Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIKA MODERN

TEORI RELATIVIATAS KHUSUS

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si.
Luh Putu Budi Yasmini, S.Pd, M.Sc.

OLEH :
Arum Sekar Kinasih (1913021023)
I N. Widya Artha (1913021030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020

i|Fisika Modern Dasar


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, makalah yang berjudul “Teori Relativitas Khusus” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu maupun mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun
meteriil yang diberikan guna membantu proses penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, walaupun penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menjadikan
makalah ini lebih baik di kemudian hari. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Om Santih, Santih, Santih, Om.

Singaraja, September 2020

Penulis

ii | F i s i k a M o d e r n D a s a r
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1. Prinsip Relativitas .................................................................................. 3
2.2. Kerangka Acuan Inersial ........................................................................ 4
2.3. Transformasi Galileo ............................................................................. 4
2.4. Percobaan Michelson-Morley ................................................................ 6
2.5. Postulat Einstein Tentang Teori Relativitas Khusus ............................... 9
2.6. Transformasi Lorentz ........................................................................... 10
BAB III.............................................................................................................. 16
PENUTUP ......................................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 16
3.2. Saran ................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

iii | F i s i k a M o d e r n D a s a r
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 5
Gambar 3.2 5
Gambar 3.1 5
Gambar 4.1 6
Gambar 6.1 11

iv | F i s i k a M o d e r n D a s a r
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fisika adalah ilmu yang berupaya secara ilmiah menelaah gejala alam mulai
dari skala mikro (partikel elementer) hingga skala makro (jagad raya), serta mulai
dari kelajuan rendah hingga kelajuan maksimum. Teori relativitas merupakan salah
satu tulang punggung fisika modern. Sumbangannya terutama dalam bentuk
penataan dan pelurusan konsep-konsep dasar dalam fisika, khususnya yang
berkaitan dengan ruang-waktu, momentum-energi sebagai aspek kinematika semua
gejala alam, yang selanjutnya mengangkat cahaya sebagai pembawa isyarat
berkelajuan maksimum.
Sebelum teori relativitas umum diperkenalkan oleh Einstein pada tahun
1915, kita mengenal sedikitnya tiga hukum gerak yaitu mekanika Newton,
relativitas khusus, dan gravitasi newton. Mekanika Newton sangat berhasil dalam
menerangkan sifat gerak benda berkelajuan rendah. Namun mekanika ini gagal
untuk benda yang kelajuannya mendekati laju cahaya. Kekurangan ini ditutupi oleh
Einstein dengan mengemukakan teori relativitas khusus. Teori ini berhasil
menerangkan fenomena benda saat melaju mendekati laju cahaya. Sedangkan
gravitasi Newton berlaku pada medan gravitasi lemah.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana prinsip relativitas?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan kerangka acuan inersial?
1.2.3. Bagaimana cara memformulasikan transformasi Galileo ?
1.2.4. Bagaimana esesnsi percobaan Michelson-Morley?
1.2.5. Bagaimana postulat Einstein tentang relativitas khusus?
1.2.6. Bagaimana cara memformulasikan transformasi Lorentz?

1|Fisika Modern Dasar


1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun yag menjadi tujuan dari pembuatan
makalah ini yaitu :
1.3.1. Mengetahui prinsip dari relativitas.
1.3.2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kerangka acuan inersial.
1.3.3. Mengetahui cara memformulasikan transformasi Galileo.
1.3.4. Mengetahui esesnsi dari percobaan Michelson-Morley.
1.3.5. Mengetahui postulat Einstein tentang relativitas khusus.
1.3.6. Mengetahui cara memformulasikan trannsformasi Lorentz.

1.4.Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat bagi penulis, penulis dapat mencari dan mengumpulkan bahan atau
sumber yang relevan untuk menyusun makalah ini dan secara tidak
langsung penulis telah mengenal pokok kajian teori relativitas khusus dalam
proses pengumpulan data.
1.4.2. Manfaat bagi pembaca, pembaca dapat menambah wawasan mengenai teori
relativitas khusus yang sekaligus dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan makalah, serta memberi saran dan masukan yang sifatnya
membangun.

2|Fisika Modern Dasar


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Prinsip Relativitas
Teori relativitas yang dikemukakan oleh ilmuwan fisika Albert Einstein
merupakan sebutan untuk gabungan dari dua teori fisika yaitu relativitas umum dan
relativitas khusus. Kedua teori ini bertujuan untuk membuktikan bahwa gelombang
elektromagnetik tidak sesui dengan terori gerakan newton. Gelombang
elektromagnetik dibuktikan bergerak pada kecepatan yang konstan tanpa
dipengaruhi gerakan sang pengamat. Maksudnya adalah bahwa dua penga,at yang
bergerak relatif terhadap masing-masing yang akan memdapatkan waktu dan
interval ruang yang berbeda apa kejadian yang sama. Tetapi isi hokum fisika akan
terlihat sama oleh keduanya.
Relativitas khusus menunjukan bahwa jika dua pengamat berada dalam
kerangka acuan lebam dan bergerak dengan kecepatan sama relative terhadap
pengamat lain, maka kedua pengamat tersebut tidak dapat melakukan percobaan
untuk menentukan apakah mereka bergerak atau diam. Seperti saat kita berada di
dalam sebuah kapal selam yang bergerak dengan kecepatan tetap maka kita tidak
akan bisa mengatakan apakah kapal selam sedang bergerak atau diam. Teori
ralativitas khusus disadarkan pada postulat bahwa kecepatan cayaha akan sama
terhadap semua pengamat yang berada dalam kerangka acuan lembam. Terdapat
postulat lain yang mendasari teori ini bahwa hokum fisika memiliki bentuk
matematis yang sama dalam kkerangka acuan lembam manapun. Dalam teori
ralativitas umum, postulat ini diperluas untuk mencangkup semua kerangka acuan
tidak hanya kerangka lembam saja.
Teori relativitas umum dikemukakan oleh Einstein pada 1916, teori ini
menggunakan matematika geometri diferensial dan tensoruntuk menjelaskan
gravitasi. Dan teori ini menggantikan hukum gravitasi Newton. Teori relativitas
umum memiliki bentuk yang sama bagi seluruh pengamat (bagi pengamat yang
bergerak maupun diam). Dalam teori ini gravitasi bukan lagi sebuah gaya
melainkan konsekuensi dari kelengkungan (curvatiure) ruang waktu, hal ini terjadi
karena kehadiran massa. Hukum relativitas khusus menjadi dasar fisika modern
karena hukum - hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua lerangka

3|Fisika Modern Dasar


acuan inersia, semua gerak adalah relative. Postulat pertama karena tidak adalanya
kerangka acuan secara universal sebagai acuan mutlak dan merpakan perluasan
relativitas Newton. Kelajuan cahaya di ruang hampa adalah sama untuk semua
pengamat, postulat kedua memiliki implikasi yang sangat luas dimana kecepatan,
panjnag, waktu, dan massa benda semuanya bersifat relatif.

2.2.Kerangka Acuan Inersial


Konsep kerangka acuan tempat pengamat melakukan pengamatan. Kerangk
acuan merupakan sistem koordinat dimana seorang pengamat melakukan
pengamatan terhadap sesuatu. Kerangka acuan inersia merupakan suatu kerangka
yang bertranslasi dengan suatu kecepatan yang konstan, berarti kerangka acuan itu
tidak berotasi dan pusat koordinatnya bergerak dengan kecepatan konstan di
sepanjang sebuah garis lurus. Kecepatan pada acuan iniersia ini adalah konstan atau
tetap dan diam, tidak dipercepat maupun diperlambat. Dalam kerangka acuan
iniersia ini berlaku hokum pertama Newton dan hokum gerak Newton.
Hukum pertama Nweton mendefinisikan bahwa kerangka acuan inersia
merupakan kerangka acuan pengamat yang dimana jika dia mengamati benda dan
pada benda tersebut total gaya eksternal yang bekerja adalah nol, maka benda akan
diam atau bergerak konstan. Untuk mengamati terdapat langkah-langkah, pertama,
pengamat mengamati benda. Kedua resultan gaya yang bekerja pada benda nol.
Ketiga Pengamat mengamati benda: Benda diam atau bergerak dengan kecepatan
tetap Pengamat dapat memutuskan bahwa dia berada di kerangka acuan inersia.

2.3.Transformasi Galileo
Transformasi Galileo mengenai koordinat, waktu dan kecepatan tidak taat
dengan kedua postulat Einstein. Meskipun transformasi Galileo sesuai dengan akal
sehat kita, ia tidak memberi hasil yang sesuai dengan berbagai percobaan pada laju
tinggi. Oleh karena itu, kita memerlukan seperangkat persamaan transformasi baru
yang dapat meramalkan berbagai efek relativistik seperti penyusutan panjang,
pemuluran waktu dan efek Doffler relativistik. Karena kita juga mengetahui bahwa
transformasi Galileo berlaku baik pada laju rendah, transformasi baru ini haruslah

4|Fisika Modern Dasar


memberikan hasil yang sama seperti transformasi Galileo apabila laju relatif antara
S dan S’ adalah rendah.

Gambar 3.1 Kerangka acuan inersial dari S dan S’


Transformasi yang memenuhi semua persyaratan ini dikenal dengan
transformasi Lorentz dan seperti halnya transformasi Galileo, ia mengaitkan
koordinat suatu peristiwa ( x, y, z , t ) sebagaimana diamati dari kerangka S dengan
koordinat peristiwa yang sama ( x' , y ' , z ' , t ' ) yang diamati dari kerangka acuan S’
yang sedang bergerak dengan kecepatan v terhadap S. Dengan menganggap bahwa
gerak relatifnya adalah sepanjang arah x positif.

Gambar 3.2 (a) S, memiliki sistem koordinat XYZ dan S’, memiliki sistem
koordinat X’Y’Z’. (b) Setelah selang waktu t, titik asal koordinat S’ berada sejauh
v.t dari titik asal koordinat S.
Setelah selang waktu t, koordinat setiap benda (misal titik P) pada kerangka
acuan S’ kita nyatakan dengan koordinat pada kerangka acuan S. dari gambar 2. (b)
tampak bahwa
O’P = OP – OO’
O’P adalah koordinat x’, OP adalah koordinat x, dan OO’ = v t, sehingga
persamaan di atas menjadi

5|Fisika Modern Dasar


x' = x – v t 3.1
Koordinat y dan z dari benda tidak berubah karena kerangka acuan S’ dibatasi
hanya bergerak sepanjang sumbu X, dan tidak pada sumbu Y dan Z. oleh karena itu
y' = y 3.2
z' = z 3.3
Jadi, Transformasi Galileo untuk koordinat dan waktu adalah
x’ = x – v.t
y’= y,
z’= z,
t’= t 3.4
Transformasi kebalikannya adalah
x = x’ + v.t’
y = y’
z = z’
t = t’ 3.5

2.4.Percobaan Michelson-Morley
Menurut kaidah transformasi Galileo, kecepatan (termasuk kecepatan
cahaya) yang teramati oleh dua kerangka acuan yang saling bergerak relative
tersebut berbeda satu sama lain dan besarnya bergantung pada kecepatan relatif.
Sebaliknya percobaan Michelson-Morley yang dilakukan pada 1887
membuktikan bahwa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh kecepatan kerangka
acuannya. Untuk membahas percobaan ini, andaikan di dalam suatu kerangka acuan
S yang dipilih, laju cahaya ke segala arah adalah c, dan bumi bergerak dengan
kecepatan v kearah sumbu x positif.
Keterangan gambar
A : pemecah berkas
B, C : cermin pemantul
S : sumber cahaya
D : detector cahaya

Gambar 4.1 Kerangka acuan Michelson-Morley

6|Fisika Modern Dasar


Kecepatan cahaya menurut pengamat di bumi 𝑐 − 𝑣 . Waktu yang diperlukan oleh
cahaya untuk menempuh jarak dari pemecah berkas A ke cermin datar B (dengan
kecepatan 𝑐 − 𝑣) dan kembali ke A dengan kecepatan 𝑐 + 𝑣 sesudah dipantulkan
di B adalah
𝑙1 𝑙1
∆𝑡1 = +
𝑐−𝑣 𝑐+𝑣
2𝑙1 𝑐
∆𝑡1 = 2
𝑐 − 𝑣2
2𝑙1⁄
𝑐
∆𝑡1 = 2 4.1
1−𝑣 ⁄ 2
𝑐

Dengan 𝑙1 adalah jarak AB. Dalam perjalanannya dari A ke cermin datar C dan
kembali, cahaya mempunyai kecepatan 𝑐 tegak lurus terhadap 𝑣, sehingga
kecepatan cahaya menurut kerangka di bumi adalah
𝑐 ′ = ±𝑐 − 𝑣
Dan besarnya adalah
𝑐 ′2 = 𝑐 2 − 𝑣 2 ∓ 2 𝑐. 𝑣
Karena 𝑐 ⊥ 𝑣 maka

𝑐 ′ = √( 𝑐 2 − 𝑣 2 )
Waktu yang diperlukan cahaya bergerak dari A ke C dan kembali lagi sesudah
pemantulan di C adalah
𝑙2 𝑙2
∆𝑡2 = +
√ 𝑐 2 − 𝑣2 √ 𝑐 2 − 𝑣2
2𝑙2⁄
𝑐
∆𝑡2 = 2
4.2.
√1−𝑣 ⁄ 2
𝑐

Perbedaan waktu tempuhnya adalah


∆𝑡 = ∆𝑡1 − ∆𝑡2
2𝑙1⁄ 2𝑙2⁄
𝑐 𝑐
∆𝑡 = 2 − 4.3
1−𝑣 ⁄ 2 2
√1−𝑣 ⁄ 2
𝑐 𝑐

Jika kemudian peralatan diputar 900 maka peranan 𝑙1 dan 𝑙2 saling dipertukarkan
demikian pula 𝑡1 dan 𝑡2 menjadi 𝑡2′ dan 𝑡1′ sehingga perbedaan waktu tempuhnya
menjadi:
∆𝑡 ′ = ∆𝑡1′ − ∆𝑡2′

7|Fisika Modern Dasar


2𝑙1⁄ 2𝑙1⁄
𝑐 𝑐
∆𝑡 ′ = − 2 4.4
√1−𝑣 ⁄ 2
2 1−𝑣 ⁄ 2
𝑐 𝑐

Dengan demikian, jika perlatan diputar 900 maka harapannya adalah terjadi
pergesaran pola interferensi yang teramati oleh detector D sebesar:
(∆𝑡 ′ − ∆𝑡)
𝛿=𝑐
𝜆

(𝑙1 + 𝑙2 ) 1 1
𝛿=2 [ − 2 ] 4.5
𝜆
√1− 𝑣2 ⁄ 2 1−𝑣 ⁄ 2
𝑐 𝑐

Untuk v << c diperoleh


(𝑙1 + 𝑙2 ) 𝑣2
𝛿 ≈ [ 2] 4.6
𝜆 𝑐

Michelson dan Morley melakukan percobaan tersebut dengan nilai-nilai


(𝑙1 + 𝑙2 ) = 2𝑚 dan 𝜆 = 5,9 × 107 𝑚. Sementara laju v berorde besar 30 km/s
sesuai dengan laju gerak bumi mengedari matahari. Untuk nilai-nilai tersebut, kita
mengharapkan 𝛿 ≈ 0,37 yang cukup signifika, naun terbukti tidak ada pergeseran.
Michelson dan Morley melakukan percobaan berkali-kali pada saat yang berlainan
sepanjang tahun dan dilokasi berbeda-beda. Namun hasilnya selalu sama. Dengan
demikian, kesimpulannya adalah besar kecepatan cahaya tetap tidak bergantung
kepada kerangka pengamatnya apakah di S (kerangka matahari) atau di bumi yang
bergerak dengan kecepatan v terhadap S.
Untuk menjelaskan masalah diatas, kerangka eter dimana eter (sebagai
medium yang diperlukan untuk penjalaran cahaya dengan kelajuan c) diam, ikut
terseret dengan gerakan bumi sehingga pergeseran pola interferensi tidak terjadi.
Namun fenomena eter terseret bertentangan dengan gejala aberasi bintang yang
telah lama teramati sebelumnya, yaitu sebagai akibat gerakan bumi di lautan eter
mengedari matahari sepanjang tahun. Akibat tidak menentunya keadaan gerak eter
terhadap bumi, maka konsep ini selanjutnya ditinggalkan dan kehadiran cahaya
diruang hampa tanpa hadirnya medium tidak perlu dipermasalahkan (Kusminarto,
2011).

8|Fisika Modern Dasar


2.5.Postulat Einstein Tentang Teori Relativitas Khusus
Prinsip relativitas Galileo hanya terbatas membuat persamaan gerak
Newton invarian. Eksperimen Michelson-Morley telah menghasilkan kesimpulan
bahwa prinsip relativitas Galileo tidak akan berlaku dalam gejala elektromagnetik.
Padahal gejala elektromagnetik yang dirumuskan secara lengkap oleh persamaan-
persamaan Maxwell sangat terkait dengan pengukuran-pengukuran dalam
mekanika.
Untuk itu, perlu memperluas prinsip relativitas Galileo sedemikian hingga
juga persamaan elektromagnetik Maxwell, yaitu suatu prinsip relativitas yang dapat
membuat persamaan Maxwell invarian. Perluasan prinsip relativitas Galileo
dirumuskan pertama kali oleh Einstein. Pada tahun 1905, Einstein mengusulkan
teori relativitas khusus yang bersandar pada dua postulat, yakni:
1. Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam
semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu sama lain.
Postulat ini menyatakan ketiadaan kerangka acuan yang universal. Jika hukum
fisika berbeda untuk pengamat yang berbeda dalam kerangka gerak relatif,
maka kita dapat menentukan mana yang dalam keadaan “diam” dan mana yang
“bergerak” dari perbedaan tersebut, tetapi karena tidak terdapat kerangka acuan
universal, perbedaan itu tidak terdapat, sehingga muncul postulat di atas.
2. Kecepatan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak
bergantung dari keadaan gerak pengamat itu (Beiser, 1987).
Hal penting yang langsung dapat diturunkan dari prinsip di atas adalah
bahwa waktu ternyata merupakan besaran yang relatif. Bukti pernyataan tersebut
sangat mudah. Tinjaulah pengamat A dalam kerangka acuan S yang diam dan
pengamat B dalam kerangka acuan S ' yang sedang bergerak relatif terhadap S
dengan kecepatan tetap. Kedua pengamat tersebut sedang mengukur laju cahaya.
Menurut pengamat A, laju cahaya tersebut adalah c dan menurut pengamat B
lajunya c ' .
maka,
2
 dx 
c = 
2
5.1
 dt 

9|Fisika Modern Dasar


2
 dx ' 
c =  ' 
2
5.2
 dt 
Menurut postulat pertama, haruslah dipenuhi persyaratan:
2
 dx   dx 
2 '
c =   =  ' 
2
5.3
 dt   dt 
Akan tetapi, karena jarak yang ditempuh cahaya dalam kerangka S yang diam pada
umumnya belum tentu sama dengan yang ditempuh dalam kerangka acuan S ' yang
2
 dx   dx 
' 2

bergerak. Maka, dx  dx . Dengan demikian, agar persamaan c =   =  ' 


' 2

 dt   dt 
tetap terpenuhi maka, dx  dt yang menyatakan bahwa waktu merupakan besaran
relatif.

2.6.Transformasi Lorentz
Postulat Einstein yang diterbitkan pada tahun 1905 sebagai pendekatan
sederhana terhadap masalah yang timbul dalam percobaan Michelson-Morley
mengakibatkan koreksi terhadap transformasi Galileo. Transformasi Galileo
khususnya pada persamaan 𝑣 = 𝑣 ′ + 𝑢 menyatakan bahwa laju cahaya tidak sama
untuk kerangka acuan inersial yang berbeda (Kusmonarto, 2011: 10). Hal ini
bertentangan dengan postulat Einstein yang kedua, yakni laju cahaya pada ruang
hampa sama besarnya di semua kerangka inersial. Oleh sebab itu perlu dilakukan
koreksi terhadap transformasi Galileo.
Lorentz mengusulkan koreksi terhadap persamaan pada transformasi
Galelio dengan penambahan konstanta penghubung. Berikut adalah persamaan
yang diberikan oleh Lorentz:
𝑥 ′ = 𝛾 (𝑥 − 𝑣𝑡) 6.1
𝑦′ = 𝑦 6.2
𝑧′ = 𝑧 6.3
𝑡 ′ = 𝛾(𝑡 − 𝛿𝑥) 6.4
di mana 𝛾 adalah konstanta yang dapat bergantung pada u dan c tetapi tidak pada
koordinat (Tipler, 1978: 21). Adapun inversi dari transformasi Lorentz (Pers. 6.1 –
6.4) adalah:

10 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
𝑥 = 𝛾 (𝑥 ′ + 𝑣𝑡′) 6.5
𝑦 = 𝑦′ 6.6
𝑧 = 𝑧′ 6.7
𝑡 = 𝛾(𝑡 ′ + 𝛿𝑥) 6.8
Jika sebuah pulsa cahaya yang dimulai pada 𝑡 = 0 dengan asumsi awal untuk
mulainya pulsa cahaya bertepatan pada 𝑡 = 𝑡 ′ = 0, dan pulsa cahaya tersebut
dimulai pada titik asal 𝑂′ pada 𝑡 ′ = 0. Pulsa cahaya berjarak 𝑥 = 𝑐𝑡 dari titik 𝑂
searah sumbu X+ (seperti gambar 6.1). Selanjutnya 𝑥 ′ = 𝑐𝑡′ pada 𝑂′. Sehingga
diperoleh persamaan 4.9 dan 4.10 sebagai berikut.
𝑐𝑡 = 𝛾 (𝑐𝑡 ′ + 𝑣𝑡 ′ ) = 𝛾(𝑐 + 𝑣)𝑡 ′ 6.9
𝑐𝑡 ′ = 𝛾 (𝑐𝑡 − 𝑣𝑡) = 𝛾(𝑐 − 𝑣)𝑡 6.10
Dan
𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 = 𝑐 2𝑡 2 6.11
𝑥 ′2 + 𝑦′2 + 𝑧′2 = 𝑐 2 𝑡 ′2 6.12

Gambar 6.1. Ilustrasi Transformasi Lorentz


Dengan mereduksi persamaan 6.9 dan persamaan 6.10 maka dapat dicari nilai
konstanta pembanding (𝛾) yang merupakan koreksi yang diberikan oleh Lorentz.
Penyederhanaan tersebut dilakukan dengan mengeliminasi 𝑡 dan 𝑡′ dari persamaan
dari kedua persamaan tersebut.
𝑐𝑡 = 𝛾(𝑐 + 𝑣)𝑡 ′
𝛾(𝑐+𝑣)𝑡 ′
𝑡= 6.13
𝑐

11 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
Substitusikan persamaan 6.13 ke persamaan 6.10:
𝑐𝑡 ′ = 𝛾(𝑐 − 𝑣)𝑡
𝛾 (𝑐 + 𝑣 ) 𝑡 ′
𝑐𝑡 ′ = 𝛾(𝑐 − 𝑣)
𝑐
𝑐 2 𝑡 ′ = 𝛾 2 (𝑐 − 𝑣)(𝑐 + 𝑣)𝑡′
𝑐 2 = 𝛾 2 (𝑐 2 − 𝑣 2 )

2
𝑐2
𝛾 = 2
𝑐 − 𝑣2
1
𝛾2 =
𝑣2
1− 2
𝑐
1
𝛾= 2
6.14
√1−𝑣2
𝑐

Pada transformasi Galileo menganggap waktu adalah mutlak. Namun setelah


adanya postulat Einstein, maka waktu tidak bisa lagi dipandang mutlak. Dalam
transformasi Lorentz waktu bernilai relatif.
𝑥 =𝑐∙𝑡 6.15
Karena 𝑐 bernilai mutlak dan 𝑥 bernilai relatif, maka waktu harus bernilai relatif
juga. Lorentz mengusulkan bentuk persamaan (6.4), yaitu: 𝑡 ′ = 𝛾(𝑡 − 𝛿𝑥)
Dengan menyubstitusikan persamaan (6.1), (6.2), (6.3), dan (6.11) maka nilai dari
𝛿 dapat diketahui
𝑥 ′2 + 𝑦′2 + 𝑧′2 = 𝑐 2 𝑡 ′2
(𝛾(𝑥 − 𝑣𝑡))2 +𝑦 2 + 𝑧 2 = 𝑐 2 (𝛾 (𝑡 − 𝛿𝑥 ))2
𝛾 2 (𝑥 2 − 2𝑥𝑣𝑡 + 𝑣 2 𝑡 2 )+𝑦 2 + 𝑧 2 = 𝑐 2 𝛾 2 (𝑡 2 − 2𝑡𝛿𝑥 + 𝛿 2 𝑥 2 )
𝛾 2 𝑥 2 − 2𝛾 2 𝑥𝑣𝑡 + 𝛾 2 𝑣 2 𝑡 2 +𝑦 2 + 𝑧 2 = 𝑐 2 𝛾 2 𝑡 2 − 2𝑐 2 𝛾 2 𝑡𝛿𝑥 − 𝑐 2 𝛾 2 𝛿 2 𝑥 2
(𝛾 2 − 𝑐 2 𝛾 2 𝛿 2 )𝑥 2 +𝑦 2 + 𝑧 2 = (𝑐 2 𝛾 2 − 𝛾 2 𝑣 2 )𝑡 2 + 2(𝛾 2 𝑣 − 𝑐 2 𝛾 2 𝛿 6.16
Persamaan 6.15 haruslah identik dengan persamaan 6.10, sehingga diperoleh
hubungan dari persamaan 6.15 sebagai berikut.
(𝛾 2 − 𝑐 2 𝛾 2 𝛿 2 ) = 1 6.17
(𝑐 2 𝛾 2 − 𝛾 2 𝑣 2 ) = 𝑐 2 6.18
2(𝛾 2 𝑣 − 𝑐 2 𝛾 2 𝛿 ) = 0 6.19
Berdasarkan persamaan (6.19) dapat diketahui nilai 𝛿, sebagai berikut:
2(𝛾 2 𝑣 − 𝑐 2 𝛾 2 𝛿 ) = 0

12 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
𝛾 2𝑣 = 𝑐 2𝛾 2 𝛿
𝑣 = 𝑐 2𝛿
𝑣
𝛿 = 𝑐2 6.20

Sehingga diperoleh persamaan transformasi Lorentz untuk koordinat ruang dan


waktu yang memenuhi kedua asas relativitas Einstein, yaitu:
𝑥−𝑣𝑡
𝑥′ = 2
6.21
√1−𝑣2
𝑐

𝑦′ = 𝑦 6.22
𝑧′ = 𝑧 6.23
𝑣𝑥
𝑡− 2
𝑡′ = 𝑐
2
6.24
√1−𝑣2
𝑐

Persamaan (6.21 sampai 6.24) merupakan persamaan akhir dari transformasi


Lorentz. Inversi dari persamaan ini adalah:
𝑥′−𝑣𝑡′
𝑥= 2
6.25
√1−𝑣2
𝑐

𝑦 = 𝑦′ 6.26
𝑧 = 𝑧′ 6.27
𝑣𝑥′
𝑡′ + 2
𝑐
𝑡= 2
6.28
√1−𝑣2
𝑐

Dalam Beiser (1987: 36) disebutkan bahwa Lorentz menunjukkan bahwa rumus
dasar dari keelektromagnetan sama dalam semua kerangka acuan yang dipakai.
Transformasi Lorentz tereduksi menjadi transformasi Galileo jika kecepatan relatif
𝑣 kecil dibandingkan dengan kecepatan cahaya 𝑐. Sehingga benda yang bergerak
relatif terhadap kedua kerangka acuan 𝑂 dan 𝑂′, pengamat di 𝑂 mengukur ketiga
komponen kecepatan dari O adalah:
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
𝑣𝑥 = 𝑣𝑦 = 𝑣𝑧 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Sedangkan pengamat di 𝑂′ mendapatkan:
𝑑𝑥′ 𝑑𝑦′ 𝑑𝑧′
𝑣′𝑥 = 𝑣′𝑦 = 𝑣′𝑧 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Dengan mendiferensialkan persamaan transformasi Lorentz untuk x, y, z dan t,
maka diperoleh:

13 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
𝑑𝑥 ′ + 𝑣 𝑑𝑡′
𝑑𝑥 =
√1 − 𝑣 2 ⁄𝑐 2
𝑑𝑦 = 𝑑𝑦 ′
𝑑𝑥 = 𝑑𝑧 ′
𝑣 𝑑𝑥′
𝑑𝑡 ′ +
𝑐2
𝑑𝑡 =
√1−𝑣 ⁄𝑐 2
2

Sehingga diperoleh persamaan kecepatan sebagai berikut:


𝑑𝑥
𝑣𝑥 =
𝑑𝑡

𝑑𝑥 + 𝑣 𝑑𝑡′
𝑣𝑥 =
𝑣 𝑑𝑥′
𝑑𝑡 ′ + 2
𝑐
𝑑𝑥′
+𝑣
𝑣𝑥 = 𝑑𝑡′
𝑣 𝑑𝑥′
1+ 2
𝑐 𝑑𝑡′
𝑣𝑥′ +𝑣
𝑣𝑥 = 𝑣𝑣 ′ 6.25
1+ 2𝑥
𝑐

Persamaan (6.25) merupakan persamaan transformasi kecepatan relativistik, untuk


komponen sumbu y dan z dengan cara yang serupa diperoleh:
𝑑𝑦′√1−𝑣 2⁄𝑐 2
𝑣𝑦 = 𝑣 𝑑𝑦′
𝑑𝑡 ′ +
𝑐2

𝑣𝑦′√1−𝑣 2⁄𝑐 2
𝑣𝑦 = 𝑣 𝑣′𝑦
6.26
1+ 2
𝑐

𝑣𝑧′ √1−𝑣 2⁄𝑐 2


𝑣𝑧 = 𝑣 𝑣′
6.27
1+ 2𝑧
𝑐

Jika sebuah benda bergerak searah sumbu-x dengan kecepatan cahaya (𝑣′𝑥 ≅ 𝑐),
ini berarti benda bergerak dalam kerangka acuan 𝑂′ dalam arah gerak relatif
terhadap 𝑂, maka pengamat dari 𝑂 akan mengukur kecepatan benda, sebagai
berikut:
𝑐+𝑣 𝑐(𝑐+𝑣)
𝑣𝑥 = 𝑣𝑐 = =𝑐 6.28
1+ 2 𝑐+𝑣
𝑐

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada persamaan 6.28, pengamat dari dua
kerangka acuan yang berbeda yakni daro 𝑂 dan 𝑂′ untuk benda yang bergerak

14 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
dengan kecepatan cahaya, maka kedua pengamat memperoleh hasil pengamatan
yang sama yakni sebesar c.

15 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, yakni :
1. Prinsip Relativitas adalah semua Pengamat yang tidak mengalami percepatan
harus diperlakukan setara dalam semua hal, walaupun bergerak (dengan
kecepatan tetap) relatif terhadap lainnya. Dapat dirumuskan bahwa hukum
fisika adalah invarian untuk semua pengamat inersial (tidak mengalami
percepatan). Dalam ruang hampa, laju cahaya diukur semua pengamat inersial
adalah sama dan tidak tergantung pada gerak sumbernya.
2. Kerangka acuan inersia merupakan suatu kerangka yang bertranslasi dengan
suatu kecepatan yang konstan, berarti. kerangka acuan itu tidak berotasi dan
pusat koordinatnya bergerak dengan kecepatan konstan di sepanjang sebuah
garis lurus.
3. Transformasi Galileo dapat digunakan untuk menyatakan hubungan antara
pengamatan suatu kejadian peristiwa yang terjadi dalam suatu kerangka
inersial, jika diamati oleh pengamat yang berada dalam kerangka acuan lain
yang bergerak dengan kecepatan relatif konstan.
4. Percobaan Michelson-Morley membuktikan bahwa laju cahaya tidak
dipengaruhi oleh kecepatan kerangka acuannya. Tetapi, setelah percobaan ini
dilakukan berulangkali, ternyata konsep tentang adanya eter tidak bisa
dipertahankan, kecepatan cahaya ke arah manapun dia bergerak
pada percobaan Michelson itu besarnya sama.
5. Postulat Einstein menegaskan bahwa:
a. Hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama
dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu
sama lain.
b. Kecepatan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat,
tidak bergantung dari keadaan gerak pengamat itu.
6. Transformasi Lorentz memberikan koreksi terhadap transformasi Galileo
berdasarkan postulat Einstein.

16 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
3.2.Saran
Pada kesempatan ini penulis memberikan saran agar para pembaca lebih
memfokuskan lagi untuk mempelajari teori relativitas karena fenomena alam
semesta akan terungkap melalui hal tersebut.

17 | F i s i k a M o d e r n D a s a r
DAFTAR PUSTAKA

Halim, A. 2011. Fisika Modern I. [Online]


file:///C:/Users/NCRM/Downloads/FisikaModeren.pdf . Di akses pada 5 September
2020, pukul 09.46 WIB

Beiser, Arthur. 1987. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Terjemahan The Houw
Liong. Concepts of Modern Physics, Fourth Edition. Jakarta: Erlangga. Di akses
pada 6 September 2020, pukul 07.12 WITA

Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: Penerbit Andi. Di akses


pada 6 September 2020, pukul 14.37 WITA

18 | F i s i k a M o d e r n D a s a r

Anda mungkin juga menyukai