Anda di halaman 1dari 37



PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Rasionalisasi pentingnya CBR Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita
baca dan pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati
kita.Misalnya dari segi analisis bahasa , pembahasan tentang kewarganegaraan. Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku
referensi,terkhusus pada pokok bahasa tentang Kewarganegaraan.
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu buku
melainkan untuk menjelaskan apa adanya suatu buku yaitu kelebihan atau kekurangannya yang
akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku kepada pembaca perihal
buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut. Yang lebih jelasnya
dalam mengkritik buku, kita dapat menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang
bersangkutan diikuti dengan pendapat isi buku.

B. Tujuan Penulisan CBR

1. Untuk Menambah wawasan tentang Evaluasi pemebalajaran.


2. Untuk Mendeskripsikan mengenai materi dalam evaluasi pembelajaran dari dua
3. referensi buku yang berbeda, serta guna memperoleh kesimpulan, yakni buku manakah
yang lebih relevan sebagai acuan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah evaluasi
pembelajaran matematika.
4. Meningkatkan daya analisa dan pengetahuan berkaitan dengan sistem pembelajaran.

C. Manfaat CBR
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuahbuku atau
hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
3. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan,isi, dan substansi buku.
D. .IDENTITAS BUKU YANG DI REVIEW

Buku I
Judul :STRUKTUR ALJABAR: GRUP
Pengarang :Rippi Maya
Penerbit :STKIP SILIWANGI
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2016

Buku II

Judul : ECLUID AND NON ECLUIDEAN GEOMETRIES


Pengarang : Marvi Jay Greenberg
Penerbit : W.H.Freeman and Company
Kota Terbit : New York
Tahun Terbit : 2018
BAB 1 GRUP

A. Pendahuluan

Ilustrasi 1.1:
Perhatikan Gambar 1.1 berikut ini:

D C C D A B D A

A B B A D C C B

(a) (b) (c) (d)

Gambar 1.1

Gambar (b) diperoleh dari gambar (a) yang di ....


Bagaimanakah cara untuk memperoleh gambar (c) dan (d) dari gambar (a)?
Operasi apakah yang digunakan agar dari gambar (a) menjadi gambar (d)?
Ilustrasi 1.2:
Misalkan A himpunan tak kosong, dan A  a,b, c, d, e, f  .

abc
a  b 
d a  b
e
a:b f
Simbol , ,, dan : merupakan simbol operasi pada suatu himpunan. Selain empat
simbol dasar tersebut, ada simbol-simbol operasi lain, seperti *,
, , dan lain
sebagainya, yang dapat didefinisikan sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh, misalnya

A  a,b, c . Operasi * pada himpunan A didefinisikan dengan cara seperti tertulis dalam
Tabel 1, 2 dan 3 berikut ini:

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Tabel 1.3

* a b c * a b c * a b c
a a b c a a a a a b c a
b b c a b a a a b c b a
c c a b c a a a c a c b
Tabel yang dapat digunakan untuk mendefinisikan operasi-operasi tersebut disebut sebagai
tabel Cayley.

Perhatikan kembali operasi tersebut. Operasi tersebut menghubungkan dua elemen dari
suatu himpunan, ke elemen lain dalam himpunan tersebut. Operasi yang demikian ini
disebut sebagai operasi biner.

Definisi 1.1: Operasi Biner


Misalkan G suatu himpunan tak kosong. Operasi biner * pada himpunan G adalah suatu fungsi (pemetaan)
Dengan kata lain, operasi biner * pada himpunan G adalah suatu fungsi *: G G  G dari produk Cartesius

Problem 1.1:
Perhatikan beberapa tabel berikut ini.

Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6

* a b * a b * a b
Manakah di antara tabel-tabel tersebut yang merupakan operasi biner? Berikan penjelasan!
a a b a e a a a a
b c b a b b a a
Problem 1.2:
Berdasarkan Definisi 1 tersebut di atas, dapatkah kamu memberikan contoh beberapa
operasi biner pada suatu himpunan?

Problem 1.3:
Selidiki apakah operasi penjumlahan, pengurangan & perkalian pada himpunan bilangan
bulat merupakan operasi biner. Berikan penjelasan!
Problem 1.4:
Operasi pembagian pada himpunan bilangan bulat bukan merupakan operasi biner
pada himpunan bilangan bulat . Selidiki kebenaran pernyataan tersebut dan berikan
penjelasan.

Ilustrasi 1.3:
Perhatikan persamaan linier berikut ini:
3x  4  2x 
3.
Untuk menyelesaikan persamaan linier tersebut, tahapan yang dilalui adalah sebagai
berikut:

3x  4  2x  3
2x   4x  4  2x   2x  (2x adalah invers penjumlahan dari 2x )
3
2x  4x   4  2x  2x   3 (assosiatif)
2x  4  0  3 (0 adalah elemen identitas pada penjumlahan)
2x  4  3
2x  4  4  3  4 (4 adalah invers penjumlahan dari
4) 2x  1
1  1 1
2 x   1 ( adalah invers perkalian dari 2)
 
2  2 2
1
1 x   (1 adalah elemen identitas pada operasi perkalian)
2
1
x
2

Perhatikan proses penyelesaian persamaan linier tersebut. Ada tiga sifat penting yang
digunakan untuk menyelesaikan persamaan tersebut, yaitu invers, assosiatif, dan elemen
identitas. Ketiga sifat tersebut merupakan syarat perlu dari suatu himpunan, yang
bersama-sama dengan operasi biner * membentuk sebuah grup.
Grup
Sebuah grup adalah sebuah pasangan terurut (G,*), dengan G adalah sebuah himpunan tak kosong, dan *
Asosiatif. Operasi tersebut bersifat asosiatif, yaitu a *b  * c  a *b *c  , untuk
semua a, b, c di G.
Identitas.Terdapatsuatuelemene(disebutidentitas)diG,sehingga
a *e  e* a  a , untuk semua a di G.
Invers. Untuk setiap elemen a di G, terdapat suatu elemen b di G (disebut invers) sehingga a *b  b*

Problem 1.5:
Berdasarkan definisi tersebut, bila G grup, dan a, b, c di G, maka
a *b * c  a *  b*c   a *b*c . Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan tersebut?

Berikan penjelasan!

Problem 1.6:
Bila operasi biner * pada:
(a) himpunan bilangan bulat didefinisikan oleh a *b  b  a , dan
(b) himpunan bilangan riil didefinisikan oleh a *b  a  b  ab ,
selidiki apakah operasi biner * tersebut bersifat asosiatif. Jelaskan jawabmu!

Problem 1.7:
Selidiki apakah himpunan bilangan bulat , rasional , dan riil beserta operasi
perkalian membentuk grup. Berikan penjelasan! Apakah mungkin himpunan yang
diberikan dengan operasi ini membentuk grup jika beberapa elemennya dibuang? Jelaskan
jawabmu!

Problem 1.8:
Himpunan bilangan bulat tak nol dan operasi perkalian tidak membentuk sebuah grup.
Benarkah pernyataan ini? Jelaskan jawabmu!
Problem 1.9:
Berikut ini adalah beberapa operasi biner, yaitu: +, -, dan • di . Selidiki apakah operasi-
operasi tersebut asosiatif?

Problem 1.10:
Selidiki pula apakah operasi-operasi pada Problem 9 tersebut bersifat komutatif. Bila
tidak, berikan contoh kontranya (counter example) untuk menunjukkannya.

Problem 1.11:
Misalkan A adalah himpunan sebarang (cukup yang sederhana saja), dan * adalah operasi
pada himpunan A. Buatlah beberapa tabel Cayley dari (A,*). Definisikan operasi * pada
himpunan A tersebut sedemikian sehingga
a) * bukan operasi biner;
b) (A,*) tidak mempunyai identitas;
c) Ada unsur di A yang tidak mempunyai invers.

Problem 1.12:
Misalkan
A  a,b, B  a,b, dan C  a,b, c, d dan * adalah operasi pada himpunan
c

A, B dan C.
(a) Buatlah tabel Cayley dari (A,*), (B,*), dan (C,*).
(b) Kapan suatu tabel Cayley merupakan suatu grup? Carilah semua kemungkinan agar
terbentuk tabel Cayley yang merupakan grup.
(c) Apakah ciri-ciri tabel Cayley yang merupakan grup? Jelaskan jawab Anda!

Problem 1.13:
a b
Selidiki apakah matriks ukuran 2x2 sebarang, seperti
  , dan operasi penjumlahan
 c d
pada matriks membentuk sebuah grup. Jelaskan jawabmu!
(a) Jika a dan b bilangan bulat dan n bilangan bulat positif, bilangan a disebut modulo n
terhadap b jika n habis membagi a – b, dan ditulis
a  b mod n . Sebagai contoh,
10 
mod 3, karena 10 1  3q , dan 14  mod 4, karena 14  2  4q , dengan q
1 2
adalah kuosien (hasil bagi).
(b) Pada modulo, dikenal juga operasi penjumlahan dan perkalian mod n, yang

dinyatakan dengan a  b mod n dan ab mod n . Ditulis,

a  b mod n  a mod n   b mod nmod n , dan

ab mod n  a mod n  b mod nmod n.

Sebagai contoh,

12 15 mod 10 = 12 mod 10  15 mod 10 mod 10
=   2 mod 10  5 mod 10 mod 10
= 7 mod 10
= 7.

(13 27) mod10  13mod1027 mod10mod10


 3 7 mod10
 21mod10
 1.
Untuk selanjutnya, 27 mod 10 = 7 mod 10.
(c)
ab mod n adalah bilangan bulat r dengan sifat a b  nq  dengan 0  r  n , dan
r,
a b adalah perkalian biasa. Bilangan bulat a mempunyai invers perkalian modulo n
jika dan hanya jika a dan n prima relatif. Pada contoh perkalian modulo 10 di atas, 7
adalah invers perkalian modulo 10 dari 3, karena 10 dan 3 adalah prima relatif.

Problem 1.14:
Himpuna
n Zn  0,1, 2,..., n untuk n  membentuk grup di bawah operasi
1 1

penjumlahan modulo n. Selidiki kebenaran pernyataan tersebut, dan sebutkan elemen


identitas dan inversnya.
Problem 1.15:
Selidiki apakah Z n \
untuk n  2,3, 4 membentuk grup? Jelaskan jawabmu!
0 ,

Definisi 1.2:Grup Abelian


Grup (G,*) disebut abelian (komutatif) jika a *b  b*a untuk semua a, b di G.

Problem 1.16:
Jika G grup yang mempunyai tiga elemen, maka G pasti abelian. Selidiki kebenaran
pernyataan tersebut.

Problem 1.17:
Misalkan G sebuah grup dengan sifat-sifat sebagai berikut: Jika a, b, dan c adalah elemen-
elemen dari G, dan ab  ca, maka b  c. Buktikan bahwa G adalah Abelian.
Petunjuk:
(a) Untuk membuktikan, mulai
dengan ab  ca.

(b) Gunakan informasi yang diberikan dalam soal.


(c) Tuliskan kesimpulan Anda.
Problem 1.22:
1
Buktikan bahwa sebuah grup G adalah Abelian jika dan jika  ab   a 1b1 , untuk semua

a dan b di G.
Petunjuk:
(a) Mulailah pembuktian dengan menggunakan definisi grup Abelian, ab  ba.
yaitu
1
(b) Gunakan sifat-sifat aljabar dari invers komposisi dua elemen, yaitu  ab   b1a 1.

(c) Tuliskan kesimpulannya.

Definisi 1.3:Prima Relatif


Suatu bilangan bulat positif a dikatakan prima relatif dengan n, bila faktor persekutuan terbesarnya deng

Problem 1.23:
Misalkan A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kurang dari 10. Sebutkan semua
anggota A yang prima relatif dengan 10, tuliskan sebagai himpunan B.

Problem 1.24:
Terhadap perkalian modulo 10, selidiki apakah B membentuk grup.

Problem 1.25:
Misalkan U (n) didefinisikan sebagai himpunan semua bilangan bulat positif yang lebih

kecil dari n dan prima relatif ke n, untuk setiap n > 1, n


  . Berikan contoh
himpunan
U (n), bila
1. n bilangan prima
2. n  p  q, p dan q saling prima

3. n  p2 p prima.
,
Petunjuk: ambillah n yang khas.
Buatlah tabel Cayley untuk U(10) dengan operasi perkalian modulo 10.
(a) Carilah elemen identitasnya dan selidiki apakah elemen identitasnya tunggal?
(b) Sebutkan unsur-unsur yang saling invers dari elemen-elemen pada U(10), bila ada.
Apakah inversnya tunggal?
(c) Selidiki apakah U(10) merupakan grup di bawah operasi perkalian modulo 10?
Bagaimana pula dengan U(12), U(15)?
(d) Kesimpulan apakah yang dapat kamu ambil dari beberapa contoh U (n) tersebut?

B. Sifat-sifat Elementer dari Grup

Teorema 1.1:Ketunggalan Identitas


Dalam sebuah grup G, hanya ada satu elemen identitas.

Teorema 1.2:Pembatalan
Teorema 1.3:Ketunggalan
Dalam sebuah grup G, hukumInverspembatalan kanan dan kiri berlaku, yaitu ba  ca
Untuk setiap elemen
mengakibatkan b  c ,adan
dalam
ab sebuah grup G, ada elemen
ac mengakibatkan b  c . tunggal b dalam G, sehingga
ab  ba  e.

BAB II SUB GRUP

Definisi 2.1:Orde dari sebuah Grup


Orde dari sebuah grup G, dinyatakan dengan G , adalah banyaknya elemen dari sebuah grup G (hingga at

Definisi 2.2:Orde dari suatu Elemen


Jika G sebuah grup dan g G , maka orde dari elemen g tersebut adalah bilangan bulat positif terkecil n
Elemen g dikatakan mempunyai orde takhingga, jika tidak ada bilangan bulat n yang memenuhi persam
Ilustrasi 2.1:
Dalam teori himpunan, kita mengenal apa yang disebut sebagai subset (himpunan bagian).
Begitu pula dalam teori grup, kita akan mengenal juga apa yang disebut sebagai subgrup.
Sebagai ilustrasi untuk memperkenalkan konsep subgrup, perhatikan tabel Cayley dari
grup Abelian 6 ,  berikut:

Tabel 2.1
+ 0 1 2 3 4 5
0 0 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5 0
2 2 3 4 5 0 1
3 3 4 5 0 1 2
4 4 5 0 1 2 3
5 5 0 1 2 3 4

Sekarang perhatikan tabel Cayley untuk grup G, pada Tabel 2.2 berikut. Dapatkah


kalian melihat keistimewaannya?


Tabel 2.2
+ 0 2 4 1 3 5
0 0 2 4 1 3 5
2 2 4 0 3 5 1
4 4 0 2 5 1 3
1 1 3 5 2 4 0
3 3 5 1 4 0 2
5 5 1 3 0 2 4

Misalkan H dan K adalah himpunan bagian dari grup G tersebut, dengan


H  0, 2, 4 dan
K  1,3,5 . Dengan melihat tabel Cayley tersebut, kamu dapat menentukan manakah di
antara H dan K yang mempunyai sifat-sifat seperti grup G. Apakah yang dapat kamu
simpulkan tentang H dan K?

Dari ilustrasi tersebut, kita mendapatkan gambaran kapankah sebuah himpunan bagian
dari sebuah grup merupakan sebuah grup. Berikut ini dijelaskan definisi dari subgrup
tersebut.

Definisi 2.3:Subgrup
Himpunan tak kosong H adalah himpunan bagian dari sebuah grup G. H dikatakan
subgrup dari G jika H merupakan grup terhadap operasi yang sama di G.

Keterangan:
Notasi yang biasa digunakan untuk menyatakan bahwa H merupakan subgrup dari G
adalah: H  G . Bila H subgrup dari G tetapi tidak sama dengan G disebut subgrup
murni (proper subgrup), dan ditulis H  G .

Problem 2.5:
Buktikan bahwa {e} adalah subgrup dari G.

Keterangan:
Subgrup {e} dan G sendiri disebut subgrup trivial dari G. Bila ada subgrup lain dalam
grup G yang bukan {e} atau G, maka subgrup tersebut dikatakan subgrup nontrivial dari
G. Pada Ilustrasi 2.1 tersebut di atas, H merupakan subgrup nontrivial dari G.

Berdasarkan definisi subgrup yang sudah kita pahami melalui beberapa problem yang
sudah dikerjakan, ada cara lain untuk memeriksa apakah suatu himpunan bagian dari suatu
grup merupakan subgrup dari grup tersebut. Cara memeriksa subgrup ini dikenal sebagai
Tes Tahap ke-1, Tes Tahap ke-2, dan Tes Subgrup Berhingga, sebagaimana dikemukakan
dalam teorema-teorema berikut.
Teorema 2.1:Tes Tahap ke-1 dari Subgrup
Misalkan H adalah himpunan bagian tak kosong dari suatu grup G. H adalah subgrup dari
G jika ab1 dalam H, untuk setiap a dan b di H.

Catatan:
Untuk notasi penjumlahan, H adalah subgrup jika a – b di H untuk setiap a, b di H.

Problem 2.17
Misalkan G grup Abelian terhadap perkalian dengan identitas e. Bila H dan K adalah
himpunan bagian dari G, dengan H  x dan K  x ,
x2  e buktikan
 x
2
G  G

bahwa H dan K merupakan subgrup dari G.

Teorema 2.2: Tes Tahap ke-dua dari Subgrup


Misalkan H adalah himpunan bagian tak kosong dari suatu grup G. H adalah subgrup dari G jika ab  H , un

Problem 2.19

Misalkan G adalah grup dari semua matriks ukuran 2x2, yaitu  a b 


 , dengan
 c d
ad  bc 
terhadap operasi penjumlahan. R dan S adalah himpunan bagian dari grup G.
0
 a b
   1 b 
Bila R    G ad  0 dan S    , tunjukkan bahwa R merupakan
 0 d    0 1 
subgrup dari G dan S subgrup dari R.

Teorema 2.3:Tes Subgrup Berhingga


Misalkan H adalah himpunan bagian berhingga tak kosong dari suatu grup G, maka H
adalah subgrup dari G jika H tertutup terhadap operasi di G.
(a) tunjukkan bahwa a1  untuk setiap a  H .
H
(b) Mulai dengan jika a  e, maka pembuktian selesai.

(c) Jika a  e, gunakan sifat H sebagai himpunan berhingga, dengan a, a2, a3,...
barisan
a  n
Teorema 2.4:a adalah Subgrup  . Subgrup a disebut
a n

Misalkan G suatu grup, dan a adalah elemen dari G, maka aadalah subgrup dari G.

Catatan:
Bila a adalah elemen dari suatu grup, maka

subgrup siklis dari G yang dibangkitkan (generated) oleh a. Bila G  a , maka G


disebut siklis dan a adalah pembangkit (generator) dari G.

Definisi 2.4:Pusat dari grup


Pusat, Z(G), dari suatu grup G adalah subset dari elemen-elemen di G yang berhubungan (commute) denga
Notasi: Z G a G ax  xa untuk semua x di G.

Teorema 2.5:Pusat grup adalah subgrup


Pusat dari suatu grup G adalah subgrup dari G.

Definisi 2.5: Pemusat a di G


Misalkan a adalah elemen yang tetap dari suatu grup G. Pemusat (centralizer) a di G, dinyatakan dengan C(

Teorema 2.6:C(a) adalah subgrup


Untuk setiap a dalam suatu grup G, pemusat a yang dinyatakan dengan C(a), adalah subgrup dari G
BAB III GRUP SIKLIS

Sifat-sifat Grup Siklis

Ilustrasi 3.1:
Dari Bab 2, sudah dijelaskan bahwa suatu grup G disebut siklis jika ada suatu elemen a di

G sehingga G  an n  . Elemen a tersebut dinamakan generator dari G. Selanjutnya,

G disebut grup siklis yang


dibangkitkan (generated) oleh a a  4 .
dengan menuliskan G  a .
Ilustrasi 3.2:
Perhatikan gambar berikut,
dengan

…= a-4 = a0 = a4= …

…= a-3 = a1 = a5= … …= a-1 = a3 = a7= …

…= a-2 = a2 = a6= …

Gambar 3.1
Pada grup siklis
berorde 4 (berhingga), generatornya adalah 1 dan 3.
Ambil a  3, maka
4

3  n.3 n   ..., 1.3, 0.3,1.3, 2.3,3.3, 4.3,5.3, 6.3, 7.3,...


.

 ...,1, 0,3, 2,1, 0,3, 2,1,...  0,3, 2,1

Berdasarkan Gambar 3.1, 0.3 = 4.3 = 8.3. Demikian pula untuk 1.3 = 5.3 = 9.3, dan
seterusnya. Perhatikan hubungan antara 0,4,8 dan 4 (orde grup). Demikian juga dengan
hubungan antara 1,5,9 dan 4 (orde grup). Dapatkah kamu mengambil kesimpulan?
Perhatikan grup siklis
U 9 yang berorde 6 (berhingga). Ambil a U 9 . Misalkan
a  2 , maka

2  2n n    ..., 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
, 211, 212,...
10

 ...,1, 2, 4,8, 7,5,1, 2, 4,8, 7,5,...  1, 2, 4,8, 7,5

Memperhatikan elemen-elemen 2 , dapat dilihat bahwa ...  20  26  212 ......Demikian

pul ...  21  27  213  Adakah hubungan antara 0,6,12 dan orde dari grup (6)? Juga
a ...
hubungan antara 1,7,13 dan orde dari grup? Dapatkah kamu mengambil i
kesimpulan? a aj,

Dengan memperhatikan kedua ilustrasi tersebut, dapat dicari suatu kriteria


untuk pangkat (perkalian) dari a, yang berlaku untuk semua grup siklis G
berorde n (hingga) dan tak

hingga. Bagaimana kita menentukan kriteria untuk pangkat a, sehingga diperoleh


dengan i, j  ? Teorema berikut ini menjelaskan kriteria untuk ai  a j .

Teorema 2.2:Kriteria untuk ai  a j


Misalkan G adalah suatu grup dan a adalah elemen dari G. Jika a mempunyai orde tak hingga, maka s
Jika a mempunyai orde yang berhingga, sebut saja n, makaa  e, a, a2,..., an1 dan
ai  a j jika dan hanya jika n membagi i-j.

Problem 2.21:
Pahami Teorema 3.1. Cobalah terapkan teorema tersebut pada grup 5 . Tuliskan semua

elemen dari 5 , dan tentukan orde elemen-elemen dari tersebut.


5

Problem 2.22:
contoh 2 grup yang berbeda.

Akibat 3.1: ak  e mengimplikasikan bahwa a membagi k


Misalkan G adalah suatu grup dan a suatu elemen berorde n di G. Jika ak  e , maka n
membagi k.
Ilustrasi 3.3:
Pada Ilustrasi 3.2 sebelumnya,
U 9   2 21 , dengan U 9  6 . Perhatikan pangkat

1 dari 2 dan orde grup siklis U 9 . Adakah hubungan antara 1 dan 6? Apakah 1 dan 6

relatif prima? Subgrup siklis lain dari U 9


adala 5  25 . Adakah hubungan antara
h

pangkat 5 dari 2 dan 6 (orde grup)? Apakah 2 dan 6 relatif prima?

Cobalah selidiki apakah U (9) mempunyai generator lain, selain 2 dan 5. Misalkan ada

k  , sehingga 2k
 U (9) , apakah ada kaitan antara k dengan orde U (9) ?
grup

Apakah kesimpulan yang kamu peroleh? Dapatkah kamu menentukan suatu kriteria untuk
menentukan generator dari suatu grup siklis? Tanpa perlu mencari generator dari suatu
grup siklis dengan mencoba elemennya satu persatu, ada suatu cara singkat untuk
menentukan generatornya. Perhatikan teorema berikut.

Teorema 3.2:Generator dari Grup Siklis


Misalkan G  aadalah suatu grup siklis berorde n. Maka G  ak jika dan hanya jika

gcd (k, n) = 1.

Cobalah kamu buktikan Teorema 3.2. Gunakan informasi yang diketahui pada teorema
tersebut untuk membuktikan.

Akibat 3.2: Generator dari n

Suatu bilangan bulat k din adalah generator darin jika dan hanya jika gcd (k, n) = 1.
Klasifikasi Subgrup dari Grup Siklis

Ilustrasi 3.4:
Perhatikan kembali subgrup siklis 2 dari grup siklis U 9  1, 2, 4,5, 7,8 . Elemen-

elemen dari subgrup siklis 2 adalah

2  21 
 21, 22, 23, 24, 25, 26  2, 4,8, 7,5,1  1, 2, 4,5, 7,8 .
Elemen-elemen subgrup siklis lain dari U 9 adalah:

4  22
 4 , 4 , 4 , 4 , 4 , 4   4, 7,1  1, 4, 7.
1 2 3 4 5 6

8  23

 81,82,83,84,85,86   8,1  1,8 .
1  2 6


 11,12   1,1  1 .
5  2 5


 51,52,53,54,55,56   5, 7,8, 4, 2,1  1, 2, 4,5, 7,8.
7  2 4

 7 , 7 , 7 , 7 , 7 , 7   7, 4,1  1, 4, 7.


1 2 3 4 5 6

Perhatikan bahwa subgrup siklis 4 , 8 , 1 , 5 , 7 merupakan subgrup dari 2 . Orde

subgrup-subgrup siklis dari 2 tersebut adalah 2  21  6 4  22  3 ,


,

8  23  2 1  26  1, 5   6 7  24  3 . Perhatikan bahwa orde


, 25 ,

subgrup-subgrup siklis tersebut adalah 1,2,3,6. Bandingkan dengan pembagi positif dari 6

orde subgrup siklis 2 ), yaitu1, 2,3, 6 . Adakah kesamaan? Berikut ini adalah teorema
dasar grup siklis yang perlu diketahui.

Teorema 3.3:Teorema Dasar Grup Siklis


Setiap subgrup dari suatu grup siklis adalah siklis. Jikaa  n, maka orde suatu subgrup

dari aadalah pembagi dari n; dan untuk masing-masing pembagi positif k dari n, grup

a mempunyai tepat satu subgrup berorde k, yang disebut an/ k .


Ilustrasi 3.5:
Perhatikan ilustrasi berikut ini:
Diketahui grup siklis a yang berorde 20. Subgrup dari a berbentuk am , dengan m

adalah pembagi positif dari 20. Jika k pembagi positif dari 20, maka subgrup berorde k
adalah
a20/ k . Dengan demikian, subgrup-subgrup dari a dapat ditentukan, yaitu:

a  e, a, a , a ,. ., a 
2 3 19 berorde 20,

a2
e, a, a , a ,. .,
2 3 berorde 10,

a
9
berorde 5,
a4  e, a, a 2 , a3, a4
  berorde 4,
a5

 e, a, a 2 , a3  berorde 2,
10
a
 e, a

a20   e berorde 1.

Problem 2.29:
Bila diketahui 3 adalah salah satu generator dari grup siklis U (50) , U (50)  30 ,
dengan

tentukan subgrup-subgrup siklis dari 3 .


Problem 2.30:
Buktikan Teorema 3.3 tersebut.

Akibat 3.3: Subgrup dari n

Untuk masing-masing pembagi k dari n, himpunan n / kadalah subgrup tunggal dari n

, yang berorde k. Subgrup ini merupakan satu-satunya subgrup darin .

Problem 2.31:
Cobalah terapkan pernyataan Akibat 3.3 tersebut pada subgrup siklis yang kamu pilih
sendiri.

Problem 2.32:
Misalkan suatu grup siklis G  a
, dengan a  24 . Tentukan semua generator untuk

subgrup berorde 8.

Problem 2.33:
Misalkan G suatu grup dan a adalah elemen dari G.
a. Jika a12  e , apakah yang dapat dikatakan tentang orde a?
b. Jika am  e , apakah yang dapat dikatakan tentang orde a?
c. Misalkan
G  24 dan G siklis. Jika a8  e dan a12  e , tunjukkan bahwa a  G

Ilustrasi 3.6:
Dengan menggabungkan Teorema 3.2 dan 3.3, banyaknya elemen dari setiap orde dalam
suatu grup siklis berhingga dapat dihitung dengan mudah. Ada suatu fungsi bilangan
teoritis yang disebut fungsi Euler phi, yang berkaitan dengan banyaknya elemen dari
suatu grup siklis. Misalkan (1)  1, dan untuk bilangan n  (n) menyatakan
bulat 1,
banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari n, dan prima relatif ke n. Perhatikan
bahwa
U (n)    n  .
Problem 2.34:
Selidiki apakah
U grup siklis, untuk n  5,9,10,14,15,18, 20, 22, Bila U grup
(n) 25. (n)
siklis, tentukan A  1, 2,3,..., n, untuk beberapa bilangan bulat positif n.
generatornya. Permutasi
Buatlah suatu
konjektur untuk U
(n) .

Teorema 3.4:Banyaknya Elemen dari Masing-masing Orde dalam Suatu Grup Siklis
Jika d adalah suatu pembagi positif dari n, banyaknya elemen berorde n dalam suatu grup siklis berorde n a

BAB IV PERMUTASI
dinyatakan dengan
dari himpunan A tersebut adalah suatu fungsi dari A ke A yang satu-satu dan pada. Sebagai
contoh, perhatikan himpunan
A  1, 2,3 . Untuk semua x elemen f (x)  A , permutasi
yang mungkin terjadi adalah A,
1. f (1) 1, f (2)  2, f (3)  3.
2. f (1) 1, f (2)  3, f (3)  2.
3. f (1)  2, f (2) 1, f (3)  3.
4. f (1)  2, f (2)  3, f (3) 1.
5. f (1)  3, f (2) 1, f (3)  2.
6. f (1)  3, f (2)  2, f (3)  1.
Perhatikan bahwa ada 3!  6 permutasi yang mungkin terjadi.

Misalkan permutasi yang pertama ditulis dengan  . Untuk menyatakan hubungan antara
1

himpunan A dan hasil permutasinya adalah dengan menyusunnya dalam bentuk matriks,
 1 2 3  1 2 3
yaitu 1      . Dengan cara yang sama, permutasi ke dua
f (1) f (2) f (3) 1 2 3
   
sampai ke enam juga dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut ini:

1 2 3 
  1 2 3  1 2 3  1 2 3   1 2 3
 2,    4  ,   6   .
1 3  2 3  3 2
  ,
3  ,
5 
 2 1   3 1 
Permutasi  , ,..., membentuk suatu himpunan tersendiri, yaitu himpunan
1 2 6

permutasi 1 ,2 ,...,6  . Bila himpunan ini bersama-sama dengan operasi komposisi

Definisi dan Notasi

Ilustrasi 4.1
Perhatikan suatu himpunan tak kosong A, dengan A himpunan berhingga. Himpunan A
membentuk suatu grup, maka grup ini disebut grup permutasi. Berikut ini diberikan
definisi dari permutasi suatu himpunan dan grup permutasi dari suatu himpunan.

Definisi 4.1 Permutasi A, Permutasi Grup A


Permutasi dari suatu himpunan A adalah suatu fungsi dari A ke A yang satu-satu dan pada. Grup permut

I strasi 4.2
l
u Persegi yang Simetri
Perhatikan grup dihedral
D4 . Setiap gerakan dalam D4 dihubungkan dengan

permutasi dari keempat lokasi sudut persegi. Bila keempat sudut persegi tersebut diberi
label, maka gambarnya dapat dilihat sebagai berikut:

3 2

4 1

Rotasi 900 ( R ) terhadap persegi tersebut berkaitan dengan 1 2 3 4


  
2 3 4 
9
permutasi
. Sedangkan refleksi terhadap garis horizontal (H) menghasilkan suatu permutasi
1 2 3 4
  .
 
2 1 4

Notasi Putaran (Cycle Notation)

Ilustrasi 4.3
Selain notasi matriks seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, permutasi dapat
dinyatakan dalam notasi putaran (cycle notation). Perhatikan permutasi berikut:

1 2 3 4 5 6
   .
2 1 4 6 5 
Penempatan nilai-nilai pada permutasi tersebut dapat dinyatakan secara skematik sebagai
berikut:
1 3 5

4 6

Skema tersebut kemudian diganti dengan notasi putaran sebagai berikut, yaitu
  123465 atau   12 346 . Perhatikan bahwa menurut kesepakatan, putaran
  
yang hanya mempunyai satu masukan, yaitu (5), dapat dihilangkan. Bila dalam penulisan
notasi putaran ada elemen yang hilang (tidak dituliskan), berarti elemen yang hilang
tersebut dipetakan ke dirinya sendiri. Dengan demikian, untuk permutasi identitas

seperti berikut ini, 1 2 3 4 5


 , kita tidak dapat menghilangkan semua
1 2 3 4 
elemennya, tetapi hanya menuliskan salah satu elemennya saja, yaitu    2 atau   5 ,

atau elemen lainnya.
1 2 3 4 5 6 
Perhatikan permutasi ke dua berikut ini:   . Permutasi ini dapat
 5 3 1 6 2 
ditulis dalam notasi
putaran   231564 atau   463152 .

Panjang suatu putaran adalah banyaknya elemen dalam putaran tersebut. Misalkan
 12345 , maka panjang putarannya adalah 5.
Sifat-sifat Permutasi
Teorema 4.2 Komutasi Putaran yang Saling Lepas
Jika sepasang putaran    a1 , a2 ,..., am  dan    b1 ,b2 ,...,bn  tidak mempunyai elemen- elemen (entry)

dapat dinyatakan sebagai (12)(12). Selain itu, juga dapat


Teorema 4.3 Orde dari Permutasi
Orde suatu permutasi dari suatu himpunan berhingga, yang ditulis dalam bentuk putaran yang saling le

Ilustrasi 4.4.
Suatu permutasi identitas  
(1)
dinyatakan sebagai (13)(13) atau (14)(14), dst. Jadi suatu permutasi dalam Sn dapat
dinyatakan sebagai hasil dari 2-putaran. Menurut Teorema 4.1, setiap permutasi dapat
ditulis dalam bentuk (a1a2...ak )(b1b2...bt )(c1c2...cs ) . Dengan penghitungan langsung,

permutasi tersebut juga dapat ditulis sebagai:


(a1ak )(a1ak 1)...(a1a2 )(b1bt )(b1bt 1)...(b1b2 )(c1cs )(c1cs1 )...(c1c2 )

, yang merupakan hasil (product) 2-putaran.

Teorema 4.4 Hasil 2-Putaran


Setiap permutasi dalam Sn , n  1, adalah hasil dari 2-putaran.

Lemma 4.1
Jika   12r... , dengan β adalah 2-putaran, maka r adalah genap.
Teorema 4.5 Selalu Genap atau Selalu Ganjil
Jika suatu permutasi α dapat dinyatakan sebagai suatu hasil dari 2-putaran bilangan genap, maka setiap de
genap dari 2-putaran. Simbolnya,

  12r... dan    12s... ,


dengan β dan γ adalah 2-putaran, maka r dan s keduanya genap atau keduanya ganjil.
Teorema 4.5 Selalu Genap atau Selalu Ganjil
Jika suatu permutasi α dapat dinyatakan sebagai suatu hasil dari 2-putaran bilangan genap, maka setiap de
genap dari 2-putaran. Simbolnya,

  12r... dan    12s... ,


dengan β dan γ adalah 2-putaran, maka r dan s keduanya genap atau keduanya ganjil.

Definisi 4.2 Permutasi Genap dan Ganjil


Suatu permutasi yang dapat dinyatakan sebagai hasil dari 2-putaran yang jumlahnya genap disebut permuta

Teorema 4.6 Permutasi Genap Membentuk Grup


Himpunan permutasi genap dalam Sn membentuk subgrup dari Sn .

Definisi 4.3Grup Berayun (Alternating) Derajat n


Grup permutasi genap dari n simbol dinyatakan dengan An dan disebut grup berayun derajat n.

Teorema 4.7
Untuk n > 1, An mempunyai orde n!/2.
BAB V ISOMORFISME
Ilustrasi 5.1
Dua anak (A dan B) sedang bermain kelereng. Sebelum bermain, mereka menggabungkan
kelereng yang mereka punya, dan mulai menghitung. Si A yang berasal dari suku Jawa
menghitung kelerengnya dengan bahasa Jawa, sementara si B yang berasal dari suku
Sunda, menghitung kelerengnya dengan bahasa Sunda. A mengucap siji, loro, telu, papat,
…, sementara B mengucap hiji, dua, tilu, opat, …. Mereka menghitung barang yang sama,
tetapi dengan bahasa yang berbeda. Dengan kata lain, mereka menggambarkan konsep
yang sama, dengan istilah yang berbeda. Situasi seperti itu juga sering muncul dalam grup.
Grup yang sama digambarkan dengan istilah (terminology) yang berbeda.

Dalam bab ini akan dipelajari suatu metode untuk menentukan apakah dua grup
sebenarnya sama, meski mereka terdefinisi dalam terms yang berbeda. Bila kedua grup
tersebut sama, maka dikatakan ada isomorfisme antara kedua grup tersebut. Istilah
isomorfisme berasal dari bahasa Latin, iso dan morphe. Iso artinya sama dan morphe
artinya bentuk. Isomorfisme pertama kali diperkenalkan oleh Galois, sekitar 1,5 abad yang
lalu.

Definisi

Definisi 5.1 Grup Isomorfisme


Suatu isomorfisme  dari suatu grup G ke suatu grup G adalah pemetaan (fungsi) satu- satu dari G pada
(ab)  (a)(b) untuk semua a, b di G.
Jika ada suatu isomorfisme dari G ke G , dikatakan G dan G isomorfik dan ditulis G  G
.

(a)  (b)
dan buktikan

Teorema Cayley

Teorema 5.1 Teorema Cayley


Setiap grup adalah isomorfik ke suatu grup permutasi.
Sifat-sifat Isomorfisme
Teorema 5.2 Sifat-sifat Isomorfisme
Misalkan  adalah suatu isomorfisme dari grup G pada grup G , maka
 membawa identitas dari G ke identitas G .
Untuk setiap bilangan bulat n dan untuk setiap elemen grup a di G,   an     a   n .
Untuk elemen a dan b di G, a dan b berkomutasi jika dan hanya jika (a) dan  (b)
berkomutasi.
G adalah Abelian jika dan hanya jika G Abelian.
a   a untuk semua a di G (isomorfisme mengawetkan order).
G adalah siklis jika dan hanya jika G siklis.
Untuk bilangan bulat tetap k dan elemen grup tetap b di G, persamaan xk  b
mempunyai banyak solusi yang sama di G seperti persamaan xk   b di G .
 1 adalah suatu isomorfisme dari G pada G.
Jika K adalah suatu subgrup dari G, maka   K    k  k  K adalah subgrup dari
G.

Automorfisme

Definisi 5.2 Automorfisme


Suatu isomorfisme dari suatu grup G pada dirinya sendiri disebut automorfisme dari G.

Definisi 5.3 Automorfisme Dalam yang Disebabkan oleh a (inner automorphisme of G


induced by a)

Misalkan G suatu grup, dan misalkan a G . Fungsi a yang didefinisikan oleh

a (x)  axa1 untuk semua x di G disebut automorfisme dalam dari G yang disebabkan

oleh a.
Ilustrasi 5.2
Himpunan dari semua automorfisme dari suatu grup G, membentuk suatu grup tersendiri
yang disebut Aut(G). Himpunan dari semua automorfisme dalam dari G yang disebabkan
oleh a juga membentuk grup tersendiri yang disebut Inn(G).

Teorema 5.3 Aut(G) dan Inn(G) adalah Grup


Himpunan automorfisme dari suatu grup dan himpunan automorfisme dalam dari suatu grup adalah grup

Teorema 5.4 Aut(Zn )  U (n)


Untuk setiap bilangan bulat n, Aut(Zn ) adalah isomorfik ke U(n).

BAB IV KOSET DAN TEOREMA LAGRANGE


Ilustrasi 6.1.

Perhatikan grup dari himpunan bilangan bulat terhadap operasi penjumlahan. Subgrup
dari salah satunya adalah himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 terhadap
operasi
penjumlahan, yaitu 3 ..., 6, 3, 0,3, 6,.... Tambahkan 1 pada setiap elemen subgrup

tersebut, sehingga diperoleh subset dari , yaitu 1


3 ..., 5, 2,1, 4, 7,... . Tambahkan

2 pada setiap elemen subgrup tersebut, sehingga diperoleh subset lain, yaitu
2 
3  ..., 4, 1, 2,5,8,.... Gabungan dari ketiga subset ini akan membentuk himpunan

bilangan bulat , sehingga sebarang bilangan bulat akan termasuk dalam salah satu dari
ketiga subset tersebut.
Definisi Koset

Definisi 6.1Koset H di G

Misalkan G suatu grup dan H adalah subset dari G. Untuk a G , himpunan



aH  ah h  H , Ha  ha h  H dan aHa1  aha1 h  H . 
Jika H adalah suatu subgrup dari G, maka himpunan aH disebut koset kiri dari H di G yang memuat a, se
Banyaknya elemen dalam himpunan aH dinyatakan dengan aH dan banyaknya elemen di Ha dinyatakan de

Sifat-sifat Koset

Lemma 6.1Sifat-sifat Koset


Misalkan H subgrup dari G dan misalkan a dan b anggota G. Maka,
a  aH ,
aH  H jika dan hanya jika a  H ,
aH  bH atau aH bH   ,
aH  bH jika dan hanya jika a1b  H ,
aH  bH ,
aH  Ha jika dan hanya jika H  aHa1 ,
aH adalah subgrup dari G jika dan hanya jika a  H .

Teorema Lagrange dan Konsekuensinya


Teorema 6.1 Teorema Lagrange: H Membagi G

Jika G suatu grup berhingga dan H adalah suatu subgrup dari G, maka H membagi G .

Banyaknya koset kiri (kanan) yang berbeda dari H di G adalah G / H .


Ilustrasi:
Indeks dari suatu subgrup H di G adalah banyaknya koset kiri dari H di G, dan dinyatakan
dengan G : H . Jika H berhingga, Teorema Lagrange menyatakan bahwa

G:H G / H .

Akibat 6.2Grup Berorde Prima adalah siklis


Suatu grup berorde prima adalah siklis.

Akibat 6.1 a Membagi G

Pada suatu grup berhingga, orde dari setiap elemen grup membagi orde grup.

Akibat 6.3a G  e
Misalkan G adalah grup berhingga, dan misalkan a G. Maka a G  e .

Akibat 6.4Teorema Kecil Fermat


Untuk setiap bilangan bulat a dan setiap prima p, a p modulo p = a modulo p.

Aplikasi Koset untuk Grup Permutasi

Definisi 6.2.Penyeimbang (Stabilizer) dari suatu Titik

Misalkan G suatu grup permutasi dari suatu himpunan S. Untuk masing-masing i di S, definisikan stabG (i) 

Definisi 6.3.Orbit Titik

Misalkan G suatu grup permutasi dari suatu himpunan S. untuk masing-masing s di S, misalkan orbG (s) 

Teorema 6.2Teorema Orbit-Penyeimbang

Misalkan G suatu grup permutasi berhingga dari suatu himpunan S. Maka, untuk sebarang
i dari S, G  orbG (i) stabG (i) .

Anda mungkin juga menyukai