Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDO SATU

DISUSUN OLEH

Kelompok II

Ezra Pebiola Lumbantobing 4193311021


Friska Laura Nadeak 4193311023
Oktaviani Sagala 4193311064
Suryani Nababan 4193311069

Kelas : PSPM F 2019

Dosen Pengampu : Dr. Hamida Nasution, M.Si

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan-turunan satu
varibel terikat terhadap satu atau lebih variabel terikat. Persamaan diferensial adalah
persamaan yang memuat turunan satu atau beberapa fungsi yang tak diketahui yang
mana fungsi tak diketahui ini adalah solusi dari persamaan diferensial yang diberikan
yang harus dicari. Persamaan ini terbagi menjadi dua yaitu persamaan diferensial biasa
atau persamaan diferensial yang terdiri dari satu variable bebas dan turunannya
terhadap variabel tersebut dan persamaan diferensial parsial adalah persamaan
diferensial yang terdiri dari lebih dari satu variabel bebas.
Meskipun persamaan itu seharusnya disebut “persamaan turunan “ namun istilah
“persamaan diferensial “ (equatio differentialis) yang diperkenalkan oleh Leibniz dalam
tahun 1676 sudah umum digunakan (Finizio dan Ladas, 1982). Studi mengenai persamaan
diferensial dimulai segera setelah penemuan Kalkulus dan Integral. Menurut Nuryadi
(2018), pada tahun 1676 Newton menyelesaikan sebuah persamaan diferensial dengan
menggunakan deret tak hingga, sebelas tahun setelah penemuannya tentang bentuk fluksional
dari kalkulus diferensial pada tahun 1665. Newton tidak mempublikasikan hal tersebut
sampai dengan tahun 1693, pada saat Leibniz menghasilkan rumusan persamaan
diferensial yang pertama.Dalam sejarah perkembangan pemodelan matematika,
persamaan diferensial turut hadir dalam memecahkan fenomena-fenomena kehidupan
manusia, masalah sosial,masalah kesehatan, ekosistem dan peradaban dunia serta masih
banyak masalah lainnya.
Persamaan diferensial merupakan suatu persamaan matematika yang memuat
fungsi dan turunannya. Pada persamaan diferensial terdapat klasifikasi yaitu persamaan
diferensial linier dan persamaan diferensial non-linier. Persamaan diferensial dikatakan linier
jika variabel-variabel tak-bebasnya muncul dalam bentuk linier. Jika tidak demikian, maka
persamaan diferensial tersebut dikatakan non-linier. Turunan tertinggi yang muncul pada
persamaan diferensial disebut orde dari persamaan diferensial tersebut. Suatu persamaan
diferensia llinier dan non-linier dapat diubah menjadi bentuk yang paling sederhana
sedemikian sehingga solusinya dapat ditentukan dengan mudah.
Persamaan dengan bentuk yang paling sederhana ini dinamakan bentuk
normal(normal form) dari persamaan diferensialtersebut, sedangkan metode yang digunakan
untuk menyederhanakan persamaan tersebut dinamakan metode bentuk normal. Pada metode
bentuk normal ini, suatu transformasi koordinat dikonstruksi secara sistematis untuk
mendapatkan bentuk normal dari persamaan diferensial.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang agar penguraian makalah lebih terarah dan terfokus
maka rumusan masalahnya adalah:
1.2.1 Bagaimana memodelkan persamaan diferensial linar ordo satu?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan persamaan diferensial linear ?
1.2.3 Apa perbedaan persamaan linear dan non linear?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca,
khususnya bagi mahasiswa program studi pendidikan matematika tentang persamaan
diferensial linear orde satu yang dimana didalam persamaan diferensial ordo satu meliputi
pemodelan persamaan linear ordo satu dan perbedaan persamaan linear dan non linear.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Memodelkan dengan Persamaan Ordo Satu


Persamaan diferensial menjadi perhatian non-matematikawan pertama oleh karena
kemungkinan menggunakannya untuk menyelidiki berbagai masalah dalam fisika, kimia,
biologi, dan pengetahuan sosial lainnya. Hal ini memungkinkan karena selesaian persamaan
diferensial mengaitkan peubah dan parameter dalam masalah itu. Persamaan tersebut selalu
dapat membantu membuat prediksi bagaimana proses alami tersebut berlangsung dalam
berbagai situasi. Memvariasikan parameter selalu dapat dilakukan yang tidak mungkin bila
dieksperimenkan. Meski sebenarnya, model matematik dan ekspermen atau observasi
keduanya sangat penting dan saling melengkapi dalam penelitian ilmiah. Model matematik
divalidasi melalui membandingkannya dengan hasil percobaan. Di lain pihak analisis
matematik menuntun arah eksplorasi eksperimental dan memberi tanda lumayan akurat data
eksperimen apa yang paling membantu. Pada bagian pertama dan ke-dua ban ini, akan
dirumuskan dan diselidiki beberapa model matematik sederhana. Dimulai dari merekap dan
memperluas hasil yang telah diperoleh pada bagian itu. Dalam proses pemodelan, ada tiga
langkah yang teridentifikasi selalu dilakukan.
1. Membangun Model
Pada langkah ini kita menerjemahkan situasi fisik ke istilah matematik, sering
menggunakan langkah yang dijelaskan , yang paling penting di sini ialah menyatakan
prinsik fisik yang diyakini mengatur proses itu. Misalnya, telah diketahui pada
berbagai keadaan panas berpindah dari benda yang lebih panas ke yang ebih dingin
dengan laju sebanding dengan perbedaan temperatur. Bergerak sesuai dengan hukum
gerak Newton, dan populasi serangga yang diisolasi bertambah sebanding dengan
populasi semula. Tiap pernyataan tersebut mengandunglaju perubahan (turunan) dan
akibatnya, sewaktu diungkap secara matemtaik, menuntun pada
persamaan diferensial. Persamaan diferensial itulah model matematik dari
prosesnya. Perlu pula disadari bahwa persamaan matematik selalu hanyalah
penjabaran hampiran dari proses sebenarnya. Sebagai contoh, benda yang bergerak
dengan kecepatan sebanding dengan kecepatan cahaya tidaklah mengikuti Hukum
Newton. Populasi serangga tidaklah tumbuh tanpa batasan sebab akan kekurangan
makanan atau ruang Perpindahan panas juga dipengaruhi faktor lain selain perbedaan
suhu Jadi, kita tetap harus awas akan Batasan model sehingga kita hanya
menggunakannya bila masuk akal. Dengan kata lain, persamaan matematik
merupakan penyederhanaan model fisik yang dibangun untuk menerangkan fitur
terpenting dari proses sebenarnya. Ada kalanya, proses sebenarnya bersifat diskrit,
namun dalam model dipandang sebagai proses kontinu sehingga konsep turunan
dapat digunakan.
2. Analisis model
Sewaktu masalah telah diubah ke dalam model matematik. persoalan yang
berikutnya dihadapi ialah menemukan sifat selesaiannya. Bisa jadi masalah
matematik tersebut rada sulit, dan jika demikian, hampiran lanjutan mungkin
diperlukan untuk membuat masalah tersebut tertangani secara matematik. Misalnya,
persamaan tidak linear didekati oleh linear atau koefisien yang berubah lambat
digantikan oleh konstanta. Secara alami, pendekatan demikian tetap saja mesti diuji
dari sudut pandang fisika untuk memastikan masalah yang disederhanakan secara
matematik itu masih merefleksikan fitur-fitur esensial proses fisik yang sedang
diselidiki. Pada saat yang sama, pengetahuan fisik atas mesalah memungkinkan
pemakaian pendekatan matematik yang masuk akal das membuat masalah matematik
itu dapat dianalisis.
3. Pembandingan dengan Percobaan atau Pengamatan
Terakhir, setelah mendapat selesaian (setidaknya informasi tentangnya), kita
mesti menafsirkan informasi tersebut ke dalam konteks munculnya masalah itu.
Khususnya, kita mesti periksa selesaian matematik itu secara fisik dapat diterima.
Jika mungkin, hitung nila selesaian di beberapa titik dan membandingkannya dengan
nilai hasil pengamatan. Dapat juga dengan memeriksa apakah perilaku selesaian
dalam jangka panjang konsisten dengan pengamatan. Tentu saja, fakta bahwa
selesaian matematik itu masuk akal tidak menjamin ia benar Namun demikian, jika
dugaan model matematik itu sangat tidak konsisten dengan pengamatan terhadap
sistem fisik, itu menandakan telah terjadi kesalahan sewaktu menyelesaikan masalah
matematiknya. Bisa jadi perlu perbaikan atas modelnya atau pengamatan harus
dilakukan lebih teliti lagi.

2.2 Aplikasi Persamaan Diferensial Orde Satu pada bidang campuran

Bila Q menunjukkan jumlah bahan pada saat tertentu, maka perubahan Q terhadap t
𝑑𝑄
ditunjukkan dengan kemudian bila proses yang terjadi adalah terdapat campuran masuk dan
𝑑𝑡

campuran keluar, dimana laju jumlah bahan masuk dinyatakan dengan proses masuk dan laju
jumlah bahan keluar dinyatakan dengan proses keluar maka

𝑑𝑄
= 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑡

Dimana, laju masuk sama dengan laju keluar

𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑘𝑣 = 𝑠𝑟
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

𝑄 𝑄𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝑣=
𝐾 𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

Contoh soal

Sebuah tangki mula-mula berisi air 200 iter larutan yag mengandung 100 gram garam.
Larutan (lain) yang mengandung garam dengan konsentrasi 1 gramliter masuk kedalam tangki
dengan laju 4 liter/menit dan bercampur dengan sempurna, kemudian campuran itu
diperkenankan keluar dengan laju 4 liter/menit,

a. Formulasikan masalah nilai awal tersebut


b. Tentukan jumlah garam Q setiap saat

penyelesaiannya adalah
𝑑𝑄
formula campuran adalah = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑡

𝑔𝑟
diketahui : 𝑠 = 1 ⁄𝑙 ; 𝑟 = 4 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡; 𝑙 = 200 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟; 𝑄(0) = 100

didapat
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑔𝑟
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑘𝑣 = 𝑠 𝑥 𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 4 ⁄𝑙
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

𝑄 𝑄𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑚 4𝑄 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝐾 𝑣 = = 200
𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

Sehingga

a. model Persamaan Diferensial Biasa nya adalah

𝑑𝑄
= 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑡

𝑑𝑄 4𝑄 𝑄
= 4 − 200 = 4 − 50
𝑑𝑡

𝑄(0) = 100

b. dengan menyelesaikan persamaan diferensial biasa ini didapat ekspresi jumlah garam
setiap saat
𝑑𝑄 𝑄
= 4 − 50 MNA 𝑄(0) = 100
𝑑𝑡

𝑑𝑄 𝑄
= 4 − 50
𝑑𝑡

𝑑𝑄 𝑄
4= + 50
𝑑𝑡

Ingat Persamaan Diferensial Linear


𝑑𝑦
+ 𝑃𝑦 = 𝑄
𝑑𝑥
𝑑𝑄 𝑄 1
+ 50 = 4 maka, 𝑃 = 𝑑𝑎𝑛 𝑄 = 4
𝑑𝑡 50

1
𝑃= 𝑑𝑎𝑛 𝑄 = 4
50

𝜇𝑦 = 𝜇𝑄

𝐹𝐼 = 𝜇 = ∫ 𝑒 𝑃 𝑑𝑡
1 1
𝜇 = ∫ 𝑒 50 𝑑𝑡 = 𝑒 50𝑡

𝜇𝑦 = ∫ 𝜇𝑄 + 𝐶

𝜇𝑄(𝑡) = ∫ 𝜇𝑄 + 𝐶
1 1
𝑒 50𝑡 𝑄(𝑡) = ∫(𝑒 50𝑡 . 4) 𝑑𝑡 + 𝐶
1 1
𝑒 50𝑡 𝑄(𝑡) = 4 ∫ 𝑒 50𝑡 𝑑𝑡 + 𝐶
1 1
1
𝑒 50𝑡 𝑄(𝑡) = 4. 1 . 𝑒 50𝑡 + 𝐶
50

1 1
𝑒 50𝑡 𝑄(𝑡) = 4.50. 𝑒 50𝑡 + 𝐶
1 1
𝑒 50𝑡 𝑄(𝑡) = 200. 𝑒 50𝑡 + 𝐶
1
𝑡
200𝑒 50 +𝐶
𝑄(𝑡) = 1
𝑡
𝑒 50

𝐶
𝑄(𝑡) = 200 + 1
𝑡
𝑒 50

1
𝑄(𝑡) = 200 + 𝐶𝑒 −50𝑡

Karena ada masalah nilai awal 𝑄(0) = 100


1
𝑄(𝑡) = 200 + 𝐶𝑒 −50𝑡
1
100 = 200 + 𝐶𝑒 −50.0

100 = 200 + 𝐶

−100 = 𝐶
1
Substitusikan C ke 𝑄(𝑡) = 200 + 𝐶𝑒 −50𝑡
1
𝑄(𝑡) = 200 + (−100)𝑒 −50𝑡
1
𝑄(𝑡) = 200 − 100𝑒 −50𝑡 → Jumlah garam Q setiap saat.

2.3 Perbedaan Persamaan Linear dan non-linear


Persamaan diferensial, yang hanya memiliki suku-suku linier dari variabel yang tidak
diketahui atau tergantung dan turunannya, dikenal sebagai persamaan diferensial linier.
Persamaan ini tidak memiliki istilah dengan variabel dependen indeks lebih tinggi dari 1 dan
tidak mengandung kelipatan turunannya. Persamaan yang tidak bisa memiliki fungsi
nonlinier seperti fungsi trigonometri, fungsi eksponensial, dan fungsi logaritmik sehubungan
dengan variabel dependen. Persamaan diferensial yang mengandung suku-suku yang
disebutkan di atas adalah persamaan diferensial nonlinier. Solusi persamaan diferensial linier
menciptakan ruang vektor dan operator diferensial juga adalah operator linier dalam ruang
vektor. Solusi persamaan diferensial linier relatif lebih mudah dan solusi umum ada. Untuk
persamaan nonlinier, dalam banyak kasus, solusi umum tidak ada dan solusinya mungkin
spesifik masalah. Ini membuat penyelesaiannya jauh lebih sulit daripada persamaan linier.

1. Persamaan diferensial linear


Persamaan diferensial linear adalah persamaan yang mengandung turunan tingkat
satu yaitu turunan dengan satu peubah bebas. Sedangkan Persamaan diferensial linear
orde satu adalah persamaan yang mengandung turunan tingkat satu dimana turunan
tertinggi yang terdapat dalam persamaan tersebut adalah satu.

Persamaan Diferensial Linier Orde 1 yang berbentuk

Y’+P(x)y= Q(x)
Persamaan bentuk ini dapat diselesaikan dengan mencari terlebih dahulu faktor
integralnya yaitu
I = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥
Kalikan kedua ruas dengan I, persamaan menjadi
𝑑𝑦
𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 (𝑑𝑥 + 𝑃(𝑥)𝑦) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 [𝑄(𝑥)] … . (1)

𝑑𝑦 𝑑
𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 (𝑑𝑥 ) = 𝑑𝑥 (𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥

𝑑𝑦
= 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑑𝑥 + 𝑦𝑃(𝑥) + 𝑃(𝑥) 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥

𝑑𝑦
= 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 (𝑑𝑥 + 𝑃(𝑥)𝑦) … (2)

Dari (1) dan (2) didapatkan


𝑑
(𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 [𝑄(𝑥)]
𝑑𝑥

Kemudian diintegralkan kedua ruas:

𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 𝑦) = ∫ 𝑄(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 )𝑑𝑥 + 𝑐

𝑦 = 𝑒 − ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 ∫ 𝑄(𝑥)𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 )𝑑𝑥 + 𝑐 ➔ Solusi Umum Persamaan Diferensial Linier


orde 1

Contoh soal

𝑑𝑦 𝑑𝑦 4𝑥 𝑥
(𝑥 2 + 1) + 4𝑥𝑦 = 𝑥 ((𝑥 2 + 1)2 ) 𝑑𝑥 + (𝑥 2 + 1)2 (𝑥 2+1)y = (𝑥 2 + 1)2 𝑥 2+1
𝑑𝑥
𝑑𝑦
𝑑𝑦 4𝑥 𝑥 ((𝑥 2 + 1)2 𝑑𝑥 + (𝑥 2 + 1)2 (4𝑥)𝑦 = (𝑥 2 + 1)𝑥
+ (𝑥 2+1) y = 𝑥 2+1
𝑑𝑥
4𝑥 𝑑
Maka p(x) = 𝑥 2+1 ((𝑥 2 + 1)2 𝑦) = 𝑥 3 + 𝑥
𝑑𝑥
4𝑥 Interasikan kedua ruas terhadap xsehingga didapatkan:
∫ 𝑝(𝑥)𝑑(𝑥) = ∫ ( 2 ) dx
𝑥 +1
(𝑥 2 + 1)2 𝑦 = ∫(𝑥 3 + 𝑥)𝑑𝑥
2𝑥
= 2∫( 2 ) 𝑑𝑥
𝑥 +1 1 1
(𝑥 2 + 1)2 𝑦 = 4 𝑥 4 + 2 𝑥 2 + 𝑐
= 2 ln (𝑥 2 + 1)
(solusi umum bentuk implisit dari pd)
= 2 in (𝑥 2 + 1)2
Maka factor intergralnya adalah :
2 +1)2
𝑒 ∫ 𝑝(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑒 ln (𝑥 =(𝑥 2 + 1)2
2. Persamaan diferensial non-linear
Persamaan non-linier dapat diartikan sebagai persamaan yang tidak mengandung
syarat seperti persamaan linier, sehingga persamaan non-linier dapat merupakan:
✓ Persamaan yang memiliki pangkat selain satu (misal: x²)
✓ Persamaan yang mempunyai produk dua variabel (misal: xy)
Bila y timbul dalam suatu pangkat yang lebih tinggi dari satu, maka persamaannya
akan menjadi bentuk non linier.
Maka persamaannya adalah :

F(y,t) dy + g(y,t)dt = 0

Atau

dy = h (y,t)

dx
Dalam persamaan non linier tidak ada batasan pada pangkat y dan t. Merupakan
persamaan diferensial non linier derajat pertama karena :
dy adalah derivatif orde pertama dalam pangkat pertama
dx
Persamaan Diferensial Eksak
Variabel y dapat timbul pada suatu persamaan eksak dalam pangkat yang tinggi.
Variabel yang dapat dipisahkan :

F(y,t) dy + g(y,t) = 0

Fungsi t berada dalam variabel y saja, sedangkan fungsi g hanya melibatkan variabel t
sehingga

F(y) dy + g(t) dt = 0

Contoh :

Selesaikan persamaan 3y² dy – t dt = 0

Maka diperoleh persamaan :

3y² dy – t dt = 0

3y² dy = t dt

∫ 3y² dy = ∫ t dt

Atau
y³ + C₁ = ½ t² + C

Jadi penyelesaian

y³ = ½ t² + C

y(t) = (½ t² + C)⅓
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persamaan diferensial menjadi perhatian non-matematikawan pertama oleh karena
kemungkinan menggunakannya untuk menyelidiki berbagai masalah dalam fisika, kimia,
biologi, dan pengetahuan sosial lainnya. Hal ini memungkinkan karena selesaian persamaan
diferensial mengaitkan peubah dan parameter dalam masalah itu. Persamaan tersebut selalu
dapat membantu membuat prediksi bagaimana proses alami tersebut berlangsung dalam
berbagai situasi.
Persamaan diferensial linear adalah persamaan yang mengandung turunan tingkat satu
yaitu turunan dengan satu peubah bebas. Sedangkan Persamaan diferensial non linear adalah
persamaan diferensial biasa yang tak linear. Persamaan diferensial dikatakan non linear jika
persamaan diferensial tersebut memenuhi paling sedikit satu dari kriteria berikut :
✓ Memuat variabel tak bebas dari turunan-turunannya berpangkat selain satu.
✓ Terdapat perkalian dari variabel tak bebas dan atau turunan-turunannya.
✓ Terdapat fungsi transendental dari variabel tak bebas dan turunan-turunannya.

Anda mungkin juga menyukai