah tangga


dapat dikategorikan kedalam kuadran CIBEST sebagai berikut:

46
Gambar 3.1
Kuadran CIBEST
(+)
KUADRAN ˗II KUADRAN˗I
(KEMISKINAN (SEJAHTERA)
Garis Kemiskinan Spritual

MATERIAL)

KUADRAN IV KUADRAN III

(KEMISKINAN (KEMISKINAN
ABSOLUT) SPRITUAL)

(˗) (˗) (+)

Garis Kemiskinan Material

Tahap terakhir yaitu menghitung semua indeks CIBEST yang


terdiri dari indeks kesejahteraan (W), indeks kemiskinan material (Pm),
indeks kemiskinan spritual (Ps) dan indeks kemiskinan absolut (Pa).

a. Indeks Kesejahteraan (W)


w
W=
n

Keterangan:

W = Indeks Kesejahteraan, 0≤ 𝑊 ≤ 1

w = Jumlah keluarga sejahtera (kaya secara material dan spritual)

N = Jumlah popuasi (jumlah keluarga yang diobservasi)

b. Indeks Kemiskinan Material (Pm)


Mp
Pm =
N

47
Keterangan:

Pm = Indeks Kemiskinan Material; 0≤ 𝑃𝑚 ≤ 1

Mp = Jumlah keluarga yang miskin secara material namun kaya


secara spritual

N = Jumlah popuasi (jumlah keluarga yang diobservasi)

c. Indeks Kemiskinan Spritual (Ps)


Sp
Ps =
N

Keterangan:

Ps = Indeks Kemiskinan Spritual

Sp = Jumlah keluarga yang miskin spritual namun kaya material

N = Jumlah popuasi (jumlah keluarga yang diobservasi)

d. Indeks Kemiskinan Absolut (Pa)


Ap
Pa =
N

Keterangan:

Pa = Indeks Kemiskinan Absolut

Ap = Jumlah keluarga yang miskin spritual dan miski secara


material

N = Jumlah popuasi (jumlah keluarga yang diobservasi).

48
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Paluh Sibaji

1. Letak Geografis

Desa Paluh Sibaji merupakan salah satu desa yang berada di


Kecamatan Pantai Labu. Luas desa ini 2.06 KM dengan jumlah
penduduk berjumlah 803 jiwa dan rata˗rata mata pencahariannya
penduduknya bekerja pada sektor nelayan selebihnya dikuasai oleh
mata pencaharian lain seperti pedagang dan petani. Secara geografis
Desa Paluh Sibaji terletak antara 2057’˗3016’ Lintang Utara dan 9827
Bujur Timur, serta berada pada ketinggian 0˗8 meter dari permukaan
laut, dimana Desa Paluh Sibaji berbatasan langsung dengan Selat
Malaka.

Batas˗batas wilayah Desa Paluh Sibaji adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Pantai Labu Pekan/ Selat Malaka


b. Sebelah Selatan : Desa Pantai Labu Pekan
c. Sebelah Barat : Desa Pantai Labu Pekan
d. Sebelah Timur : Desa Denai Sarang Burung/ Desa Denai Kuala
2. Visi dan Misi Desa Paluh Sibaji
Visi : “Perekonomian dan taraf hidup masyarakat dengan
meningkatkan pertanian mandiri”
Misi :
a. Menyelenggarakan pemerintahan Desa yang berpastisipatif
akuntabel transparan dan kreatif.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas keagamaan
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pembangunan sektor pertanian, pendidikan, kesehatan,
kebudayaan, kependudukan dan ketenagakerjaan.

49
d. Meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan masyarakat
melalui pengelolaan pertanian intensifikasi yang maju unggul
dan ramah lingkungan menuju Desa Agrobisnis.
e. Meningkatkan infrastruktur melalui peningkatan prasarana
jalan, energi listrik, pengelola sumber daya air pengelola
lingkungan penataan ruangan dan perumahan.
f. Mengulangi kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi
kerakyatan dan perekonomian perdesaan.
g. Menyusun regulasi Desa dan menata dokumen˗dokumen yang
menjadikewajiban Desa sebagai payung hukum pe,mbangunan
Desa.45

45
www. Deli Serdang.go.id. diunduh pada tanggal 01 Agustus 2021.

50
B. Struktur Keanggotaan Kantor Desa Paluh Sibaji
Gambar 4.1
Struktur Keanggotaan Kantor Desa Paluh Sibaji

Kepala Desa
ABDUL HAFIZ

Sekretaris
Bendahara
HENDRI
SITI RAHMAH

KAUR PEMDES KAUR PEMB KAUR UMUM

YUNANDA AGUSALIMAS MUTIA S

Kadus I Kadus II Kadus III Kadus IV

SAPTA ADI SAHARI DAMURI SAIFUL BAHRI

Sumber: Kantor Desa Paluh Sibaji

51
C. Gambaran Umum Responden

Karateristik responden diperoleh dari hasil jawaban responden yang


telah peneliti lakukan. Karateristik tersebut meliputi umur responden,
pendidikan terakhir yang diperoleh, jumlah tanggungan keluarga dan
pengalaman usaha nelayan.

Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden

Karateristik Klasifikasi Jumlah Persentase (%)


Responden
Umur 20˗30 30 33,3
30˗40 30 33,3
50˗60 29 32,2
Total 89 98,9%
Pendidikan SD/MI 26 28,9
SMP/MTS 32 35,6
SMA/SMK/MA 31 34,4
Total 89 98,9%
Jumlah Tanggungan 2˗4 24 26,7
4˗6 33 36,7
6˗8 32 35,4
Total 89 98,9%
Pengalaman Kerja 5˗15 tahun 39 43,3
Nelayan 15˗25 tahun 21 23,3
25˗35 tahun 14 15,6
35˗45 tahun 15 16,7
Total 89 98,9%
Data Primer Diolah

52
Berdasar tabel 4.1 diatas bahawasannya mayoritas responden berdasarkan
umur pada rentang umur 20˗30 dan rentang umur 30˗40 memperoleh berjumlah
yang sama sebesar 30 nelayan dengan persentase 33,3% dan rentang umur 50˗60
berjumlah 29 nelayan dengan persentase 32,2%. Mayoritas responden berdasarkan
pendidikan tamatan SMP/MTS menduduki peringkat pertama yaitu sebesar 32
nelayan dengan persentase 35,6% disusul tamatan SMA/SMK/MA sebesar 31
nelayan dengan persentase 34,4% dan menduduki peringkat terbawah tamatan
SD/MI sebanyak 26 nelayan dengan persentase 28,9%. Mayoritas responden
berdasarkan jumlah tanggungan berada di rentang 4˗6 dengan jumlah 33 nelayan
dengan persentase 36,7% disusul dengan rentang 6˗8 dengan jumlah 32 nelayan
dengan persentase 35,4% dan paling kecil berada di rentang 2˗4 dengan jumlah 24
nelayan dengan persentase 26,7% dan Mayoritas responden berdasarkan
pengalaman kerja nelayan berada di rentang 5˗15 tahun dengan jumlah 39 dengan
persentase 43,3% disusul rentang 15˗25 tahun dengan jumlah 21 nelayan dengan
persentase 23,3% disusul dengan rentang 35˗45 tahun dengan jumlah 15 nelayan
dengan persentase 16,7% dan terakhir pada rentang 25˗35 dengan jumlah 14
nelayan dengan persentase 15,6%.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Analisis Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan nelayan di Desa Paluh Sibaji dengan


menggunakan rumus berikut ini46:
TR = P x Q
TC = TFC + TVC
𝜋 = TR ˗ TC
TR = Pendapatan kotor/ Total Revenue (Rp)
TC = Total biaya/ Total Cost (Rp)
P = Harga jual/ Price (Rp/Kg)
Q = Jumlah produksi/ Quantity (K
TFC = Total biaya tetap/ Total Fixed Cost (Rp)

46
Imsar, Ekonomi Mikro Islam, (Medan: FEBI UIN˗SU PRESS, 2018), h.139˗140.

53
TVC = Total biaya variabel/ Total Variabel Cost (Rp)
𝜋 = Pendapatan bersih/ Benefit (Rp)
a. Langkah pertama peneliti menghitung Pendapatan Kotor (TR) nelayan di
Desa Paluh Sibaji
Tabel 4.2
Pendapatan Kotor (TR)
Satuan bulan
No Nama Nelayan Jumlah Harga (P) Pendapatan
Produksi (Q) Kotor (TR)
1 Al Azhari 600 Kg Rp. 25.000 Rp. 15.000.000

2 Alus 700kg Rp. 25.000 Rp. 17.500.000


3 Andi 600kg Rp. 25.000 Rp. 15.000.000
4 Anga 600 Kg Rp. 20.000 Rp. 12.000.000
5 Angga 600 Kg Rp.15.000 Rp. 9.000.000
6 Arif 600 Kg Rp. 10.000 Rp. 6.000.000
7 Arman 700 Kg Rp. 15.000 Rp. 10.500.000
8 Bakar 700 Kg Rp. 10.000 Rp.7.000.000

9 Benni 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000


10 Deddi Nst 900 Kg Rp. 20.000 Rp.18.000.000
11. Deddi Syahputra 800 Kg Rp. 20.000 Rp. 16.000.000
12 Denni 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
13 Erwan 900 Kg Rp.10.000 Rp. 9.000.0000
14 Idris 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000.000
15 Ilo 700 Kg Rp. 15.000 Rp. 10.500.000
16 Ilyas 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000.000
17 Imsar 700 Kg Rp. 20.0000 Rp. 14.000.000
18 Irwan 600 Kg Rp. 10.000 Rp. 6.000.000
19 Izal 900 Kg Rp. 15.000 Rp. 13.500.000

54
20 Izul 800 Kg Rp. 15.000 Rp. 12.000.000
21 Iwan 600 Kg Rp. 20.000 Rp.12.000.000
22 Jalaluddin 800 Kg Rp 20.000 Rp. 16.000.000
23 Jalu 900 Kg Rp. 15.000 Rp. 13.500.000
24 Jisupian 600 Kg Rp. 20.000 Rp. 12.000.000
25 Joko 800 Kg Rp. 15. 000 Rp. 12.000.000
26 Junaidi 900 Kg Rp. 15.000 Rp. 13.500.000
27 Kurnia 800 Kg Rp. 15.000 Rp.12.000.000
28 Leman 700 Kg Rp. 15.000 Rp. 10.500.000
29 Lukman 600 Kg Rp.20.000 Rp. 12.000.000
30 Mansyur 600 Kg Rp. 20.000 Rp.12.000.000
31 Mahyaruddin 600 Kg Rp. 20.000 Rp. 12.000.000
32 Pudianto 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000.000
33 Putra 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
34 Resa Handi 600 Kg Rp. 25.000 Rp15.000.000
35 Salama 800 Kg Rp. 20.000 Rp.16.000.000
36 Sambari Damanik 600 Kg Rp. 20.000 Rp.12.000.000

37 Santo 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000


38 Supra 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000.000
39 Supriadi 700 Kg Rp. 15.000 Rp.10.500.000
40 Syafar 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
41 Zul 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
42 Usman 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
43 Amas Tahar 900 Kg Rp. 15.000 Rp. 13.500.000
44 Marwan 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
45 Dadang 600 Kg Rp. 20.000 Rp. 12.000.000
46 Usman zaron 600 Kg Rp. 25.000 Rp. 15.000.000
47 Selamat Riadi 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000.000
48 Edi Syahputra 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000.000

55
49 Jaron 700 Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000.000
50 Maramuda Hrp 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
51 Syamsuddi 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
52 Ladi 700 Kg Rp. 15.000 Rp. 10.500.000
53 Kusuma 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
54 Wardana 600 Kg Rp. 10.000 Rp. 6.000.000
55 Dian 700 Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000.000
56 Pandu 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000.000
57 Danul 600 Kg Rp. 10.000 Rp. 6.000.000
58 Wira 700 Kg Rp. 15.000 Rp. 10.500.000
59 Yusuf 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000.000
60 Hadi 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000.000
61 Alwan 700Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000.000
62 Adi 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000.000
63 Yanto 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
64 Yudi 700 Kg Rp. 15.000 Rp. 10.500.000
65 Wicang 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
66 Zulfanda 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
67 Baron 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000.000
68 Budianto 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000.000
69 Asep 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000.000
70 Rusdi 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000.000
71 Rudi 700 Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000. 000
72 Rangga 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000. 000
73 Raka 700 Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000. 000
74 Mahmud 700 Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000. 000
75 Dedi 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000. 000
76 Jago 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000. 000
77 Dimas 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000. 000

56
78 Sugeng 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000. 000
79 Marcon 700 Kg Rp. 15.000 Rp. 10.500.000
80 Babah 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000.000
81 Santo 600 Kg Rp. 20.000 Rp. 12.000.000
82 Donok 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000. 000
83 Gugun 800 Kg Rp. 10.000 Rp. 8.000. 000
84 Acek 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000. 000
85 Galih 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000. 000
86 Hermawan 600 Kg Rp. 15.000 Rp. 9.000. 000
87 Gunawan 900 Kg Rp. 10.000 Rp. 9.000. 000
88 Toli 700 Kg Rp. 15.000 Rp.10. 500.000
89 Refi 700 Kg Rp. 10.000 Rp. 7.000.000
Data primer diolah

Dari tabel 4.2 bahwasannya hasil produksi nelayan tangkap desa Paluh
sibaji bermayoritas 600 Kg/bulan sebanyak 28 nelayan dengan persentase
(31,5%), disusul hasil tangkapan 900 Kg/bulan sebanyak 25 nelayan dengan
persentase (28,1%), disusul hasil tangkapan 700 Kg/bulan sebanyak 19 nelayan
dengan persentase (21,3%) dan minioritas hasil tangkapan nelayan berada di 800
Kg/bulan sebanyak 17 nelayan dengan persentase (19,1%). Adapun mayoritas
harga jual ikan pada nelayan desa Paluh sibaji berkisar pada harga Rp.10.000/Kg
sebanyak 43 nelayan dengan persentase (48,3%), disusul harga Rp.15.000/Kg
sebanyak 27 nelayan dengan persentase (30,3%) , diususl dengan harga
Rp.20.000/Kg sebanyak 14 nelayan dengan persentase (15,7%) dan minoritas
harga jual ikan berkisar pada harga Rp.25.000 sebanyak 5 nelayan dengan
persentase (5,6%). Dan hasil pendapatan kotor nelayan desa Paluh sibaji
bermayoritas pendapatan kotor pada rentang pendapatan Rp.6.000.000-
Rp10.000.000 sebanyak 54 nelayan dengan persentase (60,7%), disusul rentang
pendapatan Rp.11.000.000-Rp.15.000.000 sebanyak 30 nelayan dengan
persentase (33,7%) dan minioritas pendapatan kotor terletak pada rentang

57
pendapatan Rp.16.000.000-Rp. 20.000.000 sebanyak 5 nelayan dengan persentase
(5,6%).

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti bahwasannya jenis komoditi


hasil tangkapan nelayan adalah ikan caru, ikan tongkol, udang, ikan tamban, ikan
tegang ekor, cumi˗cumi dan sotong.

b. Langkah kedua, peneliti menghitung Biaya Produksi (TC) yang


dikeluarkan nelayan selama melaut dalam waktu sebulan di Desa Paluh
Sibaji.
Tabel 4.3

Biaya Produksi (TC)


Satuan bulan
No Nama Nelayan Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Produksi
(TFC) (TVC) (TC)
1 AL Azhari Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp.8.000.000

2 Alus Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000


3 Andi Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
4 Anga Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
5 Angga Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 7.500.000
6 Arif Rp.1.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000
7 Arman Rp. 2.500.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.500.000
8 Bakar Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000

9 Benni Rp. 3.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 6.500.000


10 Deddi Nst Rp. .2.500.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.500.000
11. Deddi Syahputra Rp. 1.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 6.000.000
12 Denni Rp. 2.500.000 Rp. 4.500.000 Rp. 7.000.000
13 Erwan Rp. 2.500.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.500.000
14 Idris Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000

58
15 Ilo Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 6.000.000
16 Ilyas Rp. 2.000.000 Rp. 3.5000.000 Rp.5.500.000
17 Imsar Rp. 3.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 6.500.000
18 Irwan Rp. 1.000.000 Rp. 3.0000.000 Rp. 4.000.000
19 Izal Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
20 Izul Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
21 Iwan Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
22 Jalaluddin Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000
23 Jalu Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 7.500.000
24 Jisupian Rp. 2.500.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.500.000
25 Joko Rp. 2.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 6.500.000
26 Junaidi Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
27 Kurnia Rp. 2.500.000 Rp.4.000.000 Rp. 6.500.000
28 Leman Rp. 2.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 5.500.000
29 Lukman Rp.. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
30 Mansyur Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
31 Mahyaruddin Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
32 Pudianto Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
33 Putra Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000
34 Resa Handi Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
35 Salama Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
36 Sambari Damanik Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 7.500.000
37 Santo Rp. 2.500.000 Rp. 3.500.000 Rp. 6.000.000
38 Supra Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5. 000.000
39 Supriadi Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Rp. 5.500.000
40 Syafar Rp. 2.500.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.500.000
41 Zul Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000
42 Usman Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000
43 Amas Tahar Rp. 2.000.00 Rp. 4.500.000 Rp. 6.500.000

59
44 Marwan Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
45 Dadang Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 7.500.000
46 Usman Zahron Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
47 Selamat Riadi Rp. 2.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.000.000
48 Edi Syahputra Rp. 2.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 7.000.000
49 Jaron Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.00
50 Maramuda Hrp Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
51 Syamsuddi Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
52 Ladi Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 8.000.000
53 Kusuma Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
54 Wardana Rp. 1.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 4.500.000
55 Dian Rp. 2.500.000 Rp3.000.000 Rp. 5.500.000
56 Pandu Rp. 1.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 5.000.000
57 Danul Rp. 2.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 5.500.000
58 Wira Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
59 Yusuf Rp. 2.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 5.500.000
60 Hadi Rp. 2.500.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.500.000
61 Alwan Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Rp. 5.500.000
62 Adi Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 6.000.000
63 Yanto Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Rp. 5.500.000
64 Yudi Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
65 Wicang Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Rp. 5.500.000
66 Zulfanda Rp. 2.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 5.500.000
67 Baron Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
68 Budianto Rp. 1.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 6.000.000
69 Asep Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
70 Rusdi Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000
71 Rudi Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
72 Rangga Rp. 2.500.000 Rp. 3.500.000 Rp. 6.000.000

60
73 Raka Rp. 1. 500.000 Rp. 4.000.000 Rp.5.500.000
74 Mahmud Rp. 2. 500.000 Rp. 3.000.000 Rp.5.500.000
75 Dedi Rp. 2. 500.000 Rp. 3.000.000 Rp.5.500.000
76 Jago Rp. 2. 500.000 Rp. 3.000.000 Rp.5.500.000
77 Dimas Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Rp.5.500.000
78 Sugeng Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 6.000.000
79 Marcon Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000
80 Babah Rp. 2.500.000 Rp. 3.500.000 Rp. 6.000.000
81 Santo Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000
82 Donok Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
83 Gugun Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
84 Acek Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
85 Galih Rp. 2.500.000 Rp. 3.000.000 Rp. 5.500.000
86 Hermawan Rp.3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000
87 Gunawan Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 6.000.000
88 Toli Rp. 3.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
89 Refi Rp. 2.000.000 Rp. 3.500.000 Rp. 5.500.000
Data primer diolah

Dari tabel 4.3 bahwasannya mayoritas biaya tetap yang dikeluarkan nelayan
Desa Paluh Sibaji berkisar pada angka Rp. 3.000.000 sebanyak 32 nelayan
dengan persentase (36,0%) disusul dengan biaya tetap Rp. 2.000.000 sebanyak 28
nelayan dengan persentase (31,5%) disusul dengan biaya tetap Rp. 2.500.000
sebanyak 15 nelayan dengan persentase (16,9%) selanjutnya dengan biaya tetap
Rp. 1.500.000 sebanyak 8 nelayan dengan persentase (9,0%) dan minoritas biaya
tetap berkisar pada angka Rp.1.000.000 sebanyak 6 nelayan dengan persentase
(6,7%). Sedangkan mayoritas biaya variabel yang dikeluarkan nelayan Desa Paluh
Sibaji berkisar pada angka Rp. 3.000.000 sebanyak 29 nelayan dengan persentase
(32,6%) disusul dengan biaya variabel Rp. 5.000.000 sebanyak 21 nelayan dengan
persentase (23,6%) disusul dengan biaya tetap Rp. 4.000.000 sebanyak 20 nelayan
dengan persentase (22,5%) kemudian disusul dengan biaya tetap Rp. 3.500.000

61
sebanyak 12 nelayan dengan persentase (13,5%) dan minioritas biaya variabel
yang dikeluarkan nelayan berkisar pada angka Rp. 4.500.000 sebanyak 7 nelayan
dengan persentase (7,9%). Dan hasil dari total biaya produksi yang dikeluarkan
nelayan Desa Paluh Sibaji mayoritas berada pada rentang nominal Rp. 4.000.000-
Rp. 6.000.000 sebanyak 57 nelayan dengan persentase (64,0%) dan minioritas
total biaya produksi berada pada rentang nominal Rp. 7.000.000-Rp. 9.000.000.

Biaya tetap yang dikeluarkan nelayan desa paluh sibaji seperti kerusakan
kapal, pengecattan ataupun renovasi kapal adapun biaya variabel yang
dikeluarkan nelayan di Desa Paluh Sibaji seperti solar, alat pancing, oli, biaya
umpan bisa dan biaya makan nelayan karena nelayan di desa ini pada umumnya
berlayar sebanyak 2˗3 hari.

c. Langkah ketiga, peneliti menghitung pendapatan bersih (𝜋) yang diterima


nelayan di Desa Paluh Sibaji dalam waktu sebulan.

62
Tabel 4.4
Pendapatan Bersih (𝝅)
Satuan bulan
No Nama Nelayan Pendapatan Biaya Produksi Pendapatan
Kotor (TR) (TC) Bersih (𝝅)
1 AL Azhari Rp. 15.000.000 Rp.8.000.000 Rp. 7.000.000

2 Alus Rp. 17.500.000 Rp. 8.000.000 Rp. 9.500.000


3 Andi Rp. 15.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 7.000.000
4 Anga Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 4.000.000
5 Angga Rp. 9.000.000 Rp. 7.500.000 Rp. 2.500.000
6 Arif Rp. 6.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 2.000.000
7 Arman Rp. 10.500.000 Rp. 7.500.000 Rp. 3.000.000
8 Bakar Rp.7.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000

9 Benni Rp. 9.000.000 Rp. 6.500.000 Rp. 3.500.000


10 Deddi Nst Rp.18.000.000 Rp. 7.500.000 Rp.10.500.000
11. Deddi Syahputra Rp. 16.000.000 Rp. 6.000.000 Rp.10.000.000
12 Denni Rp. 9.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 2.000.000
13 Erwan Rp. 9.000.0000 Rp. 7.500.000 Rp. 1.500.000
14 Idris Rp. 8.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 3.000.000
15 Ilo Rp. 10.500.000 Rp. 6.000.000 Rp. 4.500.000
16 Ilyas Rp. 8.000.000 Rp.5.500.000 Rp.2.5000.000
17 Imsar Rp. 14.000.000 Rp. 6.500.000 Rp. 7.500.000
18 Irwan Rp. 6.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 2.000.000
19 Izal Rp. 13.500.000 Rp. 7.000.000 Rp. 6.500.00
20 Izul Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 4.000.000
21 Iwan Rp.12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000
22 Jalaluddin Rp. 16.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 4.000.000

63
23 Jalu Rp. 13.500.000 Rp. 7.500.000 Rp. 6.000.000
24 Jisupian Rp. 12.000.000 Rp. 7.500.000 Rp. 4.500.000
25 Joko Rp. 12.000.000 Rp. 6.500.000 Rp. 5.500.000
26 Junaidi Rp. 13.500.000 Rp. 8.000.000 Rp. 5.500.000
27 Kurnia Rp.12.000.000 Rp. 6.500.000 Rp. 5.500.000

28 Leman Rp. 10.500.000 Rp. 5.500.000 Rp. 5.000.000


29 Lukman Rp. 12.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 5.000.000
30 Mansyur Rp.12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 4.000.000
31 Mahyaruddin Rp. 12.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 4.000.000
32 Pudianto Rp. 8.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 3.000.000
33 Putra Rp. 9.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
34 Resa Handi Rp 15.000.0000 Rp. 7.000.000 Rp. 8.000.000
35 Salama Rp. 16.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 8.000.000
36 Sambari Damanik Rp. 12.000.000 Rp. 7.500.000 Rp. 4.500.000
37 Santo Rp. 9.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
38 Supra Rp. 8.000.000 Rp. 5. 000.000 Rp. 3.000.000
39 Supriadi Rp. 10.500.000 Rp. 5.500.000 Rp. 5.000.000
40 Syafar Rp. 9.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 3.500.000
41 Zul Rp. 9.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
42 Usman Rp. 9.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
43 Amas Tahar Rp. 13.500.000 Rp. 6.000.000 Rp. 7.500.000
44 Marwan Rp. 9.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 2.000.000
45 Dadang Rp. 12.000.000 Rp. 7.500.000 Rp. 4.500.000
46 Usman Zahron Rp. 15.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 7.000.000
47 Selamat Riadi Rp. 9.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 2.000.000
48 Edi Syahputra Rp. 9.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 2.000.000
49 Jaron Rp. 7.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000
50 Maramuda Hrp Rp. 9.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 1.000.000

64
51 Syamsuddi Rp. 9.000.000 Rp. 7.000.000 Rp. 2.000.000
52 Ladi Rp. 10.500.000 Rp. 8.000.000 Rp. 2.500.000
53 Kusuma Rp. 9.000.000 Rp. 7.000.00 Rp. 2.000.000
54 Wardana Rp. 6.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 1.500.000
55 Dian Rp. 7.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 1.500.000
56 Pandu Rp. 7.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000
57 Danul Rp. 6.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 1.500.000
58 Wira Rp. 10.500.000 Rp. 5.000.000 Rp. 5.500.000
59 Yusuf Rp. 8.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 2.500.000
60 Hadi Rp. 9.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 3.500.000
61 Alwan Rp. 7.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 1.500.000
62 Adi Rp. 8.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 2.000.000
63 Yanto Rp. 9.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 3.500.000
64 Yudi Rp. 10.500.000 Rp. 5.000.000 Rp. 5.500.000
65 Wicang Rp. 9.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 3.500.000
66 Zulfanda Rp. 9.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 3.500.000
67 Baron Rp. 9.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 4.000.000
68 Budianto Rp. 8.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 2.000.000
69 Asep Rp. 9.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 4.000.000
70 Rusdi Rp. 9.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 4.500.000
71 Rudi Rp. 7.000. 000 Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000
72 Rangga Rp. 9.000. 000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
73 Raka Rp. 7.000. 000 Rp.5.500.000 Rp. 1.500.000
74 Mahmud Rp. 7.000. 000 Rp.5.500.000 Rp. 1.500.000
75 Dedi Rp. 9.000. 000 Rp.5.500.000 Rp. 3.500.000
76 Jago Rp. 9.000. 000 Rp.5.500.000 Rp. 3.500.000
77 Dimas Rp. 9.000. 000 Rp.5.500.000 Rp. 3.500.000
78 Sugeng Rp. 8.000. 000 Rp. 6.000.000 Rp. 2.000.000
79 Marcon Rp. 10.500.000 Rp. 6.000.000 Rp. 4.500.000

65
80 Babah Rp. 9.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
81 Santo Rp. 12.000.000 Rp. 4.500.000 Rp. 7.500.000
82 Donok Rp. 8.000. 000 Rp. 5.000.000 Rp. 3.000.000
83 Gugun Rp. 8.000. 000 Rp. 5.000.000 Rp. 3.000.000
84 Acek Rp. 9.000. 000 Rp. 7.000.000 Rp. 2.000.000
85 Galih Rp. 9.000. 000 Rp. 5.500.000 Rp. 3.500.000
86 Hermawan Rp. 9.000. 000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
87 Gunawan Rp. 9.000. 000 Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
88 Toli Rp.10. 500.000 Rp. 7.000.000 Rp. 3.500.000
89 Refi Rp. 7.000.000 Rp. 5.500.000 Rp. 1.500.000
Data primer diolah

Dari tabel 4.4 bahwasannya mayoritas pendapatan bersih nelayan desa


paluh sibaji pada rentang pendapatan Rp. 1.000.000˗ Rp. 3.000.000 berjumlah 45
nelayan disusul pendapatan bersih dengan rentang pendapatan Rp. 4.000.000˗Rp.
6.000.000 berjumlah 31 nelayan disusul rentang pendapatan bersih dengan
rentang pendapatan Rp. 7.000.000˗10.000.000 berjumlah 12 nelayan dan
minioritas pendapatan bersih nelayan pada rentang Rp. 11.000.000˗13.000.000
berjumlah 1 nelayan.

2.Analisis Kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh Sibaji Dengan Metode


CIBEST

a. Analisis Kesejahteraan Material Nelayan

Untuk mengetahui apakah nelayan tersebut sejahtera secara material atau


tidak, maka peneliti membandingkan nilai Material Value (MV) dengan
pendapatan bersih yang diterima nelayan selama satu bulan. Untuk menghitung
nilai MV menggunakan rumus di bawah ini:

MV=∑𝑛𝑓=1 𝑃𝑖𝑀𝑖

Keterangan:

66
MV = Standar minimal material yang harus dipenuhi oleh rumah
tangga (Rp atau mata uang lain) atau bisa disebut Garis
Kemiskinan Material.

Pi = Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain).

Mi = Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan .

MV yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan garis


kemiskinan material Kabupaten/ kota per kapita yang dikeluarkan
oleh BPS yang kemudian dikonversi menjadi garis kemiskinan
rumah tangga per kapita per bulan. Rata˗rata besaran rumah tangga
diperoleh melalui perhitungan rasio total penduduk dengan jumlah
penduduk di lokasi penelitian. Garis kemiskinan di Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2020 sebesar Rp. 413.202 dan total jumlah
penduduk serta jumlah rumah tangga masing-masing sebesar
1.931.441 jiwa dan 530.846 rumah tangga.

1.931.441
Rata-rata besar ukuran rumah tangga = 3,63
530.846

MV = Rp.413.202 x 3,63
= Rp. 1.500.000 per rumah tangga per bulan

67
Tabel 4.5
Kesejahteraan Material Nelayan di Desa Paluh Sibaji

No Nama Nelayan Nilai MV Pendapatan Status


Bersih dalam
satu bulan
1 Al Azhari Rp. 1.500.000 Rp. 7.000.000 Kaya Material

2 Alus Rp. 1.500.000 Rp. 9.500.000 Kaya Material


3 Andi Rp. 1.500.000 Rp. 7.000.000 Kaya Material
4 Anga Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Kaya Material
5 Angga Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.000 Kaya Material
6 Arif Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
7 Arman Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
8 Bakar Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material

9 Benni Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material


10 Deddi Nst Rp. 1.500.000 Rp.10.500.000 Kaya Material
11. Deddi Syahputra Rp. 1.500.000 Rp.10.000.000 Kaya Material
12 Denni Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
13 Erwan Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Kaya Material
14 Idris Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
15 Ilo Rp. 1.500.000 Rp. 4.500.000 Kaya Material
16 Ilyas Rp. 1.500.000 Rp.2.5000.000 Kaya Material
17 Imsar Rp. 1.500.000 Rp. 7.500.000 Kaya Material
18 Irwan Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
19 Izal Rp. 1.500.000 Rp. 6.500.000 Kaya Material
20 Izul Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Kaya Material
21 Iwan Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
22 Jalaluddin Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Kaya Material
23 Jalu Rp. 1.500.000 Rp. 6.000.000 Kaya Material
24 Jisupian Rp. 1.500.000 Rp. 4.500.000 Kaya Material
25 Joko Rp. 1.500.000 Rp. 5.500.000 Kaya Material
26 Junaidi Rp. 1.500.000 Rp. 5.500.000 Kaya Material
27 Kurnia Rp. 1.500.000 Rp. 5.500.000 Kaya Material
28 Leman Rp. 1.500.000 Rp. 5.000.000 Kaya Material
29 Lukman Rp. 1.500.000 Rp. 5.000.000 Kaya Material
30 Mansyur Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Kaya Material
31 Mahyaruddin Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Kaya Material
32 Pudianto Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
33 Putra Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
34 Resa Handi Rp. 1.500.000 Rp. 8.000.000 Kaya Material
35 Salama Rp. 1.500.000 Rp. 8.000.000 Kaya Material

68
36 Sambari Damanik Rp. 1.500.000 Rp. 4.500.000 Kaya Material
37 Santo Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
38 Supra Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
39 Supriadi Rp. 1.500.000 Rp. 5.000.000 Kaya Material
40 Syafar Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
41 Zul Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
42 Usman Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
43 Amas Tahar Rp. 1.500.000 Rp. 7.500.000 Kaya Material
44 Marwan Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
45 Dadang Rp. 1.500.000 Rp. 4.500.000 Kaya Material
46 Usman Zahron Rp. 1.500.000 Rp. 7.000.000 Kaya Material
47 Selamat Riadi Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
48 Edi Syahputra Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
49 Jaron Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
50 Maramuda Hrp Rp. 1.500.000 Rp. 1.000.000 Miskin
Material
51 Syamsuddi Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
52 Ladi Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.000 Kaya Material
53 Kusuma Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
54 Wardana Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Miskin
Material
55 Dian Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Miskin
Material
56 Pandu Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
57 Danul Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Miskin
Material
58 Wira Rp. 1.500.000 Rp. 5.500.000 Kaya Material
59 Yusuf Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.000 Kaya Material
60 Hadi Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
61 Alwan Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Miskin
Material
62 Adi Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
63 Yanto Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
64 Yudi Rp. 1.500.000 Rp. 5.500.000 Kaya Material
65 Wicang Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
66 Zulfanda Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
67 Baron Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Kaya Material
68 Budianto Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
69 Asep Rp. 1.500.000 Rp. 4.000.000 Kaya Material
70 Rusdi Rp. 1.500.000 Rp. 4.500.000 Kaya Material
71 Rudi Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
72 Rangga Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
73 Raka Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Miskin

69
Material
74 Mahmud Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Miskin
Material
75 Dedi Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
76 Jago Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
77 Dimas Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
78 Sugeng Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
79 Marcon Rp. 1.500.000 Rp. 4.500.000 Kaya Material
80 Babah Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
81 Santo Rp. 1.500.000 Rp. 7.500.000 Kaya Material
82 Donok Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
83 Gugun Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
84 Acek Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000 Kaya Material
85 Galih Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
86 Hermawan Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
87 Gunawan Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 Kaya Material
88 Toli Rp. 1.500.000 Rp. 3.500.000 Kaya Material
89 Refi Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Miskin
Material
Kesimpulan:
Nelayan yang berstatus miskin secara material : 9 nelayan (10,1%)
Nelayan yang berstatus kaya secara material : 80 nelayan (89,9%)
Data primer diolah
Dari tabel 4.5 bahwasannya mayoritas nelayan Desa Paluh Sibaji berstatus
kaya secara material sebanyak 80 nelayan dengan persentase (89,9%) dan
minioritas nelayan Desa Paluh Sibaji berstatus miskin secara material sebanyak 9
nelayan dengan persentase (10,1%). Mayoritas nelayan di Desa Paluh Sibaji
berstatus kaya secara material karena tingkat produktivitas kerja mereka tinggi
didukung dengan peralatan tangkap yang memadai dan para nelayan terus
berinovasi dengan membuat alat sendiri sebagai pendeteksi dimana jumlah ikan
paling banyak. Selain itu ketika hasil tangkapan nelayan mereka tidak habis di
pasaran mereka menjualnya kepada pengusaha ikan asin dan belacan yang masih
berada di desa ini maupun di desa yang tetangga sehingga tidak ada hasil
tangkapan nelayan yang tidak laku terjual. Sifat gotong-royong dan saling
membantu masih sangat hangat terasa jika ada suatu nelayan tak dapat melaut
karena modal maka tokeh meminjamkan modal kepada nelayan dengan
kesepakatan hasil tangkapan di jual kepada tokeh dengan harga pasar berlaku pada

70
saat itu dan hasil dari penjualan ikan kepada tokeh dibayarkan untuk melunasi
utang modal kepada tokeh tanpa adanya bunga/tambahan. Adapun nelayan yang
berstatus miskin secara material dikarenakan mesin kapal mereka terlalu kecil
sehingga tidak dapat berlayar terlalu jauh yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan nelayan, semakin sedikit hasil tangkapan maka semakin sedikit pula
pendapatan yang diterima.

b. Analisis Kesejahteraan Spritual Nelayan


Untuk mengetahui apakah nelayan sejahtera spritual atau tidak, maka
peneliti memakai 5 variabel seperti solat, puasa, zakat dan infak, lingkungan
keluarga dan kebijakan pemerintah. Setiap variabel memiliki skor 1 jika skor yang
di dapat nelayan lebih dari 3 maka dikatakan nelayan sejahtera spritual jika
kurang dari 3 atau sama dengan 3 maka nelayan tidak sejahtera secara spritual.
Peneliti menghitung nilai Spritual Value (SV) memakai rumus di bawah ini:

Vp + Vf + Vz + Vh + Vg
Hi=
5

Keterangan:

Hi = Skor aktual snggota rumah tangga ke˗i

Vp = Skor Solat

Vf = Skor Puasa

Vz = Skor Zakat dan Infak

Vh = Skor lingkungan keluarga

Vg = Skor Kebijakan pemerintah

71
Tabel 4.6
Kesejahteraan Spritual Nelayan di Desa Paluh Sibaji

No Nama Nelayan Standar Nilai SV Status


Kemiskinan nelayan
Spritual (SV)
1 Al Azhari SV=3 3 Miskin Spritual

2 Alus SV=3 3 Miskin Spritual


3 Andi SV=3 3 Miskin Spritual
4 Anga SV=3 2 Miskin Spritual
5 Angga SV=3 5 Kaya Spritual
6 Arif SV=3 2 Miskin Spritual
7 Arman SV=3 3 Miskin Spritual
8 Bakar SV=3 4 Kaya Spritual

9 Benni SV=3 3 Miskin Spritual


10 Deddi Nst SV=3 4 Kaya Spritual
11. Deddi Syahputra SV=3 5 Kaya Spritual
12 Denni SV=3 3 Miskin Spritual
13 Erwan SV=3 5 Kaya Spritual
14 Idris SV=3 4 Kaya Spritual
15 Ilo˗ SV=3 2 Miskin Spritual
16 Ilyas SV=3 3 Miskin Spritual
17 Imsar SV=3 4 Kaya Spritual
18 Irwan SV=3 4 Kaya Spritual
19 Izal SV=3 4 Kaya Spritual
20 Izul SV=3 4 Kaya Spritual
21 Iwan SV=3 5 Kaya Spritual
22 Jalaluddin SV=3 4 Kaya Spritual
23 Jalu SV=3 5 Kaya Spritual
24 Jisupian SV=3 4 Kaya Spritual
25 Joko SV=3 4 Kaya Spritual
26 Junaidi SV=3 3 Miskin Spritual
27 Kurnia SV=3 4 Kaya Spritual
28 Leman SV=3 3 Miskin Spritual
29 Lukman SV=3 4 Kaya Spritual
30 Mansyur SV=3 4 Kaya Spritual
31 Mahyaruddin SV=3 5 Kaya Spritual
32 Pudianto SV=3 4 Kaya Spritual
33 Putra SV=3 5 Kaya Spritual

72
34 Resa Handi SV=3 5 Kaya Spritual
35 Salama SV=3 4 Kaya Spritual
36 Sambari Damanik SV=3 4 Kaya Spritual
37 Santo SV=3 2 Miskin Spritual
38 Supra SV=3 2 Miskin Spritual
39 Supriadi SV=3 3 Miskin Spritual
40 Syafar SV=3 4 Kaya Spritual
41 Zul SV=3 3 Miskin Spritual
42 Usman SV=3 3 Miskin Spritual
43 Amas Tahar SV=3 4 Kaya Spritual
44 Marwan SV=3 4 Kaya Spritual
45 Dadang SV=3 4 Kaya Spritual
46 Usman Zahron SV=3 3 Miskin Spritual
47 Selamat Riadi SV=3 4 Kaya Spritual
48 Edi Syahputra SV=3 4 Kaya Spritual
49 Jaron SV=3 3 Miskin Spritual
50 Maramuda Hrp SV=3 3 Miskin Spritual
51 Syamsuddi SV=3 4 Kaya Spritual
52 Ladi SV=3 3 Miskin Spritual
53 Kusuma SV=3 3 Miskin Spritual
54 Wardana SV=3 3 Miskin Spritual
55 Dian SV=3 4 Kaya Spritual
56 Pandu SV=3 2 Miskin Spritual
57 Danul SV=3 3 Miskin Spritual
58 Wira SV=3 3 Miskin Spritual
59 Yusuf SV=3 2 Miskin Spritual
60 Hadi SV=3 3 Miskin Spritual
61 Alwan SV=3 4 Kaya Spritual
62 Adi SV=3 2 Miskin Spritual
63 Yanto SV=3 4 Kaya Spritual
64 Yudi SV=3 2 Miskin Spritual
65 Wicang SV=3 3 Miskin Spritual
66 Zulfanda SV=3 5 Kaya Spritual
67 Baron SV=3 5 Kaya Spritual
68 Budianto SV=3 4 Kaya Spritual
69 Asep SV=3 4 Kaya Spritual
70 Rusdi SV=3 4 Kaya Spritual
71 Rudi SV=3 3 Miskin Spritual
72 Rangga SV=3 4 Kaya Spritual
73 Raka SV=3 4 Kaya Spritual
74 Mahmud SV=3 4 Kaya Spritual
75 Dedi SV=3 3 Miskin Spritual
76 Jago SV=3 4 Kaya Spritual

73
77 Dimas SV=3 3 Miskin Spritual
78 Sugeng SV=3 3 Miskin Spritual
79 Marcon SV=3 2 Miskin Spritual
80 Babah SV=3 2 Miskin Spritual
81 Santo SV=3 2 Miskin Spritual
82 Donok SV=3 4 Kaya Spritual
83 Gugun SV=3 5 Kaya Spritual
84 Acek SV=3 4 Kaya Spritual
85 Galih SV=3 4 Kaya Spritual
86 Hermawan SV=3 4 Kaya Spritual
87 Gunawan SV=3 5 Kaya Spritual
88 Toli SV=3 3 Miskin Spritual
89 Refi SV=3 3 Miskin Spritual
Kesimpulan:
Nelayan dengan status miskin secara sprtitual: 40 nelayan (45%)
Nelayan dengan status kaya secara sprtitual : 49 nelayan (55%)
Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.6 bahwasannya dari 89 sampel nelayan di desa Paluh
sibaji 40 nelayan (45%) nelayan di desa ini berstatus miskin secara spritual
dikarenakan hasil dari perhitungan nilai Spritual Value (SV) bernilai 1˗3. Pada
umumnya dari hasil kuesioner yang telah di sebar peneliti bahwasannya nelayan
di desa ini mengalami miskin spritual karena tidak melaksanakan solat wajib
secara rutin dan tidak melaksanakan puasa wajib secara rutin dikarenakan jika
mereka solat mereka masih dalam keadaan tidak suci karena bau amis ikan
adapun puasa wajib tidak dilakukan secara rutin dikarenakan kebanyakan dari
mereka tidak tahan apalagi saat cuaca sedang panas dan 49 (55%) berstatus kaya
secara spritual dikarenakan hasil dari perhitungan nilai Spritual Value (SV) lebih
besar dari 3.

Setelah melakukan perhitungan SV dan MV maka rumah tangga dapat


dikategorikan kedalam kuadran CIBEST sebagai berikut:

74
Gambar 4.2
Kuadran CIBEST
(+)
KUADRAN II KUADRAN I (SEJAHTERA)
(KEMISKINAN
MATERIAL) (46 RUMAH TANGGA)
Garis Kemiskinan Spritual

(4 RUMAH TANGGA)

KUADRAN IV KUADRAN III


(KEMISKINAN KEMISKINAN SPRITUAL
ABSOLUT)
(35 RUMAH TANGGA)
(4 RUMAH TANGGA)

(˗) (˗) (+)

Garis Kemiskinan Material

Dari gambar 4.2 bahwasannya jumlah rumah tangga nelayan di Desa Paluh
Sibaji bermayoritas kondisi rumah tangga yang sejahtera yang berada di Kuadran
I (Sejahtera) dimana tanda positif (+) berada di garis kemiskinan material dan
garis kemiskinan material sebanyak 46 Rumah tangga. Kuadran II (Kemiskinan
material) dimana tanda positif (+) pada kebutuhan spritual saja, dan tanda negatif
(˗) pada kebutuhan material sebanyak 4 Rumah tangga. Kuadran III (Kemiskinan
spritual) dimana tanda positif (+) berada di garis kemiskinan material dan tanda
negatif (-) berada di garis kemiskinan spritual sebanyak 35 Rumah tangga dan
Kuadran IV (Kemiskinan absolut) dimana tanda (-) berada di garis kemiskinan
material dan garis kemiskinan spritual sebanyak 4 Rumah tangga.

Tahap terakhir yaitu menghitung semua indeks CIBEST yang terdiri dari
indeks kesejahteraan (W), indeks kemiskinan material (Pm), indeks kemiskinan
spritual (Ps) dan indeks kemiskinan absolut (Pa). Adapun Kriteria penilaian
Indeks Kesejahteraan CIBEST.

75
Tabel 4.7
Indeks CIBEST Nelayan Desa Paluh Sibaji

Indeks Kemiskinan Nilai Indeks


Indeks Kesejahteraan 46
W=
(W) 89
W= 0,51
Indeks Kemiskinan 4
Pm =
material (Pm) 89
Pm= 0,04
Indeks Kemiskinan 35
Ps =
Spritual (Ps) 89
Ps = 0,39
Indeks Kemiskinan 4
Pa =
Absolut (Pa) 89
Pa = 0,04

Dari tabel 4.7 bahwasannya Indeks Kesejahteraan (W) nelayan di Desa


Paluh Sibaji sebesar 0,51% yang artinya kesejahteraan nelayan di desa ini secara
material dan spritual cukup baik, Indeks Kemiskinan material (Pm) nelayan di
Desa Paluh Sibaji sebesar 0,04% yang artinya tingkat kemiskinan secara material
nelayan di desa ini sangat kecil , Indeks Kemiskinan Spritual (Ps) nelayan di Desa
Paluh Sibaji sebesar 0,39% yang artinya tingkat kesejahteraan secara spritual
nelayan di desa ini kurang baik dan Indeks Kemiskinan Absolut (Pa) nelayan
Desa Paluh Sibaji sebesar 0,04% yang artinya nelayan yang miskin secara spritual
dan secara material di desa ini sangat kecil.

76
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti yang berjudul


“Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Paluh Sibaji Dengan
Metode CIBEST” dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:

3. Berdasarkan pendapatan bersih yang diterima nelayan di Desa Paluh


Sibaji selama sebulan bermayoritas berpendapatan dengan rentang
nominal Rp. 1.000.000˗Rp. 3.000.000 berjumlah 45 nelayan disusul
pendapatan bersih dengan rentang pendapatan Rp. 4.000.000˗Rp.
6.000.000 berjumlah 31 nelayan disusul rentang pendapatan bersih
dengan rentang pendapatan Rp. 7.000.000˗10.000.000 berjumlah 12
nelayan dan minioritas pendapatan bersih nelayan pada rentang Rp.
11.000.000˗13.000.000 berjumlah 1 nelayan.
4. Tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Paluh Sibaji dengan metode
CIBEST bermayoritas kaya secara material dan kaya spritual
dikarenakan nelayan di desa ini mau bekerja keras dan terus
berinovasi untuk meningkatkan hasil tangkapan mereka hal ini
dibuktikan mereka mapu membuat alat yang dapat mendeteksi
keberadaan ikan yang banyak. Selain itu secara spritual walaupun
nelayan termasuk pekerjaan yang berat akan tetapi mereka tetap
menjalankan tugasnya sebagai seorang Muslim dengan mengerjakan
ibadah wajib solat 5 waktu sehari semalam, puasa wajib ketika bulan
Ramadhan dan membayar zakat fitrah setahun sekali dan ibadah sunah
seperti sedekah.
5. Berdasarkan Kuadran CIBEST nelayan di Desa Paluh Sibaji
bermayoritas berada di kuadran I (sejahtera) sbanyak 46 rumah
tangga. Kuadran II (Kemiskinan material) sebanyak 4 Rumah tangga.

77
Kuadran III (Kemiskinan spritual) sebanyak 35 Rumah tangga dan
Kuadran IV (Kemiskinan absolut) sebanyak 4 Rumah tangga.
6. Berdsarkan Indeks Kesejahteraan (W) nelayan Desa Paluh Sibaji
sebesar 0,51% yang artinya indeks kesejahteraan cukup baik, Indeks
Kemiskinan material (Pm) nelayan Desa Paluh Sibaji sebesar 0,04%
yang artinya tidak baik, Indeks Kemiskinan Spritual (Ps) nelayan Desa
Paluh Sibaji sebesar 0,39% yang artinya kurang baik dan Indeks
Kemiskinan Absolut (Pa) nelayan Desa Paluh Sibaji sebesar 0,04%
yang artinya
B. Saran

Berdasarkan hasil peneltian diatas, peneliti memberikan saran yang


bertujuan untuk menjadi penambah informasi bagi pihak yang
berkepentingan yaitu:

1. Bagi Pemerintah
Untuk pemerintah nelayan di Desa Paluh Sibaji sangat mengharapkan
koperasi nelayan walapun nelayan di Desa ini bermayoritas kaya
secara mateial akan tetapi ada sebagaian nelayan yang berstatus
miskin secara mateial sehingga nelayan miskin tadi dapat terbantu
dengan adanya koperasi nelayan tersebut.
2. Bagi Nelayan
Untuk nelayan sebagai informasi mengenai kondisi kesejahteraan
mereka agar bagi nelayan yang miskin secara material dapat
miningkatkan kesejahteraan material dengan mengatur memperkecil
biaya produksi dan meningkatkan hasil tangkapan adapun bagi
nelayan yang miskin secara spritual dapat meningkatkan kualitas
ibadahnya karena kesejahteraan dalam Islam harus mencapai Falah
(Kesuksesan dunia dan akhirat) dan bagi nelayan yang sudah
sejahtera dapat mengatur keuangan mereka karena pada umumnya
sifat nelayan adalah boros sehingga nelayan bisa lebih banyak

78
menabung untuk kehidupan di masa depan sebagai antisipasi keadaan
ekonomi yang masih belum stabil diakibatkan pandemi Covid 19.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya agar memakai metode lain yang terbaru
untuk mengukur kesejahteraan nelayan.

79
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Beik, Syauqi Irfan. Ekonomi Pembangunan Syariah.
Beik, Syauqi Irfan, Laily Dwi Aryanti (ed.).(2019). Ekonomi
Pembangunan Syariah, Depok: Rajawali Pers.
Bi Rahmani, Nur Ahmadi.(2019). Metodologi Penelitian Ekonomi.
Medan: FEBI UINSU PRESS.
Bungin, Burhan.(2019). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi.
Jakarta: Kencana.
Darussalam, Syamsuddien Darsyaf Ibnu. (1994). Protoype Negeri yang
Damai. Surabaya: Media Idaman Press.
Fahmi, Abdurrahman. (2011). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Fahruddin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung:
Refika Aditama.
Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia.
Hermanita. (2013). Perekonomian Indonesia. Yogakarta: Idea Press.
Hikmat, Harry. (2012). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
Refika Aditama.
Imsar. (2018). Ekonomi Mikro Islam. Medan: FEBI UIN˗SU PRESS.
Kasiram, Moh. (2008). Metodologi Kualitatif˗Kuantitaif. Malang: UIN
Maliki Press.
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2013). Al˗Qur’an dan
Terjemahannya. Bandung: Nur Alim.
Kusnandi. (2002). Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan
Sumberdaya Perikanan. Yogyakarta: LkiS.
Lina, Asmara, Mimit Primyastanto (ed.). (2018). Ekonomi Produksi
Perikanan dan Kelautan Modern, Malang: UB Press.
Nasution, Edwin Mustafa. (2007). Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam.
Jakarta: Kencana Penada Media Group.

80
Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). (2009). Ekonomi
Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sofyandi, Herman.(2008). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Su’adah. (2005). Sosiologi Keluarga. Malang: UMM Press.
Suharsatputra, Uha. (2012). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan
Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.
Sukmayanti, Ratna (ed.) (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: PT
Galaxy Puspa Mega.
Tarigan, Azhari Akmal. (2016). Tafsir Ayat˗Ayat Ekonomi. Medan: Febi
UIN˗SU Press.

JURNAL DAN SKRIPSI


Anwar, Mohammad dan Nono Hartono. (2015). Analisis Zakat Produktif
Terhadap Indeks Kemiskinan, Nilai Material dan Spritual Para Mustahik dalam
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam.
Beik, Syauqi Irfan dan Laily Dwi Arsyianti.( 2015). Konstruksi Model
Cibest Terminal Sebagai Pengukuran Indikasi Kemiskinan Dan Kesejahteraan
Dari Islam Prespektif dalam Jurnal Al˗Iqtishad: Vol. Vii No.1.
Sutrisno, Endang. (2014).Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
Berbasis Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu Untuk Kesejahteraan
Nelayan dalam Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 14 No. 1.
Herawan, Nanda. (2013). Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan
Pengrajin Anyaman Bambu (Besek/Piti) Desa Kalimandi Kecamatan Purwareja
Klampok Kabupaten Banjarnegar. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Pendidikan.
Indara, R Sofyan. (2017). Faktor˗Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Nelayan Tangkap. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Negeri
Gorontalo.

81
Nanda, Herawan. (2013). Pengaruh Pendapatan Terhadap Kesejahteraan
Pengrajin Anyaman Bambu (Besek/ Piti) Desa Kalimandi Kecamatan Purwareja
Klampok Kabupaten Banjarnegara. Purworejo.
Okvinda, Rizki Fajrin. (2019). Analisis Tingkat Pendapatan Nelayan Di
Desa Banyusangka Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan. Tesis,
Program Sarjana S1 Universitas Muhammadiyah Malang.

WEBSITE
www.BPS Deli Serdang.go.id. Diunduh 23 Agustus 2021.
www.bappenas.go.id. Diunduh pada tanggal 28 Februari 2021.
www.Deli Serdang.go.id. Diunduh pada tanggal 01 Agustus 2021.

82
LAMPIRAN I

SURAT IZIN RISET

A. SURAT IZIN RISET DI BPS KAB. DELI SERDANG

83
B. SURAT IZIN RISET DI DINAS PERIKANAN KAB. DELI SERDANG

84
C. SURAT IZIN RISET DI KANTOR KEPALA DESA PALUH SIBAJI

85
LAMPIRAN II

DOKUMENTASI

Alat Tangkap Nelayan Desa Paluh Sibaji

Observasi ke lapangan

86
87
88
LAMPIRAN III

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner Penelitian

Identitas Nelayan

Nama :

Umur :

Berapa lama bekerja:

Jumlah tanggungan :

Pendidikan terakhir :

1. Berapa banyak hasil tangkapan nelayan selama sebulan?


a. 700 Kg d. 900kg
b. 600Kg e. 100kg
c. 800Kg
2. Berapa banyak biaya tetap produksi contohnya biaya kerusakan kapal dan
biaya renovasi kapal yang dikeluarkan nelayan selama sebulan?
a. Rp.1.000.000 d. Rp. 2.000.000
b. Rp.3.000.000 e. Rp. 2.500.000
c. Rp. 1.500.000
3. Berapa banyak biaya variabel produksi contohnya biaya solar, biaya
konsumsi selama di laut, biaya alat tangkap, biaya umpan, dan biaya
lainnya selama melaut dalam waktu sebulan?
a. Rp.3.000.000 d. Rp.4.500.000
b. Rp.4.000.000 e. Rp.5.000.000
c. Rp.3.500.000
4. Berapa rata˗rata harga jual ikan per kg?
a. Rp. 20.000 d. Rp.30.000
b. Rp. 25.000 e. Rp. 10.000
c. Rp. 15.000
5. Apa sajakah kendala yang dihadapin nelayan?
Jawab:
6. Apakah nelayan di desa ini sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan
keluarga baik kebutuhan pangan sandang dan papan?
Jawab:
7. Berapa banyak dalam sebulan nelayan melaut mencari ikan?
Jawab:

89
8. Apa yang dilakukan nelayan ketika tidak musim ikan?
Jawab:
9. Apakah setiap anak mendapatkan pendidikan selama 12 tahun seperti
aturan pemerintah?
Jawab:

Note: Untuk mengisi tabel di bawah klik tanda ceklis (v) jika responden
melakukan itu dan klik tanda silang (X) jika responden tidak melakukan
itu:

Tabel Skor Spritual

Variabel Skala Standar


Liket Kemiskin
1 2 3 4 5 an
Shalat Melarang Menolak Melaksanak Melaksana Melaksanakan
orang lain konsep an Shalat kan Shalat shalat wajib rutin
shalat Shalat wajib tidak wajib rutin berjamaah dan
rutin tapi tidak melaksanakan
berjamaah sholat sunah

Puasa Melarang Menolak Melaksanak Hanya Melaksanakan


orang lain konsep an puasa melaksana puasa wajib dan
berpuasa puasa wajib tidak kan puasa sunah
rutin wajib
secara
penuh

90
Zakat dan Melarang Menolak Tidak Membayar Membayar zakat
Infak orang lain zakat dan pernah zakat fitrah, zakat harta
berzakat infak berinfak fitrah dan dan infaq/
dan infak walaupun zakat harta sedekah
sekali
dalam
setahun

Lingkung Melarang Menolak Mengangap Mendukun Membangun


an anggota pelaksan ibadah g ibdah suasana keluarga
keluarga keluarga aan urusan anggota yang menukung
beribadah ibadah anggota keluarga ibadah secara
keluarga bersama˗sama

Kebijakan Melarang Menolak Mengangga Mendukun Menciptakan


pemerinta ibadah pelaksan p ibadah g ibadah lingkungan yang
h untuk aan urusan kondusif untuk
anggota ibadah pribadi beribadah
keluarga masyarakat

91

Anda mungkin juga menyukai