Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS


SISWA KELAS X MIPA 1 SMAN TARUNA NALA JAWA TIMUR

ARTIKEL

OLEH
ERLINDA APRILIANA
160311604692

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
Mei 2020
Artikel Erlinda Apriliana
Telah diperiksa dan disetujui

Malang, 20 Mei 2020

Dosen Pembimbing

Drs. Eddy Budiono, M.Pd


NIP. 19570321 198812 1 001

Mahasiswa

Erlinda Apriliana
NIM.160311604692
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA KELAS X MIPA 1 SMAN TARUNA NALA JAWA TIMUR

Erlinda Apriliana
Eddy Budiono
Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Negeri Malang

Abstrak: Komunikasi matematis merupakan satu dari beberapa keterampilan yang


harus dimiliki siswa ketika belajar matematika. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara di kelas X Mipa 1 SMAN Taruna Nala, kemampuan siswa dalam
menerima dan menyampaikan ide matematika masih dikatakan rendah. Dari
permasalahan tersebut, peneliti akan melakukan tindakan kelas dengan menerapkan
model pembelajaran Think Talk Write guna meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan
kualitataif. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila sudah memenuhi kategori
keberhasilan tindakan yaitu jika nilai dari indikator minimal mendapatkan nilai 80
dengan persentase banyaknya siswa minimal 80% dan meningkat dari sebelumnya.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW), Komunikasi Matematis

Abstract: Mathematical communication is one of several skills that students must


possess when learning mathematics. Based on the results of researchers’s observation
and interviews in class X Mipa 1 SMAN Taruna Nala, the ability of students to accept
and convey mathematical ideas is low. From the problems above, the researcher will
take class action by applying the Think Talk Write learning model to improve students'
mathematical communication skills. This research is a classroom action research with
a qualitative approach.This research is said to be successful if it meets the category of
success of the action that is if the value of the minimum indicator gets 80 with a
percentage of the number of students at least 80% and increased from before.

Keyword: Think Talk Write (TTW) Learning Model, Mathematical Communication


Proses pembelajaran matematika perlu menekankan pengembangan
beberapa keterampilan, dalam hal ini guru perlu memperhatikan lima aspek
keterampilan yang menjadi standar proses pembelajaran matematika. Salah
satu dari standar proses pembelajaran matematika yang dinyatakan oleh
NCTM tersebut adalah komunikasi matematis. Komunikasi matematis adalah
cara seseorang dalam berbagi ide dan mengklarifikasi pemahamannya
mengenai matematika (NCTM, 2000). Berbagi ide matematika bisa dikatakan
sebagai kegiatan bertukar pendapat untuk mengklarifikasi atau memperbaiki
pemahaman guna menyamakan persepsi mengenai suatu materi matematika.
Ide-ide matematis dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2006 juga menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran matematika, siswa diharapkan mampu mengomunikasikan
gagasan atau ide-ide matematisnya dengan menggunakan simbol, tabel,
diagram atau media lain untuk memperjelas suatu keadaan atau
permasalahan. Komponen pembangun komunikasi matematis dari beberapa
definisi tersebut adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan dan
menerima suatu ide matematika, baik secara lisan maupun tulisan. Pada
penelitian ini akan difokuskan untuk meneliti kemampuan siswa dalam
menyampaikan dan menerima informasi atau ide matematika dalam bentuk
tulisan. Menulis dan membaca tentang matematika dapat membantu siswa
mengkonsolidasi berpikir, merenungkan pekerjaan, serta mengklarifikasi
pemikiran mereka tentang ide matematis yang dikembangkan dalam
pembelajaran (NCTM:2000).
Fokus penelitian pada kemampuan komunikasi tertulis ini, didasarkan
pada hasil pengamatan peneliti. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa
masih mengalami kesulitan dalam menuliskan ide matematis. Selain itu, siswa
juga kesulitan dalam menginterpretasi ide-ide matematika dalam masalah
yang tertulis secara naratif. Hal ini ditunjukkan dari respon siswa setelah
membaca. Kemampuan menerima informasi tulis matematika di kelas X MIPA
1 juga masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan respons siswa setelah
membaca tulisan tentang ide matematika menunjukkan ketidakpahaman
mereka mengenai materi yang dibaca. Pengamatan ketika observasi
menunjukkan bahwa 50% anak dari 33 siswa di kelas tersebut masih sulit
membaca tulisan matematika dan memaknainya dengan benar. Hal tersebut
dibuktikan dengan kurangnya kemampuan mereka dalam menyatakan,
menjelaskan, dan menggambarkan pemahamannya mengenai materi
matematika. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis tersebut karena
kurangnya fasilitas pembelajaran yang mengajak siswa menulis dan berbicara
mengenai pendapatnya tentang suatu permasalahan matematika.

Model pembelajaran Think Talk Write adalah salah satu model


pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk berpikir, berbicara atau
berpendapat serta menuliskan konsep yang di dapat mengenai suatu
permasalahan matematika yang ditemui. Think Talk Write dimulai dengan
siswa diberikan suatu permasalahan matematika lalu siswa diminta untuk
memikirkan ide-ide matematis dan prosedur penyelesaian permasalahan
tersebut, ketika dalam proses berpikir siswa diminta untuk membuat catatan
kecil mengenai suatu permasalahan yang sedang di selesaikan, setelah itu
siswa diminta untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya dalam sebuah
diskusi dengan kelompok serta mempresentasikan hasil kelompok ke dalam
kelas. Tahap akhir dari pembelajaran ini adalah siswa diminta untuk
menuliskan semua yang telah di pelajari dalam sebuah catatan yang disebut
dengan tahap write. Tambahan tindakan yang akan diberikan peneliti adalah
pertukaran catatan antar siswa. Semua siswa mencoba memahami dan
menyampaikan ulang pemahamannya mengenai tulisan dari ide temannya.

Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana langkah-


langkah penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X MIPA 1 di
SMAN Taruna Nala Jawa Timur?”. Berdasarkan rumusan masalah penelitan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-
langkah penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas X MIPA 1
SMAN Taruna Nala Jawa Timur.
METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terhadap kelas dengan
suatu permasalahan. Berdasarkan dari rumusan masalah dan tujuan dari penelitian
ini adalah mendeskripsikan langkah pembelajaran Think Talk Write untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa sehingga penelitian
ini ditulis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini data
kualitatif berupa deskripsi atau kata-kata mengenai penjelasan proses
pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk
Write untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis. Data
kualitataif pada penelitian ini didapat dari analisis tulisan siswa pada Lembar
Catatan Think, lembar jawaban LKS, Lembar Catatan Write, serta tulisan observer
yang terekam dalam lembar catatan lapangan dan lembar kegiatan guru dan
aktivitas siswa. Sedangkan data kuantitatif pada penelitian ini adalah data hasil
validasi perangkat dan instrumen serta data hasil skor dari lembar aktivitas guru
dan siswa yang dinilai para observer penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan siklus berkelanjutan, jika tindakan yang


diberikan sudah mampu mengatasi permasalahan dan sesuai dengan indikator
yang ditentukan, siklus bisa dihentikan begitu juga sebaliknya. Pada setiap siklus
dalam penelitian tindakan terdapat beberapa tahapan yaitu, perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah dilakukan penelitian tindakan
kelas, peneliti akan menganalisis data yang terkumpul dari penelitian dengan cara
deskripsi kualitatif. Deskripsi kualitatif dilakukan pada setiap data kualitatif yang
terkumpul serta penjelasan berupa deskripsi hasil dari penilaian kuantitatif seperti
yang sudah dipaparkan pada penjelasan di atas.
Data mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh dari
Lembar jawaban LKS, Lembar Catatan Think, Lembar Catatan Write yang
mengukur kemampuan komunikasi matematis dalam hal menyampaikan dan
menerima ide atau informasi secara tertulis. Adapun indikator kemampuan
komunikasi matematis siswa dalam menyampaikan dan menerima ide matematis
secara tertulis meliputi: (1) kemampuan dalam mengekspresikan atau
menyampaikan ide-ide matematikanya secara tertulis yang meliputi : a) penulisan
jawaban dengan istilah, notasi, dan simbol matematika yang sesuai, b) penulisan
jawaban secara terurut, c) penyusunan kalimat yang mudah untuk dipahami,(2)
kemampuan merespon atau menerima dengan tepat ide matematis tertulis dari
orang lain yang meliputi: a) penulisan ide sesuai dengan konsep dan prinsip
permasalahan yang diberikan, b) penulisan jawaban yang mengarah sesuai dengan
pertanyaan, c) kebenaran jawaban yang dituliskan.

Setelah hasil pekerjaan siswa dikategorikan sesuai dengan rubrik penilaian,


kemudian dicari rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis dalam
menyampaikan dan menerima ide secara tertulis diukur sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑛𝑎𝑘𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Jika ingin dicari persentase satu siklus maka dilakukan penghitungan dengan
pedoman sebagai berikut.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒𝑠𝑎𝑡𝑢𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 =
2

HASIL

Berikut adalah tabel hasil penilaian kemampuan komunikasi matematis tulis


siswa pada penerapan dua siklus pembelajaran Think Talk Write

Siklus 1 Siklus 2
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Menerima Ide Menyampaikan ide Menerima Ide Menyampaikan ide
Indikator 1 42,58 37,4 82,47 78,18
indikator 2 42,67 39,53 85,61 79,86
indikator 3 40 40,72 76,83 82,2

Indikator 1 indikator 2 indikator 3


Nilai komunikasi matematis siswa sebelum penerapan Think Talk Write rata-
ratanya adalah 35 dan belum ada siswa yang mendapatkan nilai minimal 80. Pada
penerapan Think Talk Write siklus I nilai kemampuan komunikasi matematis siswa
rata-ratanya adalah 40 dengan penerapan pertama lebih baik daripada penerapan
kedua. Nilai kemampuan komunikasi matematis siswa dari sebelum penerapan
Think Talk Write sampai dengan penerapan Think Talk Write pertama meningkat,
namun siswa yang mendapatkan nilai minimal 80 belum mencapai 80% dari
banyaknya siswa. Sehingga penerapan Think Talk Write perlu dilanjutkan pada
siklus II.

Pada siklus II nilai kemampuan komunikasi matematis siswa di penerapan


kedua didapat 81 dengan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 80 sebanyak
27 dari 33 siswa, yang artinya lebih dari 80% siswa mendapatkan nilai 80 dan
persentase banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 80 lebih dari pertemuan
sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari pembelajaran sebelum
diterapkannya Think Talk Write sampai dengan penerapan Think Talk Write di
siklus II, nilai kemampuan komunikasi matematis siswa selalu meningkat dan
persentase banyaknya siswa yang mendapatkan nilai kemampuan komunikasi
matematis minimal 80 lebih dari 80%. Sehingga kemampuan komunikasi
matematis siswa sudah memenuhi kategori keberhasilan tindakan

Sehingga penerapan pembelajaran dengan model Think Talk Write untuk


meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tulis siswa sudah memenuhi
kategori keberhasilan tindakan dan penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

PEMBAHASAN
Kegiatan inti model pembelajaran Think Talk Write dibagi menjadi tiga tahap
yaitu Think, Talk, dan Write. Berikut uraian penjelasan ketiga tahap Think, Talk,
dan Write.

1. Tahap Think

Pada tahap ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu permasalahan pada
LKS yang diberikan, diawali dengan siswa diminta untuk membaca dan
mengamati permasalahan yang terdapat pada LKS. Mengacu dari pendapat
Sumarmo (2006) yang menguatkan bahwa kegiatan membaca dapat meningkatkan
komunikasi matematis, sumarmo menyatakan bahwa salah satu kompetensi
berpikir yang dapat dikembangkan dari membaca salah satunya adalah
komunikasi dalam matematika. Melalui membaca siswa dapat belajar untuk
memahami konsep dan prinsip permasalahan matematika agar siswa dapat
memiliki bekal untuk menuliskan ide matematisnya.

Instruksi guru pada tahap think setelah membaca adalah siswa diminta untuk
menuliskan ide dari pemahamannya mengenai tulisan permasalahan yang baru
saja dibaca dan diamati. Schmidt menyatakan bahwa menulis tidak hanya sebagai
alat untuk membantu meningkatkan pemahaman ataupun minat siswa terhadap
matematika, namun menulis juga meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa, melalui menulis siswa dapat mengekspresikan ide serta pendapat
mereka mengenai suatu permasalahan matematika.

2. Tahap Talk

Pada tahap Talk ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok ini
adalah kelompok heterogen yang sudah ditentukan oleh guru dengan masing-
masing kelompok beranggotakan 3-5 orang. Baroody menyatakan bahwa diskusi
adalah salah satu aspek untuk meningkatkan komunikasi. Diskusi dengan
kelompok belajar dapat memberikan siswa mengakses ide satu sama lain, menulis,
dan mengklarifikasi pikiran mereka terhadap pemahamannya.

Diskusi dalam kelompok akan memberikan siswa pengalaman belajar yang


dapat mengasah kemampuan komunikasi matematisnya, karena dengan diskusi
terdapat kegiatan berbagi ide sehingga siswa dapat mengkontruksi pemahamannya
dengan pendapat dari orang lain yang akan menguatkan atau membenarkan
pemahaman dia sebelumnya.

Pada tahap talk selain siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman satu
kelomppoknya, siswa juga diminta untuk menuliskan jawaban dari kegiatan di
LKS yang telah di diskusikan dengan kelompoknya pada lembar jawaban. Hal
tersebut diperkuat dengan pendapat dari Sutini (2019) yang menyatkan bahwa
ketika proses menulis dan berdiskusi siswa akan belajar menggunakan bahasa
serta simbol matematika dengan benar, siswa juga belajar bagaimana cara
mengungkapkan ide-idenya agar dapat dipahami oleh orang lain.

Selain untuk menuliskan hasil diskusi terkait kegiatan di LKS pada tahap Think
siswa juga diminta untuk merespon tulisan temannya menganai pendapatnya dari
tulisan teman satu kelompoknya pada lembar jawaban. Tata caranya adalah
dengan menukar lembar jawaban yang terdapat tulisan kepada teman satu
kelompok nya kemudian menuliskan pemahamannya terkait tulisan teman pada
lembar jawaban tersebut. Kegiatan seperti ini akan mengasah kemampuan siswa
dalam menerima informasi atau ide tertulis. Kemudian perwakilan siswa diminta
untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas, presentasi kelas juga
menuntut siswa untuk berani menyampaikan ide di depan orang lain.

3. Tahap Write

Pada tahap write ini siswa diminta untuk menuliskan secara individu
pengetahuan yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Siswa diminta
untuk menuliskan prosedur penyelesaian soal yang benar terkait permasalahan
yang diberikan pada LKS, karena pada tahap Think siswa hanya diminta untuk
menuliskan dugaan prosedur penyelesaian sebelum mendapatkan kegiatan belajar
mengenai materi pada LKS. Devlin (2012) menyatakan bahwa ketika siswa
menulis dalam matematika mereka akan terdorong untuk berpikir secara
matematis. Proses ini diperlukan untuk membentuk siswa memiliki pemikiran
yang bisa terkoneksi dengan pembelajaran sehingga dia akan lebih mudah dalam
menerima materi matematika baik secara lisan maupun tulisan.

Countryman (1992) meneliti hubungan antara matematika dan menulis, ia


menyatakan empat manfaat menulis dalam kelas matematika: 1) siswa menulis
untuk menjaga ingatannya mengenai apa yang mereka lakukan dan pelajari, 2)
siswa menulis untuk menyelesaikan permasalahan matematika, 3) siswa menulis
untuk menjelaskan ide matematika, 4) siswa menulis untuk mendeskripsikan
proses belajar. Dengan menginstruksikan siswa menulis maka siswa akan
memiliki ingatan kuat terhadap apa yang ia pelajari, sehingga siswa akan memiliki
pemahaman yang baik dan jika siswa diminta untuk menyampaikan pemikirannya
melalui tulisan pun siswa juga sudah terbiasa karena mereka sudah memiliki
pengalaman menulis yang cukup, mengenai bagaimana cara menyampaikan ide
secara tertulis yang baik agar dapat dipahamai oleh orang lain. Siswa juga sudah
memiliki bekal apa yang akan dituliskannya. Sehingga melallui proses menulis
memmang akan membuat kemampuan komunikasi tulis siswa menjadi meningkat.

SIMPULAN

Penerapan model pembelajaran Think Talk Write pada kelas X Mipa 1 di


SMAN Taruna Nala Jawa Timur ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam komunikasi matematis tulis. Model pembelajaran Think Talk Write dibagi
menjadi tiga tahap dalam pelaksanaanya, masing-masing tahap pada model ini
dapat melatih siswa mengasah kemampuan komunikasi matematis tertulis.
Berikut tahapan dalam model pembelajaran Think Talk Write.
1. Think: a) meminta siswa untuk membaca dan memahami tulisan
permasalahan yang ada pada LKS, b) meminta siswa untuk menuliskan
pemahamannya mengenai informasi ide, ide matematis, dan dugaaan
prosedur penyelesain permasalahan pada lembar catatan think.
2. Talk: a) meminta siswa untuk membaca dan memahami kembali catatan
yang telah dibuat pada tahap think, b) meminta siswa untuk berdiskusi
dengan teman satu kelompoknya mengenai catatan yang ditulisnya pada
tahap think serta jawaban kegiatan tahap talk yang terdapat pada LKS,
c) eminta siswa untuk menukar lembar jawaban pada tahap talk kepada
teman satu kelompoknya dengan cara memutar, d) meminta siswa untuk
membaca dan memahami tulisan dari jawaban teman satu kelompoknya,
e) Siswa diminta untuk menuliskan pendapatnya atau pemahamannya
mengenai tulisan dari temannya tersebut
3. Write: Meminta siswa untuk menuliskan perbaikan ide yang ditulis pada
tahap think, prosedur penyelesaian soal permasalahan secara lengkap,
serta rangkuman pemahamannya mengenai materi yang baru saja
dipelajari.
DAFTAR RUJUKAN

Agus M. Hardjana.2007. Komunikasi Personal dan


Interpersonal.Yogyakarta:Kanisius.
Armiati. 2009.Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional. Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika 2009. ISSN 978‐979‐16353‐3‐2. Dari
http://www.uny.ac.id
Aryo, Dimas. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write
(TTW) guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X
MIPA 2 SMAN 2 Malang. Malang : Universitas Negeri Malang.
Baroody, A.J.(1993). Problem Solving, Reasoning, And Communicating, K-8
Burns, Marilyn.2004.Writing.Association For Supervision And Curriculum
Development: Educational Writing
Chasanah, C., Riyadi., & Usodo, B. 2019. Analysis of Written Mathematical
Communication Skills of Elementary School Students. Atlantis Press: Advances
in Social Science, Education and Humanities Research, vol 397. DOI:
10.2991/assehr.k.200129.082
Choirurijal, Lukman. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think Talk Write
(TTW) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik
kelas VII C SMPN 8 Malang. Malang : Universitas Negeri Malang.
Depdiknas (2001). Standar Nasional. Silabus Matematika SLTP/MTs. Jakarta:
Depdiknas
Yamin,. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:
Gunung Persada Press.
Gere, Anne Ruggles (Ed.). (2012). Roots in the Sawdust: Writing to Learn Across the
Disciplines. WAC Clearinghouse Landmark Publications in Writing Studies. The
WAC Clearinghouse. https://wac.colostate.edu/books/landmarks/sawdust/
(Originally published in 1985 by National Council of Teachers of English)
Huinker, DeAnn & Laughlin, Connie.1996.Talk Your Way into
Writing.Communication in Mathematics , K-12 and Beyond.1996 Yearbook.
Reston, VA: NCTM.
Helping Children Think Mathematically. New York: Macmillan Publishing Company.
Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta:Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional
Martono. 1985. Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik. Bandung:Angkasa
NCTM (2000). Principles and Standards for School Mathematics, Reston,Virginia.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (1996). Kamus Besar bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2006 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pedoman Pendidikan UM. 2012. Malang: BKPIK Universitas Negeri Malang.
Robert Recorde. MacTutor History of Mathematics archive. Diakses tanggal 19
October 2013.
Russek, Bernadette. 1998. Writing to Learn Mathematics. Writing Across the
Curriculum, Vol. 9: August 1998.
Sugiyono.2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Sutawidjaja, Akbar and Dahlan, Jarnawi Afgani (2014) Pembelajaran Matematika. In:
Konsep Dasar Pembelajaran Matematika. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-25.
ISBN 9789790116733
Urquhart, Vicki. 2009. Using Writing in Mathematics to Deepen Student Learning.
Mid-continent Research for Education and Learning (McREL). Dari
http://www.mcrel.org

Anda mungkin juga menyukai