Anda di halaman 1dari 157

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK


DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO

OLEH :
ANGGA PRASETIYA YUDA
NIM : 201202005

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

i
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK


DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
ANGGA PRASETIYA YUDA
NIM : 201202005

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

ii
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK


DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO

Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing I

(Retno Widiarini, S.KM,M.Kes) (Dian Anisia W,


NIS. 20120082 S.Kep.,Ns.,M.Kep) NIS. 20130100

Mengetahui
Ketua Program Studi SI Ilmu Keperawatan

(Mega Arianti Putri,


S.Kep.,Ns.,M.Kep) NIS. 20130092

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (SKRIPSI) dan


dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar (S.Kep)
Pada Tanggal : ………………………

Dewan Penguji :

1. Ketua Dewan Penguji

Sesaria Betty M, S.Kep.,Ns., M.Kep :………………………….

2. Penguji 1

Dian Anisia W, S.Kep.,Ns., M.Kep :………………………….

3. Penguji 2

Retno Widiarini,S.KM,M.Kes :………………………….

Mengesahkan,

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Ketua

Zainal Abidin, SKM., M.Kes


NIS. 20160130

iv
ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku


Merokok Pada remaja putra

Oleh: Angga Prasetiya Yuda

Merokok pada remaja membahayakan bagi kesehatannya, bahaya


merokok bagi remaja pada kesehatan jasmani, karena rokok bersifat berbahaya
dan adiktif yang dapat menimbulkan ketergantungan. Rokok berbahan kimia
berbahaya salah satunya zat karsiogenik yang dapat menimbulkan kanker. Tujuan
penelitian untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya
Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra.
Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan populasi seluruh
remaja putra di SMP Negeri 1 Dolopo, Besar sampel dalam penelitian sebanyak
58 remaja. Sampling penelitian menggunakan Purposive Sampling. Teknis
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan Uji Chi
Square dengan Signifikasi 0,05.
Hasil penelitian variabel pengetahuan tentang rokok.diinterpretasikan
bahwa sebagian besar 37 responden (63,8%) berpengetahuan baik. Variabel sikap
tentang bahaya rokok didapatkan sebagian besar 35 responden (60,3%) bersikap
positif dan pada varibel perilaku didapatkan sebagian besar 43 responden (74,1%)
perilaku remaja tidak mengkonsumsi rokok
Hasil perhitungan uji Chi-Square disimpulkan ada hubungan
Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra dan ada hubungan
Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.
Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya tempat Penelitian memasang
poster tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan pada pihak guru sebaiknya
melakukan kegiatan rutin rahasia terhadap barang bawaan siswa serta membuat
aturan siswa dilarang keluar lingkungan sekolah sebelum jam pulang.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Rokok, Perilaku, Remaja Putra.

v
ABSTRACT

The Relationship Between Knowledge And Attitude About Cigarette Hazards


With Smoking Behavior Among Male Adolescence

By: Angga Prasetiya Yuda

Smoking in adolescents is harmful to their health, the danger of smoking


for adolescents was on their physical health, because it is dangerous and
addictive which can cause dependences. Cigarettes are made from dangerous
chemicals, one of which is carogenic substances that cause cancer. The purpose
of this research was determine relationship between knowledge and attitudes
about cigarette hazards with smoking behavior among male adolescence.
The design of this study was cross-sectional, with all of male adolescence
at Junior High School 1 Dolopo as the population. The sample size was 58
adolescents. This study was using purposive sampling technique. Data collected
by questionnaires and analyzed by Chi Square Test with 0.05 significance.
The results of this research was the knowledge of cigarettes were most of
the respondents, 37 respondents (63.8%) were well-informed. The Attitude about
the dangers of cigarettes were most of the respondents, 35 respondents (60.3%)
has positive attitude while behavioral variables obtained most of the respondents,
43 respondents (74.1%) did not consume cigarettes
The results of Chi-Square test concluded that there was relationship
between Knowledge with Smoking Behavior among male adolescence and there
was relationship between Attitudes About the Dangers of Cigarettes and Smoking
Behavior among male adolescence at Junior High School 1 Dolopo in 2018
Based on the results of this study, there should be a place at school to put
up posters about the dangers of smoking for health and for teachers, there should
be routine inspection to students' belonging and make rules that students
prohibited to leaving school before its time to going home.

Keywords: Knowledge, Attitude, Cigarette, Behavior, Adolescence.

vi
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : Angga Prasetya Yuda


NIM 201202005

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini hasil dari pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
(ahli madya/ sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum
atau tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Madiun, November 2018

Angga Prasetiya Yuda


NIM. 201202005

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Angga Prasetya Yuda

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 18 April 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cokroaminito Rt :20/ 07 Mlilir, Dolopo,

Madiun

No. Hp : +6285708571411

Email : angga.yuda765@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1999-2005 : MI KRESNA MLILIR

2005-2008 : SMP NEGERI 1 DOLOPO

2008-2011 : SMA NEGERI 1 DOLOPO

2012-Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Riwayat Pekerjaan :-

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Hubungan perilaku ibu dalam PHBS (mencuci tangan

dengan air dan sabun) dengan kejadian diare pada balita usia 1-5 Tahun di

Puskesmas Mlilir, Kabupaten Madiun”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.

Peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penyusunan Skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa

adanaya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,

arahan, dan motivasi kepada peneliti. Untuk itu, dalam kesempatan ini peneliti

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Arif Wardoyo,MM selaku Kepala sekolah SMP Negeri 1 Dolopo yang

telah memberikan ijin untuk terlaksananya pengumpulan data hingga selesai.

2. Zaenal Abidin.,SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun yang telah memberikan ijin, kesempatan dan pengarahan kepada

peneliti, sehingga proposal ini terselesaikan.

3. Mega Arianti Putri.,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ka Prodi SI Keperawatan

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

4. Dian Anisia W, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu, pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi,

ix
saran dengan kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

5. Retno Widiarini, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, dorongan, motivasi, dan saran dengan sabar, tulus dan iklas kepada

peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.

6. Orang Tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan

semangat serta doa yang tulus untuk saya menyelesaikan Skripsi ini.

7. Teman-teman program studi ilmu keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun angkatan 2012 atas kerja sama dan motivasinya.

8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkankan satu persatu atas bantuan

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

9. Semua siswa yang bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan

yang telah mereka berikan selama ini pada peneliti.

Peneliti menyadari dalam menyelesaikan Skripsi skripsi ini msih jauh dari

kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhirnya peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan kita semua.

Madiun, November 2018

Peneliti

ANGGA PRASETIYA YUDA


NIM : 201202005

x
DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................. i


Sampul Dalam.................................................................................................. ii
Lembar Persetujuan................................................................................................iii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv
Abstrak ............................................................................................................. v
Abstrack............................................................................................................ vi
Halaman Pernyataan..............................................................................................vii
Daftar Riwayat Hidup...........................................................................................viii
Daftar Isi........................................................................................................... xi
Daftar Tabel..........................................................................................................xiv
Daftar Gambar........................................................................................................xv
Daftar Lampiran....................................................................................................xvi
Daftar Istilah..................................................................................................... xi
Daftar Singkatan....................................................................................................xii
Kata Pengantar......................................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
1.5 Keaslian Penelitian ....................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan......................................................... 9
2.1.1 Pengertian........................................................................... 9
2.1.2 Tingkat Pengetahuan.......................................................... 9
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan....................11
2.1.4 Kriteria Pengetahuan................................................................13
2.2 Remaja...............................................................................................14
2.2.1 Pengertian Remaja...................................................................14
2.2.2 Ciri-ciri Remaja........................................................................15

2.2.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja........................................16

xi
2.2.4 Masalah-masalah yang terjadi pada remaja.............................18
2.3 Konsep Sikap....................................................................................20
2.3.1 Pengertian Sikap.......................................................................20
2.3.2 Struktur Sikap...........................................................................21
2.3.3 Tingkatan Sikap.......................................................................21
2.3.4 Sifat Sikap................................................................................22
2.3.5 Ciri-ciri Sikap...........................................................................23
2.3.6 Cara Pengukuran Sikap............................................................23
2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap................................24
2.4 Konsep perilaku................................................................................27
2.4.1 Pengertian Perilaku..................................................................27
2.4.2 Prosedur Pembentukan Perilaku..............................................29
2.4.3 Bentuk Perilaku........................................................................30
2.4.4 Perilaku Kesehatan...................................................................30
2.4.5 Model Atau Teori Perilaku.......................................................33
2.4.6 Bentuk-Bentuk Perilaku...........................................................36
2.4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku..........................36
2.4.8 Domain Perilaku.......................................................................36
2.5 Perilaku Merokok Pada Remaja........................................................41
2.5.1 Pengertian Perilaku merokok...................................................41
2.5.2 Aspek-aspek Perilaku Merokok...............................................43
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok............45
2.5.4 Komposisi Rokok.....................................................................45
2.5.5 Racun pada Rokok...................................................................47
2.5.6 Dampak Rokok Pada Remaja...................................................49
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL dan HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual.........................................................................36
3.2 Hipotesa Penelitian............................................................................38
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian................................................................................54
4.2 Populasi dan Sampel..........................................................................54

xi
i
4.2.1 Populasi....................................................................................54
4.2.2 Sampel......................................................................................55
4.3 Teknik Sampling................................................................................56
4.4 Kerangka Kerja Penelitian.................................................................57
4.5 Variabel Penelitian.............................................................................58
4.6 Definisi Operasional Variabel............................................................58
4.7 Instrumen Penelitian..........................................................................60
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................61
4.8.1 Waktu.......................................................................................61
4.8.2 Tempat penelitian.....................................................................61
4.9 Prosedur Pengumpulan Data..............................................................61
4.10 Teknik Analisis Data........................................................................62
4.10.1 Data Umum (data demografi)................................................62
4.10.2 Data Khusus...........................................................................63
4.11 Etika Penelitian.................................................................................66
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian..............................................................68
5.2 Keterbatasan Penelitian......................................................................69
5.3 Hasil Penelitian...................................................................................69
5.3.1 Data Umum................................................................................70
5.3.2 Data Khusus...............................................................................72
5.4 Pembahasan........................................................................................75
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.........................................................................................93
5. 2 Saran..................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................95
LAMPIRAN..........................................................................................................98

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang


Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.....................................................57

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Usia (Tahun) Di


SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.....................................................70

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mendapatkan


informasi tentang rokok Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.........70

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi orang tua responden berdasarkan Sumber


informasi tentang rokok Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.........71

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah rokok yang


dikonsumsi Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.............................71

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perokok dalam


keluarga Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018..................................72

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang rokok pada Remaja


Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.......................................72

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja
Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.......................................73

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di


SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.....................................................73

Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja


Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.......................................74

Tabel 5.10 Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku


Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018......................................................................................................75

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian..............................................................51

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pengetahuan Dan Sikap


Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.......................57

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden.........................................98

Lampiran 2 Lembar Persetujuan menjadi responden (Inform Consent)................99

Lampiran 3 Kisi-kisi kuesioner............................................................................100

Lampiran 4 Lembar Kuisioner.............................................................................102

Lampiran 5 Demografi.........................................................................................105

Lampiran 6 Pengetahuan Remaja........................................................................107

Lampiran 7 Sikap Remaja....................................................................................110

Lampiran 8 Perilaku Remaja...............................................................................114

Lampiran 9 Tabulasi Silang Pengetahuan............................................................116

Lampiran 10 Tabulasi Silang Sikap.....................................................................117

Lampiran 11 Tabulasi Silang Perilaku.................................................................118

Lampiran 12 Chi Square pengetahuan dengan perilaku......................................119

Lampiran 13 Chi Square sikap dengan perilaku..................................................121

Lampiran 14 Validitas Pengetahuan....................................................................123

Lampiran 15 Reliabilitas Pengetahuan................................................................127

Lampiran 16 Validitas Sikap...............................................................................129

Lampiran 17 Reliabilitas Sikap............................................................................131

Lampiran 18 Tabel r.............................................................................................133

Lampiran 19 Surat Ijin Penelitian........................................................................135

Lampiran 20 Konsultasi.......................................................................................139

xvi
DAFTAR ISTILAH

Anxiety : Kecemasan

Menorrhagia : Pendarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal

xvii
DAFTAR SINGKATAN

PMS : Premenstrual Syndrome


NSAIDS : Non- Steroid atau Nonsteroidal Anti-Inflamasi

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sudah lazim ditemui

dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat

memberikan kenikmatan bagi orang yang merokok, namun dilain pihak

dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi orang yang merokok itu sendiri

maupun orang-orang di sekitarnya (Soetjiningsih, 2013). Merokok bagi

remaja berbahaya bagi kesehatannya, bahaya merokok bagi remaja dalam

hal kesehatan jasmani, kondisi ini disebabkan rokok merupakan produk

yang berbahaya dan adiktif yang dapat menimbulkan ketergantungan, karena

di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya

merupakan zat karsiogenik (dapat menimbulkan kanker).

Berdasarkan catatan World Health Organization, pada tahun 2014

Indonesia menduduki peringkat ke-3 konsumen rokok setelah China, dan

India. Temuan survey WHO menyatakan jumlah perokok di Indonesia sudah

pada taraf mengkhawatirkan, lebih dari setengah populasi merupakan

perokok aktif, terdapat 63,5% perokok laki-laki, dan 4,5% perokok

perempuan (Rosaria, 2014). Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) pada 2013 diketahui prevalensi perokok di Indonesia

67,4% laki-laki di Indonesia merokok, sedangkan jumlah perokok

perempuan sebanyak 4,2%. Perokok aktif dikalangan remaja usia 13 hingga

1
2

15 tahun adalah perokok aktif remaja laki-laki sebanyak 20,3% (Depkes RI,

2013).

Berdasarkan Data dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

(IAKMI) Pengurus Daerah (Pengda) Jatim tahun 2016 menyebutkan, jumlah

perokok anak-anak dan remaja di Jatim mencapai sekitar 2.839.115 jiwa.

Jumlah ini terdiri dari perokok di bawah usia 10 tahun sekitar 11,5 persen

dari total penduduk Jatim di usia itu atau sama dengan 687.755 anak.

Sedang jumlah perokok usia 10-14 tahun sekitar 23,9 persen atau 728.108

anak. Angka yang sangat fantastis terjadi pada anak-anak usia 15-19 tahun

yang mencapai 46 persen atau 1.423.252 dari total penduduk Jatim di usia

itu yang pada 2015 sebanyak 3.094.028 jiwa (Jati Permana, 2016).

. Hasil survey di SMP Negeri 1 Dolopo dengan pertanyaan 1)apakah

anda pernah merokok?ya/tidak,2) apakah anda tahu rokok itu apa? Ya/tidak,

3)apakah anda tahu bahaya rokok?ya/tidak. Dari 12 remaja terdapat 50%

menjawab sudah pernah merokok. Hal ini dikarenakan lingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat bahkan dari teman yang mendukung pada

pembentukan perilaku merokok.

Perilaku merokok pada remaja merupakan perilaku simbolisasi untuk

menunjukan kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap

lawan jenis. Selain itu, perilaku merokok juga bertujuan untuk mencari

kenyamanan karena dengan merokok dapat mengurangi ketegangan,

memudahkan konsentrasi (Kartini, 2012). Perilaku merokok ini merupakan

perilaku yang dipelajari dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya dan

perilaku permisif orang tua, perilaku ini didorong oleh nilai-nilai dalam diri
3

remaja. Karena kurangnya pengetahuan tentang rokok banyak remaja yang

tidak memperdulikan bahaya dari rokok.

Berikut beberapa masalah yang dapat timbul akibat bahaya rokok :

1) perokok mempunyai fungsi paru-paru yang lebih rendah dibandingkan

dengan mereka yang bukan perokok dan merokok mengurangi pertumbuhan

paru-paru, 2) penyakit yang disebabkan oleh rokok adalah penyakit jantung

& stroke, 3) dapat menurunkan performa & daya tahan tubuh para remaja,

bahkan pada remaja yang aktif berolahraga. Secara rata-rata, orang yang

merokok 1 bungkus atau lebih setiap harinya berkurang hidupnya selama 7

tahun dibandingkan orang yang tidak merokok. Merokok sejak usia dini

akan meningkatkan resiko untuk terkena kanker paru-paru. Untuk penyakit

lain karena rokok maka resikonya juga akan semakin meningkat apabila

terus merokok. Remaja yang menggunakan rokok mempunyai kemungkinan

3x lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak merokok untuk

menggunakan alkohol, 8x lebih banyak untuk menghisap ganja serta 22x

lebih banyak untuk menggunakan kokain. Merokok juga sering dihubungkan

dengan terjadinya kelakukan beresiko lain seperti berkelahi ataupun

melakukan hubungan seksual secara dini. Bahaya merokok pada remaja

dengan kata lain memberi efek buruk lebih dini.

Berdasarkan data dari WHO menyebutkan 1 dari 10 kematian pada

orang dewasa disebabkan karena kebiasaan merokok, dimana rokok

membunuh hampir lima juta orang tiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut,

maka bisa dipastikan 10 juta orang akan meninggal karena rokok


4

pertahunnya pada 2020, terutama pada negara berkembang seperti

Indonesia.

Masalah kebiasaan merokok yang dihadapi remaja antara lain adalah

tingginya kebiasaan merokok pada remaja, hal ini dibuktikan dengan

berkembangnya perokok pemula dikalangan SMA, SMP bahkan SD

(Depkes, 2012). Rata- rata dari mereka belum begitu mengerti tentang apa

itu rokok, zat apa saja yang terkandung didalamnya, dan bahaya dari rokok

tersebut. Mereka hanya meniru dari kebiasaan orang tua mereka yang setiap

hari merokok didepan mereka, dari lingkungan yang rata rata adalah

perokok bahkan dari teman sekolah mereka. Remaja berperilaku merokok

dikarenakan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang

mendukung pada pembentukan perilaku merokok. Disini dapat dijadikan

masalah penelitian yaitu masalah ” Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya

Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1

Dolopo “

Sudah banyak media dan artikel ilmiah yang memberikan informasi

mengenai bahaya rokok bagi perokok dan lingkungan sekitarnya. Perilaku

merokok bisa terjadi dan ditemukan diberbagai tempat, bhakan di

lingkungan akademis (Anggarawati, 2013). Meskipun informasi dan

pengetahuan tentang bahaya merokok dan akibat negatif merokok bagi

perokok maupun bagi lingkungan sekitarnya banyak dikumandangkan,

namun tingkah laku merokok ini tetap saja dilakukan. Hal tersebut

merupakan suatu realitas yang ada di masyarakat (Christanto, 2004)


5

Upaya-upaya yang bisa dilakukan petugas kesehatan sendiri adalah

dengan mengadakan penyuluhan kesehatan di sekolah- sekolah mulai dari

smp, sma dan mungkin bahkan ke perguruan tinggi. Dan tidak lupa kepada

para orang tua harus ikut serta dalam mengontrol tingkah laku anak tersebut,

seperti tidak merokok didepan anak mereka. Serta mengontrol pergaulan

mereka. Dan para guru pun juga harus ikut serta karena dilapangan banyak

para guru yang merokok tidak pada tempatnya bahkan ada juga yang saat

mengajar mereka malah merokok didepan kelas.

Dengan demikian upaya untuk menghentikan atau mengurangi

perokok diusia remaja tidak bisa hanya dibebankan pada satu pihak semua

harus bekerja sama saling berkolaborasi mencegah perokok diusia muda

tersebut dan memberikan pendidikan kesehatan dan pengetahuan serta

dampak rokok tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok

Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo

Tahun 2018”
6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang

Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP

Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan khusus

1 Mengidentifikasi Pengetahuan tentang rokok pada Remaja Putra Di

SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

2 Mengidentifikasi Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Putra Di

SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

3 Mengidentifikasi Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP

Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

4 Menganalisis Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018

5 Menganalisis Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan

Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun

2018

1.4 Manfaat Penelitian

1 Bagi IPTEK

Penelitian ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar

untuk lebih memantapkan dalam pemberian informasi tentang Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra.


7

2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau tambahan

materi serta sumber referensi dalam pembelajaran mata Kuliah

Keperawatan Komunitas dan pernafasan

3. Bagi instansi pendidikan

Institusi pendidikan dapat memperoleh masukan sebagai bahan

pertimbangan dalam penegasan kebijakan dan peraturan larangan merokok

di area sekolah.

4. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah di pelajari

selama menjalani pendidikan Keperawatan di Institusi Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun dan menambah wawasan, pengetahuan, dan

keterampilan peneliti.

5. Bagi Peneliti lebih lanjut

Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan masukan dan dokumen

ilmiah yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu serta dapat

digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya terutama

untuk penelitian serupa di daerah lain.

1.5 Keaslian penelitian

1 Amalia rosalia dewi (2014), meniti tentang Hubungan Pengetahuan dan

motivasi dengan Perilaku Merokok pada Remaja Usia 12-15 Tahun di

Desa Ngumpul Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang. Variabel

independen pada penelitian ini pengetahuan rokok sedangkan variabel

dependennya adalah motivasi dan perilaku merokok. Jumlah responden


8

pada penelitian ini adalah 163 remaja dengan menggunakan teknik

proporsional area random sampling. desain penelitian menggunakan cross

sectional instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

Perbedaan dengan penelitian diatas adalah terletak pada judul penelitian,

tempat penelitian, dan jumlah responden. Judul penelitian ini adalah

hubungan pengetahuan rokok dengan perilaku merokok pada remaja siswa

kelas VIII di SMPN 1 DOLOPO populasi pada penelitian ini adalah

seluruh siswa laki- laki kelas VII dan VIII dengan teknik pengumpulan

sampel menggunakan total sampling


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2012).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan (Notoatmodjo, 2012).

1. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang

dipelajari / rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

9
10

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemauan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

secara benar. Orang yang lebih paham terhadap obyek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan , menyimpulkan,

dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumusan,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan tatanan kerja. Dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan.

5. Sintesis (syintesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari informasi-informasi yang ada. Misalnya,

menyusun, rumusan yang telah ada.


11

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penelitian-penelitian

itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Faktor internal meliputi :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan mengetahui pengetahuan yang mereka peroleh, pada

umumnya semakin tinggi pendidikan semakin baik pula

pengetahuanya (Hendra, 2008).

b. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

tentang sesuatu yang berifat nonforal (Notoatmodjo, 2007).

c. Usia

Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses

perkembangan mental tidak seperti ketika berumur belasan tahun (Sari,

2008).

d. Informasi

Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika dia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misal seperti


12

TV, radio atau surat kabar atau hal itu akan dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).

2. Faktor eksternal meliputi :

a. Sarana informal (media massa dan elektronik)

Semakin banyak panca indra yang digunakan untuk menerima sesuatu

maka akan semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian dan

pengetahuan yang diperoleh.

b. Pendidikan formal dan informal

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju arah suatu cita-cita tertentu.

Seseorang dengan pendidikan tinggi akan mampu mengatasi,

menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang

yang berpendidikan rendah. Dalam Notoadmodjo (2007) semakin

terdidik seseorang semakin baik pula pengetahuan.

c. Sosial, ekonomi, dan budaya

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,

sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik

tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan

tinggi juga. Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai

atau tidak dengan yang ada dan agama yang dianut (Notoadmodjo,

2007).
13

d. Pergaulan atau lingkungan

Pergaulan adalah kehidupan bermasyarakat. Lingkungan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang

buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan

seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada

cara berfikir seseorang (Sari,2008).

e. Latar belakang pendidikan keluarga

Semakin tinggi pendidikan keluarga semakin mudah menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiiki.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam

pemenuhan gizi (Soetjiningsih, 2004).

2.1.4 Kriteria Pengetahuan

Menurut Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan

harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan

pengetahuan. Arikunto (2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat

kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang

didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%

2. Tingkat Pengetahuan kategori buruk baik jika nilainya ≤ 50%.


14

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescenen yang berarti

grow (tumbuh) atau to grow maturity. Menurut Papalia dan Olds masa

remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun dan berakhir

pada akhir belasan tahun atau awal dua puluhan. Kartini Kartono, masa

remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak

lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan

dalam tingkatan yang sama. Pada periode ini terjadi perubahan-

perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi

rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual.

Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi

kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak merasa bahwa

dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa

sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini

mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek

intelektual (Ali.2006). Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja

ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya

kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang

paling menonjol dari semua periode perkembangan.


15

Menurut Hurlock (2011) secara psikologis masa remaja adalah usia

dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang dewasa melainkan

berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek efektif,

kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan

intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berfikir

remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan social

orang dewasa.

Monks membagi batasan masa remaja adalah antara 12-21 tahun

dengan rincian remaja awal 12-15, remaja pertengahan 15-18, dan remaja

akhir18-21 tahun. Sedangkan Hurlock memberikan batasan tersendiri

tentang masa remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal 13-16 dan

remaja akhir 17-18 tahun.

2.2.2 Ciri-ciri Remaja


Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi diantaranya:

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja

awal yang dikenal sebagai masa strom dan stress.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan

kematangan seksual.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan

dengan orang lain.

4. Perubahan nilai dimana apa yang dianggap mereka penting pada masa
16

kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi

perubahan yang terjadi.

6. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

7. Masa remaja sebagai usia bermasalah

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa (Hurlock.2011).

Seseorang dikatakan sudah memasuki masa remaja dimana ia akan

menunjukkan ciri-ciri perubahan dalam dirinya baik dari segi fisik

maupun psikologis. Seorang anak dikatan remaja dimana ia sudah

memasuki usia 12 hingga 21 tahun. Pada usia ini remaja akan mengalami

perubahan fisik yang juga akan disertai dengan kematangan seksualnya.

Selain itu perubahan yang menarik dalam dirinya akan ia tunjukkan

kepada orang lain serta ketertarikannya dengan orang lain.

2.2.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar

dalam sikap dan pola perilaku anak. Menurut Havighust (dalam Hurlock,

2011), dia mengatakan bahwa tugas perkembagan adalah tugas yang

muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan

individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa

keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Berikut tugas-tugas perkembangan masa remaja:

1. Berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah

independen.

2. Minat seksualitas
17

3. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

6. Memperkuat self control.

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (2011)

adalah berusaha:

1. Mampu menerima keadaan fisiknya

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

4. Mencapai kemandirian emosional

5. Mencapai kemandirian ekonomi

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

7. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang

tua

8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.
18

Tugas perkembangan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan

seseorang itu melawati masa yang sedang dialaminya. Apabila tugas

perkembangan ini berhasil dilaluinya, maka akan membawa keberhasilan

untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini beberapa tugas

perkembangan remaja harus dilalui dan dilaksanakan oleh seorang

remaja. Diantaranya mampu menerima keadaan fisiknya, mampu

membina hubungan baik dengan anggota kelompok baik yang sejenis

maupun yang berlawanan jenis, mampu mencapai kemandirian

emosional, mampu memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang

dewasa dan orang tua.

2.2.4 Masalah-masalah yang terjadi pada remaja

Banyak sekali masalah-masalah yang akan dihadapi seseorang pada

sat usia remaja. Seorang remaja bisa saja mengalami masalah yang sangat

berat dan memerlukan waktu lama untuk menyelesaikannya (Santrock.

2007). Misalnya saja pada saat ia berusia 13 tahun ia mulai menunjukkan

perilaku mengganggu orang lain, pada usisa 14 tahun ia sudah melakukan

kenakalan-kenakalan yang nyata, dan pada usia 16 tahun masalahnya

akan bertambah parah, karena ia semakin sering melakukan kenakalan.

Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada

orang lain, maka remaja akan melakukan apa saja agar dirinya diakui

walaupun apa yang ia lakukan sebenarnya salah. Berikut adalah masalah-

masalah yang sering terjadi pada remaja (Santrock.2007):

1. Penggunaan obat terlarang, alcohol, dan merokok

Para remaja tertarik menggunakan obat-obatan karena mereka yakin


19

bahwa obat-obatan dapat membantu mereka beradaptasi terhadap

lingkungan yang selalu berubah. Mereka menganggap dengan

merokok, minum-minuman jeras dapat mengurangi stress, tidak bosan,

dan dalam beberpa situasi dapat membantu remaja untuk melarikan

diri dari kenyataan dunia. Remaja dapat merasakan perasaan tenang,

gembira, rileks pada saat memakai obat. Namun penggunaan obat

untuk memperoleh kepuasan pribadi dan kemampuan beradaptasi yang

sementara dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan.

Dengan demikian, remaja yang menganggap penggunaan obat itu

adalah perilaku adaptif malah sebenarnya adalah perilaku maladaptive,

karena dapat menimbulkan masalah kesehatan dalam waktu jangka

panjang,

2. Kenakalan remaja

Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku, mulai perilaku

yang dapat diterima secara social, pelanggaran, hingga tindakan

criminal. Kenakalan ini biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang

gagal dalam menjalani tugas perkembangannya, baik pada saat remaja

maupun masa kanak-kanak. Kenakalan remaja merupakan bentuk dari

konflik-konflik yang tidak terseesaikan dengan baik pada tahap

perkembangannya.

3. Gangguan depresif dan bunuh diri

Dimasa remaja, gejala-gejala depresif dapat dilihat dalam berbagai

cara, seperti kecenderungan untuk mengenakan pakaian hitam,

menulis kata-kata yang mengerikan, atau senang mendengarkan lagu-


20

lagu yang bertema sedih. Gangguan tidur juga dapat muncul seperti

sulit bangun di pagi hari maupun sulit tidur saat malam hari. Dengan

timbulnya perasaan depresi akan membuat remaja menjadi bosan dan

enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga muncul ide-ide untuk

bunuh diri dan usaha bunuh diri dimasa remaja.

Masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada orang lain,

dimana remaja akan melakukan apa saja agar dirinya diakui walaupun

apa yang ia lakukan sebenarnya salah. Sehingga membuat persepsi orang

lain bahwa remaja ini bermasalah. Adapun permasalah yang sering

dihadapi pada masa remaja ini adalah penggunaan obat terlarang, alcohol,

merokok, kenakalan remaja, dan gangguan depresif atau bunuh diri.

2.3 Konsep Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Menurut Azwar (2009) menggolongkan definisi sikap ke dalam tiga

kerangka pemikiran. Pertama, sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau

evaluasi perasaan. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek

tertentu adalah memihak maupun tidak memihak. Kedua, sikap merupakan

kesiapan bereaksi terhadap obyek tertentu, Ketiga, sikap merupakan

konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi

satu sama lain

Menurut Sarwono (2009) Sikap merupakan reaksi evaluatif yang

disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan

kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang. Menurut

Widayatun,T.R (2009) Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan
21

yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau

terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang

berkaitan dengannya.

2.3.2 Struktur Sikap

Menurut Azwar.S (2009) Struktur sikap dibagi menjadi 3

komponen yang saling menunjang yaitu:

1. Komponen kognitif berisi kepercaayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Seperti dalam keyakinan

ibu bahwa dengan adanya pengambilan sikap yang tepat dapat mengatasi

gumoh pada bayi.

2. Kompenen affektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan

dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Ibu merasa bertanggung

jawab terhadap keadaan bayinya.

3. Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya

2.3.3 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).


22

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain tetangga, saudaranya, dsb)

untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi

adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang paling

tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko.

2.3.4 Sifat Sikap

Menurut Azwar.S (2009) sikap dapat pula bersifat positif dan

dapat pula bersifat negatif yaitu:

1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.


23

2.3.5 Ciri-ciri Sikap

Menurut Azwar.S (2009) Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.

Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu

pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang

itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu

yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, Sifat iniah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki orang.

2.3.6 Cara Pengukuran Sikap

Menurut Azwar (2010) pengukuran sikap dapat dilakukan dengan

menggunakan Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:

1. Pernyataan Positif

a. Sangat Setuju : SS Nilai 5


24

b. Setuju : S Nilai 4

c. Netral : N Nilai 3

d. Tidak Setuju :TS Nilai 2

e. Sangat Tidak Setuju :STS. Nilai 1

2. Pernyataan
Negatif

a. Sangat Setuju : SS Nilai 1

b. Setuju : S Nilai 2

c. Netral : N Nilai 3

d. Tidak Setuju :TS Nilai 4

e. Sangat Tidak Setuju :STS. Nilai 5

Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah

membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana

responden tersebut termasuk. Perbandingan relatif ini menghasilkan

interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorabel

dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Perbandingan tersebut harus

dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok, artinya mengubah skor

individual menjadi skor standar.

2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2009) ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:

1. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya

dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau

ditolak.
25

a. Faktor–faktor Genetik dan Fisiologis

Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui

kondisi–kondisi fisiologis. Misalnya waktu masih muda, individu

mempunyai sikap negatif terhadap obat-obatan, tetapi ia menjadi biasa

setelah menderita sakit sehingga secara rutin harus mengkonsumsi

obat–obatan tertentu.

b. Pengalaman pribadi

Pengalaman personal yang langsung dialami memberikan pengaruh

yang lebih kuat daripada pengalaman yang tidak langsung. Sikap

mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional yang ada di dalam

diri individu itu sendiri. Ada dua aspek yang secara khusus memberi

sumbangan dalam membentuk sikap. Pertama adalah peristiwa yang

memberikan kesan kuat pada individu (salient incident), yaitu

peristiwa traumatik yang merubah secara drastis kehidupan individu,

misalnya kehilangan anggota tubuh karena kecelakaan. Kedua yaitu

munculnya obyek secara berulang-ulang (repeated exposure).

Misalnya, iklan kaset musik. Semakin sering sebuah musik diputar di

berbagai media akan semakin besar kemungkinan orang akan

memilih untuk membelinya.

c. Kebudayaan

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu

tersebut dibesarkan, contoh : sikap orang kota dan orang desa terhadap

kebebasan dalam pergaulan.


26

d. Faktor Emosional

Yaitu suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai

semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime

pertahanan ego dan dapat bersifat sementara ataupun menetap

(persisten / tahan lama), contoh: Prasangka (sikap tidak toleran,

tidak fair)

2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar indivuidu yang

merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

a. Pengaruh orang tua

Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-

anaknya. Sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-

anaknya, misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan

anak-anak yang juga senang musik.

b. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

Ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk sama

dengan teman sekelompoknya (normative belief), misalnya, seorang

anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak-anak santri

kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.

c. Media massa

Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan–pesan

sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang

disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam

menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu, misalnya, media


27

massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi

masyarakat dalam pemilihan umum.

d. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral

dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang

menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam

menentukan sikap seseorang.

2.4 Konsep perilaku

2.4.1 Pengertian Perilaku

Menurut Sarwono (2004) Perilaku manusia merupakan hasil

daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang

individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam

dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,

berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan

batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat

dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan,

persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku

ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering

kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice.


28

Menurut Gochman (1988) yang dikutip Lukluk (2008) Di

Indonesia istilah perilaku kesehatan sudah lama dikenal dalam 15 tahun

terakhir ini konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan kesehatan ini

sedang berkembang dengan pesatnya, khususnya dibidang antropologi

medis dan kesehatan masyarakat. Istilah ini dapat memberikan pengertian

bahwa kita hanya berbicara mengenai perilaku yang secara sengaja

dilakukan dalam kaitanya dengan kesehatan. Kenyataanya banyak sekali

perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya seseorang

tidak mengetahuinya, atau melakukanya dengan alasan yang sama sekali

berbeda.

Menurut Gochman (1988) yang dikutip Lukluk (2008) perilaku dan

gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi

oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.

1. Genetik atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal

untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya.

2. Lingkungan adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan

perilaku tersebut.

Menurut ahli perilaku, Skinner (1979) dalam Notoatmodjo (2007)

mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara

perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Respon dibedakan menjadi

yaitu :

1. Respon responden atau reflexsive response, adalah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut

electing stimuli karena respon-respon yang relalif tetap


29

2. Operant respon atau instrumental response, adalah respon yang timbul

dan berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan

semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena

perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh

organisme.

Menurut Notoatmodjo (2007) kenyataannya dalam kehidupan

sehari-hari, respondent responsive atau respondent behavior sangat terbatas

keberadaannya pada manusia karena hubungan yang pasti antara stimulus

dan respon kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah sangat kecil.

Sebaliknya. operant response atau instrumental behavior merupakan bagian

terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat

besar, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.

2.4.2 Prosedur Pembentukan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) demi terbentuknya jenis respon atau

perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut

operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant

conditioning skinner adalah:

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat alau

reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

dibentuk.

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponcn kecil

yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-

komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju

kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.


30

3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen tersebut

sebagai tujuan sementara untuk mengidentifikasi reinforcer atau hadiah

untuk masing-masing komponen tersebut.

4. Melakukan pembentukan pribadi dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu.

2.4.3 Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) secara lebih operasional, perilaku

dapat diartikan suatu respon organisme terhadap rangsangan dari luar

subyek tersebut. Respon ini dapat berbentuk dua macam:

1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi di dalam diri individu

dan tidak dapat langsung dilihat oleh orang lain, seperti berpikir,

tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Perilakunya sendiri masih

terselubung yang disebut covert behavior.

2. Bentuk aktif adalah apabila itu jelas dapat di observasi secara langsung.

Perilaku di sini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata yang disebut

overt behavior.

2.4.4 Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan adalah suatu

respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Secara lebih rinci. perilaku kesehatan tersebut mencakup :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

merespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan


31

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun

aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit

tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya

sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit. yaitu:

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

health promotion behavior).

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah

respon untuk melakukan pencegahan penyakit.

c. Perilaku pencegahan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan.

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan

usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik secara pelayanan kesehatan

modern atau tradisional.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

adalah respon terhadap lingkungan sesuai determinan kesehatan manusia.

Menurut Notoatmodjo (2007) proses pembentukan dan atau

perubahan. perilaku dipengaruhi oleh beherapa faktor yang berasal dari

dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain:

susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, dan


32

lingkungan. Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan

ekstern. Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,

motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari

luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik

maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan

sebagainya.

Becker (2001) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:

1. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau ketaatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.

2. Perilaku sakit (illness behaviour) yakni segala tindakan atau kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit. untuk

merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu segala tindakan atau

kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan.

Seorang ahli pendidikan Rogers (2000) penelitiannya

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku peran) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yakni:

1. Awareness (kesadaran), di mana seseorang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu stimulus/obyek.


33

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tertentu.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut.

4. Trial, subyek mulai mencoba melakukan sesualu dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaptation, subyek telah berperilaku barn sesuai dengan pengetahuan.

kesadaran. dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).

2.4.5 Model Atau Teori Perilaku

Menurut beberapa Iswara (2007) model atau teori perilaku

dibedakan menjadi 7 yaitu:

1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Model kepercayaan kesehatan sangat dekat dengan bidang

pendidikan kesehatan. Rosenstock menganggap bahwa perilaku

kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan manpun sikap. Secara

khusus model ini menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang

kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan

seseorang dalam perilaku kesehatannya. Menurut model kepercayaan

kesehatan (Becker, 2001) perilaku ditentukan oleh apakah seseorang:

a. Percaya bahwa mereka rentang terhadap masalah kesehatan tertentu

b. Menganggap bahwa masalah ini serius

c. Meyakini efektilltas tujuan pengobatan dan pencegahan

d. Tidak mahal

e. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.

2. Model Komunikasi Atau Persuasi (Communication Or Pertuation Model)


34

Model komunikasi atau persuasi bahwa komunikasi dapat

dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara

langsung terkait dalam ranlai kausal yang sama. Efektitas upaya

komunikasi yang diberikan bergantung pada berbagai input (Stimulus)

serta output (tanggapan terhadap stimulus). Variabel input melipuli:

sumber pesan, pesan itu sendiri, saluran penyampai, karakteristik

penerima serta tujuan pesan-pesan tersebut. Variabel output merujuk

pada perubahan dalam faktor kognitif tertentu, seperti pengetahuan,

sikap, pembuat keputusan dan juga perilaku-perilaku yang dapat di

observasi.

3. Teori Aksi Beralasan (Theory Of Reasoned Action)

Teori aksi beralasan dari niat seseorang dalam menentukan

apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini secara tidak langsung

menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak

akan pernah terjadi tanpa niat. Niat seseorang juga dipengaruhi oleh

sikap terhadap suatu perilaku.

4. Model Transteoritik (Transtheoritical Model)

Model Transteoritik (model bertahap, stages of change), sesuai

namanya, mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan

dengan tidak bergantung pada perangkap teoritik tertentu. Model

transteori sejalan dengan teori-teori rasional atau teori pembuatan

keputusan dan teori ekonomi yang lain, terutama dalam mendasarkan diri

pada proses kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku.


35

5. Precede Or Proceed Model

Green dan rekan-rekannya mengembangkan precede or proceed

model, dan sekarang terkenal untuk merencanakan program pendidikan

kesehatan meskipun model ini mendasarkan diri pada model kepercayaan

kesehatan dan sistem konseptual lain, namun model precede merupakan

model sejati yang lebih mengarah pada upaya pragmatik mengubah

perilaku kesehatan dari sekedar upaya pengembangan teori. Green

menganalisis kebutuhan kesehatan komunitas dengan cara menetapkan 5

diagnosis yang berbeda yaitu diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi,

diagnosis perilaku, diagnosis pendidikan dan diagnosis administrasi atau

kebijakan.

6. Difusi Inovasi

Model Difusi inovasi melalui peran agen perubahan dalam

lingkungan sosial. Oleh karena itu mengambil fokus yang akan terpisah

dari individu sasaran utama.

7. Teori Pemahaman Sosial (Social Learning Theory)

Teori pemahaman sosial menekankan pada hubungan segitiga

antara orang (menyangkut proses kognitif), perilaku dan lingkungan

dalam suatu proses determinislik (kausalilas resiprokal). Teori

pemahaman sosial menjembatani jurang pemisah antara model kognitif

atau model yang berorientasi pada pembuatan keputusan rasional dengan

teori-teori lain di atas.


36

2.4.6 Bentuk-Bentuk Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi sesuai dengan konsep

yang digunakan para ahli, dalam pemahamannya terhadap perilaku.

Menurut Sunaryo (2004) peruhahan perilaku dikelompokkan menjadi 3

jenis yakni:

1. Perubahan alamiah (natural change)

2. Perubahan rencana (planned change)

3. Kesediaan untuk berubah (readiness to change)

2.4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Sunaryo (2004) faktor yang mmpengaruhi perilaku

dibedakan menjadi 2 yaitu faktor genetik atau faktor endogen dan faktor

eksogen atau faktor dari luar individu. Faktor genetik atau faktor endogen

perilaku dipengaruhi oleh: jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat

kepribadian, bakat pembawaan, dan intelegensi. Faktor eksogen atau

faktor dari luar individu yang mempengaruhi perilaku antara lain: faktor

lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan, dan faktor

lain (susunan saraf pusat, persepsi, dan emosi).

2.4.8 Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2010), membagi

perilaku dalam 3 domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari kognitif

(kognitif ), afektif (affective ), dan psikomotor (psicomotor).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan

untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Cognitive domain diukur dari pengetahuan (knowledge)


37

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu peginderaan

segingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan

indra penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas

atau tingkat yang berbeda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan, yakni:

a. Tahu (know): tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil)

memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension): memahami suatu obyek bukan sekedar

tahu terhadap obyek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harusa dapat megintepretasikan secara benar tentang

obyek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application): aplikasi diartikan apabila orang orang yang

telah memahami obyek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang

lain.

d. Analisis (analysis): kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang diketahui.

Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat


38

analisis adalah apabila telah dapat membedakan atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atau

obyek tersebut.

e. Sintesis (synthesis): suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah

ada.

f. Evaluasi (evaluation): berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat.

2. Affective domain diukur dari sikap (attitude)

Sikap merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam

merespon stimulus atau obyek. Sehingga sikap melibatkan pikiran,

perasaan dan perhatian serta gejala kejiwaan yang lain. Sikap mempunyai

tiga komponen pokok:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

obyek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap obyek.


39

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah merupakan rencana untuk bertindak atau

berperilaku terbuka (tindakan).

Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude). Sikap juga mempunyai

tingkat berdasarkan intensitasnya, yakni:

a. Menerima (receiving): menerima diartikan bahwa orang atau obyek

mau menerima stimulus yang diberikan (obyek).

b. Menanggapi (responding): memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing): subyek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible): sikap yang paling tinggi

tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah

diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila

orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

3. Psycomotor domain, diukur dari praktik atau tindakan (practice)

Sikap adalah kecenderungan untuk bertidak (praktik). Sikap

belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan


40

perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.

Praktik ini mempunyai 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni:

a. Praktik terpimpin (guided response): Apabila subyek atau seseorang

telah menakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau

menggunakan pandangan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanisme): apabila subyek atau

seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara

otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanisme.

c. Adopsi (adoption): suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau

perilaku yang berkwalitas.

d. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

e. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

f. Mekanisme (mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga.


41

g. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari

atau bulan yang lalu (recall) pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.5 Perilaku Merokok Pada Remaja

2.5.1 Pengertian Perilaku merokok

Menurut Perry dkk (Andarini) perilaku merokok adalah suatu

aktivitas yang berkembang menjadi penggunaan secara tetap dalam kurun

waktu beberapa tahun. Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok

muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor

psikologis seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres)

dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial seperti terpengaruh oleh

teman sebaya).

Setiap indivudu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan

biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok, seperti untuk

mendapatkan kekuatan kesibukan tangan, kenikmatan dan menenangkan

diri pada saat stress, dan ketergantungan pada nikotin. Smet (1994)

memberi pengertian bahwa seseorang dikatakan perokok berat apabila

menghisap rokok 15 batang atau lebih dalam sehari. Perokok sedang

adalah apabila menghisap rokok 5-14 batang rokok dalam sehari.


42

Sedangkan perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam

sehari.

Danusantosa (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain

merugikan diri sendiri juga berakibat bagi orang lain disekitarnya.

Demikian dengan pendapat Wismanto & Sarwo (2007) mengatakan

bahwa merokok adalah perilaku manusia yang sudah berusia ratusan

tahun bahkan ribuan tahun. Perilaku merokok adalah perilaku yang

merugikan bukan hanya pada si perokok sendiri namun juga merugikan

orang lain yang ada disekitarnya. Levy dkk (1984) menambahkan bahwa

perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa

membakar rokok dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang

dapat terhisap oleh orang- orang disekitarnya.

Brigham (1991) mengatakan bahwa perilaku merokok bagi remaja

merupakan simbolisasi. Simbolisasi dari kematamgam, kekuatan,

kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Perilaku merokok

biasanya dimulai pada masa remaja. Erikson (dalam Komasari & Helmi,

2000) menyatakan bahwa keputusan seorang remaja untuk merokok

berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa

perkembangannya, yaitu masa mencari identitas diri. Sering kali remaja

merokok karena iseng, diberi oleh temannya atau dipaksa oleh temannya.

Hal tersebut dilakukan agar terlihat dewasa, ingin menyesuaikan diri

dengan teman atau supaya diterima dalam kelompok dan supaya tidak di

cemooh.

Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

perilaku merokok merupakan suatu tindakan individu yang bersifat nyata


43

dapat diamati secara umum dan objektif dengan menghisap asap rokok

yang terbuat dari tembakau yang dapat merugikan diri sendiri dan orang

lain disekitarnya. Perilaku merokok bagi remaja merupakan suatu

simbolisasi bagi mereka sebagai laki-laki yang kuat cool dan ingin

menunjukan ketertarikan dirinya kepada lawan jenis.

2.5.2 Aspek-aspek Perilaku Merokok

Umumnya setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku

menurut tiga aspek. Aspek-aspek perilaku menurut Smet (1994) adalah

sebagai berikut:

1. Frekuensi

Frekuensi adalah sering tidaknya perilaku muncul. Frekuensi sangatlah

bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok

seseorang dengan menghitung jumlah munculnya perilaku merokok

sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok seseorang,dapat

diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya.

2. Lamanya berlangsung

Lamanya berlangsung adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk

melakukan suatu tindakan. Aspek ini sangatlah berpengaruh bagi

perilaku merokok seseorang. Dari aspek inilah dapat diketahui perilaku

merokok seseorang apakah dalam menghisapnya lama atau tidak.

3. Intensitas

Intensitas adalah banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku

tersebut. Aspek intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam

dan seberapa banyak seseorang menghisap rokok. Dimensi intensitas

merupakan cara yang paling subjektif dalam mengukur perilaku


44

merokok seseorang.

Menurut Rasmiyati (dalam Triyono, 2004) aspek-aspek perilaku

merokok antara lain :

1. Aktivitas individu yang berhubungan dengan perilaku merokoknya,

diukur melalui intensitas merokok, tempat merokok, waktu merokok

dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok yaitu bagaimana

penerimaan keluarga terhadap perilaku merokok.

3. Lingkungan teman sebaya, yatu sejauh mana individu mempunyai

teman sebaya yang merokok dan memiliki penerimaan positif

terhadap perilaku merokok.

4. Kepuasan psikologis, yaitu efek yang diperoleh dari merokok yang

berupa keyakinan dan perasaan yang menyenangkan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya perilaku merokok

seorang remaja dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya a)

frekuensi, b) intensitas, dan c) lamanya berlansung.

2.5.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

Adapun Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok menurut

Smet (1994) sebagai berikut:

1. Social environment

Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi Perilaku merokok

seperti teman sebaya, saudara, orang tua dan media masa. Faktor yang

terpenting yaitu tekanan dari teman sebaya berpengaruh sebesar

(46%), tetapi pengaruh anggota atau saudara merupakan faktor

penentu kedua sebesar (23%) dan orang tua (14%).


45

Lingkungan yang mendukung atau menerima perilaku merokok akan

menyebabkan seseorang untuk mempertahankan perilaku merokoknya.

Demikian sebaliknya lingkungan yang tidak menerima perilaku

merokok maka akan merubah pandangan seseorang tentang merokok.

2. Demographic variables

Faktor ini meliputi faktor usia dan jenis kelamin. Semakin muda

seseorang mulai merokok maka semakin besar kemungkinan untuk

merokok dikemudian hari. Jenis kelamin juga berpengaruh pada

perilaku merokok. Pada mulanya merokok hanya dilakukan oleh

sebagian kaum pria, namun seiring perkembangan zaman wanita juga

ambil bagian dalam hal perilaku merokok. dan Di Indonesia jenis

kelamin merupakan faktor terpenting dalam faktor sosial.

3. Socio-cultural factors

Yang terkait dengan kebiasaan budaya, kelas sosial dan tingkat

pendidikan.

Mu’tadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan alasan seseorang

merokok, diantaranya:

1. Pengaruh orang tua

Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang

berasal dari keluarga tidak bahagia, dimana orang tua tidak

memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan individu yang

berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok

lebih banyak didapati pada individu yang tinggal dengan satu orang tua

(Single Parent). Individu berperilaku merokok apabila ibu mereka

merokok dibandingkan ayah mereka yang merokok. Hal ini terlihat

pada wanita.
46

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak individu merokok

maka semakin banyak teman-teman individu itu yang merokok, begitu

pula sebaliknya.

3. Faktor kepribadian

Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin

melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.

4. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan

gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour

membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang

ada di iklan tersebut.

Remaja sangat rentan sekali dengan perilaku menyimpang seperti

halnya dengan perilaku merokok. Perilaku merokok ini disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya faktor orang tua, pengaruh iklan, dan faktor

lingkungan, Faktor lingkungan ini termasuk di dalamnya adalah teman

sebaya. Beberapa faktor tersebut sangat berpengeruh terhadap perilaku

remaja yang sedang mencari jati dirinya atau remaja yang kurang

mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

2.5.4 Komposisi Rokok

Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan

bahan baku tembakau dan cengkeh hanyalah indonesia, dengan sebutan

rokok kretek dengan perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60 : 40.

Sedangkan pembungkusannya, rokok digulung dengan berbagai jenis

pembungkus, ada yang menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan


47

rokok putih, daun nipah, pelepah tongkol jagung atau disebut rokok klobot,

dan dengan tembakau sendiri disebut rokok cerutu. Lapisan pembungkus

rokok kretek dibuat dua lapis sehingga minyak cengkih ditahan oleh

lapisan paling dalam, sedangkan pembungkus lapisan luar tidak tembus

oleh minyak cengkeh sehingga warna rokok tetap putih. Rokok biasanya

terdiri dari rokok dengan atau tanpa filter. Filter digunakan untuk

menyaring bahan- bahan yang berbahaya yang didalam asap rokok yang

dihisap (Sitepoe, Mangku, 2000).

2.5.5 Racun pada Rokok

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan

setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun

utama pada rokok, yaitu:

1. Nikotin

Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran

darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru

yang mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga

didalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paru-

paru dan kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin

secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam

waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan

diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat,

setelah beredar keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15- 20 menit pada

waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro,

2007).

2. Tar

Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
48

tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan

kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang

berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah

tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lain yang

terbakar (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

3. Karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang

tidak berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat

darah tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap

rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya

pengikat dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada

daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb). membuat darah tidak

mampu mengikat oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro,

2007).

2.5.6 Dampak Rokok Pada Remaja

Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan,

diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat

karsinogenik. Rokok memang hanya memiliki 8-20 mg nikotin, yang

setelah dibakar 25 persennya akan masuk kedalam darah. Namun, jumlah

kecil ini hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk sampai ke otak.

Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar),

menambah sel lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai

resiko delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang

hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2010).

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap

rokok yang mungkin saja tidak terjadi dalam waktu singkat namun
49

memberikan perokok potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya antara

lain:

1. Impotensi

Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke

penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.

2. Osteoporosis

Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya

angkut oksigen darah perokok sebesar 15 persen, mengakibatkan

kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan

waktu 80 persen lebih lama untuk penyembuhan.

3. Pada Kehamilan

Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat

dan dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Resiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena

karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.

4. Jantung koroner

Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian utama di

indonesia. Sekitar 40 persen kematian akibat serangan jantung yang

terjadi sebelum umur 65 tahun buasanya berhubungan dengan kebiasaan

merokok.

5. Sistem Pernapasan

Kerugian jangka pendek sistem pernapasan akibat rokok adalah

kemampuan rokok untuk membunuh sel rambut getar (silia) di saluran

pernapasan. Ini adalah awal dari bronkitis, iritasi, batuk. Sedangkan

untuk jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya

elasitas paru-paru, dan bronkitis kronis.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012).
Factor yang mempengaruhi perilaku
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor Instrinsik
1. Faktor internal Jenis ras, Jenis kelamin, Sifat fisik, Sifatkepribadian
Pendidikan, Pengalaman, Usia, Faktor Ekstrinsik
Informasi Lingkungan, Pendidikan, Agama, Sosial ekonomi, K
2. Faktor eksternal
Sarana informal (media massa dan
Keterangan
elektronik), Pendidikan formal dan : Pengetahuan
informal, Sosial, ekonomi, dan budaya remaja tentang
Pergaulan atau lingkungan Latar : diteliti : Berpengaruh
belakang pendidikan keluarga : tidak diteliti : Berhubungan

Perilaku Merokok
Factor yang mempengaruhi sikap Pada Remaja
1. Faktor Internal
Faktor–faktorGenetik dan pribadi,
Fisiologi,Pengalaman
Kebudayaan, Faktor Emosional Sikap remaja
2. Faktor Eksternal terhadap rokok
Pengaruh orang tua, Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat, Media massa, Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang


Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo.

50
51

Berdasarkan kerangka konseptual diatas dijelaskan bahwa pada variable

independen Pengetahuan remaja tentang rokok di pengaruhi oleh Faktor internal

meliputi Pendidikan, Pengalaman, Usia, Informasi. Faktor eksternal meliputi

Sarana informal (media massa dan elektronik), Pendidikan formal dan informal,

Sosial, ekonomi, dan budaya Pergaulan atau lingkungan Latar belakang

pendidikan keluarga.

Pada variabel dependen sikap remaja terhadap bahaya rokok dipengaruhi

oleh faktor–faktor Genetik dan Fisiologi, Pengalaman pribadi, Kebudayaan,

Faktor Emosional. Serta Faktor Eksternal yang mempengaruhi sikap: Pengaruh

orang tua, Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat, Media massa, Institusi /

Lembaga Pendidikan dan Agama.

Variable independen pengetahuan dan sikap dihubungkan dengan variabel

Perilaku Merokok Pada Remaja dengan faktor Instrinsik yang mempengaruhi

perilaku seperti Jenis ras, Jenis kelamin, Sifat fisik, Sifat kepribadian, Bakat

pembawaan, Intelegensi. Faktor Ekstrinsik yang mempengaruhi perilaku meliputi

Lingkungan, Pendidikan, Agama, Sosial ekonomi, Kebudayaan, Susunan saraf

pusat, persepsi, emosi.

Penelitian menghubungkan variable pengetahuan remaja tentang rokok

dengan sikap remaja terhadap rokok. Kemudian variable pengetahuan remaja

tentang rokok dengan Perilaku Merokok Pada Remaja


52

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau

hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara

empiris. Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan

pikiran ke arah tujuan yang dicapai (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesa pada penelitian ini adalah :

Ho = Terdapat Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok

Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pemilihan dan penetapan rancangan penelitian dilakukan setelah

perumusan hipotesis penelitian untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk

menjawab pertanyaan penelitian serta sebagai alat untuk mengontrol atau

mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh terhadap penelitian

(Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif korelasi

dimana penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menggambarkan dan

menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variable dependen.

Desain yang digunakan adalah cross-sectional dimana dalam penelitian ini

dilakukan serentak dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2014). Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di

SMP Negeri 1 Dolopo.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Nursalam (2013) berpendapat bahwa populasi dalam penelitian adalah

subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini,

populasi yang akan digunakan adalah seluruh remaja putra di SMP Negeri 1

Dolopo sebanyak 289 siswa.

53
54

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dari sebagian populasi dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, saya

menggunakan kriteria sampel yang sangat membantu dalam mengurangi

bias dalam penelitian khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol

ternyata memiliki pengaruh terhadap variabel yang diteliti.

Kriteria yang digunakan yaitu kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah:

1. Remaja putra yang bersedia menjadi responden.

2. Remaja putra kelas VII dan VIII.

3. Remaja putra ada saat penelitian.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini subyeknya besar

dapat diambil 10-15% atau 20-25% dari total populasi (Arikunto, 2006)

Jumlah populasi : 289

Diambil 20% dari jumlah populasi

n = 20% N

n = 20% x 289

= 57,8= 58 responden

Keterangan :

n = jumlah sampel

N= jumlah populasi.
55

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan prosedur pengambilan sampel secara random

sederhana (simple random sampling). Cara pengambilan sampel dengan

teknik ini adalah dengan memberikan suatu nomor yang berbeda kepada

setiap anggota populasi, kemudian memilih sampel dengan menggunakan

angka-angka random (Sarwono, 2006).

Dengan peneliti meminta daftar jumlah siswa beserta nama, kemudian

membuat daftar nama responden secara urut dari kelas VII A sampai J dan

VIII A sampai J. kemudian peneliti membuat undian no 1 sampai 58,

peneliti mengocok no undian. No yang keluar disamakan dengan daftar

nama responden. Kemudian peneliti masuk dalam kelas dan memanggil

nama sesuai undian


56

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

POPULASI
Semua remaja putraDESAIN PENELITIAN
di SMP Negeri 1 Dolopo sejumlah 289 siswa
Desain penelitian deskriptif korelasi dengan metode cross-sectional
SAMPEL
Sebagian remaja putra di SMP Negeri 1 DATA
PENGUMPULAN Dolopo sejumlah 58 siswa
Pengumpulan data dengan kuisioner kepada responden

TEKNIK SAMPLING
Simple random sampling PurpossiveSampling
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Pengetahuan rokok pada Remaja Putra Perilaku Merokok pada Remaja Putra

PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dengan cara editing, coding, scoring, entry, dan tabulating

Gambar 4.1 Kerangka Kerja ANALISA


Penelitian Hubungan
DATA Pengetahuan Bahaya Rokok
Analisis data dengan metode Chi-Square dengan tingkatPutra
Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMP
signifikan 5% Negeri
(α = 1
Dolopo

HASIL DAN KESIMPULAN

PELAPORAN
57

4.5 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi hubungan pengetahuan

bahaya rokok dengan perilaku merokok pada remaja putra di SMP Negeri 1

Dolopo. Dalam penelitian terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu:

1. Variabel terikat (independent variable)

Tingkat pengetahuan pada remaja putra sebagai variabel terikat

(independent variable) artinya variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini variabel

independennya adalah Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok

Pada Remaja Putra.

2. Variabel bebas (dependent variable)

Perilaku merokok pada remaja putra sebagai variabel bebas (dependent

variable) dimana variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2014).

Pada penelitian ini variabel dependennya adalah Perilaku Merokok.

Pada Remaja Putra.

4.6 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, saya akan melakukan pengukuran di setiap variabelnya,

yaitu pengukuran tingkat pengetahuan dan perilaku merokok. Dalam variabel ini,

pengukuran akan dilakukan dengan mengobservasi dan kuisioner kepada

responden.
58

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang


Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di
SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018

Skala
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skor
Data
Tingkat Tingkat 1. Pengertian Kuesioner Nominal Skor untuk jawaban
pengetahuan pemahaman Perilaku pada tingkat
remaja putra dan pengap- merokok. pengetahuan:
tentang bahaya likasian 2. Aspek- 1. Jawaban benar = 1
rokok informasi aspek 2. Jawaban salah = 0
tentang Perilaku
segala Merokok. Kategori
sesuatu 3. Faktor- Pengetahuan: Baik
mengenai faktor yang jika nilai >50%
rokok mempengar Buruk jika nilai ≤
uhi perilaku 50%
merokok (Riyanto dan
Budiman, 2013)

Sikap remaja Reaksi atau 1. Komposisi Pernyataan Positif


tentang bahaya respon Rokok SS=5
merokok remaja 2. Racun S=4
tentang pada R=3
bahaya rokok Rokok TS=2
3. Dampak STS=1
Rokok
Pada Pernyataan negatif
Remaja SS=1
S=2
R=3
TS=4
STS=5

Sikap Positif T>MT


Sikap Negatif T≤MT
Perilaku Perilaku Mengkonsumsi Perilaku Merokok
merokok remaja putra rokok jenis jika mengkonsumsi
remaja putra yang apapun rokok
menggambar
kan kegiatan Perilaku Tidak
merokok Merokok jika tidak
mengkonsumsi
rokok
59

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk variabel independen atau

tingkat pengetahuan adalah dengan pengukuran melalui kuisioner. Dalam

penelitian ini alat ukur yang digunakan merupakan jawaban dari responden

pada kuisioner yang diberikan dengan model open ended questions dan closed

ended questions yang berupa pertanyaan

1. Tingkat pengetahuan

Dalam penelitian ini, pertanyaan tentang tentang Pengertian Perilaku

merokok, Aspek-aspek Perilaku Merokok, dan Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok terdiri dari 12 pertanyaan.

2. Tingkat pengetahuan

Dalam penelitian ini, pertanyaan sikap tentang bahaya merokok terdiri

komposisi rokok, racun pada rokok, dan dampak rokok pada remaja terdiri

dari 10 pertanyaan.

3. Perilaku merokok

Instrumen penelitian untuk variabel dependen atau perilaku merokok

terdiri dari Mengkonsumsi rokok jenis apapun yang terdiri dari 2 item

pernyataan.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.8.1 Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus - September 2017

4.8.2 Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Dolopo.


60

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Nursalam (2013) mengemukakan pendapat pengumpulan data adalah

suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, saya

akan menyampaikan jalannya penelitian yang akan saya lakukan, antara lain:

1 Menyampaikan surat permohonan ijin melaksanakan studi pendahuluan di

SMP Negeri 1 Dolopo kepada remaja putra sebanyak 10 responden.

2 Penentuan sampel responden dan kriteria sampel penelitian dengan rumus

Slovin pada remaja putra di SMP Negeri 1 Dolopo sebanyak 74 siswa.

3 Melaksanakan studi kasus di SMP Negeri 1 Dolopo.

4 Pelaksanaan seminar proposal penelitian yang telah disetujui oleh dosen

pembimbing di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

5 Menyampaikan surat permohonan ijin penelitian untuk melakukan

penelitian di SMP Negeri 1 Dolopo.

6 Meminta persetujuan kepada responden untuk bersedia menjadi responden

dengan menandatangani inform consent yang telah disediakan.

7 Pelaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Dolopo pada responden remaja

putra.

8 Meminta responden untuk mengisi lembar kuisioner penelitian yang telah

disediakan oleh peneliti.

9 Kuisioner yang telah diisi dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan

kelengkapan dalam mengisi lembar kuisioner kemudian dilakukan analisa

data.
61

4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.10.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau

sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2006). Tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud.

Pengujian validitas instrument dimaksudkan untuk mendapatkan alat

ukur yang shahih dan terpercaya. Validitas atau kesahihan ini berkaitan

dengan permasalahan apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur

sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur

tersebut. Uji coba instrumen tes yang berupa soal dilakukan pada 10 Remaja

Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo.

Bila r hitung lebih dari r tabel maka H ditolak artinya variabel tersebut

valid. Jika menggunakan program computer syarat validitas koefisien

korelasi (r) suatu butir adalah jika r lebih besar dari r variabel dengan

derajat kebebasan dikurangi 2 (dk = n – 2) (Santoso, 2001) dikutip oleh

Setiawan dan Saryono (2010).

1. Instrumen Variabel pengetahuan remaja

Uji valisitas angket dilakukan pada 10 responden, untuk hasil uji

validitas pengetahuan remaja terdiri dari 10 pernyataan. Item pernyataan


62

yang dinyatakan valid dan tidak valid dapat dilihat pada Tabel 4.2

sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas pengetahuan Remaja


No r Hitung r table Keterangan
1 0. 896 0,631 Valid
2 0. 786 0,631 Valid
3 0. 883 0,631 Valid
4 0. 896 0,631 Valid
5 0. 887 0,631 Valid
6 0. 839 0,631 Valid
7 0. 887 0,631 Valid
8 0. 896 0,631 Valid
9 0. 786 0,631 Valid
10 0. 649 0,631 Valid
11 0. 896 0,631 Valid
12 0. 896 0,631 Valid

Uji valisitas Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut, diperoleh data dari

10 item pernyataan pada angket variabel pengetahuan remaja, 10 item

soal dinyatakan valid, dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

2. Instrumen Variabel Sikap Remaja

Uji validitas angket dilakukan pada 10 responden, untuk hasil uji

validitas sikap masyarakat terdiri dari 10 pernyataan. Item pernyataan

yang dinyatakan valid dan dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas sikap remaja


No r Hitung r table Keterangan
1 0. 843 0,631 Valid
2 0. 787 0,631 Valid
3 0. 677 0,631 Valid
4 0. 906 0,631 Valid
5 0. 897 0,631 Valid
6 0. 833 0,631 Valid
7 0. 926 0,631 Valid
8 0. 860 0,631 Valid
9 0. 898 0,631 Valid
10 0. 753 0,631 Valid
63

Uji valisitas Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut, diperoleh data dari 10 item

pernyataan pada angket variabel sikap remaja, 10 item soal dinyatakan

valid, dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

2. Uji reliabilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.

(Notoatmojo, 2010). Suatu instrumen menurut Suharsimi Arikunto

dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika nilai reliabilitasnya

0,6. Pengujian reliabilitas instrumen diolah dengan menggunakan

software SPSS versi 16,0 for windows.

4.10.2 Hasil Uji Reliabilitas

1. Instrumen Variabel pengetahuan remaja

Berikut adalah hasil perhitungan uji reliabilitas variabel

pengetahuan remaja dengan menggunakan SPSS 16 pada Tabel 4.4

seperti berikut ini.

Tabel 4.4 reliabilitras pengetahuan remaja


Cronbach's Alpha N of Items
.781 12

2. Instrumen Variabel sikap remaja

Berikut adalah hasil perhitungan uji reliabilitas variabel sikap

masyarakat dengan menggunakan SPSS 16 pada Tabel 4.5 seperti


64

berikut ini.

Tabel 4.5 reliabilitras sikap masyarakat


Cronbach's Alpha N of Items
.786 10

Tabel 4.6 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien


Tingkat Hubungan
Interval Koofesian Tingkat Hubungan
±0.80-±1.000 Sangat Kuat
±0.60-±0.799 Kuat
±0.40-±0.599 Sedang
±0.20-±0.399 Rendah
±0.00-±0.199 Sangat Rendah

Hasil dari uji reliabilitas variabel pengetahuan remaja adalah

r=0.785 jika dilihat pada tabel Interpretasi Koefisien Korelasi di atas,

bahwa nilai r berada pada tingkatan ±0.60-±0.80 yang menyatakan

bahwa pernyataan variabel pengetahuan remaja pada hasil uji reliabilitas

adalah kuat. Sedangkan untuk uji reliabilitas variabel sikap remaja

adalah r=0.781, dilihat pada Tabel 4.6 di atas, bahwa nilai r berada pada

tingkatan ±0.60-±0.80 yang menyatakan bahwa pernyataan variabel

sikap remaja pada hasil uji reliabilitas adalah kuat.

4.11Teknik Analisis Data

4.11.2 Data Umum (data demografi)

Data umum berisi karakteristik responden yang digunakan untuk

pertimbangan peneliti dalam menilai karakteristik responden. Data akan

dianalisa dengan rumus prosentase sebagai berikut :


65

f
P x100 %
N

Keterangan :

P : Prosentase

N : Jumlah populasi

F : Frekuensi jawaban

Adapun hasil pengolahan data diinterpretasikan

menggunakan skala :

100% : seluruhnya

75% - 99% : hampir seluruhnya

51% - 74% : sebagian besar

50% : setengahnya

25% - 49% : hampir setengahnya

1% - 24% : sebagian kecil

0% : tidak satupun.

4.8.1 Data Khusus

Untuk variabel independent pengetahuan rokok pada remaja dengan dengan

cara menabulasikan dan mengelompokkan sesuai variabel yang diteliti

setelah data terkumpul.

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus mean, yaitu:

X
X
n

Keterangan:

X : rata- rata

X : nilai skor
66

N : jumlah responden

Σ : jumlah

(Riyanto dan Budiman, 2013)

Selanjutnya hasil prosentase tiap variabel diinterpretasikan dengan

menggunakan skala Pengetahuan yaitu:

Pengetahuan Baik > 50%

Pengetahuan Buruk ≤ 50 %

Untuk variabel independent sikap merokok menggunakan skala likert

dengan skor Pernyataan Positif SS=5, S=4, R=3, TS=2, STS=1. Pernyataan

Negatif SS=1, S=2, R=3, TS=4, STS=5 dengan menggunakan skor T

(Azwar, 2010).

Dengan rumus:

XX S
T = 50+10

Keterangan:

X : skor responden

X : nilai rata-rata kelompok

S : deviasi standar (simpangan baku) kelompok

Rumus untuk simpangan baku (Sugiyono, 2004)

( XX )2
S n1

Keterangan:

S : simpangan baku

X : skor responden
67

X : nilai rata-rata kelompok

n : jumlah sampel

Dengan nilai MT:

T
MT =
n

Keterangan:

MT : Mean T

T : Jumlah T

N : responden

Untuk mempermudah penilaian maka hasil prosentase variabel sikap

merokok, peneliti mengintepretasikan menjadi 2 kategori yaitu :

T > MT : Sikap positif

T ≤ MT : Sikap negatif

Untuk variabel dependent perilaku merokok

1. Merokok jika mengkonsumsi rokok

2. Tidak Merokok jika tidak mengkonsumsi rokok

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel

bebas dan terikat dengan menggunakan uji Analisis Bivariat dilakukan

untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel dependent dan variabel

independent dengan menggunakan uji statistic yang digunakan Chi-Square

dengan menggunakan SPSS 16.0 yaitu antara pengetahuan dengan Perilaku

dengan nilai α = 0,05. Perhitungan nilai p pada uji Chi-Square yaitu:


68

1. Apabila p ≤ 0,05=Ho ditolak, berarti ada Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja

Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo

2. Apabila p > 0,05=Ho diterima, berarti tidak ada Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo

Jika hasil penelitian p ≤ 0,05=Ho ditolak, berarti ada Hubungan dua

variabel dengan dihitung besarnya niali cc (Contingency Coefficient) yang

berkisar 0-1,00. Interpretasi terhadap besarnya KK sebagai berikut:

1. Antara 0,80 - 1,00 : sangat tinggi

2. Antara 0,60 - 0,79 : tinggi

3. Antara 0,40 - 0,59 : cukup

4. Antara 0,20 - 0,39 : rendah

5. Antara 0,00 - 0,19 : sangat

rendah. (Sugiyono, 2008).

4.12 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, saya telah melakukan semua penelitian dengan

memperhatikan etika penelitian. Saya memperhatikan etika dalam penelitian

sesuai dengan penyataan Milton dalam Notoadmodjo (2010) yaitu :

1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Dalam penelitian ini, saya memberikan inform consent sebelum penelitian

yang digunakan untuk memberikan kebebasan kepada responden dalam


69

menentukan kesediaannya sebagai responden untuk memberikan informasi

yang digunakan sebagai sumber penelitian.

2 Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Dalam penelitian ini, saya memberikan inform consent sebelum penelitian

yang digunakan untuk memberikan kebebasan kepada responden dalam

menentukan kesediaannya sebagai responden untuk memberikan informasi

yang digunakan sebagai sumber penelitian. Dalam penelitian ini saya

memperhatikan kerahasiaan identitas responden dengan menyamarkan

identitas pribadi responden (anonymity).

3 Keadilan dan inklusifitas/ keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness)

Penelitian ini juga menyertakan surat pernyataan dimana responden

bersedia untuk memberikan informasi sebenar-benarnya dan sejujur-

jujurnya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal ini

dapat mengurangi resiko kesalahan dalam informasi yang dikumpulkan.

4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Dalam penelitian ini saya memperhitungkan manfaat yang akan diperoleh

oleh responden dan mengurangi resiko kerugian yang akan didapat oleh

responden. Manfaat yang akan diperoleh antara lain responden mengetahui

informasi dan penambahan wawasan yang penting dari penelitian ini serta
70

mengetahui dan memperbaiki apa saja yang bisa menjadikan pengaruh

atau faktor dari hal-hal mengenai kesehatan yang terjadi.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menyajikan hasil penelitian dan pembahasan dari

pengumpulan data melalui kuesioner tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP

Negeri 1 Dolopo Tahun 2018” yang akan diuraikan secara pendekatan cross

sectionalsesuai dengan tujuan penelitian

5.1 Gambaran Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan Di SMP Negeri 1 Dolopo terletak pada

jalan masuk (jalan raya) dengan angkutan bisa masuk sampai depan gerbang

sekolah sehingga Di SMP Negeri 1 Dolopo banyak yang diminati. Sebagian

besar siswa Di SMP Negeri 1 Dolopo berjenis kelamin laki-laki. Pada

bangunan Di SMP Negeri 1 Dolopo terdapat 1 buah masjid yang cukup besar

untuk melakukan ibadah, 2 buah kantin sekolah, 1 Ruang BK (Bimbingan

dan Konseling), 1 ruang UKS (Usaha Kesehatan Masyarakat), 1 ruahg

perpustakaan. Jumlah tenaga pengajar 60 guru dengan Drs. Arif Wardoyo,

MM selaku Kepala Sekolah.

Sarana prasarana Di SMP Negeri 1 Dolopo ruang computer dengan

free wifi sehingga memudahkan siswa mengakses informasi melallui internet,

kegiatan olahraga yang sering dilakukan adalah senam, lari, sepak bola, voli.

Pada kegiatan olah raga badminton dilakukan di halaman lapangan yang

berada tepat didepan Di SMP Negeri 1 Dolopo.

71
72

Kegiatan ekstrakulikuler Di SMP Negeri 1 Dolopo serperti majalah

dinding serta perpustakaan untuk menyalurkan hobi dan meningkatkan

pengetahuan siswa.Kegiatan ektrakurikuler Di SMP Negeri 1 Dolopo yang

diwajibkan pada siswa kelas I adalah Pramuka, pada kegiatan materi

dilakukan di lingkup sekolah, dan pada kegitan kemah dilakukan di lapangan

sebelah sekolah.

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan tentang data umum dan data khusus.

Pada data umum meliputi:usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin,

penghasilan perbulan, dan status keluarga. Pada data khusus tentang

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

5.2.1 Data Umum

Pada data umum ini akan disajikan mengenai karakteristik responden

berdasarkan karakteristik remaja sepertiusia, mendapatkan, jenis informasi,

dan perokok pada keluarga. Pada karakteristik merokok seperti

menkonsumsi rokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi.


73

1. Usia
Tabel 5.1 Distribusi frekuensiresponden berdasarkan Usia(Tahun)
Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018
Usia (Tahun) Frekuenesi P (%)
13 21 36,2
14 23 39.7
15 14 24,1
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas rata- rata umur responden adalah


13- 24 tahun dan sisanya berusia 15 tahun.

2. Mendapatkan informasi tentang rokok

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mendapatkan


informasi tentang rokok Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun
2018.
mendapatkan informasi
Frekuenesi P (%)
tentang rokok
Pernah 58 100,0
Tidak pernah 0 0
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa seluruh

responden atau sejumlah 58 responden pernah menerima informasi

tentang bahaya rokok.


74

3. Sumber informasi tentang rokok

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi orang tua responden berdasarkan


Sumber informasi tentang rokokDi SMP Negeri 1 Dolopo
Tahun 2018.
Sumbar informasi Frekuensi P (%)
tentang rokok
Tenaga Kesehatan 2 3,4
Media Cetak 5 8,6
Media Elektronik 10 17,2
Teman 14 24,1
Orang Tua 19 32,8
Saudara 8 13,8
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa responden

mendapat informasi tentang rokok paling banyak dari orang tua

mereka dan dari tenaga kesehatan hanya sedikit, hanya 3,4 %.

4. Jumlah rokok yang dikonsumsi

Tabel 5.4 Distribusi frekuensiresponden berdasarkan jumlah rokok

yang dikonsumsi Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Jumlah rokok yang


Frekuenesi P (%)
dikonsumsi (batang)
3 2 13,3
4 7 46,7
6 6 40,0
Jumlah 15 100,0
Sumber : Data Primer
75

Berdasarkan Tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa rata- rata

responden merokok lebih dari 4 batang perhari, dapat dilihat dari 7

responden 4 batang perhari dan 6 responden 6 batang perhari.

5. Perokok dalam keluarga

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perokok

dalam keluarga Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Perokok dalam
Frekuenesi P (%)
keluarga
Ayah 14 24,1
Kakak 6 10,3
Tidak Merokok 38 65,6
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa 38 responden

(65,6%) tidak ada perokok dalam keluarga dan sebagian kecil 6

responden (10,3%) kakak merokok dalam keluarga.

5.2.2 Data Khusus

Pada data khusus akan disajikan mengenai sub variabel yang

menjadi fokus penelitian: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang

Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP

Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

1. Pengetahuan tentang rokok pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1

Dolopo Tahun 2018..


76

Tabel 5.6 Distribusi FrekuensiPengetahuan tentang rokok pada

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Pengetahuan Frekuensi P(%)


Baik 37 63,8
Buruk 21 36,2
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat ketahui bahwa sebesar 37 atau

(63,8%) responden dari 58 responden berpengetahuan baik tentang

rokok.

2. Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1

Dolopo Tahun 2018.

Tabel 5.7 Distribusi FrekuensiSikap Tentang Bahaya Rokok Pada

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Sikap Remaja Frekuensi P(%)


Positif 35 60,3
Negatif 23 39,7
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.7di atas dapat diketahui bahwa 35 atau (60,3%)

responden dari 58 responden bersikap positif tentang Bahaya Rokok.

3. Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun

2018.
77

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di

SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Perilaku Merokok Frekuensi P(%)


Pada Remaja
Tidak Merokok 43 74,1
Merokok 15 25,9
Jumlah 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa 43 atau

(74,1%) dari 58 responden berperilaku tidak mengkonsumsi rokok.

4. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra

Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Pengetahuan Perilaku Merokok Pada Jumlah P(%) p value cc α


Remaja Remaja Chi-
Tidak Merokok Square
Merokok
F P(%) F P(%)
Baik 35 60,3 2 3,5 37 63,8 0,000 0,527 0,05
Buruk 8 13,8 13 22,4 21 36,2
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0

Sumber : Data Primer 2018


78

Berdasarkan Tabel 5.9 diatas dapat dilihat dari 37 responden

berpengetahuan baik hanya 2 responden yang merokok. Dan dari 21

responden berpengetahuan buruk terdapat 13 responden yang berperilaku

merokok. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji

statistik Chi-Square diperoleh p value= 0,000 yang berarti lebih kecil

dari α=0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada Hubungan Pada

keeratan hubungan dengan niali Contingency Coefficient =0,527 kategori

cukup maka disimpulkan ada keeratan hubungan cukup antara

Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP

Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

5. Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Tabel 5.10 Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo

Tahun 2018.

Sikap Perilaku Merokok Pada Remaja Jumlah P(%) p value Cc α


Remaja Tidak Merokok Merokok Chi-
F P(%) F P(%) Square
Positif 32 55,2 3 5,1 35 60,3 0,000 0,438 0,05
Negatif 11 18,9 12 20,8 23 39,7
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Sumber : Data Primer 2018
79

Berdasarkan Tabel 5.10 diatas terlihat bahwa dari 35 responden

bersikap positif terdapat 32 responden yang tidak merokok dan 3

responden yang merokok. Berdasarkan hasil analisa data dengan

menggunakan uji statistik Chi-Square diperoleh p value= 0,000 yang

berarti lebih kecil dari α (alfa)=0,05 dengan demikian dapat dikatakan

bahwa ada Hubungan Pada keeratan hubungan dengan nilai Contingency

Coefficient =0,438 kategori cukup maka disimpulkan ada keeratan

hubungan cukup antara Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

5.3Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

terhadap remaja kelas VII dan VIII SMP N 1 Dolopo pada bulan September

2018 dan hasilnya telah diolah, maka penulis akan membahas mengenai

“Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018”

5.3.1 Pengetahuan tentang rokok pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo

Tahun 2018

BerdasarkanTabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 58 responden

di SMP N 1 Dolopo diketahui bahwa tingkat pengetahuan baik berjumlah 37

siswa (63,8%), dan yang pengetahuanya kurang berjumlah 21 siswa

(36,2%).
80

Berdasarkan penelitian Hasriani (2015) tentang Gambaran Tingkat

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Remaja Wanita Tentang Dampak

Merokok Di Club Malam Retro Makassar didapatkan remaja wanita yang

memiliki pengetahuan cukup mengenai dampak merokok adalah sebanyak

37 responden (52,11%), 31 responden (43,66%) remaja wanita yang

memiliki pengetahuan baik dan remaja yang memiliki pengetahuan kurang

mengenai dampak merokok yaitu 3 responden (4,23%).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh dari

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Selain itu ada juga faktor yang mempengaruhi pengetahuan siswa yaitu

faktor internal (pendidikan, pengalaman, usia, dan informasi) dan factor

eksternal (lingkungan, sosial budaya sarana dan pendidikan).berdasarkan

factor usia yang mempengaruhi pengetahuan siswa, berdasarkan tabel 5.1

dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa berusia 13-14 tahun dengan

jumlah 44 siswa (75,9 %).

Menurut notoadmojo 2007 semakin cukup umur, maka tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa umur

seseorang maka akan semakin banyak pengalaman sehingga lebih banyak

tahu informasi tentang rokok.


81

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa

sudah cukup baik dibuktikan dengan adanya 37 (63,8%) siswa dari 58 siswa

berpengetahuan baik atau separuh dari responden sudah memiliki

pengetahuan baik. Dilihat dari analisis kuesioner diketahui pengetahuan

mereka hanya sebatas mnegetahui sekilas tentang rokok, dapat dilihat dari

soal nomer 1 dan 11 dengan jawaban benar lebih dari 40 siswa. Kedua soal

paling banyak benar karena hanya menunjukan sekilas tentang rokok dan

penyebabnya.

Menurut pendapat saya bahwa pengetahuan tentang rokok

sangatlah penting terlebih mengenai zat yang terkandung didalam rokok

yang sangat berbahaya terhadap tubuh manusia. Remaja harus mengetahui

bahaya rokok yang lebih lanjut lagi karena dapat membahayakan diri

mereka sendiri dan orang lain yang dekat dengan lingkungan mereka.

Dengan demikian harus banyak dilakukan sosialisasi terhadap remaja

mengenai bahaya rokok melalui media sosial atau sosialisasi secara

langsung dari dinas terkait dari sekolah satu ke sekolah yang lain.

5.3.2 Sikap Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo

Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa sebagian besar dari

siswa bersikap positif terhadap bahaya rokok. Terdapat 35 resonden dari 58

responden atau (60,3%) dari responden.

Penelitian Devita Rosalin Maseda (2013) tentang Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMA Negeri I Tompasobaru didapatkan


82

sebanyak 91 remaja putra bersikap positif dan 37 remaja putra bersikap

negatif

Menurut Sarwono (2009), Sikap merupakan reaksi evaluatif yang

disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan

kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang. Menurut

Azwar.S (2009), Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif terdapat

kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai

obyek tertentu. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu

adalah memihak maupun tidak memihak. Kedua, sikap merupakan kesiapan

bereaksi terhadap obyek tertentu, Ketiga, sikap merupakan konstelasi

komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama

lain.

Hasil penelitian Rahmadi (2013) yang menyebutkan bahwa pada

umumnya siswa mempunyai sikap yang positif terhadap kebiasan merokok.

Hal ini bisa terjadi disebabkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi

sikap seseorang. Firgiwan (2016) bahwa sikap dapat berubah-ubah karena

sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila

terdapat pada keadaan tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu

berubah. Santi (2013) menyimpulkan sikap yang positif terhadap perilaku

merokok akan cenderung membuat niat seseorang untuk berhenti merokok

rendah dan sikap yang negatif terhadap perilaku merokok akan cenderung

membuat niat seseorang untuk berhenti merokok tinggi.


83

Berdasarkan hasil kuesioner dapat dianalisis bahwa rata rata dari

responden sebagian besar bersikap positif terhadap rokok. Terdapat 60,3 %

hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran tentang bahaya rokok. Sehingga

membuat informasi atau pengetahuan tentang rokok menjadi berbeda

beda.Berdasarkan tabel 5.7 informasi tentang rokok pada remaja dengan

sikap negatif remaja laki-laki didapatkan bahwa sebagian kecil 12 responden

atau (20,7%) responden pernah mendapatkan informasi tentang rokok dari

teman dan bersikap negatif.Hal ini sesuai dengan (Notoatmodjo, 2007)

dimana informasi yang diperoleh oleh berbagai sumber akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang. Menurut Azwar (2009) mengemukakan

salah satu yang mempengaruhi sikap adalah Media massa. Responden yang

mendapatkan informasi dari media massa yang belum jelas kebenaran

informasi sehingga responden salah dalam mendapatkn informasi tentang

rokok dan dikhawatirkan akan membuat responden berperilaku merokok

pasif atau aktif.

Menurut pendapat peneliti remaja harus dengan jelas mendapatkan

informasi yang sebenarnya tentang rokok, dan lingkungan harus mendukung

juga pembentukan sikap karena lingkunganlha yang paling utama

pembentukan sikap terutama lingkungan keluarga, jadi diharapkan keluarga

terlebih memiliki informasi yang jelas dan benar tentang rokok sehingga

remaja akan bersikap dengan sebagaimana mestinya.

5.3.3 Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun

2018.
84

Berdasararkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebagian besar responden

tidak meokok yaitu 43 responden atau 74,1% dari total 58 responden.

Sedangkan yang merokok ada 15 responden atau sebanyak 25,9 % saja.

Hasil penelitian Septian Emma Dwi Jatmika (2015) berjudul

Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Merokok Pada Penderita

Hipertensi Di Desa Sidokarto Kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 66,67% responden berperilaku kurang

baik dalam merokok.

Menurut Sarwono (2004) Perilaku manusia merupakan hasil

daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan.Menurut notoadmojo (2007) perilaku merupakan tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Sedangkan menurut skinner (2005) perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar).

Green ( 2000 ) mengatakan bahwa untuk membentuk suatu perilaku

diperlukan 3 faktor, yaitu factor presdiposisi ( factor pendukung ), factor

pemungkin dan factor penguat. Penelitian ini berfokus pada salah satu factor

yaitu factor presdiposisi atau factor pendukung yang dimana terdapat

pengetahuan ,sikap ,dan perilaku. Pengetahuan yang tinggi tidak akan

berpengaruh jika sikap positif terhadap rokok akan tetap membentuk

perilaku merokok yang aktif.

Menurut saya untuk mencegah perilaku merokok yaitu dari orang tua

yang harus memberi contoh untuk tidak merokok serta perlunya perhatian
85

dan pengawasan terhadap anak dalam pergaulanya.Hal ini terjadi karena

factor utama pembentukan perilaku merokok adalah lingkungan anak itu

berada. Jika anak itu berada dalam ruang lingkup perokok maka akan besar

kemungkinan anak tersebut akan menirukan keadaan lingkungan tersebut,

begitu juga sebaliknya.

5.3.4 Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok

Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 5.9 diatas terlihat bahwa37 responden

berpengetahuan baik, didapatkan 35 responden berperilaku tidak merokok,

dan 2 responden merokok. Pada 21 respondenberpengetahuan buruk

didapatkan 13 responden berperilaku merokok, dan 8 responden tidak

merokok.

Hasil penelitian Chotidjah.S. (2012) tentang hubungan pengetahuan

dengan sikap reamaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan di SMP

Muhamahdiyah Pamekasan dengan jumlah remaja putra 51 anak.Remaja

putra yang merokok terdapat 25 anak dan yang tidak merokok sebanyak 26

anak. Hasil penelitian yang didapatkan p=0.010 dan 𝖺=0,05 yang berarti

tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang bahaya

merokok.

Perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang.Individu sering

kali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya. Pengaruh

orang tua yang kuat menjadikan sikap remaja dalam merokok lemah juga

oengaruh orang tua dalam mengawasi dan menegur apabila melakukan


86

tindakan merokok dirumah, namun apabila sudah diluar rumah kontrol

orang tu tidak begitu kuat, yang disebabkan remaja bergaul dengan teman

sebaya yang memilki kebiasaan merokok. Penelitian oleh Chen, Huang &

Chao (2009) menemukan bahwa remaja yang merokok memilki orang tua

atau teman dekat yang juga merokok. Rice & Dolgin (2008) bahwa

keputusan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan pada remaja adalah

hasil dari keterlibatan faktor-faktor kompleks yang mencakup pengetahuan

mereka tentang konsekuensi kesehatan dari perilaku tertentu dan

kemampuan mereka untuk menilai resiko dan mengambil keputusan yang

rasional sehingga walaupun mereka memiliki pengetahuan tentang akibat

merokok.

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa

dihindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap

rokok.Kebiasaan merokok dianggap dapat 2 memberikan kenikmatan bagi

perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi

perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Hal ini sebenarnya telah

diketahui oleh masyarakat terutama usia remaja, bahwa merokok itu

mengganggu kesehatan.Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi

masalah nasional (Setiyanto, 2013).

Perubahan perilaku dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah

pengetahuan.Pengetahuan dari remaja tentang merokok sangatlah

berpengaruh terhadap sikap dan juga perilaku seseorang.Hal ini terkait di

Kalangan Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo.Pengetahuan yang


87

diperoleh dianggap sepele sehingga menimbulkan cerminan perilaku yang

negatif yakni masih tetap menkonsumsi rokok.Sikap merupakan domain

dari perilaku.Salah satu faktor pendukung adalah adanya dukungan dari

keluarga serta dari lingkungan.Perilaku manusia merupakan hasil dari pada

segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata

lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus

yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat

pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif

(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat

dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan.Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak

tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi.Beberapa ahli

membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah

knowledge, attitude, practice.(Sarwono, 2004).Diperlukan upaya-upaya

meningkatkan pengetahuan belajar tentang bahaya merokok melalui

kegiatan penyuluhan yang disertai dengan media informasi yang memadai.

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Chi-

Square diperoleh p value= 0,000 yang berarti lebih kecil dari α=0,05dengan

demikian dapat dikatakan bahwa ada Hubungan Pada keeratan hubungan

dengan niali Contingency Coefficient =0,527 kategori cukup maka

disimpulkan ada keeratan hubungan cukup antara Pengetahuan Dengan


88

Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun

2018.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dibutuhkan peningkatan

pengetahuan khususnya bahaya rokok yang lebih mendalam.Selain itu, bagi

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo yang masih merokok dibutuhkan

usaha yang komprehensif untuk mengubah lingkungan perokok serta

dibutuhkannya suatu aturan pemerintah yang dapat menerapkan sanksi

khusus untuk perokok.Perilaku merokok yang baik pada sebagian Remaja

Putra menunjukan adanya upaya yang dilakukan untuk senantiasa menjaga

kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Peranan Remaja

sebagai panutan hidup bersih dan sehat untuk masyarakat dan khususnya

untuk pasiennya kelak di masa depan sangat penting. Remaja Putra yang

juga merupakan generasi penerus bangsa dapat memberikan edukasi,

menganjurkan dan bertindak dalam menjaga kesehatan masyarakat sehingga

dengan ini dapat memperkecil risiko terjadinya penyakit maupun

penyebaran penyakit khususnya yang disebabkan oleh rokok.

5.3.5 Hubungan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

Berdasarkan Tabel 5.10 diatas terlihat bahwa32 responden

bersikap positif dan berperilaku tidak merokok, serta 3 responden bersikap

positif dan berperilaku merokok.

Penelitian Citra Widya Mustika Sinaga (2017) Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Remaja Perokok Terhadap Perilaku Merokok Di

Kelurahan Baru Kecamatan Siantar Utara disimpulakn Tidak terdapat


89

hubungan yang bermakna antara sikap remaja perokok terhadap perilaku

merokok dengan hasil uji kemaknaan didapat p = 0,365.

Menurut Sarwono (2009), Sikap merupakan reaksi evaluatif yang

disukai atau tidak disukaiterhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan

kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang.Menurut

Azwar.S (2009), Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling

menunjang yaitu Komponen kognitif berisi kepercaayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Seperti

dalam keyakinan remaja bahwa dengan adanya pengambilan sikap yang

tepat dapat mengatasi kenakalan remaja. Kompenen afektif menyangkut

masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap.

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu

Menerima (receiving), Merespon (responding), Menghargai (valuing),

Bertanggung jawab (responsible). Menurut Azwar.S (2009) sikap dapat

pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu Sikap positif

kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan

obyek tertentuSikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Menurut Sarwono (2004) Perilaku manusia merupakan hasil

daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan.Prosedur Pembentukan Perilaku dalam operant conditioning

skinner adalah Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan

penguat alau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku


90

yang akan dibentuk Melakukan analisis untuk mengidentifikasi

komponen-komponcn kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

Menurut Notoatmodjo (2003) secara lebih operasional, perilaku dapat

diartikan suatu respon organisme terhadap rangsangan dari luar subyek

tersebut. Respon ini dapat berbentuk dua macam Bentuk pasif adalah

respon internal, yaitu terjadi di dalam diri individu dan tidak dapat

langsung dilihat oleh orang lain, seperti berpikir, tanggapan atau sikap

batin dan pengetahuan. Perilakunya sendiri masih terselubung yang

disebutcovert behavior.Bentuk aktif adalah apabila itu jelas dapat di

observasi secara langsung.Perilaku di sini sudah tampak dalam bentuk

tindakan nyata yang disebut overt behavior.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa

dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ Fungsi untuk

memasuki masa dewasa (Hurlock, 2006).Menurut Zulkifli L. (2003)ciri-

ciri masa remaja antara lain Pertumbuhan fisik, Perkembangan seksual,

Cara berfikir, Emosi yang meluap–luap, Mulai tertarik pada lawan jenis,

Menarik perhatian lingkungan, Terikat dengan kelompok.

Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan

respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor

yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara

langsung (Istiqomah, 2003).

Menurut Laventhal dan Clearly (2006) mengungkapkan empat

tahap dalam perilaku merokok, yaitu Tahap Preparatory Seseorang

mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan


91

cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan

niat untuk merokok. Tahap Initiation merokok, yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan atau kah tidak terhadap perilaku merokok.

Tahap Becoming A Smoker Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok

sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok. Tahap Maintaining Of Smoking Pada tahap ini merokok sudah

menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating).

Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.

Sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik.Jadi dalam tindakan seseorang tidak hanya aspek kognitif

yang perlu diperhatikan.Perlu diperhatikan pula aspek afektif dan

psikomotorik (Azwar, 2003). Shaluhiyah (2006) menyebutkan bahwa

sikap merupakan faktor yang paling berpengaruh pada praktik atau

tindakan merokok seseorang.Dan Azwar (2007) juga menyatakan sikap

berhubungan dengan tindakan merokok.Akan tetapi, informasi tentang

rokok dan bahayanya tetap penting untuk mengubah sikap seseorang.

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik

Chi-Square diperoleh p value= 0,000 yang berarti lebih kecil dari

α=0,05dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada Hubungan Pada

keeratan hubungan dengan niali Contingency Coefficient =0,438 kategori

cukup maka disimpulkan ada keeratan hubungan cukup antara Sikap

Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di

SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.


92

Pada seseorang yang berusia remaja yang mengalami perubahan

dan tingkat emosi yang tinggi sehingga di khawatirkan melakukan

kenakalan remaja salah satunya mengkonsumsi rokok.Perilaku merokok

remaja berkaitan dengan sikap remaja.Karena domain perilaku

dipengaruhi 3 faktor salah satunya sikap yang merupakan suatu sindrom

atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau obyek. Sehingga

sikap melibatkan pikiran, perasaan dan perhatian serta gejala kejiwaan

yang lain. Semakin positif sikap responden, maka semakin positif pula

perilaku responden.Karena perilaku atau tindakan terjadi karena adanya

respon. Pada hal merokok digambarkan semakin positif respon responden

dalam merokok maka responden remaja akan bertindak positif

menghindari merokok karena akan mengganggu kesehatan dan masa

depan responden yang sebagian bercita-cita sebagai militer yang

memerlukan fisik yang kuat sebagai syarat utama untuk lolos.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menyadari adanya banyak

kekurangan dan kelemahan sehingga kemungkinan hasil yang sudah didapatan

tidak optimal. Setiap penelitian pasti memiliki hambatan dalam

pelaksanaannya, dalam penelitian ini neniliki beberapa keterbatasan, yaitu :

1. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan

kuesioner yang cenderung bersifat subjektif sehingga sangat menentukan


93

kebenaran data yang diberikan.Ada saatnya kondisi dimana responden

malas membaca soal.

2. Desain Penelitian

Metode yang dipakai oleh peneliti adalah crrossectional yang berarti

setiap subjek penelitian hanya diukur satu kali saja (notoadmojo 2012)

dan metode ini dianggap kurang efektif sehingga hasil koefisiensi yang

didapat rendah.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di

SMP Negeri 1 Dolopo dapat disimpulkan:

1. Sebagian besar 37 responden (63,8%) responden berpengetahuan baik

tentang rokok.

2. Sebagian besar 35 responden(60,3%) responden bersikap positif tentang

Bahaya Rokok.

3. Sebagian besar 43 responden (74,1%) perilaku remaja tidak

mengkonsumsi rokok

4. Ada hubungan antara Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

5. Ada hubungan antara Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018.

94
95

6.1 Saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penlis ingin menyampaikan

beberapa saran yaitu :

1. Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan setelah mengetahui hasil penelitian yang telah

dilakukan diharapkan pihak sekolah terus meningkatkan pengetahuan

remaja dan memberikan penyuluhan serta sosialisasi mengenai dampak

akibat merokok secara rutin kepada semua siswanya.

2. Bagi orang tua

Bagi orang tua hendaknya selalu berikan perhatian dan kasih saying

terhadap anak anak terutama usia remaja agar selalu dalam pergaulan yang

memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Serta selalu pantau dan

berikan arahan agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah.

3. Bagi mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Bahan kajian ini diharapkan sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran

untuk kegiatan penelitian berikutnya.

4. Bagi peneliti lainnya

Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan penelitian.

Diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian lain mengenai

perilaku merokok yang berbeda agar dapat mengembangkan peniliti seperti

ini dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2006. Psikologi remaja Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi 5. Rineka


Cipta.

Aula, Lisa. Stop Merokok. Yogyakarta : Garailmu. 2010.

Azwar, Saifuddin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Becker, 2001. Standard for Protective Headgear, SnellMemorial Foundation Inc.,


North Highlands, CA.

Brigham, C.J. 1991. Social Psychology. Boston: Harper Collins Publisher, Inc

Christanto, A. 2004. Merokok : Antara Ya dan Tidak (Suatu Kajian Filsafat Ilmu).
http://www.mail-
archive.com/dokter@yahoogroups.com/msg00486.html (Diakses pada
tanggal 25 Desember 2017).

Danusantoso. 1991 Rokok dan Perokok. Jakarta: Rineka Cipta.

DepKes RI. 2013. Penanganan Pada Remaja Beresiko Tinggi.


http://.dinkesbwi.net/pkjm/html/modules.php?Op=modload&name=N
e ws&file+article&sid=1. [diakes 01 desember 2017]

Gochman.1988. Health Behavior Emerging Research Perspectives

Hendra, AW. 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan, Jakarta :


Pustaka Sinar. Harapan

Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba


Medika.

Hurlock, E.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Iswara, T. R, 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:


Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Jati Permana. 2016. http://surabaya.tribunnews.com/2016/11/07/28-juta-anak-dan-


remaja-di-jatim-merokok-ini-pemicunya.

Kartini. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya

96
97

Komalasari, D.,Helmi, A. F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok


pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada Vol.3 No.1
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf

Levy, MR, 1984. Lyfe and Healt, New York; Random Hause

Lukluk A, Zuyina dan Siti Bandiyah, 2008. Psikologi Kesehatan, Jogjakarta:


Nuha Offset.

Mu’tadin Z. 2010. Remaja dan Rokok http://www.e-psikologi.com/remaja. 2002.


diakses pada tanggal 17 Juli 2018

Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.

2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: PT Rineka.


Cipta

. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam dan Pariani S. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

2007, Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya,


Penerbit Salemba. Medika, Jakarta.

Rogers, Everett M., & F.Floyd Shoemaker. 2000. Communication of Innovation A


Cross-Cultural Approach. The Free Press. New York.

Rosaria. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Merokok


Pada Remaja Usia 12 – 15 Tahun Di Desa Ngumpul, Tesis

Santrock. 2007. Remaja. Edisi 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, W. Sarlito, 2004. Psikologi remaja. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina


Pustaka

Skinner , 1979. Dalam : Notoatmodjo S., 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bab
V, Pendidikan dan Prilaku. Halaman 118.

Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarna Indonesia : Jakarta.


98

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta :


Sagung Seta.

Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Nuha. Medika.


Jakarta

Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Afa Beta

2012. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: CV Alfabeta.

Widayatun, T. R. 2009. Ilmu Perilaku M. A. 104. Jakarta: Agung Seto

Wismanto, Y Bagusdan Y Budi Sarwo. 2007. Strategi Penghentian Perilaku


Merokok. Semarang :Unika Soegijapranata. http://eprints.unika.ac.id
/236/1/Strahen_Prilaku_Mrokok.pdf(Diakses 27 November 2017).
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:

Yth. Calon Reponden

Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Angga Prasetiya Yuda
Nim : 201202005
Bermaksut melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra
Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018”. Sehubungan dengan ini, saya mohon
kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan
saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan
informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaannya saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, Agustus 2018

Angga Prasetiya Yuda

201202005
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(informed consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan


kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Angga Prasetiya Yuda mengenai judul “Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra
Di SMP Negeri 1 Dolopo Tahun 2018”. Saya mengetahui bahwa informasi yang
akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di
Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar
– benarnya. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai
keperluan.

Madiun, Agustus 2018

Responden
Lampiran 3
KISI-KISI KUESIONER

Variabel Indikator Jumlah No. Soal Jenis


Soal Pernyataan
Independen 4. Pengertian Perilaku
Pengertian merokok. 4 1, 4, 7, (+), (+), (+)
tentang Rokok 10 (+)
5. Aspek-aspek
Perilaku Merokok. 3 2, 5, 8, (+), (+), (+)

6. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku merokok 5 3, 6, 9, (+), (+), (+)
11, 12 (+), (+)
Jumlah Soal

Kunci Jawaban Soal


SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Variabel Indikator Jumlah No. Soal Jenis Pernyataan


Soal
Independen 4. Komposisi Rokok 3 1, 4 (+), (-)
Sikap tentang
Bahya Rokok 3 2, 5, 7, (+), (-),(-),(+)
5. Racun pada Rokok 10

4 (+), (+), (-), (-)


6. Dampak Rokok
3, 6, 8, 9
Pada Remaja
Jumlah Soal 10
Variabel Indikator Jumlah Soal No. Soal
Dependen 1. Mengkonsumsi
Tingkat Rokok 1 1
Perilaku 2. Intensitas 1 1
Merokok Pada
Remaja
Jumlah Soal 2 2
Lampiran 4

KUESIONER

Judul:Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok Dengan Perilaku

Merokok Pada Remaja Putra Di SMP Negeri 1 Dolopo

Kode Responden.......(Diisi oleh peneliti)

1. Umur :
a. Umur 12-13 tahun
b. Umur 14-15 tahun

2. Perokok dalam keluarga:


a. Orang tua (Ayah / Ibu)
b. Saudara (Kakak/ Adik)

3. Mendapatkan informasi tentang rokok

P rnah Ti k Pernah

Jika Pernah dari mana : Tenaga Kesehatan Media Cetak

Media Elektronik Te an

Orang Tua Saudara


4. Mengkonsumsi rokok
Ya Tidak

5. Jika YA
Sehari Merokok : Batang
I. Pengetahuan tentang rokok
a. Petunjuk pengisian:
Isi kolom yang ada sesuai dengan keadaan diri anda yang
sebenarnya. Berilah tanda chek list (√) pada yang akan anda pilih.
Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukan anda.
b. Pertanyaan
No. Pernyataan Benar Salah
Merokok merupakan aktivitas
1.
menghisap tembakau yang dibakar
Salah satu Aspek dalam merokok adalah frekuensi
2.
seringnya mengkonsumsi rokok
3. Lingkungan mempengaruhi aktivitas merokok.
Merokok merupakan kebiasaan
4. aktivitas tangan untuk aktivitas
merokok
Lama mengkomsumsi rokok merupakan salah satu
5.
Aspek perilaku merokok
Usia seseorang menjadi faktor
6.
mengkonsumsi rokok
merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang
7.
berupa membakar rokok
Intensitas atau jumlah rokok merupakan aspek
8.
merokok
Orang tua yang merokok cenderung mempunyai
9.
anak merokok.
Merokok menimbulkan asap yang dapat terhisap
10.
oleh orang- orang disekitarnya
Teman perokok menjadi pengaruh aktivitas
11
merokok
12 Perilaku rokok dipengaruhi oleh iklan rokok.
SIKAP BAHAYA MEROKOK

a. Keterangan jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
b. Petunjuk pengisian:
Isi kolom yang ada sesuai dengan keadaan diri anda yang
sebenarnya. Berilah tanda chek list (√) pada yang akan anda pilih.
Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukan anda.
c. Pertanyaan
STS
No. Pernyataan SS S R TS
Rokok biasanya terdiri dari rokok
1.
dengan atau tanpa filter
Salah satu racun dalam rokok adalah nikotin
2. yang mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan.
Rokok dapat menyebabkan impotensi karena
3.
menyebabkan penurunan seksual.
Komposisi utama rokok adalah
4.
cengkeh dan kertas pelinting.
Rokok mengandung bahan tar yang
5.
menyebabkan penyakit sesak nafas
Karbon monoksida pada asap
rokok mengakibatkan kerapuhan
6.
tulang sehingga lebih mudah
patah .
Kandungan Karbon monoksida pada rokok
7.
menyebabkan mual muntah
Rokok mengakibatkan aliran darah pada jantung
8.
lancar
Rokok tidak menyebabkan penyebab penyakit
9.
batuk, radang pada tenggorokan dan paru paru
10. Rokok menyebabkan ketergantungan.
Lampiran 5

DATA DEMOGRAFI

No Usia Informasi tentang rokok Rokok Pengetahuan Sikap Perilaku


Res (tahun) Mendapatkan Jenis Perokok Mengkonsumsi Jumlah rokok Merokok
dalam yang dikonsumsi
keluarga perhari (batang)
1 13 Pernah Tenaga Kesehatan Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
2 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
3 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
4 13 Pernah Media Elektronik Kakak Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
5 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
6 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
7 14 Pernah Saudara Tidak - Buruk Positif Tidak Merokok
8 13 Pernah Teman Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
9 15 Pernah Orang Tua Ayah Ya 3 Buruk Positif Merokok
10 14 Pernah Teman Kakak Ya 4 Buruk Negatif Merokok
11 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
12 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
13 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
14 13 Pernah Saudara Tidak - Buruk Positif Tidak Merokok
15 14 Pernah Media Elektronik Kakak Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
16 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
17 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
18 14 Pernah Tenaga Kesehatan Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
19 15 Pernah Saudara Ayah Ya 3 Baik Negatif Merokok
20 14 Pernah Saudara Tidak - Buruk Positif Tidak Merokok
21 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
22 15 Pernah Orang Tua Kakak Ya 4 Buruk Positif Merokok
23 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
24 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
25 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
26 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
27 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
28 15 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
29 14 Pernah Media Elektronik Kakak Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
30 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
31 13 Pernah Teman Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
32 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
33 14 Pernah Saudara Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
34 14 Pernah Teman Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
35 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
36 15 Pernah Saudara Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
37 15 Pernah Saudara Ayah Ya 4 Baik Negatif Merokok
38 14 Pernah Saudara Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
39 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
40 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
41 15 Pernah Teman Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
42 15 Pernah Teman Ayah Ya 4 Buruk Negatif Merokok
43 15 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
44 13 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
45 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
46 14 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Positif Merokok
47 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
48 13 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
49 14 Pernah Teman Ayah Tidak - Buruk Negatif Tidak Merokok
50 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
51 14 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
52 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
53 14 Pernah Teman Kakak Tidak - Baik Negatif Tidak Merokok
54 13 Pernah Media Cetak Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
55 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
56 15 Pernah Teman Ayah Ya 6 Buruk Negatif Merokok
57 13 Pernah Orang Tua Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
58 14 Pernah Media Elektronik Tidak - Baik Positif Tidak Merokok
Lampiran 6

TABULASI DATA KHUSUS PENGETAHUAN TENTANG ROKOK PADA REMAJA PUTRA DI SMP NEGERI 1 DOLOPO
TAHUN 2018

No Res No Soal Skor


Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Yang Prosentase Pengetahuan
Maksimal
didapat
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12 100,0 Baik
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 12 91,7 Baik
3 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7 12 58,3 Baik
4 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 12 25,0 Buruk
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 12 91,7 Baik
6 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
7 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 6 12 50,0 Buruk
8 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4 12 33,3 Buruk
9 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6 12 50,0 Buruk
10 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4 12 33,3 Buruk
11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 8 12 67,7 Baik
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 12 91,7 Baik
13 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
14 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 4 12 33,3 Buruk
15 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 5 12 41,7 Buruk
16 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 10 12 83,3 Baik
18 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 9 12 75,0 Baik
19 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 7 12 58,3 Baik
20 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 7 12 58,3 Baik
21 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7 12 58,3 Baik
22 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Buruk
23 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 9 12 75,0 Baik
24 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 12 67,7 Baik
25 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
26 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 5 12 41,7 Buruk
27 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 12 91,7 Baik
29 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 4 12 33,3 Buruk
30 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 12 75,0 Baik
31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12 91,7 Baik
32 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 12 25,0 Buruk
33 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10 12 83,3 Baik
34 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7 12 58,3 Baik
35 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4 12 33,3 Buruk
36 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 12 25,0 Buruk
37 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11 12 91,7 Baik
38 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 7 12 58,3 Baik
39 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 4 12 33,3 Buruk
40 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 4 12 33,3 Buruk
41 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 12 33,3 Buruk
42 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 12 33,3 Buruk
43 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 7 12 58,3 Baik
44 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 7 12 58,3 Baik
45 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
46 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6 12 50,0 Buruk
47 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 12 67,7 Baik
48 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12 91,7 Baik
49 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 6 12 50,0 Buruk
50 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 12 67,7 Baik
51 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9 12 75,0 Baik
52 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
53 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 12 67,7 Baik
54 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 12 83,3 Baik
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 12 91,7 Baik
56 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 12 41,7 Buruk
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12 100,0 Baik
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 12 91,7 Baik
Lampiran 7
TABULASI DATA KHUSUS SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK PADA REMAJA PUTRA
DI SMP NEGERI 1 DOLOPO TAHUN 2018
No No Soal 10. (x- ) Sikap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X x- (X- T
Res S
1 3 4 3 4 3 3 5 4 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
2 5 3 5 3 3 3 4 3 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
4 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
5 5 3 4 3 3 3 3 4 3 4 35 3 9 5,5 55,5 Positif
6 1 2 3 3 2 3 2 3 2 3 24 -8 64 -14,5 35,5 Negatif
7 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
8 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 25 -7 49 -12,7 37,3 Negatif
9 3 3 4 3 5 4 3 4 5 4 43 11 121 20,0 70,0 Positif
10 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 28 -4 16 -7,3 42,7 Negatif
11 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 35 3 9 5,5 55,5 Positif
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 8 84 14,5 64,5 Positif
13 5 4 3 4 4 3 4 3 3 3 36 4 16 7,3 57,3 Positif
14 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 34 2 4 3,6 53,6 Positif
15 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
16 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 28 -4 16 -7,3 42,7 Negatif
17 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
18 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
19 4 2 3 3 2 3 2 3 2 2 26 -6 36 -10,9 39,1 Negatif
20 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 36 4 16 7,3 57,3 Positif
21 4 4 5 4 5 5 4 5 3 4 43 11 121 20,0 70,0 Positif
22 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 8 84 14,5 64,5 Positif
24 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
25 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 36 4 16 7,3 57,3 Positif
26 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 26 -6 36 -10,9 39,1 Negatif
27 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
28 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 36 4 16 7,3 57,3 Positif
29 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 25 -7 49 -12,7 37,3 Negatif
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 8 84 14,5 64,5 Positif
31 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
32 3 2 3 1 2 3 2 3 2 3 24 -8 64 -14,5 35,5 Negatif
33 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
34 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
35 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
36 3 2 4 3 2 3 2 3 2 3 27 -5 25 -9,1 40,9 Negatif
37 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 24 -8 64 -14,5 35,5 Negatif
38 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
39 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 26 -6 36 -10,9 39,1 Negatif
40 2 3 2 3 2 3 3 4 2 3 27 -5 25 -9,1 40,9 Negatif
41 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 29 -3 9 -5,5 44,5 Negatif
42 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 31 -1 1 -1,8 48,2 Negatif
43 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
44 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 37 5 25 9,1 59,1 Positif
45 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 38 6 36 10,9 60,9 Positif
46 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 34 2 4 3,6 53,6 Positif
47 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
48 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
49 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 -1 1 -1,8 48,2 Negatif
50 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 35 3 9 5,5 55,5 Positif
51 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
52 4 3 3 4 3 5 2 3 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
53 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 31 -1 1 -1,8 48,2 Negatif
54 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
55 4 3 4 3 3 3 3 5 3 3 34 2 4 3,6 53,6 Positif
56 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 21 -11 121 -20,0 30,0 Negatif
57 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
58 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 33 1 1 1,8 51,8 Positif
1855 1775 2898,2
= 1855

58

= 32

= 5,5

XX S
T = 50+10

∑ T = 2898,2
mT = ∑ T
n

= 2898,2

58

= 49,96

=50
Lampiran 8

TABULASI DATA KHUSUS PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

PUTRA DI SMP NEGERI 1 DOLOPO TAHUN 2018.

No Rokok Perilaku Merokok


Res Perokok dalam Mengkonsumsi Jumlah rokok yang
keluarga dikonsumsi perhari
(batang)
1 Tidak - Tidak Merokok
2 Tidak - Tidak Merokok
3 Tidak - Tidak Merokok
4 Kakak Tidak - Tidak Merokok
5 Tidak - Tidak Merokok
6 Tidak - Tidak Merokok
7 Tidak - Tidak Merokok
8 Ayah Ya 4 Merokok
9 Ayah Ya 3 Merokok
10 Kakak Ya 4 Merokok
11 Tidak - Tidak Merokok
12 Tidak - Tidak Merokok
13 Tidak - Tidak Merokok
14 Tidak - Tidak Merokok
15 Kakak Tidak - Tidak Merokok
16 Tidak - Tidak Merokok
17 Tidak - Tidak Merokok
18 Tidak - Tidak Merokok
19 Ayah Ya 3 Merokok
20 Tidak - Tidak Merokok
21 Tidak - Tidak Merokok
22 Kakak Ya 4 Merokok
23 Tidak - Tidak Merokok
24 Tidak - Tidak Merokok
25 Tidak - Tidak Merokok
26 Tidak - Tidak Merokok
27 Tidak - Tidak Merokok
28 Tidak - Tidak Merokok
29 Kakak Tidak - Tidak Merokok
30 Tidak - Tidak Merokok
31 Tidak - Tidak Merokok
32 Ayah Ya 6 Merokok
33 Tidak - Tidak Merokok
34 Tidak - Tidak Merokok
35 Ayah Ya 6 Merokok
36 Ayah Ya 4 Merokok
37 Ayah Ya 4 Merokok
38 Tidak - Tidak Merokok
39 Ayah Ya 6 Merokok
40 Ayah Ya 6 Merokok
41 Ayah Ya 4 Merokok
42 Ayah Ya 4 Merokok
43 Tidak - Tidak Merokok
44 Tidak - Tidak Merokok
45 Tidak - Tidak Merokok
46 Ayah Ya 6 Merokok
47 Tidak - Tidak Merokok
48 Tidak - Tidak Merokok
49 Ayah Tidak - Tidak Merokok
50 Tidak - Tidak Merokok
51 Tidak - Tidak Merokok
52 Tidak - Tidak Merokok
53 Kakak Tidak - Tidak Merokok
54 Tidak - Tidak Merokok
55 Tidak - Tidak Merokok
56 Ayah Ya 6 Merokok
57 Tidak - Tidak Merokok
58 Tidak - Tidak Merokok
Lampiran 9
TABULASI SILANG

Tabulasi silang usia dengan Pengetahuan


Usia Pengetahuan Jumlah P (%)
(Tahun) Baik P (%) Buruk P (%)
13 18 31,0 3 5,2 21 36,2
14 15 25,9 8 13,8 23 39.7
15 4 6,9 10 17,2 14 24,1
Jumlah 37 63,8 21 36,2 58 100,0

Tabulasi Silang pernah mendapatkan informasi tentang rokok dengan


Pengetahuan
mendapatkan informasi Pengetahuan Jumlah P (%)
tentang rokok Baik P (%) Buruk P (%)
Pernah 37 63,8 21 36,2 58 100,0
Tidak Pernah
Jumlah 37 63,8 21 36,2 58 100,0

Tabulasi silang jenis informasi tentang rokok dengan Pengetahuan


jenis informasi Pengetahuan Jumlah P (%)
tentang rokok Baik P (%) Buruk P (%)
Tenaga Kesehatan 2 3,4 2 3,4
Media Cetak 5 8,6 5 8,6
Media Elektronik 6 10,3 4 6,9 10 17,2
Teman 2 3,4 12 20,7 14 24,1
Orang Tua 17 29,3 2 3,4 19 32,8
Saudara 5 8,6 3 5,2 8 13,8
Jumlah 37 63,8 21 36,2 58 100,0

Tabulasi silang Perokok dalam keluarga dengan Pengetahuan


Perokok dalam Pengetahuan Jumlah P (%)
keluarga Baik P (%) Buruk P (%)
Ayah 2 10,0 12 60,0 14 70,0
Kakak 1 5,0 5 25,0 6 30,0
Jumlah 3 15,0 17 85,0 20 100,0
Lampiran 10
TABULASI SILANG

Tabulasi silang usia dengan sikap


Usia Sikap Jumlah P (%)
(Tahun) Positif P (%) Negatif P (%)
13 19 32,8 2 3,4 21 36,2
14 12 20,7 11 19,0 23 39.7
15 4 6,9 10 17,2 14 24,1
Jumlah 35 60,3 23 39,7 58 100,0

Tabulasi Silang pernah mendapatkan informasi tentang rokok


dengan sikap
mendapatkan Sikap Jumlah P (%)
informasi Positif P (%) Negatif P (%)
tentang rokok
Pernah 35 60,3 23 39,7 58 100,0
Tidak Pernah
Jumlah 35 60,3 23 39,7 58 100,0

Tabulasi silang jenis informasi tentang rokok dengan sikap


jenis informasi Sikap Jumlah P (%)
tentang rokok Positif P (%) Negatif P (%)
Tenaga Kesehatan 2 3,4 2 3,4
Media Cetak 5 8,6 5 8,6
Media Elektronik 5 8,6 5 8,6 10 17,2
Teman 2 3,4 12 20,7 14 24,1
Orang Tua 18 31,0 1 1,7 19 32,8
Saudara 3 5,2 5 8,6 8 13,8
Jumlah 35 60,3 23 39,7 58 100,0

Tabulasi silang Perokok dalam keluarga dengan Sikap


Perokok dalam Sikap Jumlah )
keluarga Positif P (%) Negatif P (%)
Ayah 2 10,0 12 60,0 14 70,0
Kakak 1 5,0 5 25,0 6 30,0
Jumlah 3 15,0 17 85,0 20 100,0
Lampiran 11
TABULASI SILANG
Tabulasi silang usia dengan Perilaku merokok
Usia (Tahun) Perilaku merokok Jumlah P (%)

Tidak P (%) Merokok P (%)


Merokok
13 17 29,3 4 6,9 21 36,2
14 20 34,5 3 5,2 23 39.7
15 6 10,3 8 13,8 14 24,1
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0

Tabulasi Silang pernah mendapatkan informasi tentang rokok dengan Perilaku


merokok
mendapatkan informasi Perilaku merokok Jumlah P (%)
tentang rokok Tidak P (%) Merokok P (%)
Merokok
Pernah 43 74,1 15 25,9 58 100,0
Tidak Pernah
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0

Tabulasi silang jenis informasi tentang rokok dengan Perilaku merokok


jenis informasi Perilaku merokok Jumlah P (%)
tentang rokok Tidak P (%) Merokok P (%)
Merokok
Tenaga Kesehatan 2 3,4 2 3,4
Media Cetak 5 8,6 5 8,6
Media Elektronik 9 15,5 1 1,7 10 17,2
Teman 8 13,8 6 10,3 14 24,1
Orang Tua 14 24,1 5 8,6 19 32,8
Saudara 5 8,6 3 5,2 8 13,8
Jumlah 43 74,1 15 25,9 58 100,0

Tabulasi silang Perokok dalam keluarga dengan Perilaku merokok


Perokok dalam Perilaku merokok Jumlah P (%)
keluarga Tidak P (%) Merokok P (%)
Merokok
Ayah 1 5,0 13 65,0 14 70,0
Kakak 4 20,0 2 10,0 6 30,0
Jumlah 5 25,0 15 75,0 20 100,0
Lampiran 12
CROSSTABS
/TABLES=Pengetahuan_Tentang_Rokok BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes
Output Created 15-Sep-2018 17:18:16
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
58
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS

/TABLES=Pengetahuan_Tentang_R
okok BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.047


Elapsed Time 00:00:00.029
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Perilaku 58 100.0 0 .0 58 100.0
% % %

Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation


Count
Perilaku
Tidak Merokok Merokok Total
Pengetahuan Baik 35 2 37
Buruk 8 13 21
Total 43 15 58

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 22.304 a
1 .000
Continuity Correctionb 19.454 1 .000
Likelihood Ratio 22.836 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
21.919 1 .000
Association
N of Valid Casesb 58
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.43.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .527 .000
N of Valid Cases 58
Lampiran 13
CROSSTABS
/TABLES=Sikap_Bahaya_Rokok BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes
Output Created 15-Sep-2018 17:21:52
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
58
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Sikap_Bahaya_Rokok
BY Perilaku_Merokok
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.000


Elapsed Time 00:00:00.010
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762

[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * Perilaku 58 100.0 0 .0 58 100.0
% % %

Sikap * Perilaku Crosstabulation


Count
Perilaku
Tidak Merokok Merokok Total
Sikap Positif 32 3 35
Negatif 11 12 23
Total 43 15 58

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.762a 1 .000
Continuity Correctionb 11.582 1 .001
Likelihood Ratio 13.990 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
13.525 1 .000
Association
N of Valid Casesb 58
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.95.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .438 .000
N of Valid Cases 58
Lampiran 14

CORRELATIONS
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 Soal10
Soal11 Soal12 Jumlah
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Notes
Output Created 29-Sep-2018 15:55:52
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
10
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables
are based on all the cases with valid
data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3
Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8
Soal9 Soal10 Soal11 Soal12 Jumlah
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Resources Processor Time 00:00:00.093


Elapsed Time 00:00:00.045
Correlations
Soal Soa Soa Soa Soa Soa Soa Soa Soa Soa Soa Soa
1 l2 l3 l4 l5 l6 l7 l8 l9 l l l Jumlah
10 11 12
Soal1 Pearson 1.00 1.00 1.00 1.00
1 .500 .612 .764* .764* .764* .500 .500 .896**
Correlatio 0 **
0** 0** 0**
n
Sig. (2-
.141 .060 .000 .010 .010 .010 .141 .000 .141 .000 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal2 Pearson .816 1.00
.500 1 * .500 .655* .655* .655* .600 .500 .500 .500 .786**
Correlatio 0**
*
n
Sig. (2-
.141 .004 .141 .040 .040 .040 .067 .141 .000 .141 .141 .007
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal3 Pearson .816 .802 .802 .802 .816 .816
.612 * 1 .612 * * * * .612 * .612 .612 .883**
Correlatio
* * * * * *
n
Sig. (2-
.060 .004 .060 .005 .005 .005 .004 .060 .004 .060 .060 .001
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal4 Pearson 1.00 1.00 1.00 1.00
.500 .612 1 .764* .764* .764* .500 .500 .896**
Correlatio 0**
0**
0**
0 **
n
Sig. (2-
.000 .141 .060 .010 .010 .010 .141 .000 .141 .000 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal5 Pearson .764 .802 1.00
* .655* * .764* 1 .524 .655* .764* .655* .764* .764* .887**
Correlatio 0**
*
n
Sig. (2-
.010 .040 .005 .010 .120 .000 .040 .010 .040 .010 .010 .001
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal6 Pearson .764 .802
* .655* * .764* .524 1 .524 .655* .764* .655* .764* .764* .839**
Correlatio
*
n
Sig. (2-
.010 .040 .005 .010 .120 .120 .040 .010 .040 .010 .010 .002
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal7 Pearson .764 .802 1.00
* .655* * .764* .524 1 .655* .764* .655* .764* .764* .887**
Correlatio 0**
*
n
Sig. (2-
.010 .040 .005 .010 .000 .120 .040 .010 .040 .010 .010 .001
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal8 Pearson .816
.500 .600 * .500 .655* .655* .655* 1 .500 .600 .500 .500 .743*
Correlatio
*
n
Sig. (2-
.141 .067 .004 .141 .040 .040 .040 .141 .067 .141 .141 .014
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal9 Pearson 1.00 1.00 1.00 1.00
.500 .612 .764* .764* .764* .500 1 .500 .896**
Correlation 0**
0**
0**
0**

Sig. (2-
.000 .141 .060 .000 .010 .010 .010 .141 .141 .000 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal10 Pearson 1.00 .816*
.500 * .500 .655* .655* .655* .600 .500 1 .500 .500 .786**
Correlation 0**

Sig. (2-
.141 .000 .004 .141 .040 .040 .040 .067 .141 .141 .141 .007
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal11 Pearson 1.00 1.00 1.00 1.00
.500 .612 .764* .764* .764* .500 .500 1 .896**
Correlation 0**
0**
0**
0**

Sig. (2-
.000 .141 .060 .000 .010 .010 .010 .141 .000 .141 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Soal12 Pearson 1.00 1.00 1.00 1.00
.500 .612 .764* .764* .764* .500 .500 1 .896**
Correlation 0**
0**
0**
0**

Sig. (2-
.000 .141 .060 .000 .010 .010 .010 .141 .000 .141 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Jumlah Pearson .896 .786* .883* .896* .887* .839* .887* * .896 .786 .896 .896
* * * *
* .743 1
Correlation ** * * * * * * * * *

Sig. (2-
.000 .007 .001 .000 .001 .002 .001 .014 .000 .007 .000 .000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed).
Lampiran 15

RELIABILITY
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8 Soal9 Soal10
Soal11 Soal12 Jumlah
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Reliability

Notes
Output Created 29-Sep-2018 15:59:44
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
10
Data File
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=Soal1 Soal2 Soal3
Soal4 Soal5 Soal6 Soal7 Soal8
Soal9 Soal10 Soal11 Soal12 Jumlah
/SCALE('ALL VARIABLES')
ALL
/MODEL=ALPHA.

Resources Processor Time 00:00:00.000


Elapsed Time 00:00:00.011

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excluded a
0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.781 13
Lampiran 16

CORRELATIONS
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Notes
Output Created 06-Sep-2018 19:07:20
Comments
Input Data D: spp.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
10
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables
are based on all the cases with valid
data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5
B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING=PAIRWISE.

Resources Processor Time 00:00:00.046


Elapsed Time 00:00:00.031
[DataSet0] D:.sav

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
B1 2.90 .876 10
B2 3.10 .738 10
B3 3.30 .675 10
B4 3.30 .675 10
B5 2.90 .994 10
B6 3.10 .738 10
B7 3.10 .738 10
B8 3.50 .707 10
B9 2.80 .919 10
B10 3.20 .632 10
JUMLAH 31.10 6.488 10

Correlations
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
B1 Pearson Correlation .881 .808 .843
1 .533 .432 .620 * .705* .705* * .663* * .843**
* * *

Sig. (2-tailed) .113 .212 .056 .001 .023 .023 .005 .037 .002 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B2 Pearson Correlation .825* .796
.533 1 .602 * .469 .592 * .745* .688* .429 .787**
*

Sig. (2-tailed) .113 .065 .003 .171 .071 .006 .013 .028 .217 .007
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B3 Pearson Correlation .825
.432 .602 1 .512 .546 .379 * .349 .645* .364 .677*
*

Sig. (2-tailed) .212 .065 .130 .102 .280 .003 .323 .044 .301 .031
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B4 Pearson Correlation .825* .825* .825* .815* .824*
.620 * .512 1 .712* * * * * .625 .906**
Sig. (2-tailed) .056 .003 .130 .021 .003 .003 .004 .003 .053 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B5 Pearson Correlation .881 .772* .772* * .827
*
** .469 .546 .712 1 * .711 * .742 .897**
* *
*

Sig. (2-tailed) .001 .171 .102 .021 .009 .009 .021 .003 .014 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B6 Pearson Correlation .705 .825* .772*
* .592 .379 * * 1 .592 .745* .688* .667* .833**
Sig. (2-tailed) .023 .071 .280 .003 .009 .071 .013 .028 .035 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B7 Pearson Correlation .705 .796* .825* .825* .772* .852*
* * * * * .592 1 .745* * .667
*
.926**
Sig. (2-tailed) .023 .006 .003 .003 .009 .071 .013 .002 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B8 Pearson Correlation .808 .815*
** .745 .349 * .711 .745 .745 1 .684* .745* .860**
* * * *

Sig. (2-tailed) .005 .013 .323 .004 .021 .013 .013 .029 .013 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B9 Pearson Correlation .663 * .824 .827
* *
* .852
*
* .688 .645 * .688 * .684 1 .459 .898**
* *
*

Sig. (2-tailed) .037 .028 .044 .003 .003 .028 .002 .029 .182 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
B10 Pearson Correlation .843
** .429 .364 .625 .742 .667 .667 .745 .459 1 .753*
* * * *

Sig. (2-tailed) .002 .217 .301 .053 .014 .035 .035 .013 .182 .012
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JUML Pearson Correlation .843 .787* * .906 .897 .833 .926 .860 .898
* * * * * *
** * .677 * * * * * * .753
*
1
AH
Sig. (2-tailed) .002 .007 .031 .000 .000 .003 .000 .001 .000 .012
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
Lampiran 17

RELIABILITY
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=MEANS.

Reliability

Notes
Output Created 06-Sep-2018 19:09:50
Comments
Input Data D:skripsiaaa\VALIDITAS\Sikap\SP
SS SIKAP.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
10
Data File
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5
B6 B7 B8 B9 B10 JUMLAH
/SCALE('ALL VARIABLES')
ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE
SCALE
/SUMMARY=MEANS.

Resources Processor Time 00:00:00.031


Elapsed Time 00:00:00.010

[DataSet0] D:skripsiaaa\VALIDITAS\Sikap\SPSS SIKAP.sav


Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excluded a
0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
Cronbach's on
Alpha Standardized N of Items
Items
.786 .963 11
Lampiran18
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah
0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000
2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800
13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604
14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419
15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247
16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084
17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932
18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788
19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652
20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524
21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402
22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287
23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178
24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074
25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974
26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880
27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790
28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703
29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620
30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541
31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465
32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392
33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322
34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254
35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189
36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126
37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066
38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007
39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950
40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896
41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843
42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791
43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742
44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694
45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647
46 0.2403 0.2845 0.3348 0.3683 0.4601
47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557
48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514
49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473
50 0.2306 0.2732 0.3218 0.3542 0.4432
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21

Anda mungkin juga menyukai