Anda di halaman 1dari 18

Persamaan diferensial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel


atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam
berbagai orde. Persamaan diferensial memegang peranan penting dalam rekayasa,
fisika, ilmu ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu lain.

Visualisasi aliran udara ke dalam saluran dimodelkan sesuai persamaan Navier-


Stokes

Persamaan diferensial muncul dalam berbagai bidang sains dan teknologi,


bilamana hubungan deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara
kontinu (dimodelkan oleh fungsi matematika) dan laju perubahannya (dinyatakan
sebagai turunan) diketahui atau dipostulatkan. Ini terlihat misalnya pada mekanika
klasik, di mana gerakan sebuah benda diperikan oleh posisi dan kecepatannya
terhadap waktu. Hukum Newton memungkinkan kita mengetahui hubungan
posisi, kecepatan, percepatan dan berbagai gaya yang bertindak terhadap benda
tersebut, dan menyatakannya sebagai persamaan diferensial posisi sebagai fungsi
waktu. Dalam banyak kasus, persamaan diferensial ini dapat dipecahkan secara
eksplisit, dan menghasilkan hukum gerak.

Contoh pemodelan masalah dunia nyata menggunakan persamaan diferensial


adalah penentuan kecepatan bola yang jatuh bebas di udara, hanya dengan
memperhitungkan gravitasi dan tahanan udara. Percepatan bola tersebut ke arah
tanah adalah percepatan karena gravitasi dikurangi dengan perlambatan karena
gesekan udara. Mencari kecepatan sebagai fungsi waktu mensyaratkan pemecahan
sebuah persamaan diferensial.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Penggolongan
 3 Persamaan diferensial terkenal
 4 Lihat pula
 5 Referensi
 6 Pranala luar

Sejarah
Persamaan diferensial pertama kali eksis dengan penemuan kalkulus oleh Newton
dan Leibniz. Pada bab 2 hasil karyanya tahun 1671 berjudul "Methodus fluxionum
et Serierum Infinitarum",[1] Isaac Newton menuliskan 3 macam persamaan
diferensial:

Jacob Bernoulli mengusulkan persamaan diferensial Bernoulli tahun 1695.[2]


Hasilnya berupa persamaan diferensial biasa dalam bentuk

dimana pada tahun berikutnya Leibniz mendapatkan penyelesaian dengan


menyederhanakannya.[3]

Secara historis, problema senar bergetar seperti instrumen musik dipelajari oleh
Jean le Rond d'Alembert, Leonhard Euler, Daniel Bernoulli, dan Joseph-Louis
Lagrange.[4][5][6][7] Tahun 1746, d’Alembert menemukan persamaan gelombang
satu dimensi, dan 10 tahun kemudian Euler menemukan persamaan gelombang 3
dimensi.[8]

Persamaan Euler–Lagrange dikembangkan tahun 1750-an oleh Euler dan


Lagrange sehubungan dengan studi mereka mengenai problema tautokron.
Problema ini adalah menentukan kurva dimana partikel berbobot akan jatuh pada
titik tertentu pada waktu tertentu, tidak tergantung dari titik awal. Lagrange
menyelesaikan problema ini tahun 1755 dan mengirim penyelesaiannya ke Euler.
Keduanya kemudian mengembangkan metode Lagrange dan mengaplikasikannya
ke mekanika, yang akhirnya membentuk perumusan mekanika Lagrangian.

Fourier mempublikasikan kerjanya mengenai aliran panas dalam Théorie


analytique de la chaleur (Teori Analisa Panas),[9] yang dimana didasarkan
pemikirannya pada hukum pendinginan Newton, yaitu aliran panas antara 2
molekul berdekatan berbanding lurus dengan perbedaan temperatur. Termasuk di
dalam buku ini adalah proposal Fourier mengenai persamaan panas untuk difusi
panas konduktif. Persamaan diferensial parsial ini sekarang dipelajari oleh siswa
fisika matematika.

Penggolongan
Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang
digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan.

 Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan diferensial di mana


fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel
bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui
ini adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga
berupa fungsi vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan
diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan
terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut.

 Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana


fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan
persamaan tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan
didefinisikan seperti pada persamaan diferensial biasa, namun klasifikasi
lebih jauh ke dalam persamaan eliptik, hiperbolik, dan parabolik, terutama
untuk persamaan diferensial linear orde dua, sangatlah penting. Beberapa
pesamaan diferensial parsial tidak dapat digolongkan dalam kategori-
kategori tadi, dan dinamakan sebagai jenis campuran.

Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier
atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang
tidak diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak
dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.

Persamaan diferensial terkenal


 Hukum kedua Newton dalam dinamika
 Persamaan Hamilton dalam dalam mekanika klasik
 Peluruhan radioaktif dalam fisika nuklir
 Hukum pendinginan Newton in termodinamika
 Persamaan gelombang
 Persamaan Maxwell dalam elektromagnetisme
 Persamaan panas dalam termodinamika
 Persamaan Laplace, yang mendefinisikan fungsi harmonik
 Persamaan Poisson
 Persamaan medan Einstein dalam teori relativitas umum
 Persamaan Schrödinger dalam mekanika kuantum
 Persamaan Geodesik
 Persamaan Navier-Stokes dalam dinamika fluida
 Persamaan Lotka-Volterra dalam dinamika populasi
 Persamaan Black-Scholes equation dalam keuangan
 Persamaan Cauchy-Riemann dalam analisis kompleks
 Persamaan Poisson-Boltzmann dalam dinamika molekul

o Di bawah ini adalah beberapa contoh persamaan diferensial biasa.


o Di bawah ini adalah beberapa contoh persamaan diferensial parsial.


 Kita bisa menentukan orde persamaan diferensial dari turunan tertinggi di
dalamnya. Persamaan pertama di dalam contoh di atas adalah persamaan orde
pertama. Persamaan kedua adalah persamaan orde kedua. Derajat dari sebuah
persamaan adalah angka pangkat pada suku dengan turunan tertinggi.
o Misalnya, persamaan di bawah ini adalah persamaan orde ketiga,
derajat kedua.

 Kita menyebut sebuah persamaan diferensial adalah persamaan diferensial
linier apabila derajat dan orde dari fungsi dan semua turunannya bernilai 1. Jika
tidak, persamaan tersebut adalah sebuah persamaan diferensial nonlinier.
Persamaan diferensial linier harus mendapat perhatian khusus karena solusinya
dapat dijumlahkan dalam kombinasi linier untuk membentuk solusinya
berikutnya.
o Di bawah ini adalah beberapa contoh persamaan diferensial linier.


o Di bawah ini adalah beberapa contoh persamaan diferensial nonlinier.
Persamaan pertama disebut nonlinier karena mengandung fungsi sinus.


 Solusi umum dari persamaan diferensial biasa tidaklah unik, tetapi mengandung
konstanta tak tentu. Jumlah konstanta ini biasanya sama dengan orde
persamaan tersebut. Dalam penggunaannya, konstanta-konstanta ini biasanya
diberi kondisi awal: nilai fungsi dan turunannya pada Kondisi awal ini
diperlukan untuk mencari solusi partikular dari sebuah persamaan diferensial
yang jumlahnya biasanya sama dengan orde persamaan tersebut.
o Misalnya, pada artikel ini kita akan melihat cara menyelesaikan
persamaan di bawah ini. Persamaan ini adalah persamaan diferensial
linier orde kedua. Solusi umumnya mengandung dua konstanta tak
tentu. Untuk mencari nilai kedua konstanta ini, kita memerlukan kondisi
awal pada and Kondisi awal yang biasa dipakai adalah nilai pada , tetapi
tidak ada keharusan untuk itu. Kita juga akan mendiskusikan cara
mencari solusi partikular dari kondisi awal lain di dalam artikel ini.


Bagian 1

Persamaan Orde Pertama

1. 1

Persamaan linier orde pertama. Di dalam bagian ini, kita akan mendiskusikan
cara penyelesaian persamaan diferensial orde pertama, baik secara umum
maupun pada kasus khusus di mana beberapa suku harus dijadikan nol.
Andaikan dan sebagai fungsi dari

Kasus Dengan teorema fundamental kalkulus, integral dari turunan


sebuah fungsi adalah dirinya sendiri. Kita bisa langsung
mengintegralkannya untuk mendapatkan jawaban. Ingat bahwa
perhitungan dari sebuah integral tak tentu menghasilkan sebuah konstanta
tak tentu.

Kasus Kita bisa menggunakan teknik pemisahan variabel. Pemisahan


variabel secara intuitif meletakkan masing-masing variabel pada sisi
persamaan yang berbeda. Misalnya, kita memindahkan semua suku di
satu sisi dan suku di sisi lain. Kita bisa memperlakukan dan di dalam
turunan sebagai sebuah suku yang bisa dipindah-pindahkan, tetapi ingat
selalu bahwa suku ini hanya sebuah ringkasan dari sebuah perhitungan
yang menggunakan aturan rantai. Sifat nyata dari objek ini, yang
dinamakan diferensial, berada di luar cakupan artikel ini.

o Pertama-tama, pindahkan tiap variabel yang berbeda pada sisi


persamaan berlawanan.

o Integralkan kedua sisi. Proses integral akan menghasilkan sebuah
konstanta tak tentu pada kedua sisi, tetapi kita bisa menggabungkan
keduanya pada sisi kanan.


o Contoh 1.1. Pada langkah terakhir, kita menggunakan hukum
eksponensial dan mengganti dengan karena suku ini adalah sebuah
konstanta tak tentu.

Kasus Untuk menyelesaikan kasus umum, kita menambahkan sebuah


faktor integral sebuah fungsi yang bisa membuat persamaan lebih
mudah dipecahkan dengan menambahkan turunan yang sama pada sisi
kiri.

o Kalikan kedua sisi dengan



o Untuk membuat sisi kiri memiliki turunan yang sama, kita harus
menjalankan langkah berikut.

o Dari persamaan tersebut diperoleh yang bisa dicari solusinya. Suku ini
adalah faktor integral yang bisa menyelesaikan semua persamaan linier
orde pertama. Sekarang kita bisa menurunkan sebuah rumus untuk
menyelesaikan persamaan ini dalam suku tetapi untuk pembelajaran
lebih baik kita melanjutkan perhitungan sebagai berikut.

o Contoh 1.2. Pada contoh ini juga diperkenalkan cara mencari solusi
partikular persamaan diferensial dari kondisi awal yang diberikan.






2. 2

Persamaan orde pertama nonlinier. Pada bagian ini, kita akan mendiskusikan
cara penyelesaian persamaan diferensial nonlinier orde pertama tertentu. Tidak
ada satu solusi umum dalam bentuk tertutup, tetapi beberapa persamaan
tertentu dapat diselesaikan dengan menggunakan cara-cara berikut.

Kasus Jika fungsi dapat dipisahkan berdasarkan variabelnya, persamaan


tersebut dapat dipisahkan. Lalu kita bisa meneruskan dengan cara sebelumnya.

o
o Contoh 1.3.

Kasus Misalkan dan sebagai fungsi dari dan Maka sebuah persamaan
diferensial homogen adalah sebuah persamaan di mana dan adalah
fungsi homogen dengan derajat yang sama. Dengan kata lain, fungsi ini
memenuhi kriteria di mana adalah derajat homogenitas. Setiap persamaan
diferensial homogen dapat diubah menjadi dua persamaan terpisah melalui
pengubahan variabel baik atau
o Contoh 1.4. Pembahasan mengenai homogenitas di atas mungkin
sedikit rumit. Mari kita langsung menerapkannya dalam contoh.

 Pertama-tama kita bisa melihat bahwa ini adalah sebuah
persamaan nonlinier dalam Kita juga bisa melihat bahwa
persamaan ini tidak bisa dipisahkan. Namun, persamaan ini
adalah persamaan diferensial homogen karena baik pembilang
maupun penyebut memiliki derajat 3. Oleh karena itu, kita bisa
melakukan perubahan variabel


 Persamaan ini kini bisa dipisahkan dalam

Kasus Persamaan ini disebut persamaan diferensial Bernoulli, sebuah


contoh khusus persamaan nonlinier orde pertama dengan solusi yang bisa
dituliskan dalam fungsi elementer.

o Kalikan dengan

o Gunakan aturan rantai pada sisi kiri untuk mengubah persamaan ke
dalam persamaan linier dalam yang kemudian dapat diselesaikan
dengan metode berikut.

Kasus Di sini, kita membahas tentang persamaan diferensial eksak. Kita


ingin mencari sebuah fungsi yang disebut fungsi potensial, sehingga

o Untuk memenuhi kondisi ini, kita menggunakan turunan total. Turunan


total memungkinkan penambahan variabel dependen. Untuk
menghitung turunan total terhadap kita membuka kemungkinan
bahwa nilai bisa ditentukan oleh

o Dengan membandingkan, kita memperoleh dan Jawaban standar dari
kalkulus multivariat ini menunjukkan bahwa turunan campuran dari
fungsi kurva mulus ini bernilai sama. Teorema ini biasanya dikenal
dengan nama Teorema Clairaut. Dengan demikian persamaan
diferensial ini eksak sehingga kondisi-kondisi berikut terpenuhi.

o Metode pemecahan persamaan eksak sama dengan metode mencari
fungsi potensial pada kalkulus multivariat, yang akan kita lihat sekilas.
Pertama-tama integralkan terhadap Karena adalah fungsi dari dan
pengintegralan hanya memunculkan sebagian variabel sehingga
digunakan simbol untuk mengingatkan pembaca. Ada pula muncul
konstanta integral yang merupakan fungsi dari

o Lihat turunan parsial terhadap dari jawaban ini dan bandingkan hasilnya
dengan dan integralkan untuk memperoleh Kita juga bisa
mengintegralkan terlebih dahulu lalu mengambil turunan parsial
terhadap dari hasilnya untuk memecahkan fungsi tak tentu Kedua
metode boleh dipakai, dan biasanya dikerjakan fungsi yang lebih mudah
diintegralkan.

o Contoh 1.5. Kita bisa mengecek bahwa persamaan di bawah ini adalah
eksak dengan melakukan turunan parsial.




o Jika persamaan diferensialnya tidak eksak, adakalanya kita bisa mencari
faktor integral yang bisa membuatnya eksak. Namun, persamaan ini
bahkan lebih sulit dicari terapannya di dalam sains. Sementara itu,
faktor integralnya walaupun pasti ada, tidak ada jaminan sama sekali
bahwa nilai ini akan mudah dicari. Oleh karena itu, kita tidak akan
membahasnya terlalu jauh.

Bagian 2

Persamaan Orde Kedua

1. 1

Persamaan diferensial linier homogen dengan koefisien konstan. Beberapa


persamaan seperti ini amat penting untuk dicari solusinya karena banyak
penerapannya. Dalam persamaan ini, istilah homogen tidak mengacu pada
fungsi homogen, tetapi karena persamaan ini dibuat sama dengan 0. Pada
bagian berikutnya kita akan menyelesaikan persamaan diferensial lain yang
tidak homogen. Di dalam persamaan di bawah ini, dan adalah konstanta.

Persamaan karakteristik. Persamaan ini perlu diperhatikan karena kita


bisa menyelesaikannya dengan mudah bila kita mengamati sifat-sifat dari
solusinya. Dari persamaan ini kita tahu bahwa dan turunan-turunannya
proporsional satu sama lain. Dari contoh sebelumnya pada persamaan orde
pertama, kita tahu bahwa hanya fungsi eksponensial yang memiliki sifat
seperti ini. Oleh karena itu, kita bisa membuat tebakan secara ilmiah
seperti apa solusi dari persamaan ini.

o Kita bisa menebak fungsi eksponensial di mana adalah sebuah


konstanta yang perlu ditentukan kemudian. Dengan
mensubstitusikannya ke dalam persamaan, kita akan memperoleh
persamaan sebagai berikut.

o Dari persamaan ini kita tahu bahwa fungsi eksponensial yang dikalikan
dengan sebuah polinomial akan selalu sama dengan 0. Kita juga tahu
bahwa fungsi eksponensial tidak akan menjadi 0 pada setiap nilai.
Polinomial yang bisa menjadikan 0 disebut dengan persamaan
karakteristik. Kita dengan demikian telah mengubah sebuah persoalan
persamaan diferensial menjadi sebuah persoalan persamaan aljabar –
sebuah persoalan yang jauh lebih mudah untuk diselesaikan.


o Dari sini kita mendapatkan dua akar. Karena persamaan diferensial ini
adalah persamaan linier, solusi umumnya terdiri dari kombinasi linier
masing-masing solusi. Karena ini adalah sebuah persamaan orde kedua,
kita tahu bahwa ini adalah solusi umum satu-satunya. Tidak ada solusi
lain di luar ini. Justifikasi yang lebih ketat diperoleh dari teorema
eksistensi dan keunikan yang bisa dicari di literatur.
o Salah satu cara untuk mengecek apakah kedua solusi ini independen
linier adalah menggunakan cara Wronskian. Parameter Wronski adalah
determinan dari matriks yang kolom-kolomnya adalah fungsi dan
turunan-turunannya secara berurutan ke bawah. Sebuah teorema
aljabar linier mengatakan bahwa fungsi matriks Wronskian adalah
dependen linier bila parameter W tidak ada. Di dalam bagian ini, kita
bisa mengecek apakah kedua solusi ini independen linier dengan
memastikan adanya parameter Wronski. Parameter ini menjadi penting
dalam memecahkan persamaan linier nonhomogen dengan koefisien
konstan dengan menggunakan variasi parameter.

o Di dalam aljabar linier, himpunan solusi dari persamaan diferensial ini
membentuk sebuah vektor bidang dalam dimensi yang sama dengan
orde persamaan diferensial. Solusi-solusi ini membentuk sebuah basis
dan oleh karena ini independen linier satu sama lain. Hal ini
dimungkinkan karena fungsi dijalankan dengan sebuah operator linier.
Turunannya adalah sebuah operator linier karena ia memetakan ruang
fungsi yang dapat diturunkan pada semua ruang fungsi lainnya. Alasan
mengapa persamaan ini linier adalah karena untuk setiap operator linier
kita akan mencari solusi persamaan

Kita sekarang akan melanjutkan dengan menjelaskan dua dari tiga kasus.
Akar berulang akan dijelaskan setelah bagian reduksi orde.

Dua akar riil dan berlainan. Jika keduanya riil dan berlainan, solusi dari
persamaan adalah sebagai berikut.

o
Dua akar kompleks. Sebagai konsekuensi dari teorema fundamental
aljabar, solusi dari persamaan polinomial dengan koefisien riil adalah
akar-akar riil atau dalam pasangan konjugat. Oleh karena itu, jika adalah
bilangan kompleks dan merupakan akar dari persamaan karakteristik,
adalah juga akarnya. Kita bisa menuliskan solusinya dengan tetapi solusi
dalam bilangan kompleks ini kurang disukai sebagai jawaban dari
persamaan diferensial dalam bilangan riil.

o Kita bisa menggunakan Rumus Euler untuk mengubahnya menjadi


solusi dalam fungsi trigonometrik.

o Kita sekarang bisa mengganti konstanta dengan dan mengganti
dengan

o Ada cara lain untuk menuliskan solusi ini dalam bentuk amplitudo dan
fase, yang biasanya lebih berguna dalam penerapan ilmu fisika.
o Contoh 2.1. Cari solusi dari persamaan diferensial di bawah ini dengan
kondisi awal yang diberikan. Untuk menyelesaikan soal ini, kita harus
menggunakan solusi beserta turunannya dan mensubstitusikan kondisi
awal ke dalam keduanya untuk mencari konstanta tak tentunya.







2. 2

Reduksi orde. Reduksi orde adalah sebuah metode dalam menyelesaikan


persamaan diferensial jika satu solusi independen liniernya diketahui. Metode
ini bekerja dengan mereduksi orde persamaan sebanyak satu tingkat, sehingga
persamaan bisa diselesaikan dengan teknik yang sudah dijelaskan di atas.
Misalkan adalah solusi yang sudah diketahui. Ide dasar dari reduksi orde adalah
mencari sebuah solusi dari bentuk berikut, di mana adalah sebuah fungsi yang
ditentukan kemudian, mensubstitusikannya ke dalam persamaan diferensial,
dan memecahkan Kita akan melihat bagaimana reduksi orde dapat diterapkan
untuk mencari solusi persamaan diferensial dengan koefisien konstan dengan
akar berulang.

Akar berulang dari persamaan diferensial homogen dengan koefisien


konstan. Ingat bahwa persamaan orde kedua memiliki dua solusi
independen linier. Jika persamaan karakteristik memiliki akar berulang,
himpunan solusi gagal memenuhi ruang karena solusinya dependen linier.
Kita harus menggunakan reduksi orde untuk mencari solusi independen
linier kedua.

o Misalkan sebagai akar berulang pada persamaan karakteristik.


Asumsikan solusi kedua adalah dan substitusikan ke dalam persamaan
diferensial. Kita bisa melihat bahwa sebagian besar suku, kecuali suku
dari turunan kedua akan saling menghilangkan.

o Contoh 2.2. Misalkan kita mengerjakan persamaan di bawah ini, yang
memiliki akar berulang . Dengan substitusi kita akan menghilangkan
sebagian besar suku.



o Mirip dengan tebakan kita dalam persamaan diferensial dengan
koefisien konstan, hanya turunan kedua yang bisa menjadi 0 di sini.
Dengan mengintegrasikan dua kali kita memperoleh bentuk yang
diinginkan.

o Solusi umum dari persamaan diferensial dengan koefisien konstan yang
menghasilkan akar berulang dari persamaan karakteristiknya dengan
demikian dapat ditulis seperti ini. Untuk mengingatnya dengan mudah,
kita hanya perlu mengalikan suku kedua dengan untuk mencapai
independensi linier. Karena himpunan ini independen linier, kita telah
menemukan semua solusi persamaan, dan dengan demikian
menyelesaikan soal.

Kasus Reduksi orde bisa dilakukan bila kita mengetahui satu solusi dari
persamaan ini, baik ditemukan sendiri atau diberikan dari awal.

o Kita mencari solusi dalam bentuk dan melanjutkan dengan


mensubstitusikannya ke dalam persamaan.

o Karena adalah sebuah solusi dari persamaan diferensial, suku-suku yang
mengandung akan hilang. Yang tersisa hanyalah persamaan linier orde
pertama. Untuk melihat ini secara lebih jelas, lakukan perubahan
variabel



o Jika integralnya bisa dikerjakan, kita bisa mendapatkan solusi umum
dalam bentuk fungsi elementer. Jika tidak, solusinya dibiarkan dalam
bentuk integral.
3. 3
Persamaan Euler-Cauchy. Persamaan Euler-Cauchy adalah contoh khusus dari
persamaan diferensial orde kedua dengan koefisien variabel yang mengandung
solusi eksak. Persamaan ini dapat ditemui dalam beberapa aplikasi, misalnya
ketika memecahkan persamaan Laplace dalam koordinat bola.

Persamaan karakteristik. Persamaan diferensial ini memiliki struktur


tertentu sehingga setiap suku dikalikan dengan pangkat sesuai dengan orde
turunannya.

o Artinya kita bisa menebak di mana belum diketahui, seperti saat kita
menebak fungsi eksponensial sewaktu memecahkan persamaan
diferensial linier dengan koefisien konstan. Setelah menghitung turunan
dan mensubstitusikannya, kita akan memperoleh seperti di bawah ini.

o Di sini, kita harus mengasumsikan bahwa untuk bisa menggunakan
persamaan karakteristik. Titik disebut titik singular reguler dari
persamaan diferensial, sebuah titik yang menjadi penting saat
menyelesaikan persamaan diferensial menggunakan deret pangkat.
Persamaan ini memiliki dua akar, yang bisa jadi riil dan berlainan,
berulang, atau konjugat kompleks.

Dua akar riil dan berlainan. Jika keduanya riil dan berlainan, solusi dari
persamaan adalah sebagai berikut.

Dua akar kompleks. Jika adalah akar-akar dari persamaan karakteristik,


kita mendapatkan sebuah fungsi kompleks sebagai solusi.

o Untuk mengubah ini ke dalam fungsi riil, kita mengubah variabel


dengan dan menggunakan rumus Euler. Lalu kita lakukan proses yang
sama seperti saat mencari konstanta tak tentu.

o Solusi umum dapat dituliskan sebagai berikut.

Akar berulang. Untuk memperoleh solusi independen linier kedua, kita


harus menggunakan kembali reduksi orde.

o Banyak langkah aljabar di sini, tetapi konsepnya tetap sama: kita


mensubstitusikan ke dalam persamaan, di mana adalah solusi pertama.
Suku-sukunya akan saling menghilangkan menyisakan persamaan
berikut.

o Ini adalah persamaan orde pertama linier dalam Solusinya adalah
Jawabannya bisa kita tuliskan sebagai ini. Cara mudah untuk mengingat
solusi ini adalah dengan menambahkan suku pada solusi independen
linier kedua.
4. 4

Persamaan diferensial linier nonhomogen dengan koefisien konstan. Kasus


nonhomogen berhadapan dengan persamaan di mana disebut suku sumber.
Berdasarkan teori persamaan diferensial, solusi umum dari persamaan ini
adalah superposisi dari solusi partikular dan solusi komplementer Solusi
partikular di sini, agak membingungkan, tidak mengacu pada solusi dari kondisi
awal, melainkan solusi yang muncul akibat suku nonhomogen. Solusi
komplementer mengacu pada solusi dari persamaan diferensial homogen
koresponden dengan membuat Kita bisa menunjukkan bahwa solusi umum
adalah superposisi dari kedua solusi ini dengan menuliskan dan karena
superposisi ini adalah solusi umum.

Metode penentuan koefisien tak tentu. Metode penentuan koefisien tak


tentu adalah sebuah metode yang bisa dipakai bila suku awal terdiri dari
kombinasi suku-suku eksponensial, trigonometrik, hiperbolik, atau
pangkat. Suku-suku ini adalah suku yang jumlah turunan independen
liniernya terbatas. Di dalam bagian ini, kita akan berkonsentrasi pada
mencari solusi partikular.

o Bandingkan suku dalam dengan suku di dalam tanpa melihat konstanta


pengali. Ada tiga kasus yang bisa kita lihat.
 Tidak ada suku yang sama. Solusi partikular akan terdiri dari
kombinasi linier suku-suku dalam dan turunan independen
liniernya.
 mengandung sebuah suku yaitu dikalikan sebuah suku dalam
di mana sama dengan 0 atau integer positif, tetapi suku ini
berasal dari sebuah akar berlainan pada persamaan
karakteristik. Dalam kasus ini, akan terdiri dari kombinasi linier
turunan independen liniernya, dan juga beberapa suku lain
dalam dan turunan independen liniernya.
 mengandung sebuah suku yang berupa dikalikan sebuah suku
dalam di mana sama dengan 0 atau integer positif, tetapi suku
ini berasal dari sebuah akar berulang pada persamaan
karakteristik. Dalam kasus ini, akan terdiri dari kombinasi linier
(di mana adalah pengulangan akarnya) dan turunan
independen liniernya, dan juga beberapa suku lain dalam dan
turunan independen liniernya.
o Tuliskan sebagai kombinasi linier dari suku-suku yang disebutkan di
atas. Koefisien-koefisien dalam kombinasi linier ini mengacu pada
"koefisien tak tentu". Jika suku-suku di dalam muncul, suku-suku ini bisa
dibuang karena keberadaan konstanta tak tentu dalam Begitu
dituliskan, substitusikan ke dalam persamaan dan samakan suku-
sukunya.
o Memecahkan koefisien. Secara umum, kita menjumpai sistem
persamaan aljabar pada titik ini, tetapi sistem ini biasanya tidak terlalu
sulit untuk dipecahkan. Begitu terpecahkan, kita menemukan , dan soal
ini terjawab.
o Contoh 2.3. Persamaan diferensial berikut ini adalah persamaan
diferensial nonhomogen dengan suku asal yang mengandung jumlah
turunan independen linier terbatas. Oleh karena itu, kita bisa
menggunakan metode koefisien tak tentu untuk mencari solusi
partikularnya.





Variasi parameter. Variasi parameter adalah sebuah metode yang lebih


umum dalam memecahkan persamaan diferensial nonhomogen, khususnya
bila suku asal tidak mengandung turunan independen linier terbatas. Suku
asal seperti dan bisa menggunakan variasi parameter dalam mencari
solusi partikular. Variasi parameter bahkan bisa dipakai untuk
menyelesaikan persamaan diferensial dengan koefisien variabel, dengan
pengecualian persamaan Euler-Cauchy, meskipun hal ini agak tidak biasa
karena solusi komplementer biasanya tidak dituliskan dalam suku-suku
fungsi elementer.

o Misalkan ada sebuah solusi dalam bentuk di bawah ini. Turunannya


dituliskan pada baris kedua.


o Karena solusi yang dimisalkan bentuknya mengandung dua variabel,
tetapi hanya ada satu persamaan, kita harus memakai sebuah kondisi
tambahan. Kita bisa memilih dari kondisi tambahan di bawah ini.



o Sekarang kita lanjutkan untuk mendapatkan persamaan kedua. Setelah
mensubstitusi dan mengatur suku-suku yang ada, kita bisa
mengelompokkan masing-masing suku yang mengandung dan . Suku-
suku ini akan saling menghilangkan karena dan adalah solusi dari
persamaan homogen korenspondennya. Kita dengan demikian hanya
menyisakan sistem persamaan ini.

o Sistem ini bisa diatur dalam sebuah persamaan matriks dalam bentuk
yang solusinya adalah Invers dari matriks bisa diperoleh setelah dibagi
dengan determinan, menukarkan posisi unsur diagonalnya, dan
mengalikan diagonal lainnya dengan -1. Determinan matriks ini
parameter Wronski.

o Rumus untuk dan adalah sebagai berikut. Seperti halnya reduksi orde,
integral di sini memunculkan sebuah konstanta tak tentu yang
menggabungkan solusi komplementer ke dalam solusi umum
persamaan diferensial.

Bahasan
Persamaan diferensial menyatakan relasi sebuah fungsi dengan satu turunannya
atau lebih. Oleh karena relasi seperti ini sangat sering dijumpai, persamaan
diferensial memiliki banyak penerapan dalam dunia nyata, dan karena kita hidup
dalam empat dimensi, persamaan-persamaan ini sering kali muncul dalam
persamaan diferensial parsial. Pada bagian ini kita akan mendiskusikan beberapa
persamaan yang penting.

 Pertumbuhan dan peluruhan secara eksponensial. Peluruhan radioaktif. Bunga


majemuk. Hukum-hukum laju reaksi kimia. Konsentrasi obat dalam aliran darah.
Pertumbuhan populasi tanpa batas. Hukum pendinginan Newton. Ada banyak
contoh di dunia nyata di mana laju pertumbuhan atau peluruhan sesaat adalah
proporsional terhadap jumlah pada waktu tertentu atau dapat didekati dengan
model semacam ini. Oleh karena itulah fungsi eksponensial, sebagai solusi dari
persamaan diferensial, adalah salah satu fungsi paling penting di dalam
matematika dan sains. Secara lebih umum, sistem seperti pertumbuhan
penduduk terkendali bisa memuat faktor tambahan yang membatasi
pertumbuhan. Di dalam persamaan di bawah ini, sebagai konstanta dapat
bernilai positif atau negatif.
o
 Gerak harmonik. Osilasi harmonik, baik dalam mekanika klasik maupun
kuantum, adalah sistem fisika paling penting karena kesederhanaan dan
penerapannya yang luas untuk memodelkan sistem lain yang lebih kompleks,
seperti pendulum sederhana. Di dalam mekanika klasik, gerak harmonik
dituliskan dalam sebuah persamaan yang menghubungkan posisi benda dengan
percepatannya melalui hukum Hooke. Di dalam analisisnya mungkin juga
dimasukkan gaya redam atau gaya dorong. Dalam persamaan di bawah ini,
adalah turunan terhadap waktu dari adalah parameter yang menggambarkan
gaya redam, adalah frekuensi sudut sistem, dan adalah fungsi gaya dorong
terhadap waktu. Osilasi harmonik juga ada dalam sistem seperti sirkuit RLC, dan
bahkan dapat diamati secara lebih akurat di dalam percobaan ketimbang sistem
mekanik.
o
 Persamaan Bessel. Persamaan diferensial Bessel muncul di dalam banyak
penerapan ilmu fisika, termasuk dalam penyelesaian persamaan gelombang,
persamaan Laplace, persamaan Schrödinger, terutama dalam soal yang memiliki
simetri silinder atau bola. Oleh karena persamaan ini adalah persamaan
diferensial orde kedua dengan koefisien variabel dan tidak termasuk persamaan
Euler-Cauchy, tidak ada solusinya yang dapat dituliskan dalam fungsi elementer.
Solusi dari persamaan Bessel adalah fungsi Bessel dan banyak dipelajari karena
pemakaiannya yang luas. Dalam persamaan di bawah ini, adalah konstanta yang
merupakan orde dari fungsi Bessel.
o
 Persamaan Maxwell. Persamaan Maxwell, bersama dengan gaya Lorentz,
menyusun seluruh elektrodinamika klasik. Persamaan ini terdiri dari empat
persamaan diferensial parsial di dalam medan listrik dan medan magnet Di
dalam persamaan di bawah ini, adalah densitas muatan listrik, adalah densitas
arus listrik, dan serta adalah konstanta listrik dan magnet.
o
 Persamaan Schrödinger. Di dalam mekanika kuantum, persamaan Schrödinger
adalah persamaan gerak fundamental yang menggambarkan bagaimana
partikel, yang digambarkan dengan fungsi gelombang berubah terhadap waktu.
Persamaan gerak ini digambarkan secara Hamiltonian yaitu sebuah operator
yang menggambarkan energi dari sistem. Kita juga bisa menuliskan persamaan
Schrödinger dari sebuah partikel non-relativistik di bawah pengaruh potensial
yang menjadi salah satu contoh terkenal persamaan Schrödinger dalam
penjelasan sistem fisika. Banyak sistem juga menggunakan persamaan
Schrödinger yang independen terhadap waktu, dengan menggantikan sisi kiri
dengan di mana adalah energi dari partikel. Di dalam persamaan di bawah ini,
adalah konstanta Planck tereduksi.
o
o
 Persamaan gelombang. Gelombang muncul di mana-mana dalam ilmu fisika dan
teknik, serta ada di dalam banyak sistem. Pada umumnya, persamaan
gelombang dinyatakan dengan persamaan berikut, di mana adalah fungsi yang
dicari dan adalah konstanta yang didapatkan dari eksperimen. D'Alembert
pertama kali menemukan bahwa pada bidang satu dimensi, persamaan
gelombang adalah fungsi arbitrer apa pun yang memiliki suku sebagai
argumennya, yang menggambarkan gelombang bentuk arbitrer yang bergerak
ke kanan. Solusi umum dalam satu dimensi menggambarkan sebuah kombinasi
linier dari fungsi ini dengan fungsi lain yang memiliki suku sebagainya
argumennya, yang menggambarkan gelombang yang bergerak ke kiri. Solusinya
kita tuliskan pada baris kedua.
o
o
 Persamaan Navier-Stokes. Persamaan Navier-Stokes menggambarkan gerakan
fluida. Oleh karena fluida muncul pada hampir semua cabang sains dan ilmu
teknik, persamaan ini menduduki tempat penting di dalam ramalan cuaca,
perancangan pesawat, gelombang laut, dan banyak aplikasi lain. Persamaan
Navier-Stokes adalah persamaan diferensial parsial nonlinier dan umumnya
sangat sulit dipecahkan karena nonlinieritasnya memunculkan turbulensi. Solusi
stabil yang ditimbulkan turbulensi membutuhkan jaring resolusi yang tinggi
sehingga upaya untuk menyelesaikan persamaan ini secara numerik memakan
kemampuan komputasi yang besar. Dinamika fluida praktis bergantung pada
teknik seperti rerata waktu untuk memodelkan aliran turbulen. Bahkan
pertanyaan lebih mendasar seperti keberadaan dan keunikan solusi persamaan
diferensial parsial nonlinier sulit dipecahkan, sehingga upaya untuk mencari
solusi persamaan Navier-Stokes dalam ruang tiga dimensi menjadi salah satu
fokus utama dari Millenium Prize Problems. Di bawah ini adalah persamaan dari
aliran fluida tak termampatkan dengan persamaan kontinuitas.
o

Tips
 Banyak persamaan diferensial yang tidak bisa diselesaikan dengan metode di
atas, terutama pada persamaan yang dijelaskan pada bagian bahasan. Hal ini
terjadi bila persamaan tersebut mengandung koefisien variabel dan tidak
termasuk persamaan Euler-Cauchy, atau persamaannya nonlinier, misalnya.
Namun, metode di atas cukup membantu untuk memecahkan banyak
persamaan diferensial penting yang sering ditemukan dalam sains.
 Tidak seperti pada turunan, yang dapat dihitung dari penyataan apa pun, banyak
integral yang tidak dapat dituliskan dalam fungsi elementer. Jadi jangan
memusingkan pernyataan yang tidak dapat diintegralkan. Periksalah tabel
integral untuk memastikan. Solusi persamaan diferensial yang tidak dapat
dituliskan dalam fungsi elementer kadang-kadang dapat ditulis dalam bentuk
integral, tetapi apakah integral tersebut dapat dikerjakan secara analitis tidaklah
penting dalam situasi ini.

Peringatan
 Orang bisa salah mengira ketika melihat penampilan sebuah persamaan
diferensial dan menyangka persamaan ini mudah untuk diselesaikan. Misalnya,
mari kita lihat dua persamaan diferensial orde pertama di bawah ini. Persamaan
pertama bisa diselesaikan dengan mudah menggunakan cara yang dijelaskan
dalam artikel ini. Perubahan menjadi yang tampak sederhana pada persamaan
kedua sebenarnya membuatnya menjadi sebuah persamaan nonlinier yang
sangat sulit untuk dipecahkan.
o

Anda mungkin juga menyukai