Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MEKANIKA

“PERSAMAAN EULER DAN PERSAMAAN LAGRANGE”

Dosen Pengampu: Evelina Astra Patriot, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Waridati Rahmi 1810209005
Anggi Prahmono 1810209001
Ais Kurnianda 1830209023
Ayu Andini 1830209025
Rasyid Permana 1820209017
Disi Nurparila 1830209027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Persamaan
Euler dan Persamaan Lagrange” ini tepat pada waktunya
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari ibu Evelina Astra Patriot, M.Pd pada mata kuliah “Mekanika”. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Persamaan Euler dan
Persamaan Lagrange” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Evelina Astra Patriot, M.Pd,
selaku dosen pada mata kuliah “Mekanika” yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3. Tujuan .................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Mekanika Lagrange .............................................................................................3
2.1.1. Koordinat Umum..................................................................................4
2.1.2. Gaya Umum .........................................................................................5
2.1.3. Gaya Umum Sistem Konservatif ..........................................................6
2.1.4. Persamaan Lagrange.............................................................................7
2.2. Contoh Soal Persamaan Lagrange ......................................................................9
2.3. Aplikasi Persamaan Lagrange .............................................................................12
2.3.1. Osilator Harmonik ................................................................................12
2.3.2. Partikel Tunggal di dalam Medan Sentral ............................................13
2.4. Persamaan Euler ..................................................................................................13
2.4.1. Tinjau Integral ......................................................................................16
2.4.2. Persamaan Euler-Lagrange...................................................................18
2.5. Contoh Soal Persamaan Euler .............................................................................18
2.6. Aplikasi Persamaan Euler ...................................................................................20
2.6.1. Persamaan Euler pada Fluida ...............................................................20
2.6.2. Persamaan Euler dalam Koordinat Bola ..............................................21
2.6.3. Koordinat Silinder ................................................................................24
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta
interaksi dari benda-benda di alam tersebut. Gejala-gejala ini pada mulanya
apa yang diamati oleh indera kita, misalnya penglihatan menemukan optika
atau cahaya, pendengaran menemukan pelajaran tentang bunyi serta panas
dapat diamati melalui indera perasaan. Menurut sejarah, fisika adalah bidang
ilmu tertua, karena dimulai dari pengamatan-pengamatan dari gerakan benda
langit, bagaimana lintasannya, periodanya, usianya dan lain-lain. Ilmu yang
mempelajari gerakan benda ini disebut mekanika. Mekanika termasuk salah
satu cabang ilmu fisika klasik. Pada mekanika terbagi lagi atas dua cabang
ilmu pengetahuan yang terdiri dari mekanika kuantum dan mekanika klasik.
Mekanika klasik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang
mempelajari tentang gaya yang bekerja pada benda. Mekanika klasik terbagi
atas sub-sub pokok materi yang terdiri dari statika yang mempelajari benda
diam, kinematika yang mempelajari benda bergerak, dan dinamika yang
mempelajari benda yang terpengaruh oleh gaya.
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel.
Dimana dinamika partikel ini, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton
tentang gerak, terutama oleh hukum kedua Newton. Namun hukum-hukum
gerak Newton ini baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut
diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan
inersianya. Oleh karena itu pada perkembangan berikutnya mengenai
mekanika, persamaan Lagrange memiliki arti penting untuk meninjau energi
partikel sistem. (Krey dkk, 2007: 45).

1
Lagrange memecahkan masalah tersebut pada tahun 1755 dan
mengirimkan solusinya ke Euler. Keduanya mengembangkan lebih lanjut
metode Lagrange dan menerapkannya pada mekanika , yang mengarah pada
perumusan mekanika Lagrange . Korespondensi mereka akhirnya mengarah
pada kalkulus variasi , istilah yang diciptakan oleh Euler sendiri pada tahun
1766. Kalkulus variasi adalah bidang analisis matematika yang menggunakan
variasi, yang merupakan perubahan kecil dalam fungsi dan fungsional, untuk
menemukan maksimum dan minimum fungsional: pemetaan dari satu set
fungsi ke bilangan real. Metode Lagrange dan Metode Euler juga dapat
menguraikan hubungan kedudukan berbagai partikel fluida dengan waktu,
dimana fluida dianggap sebagai kontinu. Hal ini berlaku selama ukuran dari
partikel fluida yang diamati jauh lebih besar dari jarak lintasan bebas rata-rata
dari molekul.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana cara penurunan persamaan lagrange?
2. Bagaimana cara untuk menyelesaikan contoh soal dari persamaan
lagrange?
3. Bagaimana aplikasi dari persamaan lagrange?
4. Bagaimana cara penurunan persamaan euler?
5. Bagaimana cara untuk menyelesaikan contoh soal dari persamaan euler?
6. Bagaimana aplikasi dari persamaan euler?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Mampu menyelesaikan penurunan persamaan lagrange.
2. Mampu menyelesaikan contoh soal dari persamaan lagrange.
3. Mampu memahami aplikasi dari persamaan lagrange.
4. Mampu menyelesaikan penurunan persamaan euler.
5. Mampu menyelesaikan contoh soal dari persamaan euler.
6. Mampu memahami aplikasi dari persamaan euler.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Mekanika Lagrange


Mekanika Lagrangian adalah pengembangan formulasi mekanika klasik
diperkenalkan oleh Joseph Louis Lagrange pada 1788. Dalam mekanika
Lagrangian, alur benda didapat dengan mencari jalur yang meminimkan aksi,
sebuah kuantitas yang merupakan integral dari Lagrangian sejalan dengan
waktu.

Joseph-Louis Lagrange (1736–1813)

Dalam mekanika Lagrange, lintasan sistem partikel diturunkan dengan


menyelesaikan persamaan Lagrange dalam salah satu dari dua bentuk:
baik persamaan Lagrange jenis pertama ,yang memperlakukan kendala secara
eksplisit sebagai persamaan tambahan, sering kali menggunakan pengali
Lagrange ; atau persamaan Lagrange jenis kedua , yang menggabungkan
batasan secara langsung dengan pemilihan koordinat umum yang bijaksana.
Dalam setiap kasus, fungsi matematika disebut Lagrangianmerupakan
fungsi dari koordinat umum, turunan waktunya, dan waktu, serta berisi
informasi tentang dinamika sistem. Untuk menyelesaikan persamaan gerak
dalam mekanika Lagrange adalah dengan meninjau energi dalam sistem.
Dalam mekanika Newton untuk menyelesaikan persamaan gerak adalah
dengan meninjau komponen gayanya, dalam mekanika Lagrange diagram
gaya tidak dibutuhkan untuk mennjau gerak benda melainkan gerak benda
ditinjau berdasarkan derajat kebebasan.

3
2.1.1. Koordinat Umum

Posisi partikel di dalam ruang dapat ditentukan melalui 3


koordinat.Koordinat tersebut dapat berupa kartesan, bola atau
silinder.Jika benda bergerak dalam bidang, maka derajat kebebasannya
ada 2, jika benda bergerak dalam ruang 3D, maka derajat
kebebasannya ada 3.Untuk kasus N partikel, maka kita membutuhkan
3N koordinat untuk menentukan posisi dari seluruh partikel
tersebut.Jika terdapat kendala dalam sistem, maka jumlah koordinatnya
< 3N. Misalnya untuk benda tegar, maka yang dibutuhkan adalah
posisi pusat massa dan orientasi bendanya. Jadi hanya 6 koordinat saja.
Misalnya koordinat diberi simbolq 1 ,q2, ⋯, q n sebagai
koordinat umum. Koordinatqk bisa berupa jarak atau sudut.Jika untuk
menentukan sebuah sistem, sebuah koordinat dapat bebasmaka sistem
tersbut disebut sistem holonomik dan sebaliknya disebut
nonholonomik. Jika sistem berupa partikel, maka koordinat kasrtesan
dapat dinyatakan dalam koordinat

x =x(q) → 1 derajatkebebasan

x=x(q1,q 2 ) → 2 derajatkebebasan
y=y(q1,q 2 )

x=x(q1,q2,q 3)
y=y(q1,q2,q3) → 3 derajatkebebasan
z=z(q1,q2,q 3 )

Jika q berubah dari nilai awal (q 1,q2,...) kenilai


tetangga (q 1+δq1,q 2 +δq2,....) maka perubahan tersebut kaitannya
dengan koordinatkartesan.

4
Contoh

Untuk gerak partikel didalam bidang, missal dipilih koordinat polar


maka q1=r dan q2=θ sehingga.

jika sistem terdiri atas banyak partikel dengan n derajat


kebebasan, koordinat umumnya dinyatakan oleh q1, q2,...,qn
sehingga perubahan konfigurasi dari q1, q2, ..., qnke q 1+δq1, q2
+δq 2,⋯, qn +δq n menyebabkan perubahan dalam koordinat kartesan

2.1.2. Gaya Umum

Jika benda bergeser sejauh δr karena adanya pengaruh gaya


F maka kerja yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah

5
Ungkapan tersebut tidak hanya untuk 1 partikel saja, tetapi
juga untuk banyak partikel. Untuk 1 partikeli:1→3,untuk N partikel
i:1→3N.Jika δ xi kemudian dinyatakan dalam koordinat umum, maka

Dimana

→Gaya umum

2.1.3. Gaya Umum Untuk Sistem Konservatif

Partikel yang berada dalam medan konservatif, gayanya


dinyatakan oleh

sehingga gaya umum dalam medan konservatif dinyatakan oleh

Misal untuk koordinatpolardimana q1=r dan q2=θ maka gaya


umumnya adalah

6
2.1.4 Persamaan Lagrange

Untuk memperoleh persamaan differensial tentang gerak,


maka kita mulai dengan ungkapan

Energi kinetik yang dimiliki oleh N partikel adalah

Dimana xi merupakan fungsi koordinat umum


xi =xi (q1,q2,q3,...,q n ,t), sehingga

Ingat bahwa i=1,...,3N → menyatakan jumlah partikel

k=1,...,n →menyatakan jumlah derajat kebebasan

Apabila xi bukan fungsi t, maka diperoleh ungkapan

Jika kedua ruas dikalikan dengan ẋi kemudian diturunkan terhadap t,


maka diperoleh

7
dengan mengalikan kedua ruas dengan m

dengan menjumlah ke seluruh I

Maka

Persamaan inilah yang disebut persamaan Lagrange. Untuk gerak


konservatif dimana

maka ungkapan (18) dapat ditulis kembali menjadi

Jika diberikan fungsi Lagrange

8
dimana T dan V dinyatakan dalam koordinat umum
∂V
V ≡V(qk) → = 0 ,maka
∂q˙k

sehingga persamaan Lagrange untuk sistem yang konservatif adalah

Jadi, persamaan diferensial gerak untuk sistem konservatif


dapat diperoleh jika fungsi Lagrange dalam set koordinat diketahui.
Jika gaya umumnya tidak konservatif, missal Q ' k (misal ada
gaya gesek) dan sebagian dapat diturunkan → fungsi potensial V
yaitu

Maka dari L=T−V diperoleh

2.2. Contoh Soal Persamaan Lagrange


1.

9
Jawab:

2.

10
3.

Jawab:

percepatan

11
2.3. Aplikasi Persamaan Lagrange

Untuk mengaplikasikan persamaan Lagrange maka langkah-langkahnya


adalah sebagai berikut.
1. Pilih koordinat yang sesuai untuk menggambarkan konfigurasi dari
sistem tersebut.
2. Tentukan T sebagai fungsi koordinat dan turunan waktu.
3. Jika sistem konservatif maka carilah V sebagai fungsi koordinat,
Jika sistem non konservatif maka carilah gaya umumnya→ Qk.
4. Persamaan diferensial gerak diberikan oleh

2.3.1. Osilator Harmonik

Ditinjau sebuah osilator harmonik dimana terdapat gaya redaman


yang sebanding dengan kecepatan. Jadi sistem adalah nonkonservatif.
Jika x adalah pergeseran, maka fungsi Lagrangenya adalah

Dimana m adalah massa benda dan K adalah parameter stiffness.


Dengan mengaplikasikan pers. Lagrange, dimana

dengan kehadiran gaya redaman yang sebanding dengan

kecepatan yaitu −cx˙ persamaan geraknya menjadi

12
2.3.2. Partikel tunggal di dalam medan sentral

Marilah kita mencari persamaan gerak Lagrange untuk partikel


yang bergerakdi dalam bidang dibawah medan central. Dalam hal ini
kita memilih koordinat polar q1=r dan q2=θ , maka

Kemudian

Karena sistemnya adalah konservatif, maka persamaan geraknya


adalah

2.4. Persamaan Euler

Rumus Euler banyak digunakan dalam penyelesaian matematika atau


kalkulus terutama pada penyelesaian bilangan kompleks.Rumus Euler juga
dipakai padaThe Exact Iterative Riemann Solver, The Approximate Riemann

13
Solver of Roe,The HLLE Riemann Solver. Untuk memperoleh model tersebut,
maka penulis menggunakan penurunan yang berasal dari :

=e

Dalam penurunan ini kita mensubstitusi norm dan argumen dari ex+iy
pada bilangan kompleks dalam koordinat polar, hingga diperoleh penurunan
Rumus Euler.
Dalam hal ini untuk mendapatkan penurunan Rumus Euler penulis
menguraikan norm dan argumen dari
Terlebih dahulu kita mencari norm dari

Kita telah mengetahui bahwa = e,

Analog

Sehingga ,

Atau = .

Mengingat rumus di atas berlaku untuk bilangan kompleks z, maka dengan


mensubstitusi x = z, didapat

di mana z = x + iy (bilangan kompleks dalam koordinat Cartesius),sehingga

= ….(1)

Norm dari adalah :

14
=

= (x+0)

Jadi, …………………..(2)

Untuk mencari argumen dari , terlebih dahulu kita membahas bilangan

komplek sdalam koordinat Polar z = r(cos θ + i sin θ ) , makatg θ = ,

sehingga θ = arc tg ,dan z n = r n (cos θ + i sin θ )n. Di mana (cos θ + i sin

θ )n = (cos nθ + i sin nθ ) berdasarkan Teorema De Moivre, maka z n = r n(cos


nθ + i sin nθ ) , sehingga arg(zn) = nθ , atau arg(z n ) = n arc tg . Kemudian

kita menentukan argumen dari ex+iy, di mana dari persamaan (1) telah
diperoleh

ex+iy =

Maka,

arg ( )=

arg ( )=

15
arg ( )=

arg ( )= .

karena = = = =1

Bilangan kompleks dalam koordinat Polar

z = r(cos θ + i sin θ)

di mana r = z dan θ = arg(z), sehingga

z = z [cos {arg(z)}+ i sin {arg(z)}]….(4)

Ambil z = ex + iy , maka persamaan (4) akan berubah menjadi :

ex+ iy = ex + iy [cos {arg(ex + iy )}+ i sin {arg(ex + iy )}] ….(5)

Substitusi (2) dan (3) pada (5), sehingga persamaan (5) menjadi :
ex+ iy = ex(cos y + i sin y) ,
exeiy= ex(cos y + i sin y) ,
sehingga
eiy= cos y + i sin ……(6)

Substitusi y =θ pada persamaan (6),maka persamaan (6) berubah menjadi :

eiθ = cos θ+i sin θ


dimana
θ = arc tg

2.4.1. Tinjau Integral

𝐼= 𝑑x, dengan 𝑦′ =

16
Persoalannya adalah bagaimana menentukan y(x) agar I stasioner
(ekstrem, minimum atau maksimum). Kita definisikan Y(x) :

𝑌(𝑥) = 𝑦(𝑥) + 𝜖𝜂(𝑥)

dengan y(x) adalah nilai ekstrem yang dicari, 𝜖 adalah sebuah


parameter, dan 𝜂(x) sebagai fungsi dari x, yang nilainya nol pada x1
dan x2. Juga diperoleh :

𝑌′(𝑥) = 𝑦′(𝑥) + 𝜖𝜂′(𝑥)

Bila 𝜖 = 0, maka (𝑥) = (𝑥), dan pers.(3.1) menjadi :

(𝜖) = 𝑑x

Dengan kata lain, (𝜖) minimum bila 𝜖 = 0, atau dapat ditulis :


= 0, bila 𝜖 = 0.

Mengingat bahwa Y dan Y’ sebagai fungsi dari 𝜖, diferensiasi (𝜖)


terhadap 𝜖, diperoleh :

Substitusi Y dan Y’ akhirnya diperoleh (selengkapnya baca Boas,


p.388) :

Karena (𝑥) sembarang, pernyataan haruslah sama dengan

nol.
Atau :

17
2.4.2. Persamaan Euler-Lagrange

Dalam koordinat polar (𝑟, 𝜃), penyederhanaan integral


(membuatnya stasioner) :

Kita pecahkan persamaan Euler:

Untuk menyederhanakan

dimana 𝑥̇ =

kita pecahkan :

- =0

2.5. Contoh Soal Persamaan Euler

1. Tuliskan dan pecahkan persamaan Euler yang membuat integral berikut


stasioner (geodesic dalam suatu bidang).

dx

Jawab :

Kita lakukan penyederhanaan dx

Dalam persoalan ini, 𝐹 = dx, maka

= dan =0

dan dengan persamaan Euler , memberikan :

=0

18
Integrasi terhadap x, diperoleh :
konstan,

atau𝑦′ = konstan. Jadi slope (𝑥) adalah konstan, sehingga (𝑥) adalah berupa
sebuah garis lurus sebagaimana yang diinginkan.

2. Tuliskan dan selesaikan persamaan Euler agar kuantitas berikut stasioner!

Jawab:

19
2.6. Aplikasi Persamaan Euler

2.6.1. Persamaan Euler pada Fluida


Metode Euler menguraikan hubungan antara kedudukan
berbagai partikel fluida dengan waktu, dimana fluida dianggap sebagai
kontinu. Persamaan Euler dapat diterapkan pada aliranyang tidak dapat
dimampatkan dan yang dapat dimampatkan dengan asumsi kecepatan
aliran adalah bidang solenoida, atau menggunakan persamaan energi
lain yang sesuai (bentuk paling sederhana untuk persamaan Euler
adalah kekekalan entropi spesifik). Secara historis, hanya persamaan
mampat yang diturunkan oleh Euler .Namun, literatur dinamika fluida
sering mengacu pada himpunan lengkap - termasuk persamaan energi -
dari persamaan kompresibel yang lebih umum bersama-sama sebagai
"persamaan Euler".
Persamaan gerak fluida yang merupakan bentuk lain dari
persamaan Euler adalah

Aplikasi penting dari persamaan gerak ini dapat dijumpai pada


medan gravitasi yang terkarakterisasioleh percepatan (gaya per satuan
massa) g. Dalam masalah ini, fluida mempunyaigaya ρg, yang
merupakan gaya yang bekerja pada satuan volum. Dengan demikian,
persamaangerak di atas dapat dituliskan dalam bentuk

(2)

Secara umum, jika fluida mendapat gaya eksternal F


(dyn/cm3), maka persamaan geraknyaadalah

20
(3)

Contoh: Bintang Statis


Diasumsikan bahwa gaya gravitasi dapat diturunkan dari
potensial gravitasi g = ϕ. Potensialϕdapat dihubungkan dengan
kerapatan gas dalam bintang melalui persamaan Poisson,
ϕ=4πGρ.(4)

Dari persamaan (2) dengan v = 0, akan didapatkan


ϕ(5)

Jika persamaan ini dikenai divergensi

ϕ)= ϕ(6)

Maka
- 4πGρ (7)

Untuk menyelesaikan persamaan (7) diperlukan hubungan


yang melibatan P dan ρ, conntohnyapersamaan keadaan.

2.6.2. Persamaan Euler dalam Koordinat Bola

Gambar: Koordinat bola dalam sistem kartesius

Vektor satuan (n,ℓ,m) dihubungkan dengan vektor satuan (i,j,k)


melalui

21
n = sin θcos ϕi + sin θsin ϕj + cos θk
ℓ= cos θcos ϕi + cos θsin ϕj -sin θk (8)
m = -sin ϕi + cos ϕj
Sedangkan vektor posisi r dan kecepatan v diberikan oleh persamaan
r˙= rn (θ, ϕ) (9)
v = r˙ = r˙n + rn˙
Dari persamaan (8) akan didapatkan hubungan

(10)
sehingga

(11)
dan

(12)
kecepatan v
(13)
dengan

(14)
dan kita juga mempunyai

(15)
masih dari persamaan (8), kita mempunyai

(16)

22
Sehingga

(17)
Dari persamaan (8) kita juga bisa menuliskan

(18)
Sehingga

(19)
Menggunakan persamaan, kita dapatkan

(20)
Menggunakan persamaan (14) dan (15)

(21)
Berdasarkan persamaan (13) suku pertama dari persamaan (3) dapat
ditulis dalam bentuk

(22)
dan tekanan dari persamaan (3) dapat ditulis dalam bentuk

(23)
Gaya per satuan volumenya dapat ditulis dalam bentuk
(24)
Dari berbagai persamaan di atas, maka kita dapat menyusun kembali
persamaan eulernya berdasarkankomponen n, ℓ,m:

23
a. Komponen radial, satuan vektor n

b. Komponen polar, satuan vektor ℓ

c. Komponen azimut, satuan vektor m

2.6.3. Koordinat Silinder


Hubungan antara vektor satuan (h,m,k) dengan sistem kartesius
(i,j,k) adalah
h = cos ϕi -sin ϕj
m = -sin ϕi + cos ϕj
k=k
Posisi r dan kecepatan v diberikan oleh persamaan
r = Rh + zk

Suku ∂v/∂t dalam persamaan (2.17) dapat ditulis dengan


koordinat silinder dengan proseduryang analog dengan koordinat bola.
Gaya persatuan volumenya
F = FRh + Fϕm+ Fzk

24
Gambar: Koordinat dan vektor satuan silinder dalam sistem kartesius

Kita dapat menuliskan persamaan euler dalam 3 komponen (R, ϕ,


z) sebagai berikut:
a. Komponen radial, satuan vektor h

b. Komponen azimuth, satuan vektor m

c. Komponen vertikal, satuan vektor k


+

25
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Mekanika Lagrangian adalah pengembangan formulasi mekanika klasik


diperkenalkan oleh Joseph Louis Lagrange pada 1788. Dalam mekanika
Lagrangian, alur benda didapat dengan mencari jalur yang meminimkan
aksi, sebuah kuantitas yang merupakan integral dari Lagrangian sejalan
dengan waktu. Aplikasi dari Persamaan Lagrange diterapkan salah
satunya dalam materi Osilator Harmonik dan Partikel Tunggal didalam
Medan Sentral.
2. Metode Euler menguraikan hubungan antara kedudukan berbagai partikel
fluida dengan waktu, dimana fluida dianggap sebagai kontinu. Persamaan
Euler dapat diterapkan pada aliranyang tidak dapat dimampatkan dan
yang dapat dimampatkan dengan asumsi kecepatan aliran adalah bidang
solenoida, atau menggunakan persamaan energi lain yang sesuai (bentuk
paling sederhana untuk persamaan Euler adalah kekekalan entropi
spesifik).

26
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rohim. 2016. Catatan Kuliah Mekanika Fluida. https://docplayer.info/72530537-


catatan-kuliahcmekanika-fluida.html (diakses tanggal 9 Januari 2021 jam 21.22).

BengkelMaFiA. 2017. F108 Mekanika Lagrange: Contoh Soal 1.


https://www.youtube.com/watch?v=HVnA5fCq71w (diakses tanggal 11 januari
2021 jam 21.50).

BengkelMaFiA. 2017. F108 Mekanika Lagrange: Contoh Soal 2.


https://www.youtube.com/watch?v=6aDJzHm9skg (diakses tanggal 11 januari
2021 jam 22.59).

BengkelMaFiA. 2017. F108 Mekanika Lagrange: Contoh Soal 4.


https://www.youtube.com/watch?v=ZMWXaYtRjCc (diakses tanggal 11 januari
2021 jam 23.56).

Krey, Uwe, Anthony Owen. 2007. Basic Theoretical Physics. Verlag Berlin
Heidelberg: Springer.

Supardi. 2015. Mekanika Lagrangian.


https://www.slideshare.net/12Riyan343/mekanika-lagrange-47423822 (diakses
tanggal 10 Januari 2021 jam 19.50).

Suhandi, Andi. 2017. Kalkulus Variasi.


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/196908171994031-
ANDI_SUHANDI/Kalkulus_Variasi_ (diakses 9 Januari 2021 jam 23.05).
Siregar, Rahmat Nawi. 2019. Mekanika 13.3 Mekanika Lagrange (Formulasi
Persamaan Lagrange). https://youtu.be/0Qg7Y46UMmU (diakses tanggal 11
Januari 2021 jam 20.02).

Siregar, Rahmat Nawi. 2019. Mekanika 13.3 Mekanika Lagrange (Koordinat Umum).
https://youtu.be/Ob6RylUZ6J0 (diakses tanggal 11 Januari 2021 jam 21.00).

Wikipedia.org. Persamaan Euler (Dinamika Fluida).


https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Euler_equa
tions _(fluid_dynamics)&hl=id&client=srp&prev=search (diakses tanggal 9
Januari 2021 jam 19.56).

Wikipedia.org. Mekanika Lagrangian.


https://translate.googleusercontent.com/translate_c?client=srp&depth=1&hl=id&
nv=1&prev=search&pto=aue&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=i
d&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Lagrangian_mechanics&usg=ALkJrhjNn5
L I_zZ0ak-3iZSBQsYCwxB46w (diakses tanggal 10 Januari 2021 jam 17.40).

Yuliara, I Made. 2015. Bahan Ajar Fisika Matematika II.


https://id.scribd.com/document/426391198/kalkulus_vriasi_pdf (diakses tanggal
9 Januari 2021 jam 20.09).

Anda mungkin juga menyukai