BAB III
PEMBAHASAN
Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara motivasi (M)
dan ability (A).
2.
M = f (V1 x E)
Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama (V1)
dengan expectancy (E).
3.
V1 = f (V1 xi) 1)
Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah valensi yang melekat
pada perolehan tingkat kedua dengan instrumental (I).
Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk
mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian
tujuan itu.
Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang berhasrat menjadi
wirausaha? Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgess (1993:6) ada tujuh motif :
1. The desire for higher income.
2. The desire for more satisfying career.
3. The desire to be self-directed.
4. The desire for the prestige that comes to being a business owner.
5. The desire to run with a new idea or concept.
6. The desire to build long-term wealth.
7. The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.
Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8),
dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni:
1. Alasan keuangan, yakni untuk mencari nafkah untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan
tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial, yakni untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan dihormati,
untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak.
3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat,
untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk
mendapatkan kesetiaan suami atau istyri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.
4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau mandiri, untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif,
dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari
kewirausahaan, yaitu:
1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.
3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.
Ukuran keunggulan adalah dapat berupa prestasi orang lain maupun prsetasi diri individu
tersebut sebelumnya. Sebagai contoh setiap orang diminta mengemukakan pikirannya secara
spontan: Si A bercerita, seorang pemuda yang sedang belajar untuk ujian, namun sulit
memusatkan pikirannya karena selalu teringat akan pacarnya, sedangkan si B bercerita mengenai
seorang anak muda yang tekun berusaha mendapatkan angka yang baik dalam ujian, karena ia
ingin masuk sekolah kejuruan, Ia bekerja sampai jauh malam takut kalau kurang berhasil dan
lain-lain. Si B jelas memiliki pikiran-pikiran yang ber n-Arch lebih banyak daripada si A dan
mendapatkan angka yang lebih tinggi. Metode yang didapatkan dalam hal ini adalah pemikiran-
pemikiran yang sedemikian itu boleh dikatakan jitu dan obyektif (Wyner, 1984).
Witterbootom menyatakan bahwa anak yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
didapatkan pada keluarga yang orang tuanya telah melatih anaknya untuk berdiri sendiri dan
menguasai kecakapan tertentu. Namun menurut Heckhausen dinyatakan motivasi berprestasi
bukan diakibatkan dari latihan berdiri sendiri sedini mungkin akan tetapi latihan pada umur
delapan tahun. Latihan dini untuk percaya pada diri sendiri dapat membantu motif berprestasi
hanya apabila itu sesuai dengannya (Heckhausen, 1966). Di samping itu Heckhausen menerima
dan berusaha mengembangkan teori McClelland tentang motivasi berprestasi ke arah kognitif. Ia
mendefinisikan motif berprestasi sebagai suatu usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan
kecakapan-kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan suatu ukuran
keunggulan yang dilakukan sebagai pembanding dalam melakukan aktivitas tersebut. ada dua
kemungkinan yaitu "berhasil atau gagal".
Di dalam memberikan penilaian terdapat tiga ukuran keunggulan :
1. Yang berhubungan dengan tugas, yaitu menilai berdasarkan kesempurnaan hasil.
2. Berhubungan dengan diri sendiri, yaitu membandingkan dengan hasil diri-sendiri, atau prestasi
sendiri sebelumnya.
3. Berhubungan dengan orang lain, membandingkan hasil dengan hasil orang lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori motivasi berprestasi dari beberapa ahli antara lain :
Maslow, McClelland, Frederick H., Steinhoff & John F, Victor Vroom, dan lain-lain.
2. Motivasi berprestasi dalam menjalankan wirausaha menjadikan seorang wirausahawan akan
mampu berpikir inovatif, dan kreatif serta memiliki semangat juang (motivasi berprestasi) dalam
mengembangkan usaha yang dirintisnya.
3. Sikap motivasi dalam kewirausahaan adalah kemampuan managerial skill, kemampuan mental
yang tangguh, selalu ingin maju, sukses atau dengan istilah lain mempunyai motivasi berprestasi
yang tinggi dalam mengaktualisasikan kemampuannya dan harapannya.
4. Cara menumbuhkan motivasi berprestasi dalam kewirausahaan yaitu : a. dengan paksaan ; b.
dengan persuasif ; c. dengan stimulant ; dan dengan belajar konsep 3M.
Setiap wirausahawan yang menghendaki prestasi optimal harus membentuk dirinya menurut
gambaran yang diinginkannya. Gambaran kepribadian seorang wirausahawan yang berprestasi
tidak datang begitu saja, ia bukan anugerah tetapi lebih merupakan keadaan perilaku yang terus
menerus berproses, dapat dipelajari dan dikembangkan. Keberhasilan dan kegagalan merupakan
serangkaian pengalaman dari praktik bisnis yang harus dihadapi supaya seorang wirausahawan
dapat mawas diri.
Mengungkapkan motivasi berprestasi pada diri seorang wirausahawan adalah hal yang cukup
sulit. Meskipun demikian, motivasi berprestasi seorang wirausahawan itu mencerminkan cara
berfikir dan berperilaku dalam rangka pencapaian aspirasi dan aktualisasi diri. Untuk itu, seorang
wirausahawan harus mengembangkan cara berfikir dan berperilaku positif.
Sikap positif seorang wirausahawan ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Selalu menggunakan fikiran secara produktif.
2. Bergaul dengan orang yang berfikiran dan bertindak bisnis.
3. Fleksibel terhadap gagasan dan ide.
4. Dapat menyelesaikan konflik mental secepat mungkin.
5. Mampu mengambil keputusan dalam suasana stress.
6. Dapat mengubah lingkungan ke arah yang lebih positif.
Sejumlah aspek yang menyangkut sikap positif seorang wirausahawan sebagaimana
disebutkan diatas dapat membantu mengembangkan prestasi diri yang pada gilirannya akan sangat
membantu wirausahawan dalam menjalankan usahanya.
1. Kemampuan (Competence)
Kemampuan wirausahawan ini menyangkut kemampuan baik manajerial maupun teknis
produksi. Seorang wirausahawan dianggap berkemampuan secara manajerial apabila ia menguasai
bagaimana merencanakan, mengoptimalkan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan,
melaksanakan, serta mengendalikan bidang usaha yang dijalaninya. Kemampuan ini dapat
ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja.
Sedangkan kemampuan yang menyangkut teknis produksi adalah kemampuan untuk
menguasai cara, prosedur, maupun teknik pengerjaan suatu produk baik barang maupun jasa.
Wirausahawan yang memiliki kemampuan teknis produksi lebih mudah menggerakan sumber daya
(resources) yang ada guna mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
2. Kemauan (Willingness)
Seorang wirausahawan yang telah memiliki dan menguasai kemampuan baik manajerial
maupun teknis produksi bisa tidak berarti bila ia tidak memiliki “kemauan” untuk menjalankannya.
Antara kemauan dan kemampuan haruslah berinteraksi satu dengan yang lainnya, dan keduanya
secara resultant akan mendorong diri seorang wirausahawan mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.
Kemauan berprestasi sering disebut juga sebagai motivasi, dari kata dasar “motive” yang
diartikan sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai tujuan
tertentu.
Untuk mengenal lebih dekat tentang pribadi dan berbagai motif yang mempengaruhi prestasi
kerja seseorang terutama seorang wirausahawan, baik kita mencoba mengikuti program pelatihan
pengembangan motivsi berprestasi motivasi maupun yang dikembangkan oleh David C. Mc.
Clelland dari Harvard University Amerika. Metode yang digunakan adalah metode belajar melalui
pengalaman, artinya bila Anda ingin mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari pelatihan
ini, Anda harus berminat besar untuk mengenal diri Anda sendiri serta berkeinginan untuk untuk
mempelajari bagaimana cara meningkatkan motif berprestasi. Tujuannya agar Anda dapat
memperbaiki dan memperoleh kepuasan yang lebih besar dari hasil pribadi Anda sendiri.
Selama pelatihan berlangsung, instruktur akan menjadi partner Anda yang akan membantu
Anda menggunakan buku dan bahan-bahan pelatihan. Instruktur akan membantu Anda menafsirkan
pola pemikiran dan tindakan Anda sendiri, sehingga Anda bisa memperoleh informasi baru tentang
diri anda.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Motivasi berprestasi sangat diperlukan oleh seorang wirausahawan untuk memajukan usahanya,
karena dengan memiliki motivasi berprestasi dalam manjalankan wirausaha seorang wirausahawan
akan mampu berfikir inovatif, dan kreatif.
2. Beberapa cara untuk mengembangkan motivasi berprestasi dalam berwirausaha antara lain:
Dengan paksaan (by force) atau melalui perintah atau instruksi bersifat memaksa. Pada awalnya
subyek akan melakukan tugas didasarkan pada rasa takut apabila menolak tugas tersebut. Metode
ini sangat tepat dilaksanakan oleh mentor/coach kepada orang yang ingin maju tetapi tidak
menyadari potensi raksasa di dalam dirinya
Dengan persuasif (persuasion) melalui cerita-cerita yang menarik, sehingga subyek terpikat dan
atas kemauan sendiri meniru gambaran tentang keberhasilan orang lain. Metode ini tepat untuk
menumbuhkan motivasi wirausahawan yang belum banyak memiliki pengetahuan dan pengalaman
tentang kewirausahaan.
Dengan stimulasi (stimulation) melalui gambaran dan petunjuk, sehingga subyek tertarik dan timbul
inisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Metode
stimulasi ini akan lebih baik, bila diterapkan pada subyek yang sudah memahami permasalahan
kewirausahaan.
Belajar dari konsep 3M
Mulai dari yang kecil
Mulai dari diri sendiri
Negosiasi
1. Pengertian Negosiasi
Colquitt dalam bukunya Organizational Behavior menerangkan “Negotiations is a
process in which two or more interdependent individuals discuss and attempt to come
to an agreement about their different preferences”( Negosiasi adalah proses di mana
dua atau lebih individu saling tergantung membahas dan mencoba untuk mencapai
kesepakatan tentang preferensi yang berbeda).[1] Sementara itu Phil Baguley dalam
bukunya Teach Yourself Negotiating menjelaskan negosiasi adalah suatu cara untuk
menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan
menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang.
Begitu juga Robbins menjelaskan bahwa Negosiasi adalah sebuah proses dimana dua
pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk
menyepakati nilai tukarnya.[2]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah ialah proses interaksi dua
pihak atau lebih yang masing-masing mempunyai tujuan berbeda, tetapi mereka
berusaha melalui argumentasi dan persuasi untuk mencapai perjanjian secara
kooperatif atau kompetitif.
Berdasarkan beberapa definisi negosiasi di atas, dapat disimpulkan bahwa negosiasi
ialah proses perundingan dua pihak atau lebih untuk mendapatkan kesepakatan.
2. Karakteristik Negosiasi
Negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:
Senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri
atau dalam kelompok.
Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai
terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi.
Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar
menukar (barter).
Hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi
wajah/
Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita
inginkan terjadi.
Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun
kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
3. Macam-macam Negosiasi
Negosiasi dapat terjadi dalam empat keadaan : (1) saya kalah, anda kalah; (2) saya
menang, anda kalah; (3) saya kalah, anda menang, dan (4) saya menang, anda
menang. Kejadian nomor empat merupakan hasil negosiasi terbaik. Dari keempat
keadaan tersebut dapat kita terik dua macam kesimpulan, yaitu (1) kompetitif atau
ditributif, yaitu suatu negosiasi yang menghasilkan ada pihak yang kalah dan ada pihak
yang menang; (2) kooperatif atau integratif, yaitu negosiasi yang menghasilkan
kemenangan (keuntungan) untuk pihak-pihak yang bernegosiasi.
Berikut ini kami tampilkan perbedaan antara negosiasi kompetitif dan kooperatif.
5. Taktik-Taktik Negoisasi
Agar dapat mencapai hasil-hasil menang-menang atau menang-kalah, para manajer
yang menjadi negosiator dapat menerapkan beberapa taktik negosiasi.[3] Beberapa
taktik yang paling sering digunakan dibahas dibawah ini.
1. Tim orang baik/orang jahat ( good guy/bad guy). Setiap orang yang telah membaca
cerita atau menyaksikan film detektif di televisi tentu sangat sering melihat taktik ini.
Anggota tim yang berperan sebagai orang jahat akan mengajukan tawaran-tawaran
yang ekstrem ( yang sulit dan hampir tidak masuk akal) kepada pihak lawan sehingga
apapun yang dikatakan oleh anggota tim yang ‘baik hati’ akan cenderung diterima oleh
pihak lawan ( tetapi kita tahu bahwa ini hanyalah sebuah trik. ‘Orang jahat’ dan ‘orang
baik’ itu bekerja sama untuk mencari konsesi yang paling baik).
2. The Nibble. Taktik ini melibatkan dicarinya kesepakatan tambahan sesudah terjadinya
persetujuan antara pihak-pihak yang terlibat ( mirip dengan pepatah ‘sedikit-sedikit
lama menjadi bukit’). Sebagai contoh,seorang mahasiswa meminta ‘tambahan nilai’
untuk hasil ujiannya. Profesornya menyetujui dan menambahkan nilai si mahasiswa
sebanyak tiga angka, dan setelah kesepakatan dicapai, mahasiswa itu meminta
nilainya ditambah ‘sedikit lagi’. Inilah the nibble
3. Pemecahan masalah bersama-sama (joint problem solving). Seorang manajer tidak
boleh mengasumsikan bahwa dengan semakin banyaknya kemenangan yang
didapatkan satu pihak, semakin banyak pula kekalahan yang diderita pihak yang lain.
Alternatif-laternatif lainnya munkin saja belum muncul. Sebagai contoh, dalam
upayanya mengurangi panggilan masuk ke departemensebuah perusahaan penghasil
peranti lunak komputer, mungkin saja perancang situs perusahan tersebut dapat
menambahkan halaman berisi jumlah daftarpertanyaan yang sering diajukan pada situs
perusahaan tersebut. Ini akan menurunkan jumlah panggilan masuk dan karenanya
akan mengurangi konflik yang terjadi antara departemen pelayanan dan departemen
perancang situs perusahaan.
4. Kekuatan persaingan ( power of competition). Para negosiator ulung menggunakan
persaingan untuk membuat lawan bicaranya berpikir bahwa mereka tidak dibutuhkan.
Anggaplah Anda seorang manajer sebuah perusahan layanan komputer. Seorang
manajer dari sebuah perusahan yang menggunakan jasa perusahan Anda suatu kali
mengancam bahwa kelompokna akan membeli layanan komputer dari pesaing bila
perusahan Anda tidak memenuhi permintaan pihaknya (seperti menurunkan harga atau
mempercepat waktu produksi). Pertahanan paling efektif terhadap taktik ini adalah
menjaga objektivitas Anda. Jangan terlalu cepat menuruti permintaan yang tidak masuk
akal karena takut akan reaksi kelompok lain.
5. Menawarkan jalan tengah (splitting the diffrence). Ini dapat menjadi teknik yang sangat
berguna ketika dua kelompok menghadapi jalan buntu. Meski demikian, para manajer
harus berhati-hati ketika kelompok lain terlalu cepat menawarkan suatu jalan tengah.
Mungkin saja kelompok itu telah menerima lebih dari yang seharusnya.
5. Meningkatkan Efektivitas Negoisasi
Suatu model untuk meningkatkan efektivitas negoisasi ditemukan pada
penelitian seorang praktisi manajemen berkebangsaan Belanda, Willem Mastenbroek.
Walaupun model ini sangat komprehensif, fokus kuncinya terdapat pada empat aktivitas
berikut.[4]
1. Memproleh hasil yang substansial. Ini mengacu pada aktivitas-aktivitas yang berfokus
pada isi apa yang dinegoisasikan. Hasil-hasil yang diharapkan tidak akan
dapat tercapai apabila negosiasi-negosiasi tidak secara konstruksi difokuskan pada
masalah yang sebenarnya. Proses pertukaran informasi mengenai tujuan-tujuan dan
harapan setiap pihak dalam peroses adalah contoh jenis aktivitas ini.
2. Mempengaruhi keseimbangan kekuasaaan. Hasil akhir negosiasi-negosiasi hampir
pasti terkait langsung dengan kekuasaan dan hubungan saling ketergantungan antara
para negosiator. Tidak satu pun dari mereka berupaya meningkatkan kekuasaanya
melalui dominasi, ataupun merespons penuh hormat setiap usaha yang dilakukan pihak
lawan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuasaan, mewakili cara yang paling efektif
untuk dalam menghadapi isu kekuasaan. Membuat sedikit pergeseran kekuasaan
melalui persuasi, fakta-fakta, dan keahlian hampir selalu lebih efektif.
3. Meningkatkan iklim yang konstruktiv. Ini terkait dengan aktivitas-aktivitas yang
dirancang untuk memfasilitasi kemajuan, dengan cara meminimalkan kemungkinan
ketegangan dan permasalahan antar pihak menjadi sesuatu yang menggangu.
Aktivitas-aktivitas spesifik dapat mencakup aktivitas memperhatikan opini-opini pihak
dengan hormat, dan menunjukan rasa humor. Berbeda pada sisi yang berlawanan
mengenai sebuah masalah tidak berarti harus menunjukan sikap bermusuhan secara
pribadi.
4. Mencapai fleksibilitas prosedur. Aktivitas-aktivitas ini memungkingkan seorang
negosiator meningkatkan efektivitas negosiasi melalui peningkatan jumlah dan jenis
opsi yang disediakan dalam negoisasi. Semakin lama seorang negosiator menyediakan
pilihan yang beragam, kemunkinan dicapainya hasil yang diharapkan juga semakin
besar. Contoh-contoh yang ada mencakup secara bijaksana memilih posisi awal,
mengatasi beberapa isu secara bersamaan, dan menyediakan sebanyak mungkin
alternatif yang dapat dipilih.
6. Negosiasi menggunakan pihak ketiga
Negosiasi tidak selalu langsung terjadi antara dua pihak yang mengalami ketidak
sepakatan, terkadang pihak ketiga dipanggil untuk terlibat dalam negosiasi antara
pihak-pihak yang menghadapi jalan buntu. Salah satu tipologi menyebutkan setidaknya
ada empat macam intervensi pihak ketiga yang mendasar. Diantaranya mediasi,
arbitrase, konsiliasi dan konsultasi
7. Meningkatkan Negoisasi
Dalam beragam bentuknya negosiasi menjadi bagian tugas manajer yang
semakin penting. Sebuah ulasan mengenai topik negosiasi oleh Wall dan Blum
menyimpulkan beberapa rekomendasi mengenai cara para manajer meningkatkan
proses negoisasi. Mereka menyarankan beberapa hal berikut ini.[5]
1. Mulailah peroses perundingan dengan suasana yang positif mungkin dengan
membentuk kesepakatan kecil dan kemudian ulangi kembali kesepakatan dengan pihak
lawan.
2. Berkosentrasilah pada masalah-masalah yang dinegosiasikan dan pada faktor-faktor
situsional yang ikut terlibat, bukan pada karakteristik lawan bicara kita.
3. Lihatlah alasan di balik penawaran yang diajukan lawan bicara dan cobalah tentukan
strategi yang digunakan.
4. Jangan biarkan lawan menyadari besarnya tanggung jawab Anda dalam negosiasi
lawan bisa saja memunculkan tawaran yang menyudutkan bila mereka mengetahui
besarnya tanggung jawab yang Anda pikul.
5. Bila anda memliki kekuasaan dalam sebuah negosiasi, gunakanlah dengan permintaan-
permintaan spesifik, ancaman ringan, dan persuasi untuk mengarahkan lawan bicara
mencapai kesepakatan.
6. Terbukalah terhadap bantuan pihak ketiga.
7. Dalam bernegoisasi, cermati lingkungan negoisas dan waspadalah bahwa perilaku
serta kekuatan lawan bicara dipengaruhi lingkungan negoisasi.
B. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian
Kata Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau “common” dalam
bahasa Inggris yang berarti sama, communico, commonicatio, atau communicare yang
berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering
disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya
yang mirip.[6]
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964:527) dalam Engkoswara dan
Komariah, Aan (2010) mendefinisikan komunikasi, sebagai berikut: “Communication:
transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol
…” (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau
proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi).[7]
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto,
2005).[8] Dengan demikian komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam
hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu
lingkungan.
Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran
pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara
yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Gambar di atas melukiskan konsep suatu sistem komunikasi organisasi. Garis yang
putus-putus melukiskan gagasan bahwa hubungan-hubungan ditentukan secara alami;
hubungan hubungan itu juga menunjukkan bahwa struktur suatu organisasi bersifat
luwes dan mungkin berubah sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan
yang internal dan eksternal.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi
pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka
sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk
mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut
2. Komponen Komunikasi
Komponen dalam proses komunikasi antara lain (1) pengirim pesan (sender)
atau komunikator dan materi (isi) pesan, (2) bahasa pesan (coding), (3) media, (4)
mengartikan pesan (decoding),(5) penerima pesan (komunikan),(6) balikan (respons si
penerima pesan), dan (7) gangguan yang menghambat komunikasi.
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai satu paket ide untuk
disampaikan kepada orang lain dengan harapan pesannya dapat dipahami oleh
penerima pesan sesuai dengan yang dimaksud. Materi pesan dapat berupa informasi,
ajakan, rencana kerja, pertanyaan, dan tanggapan.
Bahasa pesan bertujuan untuk menyingkat pola pikir pengirim pesan ke bentuk
bahasa, kode, atau lambang lainnya sehingga pesannya dapat dipahami orang lain.
Biasanya leader atau manajer menyampaikan pesannya dalam bentuk kata-kata,
gerakan anggota badan (bahasa tubuh). Tujuan penyampaian pesan ini adalah untuk
mengajak, membujuk, mengubah sikap atau perilaku ke arah tujuan tertentu.
Pemilihan media dipengaruhi isi pesan yang harus disampaikan, jumlah
penerima pesan, situasi dan sebagainya. Media yang dapat digunakan antara lain
telepon, radio, TV, mikrofon, memo, surat, komputer, internet, foto, papan
pengumuman, pertemuan, lokakarya, seminar, rapat kerja, penerbitan, dan sebagainya.
Setelah pesan diterima melalui indra, maka si penerima pesan harus dapat mengartikan
bahasa isyarat sesuai dengan isi pesan yang dimaksud. Penerima pesan ialah orang
yang dapat memahami pesan si pengirim walaupun dalam bentuk sandi tanpa
mengurangi arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan.
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
ke pengirim pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang
pengirim pesan tidak pernah mengetahui dengan pasti apakah pesannya dapat diteria
sesuai dengan yang diharapkan. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan dan
atau orang lain bukan penerima pesan. Dalam umpan balik terjadi komunikasi dua arah.
Komunikasi ini perlu terjadi untuk menghindari kesalahpahaman ( miscommunication)
sehingga dapat diketahui bahwa si penerima pesan sudah benar-benar memahami
pesan.
Gangguan ialah hal-hal yang merintangi atau menghambat komunikasi dan
merusak konsentrasi sehingga penerima pesan salah menafsirkannya. Gangguan
bukan merupakan bagian dari peroses komunikasi, tetapi mempunyai pengaruh
terhadap peroses komunikasi. Peroses komunikasi dapat digambarkan seperti berikut :
Dari proses komunikasi dua arah tampak adanya interaksi dan partisipasi, baik
dari pengirim pesan maupun penerima pesan. Interaksi dan partisipasi tersebut dapat
terjadi berulang ulang melalui paraphrasing, cek persepsi, ungkapan perasaan, balika
dari kedua pihak serta yang digambarkan pada Gambar 1.3.
3. Model-model Komunikasi Dalam Organisasi
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran:
Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin
terlebih dahulu dari atasannya langsung
Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus
memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya
b) Komunikasi Eksternal
Komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak audience di luar
organisasi.
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak bersifat informatif ; majalah, press
release/ media release, artikel surat kabar atau majalah, pidato, brosur, poster,
konferensi pers, dll.
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi, misalnya: lebih berupa kritik dan saran
yang diberikan dari khalayak kepada organisasi
5. Gaya Komunikasi
Dalam pengaplikasian organisasi akan ada hubungannya dengan gaya komunikasi
yang dipakai setiap orang-orang yang terlibat. Gaya komunikasi didefinisikan sebagai
seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu
situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam
situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan,
bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Ada beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang negosiator, antara lain:
a. Informasi
Seorang negosiator harus memiliki kemampuan untuk mencari, mengolah dan memanfaatkan
informasi yang riil, akurat, dan faktual.
b. Ilmu Pengetahuan
Seorang negosiator diharuskan memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara bernegosiasi yang
efektif.
c. Penilaian
Seorang negosiator harus memiliki ketepatan dan kecepatan dalam menilai situasi dan kondisi
proses negosiasi.
d. Bijak/Arif
Seorang negosiator diharapkan bertindak dengan pegangan moral (etika bisnis) dalam proses
negosiasi.
a. Value Claimers
Seorang negosiator yang memandang negosiasi sebagai proses pertikaian. Masing-masing pihak
berusaha mendapatkan sebanyak mungkin jatah atau kemenangan dan memberikan sesedikit
mungkin jatah atau kemenangan bagi lawannya. Cara yang digunakan adalah taktik yang
manipulatif, argumen yang memaksakan, konsesi terbatas dan tawar-menawar yang alot.
b. Value Creator
Seorang negosiator yang mengutamakan proses dinama akan menguntungkan kedua belah pihak.
Mencoba untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak yang bernegosiasi. Cara yang
digunakan adalah dengan mengembangkan hubungan yang kolaboratif, mengutamakan
penyesuaian kepentingan kedua belah pihak, bersikap ramah dan kooperatif.
Untuk menjadi seorang negosiator yang baik, seseorang tidak hanya dituntut untuk
memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan. Selain itu, seorang negosiator yang baik dituntut
untuk memiliki sifat-sifat berikut:
a. Percaya diri
Dalam bernegosiasi kepercayaan diri sangat diperlukan, karena yang dipertimbangkan bukan
hanya materi yang disampaikan tetapi juga bagaimana cara penyampaiannya. Ketika seseorang
memiliki kepercayaan diri yang kurang, maka penyampaian materi juga kurang optimal,
sehingga secara tidak langsung akan membuat ragu pihak lain yang diajak bernegosiasi.
g. Berpikir positif
Seseorang yang berpikir positif akan selalu optimis dalam setiap langkah yang dijalaninya.
Berpikir positif sangat diperlukan untuk mewujudkan mimpi-mimpi dan rancangan-rancangan
yang dinegosiasikan untuk ke depannya.
e. Keterbatasan-keterbatasan alam
Tidak semua sumber daya yang ada di alam akan selalu ada, ada beberapa sumber daya yang
akan habis suatu hari nanti. Untuk mengatasi hal tersebut seseorang harus membuat inovasi guna
menang terhadap keterbatasan alam.
f. Keterbatasan-keterbatasan organisasi
Pada sebuah organisasi pasti ada keterbatasan yang dimiliki, mulai sarana dan prasarana, sumber
daya yang ada, maupun keterbatasan kekuasaan yang dimiliki. Untuk mengalahkan keterbatasan-
keterbatasan tersebut kita perlu melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan apa saja yang
ada untuk mencapai tujuan dari organisasi.
Kenapa seorang negosiator memerlukan hal pendukung tersebut? Karena ketika kita
mengetahui siapa lawan kita, bagaimana sifat dan karakter lawan dan apa kekuatan dan
kelemahannya kita akan mampu memperhitungkan bagaimana taktik terbaik yang sebaiknya
digunakan untuk menghadapi lawan. Sedangkan ketika kita memiliki sasaran pertempuran yang
jelas, mengetahui kondisi medan dan didukung ketrampilan penggunaan amunisi yang ampuh,
kita akan memiliki kepercayaan diri yang cukup dalam menghadapi lawan dan siap
melaksanakan taktik yang sudah ditentukan. Dan ketika kita memiliki kedisiplinan tinggi, daya
juang dan optimisme tinggi kita tidak akan mudah menyerah pada keadaan dan akan
menggunakan taktik baru apabila taktik yang digunakan sebelumnya tidak berjalan sesuai
dengan harapan. Dan yang terakhir tetapi merupakan yang terpenting, kita harus senantiasa
berdo’a kepada Allah agar dipermudah segala urusan.
a. Persiapan negosiator
Seorang negosiator dituntut untuk senantiasa mempersiapkan pelaksanaan negosiasi. Sebelum
melakukan lobby ada beberapa hal yang perlu disiapkan seorang negosiator, antara lain:
1) Mempersiapkan bahan materi pembicaraan
2) Menyusun tujuan sekaligus target yang akan dicapai
3) Membuat janji
4) Waktu pelaksanaan pertemuan
5) Dengan siapa
6) Mengenal lebih jauh yang akan di lobby (kepribadian, hobi, sifat, karakter) dari orang-orang
terdekat
7) Kenal dan akrab dengan orang-orang terdekatnya (Sekretaris, ajudan, rekan kerja)
8) Persiapan penampilan (pakaian, sepatu, dasi, alat tulis, dan lain-lain) sehingga menarik simpati
dan meyakinkan.
9) Cheking seluruh persiapan.
4) Setelah selesai pembicaraan jika ada sekretaris atau ajudan atau staff sampaikan terima kasih.
Dan diberibtahu hal-hal yang sesuai dengan tugas mereka.
Dengan mengenal gaya, tipe dan teknik negosiator, maka seorang negosiator harus segera
memutuskan jalur negosiasi, maka akan ditempuh. Jalur win-win adalah negosiasi yang prospek
keuntungan kedua belak pihak, dikenal dengan nama situasi menang-menang. Prosesintegratif
seperti itu, kedua belah pihak berusaha untuk melakukan rekonsiliasi kepentingan mereka
ditandai dengan komunikasi yang terbuka dan empati.
a) Kepentingan anda bersama.
b) Kekuatan anda seimbang atau lebih lemah.
c) Anda butuh hubungan yang harmonis dan berkesinambungan.
d) Anda bisa mempercayai itikad dan karakter pihak lain itu.
e) Kesempatan (deal) kompleks dan sukar dicapai.
f) Pihak lain juga menghendaki jalur win-win.
Contoh : Industri besar saat ini lebih memfokuskan pada produk dan jasa inti. Mereka biasanya
bekerja sama menjual produk ini kepada perusahaan yang lebih kecil, seperti barang dengan
volume yang kecil.
Jalur tawar-menawar murni adalah proses dengan masing-masing pihak cnderung
mencari perolehan dan keinginan maksimum dengan kerugian dipihak lain, ini sering dikenal
dengan situasi menang kalah. Jalur tawar-menawar dilakukan apabila:
a) Kepentingan anda jelas bertentangan.
b) Anda jauh lebih kuat.
c) Anda tidak membutuhkan hubungan yang harmonis dan jangka panjang.
d) Anda kurang atau tidak mempercayai pihak lain.
e) Kesepakatan (deal) mudah dicapai.
f) Pihak lain juga menghendaki jalur tawar-menawar murni.
d. Taktik
Secara garis besar ada dua teknik yang umum dipakai dalam bernegosiasi yaitu teknik
“garis keras” dan “garis lunak” (pitty me). Masing-masing teknik dalam prakteknya akan
dibarengi macam-macam taktik.
Beberapa taktik yang umum digunakan :
1) Taktik permintaan yang melewati batas.
Tujuan : membuat lawan yang tidak siap menjadi kecut.
2) Taktik berpura-pura kasar.
Tujuan : membuat lawannya merasa bersalah.
3) Taktik wewenang terbatas.
Tujuan : Mengurangi tanggapan akan kekuatan diri dan menurunkan tingkat harapan.
Peringatan : Sesekali pun hal ini mungkin dapat merugikan
e. Strategi Negosiasi
Strategi digunakan untuk mempengaruhi orang lain agar orang memperhatikan dan
menuruti kehendak seorang negosiator. Strategi biasanya digunakan oleh seorang sales untuk
memasarkan produk-produk barang dan jasa. Ada 4 strategi dalam memasarkan barang, yaitu :
1) Asosiasi
Memanfaatkan nama institusi/produk yang sudah dikenal luas. Dengan strategi tersebut
seorang negosiator mengharapkan efek positif dari nama yang terkenal tersebut. Contoh : sepatu
ini sama seperti sepatu merk adidas.
2) Disasosiasi
Memanfaatkan nama/produk palsu atau jasa yang ditawarkan sehingga klien akan
berpaling pada produk lain. Contoh : produk itu palsu kualitasnya buruk sedangkan produk ini
bagus.
3) Random sample
Menawarkan dengan cara memamerkan suatu produk yang terbaik sehingga wakil dari
keseluruhan produk yang ditawarkan. Strategi ini akan berdampak negative apabila secara
keseluruhan produk tidak seperti contoh yang dipamerkan. Sebaliknya, strategi ini akan
berdampak positif apabila pelanggan merasa puas karena keseluruhan produk sama seperti
contoh yang ditawarkan.
4) Salami
Menawarkan produk atau jasa dengan cara membuat pihak lain semakin lama semakin
mempercaya dan mendapatkan kewenangan yang meningkat.
5) Win-win
Strategi ini dipilih bila pihak-pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah
yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai
Integrative negotiation. Contoh : pihak manajemen sepakat untuk memberikan paket PHK di atas
ketentuan pemerintah, dan pihak pekerja sepakat untuk dapat segera mengakhiri hubungan kerja
dengan damai.
6) Win-lose
Strategi ini dipilih karena pihak-pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang di ambil. Dengan strategi ini pihak yang
berselisih saling saling berkompetensi untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Contoh :
pihak pekerja terpaksa menyepakati kenaikan gaji di bawah target yang telah mereka usulkan
sebelumnya kepada pihak perusahaan.
7) Lose-lose
Strategi ini dipilih sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat dalam
bernegosiasi. Akibatnya pihak-pihak yang berselisih, pada akhirnya tidak mendapatkan sama
sekali hasil yang diharapkan. Contoh : pihak pengusaha akhirnya melakukan upaya “lock out”
karena pihak pekerja tidak bersedia untuk menghentikan pemogokan.
8) Lose win
Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat
dengan kekalahan mereka. Contoh : pihak pengusaha sengaja memberikan beberapa konsesi
yang tidak terlalu signifikan kepada pihak pekerja, dengan harapan dapat membangun
kepercayaan di masa yang akan datang.
3) Bertahan
Negosiasi memerlukan kesediaan semua pihak untuk member dan menerima. Jika satu
pihak terus terus bertahan pada penawaran semula, maka kesepakatan akan sulit dicapai. Hal ini
disebabkan karena negosiator yang bersangkutan menggunakan tawaran pertama sebagai
pegangan dalam bernegosiasi. Jika negosiasi ingin berlanjut, maka tiap pihak perlu terus
menyesuaikan penawarannya hingga kesepakatan tercapai.
5) Tersedianya informasi.
Memiliki informasi yang cukup yang akurat penting sekali untuk bernegosiasi. Akan tetapi
salah jika terlalu bersandar pada informasi yang dimiliki. Ingatlah bahwa informasi (baik
jumlahnya maupun cara penyebarannya) mempunyai kekuatan sendiri yang dapat merugikan kita
juga. Karena itu amatlah penting untuk menangani informasi yang ada dengan hati-hati dan
bijaksana.
2.5 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi
diantara dua orang atau lebih dengan harapan terjadinya pengaruh yang positif atau menimbulkan
efek tertentu yang diharapkan. Komunikasi adalah persepsi dan apresiasi.
Memasuki millenium baru, dunia usaha banyak menghadapi masalah kompleks. Bukan saja
karena cakupan bisnisnya yang semakin beragam, melainkan juga karena skala bisnis sudah
menjadi problem yang sangat luas. Sejumlah ahli mengatakan bisnis sudah menjadi masalah global.
Mengapa sampai demikian?
o Pertama, karena semakin pesatnya kemajuan di bidang sain dan teknologi, sehingga
merangsang terciptanya sistem dan proses produksi yang efisien. Produksi barang dan
jasa sudah melampaui batas kebutuhan pasar dalam negeri, sehingga perlu di ekspor.
o Kedua, karena teknologi telah mempercepat pembangunan sarana dan prasarana
transportasi, sehingga mobilitas sosial menjadi semakin cepat dan tinggi.
o Ketiga, bersamaan dengan itu, kemajuan di bidang transformasi informasi [komunikasi]
juga berlangsung sangat pesat, sehingga informasi tentang keadaan tertentu dapat
disampaikan tanpa tergantung pada jarak geografis. Bukan itu saja, kemajuan di bidang
komunikasi [media massa] telah mempengaruhi pola-pola bisnis antarmanusia.
Fenomena inilah yang menyadarkan banyak orang betapa pentingnya memahami gejala komunikasi
dalam rangka memahami gejala bisnis.
Jika kita melihat bisnis dan komunikasi sebagai sama-sama suatu proses sosial, kita akan sampai
pada kesimpulan bahwa komunikasi adalah bisnis dan, sebaliknya, bisnis adalah komunikasi.
Artinya, pada tingkatan gejala [fenomena], antara komunikasi dan bisnis merupakan gejala yang
terintegrasi. Tidak bisa dipisah-pisahkan.
Bisnis dan komunikasi sama-sama memulai kegiatannya dengan melakukan proses produksi. Lebih
jelasnya bisa dijelaskan sbb :
o Dalam komunikasi, yang diproduksi dinamakan informasi; sedangkan dalam bisnis, yang
diproduksi adalah barang dan jasa. Dalam konteks tertentu, informasi juga termasuk
barang dan jasa. Misalnya : informasi lewat surat kabar, majalah, televisi, dll.
o Kemudian, bisnis dan komunikasi menyampaikan produk tsb kepada pihak lain. Dalam
komunikasi, pihak lain bisa disebut communicator, audience, destination, dst. Sementara
dalam kegiatan bisnis pihak lain sering disebut konsumen, klien, buyer, dst.
o Komunikasi dan bisnis sama-sama menimbulkan reaksi tertentu dan mempunyai
hambatan-hambatan yang spesifik.
Dengan cara berpikir di atas, kita akan berusaha menjelajahi kajian-kajian yang relevan tentang
hubungan bisnis dengan komunikasi. Ada tiga kajian yang bisa kita telaah :
o Kajian tentang kegiatan bisnis dari perspektif komunikasi. Bagaimana sudut pandangan
komunikasi menerangkan gejala bisnis.
o Kajian tentang kegiatan komunikasi dari perspektif bisnis. Bagaimana sudut pandang
bisnis dalam menerangkan kegiatan komunikasi. Atau, secara sederhana, komunikasi
sebagai bisnis.
o Kajian tentang faktor-faktor eksternal dari keduanya yang turut terlibat dalam proses
komunikasi maupun bisnis.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada makalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Negosiasi (perundingan) adalah suatu upaya untuk mengatasi perbedaan pendapat antara kedua
belah pihak.
b. Karakteristik negosiator yang baik antara lain: percaya diri, menghargai orang lain, menciptakan
penampilan yang baik, dapat mengendalikan emosi, tidak merasa sempurna, ramah, sopan,
simpatik dan humoris, berpikir positif, sabar, ulet dan tidak mudah putus asa, mencintai dan
memiliki profesi yang ditekuni.
c. Untuk memenangkan sebuah negosiasi seorang negosiator memerlukan beberapa hal
pendukung, diantaranya: siapa atau apa lawan kita, pemahaman akan sifat, karakter, dan kodrat
lawan tersebut, analisis atas kekuatan dan kelemahan lawan, situasi dan kondisi medan
pertempuran, sasaran pertempuran yang jelas, pilihan strategi dan taktik yang cukup, peralatan
dan amunisi perang yang ampuh, keterampilan menggunakan alat-alat perang, disiplin diri dan
kelompok yang kuat, daya juang, daya tahan dan optimisme tinggi, last but not at least yaitu
Restu Ilahi.
d. Prinsip-prinsip pelaksanaan negosiator, diantaranya: persiapan negosiator, langkah pertemuan
pelaksanaan negosiasi, menentukan jalur negosiasi, taktik, strategi negosiasi, kesalahan umum
dalam bernegosiasi, dan cara mengatasi hambatan dalam bernegosiasi.
. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu fungsi dasar dari kantor dan merupakan proses yang
esensial bagi semua bentuk perusahaan. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi
dari satu orang ke orang lain melalui pos, telepon, teleprinter, jasa kurir, atau sarana lainnya.
Istilah komunikasi harus ditafsirkan secara luas dan tidak ditanggapi sebagai hanya menyertakan
hal-hal yang nyata seperti surat dan pembicaraan telepon dan untuk orang diluar perusahaan;
istilah ini juga mencukupi pengiriman memorandum, laporan, instruksi, faktur, pesanan,
estimasi, gambar, dan bahkan stampel.
Orang yang melakukan komunikasi disebut komunikator. Orang yang mampu
berkomunikasi secara efektif diebut komunikatif. Orang yang komunikatif ialah orang yang
mampu menyampakan informasi atau pesan kepada orang lain, baik langsung maupun tidak
langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal sehingga orang lain dapat menerima
informasi (pesan) sesuai dengan harapan si pemberi informasi (pesan). Sebaliknya.ia mampu
menerima informasi atau pesan orang lain yang disampaikan kepadanya. Baik langsung maupun
tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal.
B. Tujuan Komunikasi
Tujuan dan manfaat komunikasi adalah sebagai sarana untuk: (1) meningkatkan
kemampuan manajerial dan hubungan sosial, (2) menyampaikan dan atau menerima informasi,
(3) Menyampaikan dan menjawab pertanyan, (4) mengubah prilaku (pola pikir, perasaan, dan
tindakan) melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, (5) mengubah
keadaan sosial, (6) saran untuk menyampaikan perintah, pengarahan, pengendalian,
pengkoordinasian, pengambilan keputusan, negosiasi, dan pelaporan.
C. Prinsip-prinsip Komunikasi
Komunikasi berlangsung di antara pikiran satu orang dan pikiran orang lain
Komunikasi hanya dapat terjadi antarmanusia. Komunikasi yang paling efektif
berlangsung diantara orang-orang yang berkepentingan, secara beremuka, ketika pembicaraan
ditambah dengan gerak isyarat dan ekspresi wajah. Segera dapat dilihat apakah yang dikatakan
telah dimengerti, dan penjelasan lebih lanjut dapat diberikan apabila perlu. Beberapa organisasi
mengambil langkah-langkah positif untuk membentuk hubungan pribadi di antara para anggota
staf mereka dan anggota para pensuplay mereka, pelanggan, dan kontak regular lain;
korespondensi formal antar orang yang tidak saling mengenal dapat sangat memboroskan waktu
dan mahal.
Orang hanya dapat mengerti satu hal dengan mengkaitkannya dengan sesuatu yang lain yang
sudah dimengerti
Sudah menjadi sifat manusia bahwa mereka hanya dapat memahami gagasan baru
dengan mengkaitkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Ini adalah basis bagi pendidikan
dan juga merupakan basis bagi komunikkasi yang efektif. Entah berbicara atau menulis, kita
perlu menyadari apa yang sudah diketahui oleh orang yang kita tuju. Penggunaan istilah teknis
dari jargon departemen harus dibatasi hanya pada orang yang sudah mengerti istilah-istilah
bersangkutan.
Komunikator wajib membuat dirinya dimengerti
Tidak ada gunanya menyalahkan penerima suatu komunikasi bila ia tidak mengeri apa
yang dimaksud. Alasan tidak adanya pengertian ini adalah karena pembicara atau penulis tidak
memilih kata-katanya dengan benar, atau belum memberikan penjelasan yang memadai.
Orang yang tidak mengerti wajib meminta penjelasan
Bila komunikasi yang diterima tidak dimengerti, tidak ada gunanya bila hanya
menyalahkan pihak lain- atau menerka apa yang dimaksud. Sebaiknya kita menanyakan apa
yang belum kita pahami kepada orang yang memberikan informasi.
Memilih sarana
Didalam kantor, mayoritasnkomunikasi bersifat rutin dan dapat klasifikasikan
menurut tujuan yang lainnya. Manajer kantor harus mempertimbangkan stiap kelas dan
menetapkan instruksi mengenai sarana yang harus digunakan. Dalam hal ini terdapat tujuh
faktor yang harus dipertimbangkan:
Kecepatan Seberapa urgen komunikasi bersangkutan
Keakuratan Apakah informasi akan diterima secara akurat bila angka diucapkan lewat telepon
ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam mendengar
Keamanan Apakah ada risiko kehilangan komunikasi dalam perjalanan? Bila dokumen legal yang
penting harus dikirim lewat pos lebih bijaksana bila dokumen itu dikirim lewat pos tercatat.
Kerahasiaan Apakah menjadi masalah bila orang yang tidak berhak mengetahui, mengetehui
informasi yang dikomunikaskan?
Rekaman Apakah perlu bahwa komunikasi bersangkutan harus dalam bentuk tertulis utuk tujuan
perekaman
Kesan Apakah komunikasi tersebut berbentuk sedemikian rupamuntuk menghasilakan reaksi
yang diharapkan dari orang yang menerimanya?
Biaya Semua unsur biaya harus dipertimbangkan. Proporsi biaya yang lebih besar biasanya
terletak pada tahap persiapan ketimbang tahap pengiriman.
Tak satupun dari ketujuh faktor tersebut dapat dikatakan lebih penting dari pada yang lainnya
dan semua harus diberi penekanan yang sesuai menurut keadaan.
D. Proses Komunikasi
Unsur-unsur dalam proses komunikasi antara lain (1) pengirim pesan (sender) atau
komunikator dan materi (isi) pesan, (2) bahasa psan (coding), (3) media, (4) mengartikan psan
(decoding), (5) penerima pesan (komunikan), (6) balikan (repon si penerima pesan), (7)
gangguan yang menghambat komunikasi.
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai satu paket idea untuk disampaikan kepada
orang lain dengan harapan pesannya dapat dipahami oleh penerima pesan sesuai dengan yang
dimaksud. Materi pesan dapat berupa informasi, ajakan, rencana kerja, pertanyaan, dan
tanggapan.
Bahasa pesan bertujuan untuk menyingkat pola pikir pengirim pesan kebentuk bahasa,
kode, atau lambang lainnya sehingga pesannya dapat dipaham orang lain. Biasanya leader atau
manajer menyampaikan pesannya dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan (bahasa
tubuh). Tujuan penyampaian pesan ini adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap atau
prilaku, kearah tujuan tertentu.
Pemilihan media dipengaruhi isi pesan yang harusdisampaikan, jumlah penerima pesan,
situasi, dan sebagainya. Media yang dapat digunakan antara lain, telepon, radio, TV, mikrofon,
memo, surat, komputer, internet, foto, papan pengumuman, pertemuan, lokakarya,seminar, rapat
kerja, penerbitan, dan sebagainya. Setelah pesan diterima melalui indera, maka si penerima pesan
harus dapat mengartikan bahasa isyarat sesuai dengan isi pesan yang dimaksud. Penerima pesan
ialah orang yang dapat memahami pesan si pengirim walaupun dalam bentuk sandi tanpa
mengurangi arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan.
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan ke pengirim
pesan dalam bentuk verbal maunpun non verbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak
pernah mengetahui dengan pasti apakah pesannya dapat diterima sesuai dengan yang diharapkan.
Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan dan atau orang laon bkan penerima pesan.
Dalam umpan balik terjadi komunikasi dua arah. Komunikasi ini perlu terjadi untuk menghindari
kesalah pahaman (miskommunikation) sehingga dapat diketahui bahwa si penerima pesan sudah
benar-benar memahami pesan.
Gangguan ialah hal-hal yang merintangi atau menghambat komunikasi dan merusak
konsentrasi sehinggapenerima pesan salah menafsirkannya. Gangguan bukan merupakan bagian
dari proses komunikasi, tetapi mempunyai pengaruh terhadap proses komunikasi.
E. Macam-macam Komunikasi
Komunikasi lisan atau oral
Bentuk paling lazim dari komunikasi oral tentu saja adalah percakapanlangsung diantara
dua orang. Acap kali cara tercepat dan terbaik untuk menjamin kerjasama adalah dengan
membicarakan personaldengan orang yang berkepentingan. Bila beberapa orang terlibat, rapat
mungkin merupakan sarana terbaik untuk berkomunikasi. Manfaat komunikasi lisan memang
besar manfaaatnya entah secara bersemuka atau lewat telepon, tetapi acap
alikomunikasikomunikas tertulis diperlukan atau lebih mudah. Komunikasi lisan maupun tulis
sama-sama bermanfaat. Metode tertulis, yang biasanya lebih mahal, harus digunakan hanya bila
ada alasan untuk melakukannya.
Komunikasi tertulis
Kebanyakan komunikasi tertulis dibuat dengan diketik dan mesin yang tersedia diuraikan
di bawah ini. Pengetikan, dibandingkan dengan tulisan tangan, lebih cepat dan hasilnya lebih
mudah dibaca. Namun tulisan tangan tidak diangap sebagai sesuatu yagn usang. Formulir diisi
dan memorandum anterdepartemen ditulis sebagai operasi yang ada hubungannya dengan
pekerjaan utama juru tulis yang bukan merupakan juru ketik asli.
Sebagai pembicara yang baik (Verma, 1996) harus memenuhi tiga langkah (1)
pendahuluan (katakan apa yang akan di katakan), (2) menerangkan (menjelaskan sesuatu), dan
(3) ringkasan (sampaikan inti yang telah anda katakan tadi). Untuk menjadi pembicara yang
selalu menarik, gunakan prinsip BASIS, yaitu sesuatu yang Baru, dapat dan pernah di
Aplikasikan, Sederhana (tidak berbelit-belit, mudah di mengerti orang), menggunakan Intonasi
yang tepat, dan Simpulkan.
Meharabian memberikan rumus komunikasi sebagai berikut.
Pengaruh pesan keseluruhan = kata-kata (7%) + nada suara (38%) + mimik wajah (55%)
H. Praktik Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan bersama bahwa manusia Indonesia
belum berbudaya tulis dan baca. Kita tidak senang menulis karena lebih senang berbicara.
Sebagai contoh, ketika kita bertamu ke tempat seseorang, tetapi tidak bertemu padahal di pintu
sudah tersedia kertas untuk menulis pesan, kita jarang menuliskan pesan bahwa kita sudah
datang ke rumahnya. Demikian juga dalam menulis karya ilmiah. Beberapa penyebab,
diantaranya ialah (1) menulis memerlukan keterampilan khusus, (2) keterampilan khusus akan
terwujud kalau banyak berlatih, tetapi umumnya orang malas berlatih, (3) masih banyak pihak-
pihak yang belum bisa menghargai karya ilmiah selayaknya sehingga menjadi penulis tidak
menjanjikan masa depan yang lebih baik, dan (4) karya ilmiah bebas di fotocopy orang yang
membutuhkannya sehingga buku aslinya tidak laku dijual, dan (5) tidak ada penghargaan stasiun
TV terhadap karya ilmiah terbaik seperti halnya Indonesia Idol dan Dangdut Academy.
Schwitzer (Tilaar,1996:22) menyatakan komunikasi antar ahli terputus karena ahli bangga
dengan kesombongannya.
2. NEGOSIASI
Manajer pendidikan tidak dapat melepaskan keterkaitannya dengan pihak-pihak yang turut
bertanggung jawab terhadap pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat, sekolah, dan pemerintah.
Untuk mendapatkan dukungan pihak lain dalam mengelola sekolah, manajer sekolah harus
melakukan negosiasi. Manajer pendidikan perlu bernegosiasi untuk mendapatkan kesepakatan
dalam pemecahan masalah bersama dengan prinsip saling menguntungkan atau win-win
solution, terutama ketika rapat negosiasi dengan stakeholders pendidikan khususnya komite
sekolah.
Jika negosiasi telah dilakukan maka akan terjadi dua kemungkinan :
1. Kesepakatan.
2. Konflik.
Konflik adalah sesuatu yang tidak dapat di hindarkan, baik dengan organisasi lain, di
dalam organisasi sendiri, maupun dengan hati nurani sendiri akibat adanya perbedaan
kepentingan. Konflik yang berkepanjangan akhirnya dapat menimbulkan stres di kalangan yang
berkonflik. Untuk mengatasi konflik, maka dilakukan negosiasi. Konflik dapat berdampak positif
dan dapat pula berdampak negatif.
A. PENGERTIAN NEGOSIASI
Negosiasi menurut Hendarman dan Srie Haryati Martono (2002) adalah serangkaian
diskusi antarindividu atau kelompok dengan latar belakang yang berbeda untuk mendapatkan
kesepakatan. Negosiasi ialah proses penyusunan bersama suatu program untuk mencapai tujuan
yang saling menguntungkan. Negosiasi ialah proses interaksi dua pihak atau lebih yang masing-
masing mempunyai tujuan yang berbeda, tetapi mereka berusaha melalui argumentasi dan
persuasi untuk mencari jalan keluar yang disepakati bersama. Negosiasi ialah suatu metode
untuk mencapai perjanjian secara kooperatif atau kompetitif. Negosiasi ialah proses tawar-
menawar melalui perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama. Negosiasi ialah proses
penyelesaian pertikaian secara damai oleh pihak-pihak yang bertikai melalui perundingan.
Berdasarkan beberapa definisi negosiasi di atas, dapat disimpulkan bahwa negosiasi ialah
proses perundingan dua pihak atau lebih untuk mendapatkan kesepakatan.
B. MANFAAT NEGOSIASI
Negosiasi bermanfaat untuk:
a) mendapatkan keefektifan dan efisiensi dalam mencapai tujuan.
b) kesepakatan bersama saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).
c) Menjembatani perbedaan pandangan mereka yang bernegosiasi sehingga mengurangi, bahkan
dapat mencegah konflik.
d) menyepakati tujuan bersama, metode mencapai tujuan bersama yang belum jelas.
C. MACAM NEGOSIASI
Negosiasi terdiri atas dua macam, yaitu :
1. Kompetitif atau distributif adalah suatu negosiasi yang menghasilkan ada pihak yang kalah dan
ada pihak yang menang.
2. Kooperatif atau integratif, yaitu negosiasi yang menghasilkan kemenangan (keuntungan) untuk
pihak-pihak yang bernegosiasi.
Negosiasi dapat terjadi dalam empat macam :
a) Saya kalah, anda kalah.
b) Saya menang, anda kalah.
c) Saya kalah, anda menang.
d) Saya menang, anda menang.
Kejadian nomor empat merupakan hasil negosiasi terbaik. Sebab, “untuk apa kita menang di
atas penderitaan orang lain?” jika kita menang dalam bernegosiasi, orang lain kalah, artinya
orang yang kalah itu merasa dianiaya atau dizalimi. Jika sama-sama kalah juga tidak
memberikan manfaat bagi mereka yang berunding. Perbedaan antara negosiasi kompetitif dan
kooperatif dapat dilihat dalam tabel berikut.
No
Negosiasi Kompetitif Negosiasi Kooperatif
.
Ada pihak yang kalah (di rugikan). Semua pihak menang (saling
1.
menguntungkan).
Minat kedua pihak bertentangan. Minat kedua pihak ada
2.
kesamaan.
Strategi pemaksaan kehendak. Strategi saling menghargai
3.
kehendak.
4 Individualitas. Kerja sama.
E. PRAKTIK NEGOSIASI
Husaini Usman (1997:19) menyatakan bahwa rendahnya negosiasi pendidikan ditunjukkan
oleh kurang berhasilnya manajer pendidikan mengajak dan bersepakat dengan pengusaha di
dunia usaha dan industri serta pihak pemerintah, dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja di daerah-
daerah untuk bermitra dengan dunia usaha dan industri dengan prinsip saling menguntungkan.
Dunia pendidikan dihadapkan pada peluang sekaligus tantangan untuk menghasilkan lulusan
yang terampil bernegosiasi menang-menang dalam kompetisi yang semakin ketat di pasar APEC
tahun 2010 dan di pasar bebas pada tahun 2020 nanti. Jika bangsa kita tidak pandai bernegosiasi,
secara hipotetik maka kita akan kalah dengan bangsa lain, bahkan mungkin kita menjadi kuli di
negara sendiri. Modal utama agar negosiasi dapat berhasil adalah keterampilan berkomunikasi.
1. Konsultasi
Konsultasikan selalu perkembangan bisnis Anda kepada sponsor / Leader Anda minimal 1 minggu
sekali. Jangan pernah ragu-ragu untuk berkonsultasi supaya Anda bisa mendapatkan bimbingan
yang tepat dari mereka yang telah sukses terlebih dahulu. Anda akan dibantu untuk menyelesaikan
seluruh permasalahan yang terjadi sehingga bisnis Anda akan tetap berkembang. Ingat!!!! hanya
merekalah yang benar-benar perduli akan kesuksesan Anda.
2. Edifikasi
3. No Crosslining
Pada intinya, berbagi ilmu, bergaul, tidaklah terlalu menjadi masalah dalam crosslining. Yang akan
menjadi masalah besar adalah ketika crosslining itu sudah masuk dalam koridor konsultasi. Jangan
pernah membicarakan bisnis apalagi kekurangan anda di bisnis ini kepada orang yang bukan di
jaringan anda. Anda harus membicarakannya kepada Leader Anda. Jika mental anda sedang turun
atau kondisi bisnis anda sedang memburuk segera konsultasikan kepada Leader anda, bukan
kepada down line anda apalagi kepada orang yang bukan satu garis sponsorisasi. Sebaliknya
apabila mental Anda sedang berada di atas, segeralah memberi semangat kepada para down
line/partner bisnis anda. Yang perlu diingat crossline tidak memiliki kepentingan dengan bisnis kita,
crossline juga tidak mengetahui karakteristik jaringan kita seperti halnya upline kita. Oleh karena itu
konsultasi kepada crossline sangat dilarang dalam network marketing, karena akan membahayakan
jaringan masing-masing. Bilamana hal tersebut terpaksa harus dilakukan dikarenakan upline anda
berada jauh diluar kota maka crosslining hanya diperkenankan sebatas menimba ilmu bukan untuk
sarana konsultasi