Anda di halaman 1dari 11

MOTIVASI BERPRESTASI DALAM KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan atau kegiatan berwirausaha dapat dikatakan membantu perkembangan


perekonomian Negara dengan menyediakan pekerjaan dan memproduksi barang dan jasa bagi
konsumen dalam negeri maupun di luar negeri (Ade,2009a). Kewirausahaan di pandang sebagai
fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Proses kewirausahaan
diawali oleh inovasi yang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal misalnya Locus of Control, toleransi nilai-nilai, pendidikan, pengalaman.
Sedangkan faktor eksternal berupa peran, aktivitas, peluang, organisasi, dan keluarga.
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa
kewirausahaan adalah identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau
wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya
dimiliki oleh usahawan namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak
inovatif.
Seorang wirausahawan  yang berhasil selalu mampu dan memiliki kompetensi untuk
menghadapi setiap resiko atau peluang yang muncul. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki
wirausahawan agar dapat menjalankan kegiatan wirausaha dengan baik menurut (Ade,2009b)
antara lain: 1) percaya diri, 2) berorientasikan tugas dan hasil, 3) sikap pengambil resiko,4)
kepemimpinan, 5) keorisinilan, 6) berorientasi ke masa depan, 7) jujur dan tekun. Keseluruhan
karakteristik tersebut dapat dicapai hanya bila wirausahawan memiliki motivasi untuk
menjadikan usahanya berhasil. Oleh sebab itu, penulis ingin mengungkapkan keterkaitan antara
motivasi berprestasi dengan kewirausahaan dalam makalah ini yang berjudul “Motivasi
Berprestasi Kewirausahaan”

A.    Inti dan Hakekat Kewirausahaan


Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru
seperti mesin uap, mesin pemintal, dan lain-lain. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan
perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan
utama. Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya tenaga penggerak, siasat, proses untuk mencapai peluang
menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang
(Drucker,1959). Suryana (2003) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengolahan sumber daya
dengan cara-cara baru dan berbeda melalui  :
1.      Pengembangan teknologi baru.
2.      Penemuan pengetahuan ilmiah baru.
3.      Perbaikan produk barang dan jasa yang ada.
4.      Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya
lebih efisien.
Beberapa Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961) adalah :
1. Innovating Entrepreneurshif
Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktikkan transformasi-transformasi
atraktif
2. Imitative Entrepreneurshi
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneurship.
3. Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan
peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut,
mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship Drone (Malas)
Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-
perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersebut akan mengakibatkan mereka
merugi diandingkan dengan produsen lain.
Proses kewirausahaan diawali dengan suatu aksioma,yaitu adanya tantangan. Dari tantangan
akan timbul gagasan, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif. Yang selanjutnya berujung pada
proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Tahap proses penciptaan yang baru dan
berbeda itulah yang disebut Tahap Kewirausahaan.
Beberapa ciri dan watak dari seorang wirausahawan menurut Gooffrey G. Meredith (1996; 5-6)
antara lain:
1.      Ciri dan Watak
a. Percaya diri
Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan
inisiatif.
c. Pengambilan resiko
Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan.
d. Kepemimpinan
Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan
kritik.
e. Keorisinilan
Inovatif dan kreatif serta fleksibel.
f. Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, perspektif.
g. Jujur dan tekun
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja.
Fungsi dan peran kewirausahaan dapat dilihat dari dua pendekatan. Yaitu secara mikro dan
makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (innovator) dan
perencana (planner). Secara wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan,
dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu Negara.
Modal kewirausahaan tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang
dan barang, tetapi juga modal yang tak berwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal
sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi agama. Secara garis besar modal
kewirausahaan dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu modal intelektual, modal sosial dan
moral, modal mental, serta modal material.

B.     Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan atu aktivitas untuk mencapai tujuan (Crow.A,1983). Sedangkan menurut Teeven dan
Smith (1967) motivasi merupakan konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen
yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu disebut motif.
Motivasi yang terdapat dalam individu akan terealisir dalam suatu perilaku yang mengarah pada
tujuan yang diinginkan untuk memperoleh kepuasan. Atas dasar pendapat di atas dapat
dinyatakan bahwa motif ataupun motivasi dapat memberikan kekuatan, dorongan,
untuk menggerakkan diri seseorang dalam perilaku tertentu dan sekaligus memberikan arahan
terhadap diri seseorang untuk merespon atau melakukan kegiatan ke arah pencapaian tujuan.

C.    Pengertian Motivasi Berprestasi


Motivasi  berprestasi merupakan sebagai dorongan yang berhubungan dengan prestasi yaitu
menguasai, mengatur lingkungan sosial, atau fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas
kerja yang tinggi, bersaing melebihi prestasi yang lampau dan mempengaruhi orang lain (Hall
dan Lindzey). Sedangkan motivasi berprestasi itu sendiri merupakan motif yang mendorong
individu dalam mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa
ukuran keberhasilan, yaitu dengan membandingkan prestasinya sendiri sebelumnya maupun
dengan prestasi orang lain (Mc Clelland dan Heckhausen). Individu yang mempunyai motif
berprestasi yang tinggi mempunyai motif untuk meraih sukses.
D.    Teori Motivasi Berprestasi
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan hierarki
kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan
tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan
(security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).
David C. McClelland (1971) mengelompokan kebutuhan (needs), menjadi tiga, yakni:
1.      Need for achievement (n’Ach): The drive to axcel, to achieve in relation to a set of
standard, to strive to succeed.
2.      Need for power (n’Pow); The need to make other behave in a way that they would not have
behaved otherwise.
3.      Need for affiliation (n’Aff): The desire for friendly and close interpersonal relationships.
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki
motivasi  berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2.      Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3.      Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4.      Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5.    Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang
diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu
menghindari tantangan yang sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan, dan
menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan
cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain.
Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama
daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan
yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederik Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene mengemukakan
bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan dua faktor dasar motivasi
yang menentukan keberhasilan kerja, yaitu faktor yang membuat orang lain merasa puas
(satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas (dissatisfaction). Faktor internal
yang membuat orang memperoleh kepuasan kerja (job- satisfaction) meliputi prestasi
(achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan (the work itself), tanggungjawab
(responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang (possibility of growth).
Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah, keamanan
kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu hubungan
interpersonal (Gibson, 1990:95).
Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964) dalam teorinya yang disebut
teori harapan (expectancy theory). Ia mengemukakan bahwa “The strength of a tendency to act
in a certain way depend on the strength of an expectation that an act will be followed by a given
outcome and actractiveness of that outcome to the individual”. Kecenderungan yang kuat untuk
bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari
tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada
tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu (1) Attractiveness, merupakan imbalan yang
diperoleh dari pekerjaan, (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang
diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan
kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori harapan (expectancy theory), yaitu:
1.     

P = f (M x A)

Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara motivasi (M) dan ability (A).

2.     

 M = f (V1 x E)       

Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama (V1) dengan expectancy (E).

3.     

 V1 = f (V1 xi) 1)       

Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah valensi yang melekat pada
perolehan tingkat kedua dengan instrumental (I).
Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif, yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energi.
2.      Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan
untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
pencapaian tujuan itu.

Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang berhasrat menjadi
wirausaha? Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgess (1993:6) ada tujuh motif :
1.    The desire for higher income.
2.    The desire for more satisfying career.
3.    The desire to be self-directed.
4.    The desire for the prestige that comes to being a business owner.
5.    The desire to run with a new idea or concept.
6.    The desire to build long-term wealth.
7.    The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.
Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8),
dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni:
1. Alasan keuangan, yakni untuk mencari nafkah untuk menjadi kaya, untuk mencari
pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial, yakni untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan
dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang
banyak.
3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar
masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan
keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami atau istyri, untuk membahagiakan ayah
dan ibu.
4.  Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau mandiri, untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk
menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu:
1.        Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.
2.        Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.
3.        Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
4.        Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.

E.     Keterkaitan antara Motivasi Berprestasi dengan Kewirausahaan


Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan, dengan kata lain motivasi berfungsi sebagai pendorong
usaha dalam pencapaian prestasi. Hal ini berarti motivasi berprestasi sangat diperlukan oleh
seorang wirausahawan untuk memajukan usahanya. Oleh sebab itu, dengan memiliki motivasi
berprestasi dalam menjalankan wirausaha seorang wirausahawan akan mampu berpikir inovatif,
dan kreatif serta memiliki semangat juang (motivasi berprestasi) dalam mengembangkan usaha
yang dirintisnya.
Contohnya seorang wirausahawan konveksi busana muslim anak-anak di Surabaya. Pada
awalnya dia memulai usaha koveksi busana muslim anak-anak tebatas hanya di daerah sekitar
tempat tinggalnya. Bahkan kegiatan produksi yang dalam hal ini menjahit busana muslim
dikerjakannya sendiri secara langsung. Hal ini disebabkan terbatasnya modal yang dimiliki dan
kurangnya kepercayaan diri untuk mencoba memasarkan busana muslim anak-anak tersebut di
luar kota tempat tinggalnya. Namun hal ini mulai berubah ketika dia mendapatkan pesanan baju
busana musim dari luar daerah tempat tinggalnya. Peristiwa ini mampu menumbukan motivasi
berprestasi pada pengusaha tersebut yang pada akhirnya mendorongnya untuk mengajukan
pinjaman di bank untuk mengajukan usahanya. Tidak berhenti sampai di situ, wirasahawan
tersebut semakin intens mencari ide-ide baru untuk mengembangn motif dan model produk
busana muslimnya. Saat ini wirausahawan tersebut telah mampu memasarkan produknya ke
kota-kota besar di Pulau Jawa (“Program Hidup Ini Indah” Trans TV, 2009)
Pengembangan motivasi berprestasi dalam rangka mengembangkan mental kewirausahaan akan
menghasilkan manusia yang memiliki potensi, produktif, dan tangguh dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Dengan demikian keberadaan motivasi berprestasi dapat memberikan dorongan
untuk mencapai penghargaan dan kepuasan yang mengarah pada usaha di masa datang.
Mc Clelland menggunakan istilah n-Ach (Need for Achievement) atau motivasi berprestasi yaitu
kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi; motif berprestasi ditemukan pada suatu macam
pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu yang baik atau melakukan sesuatu dengan
lebih baik daripada yang sebelumnya, lebih efisien dan lebih cepat, kurang menggunakan tenaga
dengan hasil baik dan sebagainya.
Ukuran keunggulan adalah dapat berupa prestasi orang lain maupun prsetasi diri individu
tersebut sebelumnya. Sebagai contoh setiap orang diminta mengemukakan pikirannya secara
spontan: Si A bercerita, seorang pemuda yang sedang belajar untuk ujian, namun sulit
memusatkan pikirannya karena selalu teringat akan pacarnya, sedangkan si B bercerita mengenai
seorang anak muda yang tekun berusaha mendapatkan angka yang baik dalam ujian, karena ia
ingin masuk sekolah kejuruan, Ia bekerja sampai jauh malam takut kalau kurang berhasil dan
lain-lain. Si B jelas memiliki pikiran-pikiran yang ber n-Arch  lebih banyak daripada si A dan
mendapatkan angka yang lebih tinggi. Metode yang didapatkan dalam hal ini adalah pemikiran-
pemikiran yang sedemikian itu boleh dikatakan jitu dan obyektif (Wyner, 1984).
Witterbootom menyatakan bahwa anak yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi didapatkan
pada keluarga yang orang tuanya telah melatih anaknya untuk berdiri sendiri dan menguasai
kecakapan tertentu. Namun menurut Heckhausen dinyatakan motivasi berprestasi bukan
diakibatkan dari latihan berdiri sendiri sedini mungkin akan tetapi latihan pada umur delapan
tahun. Latihan dini untuk percaya pada diri sendiri dapat membantu motif berprestasi hanya
apabila itu sesuai dengannya (Heckhausen, 1966). Di samping itu Heckhausen menerima dan
berusaha mengembangkan teori McClelland tentang motivasi berprestasi ke arah kognitif. Ia
mendefinisikan motif berprestasi sebagai suatu usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan
kecakapan-kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan suatu ukuran
keunggulan yang dilakukan sebagai pembanding dalam melakukan aktivitas tersebut. ada dua
kemungkinan yaitu "berhasil atau gagal".
Di dalam memberikan penilaian terdapat tiga ukuran keunggulan :
1. Yang berhubungan dengan tugas, yaitu menilai berdasarkan kesempurnaan hasil.
2. Berhubungan dengan diri sendiri, yaitu membandingkan dengan hasil diri-sendiri, atau
prestasi sendiri sebelumnya.
3. Berhubungan dengan orang lain, membandingkan hasil dengan hasil orang lain.

Dikemukakan pula bahwa motivasi berprestasi mempunyai beberapa disposisi penilaian :


1. Jika motif berprestasi lebih kuat, perbedaan antara bayangan diri yang nyata dan ideal
akan lebih besar.
2. Orang berorientasi sukses akan lebih mengharapkan kemungkinan sukses, dan yang
berorientasi gagal, akan lebih mengharapkan kemungkinan kegagalan dalam mencapai
prsetasi.
3. Tingkat apresiasi yang berorientasi antara sukses biasanya hanya sedang dan yang
berorientasi gaga; biasanya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
4. Subyek yang bermotivasi sukses sebagai akibat faktor yang mantap, seperti kemampuan
dan menganggap kegagalan bukan kareana faktor tersebut akan tetapi sebagai akibat
kurangnya usaha : monumental.

F     Sikap Motivasi Berprestasi dalam Kewirausahaan


Istilah entrepreneur atau kewiraswastaan atau kewirusahaan dapat diartikan sebagai suatu
kepribadian sikap kemampuan berwirausaha atau kemampuan yang unggul dalam menciptakan
suatu usaha. Darustam dkk (1994), menyatakan bahwa di Indonesia wiraswasta adalah
entrepreneur yang berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu pembinaan kewiraswastaan terletak
pada
1.    Pembentukan sikap mental maju.
2.    Membersihkan diri dari sikap mental negatif.
3.    Membentuk sikap mental positif.
Seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan menempuh usaha dengan
segala resiko dan diambil atau dihadapi dalam memperjuangkan usahanya mencapai
keberhasilan atau dinyatakan berprestasi. Dalam hal ini kemampuan seorang wirausahawan
harus mampu berpikir kreatif dan inovatif serta memiliki semangat juang (mitivasi berprestasi)
yang tinggi, sehingga mampu menanggung resiko dalam setiap pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, seseorang haruslah memiliki :
1.    Ketrampilan berpikir kreatif.
2.    Ketrampilan dalam mengambil keputusan.
3.    Ketrampilan dalam kepemimpinan.
4.    Ketrampilan manajerial.
5.    Ketrampilan dalam bergaul antar manusia (human relation).
Untuk dapat mengembangkan diri individu tersebut, (Darustam dkk, 1995) harus berupaya
melalui :
1.    Pendidikan belajar sendiri.
2.    Berlatih diri berwiraswasta / wirausaha.
3.    Membentuk mental yang selalu ingin maju.
4.    Percaya diri sendiri.
5.    Melalui kebiasaan bersedia rajin berupaya.
Dalam kaitannya dengan pengembangan mental wirausaha maka diperlukan pula pengembangan
sumber daya manusia yang diharapkan sukses sebagai seorang wiraswastaan. Mereka
hendakmya memiliki sikap mental :
1.    Penuh gagasan, ide.
2.    Penuh inisiatif dan prakarsa.
3.    Penuh daya cipta dan kreativitas.
4.    Memiliki self motivation yang tinggi.
5.    Dapat bekerja sama.
6.    Tahu apa maunya hidup ini.
7.    Tahu menghitung resiko.
8.    Mampu mencegah hambatan mental.
9.    Selalu meningkatkan ketrampilan dan salesmanship.
Atas dasar pendapat diatas dapat digambarkan hendaknya para wirausahawan di samping
memiliki kemampuan managerial skill juga harus memiliki kemampuan mental yang tangguh,
selalu ingin maju, sukses atau dengan istilah lain mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi
dalam mengaktualisasikan kemampuannya dan harapannya.
Enam sifat individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut Heckhausen antara
lain:
1.    Lebih mempunyai kepercayaan dalam menjalankan tugas yang berhubungan dengan
prestasi.
2.    Mempunyai sikap yang berorientasi ke masa depan dan lebih dapat menangguhkan
pemuasan untuk dapat menjalankan penghargaan.
3.    Memilih tugas yang kesukarannya sedang.
4.    Tidak suka membuang-buang waktu.
5.    Dalam mencari pasangan lebih suka yang memiliki kemauan dari pada simpatik.
6.    Lebih tangguh dalam suatu tugas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi antara lain:
1.Inteligensi
Inteligensi adalah kemauan mental yang kompleks yang ada pada diri seseorang. Makin tinggi
inteligensi seseorang maka akan semakin cepat dan cermat dalam membaca, memahami dan
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan semakin tinggi pula tingkat kreativitas yang
dilakukan untuk berprestasi.
2.Kebutuhan dan Pendidikan
Tingkat pendidikan serta variasi, macam keilmuan yang dikuasai akan melatarbelakangi sikap
hidup, konsep diri dan perilaku seseorang dalam menghadapi macam dan tingkat kebutuhan baik
yang berasal dari dalam diri maupun dari luar individu dalam kehidupan sehari-hari.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin luas cakupan pengetahuan yang dikuasai atau
diperolehnya baik secara teoritis maupun praktis.

G.    Cara Menumbuhkan Motivasi Berprestasi dalam Berwirausaha


Motivasi berprestasi sangat dibutuhkan dalam berwirausaha. Karena dengan memiliki motivasi
berprestasi akan menumbuhkan inovatif, kreatif, serta semangat untuk memajukan usaha yang
dikelola.
Berikut adalah alur yang menunjukkan keterkaitan antara motivasi dengan kewirausahaan.
Beberapa cara menumbuhkan motivasi berprestasi dalam berwirausaha antara lain:
1. Dengan paksaan (by force) atau melalui perintah atau instruksi bersifat memaksa. Pada
awalnya subyek akan melakukan tugas didasarkan pada rasa takut apabila menolak tugas
tersebut. Metode ini sangat tepat dilaksanakan oleh mentor/coach kepada orang yang
ingin maju tetapi tidak menyadari potensi raksasa di dalam dirinya
2. Dengan persuasif (persuasion) melalui cerita-cerita yang menarik, sehingga subyek
terpikat dan atas kemauan sendiri meniru gambaran tentang keberhasilan orang lain.
Metode ini tepat untuk menumbuhkan motivasi wirausahawan yang belum banyak
memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang kewirausahaan.
3.  Dengan stimulasi (stimulation) melalui gambaran dan petunjuk, sehingga subyek
tertarik dan timbul inisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya. Metode stimulasi ini akan lebih baik, bila diterapkan pada subyek
yang sudah memahami permasalahan kewirausahaan.
4.  Belajar dari konsep 3M
a.          Mulai dari yang kecil
b.         Mulai dari diri sendiri
c.          Mulai saat ini juga

Anda mungkin juga menyukai