Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah perencanaan, pengorganisasian,


pengoperasian, dan pengambilan risiko dari suatu usaha bisnis. Seorang
wirausahawan adalah seseorang yang terlibat dalam kewirausahaan.

Apa yang membedakan seorang wirausahawan dengan yang lain? Yang


membedakan adalah kemampuannya mengambil faktor-faktor produksi seperti
lahan, tenaga kerja, dan modal, dan menggunakannya untuk memproduksi
barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau
tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lainnya.

Wirausahawan berbeda dengan manajer. Seorang manajer bisa menjalankan


usah milik orang lain dan mengolah sumber daya orang lain. Namun seorang
wirausaha mempertaruhkan sumber dayanya sendiri dan mengambil risiko
pribadi demi keberhasilan atau bahkan kegagalan dari usaha yang dijalaninya.
Manajer juga mengurusi koordinasi proses produksi yang sudah berjalan.
Sementar menurut Paul H. wilken, kewirausahaan adalah “Fenomena yang
terputus-putus, muncul untuk mengawali perubahan dalam proses produksi dan
kemudian hilang sampai muncul lagi untuk mengawali perubahan yang lain.

Salah satu perbedaan mencolok antara para wirausahawan dengan para


pekerja adalah wirausahawan selalu berpikir untuk menciptakan bisnis
(business cretion) sementara para pekerja berpikir mencari pekerjaan. Para
wirausahawan ini sangat bersemangat bila diajak berbicara tentang penciptaan
bisnis dan gagasan bisnis baru.

1.2 Tujuan Makalah


1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan.
2. Mengetahui bagaimana cara menjadi seorang wirausahaan.
3. Mengetahui keuntungan serta kerugian dalam menjalankan usaha.

1
BAB II

TINJUAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kewirausahaan

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard


Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri istilah kewirausahaan telah dikenal
sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20.
Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di
Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis
sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan
sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau
manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika
Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, kewirausahaan
dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu
saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis
ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun
pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi
berkembang.

2.2 Inti dan Hakikat Kewirausahaan

Kewirausahaan (Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses


mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan
memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena
berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya,
mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).
Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan
menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko
atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963)
kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam
sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979)

2
3

kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau


melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum
teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui
sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan
kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa
seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda
dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa,
persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku
sebagai manusia unggul.

2.3 Sikap Kewirausahaan


 Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
 Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki
ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja
keras, energik dan memiliki inisiatif.
 Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
 Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain
dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
 Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan
memiliki jaringan bisnis yang luas.
 Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa
depan.
 Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
2.4 Modal Kewirausahaan
 Modal Intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai
modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
komitmen, dan tanggung jawab sebagai modal tambahan.
 Modal Sosial dan Moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan
kepercayaan, sehingga dapat terbentuk citra.
 Modal Mental aadalah kesiapan mental berdasarkan landasan
agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi
resiko dan tantangan.
 Modal Material adalah modal dalam bentuk uang atau barang.
Modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal
diatas.
2.5 Karakteristik Kewirausahaan
4

Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang


berbeda-beda. Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6), misalnya, mengemukakan
ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut:
Karakteristik :
- Percaya diri dan Optimis.
- Berorientasi pada tugas dan hasil.
- Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan.
- Kepemimpinan.
- Keorisinalan.
- Berorientasi masa depan.
Watak :
- Memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak tergantung pada orang lain,
dan individualisme.
- Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan
kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
- Mampu mengambil resiko yang wajar.
- Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan
terbuka terhadap saran serta kritik.
- Inovatif , kreatif, dan fleksibel.
- Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.

Ciri-ciri Umum Kewirausahaan

 Memiliki motif berprestasi tinggi


 Memiliki perspektif ke depan
 Memiliki kreatifitas tinggi
 Memiliki sifat inovasi tinggi
 Memiliki komitmen terhadap pekerjaan
 Memiliki tanggung jawab
 Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain
 Memiliki keberanian menghadapi resiko
 Selalu mencari peluang
 Memiliki jiwa kepemimpinan
 Memiliki kemampuan manajerial
 Memiliki kemampuan personal.

2.6 Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan


5

David C. McClelland (1961: 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan


ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai, dan status
kewirausahaan atau keberhasilan. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal meliputi hak kepemilikan (property right-PR),
kemampuan/kompetensi (ability/competency-C), dan insentif (incentive-I),
sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment-E). Menurut
Ibnoe Soedjono, karena kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi,
perasaan dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan
yang ada, amka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif
merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi,
kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan
dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan berani
menghadapi resiko untuk memperoleh peluang.

2.7 Faktor-faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Berwirausaha


Penyebab Keberhasilan Berwirausaha:
o Kemampuan dan kemauan
o Tekad yang kuat dan kerja keras
o Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada
kesempatan
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor
yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
o Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab
utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
o Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan
mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya
manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi
perusahaan.
o Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat
berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan
adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas
menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan
perusahaan tidak lancar.
6

o Gagal dalam perencanaan.


Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali
gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam
pelaksanaan.
o Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat
mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang
efisien.
o Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas.
Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak
efisien dan tidak efektif.
o Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan
mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal.
Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
o Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi
kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan
perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.
Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila
berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan
setiap waktu.
Beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan
menurut Zimmerer (1996-7):
- Pendapatan yang tidak menentu
- Kerugian akibat hilangnya modal investasi
- Perlu kerja keras dan waktu yang lama
- Kualitas hidup yang tetap rendah meskipaun usahanya telah berhasil

2.8 Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha


Keuntungan Berwirausaha
o Otonomi yaitu pengelolaan yang bebas dan tidak terikat
membuat wirausaha menjadi seorang “bos” yang penuh
kepuasan.
7

o Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tangtangan awal


atau perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal yang
menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha
yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi
wirausaha.
o Kontrol finansial. Wirausaha memiliki kebebasan untuk
mengelola keuangan dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
Kerugian Berwirausaha
o Pengorbanan persoanal. Pada awalnya, wirausaha harus bekerja
dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu yang
tersedia
o Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua
fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personal, maupun
pengadaan dan pelatihan.
o Kecilnya margin keuntungan dan besarnya kemungkinan gagal.
Karena wirausaha menggunakan sumber daya miliknya sendiri,
maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil.

2.9 Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan

Menurut Zimmererr (1996) untuk mengembangkan keteramplan berfikir,


seseorang menggunakan otak sebelah kanan. Sedangkan untuk belajar
mengembangkan ketrampilan berpikir digunakan otak sebelah kiri, ciri-cirinya :

- Selalu bertanya : Apa ada cara yang lebih baik?


- Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan kebiasaan rutin.
- Mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda.
- Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang
benar.
- Melihat kegagalan dan kesalahan sebagai jalan untuk mencapai sukses.
- Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk
menghasilkan pemecahan inovasi.
- Memiliki ketrampilan helicopter yaitu kemampuan untuk bangkit di atas
kebiasaan rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang lebih
luas kemudian memfokuskannnya pada kebutuhan untuk berubah.

2.10 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan


8

Manajemen kewirausahaan menyangkut semua kekuatan perusahaan yang


menjamin bahwa usahanya betul-betul eksis. Bila bahasa baru ingin berhasil ,
maka wirausaha harus memiliki empat kompetensi, diantaranya:

1) Fokus pada pasar, bukan pada teknologi.


2) Buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya
perusahaan.
3) Bangun tim managemen, buakn menonjolkan perorangan.
4) Beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu.
Jika managemen kewirausahaan menyangkut lingkungan internal
perusahaan, maka strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian kemampuan
internal dan aktivitas perusahaan dengan lingkukngan eksternal, dimana
perusahaan harus bersaing dengan menggunakan kepetusan-keputusan strategis.
Dalam melakukan strategi usahanya, wirausaha biasanya menggunakan salah
satu strategi dari empat strategi, sebagai berikut:

1). Berada pertama di pasar dengan prodek dan jasa baru.


2). Posisikan produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar yang tidak
terlayani.
3). Fokuskan barang dan jasa pada relung yang kecil tetapi bisa bertahan.
4). Mengubah karakteristik produk, pasar atau industri.

2.11 Imbalan dalam Wirausaha

Tiap orang tertarik kepada kewirausahaan karena berbagai imablan yang


dapat dikellompokkan dalam tiga kategori dasar : Laba, kebebasan, dan
kepuasan dalam menjalani hidup.

a. Imbalan Berupa Laba

Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak hanya mengganti


kerugian waktu dan uang yang diinvestasikan tetapi juga memberikan
imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam
mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Dengan demikian imbalan
berupa laba merupakan motofasi yang kuat bagi wirausaha tertentu.

Laba adalah salah satu cara dalam mempertahankan nilai


perusahaan. Beberapa wirausaha mungkin mengambil laba bagi dirinya
9

sendiri atau membagikan laba tersebut, tetapi kebanyakan wirausaha


puas dengan laba yang pantas.

b. Imbalan Berupa Kebebasan

Kebebasan untuk menjalankan perusahaannya merupakan imbalan


lain bagi seorang wirausaha. Hasil survey dalam bisnis berskala kecil
tahun 1991 menunjukkan bahwa 38% dari orang-orang yang
meninggalkan pekerjaan nya di perusahaan lain karena mereka ingin
menjadi bos atas perusahaan sendiri. Beberapa wirasuaha menggunakan
kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadnya
secara fleksibel. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan
fleksibiltas disatu sisi saja. Akan tetapi wirausaha menghargai
kebebasan dalam karir kewirausahaan, seperti mengerjakan urusan
mereka dengan cara sendiri, memungut laba sendiri dan mengatur
jadwal sendiri.

c. Imbalan Berupa Kepuasan Dalam Menjalani Hidup

Wirausaha sering menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan


dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Pekerjaan yang mereka lakukan
memberikan kenikmatan yang berasal dari kebebasan dan kenikmatan
ini merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada barang dan jasa
perusahaan. Banyak perusahaan yang dikelolah oleh wirausaha tumbuh
menjadai besar akan tetapi ada juga yang relative tetap berskala kecil.

GOLONGAN WIRAUSAHA DAN PENGUSAHA


* Golongan Pengusaha Besar
Pengusaha Besar adalah seseorang yang Memiliki modal yang besar untuk
berbisnis sampai ke mancanegara dan biasa nya memiliki banyak karyawan.
Contoh Pengusaha Besar : Pengusaha Penjualan Konstruksi Bangunan
“Krakatau Steel Cilegon”
* Golongan Pengusaha Menengah
Menengah adalah Seseorang yang memiliki modal yang lumayan, biasa nya
target untuk pengusaha Menengah adalah pasaran lokal yang berada di
negara sendiri, pengusaha menengah pun memiliki beberapa orang
karyawan tetapi tidak sampai sebanyak pengusaha Besar.
10

Contoh Pengusaha Menengah adalah : Pengusaha Restaurant yang Berada


di Pantai Indah Kapuk.
* Golongan Pengusaha Kecil
Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang biasanya target berada di dalam
lingkup sekitar lingkungan nya saja, dan biasanya modal yang di butuhkan
tidak besar ataupun harus memiliki seorang karyawan yang terdapat pada
golongan besar dan menengah,
Contoh Pengusaha Kecil: Penjual Gorengan yang berada di sekitar kita,
ataupun Penjual Nasi Uduk.
BAB III

PEMBUATAN KUE LAPET


3.1 Sejarah Singkat Lapet

Kue lapet (dibaca kue lappet) adalah jajanan tradisional khas Batak yang
berasal dari Tapanuli. Kue ini biasanya dibentuk menyerupai limas dan
dibungkus daun pisang, proses pembuatannya tidak begitu rumit, dimulai dari
tepung beras, kelapa parut yang tidak terlalu tua dan dicampur. Menyusul
parutan gula merah atau gula aren, dan air secukupnya. Setelah merata seluruh
adonan, kemudian dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus hingga matang.

3.2 Alat dan Bahan


- Daun Pisang
- Tepung Beras
- Gula Merah
- Gula Putih
- Air
- Kelapa Parut

3.3 Cara pembuatan


a. Kukus terlebih dahulu tepung beras selama 15-20 menit dalam panci.
b. Dinginkan tepung yang sudah dikukus, campurkan tepung beras 2:1
dengan kelapa parut.
c. Tambahkan air hangat sedikit dan tambahkan gula putih sesuai selera.
d. Aduk adonan hingga tercampur rata.
e. Setelah tercampur rata, buat bentuk daun pisang menjadi segitiga.
f. Masukan adonan, kemudian isi dengan potongan kecil gula merah dan
tutup kembali daun pisang.
g. Setelah adonan sudah terbungkus, kukus kembali dalam panci selama
30 menit.
h. Kue lapet siap disajikan.

11
3.4 Perhitungan Kerugian/Keuntungan

Harga Bahan :

1 L Beras : Rp 9.000,00
¼ Gula Merah : Rp 4.000,00
¼ Gula Putih : Rp 4.000,00
1 Buah Kelapa : Rp 7.000,00
jumlah Rp 24.000,00

Harga @ kue lapet : Rp. 2.500,00


1L Beras = 30 buah kue lapet
1L Beras 30 x Rp. 2.500,00 = Rp 75.000,00

Hitungan Estimasi Harga penjualan @pesanan = 3 Liter

3L Beras = 3 x 30 buah = 90 buah

3L Beras 90 x Rp. 2.500,00 = Rp. 225.000,00

Pengeluaran yang dikeluarkan dalam 1L Beras : Rp. 24.000,00


Pengeluaran yang dikeluarkan dalam 3L Beras : 3 x Rp. 24.000,00
: Rp. 72.000,00

Keuntungan yang dihasilkan dalam 1L Beras : Rp 75.000,00


Keuntungan yang dihasilkan dalam 3L Beras : Rp. 225.000,00
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan


kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business
Administration. bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki
sifat-sifat kepribadian.

Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang


inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat
benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar,
mempunyai semangat.

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha


karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement
motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat
untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

4.2 Saran

Disarankan bagi mahasiswa yang nantinya akan memulai berwirausaha


untuk meneladani dan dapat mencontoh sikap, karakteristik, dan sebagainya
dari apa yang tertulis di Bab Pembahasan di atas. Seorang wirausaha memang
perlu untuk menghadapi sebuah risiko, karena dari proses risiko itu sendiri
nantinya akan membawa sesuatu yang besar. Dan juga semangat, kerja keras,
ulet, serta tidak putus asa sikap yang sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha
agar terus berkarya dengan usaha yang di jalankannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015.Makalah Kewirausahaan. Tersedia di:

http://liyabagiinfo.blogspot.co.id/2015/06/makalahkewirausahaan.html?
m=1 [diakses pada 18 April 2017]

Anonim.2013.Makalah Konsep Dasar Kewirausahaan. Tersedia di:

http://ahmadarkam.wordpress.com/2013/03/16/makalah-konsep-dasar-
kewirausahaan/ [diakses pada 18 April 2017]

14

Anda mungkin juga menyukai