PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris disebut
Classroom Action Research(CAR) telah dilaksanakan oleh para guru SMP
(Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) di berbagai
provinsi di Indonesia. Oleh karena itu, PTK sudah mulai dikenal oleh para
guru semenjak tahun 1999. Setelah itu, guru jenjang TK, SD dan SMA juga
mengenal dan melaksanakan PTK. Sekarang PTK malah diwajibkan oleh
pemerintah kepada guru(Saryono, 2008: 1).PTK dilakukan oleh suatu
kelompok atau gugus yang beranggotakan beberapa guru, satu guru inti atau
senior, pembimbing atau instruktur, dan kepala sekolah sebagai ketua tim.
Jumlah anggota gugus antara 3 s.d. 13 orang. Jumlah anggota gugus dapat
lebih kecil, agar setiap anggota mempunyai peran dan tanggung jawab yang
lebih besar dalam pelaksanaan PTK. Gugus ini mirip dengan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) sehingga PTK sering dianggap sebagai
revitalisasi kegiatan MGMP karena masalah yang dibahas jauh lebih terfokus
dan mengarah pada pengembangan kompetensi profesional guru. Maraknya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan
kajian ilmuyang perlu disikapi oleh kaum akademik.Beberapa jenis penelitian
yang ada,
Penelitian Tindakan Kelas sangat disukai oleh beberapa peneliti
(dosen ataupun guru). Belum diketahui alasannya, mengapa jenis penelitian
ini sangat banyak yang melakukannya. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen, guru, dan mahasiswa yang ada
diperpustakaan.Untuk lebih jelasnya PTK memang lebih relevan dilakukan
1
oleh guru atau dosen. Karena pada intinya PTK adalah jenis penelitian untuk
mengetahui proses pembelajaran dan memecahkan masalah pembelajaran di
kelas yang urgen. Tujuan yang lebih utama dari penelitian tindakan kelas
adalah pemberdayaan orang-orang yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Kalau penelitian itu di kelas anggota penelitiyang terlibat adalah guru-gurudan
siswa. Setelah kita mengetahui pengetahuan dasar tentang PTK yang perlu
dijelaskan adalah bagaimana mendesain penelitian dan pengembangan kajian
pustaka di dalamnya. Penulis mengambil subtema tersebut karena desain
penelitian merupakan langkah awal untuk menentukan bagaimana arah dan
tujuan penelitian tersebut dilakukan. Setelah itu, referensi dan pengembangan
pustaka juga sangat mendukung terhadap proses penelitian. Oleh kaena itu,
sangat penting bagi kita untuk menguasai desain model penelitian yang akan
menjadi pijakan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana desain penelitian tindakan kelas?
2. Apa saja karakteristik desain penelitian?
3. Apa saja silkus dalam proses penelitian?
4. Bagimana tekhnik pengumpulan data?
5. Apa apa saja instrument ptk?
C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui desain penelitian tindakan kelas
2. Untuk mengetahui karakteristik desain penelitian
3. Untuk mengetahui silkus dalam proses penelitian
4. Untuk mengetahui tekhnik pengumpulan data
5. Untuk mengetahui instrument ptk
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
harus dicatat sebaikmungkin dan berikan pula alasan kenapa dilakukan
perubahan dari rencana semula
3. RefleksiRefleksi merupakan tahap terakhir dari daur penelitian tindakan,
refleksi merupakankajian kritis terhadap hal-hal yang dilakukan pada
tahap sebelumnya. Berikankesimpulan terhadap pengamatan atas tindakan
yang diberikan. Kesimpulan inimungkin menjadi permasalahan baru,
seperti seberapa efektif perubahan yang terjadi?, adakah faktor
penghambat ?. Jawaban ini tentu saja akan menjadi bahanperencanaan
ulang, kemudian tindakan dan pengamatan ulang, serta refleksi
ulang.Sehingga membentuk suatu siklus (daur).
4
dipengaruhi oleh variabel independen. Semua variasi lain berasal dari
fluktuasi acak.
Perbandingan yang tidak adil dapat masuk kedalam penelitian
dalam sebuah cara, yaitu memasukan tugas bias individu pada perlakuan
eksperimen. Dalam kimia contohnya jika siswa kemampuan yang lebih
tinggi semua ditugaskan ke salah satu metode pengajaran. Tugas acak
dari siswa kepada kelompok-kelompok akan menghilangkan kebiasan dari
penempatan siswa berkemampuan tinggi dalam satu metode.
(kemungkinan “tugas bias yang acak” ada, tetapi probabilitasnya akan
sangat kecil). Perbandingan yang tidak adil yang lain akan terjadi ketika
peserta sukarelawan berada di kelompok eksperimental dan mereka yang
tidak sukarela yang tersisa untuk dijadikan sebagai kelompok kontrol.
Kelompok-kelompok ini pasti akan berbeda dalam hal motivasi dan juga
dalam hal variabel independen.
5
metode atau guru. Pengaruh dari guru dan metode tidak dapat dipisahkan,
karena masing-masing guru hanya menggunakan sebuah metode
3. Mengendalikan variable-variabel ekstra
Walaupun variable-variabel ekstra bukan merupakan variable-
variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah studi penelitian,
variable tersebut mungkin mempunyai sebuah pengaruh pada variable
terikat. Untuk mengendalikan variable-variabel seperti itu adalah mampu
untuk mengidentifikasi, menyeimbangkan, meminimalisir, atau
menghilangkan pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh tersebut yaitu pada saat
mereka mempengaruhi varians dalam variabel dependen, sehingga kontrol
variabel ekstra dicapai melalui kontrol varians, seperti dijelaskan
sebelumnya. Dalam kimia contohnya, , tingkat kemampuan siswa
dianggap sebagai variabel ekstra, dan berbagai pendekatan dalam
kontrolnya dibahas. Desain penelitian yang baik akan mengontrol
variable-variabel seperti ini daripada dengan membaurkan pengaruh-
pengaruhnya dengan semua variable lainnya atau mengabaikan semua
pengarunya
6
untuk setidaknya beberapa hipotesis, dalam hal ini perlu menghasilkan
perkiraan varians dari data acak. Perkiraan yang lebih seksama, analisis
yang lebih peka akan mempengaruhi variabel bebas. Artinya, analisis akan
lebih cenderung menunjukkan pengaruhnya jika, dalam kenyataannya,
salah satu ada. Variable extra penggelembungan estimasi varians acak dan
cenderung membuat uji statistik tidak peka timbul, dalam perbedaan yang
nyata. Desain penelitian harus menyediakan data untuk menguji hipotesis
peneltian. Kadang-kadang hipotesis yang banyak dan kompleks dilibatkan,
sehingga peneliti harus memeriksa desainya secara hati-hati dan
mengidentifikasi bagian mana dari desain penelitian yang akan
menyediakan untuk menguji hipotesis tersebut.
Secara umum, penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas beberapa siklus
atau pengulangan dari siklus. Setiap setiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
(1) perencanaan; (2) pelaksanaan, (3) pengamatan/observasi; dan (4) refleksi.
Keempat tahapan tersebut merupakan unsur yang membentuk sebuah siklus, yaitu
satu putaran kegiatan beruntun. Sehingga bentuk penelitian tindakan kelas tidak
pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi berupa rangkaian kegiatan yang akan
kembali ke bentuk asal, yaitu siklus.
7
kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu pada saat peneliti
menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya
menyelesaikan masalah pada saat praktik penelitian. Dibutuhkan rekan
sejawat untuk menilai kegiatan tersebut. Di dalam tahap perencanaan, peneliti
juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan pelaksanaan penelitian, seperti
rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengamatan (observasi).
8
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai
melakukan pengamatan terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran.
Kegiatan ini dapat berupa diskusi hasil pengamatan yang dilakukan oleh
kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti). Tahap ini merupakan inti dari
penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator mengungkapkan hal-hal
yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan dengan
baik pada saat peneliti mengelola proses pembelajaran. Hasil refleksi dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang siklus berikutnya.
Sehingga pada intinya, refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis,
pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam
perencanaan siklua berikutnya.
9
kegiatan pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru guna dievaluasi
dan diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Dan observasi juga
digunakan untuk mengumpulakan informasi tentang perilaku-perilaku para
siswa-i terhadap tindakan yang diberikan oleh guru.
Beberapa kelemahan observasi dalam PTK adalah :
1) Terdapat beberapa gejala atau tingkah laku yang tidak dapat
diungkapkan dengan observasi, terutama hal yang bersifat rahasia.
2) Observant atau yang diobservasi mungkin melakukan kegiatan yang
dibuat-buat jika mengetahui dirinya sedang diobservasi atau diamati.
3) Observant sulit bertindak objektif jika pengamatan berkenaan dengan
gejala-gejala tingkah laku.
4) Kemungkinan terjadinya gejala hallo effec atau kesan-kesan umum
yang tampak dari perilaku observent dan dapat mempengaruhi
observer untuk berlaku tidak objektif dalam memberikan penilaian.
5) Mungkin adanya keraguan pada diri observer dalam pemberian
penilaian terhadap observant. Sehingga diperlukan kriteria yang jelas
dalam setiap kategori penilaian
6) Kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi oleh observer.
Prinsip-prinsip penggunaan observasi sebagai alat pemantau dalam
PTK yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan observasi
dalam PTK adalah :
1) Direncanakan bersama oleh observer (guru), teman sejawat atau mitra
(LPTK atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dan guru
yang akan diobservasi. Karena observasi dalam PTK adalah alat
untuk mengumpulkan informasi terkait tindakan guru dalam kegiatan
pembelajaran sebagai bahan masukan dalam kegiatan refleksi.
Sehingga diperlukan adanya kesepakatan tentang kriteria penelitian.
2) Observasi difokuskan pada hal yang spesifik sesuai dengan kebutuhan
tindakan dalam proses perbaikan.
10
3) Membuat kesepatan kinerja yang jelas tentang keberhasilan dari suatu
tindakan, guna membantu guru dalam melaksanakan tindakan sesuai
dengan topik permasalahan.
4) Observer mempunyai keterampilan sebagai berikut :
a) Tidak tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan dari suatu
tindakan.
b) Dapat menciptakan iklim yang tidak menegangkan.
c) Menguasai berbagai teknik penggunaan instrumen observasi.
Seperti : cek list dan skala penilaian.
5) Diperlukan feedback atau umpan balik untuk memperbaiki proses
pembelajaran dengan beberapa hal berikut :
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui media tertentu.
Keuntungan dari wawancara adalah :
11
b. Wawancara terencana (wawancara formal) adalah Jenis wawancara
yang dilaksanakan secara terencana dengan baik mengenai waktu
pelaksanaan, tempat dan topik yang akan dibicarakan.
2. Berdasarkan bentuk pertanyaan dan jawaban dibagi menjadi :
a. Close question adalah bentuk pertanyaan yang tertutup, dimana
siswa hanya cukup menjawab ya atau tidak.
b. Pertanyaan terbuka adalah wawancara yang memberikan kesempatan
siswa-i untuk menjawab pertanyaan sendiri.
3. Tes
Tes adalah salah satu instrumen pengumpulan data untuk mengukur
kemampuan siswa-i dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi.
Kriteria instrumen tes adalah hendaknya memiliki tingkat validitas (dapat
mengukur apa yang hendak diukur) dan memiliki tingkat reabilitas (tes dapat
memberikan informasi yang konsisten).
Jenis-jenis tes berdasarkan jumlah pesertanya adalah :
a. Tes kelompok adalah : tes yang dilakukan terhadap beberapa siswa-i
secara bersamaan.
b. Tes individual adalah : tes yang diberikan kepada siswa-i untuk
perorangan.
Jenis tes berdasarkan cara pelaksanaannya adalah :
1) Tes tulis
- tes esai (uraian)
- tes obyektif (tes benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan atau
melengkapi)
2) Tes lisan
3) Tes perbuatan atau peragaan.
12
E. Instrument Penelitian Tindakan Kelas
Instrumen untuk mengumpulkan data PTK dapat dipahami dari dua sisi,
yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati (Susilo dan Kisyani, 2006).
13
b. pengamatan terhapat kelas
c. pengamatan terhadap peserta didik
3. angket atau kuisoner
4. pedoman pengkajian data dokumen
5. tes dan asesmen alternative
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan yang
diterapkan dalamkonteks pembelajaran, oleh karena itu tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa langkah-langkah dalam peneltian
tindakan kelas dapat mengadopsi sepenuhnya pada langkah-langkah
penelitian tindakan, yakni: (1) Perencanaan yang diawali dengan
refleksi awal, (2)Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/297681193/makalah-desain-penelitian
16