Anda di halaman 1dari 14

1

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN


REPRESENTASI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
DALAM ASPEK FONETIK MATERI GEOMETRI SMP

Eka Safitri, Dede Suratman, Bistari


Program Studi Magister Pendidikan Matematika FKIP UNTAN
Email: eka_aja91@yahoo.com

Abstrak
This research aimed to develop valid and appropriate test instruments to measura phonetical
aspects of students’ mathaematical representation and communication in material about
area and circumference of a circle. This research utilised formative research and
development. The subjects of this study are tehe eight (VIII) grade students of SMP 9
Pontianak, during 2016/2017 academic year. There were 37 participants. The research
found thet: (1) needs analusis found thar the teacher require to have test instruments that
are suitable eith KTSP (education unit curriculum) due to differences between the old and
test instruments that are being developed; (2) the validity of the test instruments about
phonetical aspect of mathematic representation and communication of the aforementioned
topic was 70%, reliability was 93%, distinguishing power was 32%, difficulty level was
32%, which can be categorized good; (3) in a 1-4 scoring scale, the students’ mathematical
representation result showed thar, on average, top category students are 4, medium category
students are3 and the bottom categorized students are 1.

Keywords: Test Instrument, Representation Ability, Communicative Ability, Phonetical


Aspect

Dalam dokumennya The National Council siswa untuk mengungkapkan dan


of Teacher of Mathematics (NCTM) merefleksikan fikiran yang kemudian
menyatakan bahwa representasi mempunyai dituangkan dalam suatu media sehingga terjadi
kedudukan penting dalam pembelajaran proses transfer pengetahuan yang dimiliki
matematika. Karena kemampuan representasi seseorang tersebut” (Baroody dalam Qohar,
matematis merupakan suatu hal yang harus 2011:48). kemampuan komunikasi
dikembangkan dalam pembelajaran (mathematical communication) merupakan
matematika. Representasi matematis satu di antara kemampuan yang harus
merupakan penggambaran, penerjemahan, dikembangkan pada siswa (NCTM, 2000).
pengungkapan, sajian, penunjukan kembali, Dalam pembelajaran matematika siswa
pelambangan, atau pemodelan ide, gagasan, diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
konsep matematis yang ditampilkan siswa mengembangkan dan mengintegrasikan
dalam berbagai bentuk sebagai upaya keterampilan berkomunikasi melalui lisan
memperoleh kejelasan makna, menunjukkan maupun tulisan, modeling, speaking, writing,
pemahamannya, atau mencari solusi dari talking (Coolins dalam Saragih,
masalah yang dihadapinya. Sedangkan proses 2007).Kemampuan komunikasi tidak dapat
yang terjadi dalam representasi matematis dipisahkan dengan kemampuan representasi,
dapat dibedakan menjadi dua, yakni translasi karena untuk mengomunikasikan ide-ide
dan transformasi (Bambang, 2007:14). matematika diperlukan berbagai representasi
Kemampuan representasi tidak dapat yang mungkin. Di dalam kemampuan
dipisahkan dari kemampuan komunikasi representasi terdapat kemampuan translasi
matematis, karena kemampuan yaitu suatu proses psikologi yang terjadi untuk
merepresentasikan ide-ide matematika memindahkan suatu informasi dari satu
mempermudah siswa dalam representasi ke representasi lain yang dapat
mengomunikasikan konsep dan pemahaman membantu siswa dalam mengungkapkan
matematis. Hal ini sejalan dengan pemprosesan masalah, menyatakan ide-ide
“mengomunikasikan apa yang diketahui dari yang terkandung di dalamnya sehingga
permasalahan yang diberikan dapat membantu diperoleh solusinya (Janvier, 1987; Murni,
2

2014). Kemampuan siswa dalam melakukan mewakili suatu situasi atau masalah. Sehingga
translasi antar bentuk representasi dapat tidak berlebihan jika kedua kemampuan
mengembangkan dan memperdalam tersebut merupakan kekuatan sentral dalam
pemahaman siswa tentang konsep-konsep upaya memahami konsep matematika dan
matematika dan mempermudah pencarian menemukan strategi penyelesaian masalah.
solusi, karena representasi digunakan untuk
Pauweni (2012: 8) berpendapat bahwa penyampaian; (2) penyampaian tidak langsung
komunikasi merupakan suatu upaya dari yakni dengan menggunakan media
seseorang atau bersama orang lain untuk penyampaian. Selanjutnya ahli lain yaitu
membangun kebersamaan dengan orang lain “Mahmudi (2009:1)” menyebutkan dalam
dengan membentuk hubungan dalam berbagi pembelajaran matematika siswa diharapkan
atau menggunakan informasi secara bersama. dapat mengomunikasikan gagasan dengan
Cara penyampaian pesan terdapat dua bentuk simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
penyampaian yaitu: (1) penyampaian secara memperjelas keadaan suatu masalah. Hal ini
langsung dari pengirim pesan kepada penerima menunjukkan pentingnya kemampuan
pesan tanpa menggunakan media komunikasi untuk dikuasai oleh siswa.
Berdasarkan hasil pengalaman observasi Bentuk komunikasi tertulis yang
pembelajaran matematika pada tanggal 27 disampaikan secara lisan oleh para siswa,
Febuari 2017 di SMP Negeri 9 Pontianak, umumnya masih terbatas pada bentuk-bentuk
khususnya di tingkat Sekolah Menengah standar yang ada dalam buku paket matematika
Pertama (SMP) dapat diklasifikasikan dua yang digunakan. Hal ini disebabkan dalam
kelompok guru dalam pengimplementasian proses pembelajaran matematika, guru belum
KTSP. Pertama, masih ada guru-guru yang mampu menciptakan situasi pembelajaran
proses pembelajarananya lebih cenderung sedemikian sehingga mendorong dan
berpusat pada guru. Akibatnya, kemampuan menginspirasi siswa untuk memunculkan ide
komunikasi matematis siswa, baik komunikasi dan gagasan baru dalam proses pembelajaran
lisan ataupun komunikasi tertulis kurang matematika. Kemampuan yang dimaksud
tampak memuaskan dalam proses adalah masih kurangnya kemampuan guru
pembelajaran. Kelompok kedua, sudah ada dalam mendorong siswa memunculkan aneka
sebagian guru matematika yang membuat representasi matematis dari permasalahan
siswa-siswa pada saat proses pembelajaran matematika yang dihadapi. Dengan monoton
mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dan terbatasnya representasi matematis yang
guru. Ketika diminta untuk menuliskan digagas, maka berakibat monoton dan terbatas
kembali jawabannya di papan tulis atau di buku pula komunikasi matematis yang terjadi dalam
latihan mereka, siswa tersebut tidak mampu proses pembelajaran matematika. Hal inilah
menulis jawaban yang diungkapkan yang menyebabkan kemampuan komunikasi
sebelumnya. Siswa tersebut kemampuannya matematika secara tertulis maupun lisan masih
dapat dikatakan bagus dalam pembelajaran relatif rendah.
matematika. Adapula siswa yang cukup Untuk keperluan penilaiannya, soal-soal
mampu menuliskan jawaban mereka tetapi saat yang digunakan adalah soal-soal yang ada
dimintai untuk mengungkapkannya kembali dibuku teks, atau soal-soal ujian yang pernah
secara lisan, siswa tersebut terbata-bata seperti dibuat beberapa tahun lalu, guru mengambil
bingung sendiri. Ini mencerminkan bahwa utuh atau hanya mengubah nilai angka-
siswa-siswa lebih cenderung menghafal angkanya saja. Soal-soal yang diambil tanpa
konsep-konsep matematika yang diberikan dilakukan uji coba, melihat baku tidaknya soal,
guru atau yang ada dalam buku matematika dan tidak memvalidasi soal tersebut. Hal ini
tanpa memahami atau mengetahui maksud dan diduga disebabkan oleh ketidakberanian guru
tujuan dari isinya, sehingga mereka merasa untuk memberikan tes keluar dari contoh-
takut salah dan malu untuk mengungkapkan contoh soal yang biasa digunakan ketika proses
pendapat atau ide-ide mereka sendiri. pembelajaran terjadi, ada rasa kekhuatiran guru
3

atas kemampuan siswanya sehingga pemilihan soal non rutin. Namun pada kenyataanya saat
soal-soal terpaku pada bahan ajar yang ini masih belum ada alat evaluasi untuk
digunakan. Akibat dari kebiasan tersebut mengukur kemampuan komunikasi matematis
menjadikan matematika sebagai sesuatu yang siswa dalam aspek fonetik secara khusus.
pasti, terurut dan prosedural sehingga bersifat Pembelajaran matematika pada materi
kaku. Sebuah soal yang diberikan kepada siswa Lingkaran banyak sekali membuat siswa agak
haruslah dapat memberikan informasi seberapa terbingung-bingung. Pasalnya di jenjang SMP
besar kemampuan siswa akan suatu hal dalam ini mereka mulai diajari menemukan nilai π
matematika, karna setiap kemampuan (phi) yang mana diketahui dari SD mereka
mempunyai batas atau kriteria tersendiri atau hanya menghafalkannya sebagai bagian dari
disebut indikator. rumus lingkaran. Bilangan π (phi) paling sulit
Dalam komunikasi lisan ada cabang dipahami oleh siswa. Symbol “π” telah
linguistik satu di antaranya ialah fonetik yaitu disepakati untuk para matematikawan dan
kemampuan membentuk unsur bahasa dan sebagai sarana komunikasi penunjang proses
bunyi dengan tepat. Kebanyakan siswa pembelajaran. Sayangnya pembelajran yang
menyebutkan ataupun menghapal materi berlangsung diajarkan oleh guru yang
pembelajaran tanpa mengetahui makna kebanyakan mengajar sesuai yang ada dalam
sebenarnya dari apa yang diucapkannya, buku teks, tanpa memberikan penjelas serta
diduga siswa mengikuti pengajar yang juga terus menggunakan penjelas (cara
mengikuti buku teks sehingga pendengar menyampaikan) itu sendiri. Akibat dari
meragukan ketepatan pelafalan yang pembelajaran yang demikan membuat
diucapkan dengan arti yang sesungguhnya. matematika dan simbol-simbol menjadi
Sejalan dengan itu, Andras (2008:13) dalam pengetahuan yang semakin kabur bagi
bukunya disebutkan “Meskipun guru siswanya.
mengabaikan masalah fonetik berkaitan Kosa kata “phi” sepertinya menimbulkan
dengan pengucapan 'tepat'. Dengan materi permasalahan pada representasi dan
yang sudah lama, guru jarang memiliki satu komunikasi matemais bagi guru maupun siswa.
atau sepenuhnya keutuhan bahasa dan lebih Pasalnya menurut Salinas dan Ortlieb (2011)
diterima. Tidak hanya Diperlukan deskripsi Matematika dapat menyerupai bahasa asing
beku dari beberapa buku teks, tetapi juga tata dengan simbol yang tampaknya samar dan
bahasa yang mendefinisikan apa yang terminologi yang tidak diketahui, menantang
merupakan arti teks yang tepat untuk kemampuan siswa untuk membaca, menulis,
memperjelas komunikasi yang berlangsung. dan berkomunikasi dengan jelas. Hal ini
Kemampuan membentuk unsur bahasa yang harusnya dapat membekali guru matematika
tepat digunakan dalam memahami teori-teori dengan pemahaman yang lebih baik dari
matematika yang terkait dengan definisi- kosakata akuisisi dan cara efektif mengajarkan
definisi dalam matematika, serta dapat kosakatab untuk membantu dalam penguasaan
meningkatkan kemampuan komunikasi keterampilan, pemahaman, dan komunikasi
matematis siswa”. dari prinsip-prinsip matematika bagi siswa.
Menurut Tandilling (2012), satu di antara Maka dari itu, untuk meningkatkan
cara untuk menumbuhkembangkan kemampuannya, siswa perlu dilatih dan dicek
kemampuan komunikasi matematis siswa pemahamannya. Satu di antaranya dengan
adalah dengan membiasakan siswa menggunakan alat ukur yang tepat mengukur
mengerjakan soal-soal yang berhubungan kemampuan siswa. Dengan demikian
dengan kemampuan tersebut. Sejalan dengan penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
hal tersebut, Cai dan Patricia (Asikin, 2013) suatu produk berupa perangkat soal yang layak
berpendapat bahwa kemampuan komunikasi untuk mengukur kemampuan komunikasi dan
matematis siswa dapat ditingkatkan melalui translasi representasi matematis siswa. Soal
pemberian tugas dan masalah matematika yang dikembangkan berupa soal uraian yang
dalam berbagai variasi, termasuk bentuk soal- diharapkan dapat memberikan gambaran
4

secara signifikan tentang kemampuan siswa METODE PENELITIAN


terkait kedua aspek tersebut. Untuk Metode dalam penelitian ini adalah
memunculkan jawaban-jawaban siswa, maka penelitian dan pengembangan (research and
soal yang akan dirancang sengaja dikondisikan development) dengan model pengembangan
dan mengarahkan pemikiran siswa untuk tipe formative research yang terdiri dari 2 tahap
melakukan translasi dan transformasi antar utama yaitu preliminary dan tahap formative
bentuk representasi serta mengkomunikasikan evaluation (Tessmer dalam Zulkardi, 2006).
ide matematika dalam aspek fonetik. Preliminary merupakan tahap pendahuluan
Kelayakan instrumen tes merupakan bagian dalam mengembangan soal yang terbagi
penting pada penelitian ini, karena merupakan menjadi tahap persiapan dan tahap
langkah awal untuk menentukan apakah soal perancangan. Tahap formative evaluation
yang dibuat layak atau tidak layak digunakan. terbagi menjadi 4 kegiatan yaitu expert review,
one-to-one, small group dan field test.Tahapan
formative research disajikan dalam bagan
berikut:

Expert Review

Revisi Revisi
Self Field
Revisi Small
Evaluation
Group Test
h

One – to – One

Bagan 1. Diagram Alur Pengembangan soal-soal (Zulkardi, 2006)

Pada tahap persiapan yang dilakukan bahasa dan sastra Universitas Tanjungpura
adalah kegiatan analisis yang meliputi analisis (UNTAN) dan satu orang guru matematika
terhadap kurikulum, analisis instruksional dan SMA. Prototype 1 divalidasi dari segi isi,
analisis kebutuhan guru terhadap soal. Hasil konstruk dan bahasa. Hasil validasi para ahli
dari kegiatan analisis dikaji oleh diri sendiri dianalisis dan direvisi untuk kemudian
(peneliti) sebelum kemudian dilanjutkan diujicobakan kepada seorang pelajar (one-to-
dengan tahap perancangan yang merupakan one). Hasil validasi ahli dan komentar siswa
tahap merancang soal yang kemudian digunakan untuk merevisi prototype 1 menjadi
menghasilkan prototype 1. Rancangan soal prototype 2. Small group merupakan uji coba
yang ada di prototype 1 dikembangkan sesuai kelompok kecil dengan meminta 15 orang
tahapan formative evaluation yang terbagi ke siswa SMP Negeri 1 Pontianak untuk
dalam empat kegiatan, yaitu tahap expert mengerjakan soal-soal yang ada di prototype 2.
review, one-to-one, small group dan field test. Selain itu, siswa-siswa tersebut juga diminta
Hasil dari setiap tahapan direvisi dan komentar tentang penggunaan soal. Dari hasil
menghasilkan prototype baru. tes akan dihitung validitas butir soal,
Expert review merupakan uji coba pakar reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
yang melibatkan satu dosen pendidikan kesukarannya. Hasil tes dan komentar siswa
matematika, satu orang dosen pendidikan tersebut akan dijadikan dasar untuk merevisi
5

prototype 2 menjadi prototype 3. Setelah kontak langsung dengan responden dan dapat
direvisi, soal-soal yang ada di prototype 3 akan mengungkap jawaban secara lebih bebas dan
diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP mendalam. Tes digunakan untuk mengetahui
Negeri 9 Pontianak yang terdiri dari 37 siswa hasil kemampuan representasi dan komunikasi
(field test). Hasil dari field test digunakan untuk matematis siswa.
mendeksripsikan kemampuan representasi dan Hasil Instrumen yang divalidasi dianalisis
kemampuan komunikasi matematis aspek dengan menghitung persentase perolehan skor
fonetik yang dibagi kedalam tiga ketegori kelayakan dan untuk mengetahui kemampuan
kemamuan (tinggi, sedang dan rendah). Subjek representasi dan komunikasi aspek fonetik
penelitian ini adalah siswa yang berada pada matematika siswa. Untuk memudahkan dalam
jenjang SMP, yang rata-rata umurnya sekitar menganalisis kemampuan yang diperoleh,
12–16 tahun. Pengambilan subjek uji coba siswa dibagi ke dalam 3 kategori kemampuan,
pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua yaitu siswa dengan kategori tingkat
kali, yaitu pada saat uji coba pertama diambil kemampuan bawah, tengah dan atas.
sebanyak 8 siswa kelas VIII SMP Negeri 9
Pontianak yang didasarkan pada perwakilan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk setiap kategori kemampuan, yaitu siswa Hasil Penelitian
yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi Hasil penelitian diperoleh dari setiap
dan uji coba kedua, diambil siswa sebanyak 1 tahapan pelaksanaan kegiatan pengembangan
kelas yang terdiri dari 37 siswa kelas VIII A soal yang menggunakan model pengembangan
SMP Negeri 9 Pontianak. tipe formative research (Zulkardi, 2006)
Instrumen yang digunakan peneliti untuk dengan instrumen berupa tes dan wawancara.
mengumpulkan data dalam penelitian ini Hasil tersebut digunakan untuk menjawab
adalah tes kemampuan representasi dan rumusan masalah dalam penelitan ini, yaitu
komunikasi matematis dalam aspek fonetik tentang analisis kebutuhan terhadap perangkat
serta wawancara terhadap perwakilan tingkat soal, karakteristik prototype perangkat soal,
kemampuan siswa. Wawancara yang dilakukan kelayakan soal dan deksripsi pencapaian
meliputi wawancara dengan guru dan kemampuan representasi dan komunikasi
wawancara dengan siswa. Wawancara dengan matematis siswa aspek fonetik. Pada tahap
guru dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pertama (tahap preliminary) diperoleh tiga
guru terhadap soal, sedangkan wawancara hasil kegiatan analisis yaitu hasil analisis
dengan siswa dilakukan untuk mengetahui kurikulum, hasil analisis instruksional dan
secara langsung kemampuan fonetik siswa hasil analisis kebutuhan guru terhadap soal
selama pengerjaan soal sehingga peneliti bisa
6

Tabel 1. Hasil Analisis Kurikulum

Tujuan Pembelajaran Soal-Soal Yang Dikembangkan Untuk Mengukur


Matematika Menurut Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Matematika
KTSP
1. Bentuk komunikasi dalam 1. Menterjemahkan suatu bentuk :
bentuk simbol, tabel, a. Representasi translasi
diagram atau media lain i. - verbal – gambar
tersebut dikenal dengan - verbal – symbol
istilah representasi. Hal ii.- gambar – verbal
tersebut senada dengan - gambar - simbol
tujuan pembelajaran iii. - symbol – verbal
matematika yang - Simbol - gambar
dirumuskan oleh NCTM a. Representasi transformasi
bahwa dalam i. Verval-verbal
pembelajaran matematika ii. Gambar – gambar
diharapkan siswa belajar iii. Symbol-symbol
untuk berkomunikasi b. Representasi untuk pemecahan masalah
(mathematical
communication) dan 2. Mengomunikasikan ide dan gagasan matematika
belajar untuk a. Mengungkapkan dan menjelaskan lambang
merepresentasikan ide-ide secara lengkap dan tepat
matematika b. Mengungkapkan dan menjelaskan simbol
(mathematical secara lengkap dan tepat:
representation) c. Mengungkapkan dan menjelaskan
persamaan matematika secara lengkap dan
2. Peserta didik memiliki benar :
kemampuan i. berdasarkan Pelafalan alfabet jelas
mengomunikasikan ii. Bisa menyebutkan huruf “R & L” dengan
gagasan dengan simbol, tepat
tabel, diagram, atau media iii. Cepat / lamanya bunyi kata
lain untuk memperjelas diartikulasikan
keadaan atau masalah iv. Intonasi suara

Analisis instruksional dilakukan dengan perbedaaan antara soal-soal lama yang


melihat soal-soal yang digunakan selama digunakan guru selama proses pembelajaran
pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan dengan soal yang dikembangkan peneliti, yaitu:
data-data yang dikumpulkan ditemukan

Tabel 2. Perbedaan Antara Soal Lama Dan Soal Yang Baru

Soal Lama: Soal Baru:

a. Soal-soal yang dibuat untuk melihat a. Soal-soal dibuat berdasarkan indikator


kemampuan siswa secara umum kemampuan representasi dan komunikasi
tidak berdasarkan indikator seperti yang disarankan NCTM, dalam hal
ini kemampuan yang dimaksudkan adalah
kemampuan tertentu.
7

b. Soal dibuat bersifat tertutup dan kemampuan komunikasi dan kemampuan


bersifat prosedural sehingga kurang translasi representasi.
memberi gambaran kemampuan b. Soal berupa uraian terbuka sehingga
memberi kebebasan dan keluwesan kepada
siswa.
para siswa untuk mengemukakan
c. Kunci jawaban bersifat tertutup, pemikiranya sehingga hasilnya dapat
hanya memuat satu jawaban memberi gambaran kemampuan dari siswa
tunggal. tersebut.
d. Penskoran hanya berupa angka- c. Setiap soal diberi alternatif jawaban
angka yang tidak menunjukkan sehingga kemungkinan setiap jawaban ada
secara signifikan ketercapaian dan tidak membatasi jawaban siswa.
d. Pedoman penskoran berupa angka-angka
kemampuan siswa.
dan dilengkapi dengan deksripsi dari
masing-masing angka tersebut, sehingga
mampu menunjukkan secara signifikan
ketercapaian kemampuan siswa.

Peneliti melakukan wawancara dengan berisi kisi-kisi soal yang dibuat berdasarkan
guru matematika yang mengajar di SMP indikator kemampuan komunikasi dan
Negeri 9 Pontianak dan memberikan daftar indikator kemampuan
pertanyaan dengan meminta kesediaan guru Representasi danm komunikasi aspek
untuk mengisinya. Hasilnya diperoleh fonetik, soal, pedoman penskoran dan alternatif
informasi bahwa dalam pembelajaran guru jawaban. Prototype 2 merupakan hasil revisi
sudah pernah memberikan soal-soal tentang dari prototype 1 berdasarkan hasil validasi ahli
kemampuan representasi, misalnya meminta (Expert review) dengan tiga orang validator
siswa untuk menyatakan soal dalam bentuk dan uji coba pada seorang pelajar (one-to-one)
gambar dan model matematika. Tetapi guru berinisial SF yang diberikan secara paralel.
tersebut belum pernah meminta siswa Keputusan revisi dari kedua kegiatan tersebut
menyatakan soal dalam bentuk gambar dan adalah sebagai berikut:
dalam bentuk kata-kata atau bahasa sendiri 1. Beberapa kesalahan redaksi soal dan kata-
secara tertulis, khususnya pada materi luas dan kata yang belum sesuai diperbaiki.
keliling lingkaran. Guru yang bersangkutan 2. Setiap pemberian gambar/symbol maka
juga belum pernah memberikan soal yang didahului dengan kalimat perintah.
meminta siswa untuk mengubah soal ke dalam 3. Soal diberi petunjuk pengerjaan soal dan
beberapa bentuk. Jadi, soal-soal yang setiap soal dilengkapi dengan tempat atau
digunakan guru untuk penilaian pembelajaran ruang untuk jawaban siswa.
masih berupa soal-soal baku seperti yang ada 4. Untuk soal cerita dibuat tidak terlalu
di buku teks yang belum spesifik mengukur panjang atau tidak berbelit-belit dan isi dari
kemampuan siswa dan guru juga merasa perlu cerita yang terdapat pada soal disesuaikan
untuk dikembangkan soal-soal yang dapat dunia sekitar anak.
mengukur kemampuan siswa 5. Pedoman penskoran dirinci sesuai dengan
Prototype soal yang dihasilkan berjumlah jawaban yang diharapkan dan batasan antar
tiga prototype. Kelayakan soal dilihat dari skor yang diberikan dibuat lebih jelas.
ketepatan (validitas isi, validitas konstruk, Prototype 3 merupakan hasil revisi
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat prototype 2 yang didasarkan pada hasil
kesukaran). Rancangan awal perangkat soal perhitungan validitas konstruk, reliabilitas,
(prototype 1) dihasilkan dari kegiatan daya pembeda dan tingkat kesukaran pada uji
perancangan yang merupakan pengkajian diri coba kelompok kecil dengan 15 orang siswa
sendiri (self evaluation) berdasarkan kegiatan SMP Negeri 1 Pontianak. Komentar siswa
analisis pada tahap persiapan. Prototype 1 setelah mengerjakan soal-soal yang ada di
8

prototype 2 diantaranya adalah soal-soal yang mendapat gambaran tentang kemampuan yang
diberikan bervariasi, soal-soal yang ada dimiliki dan membantu dalam menyajikan
menimbulkan rasa ingin tahu untuk dikerjakan. suatu masalah dan mencari solusinya. Hasil
Selain itu, menurut komentar siswa soal-soal kemampuan representasi dan komunikasi
yang diberikan juga dapat memberikan matematis aspek fonetik diperoleh dari hasil uji
pengetahuan baru kepada siswa, dimana siswa- coba pada filed test
siswa yang mengerjakan soal-soal tersebut terhadap 37 siswa SMP Negeri 9 Pontianak.

Tabel 3. Rekapitulasi Rata-Rata Kemampuan Representasi Matematis Materi Luas


Lingkaran
No. Tingkat Kemampuan Rata-rata perindikator soal
Soal Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
1.a 4 3.5 2 3,6 2,8 0.8
1.b 3.25 3.1 1
2.a 3.5 2.8 0.75
2.b 3.25 2.2 0
3.a 4 2.6 0.75
3.b 4 2.6 0.5
4 1.75 0.7 0 2,7 1,2 0,7
5 3.5 2.3 1.25
6 3 0.5 0.75
7 3.5 0.6 1 3,8 0,9 0,8
8 4 0.9 1
9 4 1 0.5

Tabel 4. Rekapitulasi Rata-Rata Kemampuan Representasi Matematis Materi


Keliling Lingkan

No. Tingkat Kemampuan Rata-rata perindikator soal


Soal Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
1.a 4 2.9 1.2 3,3 1,8 0,9
1.b 3.33 1.1 0.4
2.a 3 s1.8 1
2.b 2 1.1 1
3.a 3.33 1.4 1
3.b 4 2.8 0.8
4 4 2.2 1.4 3,8 1,9 1,1
5 4 2.2 1.4
6 3.33 1.4 0.4
7 4 1.3 0 3,2 1,5 0,5
8 1.66 0.8 0.4
9 4 2.5 1
9

Tabel 5. Rekapitulasi Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematis Aspek


Fonetik

Tingkat Kemampuan Rata-Rata Perindikator


No. Atas Tengah Bawah atas Tengah Bawah
1 2.2 1.26 0.75 2.6 2.1 0.625
2 3.4 2.03 1.25
3 2.8 1.84 0.25 3.2 1.8 1
4 3 1.88 0.5
5 3 1.53 0.75 2.8 1.5 0.625
6 2.8 1.11 1

Pembahasan matematika diperoleh informasi bahwa soal


Dari beberapa hasil penelitian yang yang digunakan dalam pembelajaran memang
diperoleh peneliti melalui serangkaian tahapan lebih sering diambil dari buku paket yang
pengembangan diketahui bahwa kemampuan digunakan. Kreasi soal yang dibuat oleh guru
representasi dan komunikasi aspek fonetik misalnya meminta siswa untuk menyatakan
yang disarankan oleh NCTM juga merupakan permasalahan secara simbolik juga belum
bagian dari tujuan pembelajaran matematika berjalan maksimal sehingga guru sangat
menurut Kurikulum Tingkat Satuan mendukung dan menginginkan soal-soal yang
Pendidikan (KTSP) sehingga untuk mengecek dapat mengukur kemampuan representasi dan
sejauh mana kemampuan tersebut telah komunikasi aspek fonetik.
terbentuk dalam kognitif siswa diperlukan Mengacu dari hasil analisis tersebut, maka
suatu alat ukur, misalnya tes berupa soal. Soal- dihasilkan soal kemampuan representasi dan
soal sebagai instrumen tes dapat digunakan komunikasi matematis aspek fonetik yang
untuk kepentingan tugas maupun ulangan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengecek
sesuai dengan indikator pencapaian ketercapaian tujuan pembelajaran matematika.
kompetensi yang dijabarkan dari Standar Soal dibuat berdasarkan rincian indikator
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). kemampuan representasi dan komunikasi
Analisis instruksional yang dilakukan aspek fonetik. Perangkat soal yang dihasilkan
peneliti dengan melihat soal-soal yang dilengkapi dengan kisi-kisi soal, soal beserta
digunakan dalam pembelajaran ternyata soal- tempat jawaban, pedoman penskoran dan
soal tersebut belum mengacu pada tujuan alternatif jawabannya. Prototype soal yang
pembelajaran matematika tersebut. Soal yang dihasilkan berjumlah tiga prototype yang
digunakan adalah soal-soal yang ada di buku masing-masing mempunyai ciri khas
teks yang sifatnya baku dan hanya bersifat (karekateristik) yang dapat dilihat pada tabel
prosedural. Setelah hal ini ditanyakan secara berikut:
langsung dengan guru yang mengajar

Tabel 6. Karakteristik Prototype Perangkat Soal

Perangkat Prototype 1 Prototype 2 Prototype 3


Soal
Kisi-Kisi Indikator pada kisi kisi Sama dengan prototype Sama dengan
Soal soal dibuat 1, hanya saja di prtotype prortotype 2
berdasarkan indikator 2
kemampuan
10

komunikasi dan rumusan kalimat pada


indikator kemampuan kisi-kisi lebih terarah
translasi representasi berdasarkan revisi dari
validator
Penulisan Soal berbentuk uraian Soal berbentuk uraian Karakateristik soal
Soal - Ada petunjuk - Petunjuk pengerjaan hampir sama dengan
pengerjaan dibuat lebih jelas dan prototype 2,
- Terdapat 18 soal rinci perbedaanya adalah
Kemampuan - Setiap soal diberi ruang terdapat beberapa soal
Representasi dan 6 untuk jawaban yang diperbaiki sesuai
soal kemampuan - Soal lebih diarahkan ke dengan hasil
komunikasi konteks dunia yang ada perhitungan validitas,
di sekitar siswa reliabilitas, daya
- Ada beberapa rumusan pembeda dan tingkat
kalimat pertanyaan pada kesukaran tiap butir
soal yang berbelitbelit soal.
diperbaiki
- Soal kemampuan
representasi tetap
berjumlah 18 sedangkan
untuk soal kemampuan
komunikasi
berjumlah 6 soal

Pedoman Pedoman penskoran Pedoman penskoran Sama dengan


Penskoran menggunakan rating tetap menggunakan pedoman
scale 0-4, dan terdapat rating scale 0-4, namun penskoran yang ada
2 pedoman penskoran, keriteria pedoman pada prototype 2
yaitu pedoman penskoran yang ada pada
penskoran untuk soal setiap rentang dibuat
kemampuan lebih jelas dan rinci.
komunikasi dan
pedoman penskoran
untuk soal
kemampuan
representasi
Alternatif Jawaban soal dibuat Beberapa penulisan Sama dengan
Jawaban Berdasarkan simbol matematika dan alternatif jawaban
batasanbatasan sistematika penulisan yang ada pada
jawaban yang sesuai lainnya diperbaiki sesuai prototype 2
dengan yang dengan catatan validator
diharapkan

Prototype perangkat soal yang dihasilkan soal. Penilaian ketiga validator menunjukkan
diuji kelayakannya yang dilihat dari ketepatan bahwa perangkat soal yang dihasilkan berada
dan kepraktisannya. Ketepatan prototype soal dalam kategori sangat valid. Dari hasil uji
dilihat dari validitas isi yang dinilai oleh tiga keterbacaan dengan seorang pelajar juga
orang ahli, yaitu satu orang dosen dan dua orang ditemukan bahwa perangkat soal yang
guru matematika dengan melihat isi, konstruk dihasilkan dapat terbaca dengan baik dan dapat
dan bahasa yang digunakan dalam perangkat digunakan.
11

Kelayakan perangkat soal dalam penelitian 1,52 yang berdasarkan pedoman penskoran
ini disimpukan berdasarkan ketepatan dan berada pada rentang 1 dan 2 yang berarti siswa
keprakstisan perangkat soal yang telah dapat mengubah soal tepat ke dalam satu bentuk
dihasilkan. Kedua syarat tersebut telah dilalui (representasi) yang lain, tapi representasi yang
pada tahapan pengembangan soal. Perangkat diberikan kurang menggambarkan permasalahan
soal yang dihasilkan dikatakan tepat jika telah yang diberikan dan kemampuan siswa dalam
tervalidasi dari isi dan konstruk. Berdasarkan menerapkan representasi yang dibuat untuk
validitas isi oleh para ahli diperoleh rata-rata memecahkan masalah kurang lengkap, sehingga
penilaian ahli dari segi isi, konstruk dan bahasa belum mengarah ke solusi penyelesaian. Untuk
sebesar 90,43% untuk soal kemampuan kategori kemampuan rendah diperoleh rata-rata
komunikasi dan 91,39% untuk soal kemampuan hasil perolehan skor soal kemampuan translasi
representasi yang keduanya berada dalam representasi matematis siswa adalah 0,83 yang
kategori sangat valid. Memiliki validitas dengan berdasarkan pedoman penskoran berada pada
kriteria tinggi dan sangat tinggi, memiliki rentang 0 dan 1 yang berarti siswa tidak dapat
reliabilitas dengan kriteria tinggi untuk soal mengubah soal ke dalam bentuk representasi
kemampuan representasi dan kriteria sangat yang lain, walaupun ada representasi yang
tinggi untuk soal kemampuan komunikasi aspek diberikan belum menggambarkan permasalahan
fonetik. yang diberikan dan kemampuan siswa dalam
menerapkan representasi yang dibuat untuk
a. Kemampuan Representasi memecahkan masalah kurang jelas dan belum
Matematis sesuai, sehingga tidak menggambarkan
Hasil kemampuan translasi matematis siswa permasalahan yang diberikan. Hasil pengerjaan
diperoleh dari hasil uji coba pada tahap field test dapat dilihat pada Lampiran C.5.
yang dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 9 Kemampuan representasi terdiri dari dua
Pontianak yang berjumlah 36 orang. Soal bagian yaitu kemampuan transfomasi
kemampuan representasi yang diberikan adalah representasi dan kemampuan translasi
soal-soal yang ada di prototype 3 yang berjumlah representasi. Dalam penelitian ini kemampuan
18 soal yang terbagi ke dalam 3 indikator siswa yang ingin dilihat adalah kesanggupan
kemampuan representasi. Pengerjaan soal siswa dalam mengubah sajian representasi ke
dilakukan secara berkala sebanyak 2 kali sajian lainnya atau disebut translasi. Sesuai
pertemuan dengan menyesuaikan alokasi waktu dengan pendapat Janvier. 1987: 27) trasnlasi
pembelajaran. Rata-rata perolehan skor siswa merupakan proses perubahandari satu bentuk
untuk tiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 4.8 representasi ke representasi lainnya. Selanjutnya
yang dibedakan ke dalam 3 kategori kemampuan bentuk representasi yang dikuasai siswa dalam
(Tinggi, sedang, dan rendah). Secara materi lingkaran dan bentuk representasi yang
keseluruhan rata-rata hasil perolehan skor soal paling banyak digunakan siswa untuk mencari
kemampuan translasi representasi matematis solusi dari suatu penyelesaian permasalahan.
siswa untuk kategori tinggi adalah 2,52 yang Sehingga kemampuan representasi difokuskan
berdasarkan pedoman penskoran berada pada pada kemampuan siswa dalam mengubah suatu
rentang 2 dan 3 yang berarti jawaban siswa soal ke dalam beberapa bentuk representasi.
dalam mengerjakan soal-soal kemampuan Soal-soal yang ada mampu mengarahkan
translasi hanya dapat dengan tepat mengubah pemikiran siswa untuk menyatakan
soal ke dalam satu atau dua bentuk representasi permasalahan yang ada dalam soal tersebut ke
dan kemampuan siswa dalam menerapkan dalam beberapa bentuk representasi, namun
representasi yang dibuat untuk memecahkan beberapa representasi yang diberikan masih
masalah belum tepat karena prosedur keliru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
penyelesaiannya belum lengkap. representasi siswa khususnya dalam kemampuan
Untuk kategori kemampuan sedang representasi masih lemah.
diperoleh rata-rata hasil perolehan skor soal
kemampuan representasi matematis siswa adalah
12

b. Kemampuan Komunikasi dalam mengerjakan soal-soal kemampuan


Matematis Aspek Fonetik komunikasi hanya sebagian kecil yang benar,
Hasil kemampuan komunikasi matematis walaupun ada hanya sebagian kecil yang benar
siswa diperoleh dari hasil uji coba pada tahap sehingga kurang menunjukkan indikator
field test yang dilakukan di kelas VIII A SMP kemampuan yang hendak diukur.
Negeri 9 Pontinak yang berjumlah 36 orang. Soal-soal yang ada telah mampu
Soal kemampuan komunikasi yang diberikan mengarahkan pemikiran siswa untuk
adalah soal-soal yang ada di prototype 3 yang menyatakan ide-ide matematika yang terdapat
berjumlah 6 soal yang terbagi ke dalam 3 dalam soal ke dalam beberapa bentuk
indikator kemampuan komunikasi. Rata-rata representasi secara tertulis, misalnya dalam
perolehan skor siswa untuk tiap butir soal dapat bentuk gambar, kata-kata maupun simbol.
dilihat pada Tabel 4.7 yang dibedakan ke dalam Namun siswa masih banyak keliru ketika
3 kategori kemampuan (Tinggi, sedang, dan diminta untuk mengaitkan bentuk komunikasi
rendah). Dari analisis data hasil kemampuan yang digunakan dengan ide matematika yang
komunikasi matematis siswa diketahui bahwa terkandung di dalamnya. Hal ini mengakibatkan
rata-rata perolehan skor siswa dengan kategori kesalahan dalam pencarian solusi pada tahap
kemampuan sedang dan rendah untuk soal-soal akhir pengerjaan soal-soal tersebut.
kemampuan komunikasi siswa perindikator Dilihat dari skor perolehan siswa pada soal
berada pada rentang yang sama, hal ini kemampuan representasi siswa yang berada pada
menunjukkan bahwa subjek uji coba yang berada tingkat kemampuan atas skor mereka rata-rata
pada kategori tersebut tidak berbeda jauh tergolong tinggi. Jika dikaitkan dengan soal-soal
kemampuannya. Hal tersebut diperkuat dengan kemampuan komunikasi matematis aspek
hasil nilai mata pelajaran matematika baik itu fonetik, siswa yang memperoleh skor tinggi di
untuk ulangan harian matematika maupun nilai soal kemampuan representasi cendrung
raport, nilai siswa yang berada dalam kategori memperoleh skor tinggi pula di soal-soal
sedang dan rendah memang tidak jauh berbeda kemampuan komunikasi. Hal ini menunjukkan
dan dari hasil wawancara dengan guru bahawa ketika siswa dapat menyajikan beberapa
matematika disebutkan bahwa untuk kategori bentuk representasi maka siswa tersebut juga
kemampuan siswa cenderung berada pada memiliki kemampuan komunikasi matematis
kategori tinggi dan rendah. Sedangkan untuk spek fonetik yang baik. Penjelsan yang mereka
yang berada di antaranya sangat sedikit. berikan logis dan masuk akal, berkaitan
Sedangkan secara keseluruhan, rata-rata hasil langsung dengan materi. Sedanngkan siswa pada
perolehan skor soal kemampuan komunikasi tingkat kemampuan menengah dan bawah
matematis siswa untuk kategori tinggi adalah hampir sama. Hal ini sejalan dengan apa yang
2,09 yang berdasarkan pedoman penkoran dipaparkan Ontario Ministry of education
berarti jawaban siswa dalam mengerjakan soal- (Nurdina, 2013) “Proses esensial pembelajaran
soal kemampuan komunikasi secara matematis matematika Karena melalui komunikasi, siswa
masuk akal, upaya yang dilakukan untuk merenungkan, memperjelas dan memperluas ide
menyatakan permasalahan yang ada dalam soal dan pemahaman mereka tentang hubungan dan
sudah benar dan jelas, penjelasan sudah mulai argument matematika. Dikarenakan kelemahan
mengacu kepada konsep yang ditanyakan, siswa dalam merepresentasikan sajian
namun penjelasan tersebut belum lengkap matematika maka kemampuan komunikasi siswa
sehingga belum jelas keterkaitan antara jawaban ini juga tergolong rendah. Hal ini menunjukkan
dengan konsep yang ditanyakan. Sedangkan ketika kemampuan representasi siswa baik maka
untuk kategori kemampuan sedang dan rendah secara otomatis siswa ini juga memiliki
diperoleh rata-rata hasil perolehan skor soal kemampuan komunikasi yang baik pula. Sesuai
kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendapat Baroody (Qohar, 2011: 48)
berturut-turut adalah 1,31 dan 1,17 yang mengomunikasikan apa yang diketahui dari
berdasarkan pedoman penskoran berada pada permasalahan yang diberikan dapat membantu
rentang 1 dan 2 yang berarti jawaban siswa siswa untuk mengungkapkan dan merefleksikan
13

pemikiran mereka yang kemudian dituangkan transfer pengetahuan yang dimiliki seseorang.
dalam suatu media sehingga terjadi suatu proses
fonetik dalam materi luas dan keliling lingkaran
SIMPULAN DAN SARAN setelah dilakukan analisis yakni dengan
Simpulan menghitung validitas pada kriteria minimal 70%
Berdasarkan hasil penelitian dan , reliabilitas 93%, daya pembeda 32% , dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran 32% dengan kategori baik.
perangkat soal yang dihasilkan layak digunakan Hasil kemampuan representasi matematis siswa
untuk mengukur kemampuan representasi dan SMP pada subjek uji coba serta diikuti dengan
komunikasi matematis siswa SMP aspek fonetik kemampuan Komunikasi matematis siswa dalam
khususnya pada materi luas dan keliling aspek fonetik menunjukkan bahwa rata-rata hasil
lingkaran, karena telah memenuhi kriteria tepat kemampuan siswa kategori atas berada pada
dan valid. Dikatakan tepat karena berdasarkan rentang skor 4, dan untuk rata-rata hasil
penilaian para ahli perangkat soal yang kemampuan siswa pada kategori tengah berada
dihasilkan telah dinyatakan sangat valid pada rentang skor antra 3 dan 2 dan untuk rata-
kelayakan instrumen tes kemampuan rata hasil kemampuan siswa pada kategori
representasi dan komunikasi matematis aspek bawah berada pada rentang skor antara 0 dan 1.

Saran Janvier, Claude. (1987). Problems of


Pengembangan perangkat soal yang secara Representation in the Teaching and
khusus digunakan untuk mengukur kemampuan Learning of Mathematics. London :
representasi dan komunikasi matematis siswa Lawrence Erlbaum Associates
dalam aspek fonetik pada materi lingkaran dalam Publishers.
penelitian ini dapat dijadikan petunjuk untuk
Kornai, A. (2008). Mathematical
mengembangkan soal-soal. Berikut saran yang
dapat diberikan kepada guru dan peneliti lain Linguistics. London.
dalam mengembangkan soal, dalam merancang NCTM. (2000). Principles and Standards
soal sebaiknya berpedoman pada tahapan for School Mathematics. NCTM:
merancang soal, siswa tingkat kemampuan Virginia.
bawah perlu tambahan latihan menghubungkan Nurdina, T.(2013). Kemampuan komunikasi
antara membaca simbolik dengan mengucapkan siswa dalam matematika. [Online].
dan memahami rumus secara berangsur-angsur Tersedia:
agar mereka menguasai kemampuan komunikasi http//tyanurdina.wordpress.com/2013/01
khususnya aspek fonetik. /05/kemampuan-komunikasi-siswa-
dalam-matematika/html?m=1. [ 24 maret
DAFTAR PUSTAKA 2017].
Ali Mahmudi. (2009). Komunikasi dalam Pauweni, Khardiyawan. (2012). Pengaruh
Pembelajaran Matematika. Makalah Model Pembelajaran Berdasarkan
Termuat pada Jurnal MIPMIPA Masalah dan Perbedaan Gender
UNHALU/ Vol.8 No.1, Februari 2009, Terhadap Kemampuan Komunikasi
ISSN 1412-2318). Yogyakarta : UNY Matematika. Tesis. Gorontalo: Tidak
Asikin, Mohammad & Junaedi, Iwan. Diterbitkan.
(2013). Kemampuan Komunikasi Qohar, Abd. (2011). Pengembangan
Matematika Siswa SMP dalam Setting Instrumen Komunikasi Matematis.
Pembelajaran RME (Realistic http://eprints.uny. ac.id/6968/1/
Mathematics Education). UJMER Makalah Peserta Abd.Qohar2.pdf.
(UNNES Journal of Mathematics Diakses tanggal 25 desember 2015.
Education Research). Vol. 2 Salinas dan Ortlib (2011) Best Vocabulary
No.1, p.203-213.
14

Practices to Support Mathematics in the Pembelajaran Matematika di Sekolah


Age of Common Core Standards. Menengah Atas. Journal Penelitian
Diakses dari Pendidikan. Vol. 13 No.1, p.24-31.
http://www.macrothink.org/journal/ind Zulkardi. (2006). Formatif Evaluation
ex.php/jse/article/view/844 :What, Why, When, and How. (On
Tandilling, Edy. (2012). Pengembangan Line). http://www.geocities.com
Instrumen untuk Mengukur /zulkardi/books.html. (diakses : 14
Kemampuan Komunikasi Matematik, November 2016).
Pemahaman Matematik, dan Self-
Regulated Learning Siswa dalam

Anda mungkin juga menyukai