Anda di halaman 1dari 28

Mekanika

Persamaaan Euler dan Persamaan Lagrange

Disusun Oleh :

1. Arrum Aulia Lestiana (182029010)


2. Ayu Martchalina (1820209010)
3. Meli Destari (1820209014)
4. Novia Permata Sari (1820209016)
5. Salamun Amri (1830209045)

Dosen Pengampu:

Evelina Astra Patriot M.Pd

Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Persamaan Euler dan
Persamaan Lagrange”.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu


Evelina Astra Patriot M,Pd selaku dosen mata kuliah Mekanika yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut persamaan Euler dan persamaan Lagrange
yang merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan persamaan
gerak dari berbagai macam sistem dinamik yang ada.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Palembang, Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Mekanika Lagrange ............................................................................. 3

2.1.1 Koordinat Umum........................................................................ 4

2.1.2 Gaya Umum .............................................................................. 6

2.1.2.1 Gaya Umum Untuk Sistem Konservatif ......................... 6

2.1.3 Gaya Umum ............................................................................... 7

2.1.4 Aplikasi Persamaan Lagrange .................................................... 10

2.1.4.1 Osilator Harmonik .......................................................... 10

2.1.4.2 Partikel Tunggal didalam Medan Sentral ....................... 11

2.2 Persamaan Euler .................................................................................. 11

2.2.1 Penurunan Rumus Euler ............................................................ 12

2.2.2 Tinjau Integral ........................................................................... 15

2.2.3 Pemakaian Persamaan Euler-Lagrange ..................................... 16

2.2.4 Aplikasi Persamaan Euler ......................................................... 17

2.2.4.1 Persamaan Euler pada Fluida ........................................ 17

iii
2.2.4.2 Persamaan Euler dalam Koordinat Bola ....................... 22

2.2.2 Koordinat Silinder ............................................................ 24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanika merupakan ilmu yang membahas tentang gerakan. Mekanika
menjadi dasar ilmu pengetahuan dan secara khusus merupakan dasar ilmu fisika.
Secara umum, hampir semua perumusan di mekanika kontinum dapat ditulis
dalam 2 deskripsi, yaitu deskripsi Lagrange dan deskripsi Euler (kadang ditulis
deskripsi Lagrangian dan Eulerian).
Persamaan Euler-Lagrange dikembangkan pada tahun 1750-an oleh Euler
dan Lagrange sehubungan dengan studi mereka tentang masalah tautochrone . Ini
adalah masalah menentukan kurva di mana partikel berbobot akan jatuh ke titik
tetap dalam jumlah waktu tetap, tidak bergantung pada titik awal.
Lagrange memecahkan masalah ini pada tahun 1755 dan mengirimkan
solusinya ke Euler. Keduanya mengembangkan lebih lanjut metode Lagrange dan
menerapkannya pada mekanika , yang mengarah pada perumusan mekanika
Lagrange . Korespondensi mereka akhirnya mengarah pada kalkulus variasi ,
istilah yang diciptakan oleh Euler sendiri pada tahun 1766. Kalkulus variasi
adalah bidang analisis matematika yang menggunakan variasi, yang merupakan
perubahan kecil dalam fungsi dan fungsional, untuk menemukan maksimum dan
minimum fungsional: pemetaan dari satu set fungsi ke bilangan real.
Mekanika Lagrange bukanlah suatu teori baru, tetapi merupakan perluasan
dari Mekanika Newton, sehingga merupakan suatu metode yang dapat digunakan
untuk menentukan persamaan gerak dari berbagai macam sistem dinamik yang
ada.
Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange
dapat diperoleh dengan meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel
tanpa perlu meninjau gaya yang beraksi pada partikel. Energi kinetik
partikel dalam koordinat kartesian adalah fungsi dari kecepatan, energi
potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya konservatif adalah fungsi

1
dari posisi. Jika didefinisikan Lagrangian sebagai selisih antara energi
kinetik dan energi potensial.
Metode Lagrange dan Metode Euler juga dapat menguraikan hubungan
kedudukan berbagai partikel fluida dengan waktu, dimana fluida dianggap sebagai
kontinum. Hal ini berlaku selama ukuran dari partikel fluida yang diamati jauh
lebih besar dari jarak lintasan bebas rata-rata dari molekul.

1.2. Rumusan Masalah


Adapum rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menurunkan persamaan Lagrange?
2. Bagaimana aplikasi dari persamaan Lagrange?
3. Bagaimana menurunkan persamaan Euler?
4. Bagaimana aplikasi dari persamaan Euler?

1.3. Tujuan
Adapum tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara menurunkan persamaan Lagrange
2. Bentuk aplikasi dari persamaan Lagrange
3. Mengetahui cara menurunkan persamaan Euler
4. Bentuk aplikasi dari persamaan Euler

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Mekanika Lagrange

Mekanika Lagrange adalah reformulasi mekanika klasik , yang


diperkenalkan oleh matematikawan dan astronom Italia-Prancis Joseph-Louis
Lagrange pada tahun 1788.

Joseph-Louis Lagrange (1736–1813)

Dalam mekanika Lagrange, lintasan sistem partikel diturunkan dengan


menyelesaikan persamaan Lagrange dalam salah satu dari dua bentuk:
baik persamaan Lagrange jenis pertama , yang memperlakukan kendala secara
eksplisit sebagai persamaan tambahan, sering kali menggunakan pengali
Lagrange ; atau persamaan Lagrange jenis kedua , yang menggabungkan batasan
secara langsung dengan pemilihan koordinat umum yang bijaksana. Dalam setiap
kasus, fungsi matematika disebut Lagrangian merupakan fungsi dari koordinat
umum, turunan waktunya, dan waktu, serta berisi informasi tentang dinamika
sistem.

3
Untuk menyelesaikan persamaan gerak dalam mekanika Lagrange adalah
dengan meninjau energi dalam sistem. Dalam mekanika Newton untuk
menyelesaikan persamaan gerak adalah dengan meninjau komponen gayanya,
dalam mekanika Lagrange diagram gaya tidak dibutuhkan untuk mennjau gerak
benda melainkan gerak benda ditinjau berdasarkan derajat kebebasan.

2.1.1. Koordinat Umum

Posisi partikel di dalam ruang dapat ditentukan melalui 3 koordinat.


Koordinat tersebut dapat berupa kartesan, bola atau silinder. Jika benda
bergerak dalam bidang, maka derajat kebebasannya ada 2, jika benda
bergerak dalam ruang 3D, maka derajat kebebasannya ada 3. Untuk kasus
N partikel, maka kita membutuhkan 3N koordinat untuk menentukan
posisi dari seluruh partikel tersebut. Jika terdapat kendala dalam sistem,
maka jumlah koordinatnya < 3N. Misalnya untuk benda tegar, maka yang
dibutuhkan adalah posisi pusat massa dan orientasi bendanya. Jadi hanya
6 koordinat saja.
Misalnya koordinat diberi simbol q 1 , q 2, ⋯, q n sebagai
koordinat umum. Koordinat qk bisa berupa jarak atau sudut. Jika untuk
menentukan sebuah sistem, sebuah koordinat dapat bebas maka sistem
tersbut disebut sistem holonomik dan sebaliknya disebut nonholonomik.
Jika sistem berupa partikel, maka koordinat kasrtesan dapat dinyatakan
dalam koordinat

x = x( q) → 1 derajat kebebasan

x=x (q1, q2 ) → 2 derajat kebebasan


y= y (q1, q2 )

x=x (q1, q2, q3)


y= y (q1, q2, q3 ) → 3 derajat kebebasan

4
z=z (q1, q2, q 3)

Jika q berubah dari nilai awal (q 1, q2,...) ke nilai


tetangga (q 1 + δ q1, q 2 +δ q2,....) maka perubahan tersebut kaitannya
dengan koordinat kartesan.

Contoh

Untuk gerak partikel di dalam bidang, misal dipilih koordinat polar


maka q1=r dan q2=θ sehingga.

jika sistem terdiri atas banyak partikel dengan n derajat kebebasan,


koordinat umumnya dinyatakan oleh q1, q2, ..., qn sehingga perubahan
konfigurasi dari q1, q2, ..., qn ke q 1+ δ q1, q 2 +δ q 2, ⋯, qn +δ q n
menyebabkan perubahan dalam koordinat kartesan

5
2.1.2. Gaya Umum

Jika benda bergeser sejauh δ r karena adanya pengaruh gaya


F maka kerja yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah

Ungkapan tersebut tidak hanya untuk 1 partikel saja, tetapi juga


untuk banyak partikel. Untuk 1 partikel i: 1 → 3, untuk N partikel i: 1
→ 3N. Jika δ xi kemudian dinyatakan dalam koordinat umum, maka

Dimana

→ Gaya umum

2.1.2.1. Gaya Umum Untuk Sistem Konsevatif

Partikel yang berada dalam medan konservatif, gayanya


dinyatakan oleh

sehingga gaya umum dalam medan konservatif


dinyatakan oleh

6
Misal untuk koordinat polar dimana q1=r dan q2=θ
maka gaya umumnya adalah

2.1.3. Gaya Umum

Untuk memperoleh persamaan differensial tentang gerak, maka


kita mulai dengan ungkapan

Energi kinetik yang dimiliki oleh N partikel adalah

Dimana xi merupakan fungsi koordinat umum xi = xi (q1, q2, q3,...,


qn ,t ) , sehingga

ingat bahwa i =1,..., 3 N → menyatakan jumlah partikel

k =1,..., n → menyatakan jumlah derajat kebebasan

Apabila xi bukan fungsi t, maka diperoleh ungkapan

7
Jika kedua ruas dikalikan dengan ẋi kemudian diturunkan terhadap t,
maka diperoleh

dengan mengalikan kedua ruas dengan m

dengan menjumlah ke seluruh I

Maka

Persamaan (18) inilah yang disebut persamaan Lagrange. Untuk gerak


konservatif dimana

8
maka ungkapan (18) dapat ditulis kembali menjadi

Jika diberikan fungsi Lagrange

∂V
dimana T dan V dinyatakan dalam koordinat umum V ≡V (qk ) → = 0 , maka
∂q˙k

sehingga persamaan Lagrange untuk sistem yang konservatif adalah

Jadi, persamaan diferensial gerak untuk sistem konservatif dapat


diperoleh jika fungsi Lagrange dalam set koordinat diketahui.
Jika gaya umumnya tidak konservatif, missal Q ' k (misal ada
gaya gesek) dan sebagian dapat diturunkan → fungsi potensial V yaitu

9
maka dari L=T −V diperoleh

2.1.4. Aplikasi persamaan Lagrange

Untuk mengaplikasikan persamaan Lagrange maka langkah-


langkahnya adalah
1. Pilih koordinat yang sesuai untuk menggambarkan konfigurasi dari
sistem tersebut.
2. Tentukan T sebagai fungsi koordinat dan turunan waktu.
3. Jika system konservatif maka carilah V sebagai fungsi koordinat,
Jika sistem nonkonservatif maka carilah gaya umumnya → Qk .
4. Persamaan diferensial gerak diberikan oleh

d ∂q d ∂q
t t

2.1.4.1. Osilator harmonik

Ditinjau sebuah osilator harmonik dimana terdapat gaya


redaman yang sebanding dengan kecepatan. Jadi sistem adalah
nonkonservatif. Jika x adalah pergeseran, maka fungsi
Lagrangenya adalah

dimana m adalah massa benda dan K adalah parameter stiffness.


Dengan mengaplikasikan pers. Lagrange, dimana

dengan kehadiran gaya redaman yang sebanding dengan

10
kecepatan yaitu −c x˙
persamaan geraknya menjadi

2.1.4.2. Partikel tunggal di dalam medan sentral

Marilah kita mencari persamaan gerak Lagrange untuk


partikel yang bergerak di dalam bidang di bawah medan
central. Dalam hal ini kita memilih koordinat polar q1=r
dan q2=θ , maka

Kemudian

Karena sistemnya adalah konservatif, maka persamaan geraknya


adalah

2.2 Persamaan Euler

Rumus Euler banyak digunakan dalam penyelesaian matematika atau


kalkulus terutama pada penyelesaian bilangan kompleks. Rumus Euler juga
dipakai pada The Exact Iterative Riemann Solver, The Approximate Riemann

11
Solver of Roe, The HLLE Riemann Solver. Untuk memperoleh model tersebut,

maka penulis menggunakan penurunan yang berasal dari ( ) = e.

Dalam penurunan ini kita mensubstitusi norm dan argumen dari ex+iy pada
bilangan kompleks dalam koordinat polar, hingga diperoleh penurunan Rumus
Euler.

2.2.1 Penurunan Rumus Euler


Dalam hal ini untuk mendapatkan penurunan Rumus Euler penulis
menguraikan norm dan argumen dari
Terlebih dahulu kita mencari norm dari

Kita telah mengetahui bahwa ( ) = e,

Analog ( )

Sehingga ( ) ,

Atau = ( ) .

Mengingat rumus di atas berlaku untuk bilangan kompleks z, maka dengan


mensubstitusi x = z, didapat

= ( )

di mana z = x + iy (bilangan kompleks dalam koordinat Cartesius),


sehingga

= ( )

= *( ) + ….(1)

Norm dari adalah :

12
| |= *√( ) ( ) +


| |= *( ) +


| |= * ( )+

[ ( )] ⁄
| |=

( )
| |=

( )
| |=
| |= (x+0)

Jadi, | | …………………..(2)

Untuk mencari argumen dari , terlebih dahulu kita membahas bilangan


kompleks dalam koordinat Polar z = r(cos θ + i sin θ ) , maka tg θ = ,

sehinggaθ = arc tg , dan z n = r n (cos θ + i sin θ )n . Di mana (cos θ + i sin

θ )n = (cos nθ + i sin nθ ) berdasarkan Teorema De Moivre, maka z n = r n

(cos nθ + i sin nθ ) , sehingga arg(z n) = nθ , atau arg(z n ) = n arc tg .

Kemudian kita menentukan argumen dari ex+iy, di mana dari persamaan (1)
telah diperoleh

ex+iy = *( ) +

Maka,

arg ( )= ( )
( )

arg ( )= ( )
( )

13
arg ( )= ( )

arg ( )= ( ) .

( )
karena = ( )= = =1

Bilangan kompleks dalam koordinat Polar

z = r(cos θ + i sin θ )

di mana r = z dan θ = arg(z), sehingga

z = z [cos {arg(z)}+ i sin {arg(z)}]….(4)

Ambil z = ex + iy , maka persamaan (4) akan berubah menjadi :

ex + iy = ex + iy [cos {arg(ex + iy )}+ i sin {arg(ex + iy )}] ….(5)

Substitusi (2) dan (3) pada (5), sehingga persamaan (5) menjadi :
ex + iy = ex (cos y + i sin y) ,
ex eiy = ex (cos y + i sin y) ,
sehingga
eiy = cos y + i sin ……(6)

Substitusi y =θ pada persamaan (6),maka persamaan (6) berubah menjadi :

eiθ = cos θ+i sin θ


dimana
θ = arc tg

14
2.2.2 Tinjau Integral

𝐼= ∫ 𝑑x, dengan ′ =

Persoalannya adalah bagaimana menentukan y(x) agar I stasioner (ekstrem,


minimum atau maksimum). Kita definisikan Y(x) :

𝑌( ) = ( ) + 𝜖 𝜂( )

dengan y(x) adalah nilai ekstrem yang dicari, 𝜖 adalah sebuah parameter,
dan 𝜂(x) sebagai fungsi dari x, yang nilainya nol pada x1 dan x2. Juga
diperoleh :

𝑌′( ) = ′( ) + 𝜖 𝜂′( )

Bila 𝜖 = 0, maka ( ) = ( ), dan pers.(3.1) menjadi :

(𝜖) = ∫ 𝑑x
Dengan kata lain, (𝜖) minimum bila 𝜖 = 0, atau dapat ditulis :

= 0, bila 𝜖 = 0.

Mengingat bahwa Y dan Y’ sebagai fungsi dari 𝜖, diferensiasi (𝜖) terhadap 𝜖,


diperoleh :

( )=∫ ( )𝑑

Substitusi Y dan Y’ akhirnya diperoleh (selengkapnya baca Boas, p.388) :

( ) =∫ ( )

Karena ( ) sembarang, pernyataan ( ) haruslah sama dengan nol.

Atau :

15
Contoh :
Tuliskan dan pecahkan persamaan Euler yang membuat integral berikut
stasioner (geodesic dalam suatu bidang).

∫ √ dx
Jawab :

Kita lakukan penyederhanaan ∫ √ dx

Dalam persoalan ini, =√ dx, maka

= dan =0

dan dengan persamaan Euler( ), memberikan :

( )=0

Integrasi terhadap x, diperoleh :

konstan,

atau ′ = konstan. Jadi slope ( ) adalah konstan, sehingga ( ) adalah berupa


sebuah garis lurus sebagaimana yang diinginkan.

2.2.3 Pemakaian Persamaan Euler-Lagrange


Dalam koordinat polar ( , 𝜃), penyederhanaan integral (membuatnya
stasioner) :

∫ 𝜃𝜃 𝑑 𝑑 𝜃

Kita pecahkan persamaan Euler :

16
𝑑
( )
𝑑
Untuk menyederhanakan

∫ 𝑑 dimana =

kita pecahkan :

( )- =0

2.2.4 Aplikasi Persamaan Euler


2.2.4.1 Persamaan Euler pada Fluida
Metode Euler menguraikan hubungan antara kedudukan
berbagai partikel fluida dengan waktu, dimana fluida dianggap
sebagai kontinum. Persamaan Euler dapat diterapkan pada aliran
yang tidak dapat dimampatkan dan yang dapat dimampatkan
dengan asumsi kecepatan aliran adalah bidang solenoida, atau
menggunakan persamaan energi lain yang sesuai (bentuk paling
sederhana untuk persamaan Euler adalah kekekalan entropi
spesifik). Secara historis, hanya persamaan mampat yang
diturunkan oleh Euler. Namun, literatur dinamika fluida sering
mengacu pada himpunan lengkap - termasuk persamaan energi -
dari persamaan kompresibel yang lebih umum bersama-sama
sebagai "persamaan Euler".
Persamaan gerak fluida yang merupakan bentuk lain dari
persamaan Euler adalah

* +

(1)

17
Aplikasi penting dari persamaan gerak ini dapat dijumpai
pada medan gravitasi yang terkarakterisasi oleh percepatan (gaya
per satuan massa) g. Dalam masalah ini, fluida mempunyai gaya
ρg, yang merupakan gaya yang bekerja pada satuan volum.
Dengan demikian, persamaan gerak di atas dapat dituliskan
dalam bentuk

(2)
Secara umum, jika fluida mendapat gaya eksternal F
(dyn/cm3), maka persamaan geraknya adalah

(3)
Contoh: Bintang Statis
Diasumsikan bahwa gaya gravitasi dapat diturunkan dari
potensial gravitasi g = ϕ. Potensial ϕ dapat dihubungkan
dengan kerapatan gas dalam bintang melalui persamaan Poisson,
ϕ=4πGρ. (4)
Dari persamaan (2) dengan v = 0, akan didapatkan

( ) ϕ (5)

Jika persamaan ini dikenai divergensi

( ) ϕ)= ϕ (6)

Maka

( ) - 4πGρ (7)

Untuk menyelesaikan persamaan (7) diperlukan


hubungan yang melibatan P dan ρ, conntohnya persamaan
keadaan.

18
2.2.4.2 Persamaan Euler dalam Koordinat Bola

Gambar Koordinat bola dalam sistem kartesius


Vektor satuan (n,ℓ,m) dihubungkan dengan vektor satuan (i,j,k)
melalui
n = sin θ cos ϕi + sin θ sin ϕj + cos θk
ℓ = cos θ cos ϕi + cos θ sin ϕj - sin θk (8)
m = -sin ϕi + cos ϕj
Sedangkan vektor posisi r dan kecepatan v diberikan oleh
persamaan
r˙ = rn (θ, ϕ) (9)
v = r˙ = r˙n + rn˙
Dari persamaan (8) akan didapatkan hubungan

(10)
sehingga

(11)
dan

(12)
kecepatan v

19
(13)
dengan

(14)
dan kita juga mempunyai

(15)
masih dari persamaan (8), kita mempunyai

(16)
Sehingga

(17)
Dari persamaan (8) kita juga bisa menuliskan

(18)
Sehingga

(19)
Menggunakan persamaan, kita dapatkan

(20)
Menggunakan persamaan (14) dan (15)

(21)

20
Berdasarkan persamaan (13) suku pertama dari persamaan (3)
dapat ditulis dalam bentuk

(22)
dan tekanan dari persamaan (3) dapat ditulis dalam bentuk

(23)
Gaya per satuan volumenya dapat ditulis dalam bentuk
(24)
Dari berbagai persamaan di atas, maka kita dapat menyusun
kembali persamaan eulernya berdasarkan komponen n, ℓ,m:
a. Komponen radial, satuan vektor n

b. Komponen polar, satuan vektor ℓ

c. Komponen azimut, satuan vektor m

2.2.4.3 Koorinat Silinder


Hubungan antara vektor satuan (h,m,k) dengan sistem
kartesius (i,j,k) adalah
h = cos ϕi - sin ϕj

21
m = -sin ϕi + cos ϕj
k=k
Posisi r dan kecepatan v diberikan oleh persamaan
r = Rh + zk
𝑑
̇
𝑑
Suku ∂v/∂t dalam persamaan (2.17) dapat ditulis dengan
koordinat silinder dengan prosedur yang analog dengan koordinat
bola. Gaya persatuan volumenya
F = FRh + Fϕm+ Fzk

Gambar Koordinat dan vektor satuan silinder dalam sistem


kartesius
Kita dapat menuliskan persamaan euler dalam 3 komponen
(R, ϕ, z) sebagai berikut:
a. Komponen radial, satuan vektor h

b. Komponen azimuth, satuan vektor m

c. Komponen vertikal, satuan vektor k

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah yang berjudul ” Persamaan Euler dan
Persamaan Lagrange” adalah sebagai berikut.
1. Mekanika Lagrange adalah reformulasi mekanika klasik. Dalam mekanika
Lagrange, lintasan sistem partikel diturunkan dengan menyelesaikan
persamaan Lagrange dalam salah satu dari dua bentuk: baik persamaan
Lagrange jenis pertama ,yang memperlakukan kendala secara eksplisit sebagai
persamaan tambahan, sering kali menggunakan pengali Lagrange ;
atau persamaan Lagrange jenis kedua , yang menggabungkan batasan secara
langsung dengan pemilihan koordinat umum yang bijaksana.
2. Rumus Euler banyak digunakan dalam penyelesaian matematika atau
kalkulusterutama pada penyelesaian bilangan kompleks. Turunan

menggunakan penurunan yang berasal dari ( ) = e. Dalam

penurunan ini kita mensubstitusi norm dan argumen dari ex+iy pada bilangan
kompleks dalam koordinat polar, hingga diperoleh penurunan Rumus Euler.
3. Aplikasi dari Persamaan Lagrange diterapkan salah satunya dalam materi
Osilator Harmonik dan Partikel Tunggal didalam Medan Sentral. Sedangkan
untuk aplikasi dari persamaan Euler diterapkan dalam materi Persamaan Euler
pada Fluida, Persamaan Euler dalam Koordinat Bola, dan Koordinat Silinder.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/72530537-catatan-kuliahcmekanika-fluida.html (diakses tanggal


8 Januari 2021 jam 21.49)

https://id.scribd.com/document/426391198/kalkulus_vriasi_pdf (diakses tanggal 10


Januari 2021 jam 12.06)

https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Euler_equations
_(fluid_dynamics)&hl=id&client=srp&prev=search (diakses tanggal 10
Januari 2021 jam 14.46)

https://translate.googleusercontent.com/translate_c?client=srp&depth=1&hl=id&nv=1
&prev=search&pto=aue&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&
u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Lagrangian_mechanics&usg=ALkJrhjNn5L
I_zZ0ak-3iZSBQsYCwxB46w (diakses tanggal 10 Januari 2021 jam 10.44)

https://www.slideshare.net/12Riyan343/mekanika-lagrange-47423822 (diakses
tanggal 10 Januari 2021 jam 10.01)

https://youtu.be/0Qg7Y46UMmU (diakses tanggal 7 Januari 2021 jam 13.00)

https://youtu.be/Ob6RylUZ6J0 (diakses tanggal 7 Januari 2021 jam 13.30)

24

Anda mungkin juga menyukai