4. Teori-teori Motivasi
Setiap pimpinan organisasi pasti mendambakan suatu situasi di mana seluruh anggota
punya gairah kerja dan produktivitas yang tinggi. Untuk mewujudkan situasi tersebut, berbagai
upaya sering telah dilakukan namun dambaan tetap tinggal dambaan, realitas yang ada jauh dari
kenyataan.
Teori motivasi yang telah banyak dicetuskan para pakar pada hakekatnya mengupas
tentang mengapa dan bagaimana orang terlibat dalam perilaku kerja tertentu dan telah
berkembang dari waktu ke waktu.
Robbins (2001) membagi teori motivasi itu menjadi dua bagian yakni teori dini tentang
motivasi, yakni teori-teori yang lahirnya lebih awal, dan teori kontemporer tentang motivasi
adalah deretan teori motivasi yang lebih baru :
1. Teori-Teori Dini tentang Motivasi
a. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow yang menghipotesiskan bahwa pada diri
manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu :
i. Kebutuhan fisiologis (Faali) seperti sandang, pangan, papan, seks, dan
kebutuhan pokok ragawi lainnya.
ii. Kebutuhan rasa aman (Keselamatan dan Perlindungan) terhadap ancaman fisik
dan emosional seperti keamanan, kemerdekaan dan perlindungan.
iii. Kebutuhan sosial seperti berkumpul dan berkawan.
iv. Kebutuhan penghargaan seperti harga diri, otonomi, prestasi, status, pengakuan
dan perhatian.
v. Kebutuhan aktualisasi diri seperti pengembangan potensi secara maksimal.
Terlepas dari kritik yang dijatuhkan, teori jenjang kebutuhan Maslow memiliki implikasi
praktis bagi manajer, karena mampu menawarkan suatu pola yang mudah dipahami dalam
menangani persoalan motivasi di tempat kerja.
b. Teori X dan Teori Y
Douglas Mc.Gregor mengemukakan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, yang
satu pada dasarnya negatif (teori X), sementara yang lain adalah positif (teori Y).
Menurut teori X, manajer mengandaikan karyawan/manusia itu negatif, seperti:
i. Tidak suka pekerjaan
ii. Malas
iii. Tak suka tanggung jawab
iv. Mengedepankan keamanan di atas semua faktor lain. Maka karyawan harus
dipaksa agar diprestasi.
Menurut teori Y, karyawan cenderung positif, seperti :
i. Suka pekerjaan
ii. Kreatif
iii. Bertanggung jawab
iv. Inovatif
Menghadapi tipe karyawan seperti ini manajer tak perlu bertindak otoriter, akan lebih
baik bergaya demokratis.
Suatu kesan yang bisa ditangkap dari teori X dan Y ini ialah bahwa para manajer yang
menerima asumsi teori X tentang manusia dapat mempergunakan pendekatan langsung,
mengendalikan dan mengawasi secara ketat bawahan. Untuk asumsi teori Y para manajer dapat
menawarka sikap membantu, mendukung, dan mempermudah orang-orang dalam
mengembangkan kreativitas.
Valensi, bahwa nilai yang diberikan seseorang pada hasil kerja tersebut.
Secara ringkas, teori ini dapat dinyatakan dalam formula
Teori harapan membantu menjelaskan mengapa banyak sekali pekerja tidak termotivasi pada
pekerjaan mekera dan melakukan sesuatu yang minimal, semata-mata untuk menyelamatkan diri.
Jadi, pemimpin dituntut untuk proaktif dalam teori ini.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Organisasi dengan baik. Penulis berharap makalah ini bisa menjadi bacaan dan
inspirasi yang baik khususnya mahasiswa dan kalangan akademika. Penulis menyadari makalah
ini banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran penulis harapkan untuk memperbaiki makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana,Komang, dkk. Perilaku Keorganisasian. Edisi kedua.Yogyakarta: Graha Ilmu.2009.
Reksohadiprodjo,dkk. Organisasi Perusahaan, Edisi kedua. Yogyakarta:BPFE.1987.
Stephen P. Robbins, Timothy A.Judge. Perilaku Organisasi. Jakarta:Salembe Empat.2015.
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. Edisi 1 cet.1. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.
Proses motivasi terdiri beberapa tahapan proses (Indriyo Gitosudarmo, 1997) sebagai
berikut:
1. Kebutuhan yang belum terpenuhi
Apabila dalam diri manusia itu timbul suatu kebutuhan tertentu dan kebutuhan
tersebut belum terpenuhi maka akan menyebabkan lahirnya dorongan untuk
berusaha melakukan kegiatan.
2. Mencari dan memilih cara-cara untuk memuaskan kebutuhan
Apabila kebutuhan belum terpenuhi maka seseorang kemudian akan mencari jalan
bagaimana caranya untuk memenuhi keinginannya (disini akan terlibat kemampuan,
ketrampilan,pengalaman).
3.
Untuk mencapai tujuan prestasi yang diharapkan maka seseorang harus didukung
oleh kemampuan, keterampilan maupun pengalaman dalam memenuhi segala
kebutuhannya.
4) Melakukan evaluasi prestasi secara formal tentang keberhasilan dalam mencapai tujuan
yang dilakukan secara bertahap
5) Seseorang akan bekerja lebih baik apabila mereka merasa bahwa apa yang mereka
lakukan dihargai dan diberikan suatu imbalan atau ganjaran
6) Dari gaji atau imbalan yang diterima kemudian seseorang tersebut dapat
mempertimbangkan seberapa besar kebutuhan yang bisa terpenuhi dari gaji atau imbalan yang
mereka terima.