Anda di halaman 1dari 8

Waru, M.V.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut


http://e-mosharafa.org/

Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematika


melalui Pembelajaran Quantum dan Pembelajaran Langsung
dengan Memperhitungkan Kemampuan Awal Siswa

Misveria Villa Waru


STMIK Lamappapoleonro Soppeng
e-mail: missveriaa@gmail.com

ABSTRAK

Jenis penelitian ini adalah eksperimen yang melibatkan dua kelompok yang diberi perlakuan yang
berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana tingkat kemampuan komunikasi
matematika siswa yang diajar menggunakan pembelajaran quantum, 2) bagaimana kemampuan
komunikasi matematika siswa yang diajar menggunakan pembelajaran langsung, 3) Apakah kemampuan
komunikasi matematika siswa yang diajar melalui pembelajaran quantum lebih tinggi daripada melalui
pembelajaran langsung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN
Watansoppeng semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang berstatus SSN yang terdiri dari 8 sekolah
dan dipilih 2 sekolah dan setiap sekolah dipilih 1 kelas sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan komunikasi matematika. Data dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis statistika deskriptif dan inferensial. Hasil yang diperoleh dari analisis
statistika deskriptif adalah: 1) kemampuan komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran quantum
berada pada kategori baik, 2) kemampuan komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran langsung
berada dalam kategori sedang. Melallui hasil analisis statistika inferensial diperoleh kemampuan
komunikasi matematika melalui pembelajaran quantum lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi
matematika melalui pembelajaran langsung dengan memperhitungkan kemampuan awal siswa.
Kata kunci: Kemampuan Komunikasi Matematika, Pembelajaran Quantum, Pembelajaran
Langsung

ABSTRACT

This research is experiment involving two groups which were given different treatments. These
research goals are to know 1) how level of students’ mathematical communication ability taught
by using Quantum Learning, 2) how level of students’ mathematical communication ability
taught by using Direct Instruction, 3) whether mathematical communication ability through
Quantum Learning is higher than mathematical communication ability through Direct
Instruction. Population in this research is all of students grade VII SMPN Watansoppeng even
Semester year 2011/2012 whose status is SSN. Consist of 8 schools and chosen 2 schools and
the each school chosen 1 class as research sample. Technique of collecting data is using
mathematical communication ability test. The data is analyzed by using descriptive statistic and
inferential. The result was get from descriptive statistic analyze are: 1) mathematical
communication ability through quantum learning having good category, 2) mathematical
communication ability through direct instruction having middle category. Result of inferential
statistic analyze was get that mathematical communication ability trough quantum learning is
higher than mathematical communication ability through direct instruction by considering
students’ initial ability.
Keywords: Mathematical Communication Ability, Quantum Learning, Direct Instruction

PENDAHULUAN dan Garis dan Sudut. Pada materi tersebut,


Berdasarkan pengamatan pada siswa dibutuhkan kemampuan siswa menyajikan
SMP kelas VII, rendahnya kemampuan masalah dalam bentuk gambar, diagram, tavel
komunikasi matematika siswa salah satunya ataupun simbol. Setelah itu bagaimana siswa
terlihat pada pembahasan materi Himpunan melakukan manipulasi matematika dalam
Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 93
ISSN 2086 4280
Waru, M.V. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, melalui pembelajaran langsung dengan


pada materi tersebut dibutuhkan kemampuan memperhitungkan kemampuan awal siswa.
komunikasi matematika siswa yang lebih
dibandingkan dengan materi lainnya. Kemampuan Komunikasi Matematika
Peningkatan kemampuan komunikasi Komunikasi merupakan bagian yang
siswa dapat dilakukan dengan mengadakan penting pada pendidikan matematika.
perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Menurut Steinbring (2009: 114), “The
Oleh karena itu guru diharapkan mathematical interactions of children during
menggunakan model-model pembelajaran the joint partner work as well as the
yang didalamnya terdapat metode baru yang interaction patterns with which teachers
membiasakan siswa untuk mengkonstruksi intervene in the children’s mathematical
sendiri pengetahuannya sehingga siswa communication are being investigated”.
mampu mengkomunikasikan ide Shadiq (2004:20) mengemukakan bahwa
matematikanya dan dapat menarik kemampuan komunikasi matematika adalah
kesimpulan dari apa yang mereka peroleh kemampuan seseorang dalam
baik dari guru atau teman. mengkomunikasikan ide-ide dan pikiran
Menurut Kardi dan Nur (2009: 43), matematika. Komunikasi ide-ide, gagasan
pembelajaran langsung menggunakan metode pada operasi atau pembuktian matematika
yang dapat berupa ceramah, demonstrasi, banyak melibatkan kata-kata, lambang
pelatihan atau praktik. Pada awal matematika dan bilangan. Muhkal
pembelajaran, guru perlu membentuk suatu (2009:210), “kemampuan komunikasi
sikap mental yang positif, atau sikap kesiapan matematika adalah kemampuan
dalam diri siswa. Guru perlu membangkitkan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa
rasa keingintahuan dan minat siswa terhadap melalui model matematika yang dapat berupa
pelajaran yang akan mereka peroleh. kalimat dan persamaan matematika, diagram,
Pembelajaran Quantum sendiri grafik, dan tabel.”
merupakan suatu model pembelajaran yang Asikin (2002: 492), pengertian
menciptakan suasana pembelajaran yang kemampuan komunikasi siswa mencakup dua
nyaman dan menyenangkan. Pembelajaran hal yakni menggunakan matematika sebagai
Quantum menggunakan berbagai macam alat komunikasi (bahasa matematika) dan
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kemampuan siswa mengkomunikasikan
demonstrasi, kerja kelompok, eksperimen, matematika yang dipelajari sebagai isi pesan
dan metode pemberian tugas. Teknik-teknik yang harus disampaikan.
dalam Pembelajaran Quantum ditujukan Herdian (2010) menegaskan bahwa:
untuk membantu para siswa menjadi Kemampuan komunikasi matematika dapat
responsive dan bergairah dalam menghadapi diartikan sebagai suatu kemampuan siswa
tantangan. Aspek-aspek penting dalam dalam menyampaikan sesuatu yang
program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu diketahuinya melalui peristiwa dialog atau
penelitian tentang bagaimana otak mengatur saling berhubungan yang terjadi di
informasi juga tercakup dalam Pembelajaran lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan
Quantum. pesan. Pesan yang dialihkan berupa konsep,
Penelitian ini bertujuan untuk rumus, atau strategi penyelesaian suatu
mengetahui apakah kemampuan komunikasi masalah. Cara pengalihan pesannya dapat
siswa yang diajar melalui Pembelajaran secara lisan maupun tertulis.
Quantum lebih tinggi daripada yang diajar

94 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016


ISSN 2086 4280
Waru, M.V. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

Tabel 1. Penskoran pada Komunikasi Matematika dalam Pembelajaran Matematika


Menulis Menggambar Ekspresi Matematika
Skor
(written texts) (Drawing) (Mathematical Expression)
tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga
0
informasi yang diberika tidak berarti apa-apa.
Hanya sedikit dari
Hanya sedikit dari penjelasan Hanya sedikit dari model
1 gambar, diagram, atau
yang benar. matematika yang benar.
tabel yang benar.
Melukiskan diagram,
Penjelasan secara matematis Membuat model matematika
gambar, atau tabel
2 masuk akal namun hanya dengan benar, namun salah
namun kurang lengkap
sebagian lengkap dan benar. dalam mendapatkan solusi
dan benar
Penjelasan secara matematis Membuat model matematika
Melukiskan diagram,
masuk akal dan benar, dengan benar, kemudian
gambar atau tabel
3 meskipun tidak tersusun melakukan perhitungan atau
secara lengkap dan
secara logis atau terdapat mendapatkan solusi secara
benar.
sedikit kesalahan bahasa. benar dan lengkap.
Penjelasan secara matematis
4 masuk akal dan jelas serta
tersusun secara logis.
Skor maksimal = 4 Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 3
Sumber: J.Cai.M.S. Jakabscsin dan S.Lane (Upu, 2003)

Ruang Lingkup Pembelajaran Quantum mengoptimalkan belajar siswa dan motivasi


Kata Quantum sendiri berarti interaksi berprestasi siswa.
yang mengubah energi menjadi cahaya. Lebih lagi, dalam Deporter (2000: 14)
Menurut Sudrajat (2008) Pembelajaran mengartikan bahwa, Pembelajaran Quantum
Quantum adalah kiat, petunjuk, strategi, dan sebagai interaksi mengubah energy menjadi
seluruh proses belajar yang dapat pancaran cahaya. Makna lainnya adalah
mempertajam pemahaman dan daya ingat, interaksi yang terjadi dalam proses belajar,
serta membuat belajar sebagai suatu proses sehingga mampu mengubah segala potensi
yang menyenangkan dan bermanfaat. Selain yang ada di dalam dirinya menjadi lebih baik
itu Susilowati (Ediaman, 2010) juga dan memperoleh hal-hal yang baru yang
menjelaskan bahwa, Pembelajaran Quantum dapat ditularkan kepada orang lain.
merupakan pembelajaran yang
Tabel 2. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Quantum
Fase Aktivitas guru
Tumbuhkan minat mereka dengan memuaskan “apakah manfaat
Tumbuhkan
bagiku (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
Cipatakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
Alami
semua pelajar.
Namai Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus
Sediakan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman
Demonstrasikan
dengan data yang baru dan tunjukkan bahwa mereka tahu
Rekatkan gambaran keseluruhannya. Tunjukkan pelajar cara-cara
Ulangi
mengulang materi
Berikan pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan
Rayakan
keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Sumber: DePorter dan Hernacki (1999:214)

Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 95


ISSN 2086 4280
Waru, M.V. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

Ruang Lingkup Pembelajaran Pemikiran mendasar dari model


Langsung pembelajaran langsung adalah siswa belajar
Model pembelajaran langsung adalah dengan mengamati secara selektif, mengingat
model pembelajaran yang menekankan pada dan menirukan tingkah laku guru. Atas dasar
penguasaan konsep dan/atau perubahan pemikiran tersebut, hal penting yang harus
perilaku dengan mengutamakan pendekatan diingat dalam penerapan model tersebut
deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) adalah menghindari penyampaian yang terlalu
transformasi dan keterampilan secara kompleks. Guru yang berperan sebagai
langsung; 2) pembelajaran berorientasi pada penyampai informasi seyogyanya
tujuan tertentu; 3) materi pembelajaran yang menggunakan berbagai media yang sesuai,
telah terstruktur; 4) lingkungan belajar yang misalnya tape recorder, gambar, peragaan,
telah terstruktur; dan 5) distruktur oleh guru dan sebagainya.
(Sudrajat: 2008).
Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase-fase Peran Guru
Fase 1
Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran, informasi latar
Menyampaikan tujuan dan
balakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa
mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar,
Mendemonstrasikan pengetahuan
atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
dan keterampilan
Fase 3 Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
Membimbing pelatihan awal
Fase 4
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
Mengecek pemahaman dan
dengan baik, memberi umpan balik.
memberikan umpan balik.
Fase 5 Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
Memberikan kesempatan untuk lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada
pelatihan lanjutan dan penerapan situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Sumber: Trianto (2007:3)

Kemampuan Awal dimiliki oleh siswa yang membekali siswa


Tatang (2009) menyatakan dalam proses belajar mengajar selanjutnya.
bahwa”Kemampuan awal siswa adalah
kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa Hipotesis Penelitian
sebelum ia mengikuti pelajaran yang Berdasarkan kajian teori, dan kerangka
diberikan”. Kemampuan awal berpikir yang dikemukakan di atas, maka
menggambarkan kesiapan siswa dalam dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
menerima pelajaran yang akan disampaikan. “Kemampuan komunikasi matematika siswa
Kemampuan awal penting untuk diketahui melalui Pembelajaran Quantum lebih tinggi
guru sebelum memulai pelajaran, karena daripada kemampuan komunikasi matematika
dengan itu dapat diketahui apakah siswa telah siswa melalui pembelajaran langsung dengan
mempunyai pengetahuan awal sebagai memperhitungkan kemampuan awal siswa.”
prasyarat untuk mengikuti pembelajaran, serta Untuk keperluan pengujian statistic,
sejauh mana siswa mengetahui materi yang hipotesis penelitian dirumuskan sebagai
akan disajikan. Dengan kata lain, kemampuan berikut:
awal siswa merupakan kemampuan yang 𝐻0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2 Lawan 𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2 (1)
96 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016
ISSN 2086 4280
Waru, M.V. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

dengan 𝜇1 = Rata-rata kemampuan dan diberikan posttest setelah siswa diajar


komunikasi matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung.
melalui pembelajaran Quantum dan 𝜇2 = Pengumpulan data dalam penelitian ini
Rata-rata kemampuan komunikasi dilakukan dengan melakukan tes awal
matematika siswa yang diajar melalui (pretest) yang berupa tes kemampuan
pembelajaran langsung. komunikasi matematika serta tes akhir
(posttest) pada kelas eksperimen dan kelas
METODE kontrol. Jenis data berupa hasil kemampuan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komunikasi matematika.Tes kemampuan
eksperimen, yaitu metode penelitian yang komunikasi matematika yang digunakan
digunakan untuk mencari pengaruh tertentu adalah berbentuk essay. Sebelum tes itu
terhadap yang lain dalam kondisi yang digunakan terlebih dahulu diuji cobakan
terkendalikan. Untuk kelompok eksperimen untuk menguji validitas dan reliabilitas
diajar dengan menggunakan pembelajaran instrumen.
quantum sedangkan pada kelompok Analisis statistika inferensial digunakan
pembanding diajar dengan menggunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan
pembelajaran langsung. menggunakan Analisis Kovarian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah (ANAKOVA). Namun sebelum dilakukan
pembelajaran quantum dan pembelajaran pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
langsung. Variabel terikat pada penelitian ini homogenitas
adalah kemampuan komunikasi matematika
siswa. Variabel kontrol pada penelitian ini Model Matematis Anakova
kemampuan awal siswa yang merupakan skor 𝑦 = 𝛽𝑜 + 𝛽1 𝐼 + 𝛽2 𝑋 + 𝜀 (2)
kemampuan komunikasi matematika siswa Dimana:
dalam bentuk pretest. 𝑦: Nilai kemampuan komunikasi matematika
Sampel dalam penelitian ini diambil 𝛽0: Intersep garis regresi
dengan menggunakan Random Sampling. 𝛽1 𝑑𝑎𝑛 𝛽2 : Koefisien Regresi
Teknik ini digunakan karena memperhatikan 𝐼: Nilai kemampuan awal siswa (kovariat)
sekolah yang memiliki akreditasi yang sama
dan berstandar SSN. Sekolah yang dijadikan 1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑞𝑢𝑎𝑛𝑡𝑢𝑚
sampel adalah SMPN 3 Watansoppeng 𝑋 {
0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔
dimana kelas VII.khusus sebagai kelompok
eksperimen dan SMPN 1 Donri-donri dimana HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas VII.1 sebagai kelompok pembanding. Setelah memperhatikan karakteristik
Desain penelitian yang digunakan adalah variabel yang telah diteliti dan prasyarat
desain “Pretest – Posttest Control Design”. analisis, selanjutnya dilakukan pengujian
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu terhadap hipotesis. Untuk keperluan tentang
kelompok I disebut kelompok eksperimen pengujian hipotesis digunakan statistika
yang diberikan pretest berupa tes kemampuan inferensial dengan bantuan program SPSS
komunikasi matematika siswa sebelum diajar yaitu ANAKOVA. Kriteria pengujiannya
dengan model Pembelajaran Quantum dan adalah jika nilai probability lebih besar dari
diberikan Posttest setelah siswa diajar dengan3 𝛼 = 0.05, maka H0 diterima atau H1 ditolak
3
model Pembelajaran Quantum. Serta artinya tidak ada perbedaan antara dua
kelompok II disebut kelompok pembanding perlakuan yang diberikan dengan
(kontrol) yang diberikan pretest berupa tes memperhitungkan kemampuan awal siswa.
kemampuan komunikasi matematika siswa Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil
sebelum diajar dengan pembelajaran langsung
Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 97
ISSN 2086 4280
Waru, M.V. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

dari 𝛼 = 0.05, maka H0 ditolak atau H1 perlakuan yang diberikan dengan


diterima, artinya ada perbedaan antara dua memperhitungkan kemampuan awal siswa.

Tabel 4. Hasil Uji ANAKOVA kemampuan komunikasi matematika siswa


Test of Between-Subjects Effects yang diajar dengan menggunakan model
Dependent Variable: Y pembelajaran quantum dengan siswa yang
Source Type III d Mean F Sig
Sum of f Square
diajar menggunakan model pembelajaran
Squares langsung dimana kemampuan awal siswa
Correct 8471.327 2 4235.6 49.44 .00 sebagai kovariat. Hal ini ditunjukkan oleh
a
ed 1 63 2 0 nilai 𝑝 = 0,001 < 𝛼 = 0.05. Serta hasil dari
Model 4430.212 1 4430.2 51.71 .00 uji Contrast menunjukkan bahwa
Interce 5603.455 1 12 2 0
pt 2864.551 4 5603.4 65.40 .00
kemampuan komunikasi matematika melalui
I 3855.152 5 55 7 0 pembelajaran quantum lebih tinggi daripada
X 261879.0 4 2864.5 33.43 .00 kemampuan komunikasi matematika melalui
Error 00 8 11 7 0 pembelajaran langsung dengan
Total 12326.47 4 85.670 memperhatikan kemampuan awal siswa. Hal
Correct 9 7
ed ini ditunjukkan oleh 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,005
Total lebih kecil dari 𝛼 = 0.05.
Perbedaan ini juga dapat dilihat dari rata-
Hasil analisis menunjukkan bahwa Fhitung rata kemampuan komunikasi matematika
= 33.437 dengan nilai p =0.0001, karena nilai yang diperoleh oleh kedua kelompok.
𝑝 < 𝛼 = 0.05 maka H0 ditolak atau H1 Sehingga dapat disimpulkan bahwa
diterima. Ini berarti bahwa setelah kemampuan komunikasi matematika melalui
memperhitungkan/mengontrol kemampuan pembelajaran quantum untuk siswa kelas
awal siswa, terdapat perbedaan antara VII.Khusus SMPN 3 Watansoppeng lebih
kemampuan komunikasi matematika yang tinggi daripada kemampuan komunikasi
diajar melalui model pembelajaran quantum matematika melaui pembelajaran langsung
dengan kemampuan komunikasi matematika untuk siswa kelas VII.1 SMPN 1 Donri-donri
yang diajar melalui model pembelajaran dengan memperhitungkan kemampuan awal
langsung. siswa.
Selanjutnya perbedaan rata-rata pada
kedua kelompok yang homogen yaitu pada PENUTUP
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Kesimpulan
melalui uji contrast menunjukkan bahwa nilai Setelah dilakukan uji ANAKOVA
thitung = 3, 74 > ttable = 1, 68 dengan p-value = diperoleh hasil yaitu setelah dikendalilkan
0,001 oleh kovariat kemampuan awal siswa
= 0,0005 <𝛼 = 0,05. Dengan
2 secara signifikan terdapat perbedaan
demikian Ho ditolak atau H1 diterima. Ini kemampuan komunikasi matematika
berarti bahwa kemampuan komunikasi antara kelas yang diajar menggunakan
matematika siswa melalui pembelajaran model pembelajaran quantum dengan
quantum lebih tinggi daripada kemampuan kelas yang diajar menggunakan
komunikasi matematika siswa melalui pembelajaran langsung.
pembelajaran langsung dengan Berdasarkan skor rata-rata antara
memperhitungkan kemampuan awal siswa. kelas kontrol dan kelas eksperimen serta
Hasil analisis inferensial menunjukkan hasil dari uji contrast dapat disimpulkan
bahwa secara signifikan terdapat perbedaan bahwa kemampuan komunikasi
98 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016
ISSN 2086 4280
Waru, M.V. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

matematika melalui pembelajaran Muhkal, Mappaita. 2009. Hakikat


quantum lebih tinggi daripada kemampuan Matematika dan Hakikat Pendidikan
komunikasi matematika melalui Matematika. Makassar: FMIPA
pembelajaran langsung dengan UNM.
memperhitungkan kemampuan awal siswa. National Council of Teacher of
Mathematics (NCTM). 1989.
Saran Principles and Standards for School
Setelah melihat hasil penelitian yang Mathematics. Reston: VA: NCTM.
telah dilakukan, adapun saran yang Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi
diajukan penulis adalah: Pendidikan. Surabaya: Usaha
1. Guru bidang studi matematika di SMP Nasional
sekiranya dapat menerapkan model Nurudin. 2008. Sistem Komunikasi
pembelajaran Quantum untuk Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo
meningkatkan kemampuan Persada.
komunikasi matematika siswa agar Paxman, Christina G. 2011. Map Your
dapat diperhitungkan sebagai salah Way to Speech Success. Journal of
satu alternatif dalam proses belajar Education for Teaching, 25, p. 7-11.
mengajar. Sanjaya, Ade. 2011. Karakteristik
2. Guru-guru di sekolah khususnya guru Quantum Learning. Jakarta:
matematika sebaiknya lebih Wordpress.
memperkenalkan musik-musik klasik Santrock, John W. 2008. Psikologi
kepada siswa dalam pembelajarannya, Pendidikan. Jakarta: Kencana.
hal ini untuk menunjang kemampuan Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah,
siswa dalam hal cara berpikir otak Penalaran dan Komunikasi. Diklat
mereka. Instruktur/Pengembangan
Matematika SMU. Yogyakarta:
DAFTAR PUSTAKA Widyaswara PPG Matematika.
Asikin, Mohammad. 2002. Menumbuhkan Shannon, C.E. 1984. A Mathematical
Kemampuan Komunikasi Theory of Communication. The Bell
Matematika melalui Pembelajaran System Tehnical Journal. 27, p. 623-
Matematika Realistik. Matematika 656.
edisi khusus. Hlm 492-496. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
DePorter, B &Hernacki, Mike. 1999 yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Quantum Learning Membiasakan Rineka Cipta.
Belajar Nyaman Dan Steinbring, Heinz. 2009. Forms of
Menyenangkan. Bandung: Kaifa. Mathematical Interaction in
Deporter, B. 2000. Quantum Teaching different social Settings: Examples
Mempraktikkan Quantum Learning from Students, Teacher, and
di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Teacher-Students Communication
Kaifa About Mathematics. Journal
Herdian. 2010. Kemampuan Komunikasi mathematics Teacher Education, 12,
Matematika. Jakarta: Wordpress. p. 111-132.
Kardi, S dan Nur. 2000. Pengajaran Sudrajat, A. 2008. Quantum Learning,
Langsung. Surabaya: University Cara Baru Mengubah Kecerdasan.
Press. Jakarta: Wordpress.

Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016 99


ISSN 2086 4280
Waru, M.V. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
http://e-mosharafa.org/

Tatang, Ade M. 2009. Pengelolaan Kelas.


Garut: Atom Press.
Thomas, Holly K. 2011. Student
Responses to Contemplative
Practice in a Communication
Course. Journal of Education for
Teaching, 25, p. 115-126.
Tiro, M. A, 1999. Dasar-Dasar Statistika,
State Makassar: University of
Makassar Press.
Tiro, M, A. 2010. Cara Efektif Belajar
Matematika. Makassar: Andira
Publisher
Trianto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
pustaka.
Upu, Hamzah. 2003. Problem Posing dan
Problem Solving. Bandung: Pustaka
Ramadhan.
Widjaja, A.W. 1993. Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat. Jakarta:
Bumi Aksara.

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Misveria Villa Waru, S.Pd. M.Pd. Lahir
di Soppeng, 25 Juli 1990.
Dosen di STMIK
Lamappapoleonro Soppeng
pada Program Studi Teknik
Informatika. Studi S1
Pendidikan Matematika
Bilingual Universitas
Negeri Makassar, lulus tahun 2012; dan S2
Pendidikan Matematika Universitas
Negeri Makassar, lulus tahun 2015.

100 Jurnal “Mosharafa”, Volume 5, Nomor 2, Mei 2016


ISSN 2086 4280

Anda mungkin juga menyukai