ABSTRAK
Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa perlu dilakukan
sungguh-sungguh dimana siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide dengan siswa
lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan komunikasi matematissiswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dan yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional ditinjau dari keseluruhan siswa dan level siswa. Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian pretes-posttest Control
Grup Desain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN 2
Leung Bata Banda Aceh yang terdiri dari enam kelas. Sedangkan sampel terdiri dari
dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil secara Random
Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih
baik dari siswa yang yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari
keseluruhan dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dari siswa yang yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari level siswa, kecuali untuk
perbandingan level rendah eksperimen dan level tinggi kontrol, perbandingan level
rendah kelas ekperimen dan level sedang kelas kontroldan perbandingan level rendah
kelas ekperimen dan level rendah kelas kontrol.
Kata Kunci: Pembelajaran think talk write, Komunikasi matematis.
PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran matematika pada dasarnya dalam kurikulum di Indonesia
menyiratkan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai yaitu kemampuan pemecahan
masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan
koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan
representasi (representation). Kelima hal tersebut oleh NCTM (2000) dikenal dengan
istilah standar proses daya matematis (mathematical power process standards). Dari
beberapa kemampuan tersebut salah satu kemampuan yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi
matematis siswa. Hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam NCTM (2000) yang
menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu bagian esensial dari matematika dan
pendidikan matematika. Melalui komunikasi siswa dapat menyampaikan ide-idenya,
memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas
jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi
bermakna baginya (Afgani, 2011).
109
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.1, Maret 2019 ISSN : 2656 - 5781
TINJAUAN PUSTAKA
Pembelajaran matematika melalui model Think Talk Write diawali dengan
bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu masalah/soal matematika yang
110
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.1, Maret 2019 ISSN : 2656 - 5781
METODE
Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
karena data tentang tes kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan data
kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen yang diartikan sebagai
suatu cara mencari hubungan sebab akibat ( hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu (Arikunto, 2006).
Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan untuk kemampuan komunikasi matematis dalam
penelitian ini berupa seperangkat soal yang berbentuk uraian. Pemberian soal uraian
dimaksudkan untuk melihat proses kemampuan siswa, ketelitian dan sistematika
penyusunan jawaban yang dapat dilihat dari langkah-langkah penyelesain soal yang
111
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.1, Maret 2019 ISSN : 2656 - 5781
Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil dari instrumen tes yaitu
soal kemampuan komunikasi matematis siswa. Selanjutnya data tersebut dianalisa
dengan cara membandingkan skor pretest dan postest. Uji statistik menggunakan uji
levene dengan kriteria pengujian adalah terima Ho apabila sig. Sig. (2-tailed)>taraf
signifikansi (α= 0,05). Uji perbedaan dua rata-rata untuk data skor gain ternormalisasi
pada kedua kelas tersebut. Jika kedua rata-rata skor gain berdistribusi normal dan
homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t.
kelompok tinggi pada kelas eksperimen dengan (tinggi, sedang, rendah) kelas kontrol
dilakukan uji perbedaan. Hasil uji perbedaan N-Gain disajikan pada tabel 2
Tabel 2 Hasil Uji perbedaan Rata-rata N-gain Kemampuan Komunikasi
Matematis ditinjau Berdasarkan Level Siswa
Kelas Kelompok t-hitung Sig. (2-tailed) Kesimpulan
Eksperimen Tinggi
0.814 .425 Terima H0
Kontrol Tinggi
Eksperimen Tinggi
18.322 .000 Tolak H0
Kontrol Sedang
Eksperimen Tinggi
32.783 .000 Tolak H0
Kontrol Rendah
Eksperimen Sedang
-11.976 .000 Tolak H0
Kontrol Tinggi
Eksperimen Sedang
2.091 .044 Tolak H0
Kontrol Sedang
Eksperimen Sedang
17.535 .000 Tolak H0
Kontrol Rendah
Eksperimen Rendah
-29.302 .000 Tolak H0
Kontrol Tinggi
Eksperimen Rendah
-0.476 .639 Terima H0
Kontrol Sedang
Eksperimen Rendah
1.501 .151 Terima H0
Kontrol Rendah
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh nilai sig. < 0,05maka H0ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 1) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk
write (TTW) dan pembelajaran konvensional, ditinjau dari level (tinggi dan tinggi)
ditolak, 2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) lebih baik daripada
pembelajaran konvensional, ditinjau dari level (tinggi dan sedang) diterima, 3)
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) lebih baik daripada pembelajaran
konvensional, ditinjau dari level (tinggi dan rendah) diterima, 4) Peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe think talk write (TTW) lebih baik daripada pembelajaran konvensional,
ditinjau dari level (sedang dan tinggi) diterima, 5) Peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk
write (TTW) lebih baik daripada pembelajaran konvensional, ditinjau dari level (sedang
dan sedang) diterima, 6) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) lebih baik
daripada pembelajaran konvensional, ditinjau dari level (sedang dan rendah) diterima,
7) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) lebih baik daripada pembelajaran
konvensional, ditinjau dari level (rendah dan tinggi) diterima, 8) Tidak terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) lebih baik daripada
113
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.1, Maret 2019 ISSN : 2656 - 5781
pembelajaran konvensional, ditinjau dari level (rendah dan sedang) diterima, dan 9)
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dan
pembelajaran konvensional, ditinjau dari level (rendah dan rendah) diterima.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan
komunikasi matematis yang signifikan antara siswa yang memperoleh model
pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dan siswa yang memperoleh
pendekatan konvensional baik secara keseluruhan maupun berdasarkan level siswa
(tinggi, sedang, dan rendah). Seterusnya data menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran
kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) lebih baik dari siswa yang memperoleh
pendekatan konvensional.
Hasil temuan ini memperkuat penelitian Nugroho (2010), Pangastuti (2014),
Chandra (2014) dan Murdifin (2013) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif lebih baik dari pembelajaran konvensional. Selain itu, hasil analisis data ini
juga sejalan dengan hasil penelitian Putri (2011), Facrurazi (2011), Sugandi (2011), dan
Wardani (2015) yang menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi dapat
ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif. Sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian secara signifikan lebih bisa
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran
kooperatif daripada konvensional walaupun hasil yang didapat belum memuaskan.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil temuan yang dilakukan oleh Pangastuti (2014)
yang penerapan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa dari pada pendekatan konvensional.
Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dilakukan dengan tiga tahapan yaitu think, talk
dan write. Setelah tindakan berupa penerapan model pembelajaran tipe TTW dilakukan
melalui ketiga tahapan tersebut, terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa dalam pembelajaran matematika. Peningkatan komunikasi matematis siswa
selama pelaksanaan tindakan antara lain dapat dilihat pada peningkatan dari hasil tes
komunikasi dan penyelesaian masalah siswa.
Tahap pertama dalam model pembelajaran kooperatif tipe TTW adalah think.
Think adalah tahapan dimana siswa diberikan masalah dalam bentuk LKS. Secara
individu, siswa menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan dengan membuat
catatan kecil berisi ide-ide mereka. Pada awalnya siswa belum paham bagimana cara
menuliskan ide-ide mereka dalam sebuah catatan kecil, dan ini terjadi pada pertemuan
RPP pertama dan kedua, hal tersebut dikarenakan siswa baru pertama kali
melaksanakan proses pembelajaran dengan model TTW dan siswa belum memahami
bagaimana menuliskan ide-ide yang mereka peroleh. Selanjutnya pada pertemuan RPP
ketiga, siswa sudah mulai mampu melakukan aktivitasnya lebih baik. Siswa sudah
mulai mampu membuat catatan-catatan mengenai gagasan dan idenya, terlepas dari
jawabannya itu salah atau benar.
Selama tahap talk dimana dilakukan aktivitas diskusi, siswa dibagi dalam 8
kelompok yang beranggotaka 5 siswa. Pembagian kelompok berdasarkan hasil ulangan
harian 1 semester 1 siswa kelas VIII yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kemampuan akademik yang dimiliki siswa, sehingga diharapkan dalam tiap-tiap
kelompok anggotanya heterogen. Kelompok tersebut bersifat permanen, artinya, selama
114
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.1, Maret 2019 ISSN : 2656 - 5781
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang dilakukan, maka dapat
diberikan beberapa kesimpulan diantaranya (1)peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk
writelebih baik dari siswa yang yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional
ditinjau dari keseluruhan siswa. (2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk writelebih
baik dari siswa yang yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari
level siswa (tinggi, sedang, rendah), kecuali untuk perbandingan level tinggi kelas
eksperimen dan level tinggi kelas kontrol, perbandingan level rendah kelas eksperimen
dan level sedang kelas kontrol dan perbandingan level rendah di kelas eksperimen dan
level rendah kelas kontrol, hasil yang diperoleh tidak lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Afgani, J.D dan Sutawidjaja, A. (2011). Materi Pokok Pembelajaran Matematika; 1-9,
MPMT5301/sks. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ansari, Bansu Irianto. (2003). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Pemahaman dan
Komunikasi Matematika Siswa SMU melalui Strategi Think-
TalkWrite.Disajikandihttp://digilib.
115
Serambi Konstruktivis , Volume 1, No.1, Maret 2019 ISSN : 2656 - 5781
116