Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks
dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik
disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat ditimbulkan
dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik
(Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan
dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000).
Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar.
Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak
dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000),
mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk
merangsang motivasi seseorang.
Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin
terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai
motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang
optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik,
memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau
atau ingin melakukan sesuatu.
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan
atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain
motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang
mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan
dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat
intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,
orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena
rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan
hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar
pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat
seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk
memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat
menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori
motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori
harapan,teori penetapan sasaran.
Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Faali
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan
serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang
signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat
estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah.
Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya
masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan
bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit
pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli – Motivasi berasal dari kata “motif” yang
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sardiman 2006:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk
melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan.
Hijab Tutorial Terbaru
Definisi Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173).
Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang
ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.Hijab Modern
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan
bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar
bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.Hijab Muslimah
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.
Fungsi motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar.
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut
Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan
baik dan prestasi belajar akan optimal.
Jenis motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu
memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar
tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat
Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan
subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan
sebagainya.
b. Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif
sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif
dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa
dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
Sifat motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi
juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan
Mudjiono, 2002:90).
a. Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya
pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran
karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia
dapatkan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena
terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar,
dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi.
Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia
termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks,
dalam Dimyati, 2002:91).
Teori motivasi
Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi
menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam
Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi
berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu:
Ciri-ciri motivasi
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri :
Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang
cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat
untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam
mengatasi kesulitan belajar.
b. Kemampuan belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek
psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya
pikir, fantasi.
c. Kondisi siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang
mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi
psikologis. Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan
menganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi
lingkungan yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya
dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru
maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna
memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat
menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan
belajar.
Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
Menurut Djamarah (2002:125) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :
a. Memberi angka
Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk
mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.
b. Hadiah
Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah
tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa
belajar.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya
sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah
sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras
bisa jadi karena harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika
mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-
jauh hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan
strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar juga merupakan
sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan
mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan
hasilnya akan terus meningkat.
g. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa
memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan
sekolah Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi
gairah belajar.
h. Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak
akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
j. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu
mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik
baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat
dibangkitkan dengan :membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan
persoalan penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil
yang baik, menggunakan berbagai macam metode menggajar.
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi
dalam penelitian ini adalah :
Sumber : http://sarjanaku.com
Daftar Pustaka – Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli Definisi Fungsi Jenis Sifat
Teori Ciri
Darsono, Max. dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
About these ads
Pengertian Respon
Posted: Mei 11, 2011 in materi kuliah
Kaitkata:afektif, kognitif, pengertian afektif, pengertian enterpreneurship, pengertian psikomotor,
pengertian respon, respon
4
Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan
(respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Gulo (1996), respon
adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil
stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus
dan respon sehingga yang menentukan bentuk respon individu terhadap stimulus adalah
stimulus dan faktor individu itu sendiri (Azwar, 1988). Interaksi antara beberapa faktor
dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh
masa lampau dan sebagiannya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan
seseorang.
Respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif (Azwar,
1988). Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai
atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek
tersebut.
http://pratamasandra.wordpress.com/2011/05/11/pengertian-respon/
sandra pratama sutrisno
Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon
adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di
terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon
adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang
karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika
menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon
terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap
yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau
penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur,
2003).
Defenisi Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan
(Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan.
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari Notoatmodjo, 2003).
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini
disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.
PERILAKU
Klasifikasi perilaku
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
a). Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati
secara jelas.
b). Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan
mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.
Menurut Notoatmodjo (1993) bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi
3 (tiga) jenis yaitu:
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari
luar.
2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari
luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk perilaku manusia yang ada di
dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam
yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan
alam tersebut. Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang
bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku
manusia.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau action
terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Menurut Becker [3]. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi
tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan
(health attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur
seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian.
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi [4] :
2. Sikap terhadap kesehatan sikap yang sehat dimulai dari diri sendiri, dengan
memperhatikan kebutuhan kesehatan dalam tubuh dibandig keinginan.
3. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit
menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan
untuk menghindari kecelakaan.
Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut
Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.[2] Sedangkan Cals dan
Cobb [5] mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit
pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”.
Menurut Skinner [6] perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan
faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan
pelayanan 49kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau
kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat
diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan
masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila
sakit atau terkena masalah kesehatan[7].
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo 2007), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo 2007), faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku, antara lain;
2. Manfaat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang
berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah
mulai timbul.
d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses seperti ini,
dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng.
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo 2007) tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar, dengan cara
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (Synthesis)
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-
proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang
daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka
dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu
atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna
menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah
satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia
mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
e. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran
untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan
itu dapat berdiri sendiri.
f. Informasi
Menurut Wied Hary A (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu
akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo 1997).
5. Pengukuran Pengetahuan
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo,
2005).