Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NHT TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIS DAN BELIEF

Maskuroch Adesty1, Nurhanurawati2, Widyastuti2


adist_a3@yahoo.com
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
2
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika

ABSTRAK

This research aimed to know the effect of cooperative learning model of numbered
heads together type towards student’s mathematical communication skill and
belief. The design which was used in this research was pretest posttest control
group design. The population was all students of grade 7th of SMPN 21
Bandarlampung in academic year of 2013/2014 that was distributed into eleven
classes. The samples were students of VIIA and VIIC class which were taken by
cluster random sampling technique. The research data were obtained by the test
of mathematical communication skill and belief scale. The conclusion of this
research was the cooperative learning model of numbered heads together type
affect the student’s mathematical communication skill and belief.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran


kooperatif tipe NHT terhadap kemampuan komunikasi matematis dan belief
siswa. Desain yang digunakan adalah pretest posttest control group design.
Populasi adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 21 Bandarlampung tahun
pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam sebelas kelas. Sampel penelitian
adalah siswa kelas VIIA dan VIIC yang diambil dengan teknik cluster random
sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi
matematis dan skala belief. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematis dan belief siswa.

Kata kunci: belief, kemampuan komunikasi matematis, pembelajaran kooperatif


tipe NHT
PENDAHULUAN bidang studi matematika SMP di
Bandarlampung, siswa masih kurang
Komunikasi matematika perlu
mampu mengkomunikasikan ide-ide
menjadi fokus perhatian dalam pem-
yang mereka miliki terkait materi
belajaran matematika. National
pembelajaran. Demikian pula yang
Council of Teacher of Mathematics
terjadi di SMPN 21 Bandarlampung,
(NCTM) telah menjelaskan bahwa
khususnya pada kelas VII. Hal ter-
komunikasi adalah cara berbagi ide
sebut terlihat dari perolehan nilai uji
dan mengklarifikasi pemahaman.
blok pokok bahasan pecahan yang
Melalui komunikasi, siswa dapat
memuat 2 indikator kemampuan ko-
mengorganisasi dan mengkonsolidasi
munikasi matematis, yaitu menyata-
berpikir matematisnya serta dapat
kan gambar atau diagram ke dalam
mengekspresikan ide-ide matematika
ide-ide matematika dan menuliskan
yang mereka miliki kepada orang
jawaban dengan menggunakan ba-
lain (NCTM, 2000:60).
hasa sendiri. Siswa yang dinyatakan
Kemampuan komunikasi mate-
tuntas belajar untuk kedua indikator
matis juga dapat menjadi suatu sara-
tersebut hanya sekitar 60% dengan
na bertukar pendapat maupun peng-
rata-rata perolehan skor 13 dari skor
klarifikasian terhadap suatu konsep
maksimal yaitu 20.
yang siswa pahami (Sumarmo dalam
Salah satu penyebab kurang
Yonandi, 2011:136). Melalui ke-
berkembangnya kemampuan komu-
mampuan komunikasi matematis,
nikasi matematis siswa adalah mayo-
siswa diharapkan mampu memberi-
ritas pembelajaran matematika di
kan informasi akurat melalui pe-
sekolah masih menggunakan pem-
mikiran yang dibahasakan. Namun
belajaran konvensional. Pembelajar-
pada kenyataannya, kemampuan ko-
an konvensional adalah pembelajaran
munikasi matematis siswa tidak se-
yang berpusat pada guru. Dalam
lalu berkembang sesuai dengan apa
pembelajaran ini, siswa hanya pasif
yang diharapkan.
menerima informasi dari guru, se-
Kemampuan komunikasi mate-
hingga kemampuan dan potensi
matis siswa perlu mendapat per-
siswa kurang dapat berkembang
hatian. Hal ini terlihat pada hasil
wawancara terhadap beberapa guru
dengan baik, khususnya kemampuan dapat menerapkan model pembel-
komunikasi matematis. ajaran yang sesuai dengan kesiapan
Pada umumnya, pembelajaran belajar dan karakteristik siswa serta
konvensional mengakibatkan kurang- materi apa yang akan disampaikan.
nya interaksi antar siswa maupun Dengan demikian, penerapan model
antara siswa dengan guru. Kurang- pembelajaran yang tepat diharapkan
nya interaksi yang terjadi di dalam dapat membangkitkan keaktifan sis-
kelas berdampak pada rendahnya wa selama pembelajaran berlangsung
kemampuan komunikasi matematis Salah satu model pembelajaran
(Wirani, 2012:72). Tidak hanya ke- yang menuntut siswa menjadi aktif
mampuan komunikasi matematis, adalah model pembelajaran koope-
rasa yakin (belief) siswa terhadap ratif tipe numbered heads together
matematika pun turut tidak baik per- (NHT). Kartikasasmi (2012:125) me-
kembangannya. Hal ini karena belief nuturkan bahwa penerapan NHT
berkaitan dengan adanya suatu dalam pembelajaran dapat mening-
proses interaksi. Sugiman (2009:72) katkan kreativitas siswa, membuat
mengungkapakan bahwa selama siswa aktif dalam menyampaikan ide
mengikuti pembelajaran matematika, atau pendapat, melibatkan seluruh
siswa tidak hanya belajar konsep dan siswa dalam usaha menyelesaikan
prosedur matematika, namun mereka tugas, serta meningkatkan tanggung
juga belajar bagaimana berinteraksi jawab individu terhadap kelompok-
di dalam kelas, mereka belajar ten- nya. Selanjutnya, pembelajaran NHT
tang serangkaian keyakinan, dan me- juga membuat siswa aktif berpikir
reka belajar bagaimana berperilaku dan berupaya mencari jawaban yang
dalam pembelajaran matematika. sesuai untuk setiap permasalahan
Pembelajaran matematika se- yang muncul (Wijayati, 2006:284).
harusnya mampu memacu siswa ber- Pembelajaran NHT menuntut
komunikasi lebih baik serta memiliki siswa untuk berpikir dan belajar
keyakinan yang lebih stabil. Untuk lebih aktif. Siswa tidak lagi hanya
itu, dibutuhkan suasana pembelajaran mencatat dan mendengarkan pen-
yang tepat. Suasana pembelajaran jelasan guru, namun juga berdiskusi,
yang tepat dapat tercipta apabila guru bertanya, dan berpendapat. Selain
itu, ketika diskusi berlangsung siswa dari 27 siswa sebagai kelas ekspe-
juga harus yakin bahwa mereka rimen dan kelas VIIC yang terdiri
dapat menyelesaikan semua per- dari 26 siswa sebagai kelas kontrol.
masalahan yang diberikan oleh guru Penelitian yang dilakukan
dengan baik. Siswa belajar untuk adalah penelitian eksperimen semu
mampu menjelaskan dan meyakin- dengan pretest-posttest control group
kan ketika mereka ditantang untuk design. Perlakuan yang diberikan
berpikir dan memberikan alasan pada kelas eksperimen adalah
tentang matematika serta untuk pembelajaran kooperatif tipe NHT
mengkomunikasikan hasil pemikiran dan pada kelas kontrol adalah
mereka kepada orang lain. Beberapa pembelajaran konvensional.
aktivitas yang dilakukan di kelas ini Penelitian ini menggunakan
tentu berpotensi untuk meningkatkan dua jenis instrumen, yaitu instrumen
kemampuan komunikasi matematis tes dan non tes. Instrumen tes adalah
dan belief siswa. tes kemampuan komunikasi matema-
Berdasarkan uraian di atas, di- tis, sedangkan instrumen non tes
asumsikan bahwa model pembelajar- adalah skala belief siswa. Instrumen
an kooperatif tipe NHT berpengaruh tes difokuskan pada kemampuan sis-
terhadap kemampuan komunikasi wa berkomunikasi dengan meng-
matematis dan belief siswa. Oleh gambar (drawing), ekspresi mate-
karena itu, dilakukan penelitian guna matika (mathematical expression),
mengetahui kebenaran asumsi serta menulis (written text).
tersebut. Sebelum pengambilan data di-
lakukan, instrumen tes divalidasi
METODE PENELITIAN oleh guru matematika SMPN 21
Bandarlampung. Setelah semua soal
Populasi dalam penelitian ini
dinyatakan valid, soal diujicobakan
adalah seluruh siswa kelas VII
kepada siswa kelas VIII A SMPN 21
SMPN 21 Bandarlampung yang ter-
Bandarlampung untuk mengetahui
distribusi dalam sebelas kelas. Peng-
reliabilitas (r11), daya pembeda (DP),
ambilan sampel dilakukan dengan
dan tingkat kesukaran (TK). Data
teknik cluster random sampling.
hasil uji coba disajikan pada Tabel 1.
Terpilihlah kelas VIIA yang terdiri
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji bimbingan dan konseling (BK) dan
Coba Tes Kemampuan
guru BK dengan menggunakan daftar
Komunikasi Matematis
cek. Uji kelayakan ini dimaksudkan
No Soal r11 DP TK
untuk melihat validitas dari segi
1a 0,39 0,44
(baik) (sedang) kesesuaian isi dengan indikator dan
0,33 0,35
1b tujuan pembuatan skala. Setelah ska-
(baik) (sedang)
1c 0,56 0,55 la dinyatakan valid oleh ahli, dilaku-
(sangat baik) (sedang)
0,81 kan uji keterbacaan instrumen kepa-
2 0,33 0,68
(Relia- (baik) (sedang) da 8 siswa kelas VII. Uji keterbacaan
3a bilitas 0.42 0,57
dilakukan dengan tujuan untuk me-
(baik) (sedang)
sangat
3b 0,87 0,44 lihat apakah pernyataan-pernyataan
tinggi) (sangat baik) (sedang)
0,33 0,53
yang terdapat dalam skala belief
4a
(baik) (sedang) dapat dipahami siswa.
4b 0,78 0,79
(sangat baik) (mudah) Setelah semua item pernyataan
5 0,83 0,55 skala belief dinyatakan valid dan ter-
(sangat baik) (sedang)
baca oleh siswa, selanjutnya skala
Skala belief yang digunakan tersebut diujicobakan kepada 46 sis-
terdiri dari 26 pernyataan. Pernyata- wa kelas VII SMPN 21 Bandar-
an skala difokuskan pada empat as- lampung diluar kelas sampel, yaitu
pek belief, yaitu keyakinan siswa ter- kelas VII J dan VII H. Perhitungan
hadap karakteristik matematika, ke- skor skala dilakukan dengan metode
yakinan siswa terhadap kemampuan deviasi normal z. Dengan menge-
diri sendiri, keyakinan siswa ter- tahui nilai z untuk setiap kategori
hadap proses pembelajaran, dan ke- pilihan jawaban, jarak antar masing-
yakinan siswa terhadap kegunaan masing kategori telah berada dalam
matematika. Pernyataan skala disaji- satuan deviasi normal yang berskala
kan dengan 4 kategori pilihan interval (Azwar, 2012:144). Setelah
jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, dilakukan perhitungan, diperoleh ko-
tidak setuju, dan sangat tidak setuju. efisien reliabilitas skala sebesar 0,71
Sebelum digunakan, skala atau memiliki reliabilitas tinggi.
belief terlebih dahulu diperiksa Berdasarkan perhitungan di-
kelayakannya oleh ahli, yaitu dosen atas, terlihat bahwa semua item soal
tes kemampuan komunikasi mate- normal. Untuk data akhir belief, data
matis dan pernyataan skala belief kelas kontrol berasal dari populasi
telah valid dan reliabel, sehingga se- yang berdistribusi normal, sedangkan
mua instrumen layak untuk diguna- data kelas eksperimen tidak berasal
kan dalam penelitian. dari populasi yang berdistribusi
Data yang diperoleh dalam normal.
penelitian ini adalah data skor awal Setelah dilakukan uji norma-
dan skor akhir kemampuan komuni- litas, tahap selanjutnya adalah peng-
kasi matematis serta data skor awal ujian homogenitas varians. Uji
dan skor akhir belief. Analisis data homogenitas dilakukan terhadap data
dilakukan setelah dilakukan uji nor- awal kemampuan komunikasi mate-
malitas (uji Kolmogorov-Smirnov) matis, data akhir kemampuan komu-
dan uji homogenitas (uji Levene) nikasi matematis, dan data awal
dengan menggunakan software SPSS belief, sedangkan data akhir belief
Statistic 17.0. Berikut adalah data tidak dilakukan uji homogenitas ka-
hasil uji normalitas dan homogenitas. rena data kelas eksperimen tidak ber-
asal dari populasi yang berdistribusi
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji
Normalitas normal. Hasil perhitungan uji homo-
genitas disajikan pada Tabel 3.
Kelompok
Data Sig
Penelitian
Skor awal kemampuan Eksperimen 0,075 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji
komunikasi matematis Kontrol 0,058 Homogenitas
Skor akhir Kemampuan Eksperimen 0,200
Komunikasi Matematis Kontrol 0,200 Kelompok
Data Sig
Skor awal belief Eksperimen 0,131 Penelitian
Kontrol 0,147 Skor awal kemampuan Eksperimen
komunikasi matematis Kontrol 0,688
Skor akhir belief Eksperimen 0,026
Kontrol 0,168 Skor akhir Kemampuan Eksperimen
Komunikasi Matematis Kontrol 0,211

Skor awal belief Eksperimen


Berdasarkan Tabel 2, dapat 0,074
Kontrol
disimpulkan bahwa data awal ke-
mampuan komunikasi matematis, Berdasarkan Tabel 3, diper-
data akhir kemampuan komunikasi oleh nilai signifikansi uji
matematis, dan data awal belief kelas homogenitas kedua kelas penelitian
eksperimen dan kelas kontrol berasal pada setiap data lebih dari 0,05.
dari populasi yang berdistribusi Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa semua data pada kedua ke- awal kemampuan komunikasi mate-
lompok penelitian memiliki varians matis. Setelah dilakukan pengujian,
yang homogen. diperoleh nilai sig sebesar 0,925
Data skor awal kemampuan yang lebih besar dari 0,05. Hal ini
komunikasi matematis, data skor berarti kemampuan awal komunikasi
akhir kemampuan komunikasi mate- matematis siswa yang mengikuti
matis, dan data skor awal belief pembelajaran NHT setara dengan
berasal dari populasi yang ber- kemampuan awal komunikasi mate-
distribusi normal dan memiliki matis siswa yang mengikuti pem-
varians yang homogen, sehingga ke- belajaran konvensional.
tiga data tersebut dianalisis meng- Kemudian dilakukan uji ke-
gunakan uji-t. Data skor akhir belief samaan dua rata-rata terhadap skor
tidak berasal dari populasi yang akhir kemampuan komunikasi mate-
berdistribusi normal sehingga data matis siswa untuk mengetahui pe-
dianalisis menggunakan uji Mann- ningkatan kemampuan komunikasi
Whitney U. matematis siswa pada kedua kelas
sampel. Setelah dilakukan pengujian,
HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh nilai sig sebesar 0,021
yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini
Berdasarkan hasil analisis data,
berarti bahwa kemampuan akhir
diperoleh data kemampuan komuni-
komunikasi matematis siswa yang
kasi matematis siswa seperti tersaji
mengikuti pembelajaran NHT
pada Tabel 4.
berbeda secara signifikan dengan
kemampuan akhir komunikasi mate-
Tabel 4. Rekapitulasi Data
Kemampuan Komunikasi matis siswa yang mengikuti pembe-
Matematis Siswa
lajaran konvensional.
Data Kelas xmin xmaks S Berdasarkan analisis data,
Skor NHT 0 4 1,85 1,29
awal PK 0 4 1,88 1,21 diperoleh rata-rata skor akhir pada
Skor NHT 10 28 17,96 5,66 kelas NHT yaitu sebesar 17,96 dan
Akhir PK 2 25 13,81 6,97
kelas konvensional sebesar 13,81.
Skor ideal: 30
Hal ini berarti bahwa rata-rata skor
Selanjutnya dilakukan uji kesa-
akhir siswa yang mengikuti
maan dua rata-rata terhadap data skor
pembelajaran NHT lebih tinggi dari- Mann-Whitney seperti yang disaji-
pada skor akhir siswa yang meng- kan pada Tabel 6.
ikuti pembelajaran konvensional.
Tabel 6. Rekapitulasi Data Akhir
Dengan demikian, dapat disimpulkan
Belief Siswa
bahwa peningkatan kemampuan
Skor Akhir Belief
komunikasi matematis siswa yang Faktor
Pembelajaran Mean Sig (2-tailed)
mengikuti pembelajaran NHT lebih
Rank
tinggi daripada siswa yang mengikuti
NHT 31,19
pembelajaran konvensional 0,044
Konvensional 22,65
Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh data awal belief siswa
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh
seperti yang disajikan pada Tabel 5.
nilai sig sebesar 0,044 yang lebih
Tabel 5. Rekapitulasi Data Awal kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
Belief Siswa belief akhir siswa yang mengikuti
Data Kelas xmin xmaks S pembelajaran NHT berbeda secara
Skor NHT 66 79 72,41 3,41
signifikan dengan belief akhir siswa
Awal PK 66 79 72,46 4,24
Skor ideal: 106 yang mengikuti pembelajaran kon-
vensional.
Setelah dilakukan uji kesamaan
Tabel 6 juga menunjukkan
dua rata-rata terhadap skor belief
bahwa peringkat skor akhir pada
awal, diperoleh nilai sig sebesar
kelas NHT adalah sebesar 31,19
0,959 yang lebih besar dari 0,05. Hal
sedangkan kelas konvensional
ini berarti bahwa belief awal siswa
sebesar 22,65. Hal ini berarti bahwa
yang mengikuti pembelajaran NHT
peringkat siswa yang mengikuti
setara dengan belief awal siswa yang
pembelajaran NHT lebih tinggi dari-
mengikuti pembelajaran konven-
pada peringkat siswa yang mengikuti
sional.
pembelajaran konvensional. Jadi,
Kemudian dilakukan uji ke-
dapat disimpulkan bahwa peningkat-
samaan dua rata-rata terhadap skor
an belief siswa yang mengikuti
akhir belief siswa untuk mengetahui
pembelajaran NHT lebih tinggi
peningkatan belief siswa pada kedua
daripada belief siswa yang mengikuti
kelas sampel, menggunakan uji
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil pengujian terus-menerus, siswa menjadi ter-
hipotesis yang telah dilakukan, biasa belajar dengan model
peningkatan kemampuan komunikasi pembelajaran yang diberikan se-
matematis siswa yang mengikuti hingga siswa akan lebih memper-
pembelajaran NHT lebih tinggi siapkan dirinya untuk menerima
daripada siswa yang mengikuti pelajaran.
pembelajaran konvensional. Hal ini Dalam pelaksanaannya, pem-
menunjukkan bahwa pembelajaran belajaran NHT menuntut siswa aktif
NHT berpengaruh terhadap ke- selama diskusi kelompok. Siswa
mampuan komunikasi matematis berdiskusi dengan teman se-
siswa. Hasil ini sejalan dengan hasil kelompoknya untuk menyelesaikan
penelitian yang dikemukakan oleh semua aktivitas pada LKK. Dalam
Wirani (2012:73). tahap ini, setiap siswa dituntut untuk
Penyebab siswa yang mengi- dapat mengomunikasikan ide-ide
kuti pembelajaran NHT mempunyai yang mereka miliki ke dalam simbol
peningkatan kemampuan komunikasi matematis maupun ilustrasi gambar
matematis yang lebih tinggi daripada yang disertai dengan penjelasan yang
siswa yang mengikuti pembelajaran logis. Peluang yang diberikan pem-
konvensional terdapat pada proses belajaran konvensional untuk
pelaksanaannya. Siswa yang meng- mengembangkan kemampuan komu-
ikuti pembelajaran NHT terbiasa un- nikasi matematis siswa tersebut tidak
tuk lebih aktif selama proses pem- sebesar peluang yang diberikan
belajaran. Selain itu, siswa yang pembelajaran NHT. Sesuai dengan
mengikuti pembelajaran NHT lebih penelitian Suwiyadi (2007:93) yang
siap belajar karena pembelajaran menyatakan bahwa dengan meng-
NHT menuntut siswa mampu meng- gunakan model pembelajaran NHT
komunikasikan gagasan yang mereka ternyata dapat memacu siswa lebih
miliki terkait materi yang sedang aktif berpendapat dalam kelompok-
dipelajari. Ningsih (2013:60) dalam nya.
penelitiannya mengatakan bahwa Selain itu, adanya kerjasama
dengan menerapkan model pem- yang baik antar siswa juga menjadi-
belajaran kooperatif tipe NHT secara kan siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Hal ini tentu saja matematika. Juga sebaliknya, belief
berdampak pada peningkatan ke- mempengaruhi bagaimana cara siswa
mampuan berkomunikasi siswa se- “menyambut” pelajaran matematika-
lama proses pembelajaran serta dapat nya (Pehkonen, et.al., Widjajanti,
meningkatkan hasil belajarnya. 2009:76). Pendapat lain menyebut-
Temuan pada penelitian ini sejalan kan bahwa untuk meningkatkan ke-
dengan penelitian yang dilakukan yakinan matematika siswa perlu
oleh Sukmayasa (2013:120) yang da- memperhatikan kondisi masing-
lam penelitiannya dijelaskan bahwa masing siswa, situasi kelas secara
penerapan model pembelajaran koo- umum, interaksi antar siswa, buku
peratif tipe NHT dapat meningkatkan matematika yang menjadi pegangan,
hasil belajar siswa. guru, dan metode mengajar yang
Pembelajaran NHT yang mem- digunakan oleh guru (Eynde, Corte,
biasakan siswa mengerjakan aktivitas dan Verschaffel, dalam Sugiman
kelompok, menuntut siswa berpikir 2009:78).
lebih aktif, dan yakin mampu Berdasarkan beberapa penda-
menyelesaikan kegiatan pembelajar- pat di atas, dapat disimpulkan bahwa
an yang diberikan guru. Ketika belief siswa dapat dibentuk melalui
serangkaian kegiatan tersebut mam- berbagai kegiatan di kelas. Salah satu
pu diselesaikan oleh siswa, artinya kegiatan efektif yang dapat mem-
kemampuan matematis yang dimiliki bentuk belief siswa adalah diskusi
siswa telah baik. Dampaknya, siswa kelompok. Hal ini terjadi karena saat
menjadi lebih yakin atas kemampuan diskusi berlangsung siswa dapat
yang mereka miliki. berinteraksi dengan guru maupun
Keyakinan matematika mem- interaksi antar siswa. Selain itu, agar
punyai peranan penting dalam proses siswa mempunyai belief yang baik
pembelajaran matematika. Antara memang diperlukan suatu pem-
belief terhadap matematika dan belajaran dimana siswa belajar dalam
belajar matematika saling berkaitan. aktivitas yang melibatkan kelompok
Bagaimana matematika diajarkan di seperti halnya pembelajaran NHT.
kelas, sedikit demi sedikit, mem- Terdapat beberapa kendala
pengaruhi belief siswa terhadap yang ditemukan di kelas pada saat
pelaksanaan pembelajaran NHT. pelaksanaan pembelaja-ran NHT
Pada pertemuan pertama, siswa belum berjalan baik.
terlihat bingung dan kondisi kelas Antisipasi yang dilakukan agar
tidak kondusif pada saat diskusi kejadian pada pertemuan pertama ti-
kelompok. Beberapa siswa pada dak terulang adalah dengan menegas-
setiap kelompok mengalami per- kan kembali tata tertib dalam
bedaan pendapat ketika menyelesai- pembelajaran NHT. Cara ini mampu
kan aktivitas pada LKK. Hal ini membuat siswa lebih beradaptasi de-
membuat siswa enggan menerima ngan pembelajaran NHT. Hal ini ter-
pendapat teman sekelompoknya. lihat dari kondisi kelas yang sudah
Siswa lebih memilih bertanya kepada mulai kondusif. Proses diskusi ke-
kelompok lain daripada bertanya lompok juga sudah mulai berjalan
kepada guru. Selain itu, siswa juga dengan baik, siswa dengan teman
belum terbiasa belajar menggunakan sekelompoknya saling bekerjasama
LKK karena aktivitas tersebut belum untuk menyelesaikan aktivitas pada
pernah diberikan sebelumnya. Untuk LKK. Ketika siswa mengalami kesu-
mengatasi masalah tersebut guru litan pada saat mengerjakan LKK,
perlu memberikan banyak bimbingan siswa sudah mulai bertanya kepada
pengerjaan aktivitas pada setiap guru. Selain itu, pada saat salah satu
kelompok. kelompok mempersentasikan hasil
Kendala lain yang ditemukan diskusi, kelompok lain sudah mulai
adalah pada saat salah satu siswa memperhatikan dan menanggapi.
bernomor dalam kelompok tertentu Pembelajaran NHT adalah
mempresentasikan hasil diskusi di pembelajaran berkelompok yang
depan kelas, kelompok lain kurang mengembangkan cara berpikir dan
memperhatikan penjelasan kelompok komunikasi siswa, sehingga siswa
yang presentasi tersebut. Untuk menjadi lebih aktif selama pembela-
menghindari terjadinya miskonsepsi, jaran berlangsung. Pembelajaran
guru menjelaskan ulang materi yang NHT menuntut siswa aktif terutama
dipelajari pada per-temuan pertama pada saat diskusi kelompok. Pada
tersebut. Jadi, dapat disimpulkan saat diskusi berlangsung, siswa
bahwa pada pertemuan pertama ini, membutuhkan waktu lebih lama
untuk menyatukan pendapat semua Cahaya untuk Mengembangkan
Kreativitas Siswa. (Suatu Peneli-
anggota kelompok. Oleh karena itu,
tian Eksperimen terhadap Siswa
untuk menghindari hal tersebut terus Kelas VII SMP Negeri 3
Pemalang Tahun Ajaran 2011/
berulang, guru perlu mengingatkan
2012). Jurnal Unnes Vol. 02 No.
siswa mengenai alokasi waktu 02 Hlm. 122-130. [Online]
Diakses di
kegiatan pembelajaran. Selain itu,
http://journal.unnes.ac.id/nju/inde
guru juga memotivasi siswa untuk x.php/LIK pada tanggal 17
November 2013.
dapat memanfaatkan berbagai sum-
ber belajar. Salah satunya adalah NCTM. 2000. Principle and
Standards for School Mathema-
guru. Siswa boleh bertanya kepada
tics. Virgina: NCTM.
guru jika ada aktivitas dalam LKK
Ningsih, Wahyu. 2013. Pengaruh
yang tidak dipahami, sehingga waktu
Penerapan Model Pembelajaran
yang digunakan untuk berdiskusi Kooperatif Tipe NHT Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa.
tidak melebihi waktu yang telah
(Suatu Penelitian Eksperimen ter-
direncanakan. hadap Siswa Kelas XI Jurusan
Bangunan SMK Negeri 2 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/
KESIMPULAN 2013). Skripsi. Bandarlampung:
Unila. Tidak Diterbitkan.
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan, diperoleh kesim- Sugiman. 2009. Aspek Keyakinan
Matematik Siswa dalam Pendidi-
pulan bahwa model pembelajaran
kan Matematika. Jurnal Pendidi-
kooperatif tipe NHT berpengaruh kan MIPA UNY Vol. 02 No. 01
Hlm. 68-79. [Online] Diakses di
terhadap kemampuan komunikasi
http://staff.uny.ac.id/sites
matematis dan belief siswa kelas VII /default/files/131930135/2009b_K
YM.pdf. pada tanggal 17 Novem-
SMP Negeri 21 Bandarlampung.
ber 2013.

Sukmayasa, I Made Hendra. 2013.


DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT Berbantuan
Senam Otak Terhadap Keaktifan
Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan
dan Prestasi Belajar Matematika.
Skala Psikologi, Edisi 2. Yogya-
Jurnal Pendidikan Dasar Prog-
karta: Pustaka Pelajar.
ram Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Vol. 03 No.
Kartikasasmi, H. 2012. Penerapan
02 Hlm. 119-127. [Online]
Model Pembelajaran NHT De-
Diakses di
ngan Pendekatan Sets pada Materi
http://journal.undiksha.ac.id/nju/1 VII SMPN 5 Depok, Sleman,
3/sukmayasa.pdf. pada tanggal 17 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/
November 2013. 2012). Jurnal Pendidikan
Suwiyadi. 2007. Penerapan Model Matematika UNY Vol.01 No.01
Numbered Heads Together untuk Hlm. 67-74. [Online] Diakses di
Meningkatkan Prestasi Belajar. http://journal.student.uny.ac.id/jur
Jurnal Pendidikan Inovatif Unnes nal/article/81/43/2.pdf. pada tang-
Vol. 07 No. 01 Hlm. 86-94. gal 17 November 2013.
[Online] Diakses di:
http://journal.unnes.ac.id/2402/su Yonandi. 2011. Meningkatkan Ke-
wiyadi.pdf. pada tanggal 17 mampuan Komunikasi Matematik
November 2013. Siswa Sekolah Menengah Atas
Melalui Pembelajaran Konteks-
Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. tual Berbantuan Komputer. Jurnal
Mengembangkan Keyakinan Pendidikan Matematika Vol.02
(Belief) Siswa Terhadap Mate- No.02 Hlm. 133-146. [online].
matika Melalui Pembelajaran Ber- Diakses di http://jurnal-
basis Masalah. Jurnal Pendidikan pmat.webs.com/JURNAL_25-
MIPA UNY Vol. 01 No. 01 Hlm. 072011_Yonandi_133_146.docx
58-66. [Online] Diakses di pada tanggal 17 November 2013.
http://staff.uny.ac.id/sites
/default/files/131569335/makalah
%20medan-2.pdf. pada tanggal 17
November 2013.

Wijayati, Nanik. 2006. Penggunaan


Model Pembelajaran Numbered
Heads Together untuk Meningkat-
kan Hasil Belajar. (Suatu Pene-
litian Eksperimen terhadap Siswa
Kelas X SMA Negeri 15
Semarang Tahun Ajaran
2005/2006). Jurnal Unnes Vol. 02
No.02 Hlm. 281-286. [Online]
Diakses di
http://journal.unnes.ac.id/nju/inde
x.php/nanik-wijayanti.pdf. pada
tanggal 17 November 2013.

Wirani, Wisnuningtyas. 2012. Kom-


binasi Kemampuan Komunikasi
Matematis antara Siswa yang
Diberi Model Pembelajaran Koo-
peratif Tipe NHT (Numbered
Heads Together) dengan Tipe
STAD (Student Teams Achieve-
ment division). (Suatu studi Eks-
perimen Terhadap Siswa Kelas

Anda mungkin juga menyukai