Anda di halaman 1dari 18

DIFERENSIAL

TUGAS MANDIRI MATEMATIKA

Nama Mahasiswa : Suriyana


NPM Mahasiswa : 180910178
Dosen : Neni Marlina Br Purba, S.Pd., M.Ak
Kode Kelas : 181-MA112-N4

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan proses penyusunan
artikel yang berjudul “DIFERENSIAL” ini.
Dalam menyusun artikel ini, saya sangat menyadari banyaknya kekurangan
yang terdapat didalam artikel ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca guna penulisa jadikan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan kualitas diri kedepannya.
Akhir kata, saya sangat mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya terutama bagi generasi muda, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Batam, 21 November 2018


Penulis,

SURIYANA
180910178

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Diferensial....................................................................................................................1
1.2 Rumus Diferensial..........................................................................................................................4
1.3 Contoh Soal Diferensial.................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Menaik dan Menurun..........................................................................................................8
2.2 Titik Stasioner................................................................................................................................9
2.3 Titik Maksimum, Minimum dan Titik Belok...............................................................................10
2.4 Solusi Diferensial.........................................................................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Diferensial


Diferensial adalah salah satu cabang kalkulus dalam matematika
yang mempelajari bagaimana nilai suatu fungsi berubah menurut
perubahan input nilainya. Topic utama dalam pembelajaran kalkulus
diferensial adalah Turunan.

Turunan dari suatu fungsi pada tiitik tertentu menjelaskan sifat-


sifat fungsi yang mendekasti nilai input. Untuk fungsi yang bernilai
real dengan variabel real tunggal, turunan pada sebuah titik sama
dengan kemiringan dari garis singgung grafik fungsi pada titik
tersebut. Secara umum, turunan suatu fungsi pada sebuah titik
menentukan pendekatan linear terbaik fungsi pada titik tersebut.

Proses pencarian turunan disebut Pendiferensialan


(Differentiation). Teorema dasar kalkulus menyatakan bahwa
pendiferensialan adalah proses keterbalikan dari pengintegralan.

Turunan mempunyai aplikasi dalam semua bidang kuantitatif.


Difisika, turunan dari perpindahan benda terhadap waktu adalah
kecepatan benda, dan turunan dari kecepatan terhadap waktu adalah
percepatan. Hokum gerak kedua newton menyatakan bahwa turunan
dari momentum suatu benda sama dengan gaya yang diberikan
kepada benda.

Laju reaksi dari reaksi kimia juga merupakan turunan. Dalam


riset operasi, turunan menentukan cara paling efisien dalam
memindahkan bahan dan mendesain pabrik. Dengan menerapkan
teori permainan, turunan dapat memberikan strategi yang paling baik
untuk perusahaan yang sedang bersaing.

Turunan sering digunakan untuk mencari titik ekstremum dari


sebuah fungsi. Persamaan-persamaan yang melibatkan turunan
disebut persamaan diferensial dan sangat penting dalam
mendeskripsikan fenomena alam. Turunan dan perampatannya

1
2

(generalization) sering muncul dalam berbagai bidang matematika,


seperti analisis kompleks, analisis fungsional, geometri diferensial,
dan bahkan aljabar abstrak. Hukum Newton memungkinkan kita
mengetahui hubungan posisi, kecepatan, percepatan dan berbagai
gaya yang bertindak terhadap benda tersebut, dan menyatakannya
sebagai persamaan diferensial posisi sebagai fungsi waktu. Dalam
banyak kasus, persamaan diferensial ini dapat dipecahkan secara
eksplisit, dan menghasilkan hukum gerak. Contoh pemodelan
masalah dunia nyata menggunakan persamaan diferensial adalah
penentuan kecepatan bola yang jatuh bebas di udara, hanya dengan
memperhitungkan gravitasi dan tahanan udara. Percepatan bola
tersebut ke arah tanah adalah percepatan karena gravitasi dikurangi
dengan perlambatan karena gesekan udara. Teori persamaan
diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB)
adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui
(variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal. Dalam
bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi
riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa
fungsi vektor maupun matriks.

Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan


berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang
muncul dalam persamaan tersebut. Persamaan diferensial parsial
(PDP) adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak
diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan
tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan
didefinisikan seperti pada persamaan diferensial biasa, namun
klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik, hiperbolik, dan
parabolik, terutama untuk persamaan diferensial linear orde dua,
sangatlah penting.

Beberapa persamaan diferensial parsial tidak dapat digolongkan


dalam kategori-kategori tadi, dan dinamakan sebagai jenis campuran.
Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan
sebagai linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut
linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan turunannya muncul
dalam pangkat satu (hasilkali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi
3

syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier. Misalkan x dan y


adalah bilangan real di mana y adalah fungsi dari x, yaitu y = f(x).
Salah satu dari jenis fungsi yang paling sederhana adalah fungsi
linear. Ini adalah grafik fungsi dari garis lurus. Dalam kasus ini, y =
f(x) = m x + c, di mana m dan c adalah bilangan real yang tergantung
pada garis mana grafik tersebut ditentukan. m disebut sebagai
kemiringan dengan rumus:
perubahan y Δy
M = perubahan x = Δ x
di mana simbol Δ (delta) memiliki arti "perubahan nilai". Rumus ini
benar adanya karena y + Δy = f(x + Δx) = m (x + Δx) + c = m x + c +
m Δx = y + mΔx.Diikuti pula Δy = m Δx.

Namun, hal-hal di atas hanya berlaku kepada fungsi linear. Fungsi


nonlinear tidak memiliki nilai kemiringan yang pasti. Turunan dari f
pada titik x adalah pendekatan yang paling baik terhadap gagasan
kemiringan f pada titik x, biasanya ditandai dengan f'(x) atau dy/dx.
Bersama dengan nilai f di x, turunan dari f menentukan pendekatan
linear paling dekat, atau disebut linearisasi, dari f di dekat titik x.
Sifat-sifat ini biasanya diambil sebagai definisi dari turunan. Sebuah
istilah yang saling berhubungan dekat dengan turunan adalah
diferensial fungsi.

Garis singgung pada (x, f(x)) bilamana x dan y adalah variabel


real, turunan dari f pada x adalah kemiringan dari garis singgung
grafik f' di titik x. Karena sumber dan target dari f berdimensi satu,
turunan dari f adalah bilangan real. Jika x dan y adalah vektor, maka
pendekatan linear yang paling mendekati grafik f tergantung pada
bagaimana f berubah di beberapa arah secara bersamaan. Dengan
mengambil pendekatan linear yang paling dekat di satu arah
menentukan sebuah turunan parsial, biasanya ditandai dengan ∂y/∂x.
Linearisasi dari f ke semua arah secara bersamaan disebut sebagai
turunan total. Turunan total ini adalah transformasi linear, dan ia
menentukan hiperbidang yang paling mendekati grafik dari f.
Hiperbidang ini disebut sebagai hiperbidang oskulasi; ini secara
konsep sama dengan mengambil garis singgung ke semua arah secara
bersamaan. Salah satu contoh masalah optimalisai adalah mencari
4

kurva terpendek anatar dua titik di atas sebuah permukaan dengan


asumsi kurva tersebut harus berada di permukaan tersebut. Jika
permukaan tersebut adalah bidang rata, maka kurva yang paling
pendek berupa garis lurus. Namun jika permukaannya tidak bidang,
maka kita tidak bisa mengetahui secara pasti kurva yang paling
pendek. Kurva ini disebut sebagai geodesik, dan salah satu masalah
paling sederhana di kalkulus variasi adalah mencari geodesik.Contoh
lainnya adalah mencari luas permukaan paling kecil yang dibatasi
oleh kurva tertutup di ruang tiga dimensi.

1.2 Rumus Diferensial


1. Jika y = cxn dengan c dan n konstanta real , maka dy/dx = cn xn-1
Contoh :
y = 2x4 maka dy/dx = 4.2x4-1 = 8x3
kadang ada soal yang pakai pangkat pecahan atau akar
y = 2√x = 2x1/2 turunannya adalah 1/2.2 x (1/2-1) = x -1/2 = 1/√x

2. Jika y = c dengan c adalah konstanta maka dy/dx = 0


Contoh :
jika y = 6 maka turunannya adalah sama dengan nol (0)

3. Jika y = f(x) + g(x) maka turunannya sama dengan turunan dari


masing-masing fungsi = f'(x) + g'(x)
Contoh :
y = x3 + 2x2 maka y’ = 3x2 + 4x
y = 2x5 + 6 maka y’ = 10x4 + 0 = 10x4

4. Turunan Perkalian Fungsi Jika y f(x).g(x) maka y’ = f'(x) . g(x) +


g'(x) . f(x)
Contoh :
y = x2 (x2+2) maka f(x) = x2
f'(x) = 2x
g(x) = x2+2
g'(x) = 2x
kita masukkan ke rumus y’ = f'(x) . g(x) + g'(x) . f(x)
y’ = 2x (x2+2) + 2x . x2
y’ = 4x3 + 4x (jawaban ini juga bisa sobat peroleh dengan
mengalikan terlebih dahulu lalu menggunakan rumus 3)
5

5. Turunan Pembagian Fungsi

6. Rumus 6 : jika y = [f(x)]n maka turunannya adalah n [f(x)]n-1 .


f'(x)

7. ef(x) maka dy/dx = ef(x).f'(x)


contoh :
y = e2x+1
f(x) = 2x+1
f'(x) = 2
maka f’ = e2x+1 . 2 = 2e2x+1

8. Turunan Trigonometri Sin


Jika sobat punya y = sin f(x) maka turunannya adalah
y’ = cos f(x).f'(x)
contoh :
y = sin(x2 + 1) maka
y’ = cos (x2 +1) . 2x = 2x. cos (x2 +1)

9. Turunan Trigonometri Cos


Jika sobat punya y = cos f(x) maka turunanya adalah
y’ = -sin f(x).f'(x)
contoh :
y = cos (2x+1) maka turunannya
y’ = -sin (2x+1) . 2 = -2 sin (2x+1)
6

1.3 Contoh Soal Diferensial


1.Tentukan turunan pertama dari fungsi berikut:
a. f(x) = 3x4 + 2x2 − 5x
b. f(x) = 2x3 + 7x
Pembahasan :
a. f(x) = 3x4 + 2x2 − 5x
f ‘(x) = 4⋅3x4− 1 + 2⋅2x2−1 − 5x1-1
f ‘(x) = 12x3 + 4x1 − 5x0

f ‘(x) = 12x3 + 4x − 5
b. f(x) = 2x3 + 7x
f ‘(x) = 6x2 + 7

2.Tentukan turunan pertama dari fungsi berikut:


a. f(x) = 10x
b. f(x) = 8
c. f(x) = 12
Pembahasan
a. f(x) = 10x
f(x) = 10x1
f ‘(x) = 10x1−1
f ‘(x) = 10x0
f ‘(x) = 10

b. f(x) = 8
f(x) = 8x0
f ‘(x) = 0⋅ 8x0−1
f ‘(x) = 0

c. f(x) = 12
f ‘(x) = 0

3. Tentukan turunan pertama dari fungsi berikut:


a) f(x) = 5(2x2 + 4x)
b) f(x) = (2x + 3)(5x + 4)
Pembahasan :
a. f(x) = 5(2x2 + 4x)
f(x) = 10x2 + 20x
7

f‘(x) = 20x + 20

b. f(x) = (2x + 3)(5x + 4)


Urai terlebih dahulu hingga menjadi
f (x) = 10x2 + 8x + 15x + 12
f (x) = 10x2 + 13x + 12
Sehingga
f‘(x) = 20x + 13
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Menaik dan Menurun


Derivatif pertama dari sebuah fungsi non-linear dapat digunakan
untuk menentukan apakah kurva dari fungsi yang bersangkutan
menaik ataukah menurun pada kedudukan tertentu. Dalam kasus
khusus, derivatif pertama dapat pula menunjukan titik ekstrim sebuah
fungsi non-linear.
Fungsi derivatif pertama dari fungsi y = f(x), yakni f’ (x), tak lain
adalah lereng (taksiran) dari kurva yang mencerminkan fungsi y =
f(x). Berarti untuk y = f(x) pada kedudukan tertentu x = a, f ’ (a)
merupakan lereng kurva y = f(x) pada kedudukan x =a. Positif
negatifnya nilai f ’ (a) akan menentukan menaik atau menurunnya
fungsi y = f(x) pada x = a.
Jika derivatif pertama f ’ (a) > 0 (lereng kurvanya positif pada x =
a), maka y = f(x) merupakan fungsi menaik pada kedudukan x = a;
yakni y = f(x) menaik manakala x bertambah sesudah x = a,
Sedangkan jika derivatif pertama f ’ (a) 0 untuk x < a dan f ’ (x) a,
maka titik ekstrimnya titik maksimum. Sedangkan jika f ’ (x) < 0
untuk x 0 untuk x > a, maka titik ekstrimnya adalah titik minimum.

Contoh :

Tentukan apakah y = f(x) = 1/3 x3 ─ 4 x2 + 12 x ─ 5 merupakan


fungsi menaik ataukah fungsi menurun pada x = 5 dan x = 7. Selidiki
pula untuk x = 6.
f ’ (x) = x2 ─ 8 x + 12
f ’ (5) = 52 ─ 8 (5) + 12 = ─ 3 0, berarti y = f (x) menai pada x = 7
f ‘ (6) = 62 ─ 8 (6) + 12 = 0, berarti y = f(x) berada di titik ekstrim
pada x = 6;

karena f ’(x) < 0 untuk x 0 untuk x > 6, titik ekstrim pada x = 6


ini adalah titik minimum.
[ Apabila diselidiki lebih lanjut, sesungguhnya f ’ (x) < 0 hanya
berlaku untuk interval
2< x<6. Pada kedudukan x = 2, y = f(x) berada di titik ekstrim yang
lain, yaitu titik maksimum.

8
9

2.2 Titik Stationer


Dalam ilmu matematika (khususnya dalam bidang kalkulus), titik
stasioner atau titik kritis suatu fungsi yang dapat diturunkan adalah
suatu titik di dalam grafik dengan turunan kurva pertama yang sama
dengan nol.[1][2][3] Dalam kata lain, titik stasioner merupakan titik
di mana fungsi "berhenti" naik atau turun.

Untuk fungsi beberapa variabel riil yang dapat diturunkan, titik


stasioner adalah titik di permukaan grafik dengan turunan parsial nol.

Titik stasioner mudah digambarkan di dalam suatu grafik fungsi


dengan satu variabel karena titik tersebut terletak di titik dengan garis
tangen horizontal (paralel dengan sumbu x). Untuk fungsi dengan dua
variabel, titik ini sama dengan titik di grafik dengan bidang tangen
yang paralel dengan bidang xy.

Titik stasioner fungsi riil dapat digolongkan menjadi empat


berdasarkan uji turunan pertama:
a. Minimum lokal adalah titik ketika turunan fungsi berubah dari
negatif menjadi positif;
b. Maksimum lokal adalah titik ketika turunan fungsi berubah dari
positif menjadi negatif
c. Titik belok yang naik adalah titik ketika turunan fungsi bernilai
positif di kedua sisi titik stasioner
d. Titik belok yang turun adalah titik ketika turunan fungsi bernilai
negatif di kedua sisi titik stasioner;

Pilihan pertama dan kedua disebut "ekstrema lokal". Sementara


itu, titik yang merupakan maksimum atau minimum global/absolut
disebut ekstremum global/absolut. Dua pilihan terakhir yang bukan
merupakan ekstremum lokal disebut titik sadel.

Penentuan posisi dan sifat titik stasioner membantu proses


penggambaran kurva fungsi yang dapat diturunkan. Penyelesaian
persamaan f'(x) = 0 menghasilkan koordinat x semua titik stasioner;
koordinat y adalah nilai fungsi di koordinat x tersebut. Sifat suatu
titik stasioner di x dapat ditentukan dengan melihat turunan kedua
f''(x):
10

Jika f''(x) < 0, titik stasioner di x merupakan ekstremum maksimum


Jika f''(x) > 0, titik stasioner di x merupakan ekstremum minimum
Jika f''(x) = 0, sifat titik stasioner harus ditentukan dengan cara lain
Cara yang lebih mudah adalah dengan mencari nilai fungsi di antara
titik stasioner (jika fungsi didefinisikan dan tidak terputus).

2.3 Titik Maksimum, Minimum dan Titik Belok

1. Fungsi y = f(x) mempunyai titik maksimum pada titik x = a,


apabila syarat berikut ini terpenuhi.
a. F’(a) = 0 atau y’ = 0
b. F”(a) < 0 atau y” < 0 (fungsi maksimum)
kedua syarat ini harus dipenuhi. Tidak boleh hanya terpenuhi satu
syarat saja.

2. Fungsi y = f(x) mempunyai titik minimum pada titik x = a, apabila


syarat berikut ini terpenuhi.
c. F’(a) = 0 atau y’ = 0
d. F”(a) > 0 atau y” > 0 (fungsi minimum)
kedua syarat ini harus dipenuhi. Tidak boleh hanya terpenuhi satu
syarat saja.

3. Fungsi y = f(x) merupakan fungsi kubik (fungsi pangkat 3), maka


titik belok akan terdapat x = a, syaratnya apabila f”(a) = 0 atau y”
= 0 (titik ekstrem)

2.4 Solusi Diferensial


Persamaan diferensial menyatakan relasi sebuah fungsi dengan
satu turunannya atau lebih. Oleh karena relasi seperti ini sangat
sering dijumpai, persamaan diferensial memiliki banyak penerapan
dalam dunia nyata, dan karena kita hidup dalam empat dimensi,
persamaan-persamaan ini sering kali muncul dalam persamaan
diferensial parsial. Pada bagian ini kita akan mendiskusikan beberapa
persamaan yang penting.
11

Solusi persamaan diferensial adalah suatu fungsi f(x) atau


keluarga fungsi f(x) yang memenuhi persamaan diferensial, yaitu jika
f(x) disubstitusikan untuk y dalam PD maka akan menghasilkan suatu
pernyataan yang benar.

Solusi umum persamaan diferensial linear adalah suatu keluarga


fungsi yang memuat atau mengandung beberapa parameter dan
memenuhi persamaannya. Banyaknya parameter dalam solusi umum
sama dengan orde persamaaan diferensialnya.

Solusi khusus persamaan diferensial linear adalah fungsi yang


merupakan anggota dari keluarga fungsi solusi umum persamaan
diferensialnya. Solusi khusus diperoleh dengan mensubstitusikan
parameter pada solusi umum oleh suatu konstanta. Sebagai contoh:
Keluarga fungsi,
y = C1 cos x + C2 sin x adalah solusi umum dari persamaan
diferensial d2y/dx2 + y = 0 karena untuk fungsi ini berlaku dy/dx = –
C1 sin x + C2 cos x dan d2y/dx2 = – C1 cos x – C2 sinx,

yang bila disubstitusikan ke persamaan diferensialnya akan


menghasilkan suatu pernyataan yang benar. Patut diperhatikan bahwa
keluarga ini terdiri dari dua parameter C1 dan C2 yang sesuai dengan
orde persamaan diferensialnya. Salah satu anggota keluarga solusi
umum persamaan diferensial di atas, yaitu y = cos x memenuhi
persamaan diferensial d2y/dx2 + y = 0 y(0) = 1, dy/dx(0) = 0.

Fungsi y = cos x dapat dikatakan sebagai solusi khusus dari


persamaan diferensial yang terakhir.

Solusi singular persamaan diferensial linear adalah suatu fungsi


yang memenuhi persamaan diferensialnya tetapi bukan merupakan
suatu anggota keluarga dari solusi umumnya. Sebagai contoh:
Keluarga fungsi,
y = C x – C2 adalah solusi umum dari persamaan diferensial
(dy/dx)2 – x dy/dx + y = 0 karena bila, dy/dx = C

disubstitusikan ke persamaan diferensial di atas akan


menghasilkan C2 – x C + C x – C2 = 0
12

yang merupakan suatu pernyataan yang benar. Tetapi fungsi


y = ¼ x2 juga merupakan salah satu solusinya karena pada kasus ini
dy/dx = ½ x, yang bila disubstitusikan ke persamaan diferensial di
atas (½ x)2 – x ½ x + ¼ x2 = 0,

suatu pernyataan yang benar. Fungsi y = ¼ x2 ini bukan diperoleh


dari solusi umum persamaan diferensialnya. Solusi ini dinamakan
solusi singular dari persamaan diferensialnya. Keluarga fungsi y = C
x – C2 akan memiliki banyak nilai C yang real (misalkan C = ± ½, ±
2/3, ± 1, dst.). Bila diilustrasikan dalam grafik, setiap anggota
keluarga solusi umum persamaan diferensial ini selalu menyinggung
kurva y = ¼ x2. Menentukan Persamaan Diferensial dari Solusi
Umumnya

Jika kita mempunyai solusi umum dari suatu persamaan


diferensial, maka dari banyaknya parameter kita dapat menentukan
berapa tingkat persamaannya dan dengan mengeliminasi
parameternya melalui operasi turunan biasa, kita dapat menentukan
persamaan diferensialnya.
Sebagai contoh, Kita ingin menentukan persamaan diferensial yang
solusi umumnya adalah keluarga kurva, y = C x2 Dari solusi umum
ini kita peroleh, C = y / x2, x ≠ 0 dan dy/dx = 2 Cx = 2 (y/x2) (x) = 2
y/x, x ≠ 0. Jadi persamaan diferensial yang solusi umumnya y = C x2
adalah,
dy/dx = 2 y/x, x ≠ 0
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Persamaan diferensial memegang peranan penting dalam
rekayasa, fisika, ilmu ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu.
Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode
yang digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan
diferensial terbagi menjadi dua yaitu persamaan diferensial biasa dan
persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial biasa (PDB)
adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui
(variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal.
Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di
mana fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel
bebas, dan persamaan tersebut juga melibatkan turunan parsial.

Didalam persamaan diferensial biasa, dipelajari tentang konsep


persamaan diferensial linear dan Persamaan diferensial linear orde
satu. Persamaan diferensial linear adalah persamaan yang
mengandung turunan tingkat satu yaitu turunan dengan satu peubah
bebas. Sedangkan Persamaan diferensial linear orde satu adalah
persamaan yang mengandung turunan tingkat satu dimana turunan
tertinggi yang terdapat dalam persamaan tersebut adalah satu.

Bentuk persamaan diferensial linear orde satu


Persamaan diferensial sangat menarik dipelajari, karena persamaan
diferensial memegang peranan penting dalam berbagai macam ilmu.
Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita untuk memahami
persamaan diferensial, khususnya persamaan diferensial linear orde
satu.

3.2 Saran
Sebaiknya kita harus memahami dan mengerti tentang persamaan
diferensial linear orde satu baik dari bentuk umumnya sampai pada
penyelesaiannya. Karena dengan menguasai persamaan diferensial
linear orde satu, kita akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan
dalam persamaan diferensial biasa. Selain itu, kita juga harus paham

13
14

tentang teknik – teknik turunan maupun teknik pengintegralan yang


pernah dipelajari pada mata kuliah kalkulus sebelumnya. Hal ini agar
dapat mempermudah dalam menyelesaikan soal – soal persamaan
diferensial biasa, karena dalam persamaan diferensial sangat
berkaitan dengan turunan dan integral.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. 2018. Kalkulus diferensial(online).


https://id.wikipedia.org/wiki/Kalkulus_diferensial. Diakses
pada 21 November 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai