Anda di halaman 1dari 7

A.

DEFINISI MOTIVASI BERPRESTASI


Motivasi memiliki akar kata dari bahasa Latin movere , yang berarti gerakan atau dorongan
untuk bergerak.
Larsen & Buss (2005) mengutip pernyataan McClelland (1985) bahwa motivasi berprestasi
didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan yang terbaik, menjadi sukses, dan
merasa mampu atau memiliki kompetensi. Sebagaimana motivasi pada umumnya,
motivasi berprestasi diasumsikan akan mendorong dan memberi energi tertentu sesuai
dengan situasi yang ada (Larsen & Buss, 2005, hal.346).
Selain itu Rita L. Atkinson (1997, hal.355) menyatakan bahwa motivasi berprestasi
individu didasarkan atas dua hal, yaitu tendensi untuk meraih sukses dan tendensi untuk
menghindari kegagalan. Individu yang memiliki tendensi untuk meraih sukses kuat berarti
ia memiliki motivasi untuk meraih sukses yang lebih kuat daripada motif untuk
menghindari kegagalan dan responsive dalam berbagai situasi dan sebaliknya.
JW.Santrok, (2003) Motivasi berprestasi (achievement motivation), keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu yang standar kesuksesan dan untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan (Santrock, 2007,
hal.501)
Berdasarkan teori beberapa tokoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
berprestasi merukapan seperangkat dorongan, tendensi, keinginan, daya yang mendorong
seseorang dalam berbuat sesuatu atau kecenderungan untuk menggerakan suatu sikap atau
perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang diarahkan kepada tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya yaitu untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan juga untuk
menghindari kegagalan, sehingga mengakibatkan bertambahnya pengetahuan yang diiringi
dengan terciptanya hasil yang diharapkan baik dalam bentuk materi maupun immateri.

B. TEORI MOTIVASI BERPRESTASI


Motivasi berprestasi (need for achievement atau achievement motivation) sangat erat
kaitannya dengan keberhasilan dan kesuksesan, atau semangat seseorang dalam mencapai
sebuah tujuan atau kesuksesan. Motivasi berprestasi dikatakan McClelland sebagai suatu
daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat,
lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya (Sobur,
2003, hal.285).
David McClelland dalam Wijono, (2010, hal.38) mengemukakan tiga motif, yaitu
kekuasaan, afiliasi, dan berprestasi. Penjelasan ketiga motif tersebut sebagai berikut:
1. Motif Kekuasaan (N Pow)
Poin yang pertama ini merupakan bagian dari ketiga bagian yaitu,
kekuasaan, afiliasi, dan prestasi ketiga unsure ini merupakan satu bagian
yang saling keterkaitan dimana akan muncul dan dominan ketika
seseorang dalam kondisi membutuhkannya. Dalam konteks ini motif
kekuasaan dibagi dalam dua bentuk yaitu positif dan negatif.
2. Motif afiliasi (N Aff)
Motif afiliasi ditemukan dua bentuk, yaitu jaminan afiliatif
(affiliative assurance) dan minat afiliatif (Affiliative interest). Selanjutnya
Boyatzis mengatakan bahwa individu yang mempunyai motif jaminan
afiliatif tinggi selalu mengantisipasi perasaan dan pandangan orang-orang
yang ada dibawahnya baik terhadap diri sendiri atau tugasnya. Dia selalu
mencoba mendapatkan persetujuan dari karyawan dan bawahannya.
3. Motif Berprestasi (N Ach)
Aplikasi dari motif berprestasi ini bahwa individu akan
mengerjakan sesuatu dengan gigih dan resiko kerjanya adalah moderat,
maka dia akan berhasil lebih bertanggung jawab dan memperoleh umpan
balik atas hasil prestasinya. Motif berprestasi ini mengarah pada
kepentingan masa depan dibandingkan masa lalu atau masa kini dan
individu akan menjadi lebih kuat dalam menghadapi kegagalan karena
dirinya dapat memperkirakan situasi yang akan datang untuk memperoleh
prestasi yang lebih baik dalam bekerja.
1. Teori Nilai Pengharapan (Expectancy-value theory)
Prinsip yang mendasari teori ini adalah bahwa individu akan termotivasi untuk
melibatkan dirinya dalam tugas-tugas akademik jika mereka menghargai tugas
tersebut dan mengharapkan sebuah kesuksesan darinya. Dari analisis faktor
diketahui 4 dimensi nilai:
a. Attainment value, yaitu individu merasakan pentingnya kegiatan tersebut
untuk dilakukan.
b. Intrinsic value, yaitu individu merasa tertarik dengan kegiatan tersebut.
c. Utility value, yaitu individu merasakan adanya suatu manfaat dari
d. kegiatan tersebut.
e. Cost, yaitu individu memperhatikan berbagai kemungkinan negatif dari
kegiatan tersebut.
f. Expectency (harapan) merepresentasikan harapan individu terhadap
performansi dia dalam menyelesaikan tugas beberapa waktu kedepan
Ekpektansi dan nilai secara bersama-sama mendorong individu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan harapan dan keyakinannya pada sebuah
tugas (task) (Noar, dkk, 2004, hal.65).
2. Teori Orientasi Tujuan Prestasi (Achievement Goal Orientation
Theory)
Prinsip yang mendasari teori ini adalah bahwa individu yang Melibatkan
dirinya pada sebuah tugas (task) untuk menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat
personal. Terdapat dua jenis goal orientation, yaitu:
1) Mastery goals, yaitu individu memusatkan tujuannya pada penguasaan
tugas-tugas.
2) Performance goals dibedakan atas dua bentuk:
a. Performance-approach goals, yaitu individu ingin menunjukkan dirinya
mengetahui lebih banyak dari padaorang lain pada sebuah materi.
b. Performance-avoid goals, yaitu individu merasa senang untuk tidak
menunjukkan kelamahannya atau “membisu”
(Noar dkk, 2004, hal.66-67).
2. Teori Atribusi (Attribution Theory)
Prinsip yang mendasari teori ini adalah pemahaman-pemahaman individu
tengan mengapa suatu peristiwa bisa terjadi. Atribusi memiliki dampak yang luar
biasa terhadap motivasi berprestasi. Dasar model atribusi menunjukkan bahwa
faktor-faktor lingkungan dan perbedaan individual (individual difference)
menentukan atribusi seseorang setelah peristiwa tersebut terjadi. Hal ini sangat
ditentukan oleh kestabilan dan ketidak stabilan, lokus internal dan eksternal, serta terkontrol dan
tidak terkontrol (Noar dkk, 2004, hal.68)
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERPRESTASI
Fernald dan Fernald (1999) dalam Rola, (2006, hal.5-7) mengungkapkan
terdapat 4 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi bagi seseorang
yaitu :
1. Pengaruh keluarga dan kebudayaan (family and cultural influences)
Besarnya kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis
pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam suatu keluarga
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan motivasi
berprestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu negara seperti cerita
rakyat sering mengandung tematema prestasi yang bisa meningkatkan
semangat warga negaranya.
2. Peranan dari konsep diri (role of self concept) Konsep diri merupakan
bagaimana seseorang berpikir mengenai dirnya sendiri. Apabila individu
percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu
akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh
dalam bertingkah laku.
3. Pengaruh dari peran jenis kelamin (Influence of Sex Roles) Prestasi yang
tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak para
wanita belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada di
antara para pria (Stein & Beiley dalam Fernald & Fernald, 1999, dalam
Rola, 2006, hal.6). Kemudian Horner (dalam Santrock, 1998) juga
menyatakan bahwa pada wanita terdapat kecendrungan takut akan
kesuksesan (fear of success) yang artinya pada wanita terdapat
kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya
memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep fear of success
masih diperdebatkan.
4. Pengakuan dan Prestasi (Recognition and Achievement) Individu akan
termotivasi untuk bekerja keras jika dirinya merasa dipedulikan oleh orang
lain
Helmreich & Spence (1978) berpendapat setelah melakukan penelitan
tentang teori-teori motivasi berprestasi dan Work and Family Orientation
Questionnaire (WOFO). Selanjutnya melakukan analisis faktor dan berpendapat
bahwa motivasi berprestasi terdiri dari empat elemen, yaitu penguasaan
kebutuhan, orientasi kerja, persaingan, dan ketidak pedulian pribadi.
1. Penguasaan kebutuhan: Seorang individu lebih suka pekerjaan yang
menantang, tuntutan intelektual, dan pikiran-oriented. Dia menikmati
bermain peran kepemimpinan dalam kelompok dan mampu menyelesaikan
tugas-tugas yang sudah dimulainya.
2. Orientasi Kerja: Seorang individu mengambil sikap proaktif terhadap
pekerjaan dan mencintai apa yang dia lakukan. Dia memperoleh rasa
kepuasan dari pekerjaan dan mengejar realisasi diri dan pertumbuhan.
3. Kompetisi: Sebuah harapan individu untuk kemenangan dan memiliki
keinginan untuk menang dari orang lain.
4. Ketidak pedulian pribadi : Seorang individu tidak mempertimbangkan
keberhasilan atau kinerja yang luar biasa sebagai penyebab terjadi
penolakan oleh orang lain. Dengan kata lain, tidak ada rasa takut sukses.

Motivasi berprestasi memiliki proses yang cukup kompleks. Jika diurut dari
awal, maka proses tersebut dapat melibatkan motivasi ekstrinsik dan juga
motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk berusaha mencapai
suatu tujuan demi mendapatkan penghargaan-penghargaan atau kompensasi
eksternal. Sedangkan motivasi intrinsik adalah dorongan atau hasrat yang
bersumber dari dalam diri untuk berusaha mencapai suatu tujuan. (W. Hart, et.al,
2007: 270). Perbedaan lainnya adalah motivasi ekstrinsik melibatkan insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman, sedangkan motivasi intrinsik bersandar
pada faktor-faktor internal seperti determinasi diri, rasa ingin tahu, tantangan, serta usaha
(Santrock, 2007: 147-148). Faktor-faktor inilah secara garis besar
terbagi menjadi:
a. Faktor internal individu
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa proses munculnya motivasi
berprestasi cukup kompleks. Beberapa hal dari dalam individu yang
mempengaruhi tumbuhnya motivasi berprestasi, yaitu konsep diri, harapan dan
nilai yang dimiliki oleh siswa. (Santrock, 2007: 183). Konsep diri mempengaruhi
remaja menetapkan tujuannya dari banyak pilihan, sementara itu ekspektasi
remaja mengenai keberhasilan mereka akan mempengaruhi seberapa besar usaha
mereka dalam mengejar prestasi (Santrock, 2007: 183). Nilai bermakna pemikiran
siswa mengenai ada atau tidaknya manfaat langsung atau tidak langsung dalam
mengerjakan suatu tugas (Ormrod: 2008: 105).
b. Faktor eksternal individu.
Faktor eksternal ini mencakup dukungan lingkungan sekitar terhadap
remaja. Lingkungan ini berisi keluarga, remaja mengenal dunia sekitarnya dan
pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari, dan melalui lingkungan keluarga
itu remaja mengalami proses sosialisasi awal. (Mahfudz, 2003: 55-57) Selain
keluarga, sekolah juga mendukung pertumbuhan motivasi berprestasi siswa.
Ekspektasi para guru diwujudkan dengan memberikan remaja tugas-tugas yang
lebih menantang, bukan memilihkan standar yang rendah untuk alih-alih
melindungi harga diri mereka. Guru yang baik dapat menyediakan sumber daya,
dukungan, dan strategi yang diperlukan (Ormrod: 2008: 107). Selanjutnya adalah
lingkungan masyarakat. budaya dan sikap masyarakat turut mempengaruhi nilainilai yang
dikembangkan oleh remaja.

B. CIRI-CIRI INDIVIDU YANG MEMILIKI MOTIVASI BERPRESTASI


Menurut Murray dalam, Alwisol, (2009, hal.193) banyak sekali meneliti
achievment need (nachievment), menemukan pengaruh need ini pada banyak sisi
kehidupan manusia.Ciri-ciri orang yang memeliki need achievment antara lain:
1. Lebih kompetitif
2. Lebih bertanggungjawab terhadap keberhasilannya sendiri
3. Senang menetapkan tujuan yang menantang tetapi tetap realistic
4. Memiliki tugas yang tingkat kesulitannya cukupan yang tidak pasti apakah
bisa diselesaikan atau tidak
5. Senang dengan kerja interprenor yang beresiko tetapi cocok dengan
Kemampuannya
6. Menolak kerja rutin
7. Bangga dengan pencapaian dan mampu menunda untuk memperoleh
kepuasan yang lebih besar, self consep positif, berprestasi di sekolah

Djaali (2007) menyimpulkan dari Johnson dan Schwitzgebel & Kalb


mengenai beberapa karakteristik individu dengan motivasi berprestasi tinggi.
Antara lain:
1. Menyukai situasi atau tugas yang memikul tanggung jawab pribadi atas
hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.
2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu
mudah dicapai atau terlalu besar resikonya.
3. Mencari situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik dengan
segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaanya.
4. Senang bekerja
5. sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain.
6. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang
lebih baik
7. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan
lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang
prestasi, suatu ukuran keberhasilan.
Sementara itu, remaja yang memiliki motivasi berprestasi tinggi hanya akan
mencapai prestasi akademik apabila rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah
daripada keinginannya untuk berhasil, dan tugas-tugas yang ia hadapi cukup
memberi tantangan, tidak terlalu mudah dan terlalu sukar sehingga memberi
kesempatan untuk berhasil (Djaali, 2007: 110-111).

C. TEKNIK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI


Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi
berprestasi, Sumadi Suryabrata mengemukakan beberapa catatan praktis
mengenai hal ini (Suryabrata, 2007: 74):
a. Guru atau orang tua sebisa mungkin dapat memunculkan motif intrinsik anak,
karena aktivitas yang didorong oleh motif intrinsik ternyata lebih sukses
dibanding yang didorong oleh motif ekstrinsik.
b. Usahakan untuk menghindari sugesti negatif (misalnya melalui ucapan), dan
gunakan sugesti positif.
c. Motif untuk belajar dapat timbul dari persaingan yang sehat baik antar
individu maupun kelompok.
d. Self competition menggunakan grafik prestasi yang memungkinkan anak
mengamati pencapaiannya.
e. Membuat langkah atau tujuan jangka pendek untuk memvisualisasikan tujuan
jangka panjang agar anak mengetahui dengan jelas apa yang ingin ia kerjakan

D. MOTIVASI BERPRESTASI DALAM PANDANGAN ISLAM


Dari Abi Musa ra., berkata bahwa Nabi Shallahu „alaihi wa sallam bersabda
“perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang oleh karena itu Allah
mengutus aku untuk menyampaikannya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi, bumi
itu ada yang subur, menyerap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumputrumput
yang banyak. ada pula yang keras tidak menyerap air sehingga
tergenang, maka Allah memberi manfaat dengan hal itu kepaa manusia. Mereka
dapat minum dan memberi minum (binatang ternak dan sebagainya), dan untuk
bercocok tanam. Ada pula hujan yang jatuh kebagian lain, yaitu di atas tanah
yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Begitulah
perumpamaan orang yang belajar agama, yang mau memanfaatkan sesuatu
yang oleh karena itu Allah mengutus aku menyampaikannya, dipelajarinya dan
diajarkannya. Begitu pula perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan
mengambil peduli dengan petunjuk Allah, yang aku diutus untuk
menyampaikannya” Abu Abdillah berkata, bahwa Ishaq berkata “dan di antara
bagian bumi yang digenangi air, tapi tidak menyerap” (arti dari Hadist no 79 –
Kitab Fathu Bari).
“kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit
sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka
berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka
terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri,
dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas)”.
(HR. Al-Hakim)
Dari situ kita dapat melihat bahwa motivasi untuk mengejar sesuatu, apakah
pemahaman akan ilmu maupun harta benda harus disandarkan kepada keridhoan
Allah Subhanahu wa ta‟ala dan demi kemaslahatan umat. Begitupun halnya
motivasi seseorang untuk meraih prestasi, haruslah disertai niat yang benar.

Anda mungkin juga menyukai