Anda di halaman 1dari 4

Hasil wawancara dengan mahasiswa

SMP Negeri 18 Halmahera Utara

yang menyebutkan bahwa siswa mengalami kesulitan

memecahkan masalah matematika karena kurangnya latihan

pertanyaan terkait dengan bagaimana mengkomunikasikan apa

telah dipelajari, dalam istilah matematika

komunikasi. Ini terbukti dari caranya

siswa memecahkan masalah matematika, di mana siswa

belum terbiasa mengidentifikasi apa itu

dikenal, ditanya dan ide matematika apa yang dibutuhkan

dalam pemecahan masalah .. Rasa ingin tahu yang rendah

siswa terhadap pembelajaran matematika juga

terungkap melalui fakta bahwa banyak siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan mengumpulkan
tugas di luar

batas waktu yang ditentukan. Selain itu, guru memiliki

tidak digunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong

siswa memiliki komunikasi matematis

keterampilan dan melibatkan siswa secara aktif untuk

menimbulkan rasa ingin tahu.

Salah satu tujuan belajar matematika

menurut NCTM adalah belajar berkomunikasi

itulah komunikasi matematis (Gordah

dan Astuti, 2013). Matematis

komunikasi adalah cara siswa untuk berekspresi

ide matematika baik secara lisan, tertulis,

menggambar, membuat diagram, menggunakan objek, mempresentasikan

bentuk aljabar, atau menggunakan simbol matematika

(NCTM, 2000; Hirschfeld dan Nebraska, 2008).

Melalui keterampilan komunikasi, siswa dapat


menyampaikan ide mereka kepada guru dan orang lain

siswa yang berarti siswa

keterampilan komunikasi harus ditingkatkan

(Fahradina, Ansari dan Saiman, 2014). Lain

Pendapat menyatakan bahwa kemampuan siswa

komunikasi matematis sangat diperlukan

untuk dikembangkan, karena melalui matematis

komunikasi siswa dapat melakukan

organisasi pemikiran matematika keduanya

secara lisan dan tertulis (Suhaedi, 2012). Itu

kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa

kemampuan komunikasi matematis dalam

Indonesia masih rendah (Prayitno, Suwarsono dan

Siswono, 2013)

Salah satu aspek pembelajaran adalah kognitif

aspek. Hasil belajar yang diharapkan ini

Aspek adalah kemampuan matematika

komunikasi. Memiliki kemampuan dengan jelas

mengkomunikasikan ide-ide matematika adalah salah satunya

kemampuan yang tertuang dalam Permendikbud tahun

2016 Nomor 21 untuk tingkat sekolah dasar

siswa SMA (Kemendikbud_RI, 2016).

Ide matematika bisa dengan jelas

dikomunikasikan, jika siswa sudah memiliki yang baik

pemahaman matematika. Matematika

kemampuan komunikasi siswa mencerminkan

tingkat pemahaman matematika dan

lokasi kesalahpahaman pelajar

(NCTM, 2000). Kemampuan matematika


komunikasi adalah kemampuan untuk berefleksi pemahaman matematika dan kekuatan

matematika (Syaban, 2008). Oleh karena itu

penting bagi guru untuk mengetahui siswa

keterampilan komunikasi matematis dalam

pembelajaran matematika. Dengan mengetahui siswa

kemampuan komunikasi matematis, itu

guru dapat melacak dan menyelidiki tingkat

pemahaman matematis dan lokasi

kesalahan konsep peserta didik yang dapat digunakan

sebagai sumber informasi dan referensi

materi dalam pemilihan pembelajaran yang sesuai

model Komunikasi matematika adalah salah satunya

pembelajaran dalam perkembangan matematika

kurikulum di sekolah. Pembelajaran matematika di

kelas (NCTM, 2000) harus memungkinkan siswa untuk:

(1) mengatur dan mengkonsolidasikan matematika

berpikir dan berkomunikasi dengan siswa lain; (2)

mengekspresikan ide matematika secara koheren

(diatur secara logis) dan jelas bagi siswa lain,

guru, dan lainnya; (3) bertambah atau berkembang

pengetahuan matematika siswa dengan berpikir

tentang pemikiran dan strategi siswa lain;

(4) menggunakan bahasa yang benar secara matematis di

berbagai ekspresi matematika Berdasarkan aspek matematis

kemampuan komunikasi dirumuskan oleh

NCTM di atas, ada empat langkah yang harus dilakukan

telah disesuaikan dengan kemampuan matematika

komunikasi, antara lain: (1)

Investigasi, yaitu kemampuan siswa dalam


melakukan investigasi untuk memecahkan matematika

masalah baik secara tertulis yang siswa dapat

melakukan penyelidikan tentang apa yang diketahui

dan bertanya dalam masalah untuk memecahkan masalah tersebut,

(2) analysis, yaitu kemampuan siswa dalam

menjelaskan, menulis dengan simbol / notasi, atau

membuat sketsa atau gambar matematika

gagasan untuk memecahkan masalah, (3) evaluasi, yaitu

kemampuan siswa untuk mengevaluasi ide matematika

dan (4) inferensi, yaitu kemampuan siswa untuk

komunikasikan lagi jawabannya. Siswa mengalami kesulitan dalam

belajar matematika, sehingga peneliti tertarik

dalam mencari solusi untuk membantu siswa yang memiliki

kesulitan belajar matematika dengan menggunakan konsep

strategi perancah. Scaffolding disediakan oleh

guru / siswa yang lebih bisa siswa

yang mengalami kesulitan yaitu dengan memberikan yang besar

jumlah bantuan pada tahap awal dan

bantuan dikurangi secara bertahap sampai akhirnya

mereka melepaskan dan mampu menyelesaikannya sendiri

(Anghileri, 2006). Scaffolding membantu siswa

yang mengalami kesulitan mencapai tujuan yang diharapkan

dan membantu siswa berpikir dalam memecahkan masalah

masalah ke yang paling sulit (Kayu, Bruner

dan Ross, 1976; Waiyakoon, Khlaisang dan

Koraneekij, 2015). Scaffolding disediakan untuk

membantu siswa membangun pemahaman tentang yang baru

pengetahuan dan proses (Stone, 2004).

Anda mungkin juga menyukai