Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain menjadi salah satu kunci kesuksesan
dari seseorang. Begitu pula dalam proses pembelajaran, apabila peserta didik tidak mampu
menjalin komunikasi dengan sesama peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses
pembelajaran akan berlangsung kurang optimal. Siswa yang memiliki kemampuan untuk
mengkomunikasikan ide atau gagasan matematisnya dengan baik cenderung mempunyai
pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari dan mampu memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari.
Kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang penting dalam proses
pembelajaran. Komunikasi matematika menolong guru memahami kemampuan siswa
dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses
matematika yang mereka pelajari. Sebagaimana dikatakan Peressini dan Bassett (NCTM,
1966) bahwa tanpa komunikasi matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data,
dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika.
Dalam bagian lain, Lindquist (NCTM, 1996) berpendapat, Jika kita sepakat bahwa
matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam
komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar,
belajar, dan mengakses matematika. Jadi jelaslah bahwa komunikasi dalam matematika
merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika
selama belajar, mengajar, dan mengakses matematika.
Kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan siswa menggunakan
matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika), dan kemampuan siswa
mengkomunikasikan matematika yang dipelajari sebagai isi pesan yang harus disampaikan
(NCTM, 1989). Kemampuan komunikasi matematika meliputi: (1) penggunaan bahasa
matematika yang diwujudkan dalam bentuk lisan, tulisan, atau visual; (2) penggunaan
representasi matematika yang diwujudkan dalam bentuk tulisan atau visual; dan (3)
kejelasan presentasi, yakni menginterpretasikan ide-ide matematika, menggunakan istilah
matematika atau notasi matematika dalam merepresentasikan ide-ide matematika, serta
menggambarkan hubungan-hubungan atau Pendekatan matematika (Kennedy & Tipps,
1994). Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling
menyampaikan pesan yang berlangsung dalam suatu komunitas dan konteks budaya.
Komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada
penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu.
Matematika adalah bahasa simbol di mana setiap orang yang belajar matematika
dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa simbol tersebut. Kemampuan komunikasi matematis akan membuat seseorang bisa
memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain, sehingga
akan meningkatkan sikap positif terhadap matematika baik dari dalam diri sendiri maupun
orang lain. Dalam NCTM (2000), dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu bagian
esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi ini merupakan salah
satu dari lima standar proses yang ditekankan dalam NCTM (2000), yaitu pemecahan
masalah (problemsolving), penalaran dan bukti (reasoningandproof), komunikasi
(communication), koneksi (connections), dan representasi (representation). Pendapat ini
mengisyaratkan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika. Melalui
komunikasi, siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada guru dan kepada siswa lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kemampuan komunikasi?
2. Apa saja aspek-aspek dalam komunikasi matematika?
3. Apa saja indikator-indikator kemampuan komunikasi?
4. Bagaimana contoh soal dari kemampuan komunikasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kemampuan komunikasi
2. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek dalam komunikasi matematika
3. Untuk mengetahui indikator-indikator kemampuan komunikasi
4. Untuk mengetahui contoh soal dari kemampuan komunikasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemampuan Komunikasi
1. Pengertian Kemampuan Komunikasi
Komunikasi adalah proses menuangkan ide atau gagasan dan pemahaman matematis
menggunakan angka, gambar, dan kata, dalam beragam komunitas termasuk didalamnya
guru, teman sebaya, kelompok, atau kelas. Menurut NCTM (2000) dalam komunikasi
matematika, ide datang dari proses pemecahan masalah menjadi objek refleksi,
perbaikan, diskusi, dan perubahannya . Ketika siswa ditantang untuk memecahkan
masalah, mereka akan memiliki kesempatan untuk memikirkan dan mencoba
menyelesaikannya.
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide-
ide dan pemahaman matematika secara lisan dan tulisan menggunakan bilangan, simbol,
gambar, grafik, diagram atau kata-kata (Mahmudi, 2009) dalam (Supandi, Rosvitasari,
& Kusumaningsih, 2017).
Baroody (dalam Umar:2012), Pembelajaran harus dapat membantu siswa
mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu representing,
listening, reading, discussing dan writing. Ada dua alasan penting, mengapa komunikasi
dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuh kembangkan di kalangan siswa.
Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu
berpikir ( a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah
atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran matematika, sebagai wahana interaksi antar siswa, serta sebagai alat
komunikasi antara guru dan siswa.
Pentingnya komunikasi matematik tercantum dalam tujuan pembelajaran
matematika yang dituangkan dalam standar kompetensi mata pelajaran matematika
sebagai berikut (Yuniarti, 2014):
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,
peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
2. Aspek-aspek kemampuan komunikasi matematika
Menurut Baroody dalam Ansari (2012) ada lima aspek komunikasi yaitu representasi
(representing), mendengar (listening), membaca (reading), diskusi (discussing) dan
menulis (writing).
a. Representasi
Representasi adalah : (1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau
ide, (2) translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam symbol atau kata kata.
Misalnya, representasi bentuk perkalian kedalam bentuk symbol atau kata kata.
Representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide, dan memudahkan
anak mendapatkan strategi pemecahan. Selain itu, penggunaan representasi dapat
meningkatkan fleksibilitas dalam menjawab soal soal matematik.
b. Mendengar (Listening)
Mendengar merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Siswa tidak akan
mampu berkomentar dengan baik apabila tidak mampu mengambil inti dari dari suatu
topic diskusi. Siswa sebaiknya mendengar dengan hati hati manakala ada pertanyaan
dan komentar dari temannya. Pirie menyebutkan komunikasi memerlukan pendengar
dan pembicara. Baroody (Ansari, 2012) mengatakan mendengar secara hati hati
terhadap pertanyaan teman dalam suatu grup juga dapat membantu siswa
mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban
yang lebih efektif. Pentingnya mendengar secara kritis juga dapat mendorong siswa
berpikir tentang jawaban pertanyaan sambil mendengar.
c. Membaca (Reading)
Reading adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas
pertanyaan pertanyaan yang telah disusun. Guru perlu menyuruh siswa membaca secara
aktif untuk menjawab pertanyaan yang telah disusun. Membaca aktif berarti juga
membaca membaca yang difokuskan pada paragraph paragraph yang diperkirakan
mengandung jawaban relevan dengan pertanayaan tadi. Menurut teori konstruktivisme,
pengetahuan dibangun atau dikonstruksi secara aktif oleh siswa sendiri. Pengetahuan
atau konsep konsep yang terdapat dalam buku teks atau modul tidak dapat dipindahkan
kepada siswa, melainkan mereka bangun sendiri lewat membaca.
Pembaca yang baik terllihat aktif dengan teks bacaan dengan cara : (a) membangun
pengetahuan dalam pikiran mereka berdasarkan apa yang telah mereka ketahui, (b)
menggunakan strategi untuk memahami teks bacaan dan mengorganisasikannya dalam
bentuk visual berupa bagian diagram, atau outline, (c) memonitor, merencanakan, dan
mengatur pembentukan makna, (d) membangun penafsiran atau pemahaman teks
bacaan yang bermakna dalam memori jangka pendek, dan (e) menggunakan strategi
dan pengetahuan yang sudah ada yang digali dalam memori jangka panjang.
Guthric (Ansari, 2012) mengembangkan suatu model untuk membantu pembaca
agar dapat mencari informasi yang diperlukan dalam suatu teks atau dokumen. Model
tersebut memuat lima langkah, yaotu : (1) merumuskan tujuan bahwa penelusuran suatu
teks untuk menemukan sesuatu, (2) menentukan bagaimana informasi yang terdapat
dalam suatu dokumen dapat ditemukan dengan cara yang mudah, (3) menyarikan
informasi yang ditemukan dalam teks, (4) mengintegrasikan dengan apa yang telah
diketahui sebelumnya. Jika langkah ini tidak memuaskan tujuan, maka pembaca (5)
kembali ke langkah (2 dan mencobanya lagi. Kelima langkah tersebut berkelanjutan
sampai tujuan dipenuhi.
d. Diskusi (Discussing)
Ada kalanya siswa mampu melakukan matematik, namun tidak mampu
menjelaskan apa yang ditulisnya. Untuk itu diskusi perlu dilatihkan. Siswa mampu
dalam suati diskusi apabila mempunyai kemampuan membaca, mendengar, dan
keberanian memadai. Diskusi merupakan sarana untuk mengungkapkan dan
mereleksikan pikiran siswa. Gokhale menyatakan aktivitas siswa dalam diskusi tidak
hanya meningkatkan cara berpikir kritis. Baroody (Ansari, 2012) mengemukakan
mendiskusikan suati ide adalah cara yang baik bagi siswa untuk gap, ketidak
konsistenan, atau suatu keberhasilan kemurnian berpikir. Diskusi dapat mengunungkan
pendengar yang baik, karena memberikan wawasan beru baginya. Selanjutnya Baroody
(dalam Ansari:2012) menguraikan beberapa kelebihan dari diskusi kelas, yaitu antara
lain : (1) dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran
menggunakan strategi, (2) membantu siswa mengkonstruk pemahaman matematik, (3)
menginformasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahkan masalah
sendiri sendiri, tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam suatu tim, dan (4)
membantu siswa menganalisis dan memecakhan masalah secara bijaksana.
Killen (Ansari, 2012) memberikan suatu langkah yang dinamis agar suasana
diskusi dapat berlangsung nyaman dan lebih bermakna yaitu : (1) menetapkan siswa
dalam suatu grup, (2) memberikan penjelasan pada siswa tujuan yang hendak dicapai,
dan memberikan pengarahan tugas tugas yang setiap anggota grup harus
memahaminya, (3) menjelaskan bagaimana cara menilai siswa secara individual, (4)
mengelilingi kelas untuk member bantuan kepada siswa yang memerlukan, dan (5)
menilai prestasi siswa serta membantu mereka bagaimana sebaiknya berkolaborasi satu
dengan yang lain.
e. Menulis (Writing)
Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkakan
dan merefleksikan pikiran . Rose (Ansari, 2012) menyatakan bahwa menulis dipandang
sebagai proses berpikir keras yang dituangkan di atas kertas. Menulis adalah alat yang
bermanfaat dari berpikir karena melalui berpikir, siswa memperoleh pengalaman
matematika sebagai suatu aktivitas yang kreatif. Manzo (Ansari, 2012) mengatakan
menulis dapat meningkatkan taraf berpikir siswa kea rah yang lebih tinggi (higher-
order-thinking). Corwin (Ansari, 2012) melukiskan empat fase pendekatan proses
dalam menulis yaitu : (1) fase perencanaan (prewriting). Dalam fase ini, siswa
mengunakan bermacam macam curah pendapat (brainstorming) dan mendiskusikan
teknik untuk menggali berbagi kemungkinan topic yang datang dari pengalaman siswa
sendiri. (2) fase menulis (follows the planning). Dalam fase ini, siswa menulis secara
actual yang disebut dengan “discovery draft”. Draf ini diperlakukan sebagai suatu
gambaran dari materi tulisan yang akan dibentuk. (3) revisio. Dalam fase ini, siswa
bekerja bersama sama dalam satu grup untuk merevisi draf. Yang satu membaca keras
keras sdangkan yang lain bertindak sebagai “editor”. (4) Publikasi (Publication phase).
Pada fase ini, siswa menyelesaikan tulisan sehingga menjadi bentuk final, dan
dipublikasikan melalui internet, diperbanyak, atau dimuat dalam surat kabar.
Menurut Baroody (Ansari, 2012) , ada beberapa kegunaan dan keuntungan dari
menulis : (1) Summaries, yaitu siswa disuruh merangkum pelajaran dalam bahasa
mereka sendiri. Kegiatan ini berguna, karena dapat membantu siswa memfokuskan
pada konsep konsep kunci dalam suatu pelajaran, menilai pemahaman dan
memudahkan retensi. (2) Questions, yaitu siswa disuruh membuat pertanyaan sendiri
dalam tulisan. Kegiatan ini berguna membantu siswa merefleksikan pada focus yang
tidak mereka pahami. (3) Explanations, yaitu siswa disuruh menjelaskan prosedur
penyelesaian, dan bagaimana menghindari suatu kesalahan. Kegiatan ini berguna,
karena dapat mempercepat refleksi, pemahaman dan penggunaan kata kata yang tepat.
(4) Definitions, yaotu mereka disuruh menjelaskan istilah istilah yang muncul dalam
bahasa mereka senidri. Kegiatan ini berguna, karena dapat membantu siswa berpikir
tentang makna istilah dan menjelaskan pemahaman mereka terhadap istilah. (5)
Reports, yaitu siswa disuruh, baik sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok,
untuk menulis laporan. Kegiatan ini berguna, karena membantu pemahaman siswa,
bahwa menulis adalah suatu aspek penting dalam matematika untuk menyelidiki topik
topik dan isu isu dalam matematika dan kepribadian.
3. Indikator-indikator Kemampuan Komunikasi
Standards for School Mathematics (NCTM, 2000) disebutkan bahwa standar
kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut:
a. Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika dan
mengkomunikasikan kepada siswa lain.
b. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa
lain, guru, dan lainnya.
c. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara
memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.
d. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika.
Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematika pada pembelajaran
matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual. Kemampuan
ini menekankan pada kemampuan siswa dalam menjelaskan, menulis, maupun
membuat sketsa atau gambar tentang ide-ide matematis yang dimiliki untuk
menyelesaikan masalah. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk berdiskusi
bersama siswa lain untuk berbicara tentang matematika.
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
Matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya. Dalam
Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000: 271)
disebutkan bahwa “Teachers should identify and use tasks that afford students
opportunities to interpret and justify mathematical ideas.” Jadi untuk aspek yang
kedua ini meliputi dua kemampuan yaitu:
1.) Kemampuan siswa dalam menginterpretasikan (menafsirkan) ide-ide
matematis yang terdapat dalam persoalan matematika. Artinya siswa harus
dapat memahami dengan baik apa yang dimaksudkan dari suatu soal dan
dapat merumuskan kesimpulan dari masalah yang diberikan. Siswa dapat
saling bertukar ide mengenai pokok permasalahan yang dimaksudkan
dalam soal. Siswa juga dapat menuliskan informasiinformasi yang terdapat
dalam soal untuk memperjelas masalah dan selanjutnya siswa akan dapat
membuat kesimpulan yang benar di akhir jawabannya.
2.) Kemampuan siswa dalam mengevaluasi ide-ide matematis tercantum dalam
Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000: 349) yaitu
“High school students should be good critics and good self-critics.” Lebih
lanjut Yackel dan Cobb (1996) dalam NCTM (2000: 268) juga menyatakan
bahwa “Explanations should include mathematical arguments and
rationales, not just procedural descriptions or summaries.” Jadi kemampuan
ini menekankan pada kemampuan siswa dalam menjelaskan dan
memberikan alasan tentang benar tidaknya suatu penyelesaian. Siswa harus
dapat mengungkapkan alasan untuk mempertahankan penyelesaian yang
dianggapnya benar, maupun dalam menanggapi atau menyanggah
penyelesaian yang disampaikan orang lain.
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-
hubungan dan model-model situasi. Menurut Widiarti dan Pamuntjak (1999: 1)
pemodelan matematis adalah suatu cara untuk mendeskripsikan beberapa
fenomena kehidupan nyata dalam istilah matematika (secara matematika).
Selanjutnya dalam (NCTM, 2000: 349) disebutkan “… the students should use
mathematical language and symbols correctly and appropriately.” Jadi
kemampuan ini menekankan pada kemampuan siswa dalam melafalkan maupun
menuliskan istilah-istilah, simbol-simbol matematika, dan strukturstrukturnya
dengan tepat untuk memodelkan permasalahan matematika.
Berkaitan dengan komunikasi matematika atau komunikasi dalam matematika ini,
Sumarmo (2003, 2004) memberikan indikator-indikator yang lebih rinci, yaitu:
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan atau tulisan, dengan
benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e. Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pernyataan yang
relevan
f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.
g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan Matematika yang telah dipelajari.
4. Soal dengan Kemampuan Komunikasi
Indikator: menentukan garis lintasan pada bangun segiempat
a. Lima orang anak berlomba lari pada lapangan yang berbentuk persegi dengan
panjang sisinya 20 m. Sudut-sudut lapangan dinamakan A, B, C, dan D, dan
semua anak mulai lari dari titik A dan berakhir di titik berbeda sebagai berikut:
Rido di titik D, Liza di titik tengah sisi CD, Kiki di titik C, Fahri titik tengah sisi
BC, dan Gina di titik B. Andaikan kondisi jalan yang ditempuh sama dan
lintasan lari berbentuk garis lurus. Gambarlah rute lari kelima anak itu!
Penyelesaian:
Soal tersebut bisa diselesaikan dengan cara menggambar

A B

D C

Keterangan warna:
 Merah: lintasan Rido
 Hijau: lintasan Liza
 Biru: lintasan Kiki
 Kuning: lintasan Fahri
 Ungu: lintasan Gina
Indikator: menggambar dan menentukan salah satu sisi pada persegi panjang.
b. Sebuah foto dipasang pada bingkai yang sebangun dengan foto tersebut. Ukuran
bingkai 21 cm × 28 cm. Tepi kiri dan kanan bingkai lebarnya sama yaitu 3 cm.
Tepi atas dan bawah bingkai lebarnya sama yaitu x cm.
1.) Gambarlah foto dan bingkai tersebut!
2.) Tentukan nilai x!
Penyelesaian:
1.) Gambar foto dan bingkai:

2.) Akan dicari panjang foto terlebih dahulu yaitu: misalkan


pb = panjang bingkai;
pf = panjang foto;
lb = lebar bingkai;
lf = lebar foto.
𝑝𝑏 𝑙𝑏
= 𝑙𝑓
𝑝𝑓
28 21
= 15
𝑝𝑓
28 𝑥 15
pf = = 20
21

Lebar bingkai atas = lebar bingkai bawah = x, maka:


28 cm – 2x = 20 cm
2x = 8 cm
x = 4 cm.
Atau:
𝑝𝑏 𝑙𝑏
= 𝑙𝑓
𝑝𝑓
28 21
=
22 21−2𝑥

588- 56x = 462


56x = 126
x= 2,25 cm
Jadi, lebar bingkai atas dan lebar bingkai bawahnya adalah 4 cm atau 2,25
cm tergantung bagaimana siswa menggambarnya.
Alasan :
Soal tersebut termasuk kedalam soal komunikasi karena untuk
menyelesaikan soal siswa dapat membuat model situasi atau persoalan
menggunakan gambar, siswa membaca dengan pemahaman suatu
presentasi matematika tertulis yang kemudian direpresentasikan kedalam
bentuk gambar dan model matematika

Anda mungkin juga menyukai