LANDASAN TEORI
Menurut Robbins & Coulter (2010:109) menyatakan bahwa motivasi mengacu pada
prosses dimana usaha seseorang diberi energi, diarahkan, dan berkelanjutan menuju
tercapainya suatu tujuan.
Elemen energi adalah ukuran dari intensitas atau dorongan. Seseorang yang
termotivasi menunjukan usaha dan bekerja keras. Namun, kualitas usaha itu juga harus
dipertimbangkan. Usaha tingkat tinngi belum tentu mengarah pada kinerja kerja yang
menguntungkan kecuali usaha tersebut diarahkansesuai dengan tujuan perusahaan.
Meningkatkan motivasi kerja karyawan merupakan hal yang penting dalam sebuah
perusahaan, dan para manager terus mencari jawabannya.
Banyak ilmuan yang berusaha mendefinisikan apa itu motivasi dan seperti apakah
motivasi berpengaruh terhadap seorang individu atau organisasi.
Maslow berpendapat bahwa tiap tingkatan dalam hirarki tersebut harus secara
substansial terpuaskan sebelum hirarki berikutnya menjadi aktif dan setelah
kebutuhan itu secara substansial terpenuhi kebutuhan tersebut tidak bisa lagi
memotivasi perilaku. Dengan kata lain, ketika tiap kebutuhan secara substansial
terpenuhi, kebutuhan berikutnya akan menjadi dominan.
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga kisah yaitu:
• Pencapaian prestasi
• Pengakuan
• Tanggung Jawab
• Kemajuan
• Pekerjaan itu sendiri
• Kemungkinan berkembang
Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik meliputi:
• Upah
• Keamanan kerja
• Kondisi kerja
• Status
• Kebijakan perusahaan
• Mutu hubungan Interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan dan
bawahan.
Menurut Robbins & Coulter (2010:136-147) menyatakan beberapa saran yang dapat
dilakukan untuk memotivasi karyawan:
1. Mengakui perbedaan
Hampir setiap teori motivasi kontemporer mengakui bahwa karyawan tidak
identik. Mereka berbda dalam kebutuhan, sikap, kepribadian dan variabel
individu penting lainnya.
2. Mencocokkan orang dengan pekerjaan
Banyak bukti menunjukan manfaat motivasi dari mencocokkan orang dengan
pekerjaannya secara cermat. Sebagai contoh, seseorang yang berprestasi tinggi
harus memiliki pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi
dalam penetapan tujuan yang cukup menantang da yang melibatkan otonomi
dan umpan balik.
3. Gunakan tujuan
Literatur tentang teori penetapan tujuan menunjukkan bahwa para manajer
harus memastikan para karyawan memiliki tujuan yang sulit dan spesifik, serta
umpan balik tentang seberapa baik usaha yang mereka lakukan dalam
mencapai tujuan tersebut
4. Pastikan bahwa tujuan itu diyakini dapat dicapai
Terlepas dari apakah tujuan sebenernya dapat dicapai, para karyawan yang
merasa tujuan perusahaan tidak dapat dicapai akan mengurangi usahanya
karena karyawan merasa tidak perlu memikirkannya. Oleh karena itu, para
manajer harus memastikan bahwa para karyawan merasa yakin jika usaha yang
meningkat dapat menghasilkan pencapaian tujuan kinerja.
5. Imbalan berdasarkan individu
Karena para karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda, yang bertindak
sebagai penguat untuk seseorang mungkin tidak berlaku untuk yang lainnya.
Para manajer harus menggunakan pengetahuan mereka tentang perbedaan
karyawan untuk membedakan imbalan yang dapat mereka kendalikan, seperti
gaji, promosi, pengakuan, tugas pekerjaan yang diinginkan, otonomi, dan
partisipasi.
6. Kaitkan imbalan dengan kinerja
Manajer perlu membuat imbalan yang terkait dengan kinerja. Faktor imbalan
selain kinerja hanya akan memperkuat faktor – faktor lain. Imbalan – imbalan
yang penting seperti kenaikan gaji dan promosi harus diberikan atas
pencapaian suatu tujuan tertentu.
7. Memeriksa sistem untuk keadilan
Karyawan harus memahami bahwa imbalan atau hasil adalah sama terhadap
input. Pada tingkatan yang sederhana, pengalaman, kemampuan, usaha, dan
input yang lainnya harus bisa menjelaskan perbedaan dalam upah, tanggung
jawab, dan hasil yang lainnya.
8. Gunakan pengakuan
Akui kekuatan pengakuan. Dalam ekonomi yang stagnan dimana terjadi
pemotongan biaya menyeluruh, menggunakan pengakuan berarti cara termurah
untuk menghargai karyawan. Itu merupakan imbalan karena sebagian besar
karyawan menganggapnya berharga.
9. Tunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap karyawan anda
Karyawan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik bagi para manajer yang
peduli kepada mereka. Penelitian yang dilakukan terhadap jutaan karyawan
dan puluhan ribu manajer secara konsisten menunjukkan kebenaran sederhana
ini: organisasi terbaik menciptakan lingkungan kerja yang penuh “kepedulian”.
Ketika para manajer peduli terhadap karyawannya, hasil kinerja biasanya
membaik.
10. Jangan abaikan uang
Sangat mudah untuk terjebak dalam penatapan tujuan, menciptakan pekerjaan
yang menarik, dan memberikan kesempatan berpartisipasi, sehingga membuat
anda lupa bahwa uang adalah alasan utama kebanyakan orang bekerja. Dengan
demikian, peningkatan alokasi gaji berbasis kinerja, bonus bagian pekerjaan,
dan insentif lain penting dalam menentukan motivasi karyawan.
II.3 Pelatihan
1. Hayes & Ninemeier (2009:172) menyatakan bahwa pelatihan adalah proses yang
menyediakan pengetahuan jangka pendek dan jangka panjang dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan dalam pekerjaan.
2. Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala (2010:211) mendefinisikan pelatihan sebagai
bagian yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat
dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori. Sementara itu
keterampilan adalah meliputi pengertian physical skill, intelectual skill, managerial
skill, dan lain-lain.
3. Garry Dessler (2011:280) menyatakan bahwa pelatihan adalah proses mengajar
keterampilan yang dibutuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjaannya.
Menurut Garry Dessler (2009) tujuan pelatihan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sedangkan menurut Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala (2010:217) menyatakan
bahwa manfaat pelatihan adalah:
Menurut Robbert & Coulter (2010:277) metode pelatihan terbagi menjadi 2 yaitu
metode pelatihan tradisional dan metode pelatihan berbasis teknologi.
Program pelatihan bisa dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh pada
lima tingkatan menurut Faustino Cardoso Gomes dalam buku Yuniarsih dan Suwatno
(2009:138-139):
1. Reaction
Ukuran mengenai reaksi ini didesain untuk mengetahui opini dari para peserta
mengenai program pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini dari para peserta
tentang pelatihan ini, terutama didasarkan pada beberapa alasan utama seperti:
• Untuk mengetahui sejauh mana peserta merasa puas dengan program.
• Untuk maksud diadakannya beberapa revisi atas program pelatihan.
• Untuk menjamin agar para peserta yang lain bersikap reseptif untuk
program pelatihan.
2. Learning
Informasi yang ingin diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah untuk
mengetahui seberapa jauh peserta menguasai konsep-konsep, pengetahuan, dan
keterampilan-keterampilan yang diterima selama pelatihan. Ini biasanya
dilakukan dengan mengadakan tes tertulis ( essay atau multiple choice), tes
performasi dan latihan latihan simulasi. Pertanyaan disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup semua isi materi dari semua program pelatihan.
3. Behaviours
Perilaku dari peserta, sebelum dan sesudah pelatihan dapat dibandingkan guna
mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan performasi mereka.
Perilaku atau performasi dari para peserta dapat diukur berdasarkan sistem
evaluasi performasi guna mendapatkan tingkat performasi para peserta yang
dikumpulkan oleh para supervisor masing-masing untuk dibandingkan dengan
performasi sesudah latihan.
4. Organizational Result
Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji
dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan.
Data bisa dikumpulkan sebelum dan sesudah pelatihan atas dasar kriteria
produktivitas, pergantian absen, kecelakaan-kecelakaan, keluhan-keluhan,
perbaikan kualitas, kepuasan klien, dan sejenis lainnya.
5. Cost Creativity
Ini dimaksud untuk mengetahui besarnya biaya yang dihabiskan bagi program
pelatihan, dan apakah besarnya biaya untuk pelatihan tersebut terhitung kecil
atau besar dibandingkan biaya yang timbul dari permasalahan yang dialami
organisasi. Kriteria ini diukur dengan membantu biaya program dengan biaya
permasalahan. Biaya permasalahan adalah biaya yang dapat dilihat, kerugian-
kerugian ekonomi yang dialami oleh suatu organisasi sebagai akibat dari
penggunaan pegawai yang tidak terlatih.
II.4 Kinerja
Menurut Robbins & Coulter (2010:188) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil akhir
dari sebuah aktivitas. Entah aktivitas tersebut adalah berjam-jam latihan intensif sebelum
konser atau balap ataau melaksanakan kewajiban keerja seefisien dan seefektif mungkin,
kinerja adalah apa yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.
Mathis dan Jackson (2006:378) dalam jurnal Amelia (2013) berpendapat bahwa
kinerja (perfomance) pada dasarnya apa yang yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen
yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran atau
absensi, dan kemampuan bekerja sama.
Menurut Mathis & Jackson (2006:113) dalam jurnal Nabilah (2012) menyatakan
bahwa kinerja para karyawan adalah faktor awal dari keberhasilan organisasi untuk
mencapai tujuannya. Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu:
1. Kemampuan individual
Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat dan faktor
kepribadian. Tingkat keterampilan, merupakan bahan mentah yang dimiliki
seseorang karyawan berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan
interpersonal, dan kecakapan teknis. Dengan demikian, kemungkinan seorang
karyawan mempunyai kinerja yang baik, jika karyawan tersebut memiliki
tingkat keterampilan baik maka karyawan tersebut akan menghasilkan yang baik
pula.
2. Usaha yang dicurahkan
Usaha yang dicurahkan dari karyawan bagi perusahaan adalah etika
kerja, kehadiran dan motivasinya. Tingkat usahanya merupakan gambaran
motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
baik. Dari itu kalaupun karyawan mempunyai tingkat keterampilan untuk
mengerjakan pekerjaan, akan tetapi tidak akan
bekerja dengan baik, jika hanya sedikit upaya. Hal ini berkaitan dengan
perbedaan antara tingkat keterampilan dan tingkat upaya. Tingkat keterampilan
merupakan cermin dari apa yang dapat dilakukan, sedangkan tingkat upaya
merupakan cermin apa yang diusahakan untuk dilakukan.
3. Dukungan Organisasional
Dalam dukungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas bagi
karyawan meliputi pelatihan dan pengembangan, peralatan, teknologi dan
manajemen. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah apa yang mempengaruhi
sebanyak mereka memberikan kontribusi pada organisasi.
II.4.3 Penilaian Kinerja
Menurut Kuratko & Hornsby (2009:243) penilaian kinerja adalah formal, penilaian
sistematis dari seberapa baik karyawan bekerja dalam menyelesaikan tugasnya sesuai
dengan standar. Tujuan dari penilaian kinerja ini adalah untuk menghasilkan manajer
dan karyawan dengan umpan balik tentang seberapa baik hasil terakhir yang dilakukan.
Penilaian kinerja juga membantu menentukan tindakan yang harus diambil untuk
peningkatan seperti misalnya promosi, pelatihan, pemberhentian. Dalam ukuran besar,
penilaian kinerja adalah proses primer untuk mengevaluasi dan mengembangkan
kinerja organisasi.
Sistem penilaian kinerja yang telah di desain dengan baik memiliki karakteristik
sebagai berikut:
Untuk melakukan penelitian ini, maka dilakukan penelurusuran lebih lanjut dari
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Berikut ini adalah penelitian terdahulu :
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan keamanan
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan r1
penghargaan Kinerja (Y)
5. Kebutuhan aktualisasi
diri 1. Kemampuan individual
2. Usaha yang dicurahkan
Maslow (2010) 3. Dukungan
r3 R
organisasional
Pelatihan (X2)
Robert L.Mathis & John
1. Instruktur H.Jackson (2006) dalam
2. Materi jurnal Nabilah (2012)
3. Metode pelatihan
4. Tujuan
II.7 Hipotesis
Untuk T-1:
Untuk T-2:
Untuk T-3:
H0 : Tidak adanya hubungan antara motivasi dan pelatihan terhadap kinerja karyawan
di Restoran City Hall Kedai Kopi.